Tropmed - Leprosy

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Multibacillary Leprosy

SEMANGAT!
Semoga sama sama bisa
menjadi dokter yang baik :)
Tim SOOCA Proxima: Sakina, Yasmin, Fadhal, Devi, Asep, Hasna, Dea, Adinda, Azizah, Eveline
Brainstorming Concept Map Learning Issue
Mr. Christian, 30 y.o., male
1. Anatomy of peripheral nerve
e/Mycobacterium leprae 2. Anatomy of brachial plexus
3. Anatomy of nerve of lower limb
4. Histology of peripheral nerve
Vitiligo d/Multibacillary leprosy with type 2 reaction Ptyriasis 5. Mycobacterium leprae
versicolor 6. Immunopathology in leprosy
7. Clinical science of leprosy
CC: White patch on almost entire body
8. Reaction in leprosy
9. Pharmacological proterties of leprosy medication
HT PE LE: (Rifampicin, Clofazimine, Dapsone)
• White patch on • General exam: N. No infiltrate on ear, madarosis • Slit skin smear 10. BHP, PHOP, CRP
almost entire body (loss of eyelashes), saddle nose, gynecomastia. from both ear and
which felt numb • Testical atrophy + skin lesion: acid
and no itchy. The • Claw hand + on both hand fast bacilli (AFB)
patches started 6 y • Dermatological exam: distribution of lesion is with bacterial
ago in left arm  generalized, bilateral symmetric, at almost entire index 6+ and
spreading. Born body there are multiple, mostly confluence, morphological
and spent round, the smallest size d=0.5 cm, and the index 25%
childhood in west largest d=3 cm, ill defined, not elevated, dry as • Wood’s lamp
papua. hypopigmented macule, smooth on palpation, exam (–)
• His mother has shiny, scale (-) • Microscopic exam
similar symptom as • Neurological exam: enlargement of left ulnar using 10% KOH: no
red numb plaque in nerve w/ firm consistency and there’s no pain. short hyphae nor
arm and leg. Anesthesia (+) on lesion both hand and foot round spore

On the 14th month after first taken medication,


HT PE
• Painful nodule in • General exam: T= 38.2oC. Neurological exam: no change
almost entire body • Dermatological exam: distribution generalized, bilateral symmetric, at
w/ fever and almost entire body there are multiple, some discrete and confluence,
malaise. Some round & irregular, the smallest d=0.5x0.2 cm, and the largest d=3x0.3 cm,
nodule  ulcer some well defined, some elevated, dry, as hyperpigmented macule and
erythematous nodule
Tropical Medicine – Case 6: Multibacillary Leprosy | 1
1. Anatomy of Peripheral Nerve  Daerah unilateral kulit yg dipersarafi o/ sensory fiber dari single spinal nerve:
• PNS menghubungkan CNS dg struktur perifer. PNS punya serabut saraf dan badan sel yang memberi dermatome
imouls menuju ke/pergi dari CNS  Daerah unilateral otot yg dipersarafi o/ motor fiber dari single spinal nerve:
• Struktur PNS (pada gambar) myotome
o Anterior rami bisa bergabung dengan 1/lebih anterior rami yang berdekatan  somatic
Nerve nerve plexus. Fiber yang dibawa o/ cabang dari plexus: peripheral nerve innervation =
organization dinamakan sesuai nama peripheral nerve nya, seperti “median nerve”

Ket gambar: Walaupun segmental nerves bergabung  plexus  multisegmental peripheral


