Jurnal Muhammad Jaya

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

APLIKASI BEBERAPA DOSIS ABU SERBUK GERGAJI DAN

PUPUK HIJAU JENIS LEGUMINOCEAE TERFORMULASI


SEBAGAI PEMACU PERTUMBUHAN SEMAI
Eucalyptus pellita F. MUELL PADA MEDIUM GAMBUT

APLICATION OF MULTIPLE DOSAGES OF ASH SAW DUST AND


GREEN FERTILIZER TYPE LEGUMINOCEAE FORMULATED
AS INCREASE GROWTH OF SEEDLINGS
Eucalyptus pellita F. MUELL IN THE PEAT MEDIUM

Muhammad Jaya Adhiatma1, M. Mardhiansyah2, Evi Sri Budiani2


Forestry Department, Agriculture Faculty, University of Riau
Address: Jalan Subrantas km 12,5 Kampus Bina Widya, Pekanbaru, Riau
(adhiatmamuhammadjaya@gmail.com)

ABSTRACT

Eucalyptus pellita is one of plants that was developved as industrial timber plantations (ITP)
and has entered third rotations in Riau. Overlay peat medium is handicap ITP business in
Riau. Therefore it is urgent to determine treatment for the improvement of the peat medium.
This research aims to determine influence of ash saw dust and green fertilizer type
leguminoceae formulated to Eucalyptus pellita seedlings in peat medium and the best dosage
to growth of Eucalyptus pellita seedlings. Research using randomized complete design
(RCD) consist of five treatments and four replications and five units trial. T0 = No provision
of ash saw dust and green fertilizer type leguminoceae formulated ; T1 = 125 gr/polybag, T2
= 225 gr/polybag, T3 = 325 gr/polybag, and T4 = 425 gr/polybag. Research proved that the
aplication in peat medium can increase the quality of Eucalyptus pellita seedlings. The
aplication with a dosages 425 gr/polybag in peat medium is the best treatment to percent of
live (100,00%), the height growth (23,44 cm) and top root/ratio (2,00).

Key words : Eucalyptus pellita F. Muell, ash saw dust and green fertilizer type
leguminoceae formulated, peat medium

