Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 80

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DM


TIPE II DENGAN GANGGUAN INTEGRITAS KULIT
DI RUANG OLEG RSUD MANGUSADA
BADUNG TAHUN 2018

Oleh :
PUTU NOVI RUSMIYANTI
NIM. P07120015008

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
DENPASAR
2018
KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DM


TIPE II DENGAN GANGGUAN INTEGRITAS KULIT
DI RUANG OLEG RSUD MANGUSADA
BADUNG TAHUN 2018

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Menyelesaikan Mata Kuliah Karya Tulis Ilmiah
Politeknik Kesehatan Denpasar
Jurusan Keperawatan
Program Studi D-III Keperawatan

Oleh :
PUTU NOVI RUSMIYANTI
NIM. P07120015008

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
DENPASAR
2018

i
ii
iii
DESCRIPTION OF NURSING IN PATIENTS TYPE II DM
INTERFERENCE WITH INTEGRITY SKIN IN ROOM OLEG HOSPITAL
MANGUSADA BADUNG 2018
ABSTRACT

Incidence of diabetes in the world at 70% and Indonesia ranks fourth in world
theafter India, China and the United States. The prevalence of DM in Indonesia
reaches 8 million and 21 million in 2030.Almost 80% prevalence of diabetes
mellitus is Type II diabetes. Nursing problems that arise after a given nursing
care is impaired skin integrity. This study aims to know the description of nursing
care in psien type II diabetes with impaired skin integrity. This research
useresearch descriptive and use data collection techniques used in this study is
the observation guideline documentation. Number of subjects used were 2
documents. The results of this study indicate the subject of assessment at the first
and second document subjective data on the subject only experience pain in the
feet and limp. Nursing diagnoses were formulated on the subject of the first and
second documents already explain the nursing problems and formulate nursing
diagnoses ie skin integrity disorders associated with metabolism and circulatory
disorders. Interventions are planned in the document for the first and second
subject is a disorder of the skin inetgritas using the NOC and NIC contained in
Badung Mangusada Hospital. Implementation is done on the first and second
subject has been conducted in accordance with the planned intervention is
inetrgitas skin disorders. The evaluation results obtained in the first and second
document is the subject of a technique using SOAP. The results showed some
differences with the theory that has been submitted with reference nurses used in
space Oleg Mangusada Badung Hospital.

Keywords: Nursing care, type II diabetes, Impaired skin integrity.

iv
GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DM TIPE II
DENGAN GANGGUAN INTEGRITAS KULIT DI RUANG
OLEG RSUD MANGUSADA BADUNG TAHUN 2018

ABSTRAK

Kejadian DM didunia mencapai 70% dan Indonesia menduduki rangking 4


didunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat.Prevalensi DM di Indonesia
mencapai 8 juta dan mencapai 21 juta pada tahun 2030.Hampir 80 % prevalensi
diabetes melitus adalah DM Tipe II. Masalah keperawatan yang muncul setelah di
berikan asuhan keperawatan yaitu gangguan integritas kulit.Penelitian ini
bertujuan Untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada psien DM tipe II
dengan gangguan integritas kulit. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
deskriptif dan menggunakan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pedoman obsevasi dokumentasi. Jumlah subyek yang
digunakan yaitu 2 dokumen. Hasil penelitian ini menunjukkan pengkajian pada
dokumen subyek pertama dan kedua data subjektif pada subyek hanya mengalami
nyeri pada kaki dan lemas. Diagnosa keperawatan yang dirumuskan pada
dokumen subyek pertama dan kedua sudah menerangkan masalah keperawatan
dan merumuskan diagnosa keperawatan yaitu gangguan integritas kulit
berhubungan dengan gangguan sirkulasi metabolisme. Intervensi yang
direncanakan pada dokumen untuk subyek pertama dan kedua adalah gangguan
inetgritas kulit yaitu dengan menggunakan NOC dan NIC yang terdapat di RSUD
Mangusada Badung. Implementasi yang dilakukan pada subyek pertama dan
kedua telah dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan yaitu
gangguan inetrgitas kulit. Hasil evaluasi yang didapatkan pada dokumen subyek
pertama dan kedua yaitu mengunakan teknik SOAP. Hasil penelitian
menunjukkan adanya beberapa perbedaan dengan teori yang telah disampaikan
dengan acuan perawat yang digunakan di ruang Oleg RSUD Mangusada Badung.

Kata kunci : Asuhan Keperawatan, DM tipe II, Gangguan integritas kulit.

v
RINGKASAN PENELITIAN

Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien DM Tipe II Dengan Gangguan


Integritas Kulit Di Ruang Oleg RSUD Mangusada Badung Tahun 2018

Oleh : Putu Novi Rusmiyanti (NIM : P07120015008)

Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis yang


ditandai oleh kenaikan kadar glokusa dalam darah atau hiperglikemia. Hampir 80
% prevalensi diabetes melitus adalah DM Tipe II (Depkes RI, 2009). Pada DM
tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu
tesistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Peningkatan jumlah kasus DM tipe
II berdampak pada peningkatan komplikasi, komplikasi yang sering terjadi pada
DM tipe II adalah neuropati perifer yang menimbulkan gangren dan ulkus diabetik
yang disebabkan oleh kematian jaringan yang dihasilkan dari penghentian suplai
darah.
Prevalensi DM di Indonesia mencapai 8 juta dan mencapai 21 juta pada tahun
2030. Artinya terjadi kenaikan 3 kali lipat dalam waktu 30 tahun (Bustan, 2007).
Prevalensi DM yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di daerah Yogyakarta
(2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur
(2,3%). Prevalensi diabetes melitus yang terdiagnosis dokter atau gejala tertinggi
terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan
(3,4%) dan Nusa Tenggara Timur (3,3%) (Kementerian Kesehatan R.I, 2013).
Berdasarkan hasil Riskesdas Provinsi Bali prevalensi penyakit DM tertinggi di
kabupaten Jembrana (2,0%), Buleleng (1,9%), Bangli (1,8%), Klungkung (1,6%),
Denpasar (1,5%), Badung (1,4%) dan daerah yang terendah terdapat di kabupaten
Karangasem (1,0%). Berdasarkan kelompok umur 55-64 (4,1%) adalah kelompok
umur yang tertinggi dan kelompok umur terendah 15-24 (0,3%), sedangkan
menurut jenis kelamin laki-laki (1,6%) lebih banyak dibandingkan perempuan
(1,4%) (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2013).
Berdasarkan data yang diperoleh di Rumah Sakit Mangusada Badung, jumlah
kunjungan pasien DM tipe II di ruang inap pada tahun 2014 sebanyak 124 orang,
pada tahun 2015 sebanyak 255 orang, pada tahun 2016 sebanyak 511 orang, pada
tahun 2017 sebanyak 517 orang, dari data tersebut terjadi peningkatan jumlah