nerve, pola segmental/dermatomal dari distribusi nerve fiber tetap ada.
• PNS juga bisa dibagi menjadi:
 Afferent (sensory) fiber: menghantarkan impuls dari sense organ (mata) dan sensory
receptors (kulit) ke CNS
 Efferent (motor) fiber dari CNS ke otot dan kelenjar
• Tipe fiber yang disampaikan oleh cranial and spinal nerves adalah:
• Pembagian PNS:
 General somatic sensory fibers: membawa impuls dari sensasi exteroceptive kulit dan
 Cranial nerve: keluar dari rongga kranial lewat foramen di
sensasi proprioceptive dari otot, tendon dan sendi
cranium (CN I sampai CN XII) Myelinated fiber  Somatic motor fibers: transmisi ke skeletal muscle (voluntarily)
 Spinal nerve: keluar dari vertebral column melalui vertebral
 Visceral sensory fibers: transmisi visceral reflex/sensasi dari organ berongga ke CNS
foramina. Ada 31 pasang saraf dari spinal cord segment (C1-C8,
Unmyelinated fiber  Visceral motor fibers: transmisi ke smooth muscle (involuntarily) dan jaringan kelenjar
T1-T12, L1-L5, S1-S5, Co (coccygeal 1 pasang)).
(keringat dan minyak). Ada 2 jenis fiber: pre-synaptic dan post-synaptic
Spinal nerve: pertama muncul dari spinal horn sbg rootlets (anterior dan posterior)  bersatu mmbtk  Special sensory fiber:untuk special senses
root (anterior/ventral: motor dan posterior/dorsal: sensori)  roots bergabung  mixed spinal nerve
 membelah  posterior dan anterior ramus (kedua ramus ini membawa baik motor dan sensory
2. Anatomy of Brachial Plexus
fiber). Yang disebut motor dan sensory nerve: tergantung mayoritas fiber yang dibawa sama ramus ts
Pembagian spinal nerve berdasarkan distribusi fiber: • Brachial plexus: network dari nerve fiber yang menyuplai kulit dan otot ekstrimitas atas
o Yang dibawa o/ spinal nerve (tidak membentuk plexus): segmental innervation = dermatom atau • Merupakan kesatuan anterior rami dari C5-C8 dan T1. kemudian brachialis plexus terbagi
myotome menjd 5 bagian: roots, trunks, divisions, cords, dan branches (Read That Damn Cadaver Book)
Tropical Medicine – Case 6: Multibacillary Leprosy | 2

 Radial n.
deformity 
A drop wrist

A P
 Median n.
deformity  Ape
P hand, claw hand
 Ulnar n. deformity  claw hand digiti 4,5 digiti 1,2,3