PENDAHULUAN
Pembangunan hutan tanaman di (Supangat dkk, 2013). Di Provinsi Riau,
Indonesia merupakan kegiatan utama yang penanaman Eucalyptus pellita telah
mendukung program rehabilitasi kawasan dilakukan dalam skala besar dan telah
hutan dan lahan kritis (Departemen mencapai rotasi ke-3 (Supangat dkk, 2013).
Kehutanan, 2004 dalam Supangat dkk, Pembangunan HTI dari genus Eucalyptus
2013). Jenis tanaman yang dikembangkan sp. sangat membutuhkan bibit yang
pada hutan tanaman industri (HTI) berkualitas tinggi yang diproduksi dari
khususnya HTI pulp kebanyakan persemaian. Mutu bibit di persemaian
merupakan fast growing species (FGS), diantaranya dipengaruhi secara langsung
yang berdaur pendek sekitar 4 sampai 6 oleh kondisi media tempat tumbuhnya
tahun (Supangat dkk, 2013). (Suhaila dkk, 2013).
Eucalyptus pellita F. Muell menjadi Usaha pembangunan HTI di
salah satu jenis unggulan tanaman Provinsi Riau seperti yang berasal dari
penghasil kayu pulp selain Accacia sp. tanaman genus Eucalyptus sp. baik itu
1
Mahasiswa Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
2
Staf Pengajar Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
Jom Faperta UR Vol 3 No 2 Oktober 2016.
1
dari jenis Eucalyptus pellita F. Muell pellita F. Muell umur 2 bulan, polybag
maupun jenis lainnya sedikit banyaknya dengan spesifikasi 18 cm x 30 cm dan
akan terganggu oleh keberadaan tanah volume 3.000 gram (gr), abu serbuk
ataupun lahan gambut yang salah satu gergaji dan pupuk hijau leguminoceae
sifatnya memiliki rasio C/N tinggi, yang terformulasi, medium gambut jenis saprik
membuat ketersediaan hara makro dan dan air. Alat yang digunakan dalam
mikro bagi tanaman rendah sehingga penelitian ini adalah mistar ukur, terpal
kurang kondusif untuk pertumbuhan dan plastik, kertas label, gembor, sprayer, tong
perkembangbiakan tanaman. air, selang, oven, timbangan analitik,
Pertumbuhan dan hasil tanaman gunting, ember, caliper, parang, cangkul,
sangat tergantung oleh besarnya kebutuhan kamera dan alat-alat tulis.
optimal akan unsur hara dari komoditas Penelitian ini dilakukan dengan
tersebut dapat dipenuhi oleh tanah sebagai cara eksperimen dengan menggunakan
medium tumbuh. Jika tanah tidak mampu rancangan acak lengkap (RAL) yang
menyediakan unsur hara dalam jumlah terdiri dari 5 perlakuan dan 4 kali ulangan.
yang cukup, maka penambahan dari luar Setiap ulangan terdiri atas 5 sampel
dalam bentuk pemupukan dibutuhkan percobaan. Total semai yang digunakan
untuk tetap menjamin tanaman dapat berjumlah 100 semai Eucalyptus pellita F.
tumbuh dengan baik (Supangat dkk, Muell.
2013).
Upaya-upaya perlakuan yang T0 = Tanpa pemberian abu serbuk gergaji
ramah lingkungan dibutuhkan untuk dan pupuk hijau leguminoceae
memperbaiki sifat-sifat medium ataupun terformulasi sebagai kontrol
gambut yang kurang menguntungkan T1 = Pemberian 125 gr abu serbuk
tersebut. Beberapa upaya yang dapat gergaji dan pupuk hijau jenis
dilakukan antara lain adalah dengan leguminoceae terformulasi
memanfaatkan limbah abu serbuk gergaji T2 = Pemberian 225 gr abu serbuk
yang banyak terdapat di sawmild di gergaji dan pupuk hijau jenis
Provinsi Riau yang dapat dipadukan leguminoceae terformulasi
dengan pemberian pupuk hijau jenis T3 = Pemberian 325 gr abu serbuk
leguminoceae, sehingga menghasilkan gergaji dan pupuk hijau jenis
suatu formulasi yang dapat dicampurkan leguminoceae terformulasi
ke medium gambut tersebut. T4 = Pemberian 425 gr abu serbuk
gergaji dan pupuk hijau jenis
METODE PENELITIAN leguminoceae terformulasi
Penelitian ini dilaksanakan di
Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Respon yang diukur untuk melihat
Universitas Riau, Laboratorium Ilmu pengaruh pemberian abu serbuk gergaji
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Riau dan pupuk hijau leguminoceae
dan Laboratorium Ekofisiologi dan terformulasi adalah persen hidup semai,
Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian tinggi semai dan rasio tajuk/akar semai.
Universitas Riau kampus Bina Widya Data yang diperoleh dianalisis secara
Jalan Subrantas km 12,5, Kelurahan statistik menggunakan sidik ragam dengan
Simpang Baru, Kecamatan Tampan, Kota SPSS versi 17.0. Kemudian jika hasil
Pekanbaru selama 3 bulan dari Bulan analisis sidik ragam berbeda nyata,
Januari 2016 sampai Maret 2016. dilanjutkan dengan Duncan’s New
Bahan yang digunakan dalam Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf
penelitian ini adalah semai Eucalyptus 5%.