vi
pengunjung DM tipe II dari tahun 2014-2017 dan total mencapai sebanyak 1407
orang (RSUD Mangusada, 2017).
Dari hasil penelitian Ujiana (2016) Pada Asuhan Keperawatan Dengan
Masalah kerusakan Integritas Kulit Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II Dan
Ganggren Di Ruang Azzara 1 Rumah Sakit Islam Jemursari pada tanggal 24-29
juni 2016 ditemukan 33% pasien DM yang mengalami kerusakan integritas kulit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi data hasil pengkajian pada
pasien DM tipe II dengan gangguan integritas kulit, mengidentifikasi diagnosa
keperawatan yang dirumuskan pada pasien DM tipe II dengan gangguan
integritas kulit, mengidentifikasi intervensi yang direncanakan pada asuhan
keperawatan pada pasien DM tipe II dengan gangguan integritas kulit,
mengidentifikasi implementasi yang dilakukan pada asuhan keperawatan pada
asuhan keperawatan pada pasien DM tipe II dengan gangguan integritas kulit,
mengidentifikasi hasi evaluasi asuhan keperawatan pada asuhan keperawatan pada
pasien DM tipe II dengan gangguan integritas kulit.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dan menggunakan
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman
obsevasi dokumentasi. Fokus studi kasus pada penelitian ini adalah asuhan
keperawatan pada asuhan keperawatan pada pasien DM tipe II dengan gangguan
integritas kulit.Jumlah subyek yang digunakan yaitu 2 dokumen.
Hasil penelitian ini menunjukkan pengkajian pada dokumen subyek pertama
dan kedua berbeda data subjektif pada subyek pertama keluhannya lemas.Subjek
kedua keluhannya lemas dan nyeri pada kaki. Data objektif pada subyek
didapatkanadanya kemerahan pada luka. Diagnosa keperawatan yang dirumuskan
pada dokumen subyek pertama dan kedua sudah menerangkan masalah
keperawatan dan merumuskan diagnosa keperawatan yaitu gangguan integritas
kulit berhubungan dengan gangguan srikulasi metabolisme.Intervensi yang
direncanakan pada dokumen untuk subyek pertama dan kedua adalah gangguan
integritas kulit yaitu dengan menggunakan pedoman NIC dan NOC yang terdapat
di RSUD Mangusada Badung. Implementasi yang dilakukan pada subyek pertama
dan kedua telah dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan yaitu
gangguan integritas kulit, implementasi gangguan integritas kulit menggunakan

vii
pedoman NIC dan NOC dan dilakukan tidak sesuai dengan ONEC. Evaluasi yang
didapatkan pada dokumen 1 setelah 3x24 jam dilakukan implementasi yaitu S:
pasien mengeluh lemas, O: terdapat luka DF Gr III pada kaki kiri, pus ada,
perdarahan tidak ada, kesadaran compos mentis, suhu 36,50C, nadi 80 x/menit,
respirasi 20 x/menit, tekanan darah 140/80 mmHg, BS: 374 A: gangguan
integritas kulit, P: lanjutkan renpra, rawat luka, observasi tanda-tanda vital, cek
BS. Pada dokumen pasien 2 yaitu S: pasien mengeluh nyeri pada kaki, lemas. O:
terdapat luka DF pada kaki, kesadaran compos mentis, G4 V5 M6, suhu 36,5 0C,
nadi 96 x/menit, respirasi 20 x/menit, tekanan darah 150/80 mmHg, A: gangguan
integritas kulit, P: lanjutkan renpra, rawat luka, observasi tanda-tanda vital, cek
BS.
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diinterprestasikan bahwa data
pengkajian yang tidak ditemukan pada dokumen kedua subyek yaitu adanya luka
DF Gr III pada kaki, pada dokumen subyek pertama dan kedua sudah
menerangkan masalah keperawatan dan merumuskan diagnosa keperawatan yaitu
gangguan integritas kulit. Masalah keperawatan tersebut didukung oleh data
subjektif dan objektif yaitu adanya kemerahan pada luka, nyeri pada kaki adanya
dan luka DF Gr III pada kaki kiri. Tidak terdapat perbedaan pada intervensi yang
direncanakan pada dokumen subyek pertama dan subyek kedua d Ruang oleg
RSUD Mangusada Badung. Implementasi pada dokumen yang diberikan kepada
kedua subyek dilakukan tidak sesuai dengan ONEC dan menggunakan SOAP..
Perbedaan yang didapatkan pada teknik dokumentasi evaluasi keperawatan terjadi
karena perbedaan setiap perawat dalam tata cara
mendokumentasikan/mengevaluasi asuhan keperawatan.

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan

Yang Maha Esa karena atas berkat-Nya peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah dengan judul “Gambaran Asuhan Keperawatan pada pasien DM Tipe

II Dengan Gangguan Integritas Kulit Di Ruang Oleg RSUD Mangusada

Badung Tahun 2018” tepat waktu dan sesuai dengan harapan. Karya Tulis

Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan D-III

di Politeknik Kesehatan Denpasar Jurusan Keperawatan.

Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan bukanlah semata-mata usaha peneliti

sendiri, melainkan berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu

melalui kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Anak Agung Ngurah Kusumajaya, SP.,MPH, selaku Direktur Poltekkes

Denpasar yang telah memberikan kesempatan menempuh program pendidikan

D-III keperawatan Poltekkes Denpasar.

2. Ibu V.M Endang S.P Rahayu, S.Kp.,M.Pd, selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Poltekkes Denpasar, yang telah memberikan bimbingan secara tidak langsung

selama pendidikan di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar

serta atas dukungan moral dan perhatian yang diberikan kepada peneliti.

3. Bapak I Made Mertha, S.Kp.,M.Kep, selaku Ketua Prodi D-III yang telah

memberikan bimbingan secara tidak langsung selama pendidikan di Jurusan

Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar serta atas dukungan moral dan

perhatian yang diberikan kepada peneliti.

ix
x
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN..................................iError! Bookmark not defined.
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT....................................................... iii
ABSTRACT ........................................................................................................... iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
RINGKASAN PENELITIAN ................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv
BAB I : PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 5
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 7
A. Konsep Gangguan Integritas Kulit Pada DM tipe II ...................................... 7
1. Pengertian diabetes melitus tipe II ........................................................... 7
2. Etiologi gangguan integritas kulit pada DM tipe II .................................. 7
3. Pengertian gangguan integritas kulit pada DM tipe II.............................. 8
4. Patofisologi terjadinya gangguan integritas kulit pada Diabetes Mellitus
tipe II ........................................................................................................ 8
5. Penyebab gangguan integritas kulit pada DM tipe II ............................... 9
6. Tanda dan gejala gangguan integritas kulit pada DM tipe II ................... 9
7. Dampak gangguan integritas kulit pada DM tipe II ............................... 10
8. Komplikasi gangguan integritas kulit pada DM Tipe II......................... 11

xi
9. Pemeriksaan penunjang .......................................................................... 11
B. Asuhan Keperawatan Pada Pasien DM Tipe II Dengan Gangguan
Integritas Kulit ............................................................................................. 12
1. Pengkajian .............................................................................................. 12
2. Diagnosa keperawatan ............................................................................ 13
3. Perencanaan/intervensi keperawatan ...................................................... 13
4. Implementasi keperawatan ..................................................................... 16
5. Evaluasi keperawatan ............................................................................. 16
BAB III : KERANGKA KONSEP ....................................................................... 19
A. Kerangka Konsep Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien DM
Tipe II Dengan Gangguan Integritas Kulit .................................................. 19
B. Definisi Operasional Variabel...................................................................... 20
BAB IV : METODE PENELITIAN ..................................................................... 21
A. Jenis Penelitian............................................................................................. 21
B. Tempat Dan Waktu ...................................................................................... 22
C. Subyek studi kasus ....................................................................................... 22
D. Fokus Studi Kasus........................................................................................ 23
E. Pengumpulan Data ....................................................................................... 23
F. Instrumen pengumpulan data ....................................................................... 25
G. Metode Analisis Data ................................................................................... 25
H. Etika Studi Kasus ......................................................................................... 26
BAB V : HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN................................... 28
A. Hasil Studi Kasus ......................................................................................... 28
B. Pembahasan Studi Kasus ............................................................................. 33
C. Keterbatasan ................................................................................................. 38
BAB VI : SIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 41
A. Simpulan ...................................................................................................... 41
B. Saran ............................................................................................................ 43
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 44