P 3. Anatomy of Nerve of Lower Limb


Terdapat 2 plexus pada lower limb: lumbar dan sacral plexus. Kemudian dari lumbosacral plexus tsb
A terdapat sciatic nerve sebagai nerve yang paling besar di lower limb yang berasal dari L4-S3. Pada
bagian terminalnya, bercabang menjadi common fibular dan tibial (posterior tibial) nerve di popliteal
fossa
Pd leprosy, ketiga Saat masuk Di dlm posterior triangle leher, tiap trunk • Common fibular nerve (CFN) memiliki fungsi:
saraf ini dapat axilla, divisi bercabang jd 2 yg menjalar ke an-terior  Motoric:
membesar  cord & posterior division o Menginervasi short head of bisceps femoris m.
o Saat memasuki lateral compartment  cabang terminal menjd:
Fungsi dari branches of brachial plexus dapat dirangkum pada gambar berikut:  Superficial fibular n: menginervasi otot2 lateral compartment of leg (fibularis longus dan
brevis)  u/ eversi foot
 Deep fibular n: menginervasi otot2 anterior compartment of leg (tibialis anterior, extensor
digitorum longus, extensor halluces longus)  u/ dorsiflex foot dan extensi jari2 kaki.
 Sensoric:
o Cabang sensoric n. langsung dari common fibular n:
 Lateral sural cutaneous n: inervasi kulit di upper lateral leg
 Sural communicating n: kombinasi antara cabang CFN dan tibial n. inervasi kulit di lower
posterolateral leg
o Cabang terminal dari common fibular n:
 Superficial fibular n: inervasi kulit di anterolateral leg dan dorsum foot (kecuali antara jari
1st dan 2nd)
Axillary Teres minor, deltoid rotator cuff & abduction inferior region of
 Deep fibular n: inervasi kulit antara jari 1st dan 2nd
upper arm deltoid (badge area) • Tibial (posterior tibial) nerve memiliki fungsi
 Motoric: inervasi semua otot di posterior compartment. Bila terjadi kerusakan pada saraf ini 
tidak bisa plantar flexion, flexion of toes, dan kelemahan inversi)
 Sensoric: membentuk sural n bersama CFN (dijelaskan sebelumnya), dan mensuplai semua
telapak kaki dengan 3 cabang: medial calcaneal, medial plantar, lateral plantar
Pada kasus leprosy, kelainan paling sering terjadi pada common fibular (common peroneal), superficial
fibular, posterior tibial, dan sural nerve. Dan jarang femoral cutaneous n.
Tropical Medicine – Case 6: Multibacillary Leprosy | 3
4. Histology of Peripheral Nerve • Struktur dan virulensi o Menghalangi proses transkripsi IFN-ƴ-
• Komponen PN: nerves, ganglia, nerve inducible gene pd human makrofag-like
endings cell lines
• Nerve: nerve fiber (axon) yang di- LAM  faktor virulensi u/ menghambat
sheated o/sel schwann (bisa aktivasi makrofag dan mentrigger aktivitas
membentuk myelin) dan jaringan ikat cytocidal  persisten di mononuclear
 Myelinated fiber: plasma fagosit.
membran sel schwann
mengelilingi axon berlapis-lapis  6. Immunopathology in Leprosy
myelin sheath (lipoprotein
complex). Di antaranya terdpt Phenolic glycolipid 1 (PGL-1) pd surface
node of ranvier  axolemma glycolipid M. leprae berikatan dengan TLR 2
terekspos thdp ions di interstitial pada makrofag (MФ) pada jaringan kulit 
fluid  h [voltage-gated Na+ MФ memfagosit bakteri  MФ tersebut
channel]  salutatory conduction mengekspresikan CCL2 untuk merekrut MФ
dr node ke node. Panjang axon lainnya ke lokasi infeksi  terbentuk
yang dikelilingi 1 sel schwann = granuloma  bakteri bisa menyebar ke MФ
intermodal segmen yang terekrut lainnya  MФ yang terinfeksi
 Unmyelinated fiber: masih di- bergerak dari “skin granuloma” ke
 M leprae memiliki sel membran membrane lipid bilayer. Kemudian
sheated sm sel schwann tapi tidak “underlying nerve trunk” secara langsung atau
dikelilingi o/ dinding sel (dalam-keluar)
menghasilkan myelin. 1 sel melalui sirkulasi darah kemudian ekstravasasi
o Peptidoglikan
schwann bisa meng-enclose dari pembuluh darah local ke nerve. Biasanya
o Arabinogalactan
banyak axon. Unmyelinated  tdk nerve yg terinfeksi pd bag tubuh yg dingin
o Mycolic acid: very large lipid  waxy walls  restriksi intake
ada node of ranvier  tdk (~30oC ) yaitu di membrane mukosa hidung,
nutrisi  slow doubling time
salutatory cond  lebih lambat sel kulit tangan, kaki, bibir, earlobes. Bakteri
o Phenolic glycolipid I dapat berikatan dg laminin-2 di basal
drpd myelinated axon ini bisa hidup pada sel yg terinfeksi selama 10-
lamina sel schwann-axon unit
• Nerve organization (digambar hal 1) 30 tahun tanpa menimbulkan gejala
 Tebalnya dinding sel menjadi ciri penting M leprae
• Ganglia: sensorik (di sensory PN) dan (inkubasi). Selanjutnya, proses kerusakan
o Hidrofobik, tidak tertembus, kuat
autonomic (di ANS). Terdpt sel satelit myelin dan axon agak berbeda antara
o Slow growth rate (krn perlu waktu u/ membentuk banyak
multibacillary (lepromatous) dan
mycolic acid)
5. Mycobacterium leprae paucibacillary (tuberculoid) leprosy:
o Proteksi terhadap lisis ketika difagositosis
• Pada multibacillary: karena tidak
• Karakteristik: o Survive di dalam sel fagosit
cukupnya respon imun adaptive  MФ
 Gram (+) rod  Tidak dapat dikultur secara in- o Resisten terhadap gram staining, dan banyak obat2
sebagai respon innate tidak mampu untuk
 Acid fast bacilli (AFB) vitro antimikroba  AFB staining (ziehl neelsen)
mengontrol pertumbuhan bakteri 
 Obligate intraseluler  Bisa tumbuh pada: armadillo dan  Di antara dinding sel terdapat LAM yg memanjang ke permu-kaan.
kematian MФ  pelepasan bakteri 
 Obligat aerob kaki tikus LAM: highly immunogenic cell wall associated glycolipid, yang
menginfeksi sel schwann (PGL-1 berikatan
 Non-spore forming  Metabolisme terjadi pada suhu berfungsi untuk:
dg laminin-2α pd basal lamina sel
 Poorly staining ~30oc pd pH antara 5,1 – 5,6 o Scavenge (mengais) potentially cytotoxic ROS
schwann)  mengaktivasi sistem
 Non motile  Menginfeksi saraf, kulit dan sel- o Menghambat protein kinase C
komplemen via alternative pathway
 Ukuran: 1-8 µm x 0,5 µm, sel mukosa
Tropical Medicine – Case 6: Multibacillary Leprosy | 4