1
Mahasiswa Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
2
Staf Pengajar Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
Jom Faperta UR Vol 3 No 2 Oktober 2016.
2
HASIL DAN PEMBAHASAN hijau muda kekuningan, kemudian menjadi
coklat mengering dan akhirnya
A. Persen Hidup Semai berguguran. Bergugurannya daun semai
Hasil pengamatan persen hidup tersebut yang kemudian diikuti dengan
semai Eucalyptus pellita F.Muell setelah matinya pucuk semai tersebut.
dianalisis dengan menggunakan sidik Berdasarkan ciri-ciri tersebut
ragam menunjukkan bahwa keseluruhan diduga tanaman yang mengalami kematian
perlakuan pada penelitian ini memberikan tersebut dikarenakan oleh faktor dalam
pengaruh berbeda tidak nyata terhadap medium gambut yang kurang dapat
persen hidup semai hingga akhir menyediakan hara tersedia untuk diserap
penelitian. Hasil uji lanjut Duncan’s New tanaman, yaitu kekurangan unsur hara,
Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf utamanya unsur hara makro nitrogen (N).
5 % dapat dilihat pada Tabel 1. Menurut Warino (2015) gejala kekurangan
unsur hara nitrogen mula-mula ditandai
Tabel 1. Persen hidup semai Eucalyptus
dengan warna daun yang berubah menjadi
pellita F. Muell umur 4 bulan
hijau muda kemudian menjadi kuning
setelah pemberian beberapa dosis
yang sempurna, kemudian jaringan daun
abu serbuk gergaji dan pupuk hijau
akan perlahan mati dan mengering serta
jenis leguminoceae terformulasi.
Perlakuan Persen Hidup Semai (%)
mempunyai warna yang coklat.
T4 (425 gr/polybag) 100,00 Tingginya persen hidup semai
T3 (325 gr/polybag) 100,00 Eucalyptus pellita F. Muell pada
T2 (225 gr/polybag) 100,00 penelitian ini yaitu berkisar antara 99,75
T1 (125 gr/polybag) 100,00 %-100,00 %, diduga karena penggunaan
T0 (0 gr/polybag) 99,75 medium gambut pada tingkat kematangan
Angka-angka pada setiap baris kolom yang berbeda saprik. Gambut saprik diduga mampu
tidak nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%. untuk membuat semai Eucalyptus pellita
F. Muell untuk minimal tetap hidup.
Berdasarkan hasil uji statistik data
Gambut saprik merupakan gambut yang
penelitian keempat perlakuan yang
memiliki tingkat kematangan dan
diberikan tambahan abu serbuk gergaji dan
kesuburan yang lebih baik dari jenis
pupuk hijau jenis leguminoceae
gambut yang lainnya yaitu hemik dan
terformulasi yaitu perlakuan T4, T3, T2
fibrik yang memiliki tingkat kematangan
dan T1 memiliki persentase hidup semai
yang lebih rendah. Pernyataan tersebut
sebesar 100,00 % atau dengan kata lain
didukung oleh Najiyati dkk (2005) yang
semua unit percobaan dinyatakan hidup
menyatakan gambut saprik adalah gambut
hingga akhir penelitian selama 8 minggu.
yang tingkat pelapukannya sudah lanjut
Sementara itu, perlakuan T0 sebagai
(matang) dan cenderung lebih halus dan
kontrol (tanpa penambahan perlakuan)
subur.
memiliki persentase hidup sebesar 99,75
%. Diketahui bahwa pada perlakuan T0 B. Pertambahan Tinggi Semai
terdapat 1 semai Eucalyptus pellita F. Data hasil penelitian setelah
Muell yang dinyatakan mati pada saat dianalisa menggunakan sidik ragam
penelitian ini, yaitu semai pada unit menunjukkan bahwa pemberian abu
percobaan 1 ulangan ke 1. serbuk gergaji dan pupuk hijau jenis
Kematian semai Eucalyptus pellita leguminoceae terformulasi memberikan
F. Muell pada perlakuan T0 terjadi pada pengaruh berbeda nyata terhadap