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Definisi Operasional Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien DM


Tipe II dengan Gangguan Integritas Kulit .......................................... 20

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Konsep Penelitian Gambaran Asuhan Keperawatan Pada


Pasien DM Tipe II Dengan Gangguan Integritas Kulit ..................... 19

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Kegiatan Penelitian.............................................................. 46


Lampiran 2 : Rencana Anggaran Penelitian.......................................................... 47
Lampiran 3 : Pedoman Observasi Dokumentasi ................................................... 48

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan gaya hidup yang semakin maju, populasi penuaan yang

semakin meningkat, perubahan pola makan, dan perubahan prilaku hidup tidak

sehat yang sangat pesat, banyak menimbulkan permasalahan kesehatan yang

semakin meluas di Indonesia terutama pada penyakit tidak menular dan penyakit

degenerativ salah satunya adalah penyakit diabetes mellitus (DM) (Irianto, 2014).

Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis

yang ditandai oleh kenaikan kadar glokusa dalam darah atau hiperglikemia.

Hampir 80 % prevalensi diabetes melitus adalah DM Tipe II (Depkes RI, 2009).

Pada DM tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin

yaitu tesistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.Peningkatan jumlah kasus

DM tipe II berdampak pada peningkatan komplikasi, komplikasi yang sering

terjadi pada DM tipe II adalah neuropati perifer yang menimbulkan gangren dan

ulkus diabetik yang disebabkan oleh kematian jaringan yang dihasilkan dari

penghentian suplai darah.DM tipe II menimbulkan dampak akut dan kronis

(American Diabetes Association, 2014). DM tidak dapat disembuhkan tetapi

kadar gula darah bisa dikendalikan. Kriteria diagnosis DM yaitu glukosa plasma

sewaktu >200 mg/dL, glukosa plasma puasa >140 mg/dL (Smeltzer & Bare,

2002).

Menurut World Health Organization (2010) angka kejadian DM didunia

mencapai 70% dan Indonesia menduduki rangking 4 didunia setelah India, Cina
dan Amerika Serikat. Di dunia 171 juta penderita DM dan akan meningkat 2 kali,

366 juta pada tahun 2030.

Prevalensi DM di Indonesia mencapai 8 juta dan mencapai 21 juta pada

tahun 2030. Artinya terjadi kenaikan 3 kali lipat dalam waktu 30 tahun (Bustan,

2007). Prevalensi DM yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di daerah

Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan

Timur (2,3%). Prevalensi diabetes melitus yang terdiagnosis dokter atau gejala

tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi

Selatan (3,4%) dan Nusa Tenggara Timur (3,3%) (Kementerian Kesehatan R.I,

2013).

Berdasarkan hasil Riskesdas Provinsi Bali prevalensi penyakit DM

tertinggi di kabupaten Jembrana (2,0%), Buleleng (1,9%), Bangli (1,8%),

Klungkung (1,6%), Denpasar (1,5%), Badung (1,4%) dan daerah yang terendah

terdapat di kabupaten Karangasem (1,0%). Berdasarkan kelompok umur 55-64

(4,1%) adalah kelompok umur yang tertinggi dan kelompok umur terendah 15-24

(0,3%), sedangkan menurut jenis kelamin laki-laki (1,6%) lebih banyak

dibandingkan perempuan (1,4%) (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2013).

Berdasarkan data yang diperoleh di Rumah Sakit Mangusada Badung,

jumlah kunjungan pasien DM tipe II di ruang inap pada tahun 2014 sebanyak 124

orang, pada tahun 2015 sebanyak 255 orang, pada tahun 2016 sebanyak 511

orang, pada tahun 2017 sebanyak 517 orang, Dari data tersebut terjadi

peningkatan jumlah pengunjung DM tipe II dari tahun 2014-2017 dan total

mencapai sebanyak 1407 orang (RSUD Mangusada, 2017).

2
Dari hasil penelitian Ujiana(2016) Pada Asuhan Keperawatan Dengan

Masalah kerusakan Integritas Kulit Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II Dan

Ganggren Di Ruang Azzara 1 Rumah Sakit Islam Jemursari pada tanggal 24-29

juni 2016 ditemukan 33% pasien DM yang mengalami kerusakan integritas kulit.

Dampak dari gangguan integritas kulit apabila tidak di tangani akan

menimbulkan komplikasi. Komplikasi yang muncul antara lain komplikasi akut

dan kronis. Komplikasi akut meliputi hipoglikemia, ketoasidosis, koma

hiperglikemi dan hiperosmolar nonketotik (HHNK), sedangkan komplikasi

kronisnya meliputi makrovaskuler seperti pembuluh darah jantung, pembuluh

darah tepi, dan pembuluh darah otak, mikrovaskuler seperti retinopati diabetik,

nefropati diabetik, neuropati diabetik, rentan infeksi, dan kaki diabetik (American

Diabetes Association, 2014).

Terjadinya gangguan integritas kulit diawali adanya hiperglikemia pada

penyandang DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada

pembuluh darah. Neuropati sensorik maupun motorik dan autonomik akan

mengakibatkan berbagai perubahan kulit dan otot yang menyebabkan terjadinya

perubahan tekanan pada telapak kaki dan akan mempermudah terjadinya ulkus

diabetik. Munculnya ulkus diabetik dan ganggren bisa menimbulkan dampak

nyeri kaki, intoleransi aktivitas, gangguan pola tidur dan penyebaran infeksi.

Penyakit neuropati dan vaskuler adalah faktor utama yang menyebabkan

terjadinya luka. Masalah luka yang terjadi pada pasien dengan diabetik terkait

dengan pengaruh pada saraf yang terdapat pada kaki biasanya dikenal sebagai

neuropati perifer. Pada pasien diabetik sering sekali mengalami gangguan pada

sirkulasi, gangguan sirkulasi ini berhubungan dengan pheripheral vasculal

3
diseases, efek sirkulasi inilah yang menyebabkan kerusakan pada saraf.Dengan

adanya gangguan pada saraf autonom pengaruhnya adalah terjadinya perubahan

tonus otot yang menyebabkan abnormal aliran darah dengan demikian autonomi

neuropati menyebabkan kulit menjadi kering dan antihidrosis yang menyebabkan

kulit mudah menjadi rusak dan menyebabkan terjadinya ganggren. Sehingga

munculah masalah keperawatan yaitu gangguan integritas kulit(Wijaya, 2013).