terutama sebagai respon terhadap LAM


7. CS of Leprosy  Berdasarkan Ridley-Jopling, berdasarkan “Granulomatous Spectrum”
nya M. leprae atau dg classic pathway • Definition: infeksi granulomatous kronik yang disebabkan oleh yang meliputi Clinical Findings dan perubahan histologis, serta
ketika M leprae berikatan dg antibodi  Mycobacterium leprae bacillary number sebagai secondary consideration:
pembelahan C3, C5  terbentuknya • Risk factor: 1) lahir/tinggal didaerah endemik kusta dengan kondisi o Terdapat 6 granulomatous spectrum menurut Ridley: TT (Polar
membrane attack complement (MAC) lingkungan yang buruk; 2) memiliki keluarga dg riwayat kusta (genetic): Tuberculoid), BT (Borderline Tuberculoid), BB (Borderline), BL
 MAC melisis target sel (pd kasus ini: kromosom 10p13 termasuk PARK2 dan PACRG yakni locus yang susceptible (Borderline Lepromatous), LLs LLp (Polar Lepromatous)
sel schwann yang terinfeksi)  myelin terjadinya kusta, single nucleotide polymorphism (SNP) berkaitan dengan
loss  axonal damage  neuropathy. rendahnya lymphotoxin-α (LTA)-producing allele; SNP pada vitamin D
receptor (VDR), TNF-α, IL-10, IFN-ɣ, HLA genes dan TLR 1; variasi genetic o TT dan LL secara klinis stabil. Tapi di antara kedua pole, respon host
Pada multibacillary: neuropathy ini bisa
NOD2  rentan terkena kusta dan reaksi tipe I dan II; 3) penyakit imun, ex. nya bisa berubah: bisa upgrading (reversing), contoh: BT menjadi TT
terjadi pada saraf otonom  anhidrosis
HIV; 4) paparan lingkungan; 5) kemiskinan (kondisi stabil); bisa downgrading, contoh: BB menjadi BL.
(gangguan kelenjar keringat), shg kulit
• Epidemiology: Di dunia, prevalensi kusta tahun 2015 = 0,2 kasus per 10.000 o Catatan: kalau misal dari BT upgrade jd TT. Maka tidak akan bisa
kering; denervasi iris; miosis pupil
orang. Terutama di daerah tropis dengan sosio-ekonomi rendah. Indonesia kembali menjadi BT, karena kondisi TT sudah stabil. Kemudian,
(konstriksi pupil). Bisa menyebabkan
terbanyak ke-3 di dunia. Di Asia lebih banyak multibacillary leprosy. karena kondisi LLs dan LLp sudah stabil maka, LLs tidak bisa
‘gloves and stocking’ anesthesia yaitu
• Incubation period: bbrp minggu – 30 tahun. Rata2: 3 – 10 tahun downgrade dan LLp tidak bisa upgrade. Tapi LLs bisa upgrade jd BL.
kehilangan sensasi pada 4 limbs. Dan
mengganggu fungsi motoric, sensorik • Pathogenesis: FCM. Transmision: airborne (hrs sering kontak dg org kusta) Berdasarkan klasifikasi clinical findings dari Ridley, juga terdapat
dan otonom lainnya. • Classification: perubahan peripheral nerve pada kusta:
 Berdasarkan WHO (bertujuan untuk terapi), berdasarkan jumlah lesi 1. Pembesaran saraf (biasanya asimetri). Predileksi: great
• Pada paucibacillary: terdapat respon kulit dan saraf yang terlibat: auricular, ulnar, radial, median, common fibular, superficial
imun adaptive yang cukup  MФ yang fibular, posterior tibial, sural
terinfeksi mampu mengontrol Characteristic Paucibacillary (PB) Multibacillary (MB)
2. Gangguan sensori di kulit
intracellular M. leprae (istilahnya: Skin lesions 1–5 6 and above 3. Stocking-Gloves Pattern of Sensory Impairment (S-GPSI) secara
karena pasukannya cukup u/melawan perlahan pada type C fibers
M. leprae)  bahkan fungsi MФ bisa Peripheral nerve No nerve/only one
2 or more nerves 4. Kelumpuhan nerve trunk  ditandai dengan kehilangan fungsi
berlebihan  neuropathological involvement nerve
sensori dan motoric (kelemahan otot, bila parah  kontraktur)
response dengan menginduksi produksi 5. Gangguan ANS yang simpatetik  anhindrosis pada telapak
Skin smear (AFB) Negative at all sites Positive at any sites
sitokin pro inflamasi “IFN-ɣ” sebagai tangan atau telapak kaki
respon spesifik terhadap PGL-1 nya M. Other characteristics differentiation
leprae  IFN-ɣ menstimulasi produksi • Clinical findings dan perubahan histologis pada ke-6 spectrum bisa dilihat
nitric oxide (NO) yg berlebihan melalui Anethesia Clear Not clear enough di tabel berikut (halaman 5)
upregulasi inducible NO synthases Incubation period 2 – 5 years 8 – 12 years  Clinical finding lainnya:
(iNOS)  NO diubah menjadi reactive o Insensitivitas kornea umum pd kusta. Iritis perubahan umum yg
nitrogen species (RNS)  RNS jadi Normal/partially serius
CMI (cell mediated) Deficient CMI
nitrotyrosine  nitrotyrosine deficient o Keterlibatan respiratory tract: rhinitis, septal perforation, nasal
menyebabkan mithocondrial swollen collapse, hoarseness
Lepromin test + -
dan damage di sel schwann (pd o Tapi kalau terapi nya efektif, disabilitaS ocular dan respirasi jarang
myelinated ataupun non-myelinated Another name Tuberculoid Lepromatous Peningkatan FSH dan LH, berkurangnya produksi testosterone pd
axon)  mengganggu myelinasi pd testis  keluhan impotensi, infertile. Pemeriksaan: ada athropy (pd
myelinated axon  furthermore, axonal Ridley-Jopling TT, BT BB, BL, LL pasien laki2 LL)
injury  neuropathy. Special characteristic - Leonine face o Jrg mempengaruhi: liver, spleen, bone marrow, Lymph N. perifer
Tropical Medicine – Case 6: Multibacillary Leprosy | 5