minggu ke 6 penelitian. Ciri-ciri awal pertambahan tinggi semai Eucalyptus
kematian semai percobaaan ini ditandai pellita F. Muell berumur 4 bulan atau
dengan berubahnya warna daun menjadi
1
Mahasiswa Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
2
Staf Pengajar Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
Jom Faperta UR Vol 3 No 2 Oktober 2016.
3
setelah penelitian. Hasil uji lanjut DNMRT terhadap sifat kimia gambut yang dikenal
pada taraf 5 % dapat dilihat pada Tabel 2. memiliki pH yang rendah (asam), sifat
fisik berupa daya porositas air yang rendah
Tabel 2. Pertambahan tinggi semai dan miskinnya unsur hara baik mikro
Eucalyptus pellita F. Muell umur 4 maupun makro yang tersedia untuk diserap
bulan setelah pemberian beberapa tanaman. Pendapat ini didukung oleh
dosis abu serbuk gergaji dan pupuk Hertatik dkk, (2000) yang menyatakan
hijau jenis leguminoceae bahwa untuk menaikan pH tanah gambut
sangat baik digunakan abu serbuk gergaji
terformulasi
dibandingkan dengan pemberian dolomit,
Perlakuan Tinggi Semai (cm) karena dolomit tidak dapat bercampur
T4 (425 gr/polybag) 23,44 a
dengan gambut secara tepat, memberikan
T3 (325 gr/polybag) 23,28 a
T2 (225 gr/polybag) 21,38 ab pengaruh yang jelek apabila kelembaban
T1 (125 gr/polybag) 20,59 b tanah tidak dijaga, sedangkan abu serbuk
T0 (0 gr/polybag) 11,51 c gergaji mudah bercampur dengan tanah,
Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf meningkatkan kelembaban tanah serta
kecil yang tidak sama berbeda nyata menurut uji dapat menyumbangkan unsur hara pada
DNMRT pada taraf 5% tanah karena mengandung 0,60 % N, 0,23
% P, 2,47 % K, 11,25 % Ca dan 1,54 %
Tabel 2 menunjukkan bahwa
Mg. Disamping berperan penting dalam
pemberian abu serbuk gergaji dan pupuk
perbaikan sifat kimia dan fisik gambut,
hijau jenis leguminoceae terformulasi pada
abu serbuk gergaji dan pupuk hijau jenis
medium gambut jenis saprik dengan dosis
leguminoceae terformulasi juga dapat
425 gr/polybag (T4) dan 325 gr/polybag
berperan memberikan unsur hara yang
(T3) mampu menghasilkan pertambahan
tersedia untuk diserap tanaman, jika
tinggi terbaik semai Eucalyptus pellita F.
sebelumnya kemampuan memperbaiki
Muell yaitu masing-masing sebesar 23,44
sifat kimia dan fisik gambut didominasi
cm dan 23,28 cm. Hasil ini berbeda nyata
peran abu serbuk gergaji, diduga pupuk
dengan pertambahan tinggi pada perlakuan
hijau jenis leguminoceae berperan
T2 yang dilakukan pemberian perlakuan
menyediakan unsur hara tersedia bagi
abu serbuk gergaji dan pupuk hijau jenis
tanaman. Hal tersebut didukung oleh
leguminoceae terformulasi dengan dosis
pernyataan Gultom (2013) bahwa pupuk
225 gr/polybag yang memberikan
hijau jenis leguminoceae yang dapat
pertambahan tinggi sebesar 21,38 cm.
digunakan adalah legume cover crop
Perlakuan T4, T3, T2 dan T1 bernilai
(LCC) mengandung N, P dan K.
berbeda nyata dengan perlakuan T0,
Pernyataan tersebut juga didukung oleh
dimana nilai pertambahan tinggi semai
Febrina (2004) yang menyatakan bahwa
Eucalyptus pellita F. Muell pada perlakuan
pupuk LCC mengandung 2,48 % N, 0,21
T0 sebesar 11,51 cm setelah berumur 4
% P dan 1,70 % K.
bulan.
Pemberian perlakuan berupa C. Rasio Tajuk/Akar Semai
penambahan abu serbuk gergaji dan pupuk Hasil pengamatan terhadap rasio
hijau jenis leguminoceae terformulasi pada tajuk/akar semai Eucalyptus pellita F.
penelitian ini menunjukkan mampu Muell yang diberikan perlakuan maupun