Dari latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Mellitus (DM)

Tipe II Dengan Gangguan Integritas Kulit.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan pada pasien

Diabetes Mellitus (DM) tipe II dengan gangguan integritas kulit di Ruang Oleg

RSUD Mangusada Badung tahun 2018?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Mellitus tipe II

dengan gangguan integritas kulit di RSUD Mangusada Badung tahun 2018

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengkajian keperawatan pada pasien Diabetes Mellitus tipe

II dengan gangguan integritas kulit di ruang Oleg RSUD Mangusada Badung

tahun 2018

4
b. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada pasien Diabetes Mellitus tipe II

dengan gangguan integritas kulitdi ruang Oleg RSUD Mangusada Badung

tahun 2018

c. Mengidentifikasi perencanaan keperawatan pada pasien Diabetes Mellitus

Tipe II dengan gangguan integritas kulitdi ruang Oleg RSUD Mangusada

Badung tahun 2018

d. Mengidentifikasi pelaksanaan keperawatan pada pasien Diabetes Mellitus tipe

II dengan gangguan integritas kulitdi ruang Oleg RSUD Mangusada Badung

tahun 2018

e. Mengidentifikasi evaluasi keperawatan pada pasien Diabetes Mellitus tipe II

dengan gangguan integritas kulitdi ruang Oleg RSUD Mangusada Badung

tahun 2018

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai masukan bagi petugas kesehatan

dalam melakukan strategi peningkatan kesehatan yang optimal bagi khususnya

bagi para penderita DM tipe II dengan gangguan integritas kulit

b. Bagi masyarakat diharapkan hasil penelitian dapat digunakan untuk

meningkatkan pengetahuan pada gangguan integritas kulit

c. Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatandiharapkan hasil

penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan bagi para

penderita DM tipe II dengan gangguan integritas kulit

5
d. Bagi penulis dapat menambah keterampilan dalam meaksanakan asuhan

keperawatan bagi penderita bagi para penderita DM tipe II dengan gangguan

integritas kulit dengan gangguan integritas kulit

2. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pustaka dalam menambah

wawasan pengetahuan khususnya DM tipe II dengan gangguan integritas kulit

b. Penelitian ini diharapkan menjadi acuan untuk peneliti lain sebagai data dasar

dalam melakukan penelitian

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Gangguan Integritas Kulit Pada DM tipe II

1. Pengertian diabetes melitus tipe II

DM tipe II adalah kelainan metabolik yang ditandai dengan kenaikan gula

darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas (Irianto, 2015). Pada

DM tipe II terdapat dua masalah yang saling berhubungan dengan insulin yaitu

resistensi dan gangguan sekresi insulin. Kriteria diagnosis DM yaitu glukosa

plasma sewaktu >200 mg/dL, glukosa plasma puasa>140 mg/dL (Smeltzer &

Bare, 2002). Diabetes Melitus tipe II dianggap sebagai non insulin dependent

diabetes melitus.Tipe ini muncul pada orang yang berusia diatas 30 tahun

(Corwin, 2001).

2. Etiologi gangguan integritas kulit pada DM tipe II

DM tipe II atau sering disebut dengan isnsulin requirement

(membutuhkan insulin) jenis DM yang pankreasnya tidak menghasilkan insulin

yang cukup sehingga membuat kadar gula darah menjadi tinggi yang disebabkan

oleh tubuh yang tidak dapat merespon insulin (Hasdinah, 2012).

Faktor utama yang berperan pada timbulnya gangguan integritas kulit

pada diabetes melitus tipe II adalah angiopati, neuropati dan infeksi (Sugondo,

2013). Adanya neuropati perifer akan menyebabkan hilang atau menurunnya

sensai nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa yang

mengakibatkan terjadinya ganggren pada kaki. Apabila sumbatan darah terjadi

pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan merasa sakit pada
tungkainya. Adanya angiopati akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan

nutrisi, oksigen serta antibiotika sehingga menyebabkan terjadinya luka yang

sukar sembuh (Wijaya, 2013).

3. Pengertian gangguan integritas kulit pada DM tipe II

Gangguan integritas kulit adalah dimana keadaan individu berisiko

mengalami kerusakan jaringan epidermis dan dermis pada lapisan kulit

(Carpenito, 2012).

Salah satu gangguan integritas kulit yang terjadi pada pasien diabetes

mellitus adalah ganggren dan ulkus diabetik. Ulkus diabetik adalah gangguan

sebagian atau keseluruhan pada kulit yang meluas ke jaringan bawah kulit,

tendon, otot, tulang atau persendian yang terjadi pada seseorang yang menderita

penyakit DM, kondisi ini timbul sebagai akibat terjadinya peningkatan kadar

gula darah yang tinggi. (Tarwoto, 2012)

Ulkus kaki atau gangren didefinisikan sebagi jaringan nekrosis atau

jaringan mati yang disebabkan oleh adanya emboli pembuluh darah besar arteri

pada bagian tubuh sehingga suplai darah terhenti. (Maryunani, 2013)

4. Patofisologi terjadinya gangguan integritas kulit pada Diabetes Mellitus

tipe II

Terjadinya gangguan integritas kulit pada DM diawali masalah kaki

dengan adanya hiperglikemia pada penyandang DM yang menyebabkan kelainan

neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Neuropati sensorik maupun motorik

dan autonomik akan mengakibatkan berbagai perubahan kulit dan otot yang

menyebabkan terjadinya perubahan tekanan pada telapak kaki dan akan

mempermudah terjadinya ulkus diabetik. Munculnya ulkus diabetik dan ganggren

8
bisa menimbulkan dampak nyeri kaki, intoleransi aktivitas, gangguan pola tidur

dan penyebaran infeksi.Penyakit neuropati dan vaskuler adalah faktor utama yang

menyebabkan terjadinya luka, masalah luka yang terjadi pada pasien dengan

diabetik terkait dengan pengaruh pada saraf yang terdapat pada kaki biasanya

dikenal sebagai neuropati perifer.Pada pasien diabetik sering sekali mengalami

gangguan pada sirkulasi, gangguan sirkulasi ini berhubungan dengan pheripheral

vasculal diseases, efek sirkulasi inilah yang menyebabkan kerusakan pada

saraf.Adanya gangguan pada saraf autonom berpengaruh terjadi perubahan tonus

otot yang menyebabkan abnormal aliran darah dengan demikian autonomi

neuropati menyebabkan kulit menjadi kering dan antihidrosis yang menyebabkan

kulit mudah menjadi rusak dan menyebabkan terjadinya ganggren. Sehingga

munculah masalah keperawatan yaitu gangguan integritas kulit (Wijaya, 2013)..

5. Penyebab gangguan integritas kulit pada DM tipe II

Dalam buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SDKI

DPP PPNI, 2017)penyebab dari gangguan integritas kulit adalah perubahan

sirkulasi, perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan), penurunan

mobilitas, suhu lingkungan yang ekstrem, kelembaban, proses penuaan, neuro

perifer, perubahan hormonal, perubahan pigmentasi, kurang terpapar informasi

tentang upaya mempertahankan/ melindungi integritas jaringan.

6. Tanda dan gejala gangguan integritas kulit pada DM tipe II

Dalam buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SDKI

DPP PPNI, 2017), tanda dan gejala gangguan integritas kulit sebagai berikut :

a. Nyeri

9
Nyeri adalah keadaan yang subjektif dimana seseorang memperlihatkan rasa

tidak nyaman secara verbal maupun non verbal ataupun keduanya.Nyeri dibagi

menjadi dua yaitu nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut adalah pengalaman

sensorik yang berkaitan dengan gangguan jaringan, dengan berintensitas ringan

hingga berat yang berlangsung kurang dari tiga bulan.Sedangkan nyeri kronis

adalah pengalaman sensorik yang berkaitan dengan gangguan jaringan fungsional,

berintensitas ringan hingga berat, yang berlangsung lebih dari tiga bulan.

b. Perdarahan

Perdarahan adalah suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan darah baik

internal maupun eksternal.

c. Kemerahan

Sebuah kondisi kulit yang ditandai dengan kemerahan atau ruam.

d. Hematoma

Kumpulan darah yang terlokalisasi dibawah jaringan. Hematoma

menunjukkan pembengkakan, perubahan warna, sensasi, serta kehangatan atau

massa yang tampak kebiru-biruan.