Karakteristik TT BT BB BL LL DI KASUS
Cukup kuat: bs hambat Paling tdk stabil, Lemah. Tp masih bisa
Sangat rendah CMI  replikasi bakteri tdk terbendung dan
Imunitas Kuat: bs sembuh spontan pertumbuhan basil, tp tdk cepat up- atau menyebabkan inflamasi jaringan,
tersebar luas bs multiorgan
self-cure down-grade terutama di nerve
Plaque dg pulau2 • Plaque “swiss cheese”: anular
• Most common: poorly defined nodules, simetris
Plaque: sharply marginated normal skin di dg sharply marginated inner
Plaque: sharply marginated • Dermatofibroma-like/histiocytoma-like: sharply marginated
(anular/satellite papule). Less dalam plaque, border (tuberculoid like) dan
(bentuk: anular dg central clearing). paules/nodules  kadang confluent jd plaque. Hyper/hypo-
Karak- induration, elevation, seperti “Swiss poorly marginated outer
Firmly indurated, elevated, pigmentation (tgtg wrn kulit) macules. Multiple.
teristik erythema, scaling. cheese”: anular dg border (lepromatous like).
• Clue lesion: akibat dense dermal infiltration  leonine face,
Lesi kulit

erythema, scaling. Dry, no hair.


Hypopigmented. Multiple sharply marginated Soliter asimetri.
Hypo-pigmented. Soliter wajah yg menyerupai lion (lumpy ear lobes, widening nasal
asymmetric/kadang soliter pada interior dan • Banyak poorly defined
root, kulinya berlipat2) dan fusiform swelling pd jari2
eksterior margin papules dan nodules. Simetris
Jumlah Biasanya single Single atau sedikit Beberapa Banyak Sangat banyak
Ukuran Variable, biasanya besar Variable, bbrp besar Variable Kecil, sedikit yang besar Kecil
Yang plg dekat dg lesi kulit bisa Pembesaran, kelumpuhan, Nerve trunk palsies: mulai dr tdk Tdk terganggu sensoriknya (pd awal stage). Nerve trunk palsies
Gangguan
membesar/tidak. Ciri: anesthetic gangguan sensasi (pd nerve Hyposthesia adasampai ada neurologic deficit (lbh jrg dr BL). S-GPSI sering terjasi dan bisa sangat parah 
saraf
dan anhydrosis trunk) (motor/sensory). Bisa S-GPSI debilitating trophic change pd tangan dan kaki. Anhidrosis
Epitheloid tubercle: kecil dan well- Eptheloid tubercle: wll- Lymphocytic infiltrate terbatas Small dense aggregation of lymphocytes (B cells), banyak giant
Epitheloid
developed dikelilingi lymphocyte developed, tapi jarang pd daerah yg ditempati cells. Banyak foamy dan undifferentiated makrofag di dermis di
differentiation,
Perubahan mantle. lymphocyte mantle. makrofag. Foamy dan periappendageal dan perivascular. Ada plasma dan mast cells
jarang lymphocyte,
histologis Upgrading dari BT: banyak langhans Langhans-giant cells tdk undifferentiated makrofag Pada saraf: LLs limfosit tersebat (B sel), laminasi perineurium,
tidak ada langhans
cells, epidermal exocytosis, selalu ada. Focal epidermal Pada saraf: laminasi perineurium tp jarang infiltrasi sel inflamasi. LLp  Limfosit di LLp < LLs,
cell
biasanya ada lymphocyte mantle exocytosis. dg infiltrasi sel inflamasi yg padat perineurium tidak terganggu (perbedaan LLs dan LLp)
Jmlh (BI dr Mudah ditemukan Mudah ditemukan, jarang globi
Tidak ada (0) Jarang (0 atau 1+) Sangat banyak, banyak globi (6+)
skin smear) (1-3+) (3-5+)