memacu pertambahan tinggi semai yang tidak diberikan perlakuan, setelah
Eucalyptus pellita F. Muell. Hal ini dianalisa sidik ragam menunjukkan
disebabkan oleh abu serbuk gergaji dan pengaruh yang berbeda tidak nyata
pupuk hijau jenis leguminoceae terhadap rasio tajuk/akar. Hasil uji lanjut
terformulasi mampu melakukan perbaikan
1
Mahasiswa Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
2
Staf Pengajar Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
Jom Faperta UR Vol 3 No 2 Oktober 2016.
4
DNMRT pada taraf 5 % dapat dilihat pada rasio tajuk/akar bukan merupakan
Tabel 3. parameter pertumbuhan dan
Tabel 3. Rasio tajuk akar semai Eucalyptus perkembangan tanaman yang baik dari
pellita F. Muell umur 4 bulan suatu perlakuan yang diberikan, karena
setelah pemberian beberapa dosis selain banyak faktor yang mempengaruhi
juga belum ada standar waktu penelitian
abu serbuk gergaji dan pupuk
untuk penentuan nilai rasio tajuk/akar yang
hijau jenis leguminoceae baik.
terformulasi.
Perlakuan Rasio Tajuk/Akar Semai KESIMPULAN DAN SARAN
T2(225gr/polybag) 2,90
T3(325gr/polybag) 2,19 Kesimpulan
T4(425gr/polybag) 2,00 1. Abu serbuk gergaji dan pupuk hijau
T1(125gr/polybag) 1,99 jenis leguminoceae terformulasi
T0 (0gr/polybag) 1,79 memiliki potensi untuk memacu
Angka-angka pada setiap baris kolom yang berbeda pertumbuhan semai Eucalyptus pellita
tidak nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%. F. Muell pada medium gambut di
persemaian (nursery).
Menurut Widyastuti (2007) dalam
2. Perlakuan T4 dengan dosis sebesar
Pratama (2015) nilai ideal untuk rasio
425 gr/polybag abu serbuk gergaji dan
tajuk/akar pada pembibitan tanaman hutan
pupuk hijau jenis leguminoceae
adalah 2-5. Berdasarkan hasil pada Tabel
terformulasi merupakan yang terbaik
5, perlakuan T4, T3 dan T2 yang diberi
untuk memacu pertumbuhan semai
penambahan berupa abu serbuk gergaji
Eucalyptus pellita F. Muell pada
dan pupuk hijau jenis leguminoceae
medium gambut di persemaian
terformulasi memiliki nilai rasio tajuk/akar
(nursery). Persen hidup semai sebesar
yang ideal. Perlakuan T1 yaitu berupa
100,00 %, pertambahan tinggi semai
penambahan 125 gr/polybag abu serbuk
23,44 cm dan rasio tajuk/akar semai
gergaji dan pupuk hijau jenis
2,00.
leguminoceae terformulasi dan T0 (tanpa
perlakuan) memiliki rasio tajuk/akar Saran
sebesar berturut-turut 1,99 dan 1,78. 1. Disarankan menggunakan dosis 425
Berdasarkan hasil tersebut dapat gr/polybag abu serbuk gergaji dan
disimpulkan kedua perlakuan memiliki pupuk hijau jenis leguminoceae
nilai rasio tajuk akar yang kurang ideal. terformulasi untuk memacu
Kurang idealnya nilai rasio tajuk akar pada pertumbuhan semai Eucalyptus pellita
perlakuan T1 dan T0 diduga karena ada F. Muell di persemaian (nursery).
banyaknya faktor yang mempengaruhi 2. Melakukan penelitian lebih lanjut
proses pengamatan dan pengukuran nilai mengenai aplikasi abu serbuk gergaji
rasio tajuk/akar. Faktor-faktor tersebut dan pupuk hijau jenis leguminoceae
antara lain hilangnya bagian tanaman terformulasi pada tanaman hutan yang
utamanya akar yang telah mengalami tergolong penghasil kayu keras.
proses pengovenan lebih dari sekali,
dimana akar tersebut menjadi sangat rapuh
dan mudah tertiup angin yang pada
akhirnya berpengaruh terhadap hasil akhir
perhitungan nilai rasio tajuk akar tersebut.
Hasil tersebut didukung oleh pernyataan
Banowati (1986) yang menyatakan bahwa