7. Dampak gangguan integritas kulit pada DM tipe II

Dalam buku KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah(Wijaya, 2013), Dampak

gangguan integritas kulit pada DM tipe II adalah sebagai berikut :

a. Nyeri kaki

b. Intoleransi aktivitas

c. Gangguan pola tidur

d. Penyebaran infeksi.

10
8. Komplikasi gangguan integritas kulit pada DM Tipe II

Menurut Mulyati (2014) Terdapat kompikasi yang menimbulkan gangguan

integritas kulit yaitu :

1. neuropati sensorik yang menyebabkan hilangnya perasaan nyeri dan

sensibilitas tekanan

2. neuropati otonom yang menyebabkan timbulnya peningkatan kekeringan

akibat penurunan perspirasi

3. vaskuler perifer yang menyebabkan sirkulasi ekstremitas bawah buruk yang

menghambat lamanya kesembuhan luka sehingga menyebabkan terjadinya

kompikasi ganggren dan ulkus diabetik.

9. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada gangguan integritas kulit adalah

(Wijaya, 2013) :

a. Pemeriksaan fisik

1) Inspeksi

Denervasi kulit menyebabkan produktivas keringat menurun, sehingga kulit

kaki kering, pecah, rabut kaki/jari(-), kalus, claw toe , Ukus tergantung saat

ditmkan (0-5)

2) Palpasi

(a) Kulit kering, pecah-pecah, tidak normal

(b) Kusi arteri dingin, pulsasi(-)

(c) Ulkus : kalkus tebaldan keras

b. Pemeriksaan vaskuler

11
Tes Vaskuler noninvasive: pengukuran oksigen transkutaneus, ankle brankial

index (ABI), absolute toe systolic pressure. ABI: tekanan sistoik betis dengan

tekanan sistolik lengan.

c. Pemeriksaan radiologis: gas subkutan, benda asing, osteomielitis.

d. pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :

1) pemeriksaan darah meliputi: GDS >200 mg/dl, gula darah puasa > 120 mg/dl

dan 2 jam post prandial >200g/dl.

2) Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan

dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna

pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).

3) Kultur pus untuk mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan

antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman.

B. Asuhan Keperawatan Pada Pasien DM Tipe II Dengan Gangguan

Integritas Kulit

Menurut Wijaya (2013), asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Melitus

(DM) Tipe II dengan gangguan integritas kulit yaitu:

1. Pengkajian

a. Identitas Pasien

Nama, no RM, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, status, tanggal MRS,

dan tanggal pengkajian

b. Keluhan utama: adanya rasa kesemutan pada kaki/ tungkai bawah, rasa raba

yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh-sembuh dan berbau, adanya

nyeri pada luka.

c. Riwayat Kesehatan

12
1) Riwayat kesehatan sekarang: berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab

terjadinya luka serta upaya yang telah dilakukan oleh pasien untuk

mengatasinya.

2) Riwayat kesehatan terdahulu: adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-

penyakit ain yang ada kaitannya dengan diefensi insulin misalnya penyakit

pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas maupun arteroskeroisis,

tindakan medis yang pernah didapat maupun obat-obatan yang biasa

digunakan oleh pasien.

3) Riwayat kesehatan keluarga:dari genogram keluarga biasanya terdapat salah

satu anggota keluarga yang juga menderita DM tau penyakit keturunan yang

dapat menyebabkan terjadinya diefensi insulin misalnya hipertensi, jantung.

2. Diagnosa keperawatan

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan neuropati perifer.

3. Perencanaan/intervensi keperawatan

Perencanaan merupakan suatu petunjuk tertulis yang menggambarkan secara

tepat rencana tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien sesuai

kebutuhan berdasarkan diagnosis keperawatan. Perencanaan juga merupakan

keputusan awal yang memberi arah bagi tujuan yang ingin dicapai, hal yang akan

dilakukan, termasuk bagaimana, kapan, dan siapa yang akan melakukan tindakan

keperawatan. (Asmadi, 2008). Perencanaan keperawatan gangguan integritas kulit

menggunakan pendekatan nanda NIC – NOC (2015). Berikut ini adalah intervensi

untuk pasien dengan diabetes melitus dengan gangguan integritas kulit :

a. Masalah keperawatan : Gangguan integritas kulit.

b. Batasan karakteristik:

13
1) Kerusakan lapisan kulit (dermis)

2) Gangguan permukaan kulit (epidermis)

c. Faktor-faktor yang berhubungan :

a) Perubahan sirkulasi

b) Perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan)

c) Kekurangan/kelebihan volume cairan

d) Penurunan mobilitas

e) Bahan kimia iritatif

f) Suhu lingkungan yang ekstrem

g) Faktor mekanis (mis. Penekanan pada tonkolan tulan, gesekan) atau faktor

elektris (elektrodiatermi, energy listrik bertengangan tinggi)

h) Kelembapan

i) Proses penuaan

j) Neuropati perifer

k) Perubahan pigmentasi

l) Perubahan hormonal

m) Kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan/melindungi

integritas jaringan

d. Tujuan keperawatan yaitu setelah dilakukan asuhan keperawatan dengan

Nursing Outcome Classification (NOC) :

1) Tissue integrity: skin and mucous membranes

2) Hemodyalis akses

Adapun kriteria hasil yang diharapkan adalah sebagai berikut :

14
1) Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temparatur,

hidrasi, pigmentasi)

2) Tidak ada luka/lesi pada kulit

3) Perpusi jaringan baik

4) Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah

terjadinya cedera berulang

5) Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit dari

perawatan alami.

e. Intervensi yang diberikan kepada klien sesuai dengan Nursing Intervention

Classification (NIC) adalah sebagai berikut :

1) Pressure Management

a) Monitor TD, nadi, suhu, RR

b) Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar

c) Hindari kerutan pada tempat tidur

d) Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

e) Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien setiap dua jam sekali)

f) Monitor kulit akan adanya kemerahan

g) Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah yang tertekan

h) Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

i) Monitor status pasien

j) Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat

2) Insision site care

a) Membersihkan, memantau dan meningkatkan proses penyembuhan pada luka

yang ditutup dengan jahitan, klip atau straples

15
b) Monitor proses kesembuhan area insisi

c) Monitor tanda dan gejala infeksi pada area insisi

d) Bersihkan area sekitar jahitan atau stapes menggunakan lidi kapas steril

e) Gunakan preparat antiseptic, sesuai program

f) Ganti balutan pada interval waktu yang sesuai atau biarkan luka tetap terbuka

(tidak dibalut) sesuai program

4. Implementasi keperawatan

Implementasi adalah rencana tindakan yang dilakukan untuk mencapai

tujuan dari kriteria hasil yang dibuat. Tahap pelaksanaan dilakukan setelah

rencana tindakan di susun dan di tunjukkan kepada perawat untuk membantu

pasien mencapai tujuan dan kriteria hasil yang dibuat sesuai dengan masalah yang

pasien hadapi (Suyono, 2004).

Tahap pelaksaanaan terdiri atas tindakan mandiri dan kolaborasi yang

mencangkup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan,

dan memfasilitasi koping. Agar kondisi pasien cepat membaik diharapkan bekerja

sama dengan keluarga pasien dalam melakukan pelaksanaan agar tercapainya

tujuan dan kriteria hasil yang sudah di buat dalam intervensi (Nursalam, 2009).