Tampak
-
klinis

Leonine face
Tropical Medicine – Case 6: Multibacillary Leprosy | 6

• Diagnosis Hasilnya: • Management


 Cardinal signs, paling tidak 1 dari 3 gejala berikut:  Negatif: tidak ada/sedikit reaksi thdp antigen  Pengobatan: MDT (Multi-drug Therapy)
o Satu/lebih hypopigmented atau ruam merah, anesthetic/hypo-  Positif: ≥10 mm indurasi setelah 48 jam atau ≥5 mm o Regimen obat: pasien baru & pengulangan
anesthetic skin lesion nodul terbentuk setelah 21 hari 1. Paucibacillary (PB)
o Satu/lebih pembesaran/penebalan saraf perifer o Skin sensitivity test, histamin test, pilocarpine tst, mitsuda Dewasa
o Positif acid-fast bacilli (AFB) skin smear test, bacilloscopy Pengobatan bulanan: hari pertama (obat
 Alur diagnosis kusta o PCR dan serology: untuk mendeteksi M.leprae sebelum diminum di depan petugas):
muncul gejala, pada pasien yang memiliki lesi  2 kapsul rifampisin @300 mg (600
mengandung AFB tapi tidak stigmata kusta mg)
 1 tablet dapson/DDS 100 mg
• Barterial Index (BI): jumlah AFB per high power field (HPF)
Pengobatan harian: hari ke 2-28
perbesaran 1000x (diberi minyak imersi ):
 1 tablet dapson/DDS 100 mg
0 : No AFB seen
*Satu blister untuk 1 bulan. Dibutuhkan
1+ : 1-10 AFB in 100 fields
6 blister yang diminum selama 6-9 bulan
2+ : 1-10 AFB in 10 fields
2. Multibacillary (MB)
3+ : 1-10 AFB in average field
Dewasa
4+ : 10-100 AFB in average field
Pengobatan bulanan: hari pertama (obat
5+ : 100-1000 AFB in average field
diminum di depan petugas):
6+ : >1000 AFB in average field
 2 kapsul rifampisin @300 mg (600
• Morphological Index (MI): melihat viable (yg hidup) AFB, yakni
mg)
solid staining cells  dense, uniform, rounded ends,
 1 tablet dapson/DDS 100 mg
pokoknya yg utuh bukan fragmen [tidak direkomendasikan
 3 tablet lampren/clofazimin @100
oleh WHO untuk program kontrol rutin)
mg (300 mg)
 Biasanya berdasarkan gejala klinis (clinical findings). Terkadang • Differential diagnosis: ptyriasis versicolor, vitiligo, SLE, Pengobatan harian: hari ke 2-28
dibutuhkan pemeriksaan lab dan pemeriksaan lainnya untuk granuloma multiforme, etc  1 tablet dapson/DDS 100 mg
mengkonfirmasi diagnosis kusta. • Severity of leprosy: berdasarkan derajat kecacatan yang dialami  1 tablet lampren 50 mg
 Slit skin smear dan pemeriksaan lab AFB/BTA pasien. Tingkat kecacatan menurut WHO: *Satu blister untuk 1 bulan. Dibutuhkan
o Tujuan: konfirmasi diagnosis baik pada pasien relapse atau pasien 12 blister yang diminum selama 12-18
baru kusta bulan
o Prosedur: Dosis Anak: sesuai usianya (10-15 th) dan
1. Siapkan alat dan pelindung diri (precaution) sesuai berat badan (<5 th)
2. Ambil sampel pada 3 lokasi: 2 earlobes, dan lesi  letakkan Kusta sudah tidak menular: 1 minggu – 1
sampel pada slide bulan setelah minum obat di hari pertama
3. Lakukan pewarnaan ziehl-neelsen/Fite-Faraco stain o Montoring dan evaluasi pengobatan:
4. Lakukan pemeriksaan lab (mikroskopik): periksa Bacterial Index 1. Monitor tanggal pengambilan obat.
(BI) dan Morphological Index (MI) Pasien kontrol tiap bln. Bila terlambat 1
 Metode diagnosis lainnya: bulan mengambil obat  pelacakan
o Lepromin skin test: tidak utk diagnosis, hanya membantu klasifikasi. 2. Release Form Treatment (RFT)
Lakukan injeksi ekstrak “leprosy bacillus” yg telah di-inaktif-kan ke dinyatakan setalah dosis dipenuhi tanpa
dalam kulit (ID) biasanya pd lengan atas sehingga terbentuk lump. diperlukan pemeriksaan laboratorium.
Tropical Medicine – Case 6: Multibacillary Leprosy | 7