1
Mahasiswa Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
2
Staf Pengajar Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
Jom Faperta UR Vol 3 No 2 Oktober 2016.
5
DAFTAR PUSTAKA

Banowati, L. 1986. Pengaruh Beberapa Supangat B.,A. Supriyo, Sudiro dan


Jenis Kontainer dengan Media Poejirahajoe. 2013. Status
Tumbuh Gambut Terhadap Kesuburan Tanah di bawah
Tegakan Eucalyptus pellita F.
Pertumbuhan Semai Acacia
Muell : Studi Kasus HPHTI PT.
mangium Wild. Skripsi Fakultas Arara Abadi, Riau. Jurnal
Kehutanan Institut Pertanian Boor. Manusia dan Lingkungan, Volume
Bogor. 20, Nomor. 1 : 22-24.

Febrina, 2004. Kontribusi Berbagai Jenis Suhaila, Zahra dan Sulhaswardi. 2013.
Tanaman Penutup Tanah (Cover Perbandingan Campuran Media
Crop) Terhadap perbaikan Tumbuh dan Berbagai
Beberapa Sifat Kimia Ultisol Konsentrasi Atonik untuk
Lahan Alang-Alang. Skripsi. Pertanaman Bibit (Eucalyptus
Fakultas Pertanian Universitas pellita). Jurnal Dinamika Pertanian,
Jambi. Volume XXVIIII, Nomor. 3 : 225-
236.
Gultom V. 2013. Pertumbuhan Vegetatif
Padi Gogo (Oryza sativa) di Warino. 2015. Fungsi dan Gejala
Lahan Gambut dengan Kekurangan Unsur Hara N Pada
Pemberian Abu Serbuk Gergaji Tanaman.http://jokowarino.id/xml
dan Pupuk Hijau Jenis rpc.php (Diakses 27 Maret 2016)
Leguminosa. Skripsi Fakultas
Pertanian Universitas Riau.

Hertatik, W., I.G.M. Subiksa, D, Hardi dan


Permadi. 2000. Ameliorasi Tanah
Gambut dengan Abu Serbuk
Gergaji dan Terak Baja pada
Tanaman Kedelai. Prosiding
Konres Nasional VII. Himpunan
Ilmu Tanah Indonesia. Bandung.

Najiyati, S., Muaslihat, L,. Suryadiputra, I.


2005. Panduan Pengelolaan
Lahan Gambut Untuk Pertanian
Berkelanjutan. Bogor.

Pratama, E.R. 2015. Waktu Potensial


Aplikasi Mikoriza dan
Trichoderma spp. Untuk
Meningkatkan Pertumbuhan
Semai Accacia mangium. Skripsi
Fakultas Pertanian Universitas
Riau.

1
Mahasiswa Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
2
Staf Pengajar Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
Jom Faperta UR Vol 3 No 2 Oktober 2016.
6

You might also like