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan menurut Sunaryo (2016) merupakan rangkaian dari

proses keperawatan sehingga untuk dapat melakukan evaluasi perlu melihat

langkah-langkah proses keperawatan sejak pengkajian. Perumusan diagnosa,

perencanaan, implementasi (pelaksanaan). Selanjutnya pada tahap akhir perawat

mengevaluasi kemajuan pasien terhadap tindakan dalam pencapaian tujuan dan

bila tujuan belum tercapai maka, perlu melakukan revisi data dasar serta

16
memperbarui diagnosis keperawatan maupun perencanaan.Sercara singkat dapat

dikatakan bahwa evaluasi adalah penilaian terhadap tindakan keperawatan yang

diberikan/dilakukan dan mengetahui apakah asuhan keperawatan dapat tercapai

sesuai yang telah ditetapkan.

Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil evaluasi terdiri

dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama program

berlangsung.Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan

mendapatkan informasi efektifitas pengambilan keputusan. Evaluasi asuhan

keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif, objektif,

assesment, planning)(Achjar, 2010). Adapun komponen SOAP yaitu S (Subjektif)

dimana perawat menemui keluhan pasien yang masih dirasakan setelah diakukan

tindakan keperawatan, O (Objektif) adalah data yang berdasarkan hasil

pengukuran atau observasi perawat secara langsung pada pasien dan yang

dirasakan pasien setelah tindakan keperawatan, A (Assesment) adalah interprestsi

dari data subjektif dan objektif, P (Planing) adalah perencanaan keperawatan yang

akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi, atau ditambah dari rencana tindakan

keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya(Rohmah Nikmatur & Saiful,

2012). Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan masalah yang pasien hadapi yang

telah di buat pada perencanaan tujuan dan kriteria hasil. Evaluasi yang diharapkan

dapat dicapai pada pasien DM tipe II dengan gangguan integritas kulit adalah :

1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temparatur,

hidrasi, pigmentasi).

2. Tidak ada luka/lesi pada kulit

3. Perpusi jaringan baik

17
4. Menunjukan peahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya

cedera berulang.

5. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit dari

perawatan alami.

18
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien DM

Tipe II Dengan Gangguan Integritas Kulit

Gejala dan Tanda :


Diabetes
Mellitus Tipe II 1. Nyeri
2. Perdarahan
3. Kemerahan
4. Hematoma

Gangguan Asuhan
Neuropati perifer
Integritas Kulit Keperawatan

Dampak integritas kulit


pada DM Tipe II

1. Nyeri kaki

2. Intoleransi aktivitas

3. Gangguan pola tidur

4. Penyebaran infeksi

Keterangan :

: Variabel yang tidak diteliti


: Variabel yang diteliti
: Terdapat hubungan

Gambar 1 Kerangka Konsep Penelitian Gambaran Asuhan Keperawatan Pada


Pasien DM Tipe II Dengan Gangguan Integritas Kulit
B. Definisi Operasional Variabel

Definisi oprasional adalah penjelasan semua variabel dan istilah yang akan

digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya mempermudah

pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2013b) Untuk

menghindari perbedaan persepsi, maka perlu disusun definisi operasional yang

merupakan penjelasan lanjut dari variabel sebagai berikut:

Tabel 1
Definisi Operasional Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien DM Tipe II
dengan Gangguan Integritas Kulit

Cara
Definisi Skala
No Variabel Alat ukur pengumpulan
Operasional ukur
data
1 Gambaran Pelayanan Pedoman Studi Nominal
asuhan keperawatan observasi dokumentasi
keperawatan pada pasien dokumentasi
pada pasien diabetes mellitus
diabetes tipe II dengan
mellitus tipe gangguan
II dengan integritas kulit
gangguan meliputi
integritas pengkajian,
kulit diagnosa,
perencananan,
pelaksanaan dan
evaluasi
keperawatan

20
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif, Penelitian deskriptif

merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau memaparkan

peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa kini. Deskripsi peristiwa

dilakukan secara sistematis dan lebih menekankan pada data faktual daripada

penyimpulan (Nursalam, 2008).

Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sehingga

peneliti dapat memperoleh jawabaan terhadap pertanyaan penelitian.Desain yang

digunakan adalah studi kasus (Setiadi, 2013). Penelitian studi kasus merupakan

penelitian dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang

tersiri dari unit tunggal. Unit tunggal ini dapat berarti satu orang, kelompok

penduduk yang terkena suatu masalah. Unit yang menjadi masalah tersebut secara

mendalam dianalisa baik dari segi yang berhubungan dengan kasusnya sendiri,

faktor risiko, yang memengaruhi, kejadian yang berhubungan dengan kasus

maupun tindakan dan reaksi dari kasus terhadap suatu perlakuan atau pemaparan

tertentu, meskipun yang diteliti dalam kasus tersebut hanya berbentuk unit

tunggal, namun dianalisis secara mendalam.

Penelitian studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup

pengkajian satu unit penelitian secara intensif, misalnya satu klien, keluarga,

kelompok, komunitas, atau institusi. Meskipun jumlah subjek cenderung sedikit

namun jumlah variabel yang diteliti cukup luas.


Menurut Setiadi (2013) pendekatan yang digunakan pada penelitian ini

menggunakan pendekatan Prospektif. Pendekatan prospektif yaitu pendekatan

dengan mengikuti subjek untuk meneliti peristiwa yang belum terjadi.Penelitian

ini menggunakan rancangan studi yaitu menggambarkan atau mendeskripsikan

asuhan keperawatan pada pasien DM tipe II dengan gangguan integritas kulit.

B. Tempat Dan Waktu

Tempat Penelitian untuk studi kasus ini adalah Ruang Oleg RSUD

Mangusada Badung. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 07-09 April

2018.

C. Subyek studi kasus

Studi kasus tidak dikenal populasi dan sampel, namun lebih mengarah

kepada istilah subyek studi kasus oleh karena yang menjadi subyek studi kasus

sekarang-kurangnya dua pasien yang diamati secara mendalam.Subyek studi

kasus perlu dirumuskan kriteria inklusi dan eksklusi.

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau yang diteliti (Nursalam, 2013b). Kriteria inklusi

dalam penelitian ini adalah :

a. Pasien diabetes mellitus tipe II yang mengalami gangguan integritas kulit di

Ruang Oleg RSUD Mangusada Badung

b. Pasien diabetes mellitus tipe II yang berusia 17 s/d 80 tahun.

c. Dokumen pasien diabetes mellitus yang mengalami gangguan integritas kulit

22
2. Kriteria ekslusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab(Nursalam, 2013).

a. Pasien diabetes mellitus dengan kadar glukosa darah < 60 mg/dL

b. Pasien diabetes mellitus yang memiliki data dokumentasi tidak lengkap

D. Fokus Studi Kasus

Fokus studi kasus adalah kajian utama yang akan dijadikan titik acuan studi

kasus yaitu gambaran asuhan keperawatan pasien DM tipe II dengan gangguan

integritas kulit.

E. Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Data yang dikumpulkan dari subjek studi kasus adalah data sekunder.