Bila: 8. Reaction in Leprosy • Perbedaan reaksi ringan dan berat pada RR dan ENL:
 Pasien PB telah dpt pengobatan 6 blister dlm 6-9 • Reaksi kusta: salah satu penyebab kerusakan akut saraf. Bila
bln kerusakan saraf <6 bln dan diobati dengan cepat dan tepat
 Pasien MB telah dpt pengobatan 12 blister dlm  tidak akan terjadi kerusakan saraf permanen. Apabila ada
12-18 bln reaksi kusta maka evaluasi pasien dilakukan tiap 2 minggu.
3. Pasien RFT tapi memiliki faktor resiko: cacat grade 1 • Definition: reaksi hipersensitivitas yg merupakan interupsi dg
atau 2, pernah reaksi, BTA >3+ pd awal pengobatan episode akut pada perjalanan yg sangat kronis.
4. Deafult (ulang pengobatan, seperti pasien baru): jika • Predisposing factor:
pasien PB tdk mengambil/ meminum obatnya >3 bln  Reaksi tipe 1: bercak multiple dan luas (pd wajah dan
dan pasien MB >6 bln secara kumulatif lesi); trimester 3, puerpurium, paling tinggi 6 bln pertama
5. Relaps (ulang pengobatan): setelah RFT muncul lesi setelah melahirkan; ada infeksi penyertaL hepatitis B & C;
baru pd kulit dg BI ≥ 2+ neuritis/riwayat nyeri saraf
6. Pengeluaran pasien dr registrasi: RFT, meninggal,  Reaksi tipe 2: obat MDT kecuali lampren; BI > 4+;
pindah, salah diagnosis, ganti klasifikasi, default kehamilan awal, trimester 3, puerpurium, tiap masa
7. Pada keadaan khusus, misal: muncul reaksi, segera kehamilan krn infeksi penyerta; infeksi penyerta:
kembali ke faskes streptococcus, virus; stress fisik dan mental; trauma;
 Tatalaksana kecacatan: operasi
• Type of reaction and Pathogenesis:
Mata Tangan dan Kaki
 Reaksi tipe 1 (Reversal Reaction/RR): paling sering terjadi
Lagoftalmos (mata • Mati rasa: lindungi dr perlukaan pada spectrum BT, BB, BL. Akibat hipersensitivitas tipe 4
tdk bisa ditutup (pakai kaos tangan, alas kaki); ada (DTH)
rapat: pakai kaca luka (rawat sampai sembuh) TLR-2 pd makrofag/sel schwann berikatan dg PGL-1 M.
mata; jika mata • Kering: rendam selama 20 menit Leprae  infeksi M. leprae  makrofag/sel schwann
kering  tetes mata setiap hari dalam air  gosok mengekspresikan MHC II dan merepresentasikan antigen M.
saline; saat tidur  bagian yg tebal  olesi dg minyak leprae ke naïve CD4+  diferensiasi jd Th1 dan Th17 (Th1
tutup mata dg • Bengkok: gerak2an sendi agar tdk sekresi IFN-ɣ  merekrut makrofag  MФ sekresi TNF, IL-1,
sepotong kain basah kaku; hand-splinting/foot-splinting IL-12  Inflamasi | Th17 sekresi IL-17, IL-22, dan chemokine
• Komplikasi:  recruit neutrophil & monosit  inflamasi)  merusak
 Defisit motoric: claw hand, clawing toes, ape hand, foot jaringan  reaksi tipe 1
drop, wrist drop, facial palsy  Reaksi tipe 2 (Erythema Nodosum Leprosum/ENL): plg
 Anesthesia  luka  infeksi  kerusakan jaringan  sering terjadi pd BL dan LL. Akibat hipersensitivitas tipe 3 • Management:
sembuh dg deformitas: trophic ulcer (plantar ulcer),  respon inflamasi sistemik. • Reaksi ringan:
kontraktur, mutilasi o Rawat jalan, istirahat di rumah
 Kelainan wajah: madarosis, megalobules ear, saddle nose Antigen M. Leprae berikatan dengan AB-spesifik  imun o Beri analgetik/antipiretik, obat penenang (bila perlu)
(leonine face) kompleks  terdeposisi secara sistemik  aktivasi o MDT tetap diberikan (dosis tetap)
 Kelainan mata: conjunctivitis, scleritis, lagoftalmos, corneal komplemen  rekrutmen dan aktivasi PMN, terutama o Hindari faktor pencetus
ulcer neutrofil  infiltrasi PMN secara massive pada lesi   Reaksi berat: seperti reaksi ringan + hal berikut:
 Disfungsi testis: impotensi, infertilitas, ginekomastia produksi TNF berlebihan, pelepasan lysosomal enzyme  o Beri obat anti reaksi (prednisone, lampren)
 Amyloidosis: masalah hepatic dan renal merusak jaringan  ENL o Indikasi rawat inap (di hal 8)  bawa ke rumah sakit
Tropical Medicine – Case 6: Multibacillary Leprosy | 8

Skema pemberian PREDNISON Golongan sulfone: menghambat penggunaan para-


aminobenzoic acid (PABA) u/ sintesis asam folat 
menghambat sintesis asam folat  hambat sintesis DNA
bakteri
 Side effect: anemia, ruam gatal, urtikaria
• Clofazimine/Lampren
 Administration: harus bersama makanan
NB: setiap 2 minggu, pasien RR/ENL berat harus kontrol untuk  MoA: bakteriostatik, bakterisidal lemah, anti-inflamasi.
pengecekan keadaan klinis dan fungsi saraf: Interference template DNA, mengubah struktur membrane,
• Bila membaik  penurunan dosis mengganggu transport electron di mitokondria
• Bila menetap  lanjutkan dosis selama 1 minggu  Side effect: perubahan warna kulit jd coklat
• Bila memburuk  dosis dinaikan satu tingkat diatasnya
10. BHP, PHOP, CRP
Skema pemberian LAMPREN
• BHP
 Informed consent untuk skin slit smear
 Utamakan beneficence, non-maleficence, autonomy, dan
justice
 Berikan konseling pd pasien: seberapa penting pengobatan
NB: Lampren HANYA diberikan pada pasien ENL berat yang dan akibat bila tidak patuh minum obat, beri pemahaman
berulang (≥2 episode). Diminum pagi hari sesudah makan. Saat mengenai reaksi kusta yang dapat timbul dan bagaimana
pemberian lampren, prednisone juga tetap diberikan sesuai menanganinya
skema.  Berikan dukungan pada pasien dari sisi psikologis
• PHOP (Prevention and Control)
Indikasi rawat inap:
 Deteksi kasus lebih awal sebelum terjadi kecacatan dan
• ENL melepuh, pecah, ulserasi, suhu badan tinggi, neuritis
obati orang yg menderita kusta
• Reaksi tipe 1 disertai bercak ulserasi/neuritis
 Screening pada kelompok yang beresiko tinggi pada daerah
• Reaksi disertai penyakit lain yg berat, missal: DM, hipertensi
yg endemic, terutama orang2 terdekat dr pasien kusta
 Tingkatkan partisipasi masyarakat dan cari cara untuk
9. PP of Leprosy Medication menurunkan tingkat diskriminasi dan stigma buruk
• Rifampicin terhadap kusta
 Administration: saat perut kosong • CRP
 MoA: bekterisidal, 99% kuman mati dalam 1x pemberian.  Di dunia, prevalensi kusta tahun 2015 = 0,2 kasus per
Berikatan dg β-subunit dari RNA polymerase yg membuat 10.000 orang
mRNA dari DNA  menghambat sintesis RNA  Terutama di daerah tropis dengan sosio-ekonomi rendah
 Side effect: BAK warna merah, alergi  urtikaria, icteric,  Di Asia lebih banyak multibacillary leprosy.
shock, purpura, gagal ginjal  Indonesia terbanyak ke-3 di dunia.
• Dapsone
 Administration: harus bersama makanan Selesai. Semoga bermanfaat :)
 MoA: bakteriostatik, menghambat pertumbuhan kuman.

You might also like