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, badan/ instansi yang

secara rutin mengumpulkan data diperoleh dari rekam medik pasien (Setiadi,

2013). Pada penelitian ini menggunakan data sekunder diperoleh dengan teknik

pedoman studi dokumentasi. Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini

adalah asuhan keperwatan pada pasien DM tipe II dengan gangguan integritas

kulit yang bersumber dari catatan keperawatan pasien di ruang Oleg RSUD

Mangusada Badung.

2. Cara Mengumpulkan Data

Pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan kepada subyek

dan proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu

penelitian. (Nursalam, 2016). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

23
penelitian ini adalah pedoman observsi dokumentasi dengan mengobservasi

dokumen pada pasien. Observasi merupakan cara melakukan pengumpulan data

penelitian dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap responden

penelitian dalam mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti (Hidayat,

2010).

Observasi dilakukan terhadap catatan asuhan keperawatan pasien DM tipe

II Dengan gangguan integritas kulit.Obersevasi tersebut dilakukan mulai dari

catatan hasil pengkajian sampai evaluasi pasien DM Tipe II dengan gangguan

integritas kulit.

Alur pengumpulan data yaitu :

1. Mengajukan ijin mengadakan penelitian kepada Ketua Jurusan Keperawatan

Poltekkes Denpasar melalui bidang pendidikan Jurusan Keperawatan

Poltekkes Denpasar.

2. Mengajukan ijin melaksanakan penelitian ke Badan Penanaman Modal dan

Perijinan Provinsi Bali.

3. Mengajukan ijin penelitian ke Kesbang Limas Badung

4. Mengajukan ijin penelitian ke Direktur Rumah Sakit Badung Mangusada

5. Melakukan pemilihan subjek studi kasus dan dokumen keperawatan yang

sesuai dengan kriteria inklusi.

6. Peneliti melakukan observasi terhadap gambaran asuhan keperawatan pada

pasien DM tipe II dengan gangguan integritas kulit dengan mengambil data

dari dokumentasi asuhan keperawatan yang sudah ada setelah pemeriksaan

selesai dilakukan

24
F. Instrumen pengumpulan data

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalahpedoman studi

dokumentasi. Pedoman studi dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data

proses asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.

Data pengkajian terdiri dari 4 pernyataan dimana berisi tentang data

subjektif dan data objektif. Data diagnosa terdiri dari 6 pernyataan berisi tentang

rumusan diagnosa keperawatan dengan komponen problem.Etiology, sign and

symptom (PES).Data intervensi terdiri dari 9 pernyataan berisi tentang rencana

keperawatan mengenai gangguan integritas kulit. Data implementasi terdiri dari 9

pernyataan yang berisi tentang implementasi yang dilakukan pada gangguan

integritas kulit.Serta data evaluasi terdiri dari 4 pernyataan yang berisi tentang

indikator kriteria hasil yang dicapai.

Pedoman observasi berupa check list yang harus diisi oleh peneliti, bila

ditemukan diberi tanda “√” pada kolom “Ya”, dan bila tidak ditemukan diberi

tanda “√” pada kolom “Tidak”.

G. Metode Analisis Data

Data penelitian akan dianalisis dengan analisis diskriptif. Analisis

deskriptif adalah suatu usaha mengumpulkan dan menyusun data. Setelah data

tersusun langkah selanjutnya adalah mengolah data dengan menggambarkan dan

meringkas data secara ilmiah (Nursalam, 2016). Data akan disajikan dengan

uraian tentang temuan dalam bentuk tulisan.

25
H. Etika Studi Kasus

Pada bagian ini, dicantumkan etika yang mendasari penyusunan studi

kasus, yang terdiri darirespect for persons, beneficience dan distributive justice.

a. Menghormati individu (Respect for persons).

Menghormati otonomi (Respect for autonomy) yaitu menghargai kebebasan

seseorang terhadap pilihan sendiri, Melindungi subyek studi kasus (Protection of

persons) yaitu melindungi individu/subyek penelitian yang memiliki keterbatasan

atau kerentanan dari eksploitasi dan bahaya. Pada bagian ini diuraikan tentang

informed consent, anonimity, dan kerahasiaan.

Penelitian ini tidak menggunakan informed consent karena peneliti hanya

melakukan studi dokumentasi terhadap dokumen pasien. Peneliti tidak

mencantumkan nama responden dalam pengolahan data melainkan menggunakan

nomor atau kode responden. Semua data yang terkumpul dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti.

b. Kemanfaatan (Beneficience).

Kewajiban secara etik untuk memaksimalkan manfaat dan meminimalkan

bahaya.Semua penelitian harus bermanfaat bagi masyarakat, desain penelitian

harus jelas, peneliti yang bertanggung jawab harus mempunyai kompetensi yang

sesuai.

c. Berkeadilan (Distributive justice).

Keseimbangan antara beban dan manfaat ketika berpartisipasi dalam

penelitian.Setiap individu yang berpartisipasi dalam penelitian harus di

perlakukan sesuai dengan latar belakang dan kondisi masing-masing. Perbedaan

26
perlakuan antara satu individu/kelompok dengan lain dapat dibenarkan bila dapat

dipertanggung jawabkan secara moral dan dapat diterima oleh masyarakat.

Penelitian ini hanya melakukan studi dokumentasi pada dokumen pasien,

sehingga tidak ada perbedaan perlakukan antara satu subjek dengan subjek yang

lain.

27
BAB V

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus

Penelitian dilakukan diruang Oleg Rumah Sakit Umum Daerah

Mangusada Badung. Studi dokumentasi pada subyek pertama dan kedua

dilakukan tanggal 07-09 April 2018. Karakteristik dokumen subyek (rekam

medik) dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan usia subyek dan

kelengkapan dokumen. Jumlah dokumen yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu 2 rekam medik yang merupakan dokumen subyek studi kasus asuhan

keperawatan pada pasien DM tipe II dengan gangguan integritas kulit yang

berusia 42 tahun dan 61 tahun.

Hasil studi dokumentasi akan dituangkan dalam bentuk tulisan – tulisan

sesuai yang ada pada dokumen subyek dari proses pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi keperawatan.

1. Data hasil pengkajian pada subyek pasien DM Tipe II yang mengalami

gangguan integritas kulit

Hasil :

a. Dokumen Pasien 1

Pasien yang pertama Ny.H, umur 42 tahun, berjenis kelamin perempuan,

pekerjaan wiraswasta, agama hindu, alamat banjar tegal jaya dalung, pendidikan

sekolah menengah atas (SMA), status sudah menikah, keluhan utama pasien yaitu

lemas dan nyeri pada luka di kaki kiri. Alasan dirawat yaitu pasien masuk di IGD

RSUD Mangusada Badung pada tanggal 04 April 2018 pukul 13.01 wita dengan

lemas, nyeri pada luka di kaki kiri, keluar darah pada kaki kiri, pus (+),
kesemutan. Setelah mendapatkan penanganan utama pasien disarankan dirawat

inap diruang oleg RSUD Mangusada Badung.

Hasil pengamatan pada dokumen pasien 1 dengan diagnosa medis

Dm+DF didapatkan bahwa pada bagian pengkajian perawat telah

mendokumentasikan terkait gangguan integritas kulit data subyektif dan data

objektif. Data subjektif berupa pasien mengeluh lemas sejak 5 hari yang lalu. Data

objektif berupa DF Gr III kaki kiri, adanya kemerahan pada daerah luka, nyeri

pada kaki. Hasil BS : 491 mg/dL.

b. Dokumen pasien 2

Pasien bernama Ny.R, umur 61 tahun, berjenis kelamin perempuan,

pekerjaan Ibu rumah tangga, agama islam, alamat perum tirta graha krobokan,

pendidikan sekolah menengah pertama (SMP), status kawin, keluhan utama

pasien yaitu lemas dan adanya luka DF pada kaki. Alasan dirawat yaitu pasien

masuk di IGD RSUD Mangusada Badung pada tanggal 07 April 2018 pukul 09.15

wita dengan keluhan pasien lemas,adanya luka DF pada kaki, nyeri luka pada

kaki, Setelah mendapatkan penanganan utama pasien disarankan dirawat inap

diruang oleg RSUD Mangusada Badung.

Hasil pengamatan pada dokumen pasien 2 dengan diagnosa medis

DM+DF didapatkan bahwa pada bagian pengkajian perawat telah

medokumentasikan terkait gangguan integritas kulit data subyektif dan data

obyektif. Data subyektif berupa pasien mengeluh nyeri pada kaki, lemas. Data

obyektif berupa warna kulit pucat, adanya luka DF pada kaki, adanya luka pada

kaki, tugor kulit menurun. Hasil BS: 265 mg/dL.

29
2. Diagnosa keperawatan yang dirumuskan pada pasien DM tipe II dengan

gangguan integritas kulit

Hasil :

a. Dokumen pasien 1

Hasil pengamatan pada dokumen pasien 1 dengan diagnosa DM+DF

didapatkan bahwa diagnosa keperawatan yang ditegakkan perawat adalah

gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi metabolisme

ditandai dengan pasien mengeluh lemas sejak 5 hari yang lalu, DF Gr III kaki kiri,

adanya kemerahan pada daerah luka, nyeri pada kaki. Hasil BS : 491 mg/dL.

b. Dokumen pasien 2

Hasil pengamatan pada dokumen pasien 2 dengan diagnosa DM+DF

didapatkan bahwa diagnosa keperawatan yang ditegakkan perawat adalah

gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi metabolisme

ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada kaki, lemas, warna kulit pucat,

adanya luka DF pada kaki, adanya luka pada kaki, tugor kulit menurun. Hasil BS:

265 mg/dL.

3. Intervensi yang direncanakan pada asuhan keperawatan pada pasien DM

tipe II dengan gangguan integritas kulit

Intervensi keperawatan yang telah direncanakan dikumpulkan menggunakan

pedoman observasi dokumentasi yang terdiri dari Sembilan pernyataan mengenai

rencana asuhan keperawatan pada pasien DM tipe II dengan gangguan integritas

kulit. Intervensi yang direncanakan pada dokumen untuk subyek pertama dan

kedua di ruang oleg RSUD Badung menggunakan manajemen gangguan integritas

kulit.

30
1) Tujuan dan kriteria hasil

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam secara komprehensif

diharapkan integritas kulit klien utuh dan terjaga dengan kriteria hasil:

a) Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temparatur,

hidrasi, pigmentasi)

b) Tidak ada luka/lesi pada kulit

c) Perpusi jaringan baik

d) Menunjukan peahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya

cedera berulang

e) Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit dari

perawatan alami.

2) Intervensi keperawatan

1) Kaji integritas kulit klien

2) Monitor tanda-tanda vital

3) Monitor kulit akan adanya kemerahan

4) Mobilisasi pasien ( ubah posisi pasien)

5) Kurangi pendarahan luka

6) Berikan posisi nyaman

7) Monitor tanda dan gejala infeksi

8) Monitor proses kesembuhan area insisi yang ditutup dengan balutan

9) Lakukan perawatan luka

4. Pelaksanaan keperawatan pada pasien DM tipe II dengan gangguan

integritas kulit

Implementasi keperawatan yang telah laksanakan dikumpulkan menggunakan

31
pedoman observasi dokumentasi yang terdiri dari Sembilan pernyataan mengenai

tindakan yang diakukan dalam asuhan keperawatan pada pasien DM tipe II

dengan gangguan integritas kulit. Implementasi yang dilaksanakan pada dokumen

untuk subyek pertama dan kedua di ruang oleg RSUD Badung menggunakan

manajemen gangguan integritas kulit.

1) Monitor tanda-tanda vital

2) Monitor kulit akan adanya kemerahan

3) Membersihkan, memantau dan meningkatkan proses penyembuhan pada luka

yang ditutup dengan balutan

4) Mobilisasi pasien ( ubah posisi pasien)

5) Monitor proses kesembuhan area insisi

6) Monitor tanda dan gejala infeksi pada daerah insisi

5. Evaluasi pada pasien DM tipe II dengan gangguan integritas kulit

a. Dokumen pasien 1

Hasil pengamatan pada dokumen pasien 1 yaitu Ny. H dengan diagnosa

medis DM+DF didapatkan bahwa evaluasi keperawatan telah didokumentasikan

menggunakan metode SOAP. Evaluasi yang didapatkan setelah 3x24 jam

dilakukan implementasi yaitu S: pasien mengeluh lemas, O: pasien tampak lemas,

terdapat luka DF Gr III pada kaki kiri, pus ada, perdarahan tidak ada, kesadaran

compos mentis, G4 V5 M6, suhu 36,00C, nadi 80 x/menit, respirasi 20 x/menit,

tekanan darah 140/80 mmHg, BS: 374 A: gangguan integritas kulit, P: lanjutkan

renpra, rawat luka, observasi tanda-tanda vital, cek GDS.

b. Dokumen pasien 2

32
Hasil pengamatan pada dokumen pasien 2 yaitu Ny. R dengan diagnosa

medis DM+DF didapatkan bahwa evaluasi keperawatan telah didokumentasikan

menggunakan metode SOAP. Evaluasi yang didapatkan setelah 3x24 jam

dilakukan implementasi yaitu S: pasien mengeluh nyeri pada kaki, lemas, adanya

luka DF pada kaki, adanya kemerahan pada kulit. O: terdapat luka DF pada kaki,

kesadaran compos mentis, G4 V5 M6, suhu 36,5 0C, nadi 96 x/menit, respirasi 20

x/menit, tekanan darah 150/80 mmHg, A: gangguan integritas kulit, P: lanjutkan

renpra, rawat luka, observasi tanda-tanda vital, cek GDS.

B. Pembahasan Studi Kasus

Pembahasan pada studi kasus menguraikan tentang perbandingan antara

hasil studi kasus dan teori yang dijadikan acuan oleh peneliti, serta argumentasi

peneliti itu sendiri terhadap dua asuhan keperawatan yang diteliti berdasarkan

dokumen keperawatan pasien DM Tipe II dengan gangguan integritas kulit

dilaksanakan dari tanggal 07-09 April 2018.

1. Pengkajian keperawatan pada pasien Dm Tipe II dengan masalah

gangguan integritas kulit

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Disini semua

data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan pasien saat

ini. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek

biologis, psikologis, social, maupun spiritual pasien (Asmadi, 2008).

Pengkajian yang dilakukan pada subyek dengan usia 42 tahun dan 61

tahun didapatkan kedua subyek data obyektif hasilnya sama berdasarkan teori

(SDKI, 2017). Terdapat sedikit perbedaan pada data objektif dan terdapat data-

33
data yang tidak ditemukan pada data objektif menurut (SDKI, 2017) seperti

adanya kerusakan lapisan kulit, perdarahan dan hematoma. Sebagian data tidak

muncul pada kasus tersebut dikarenakan beberapa hal yaitu mungkin pasien

mengalami tanda dan gejala gangguan integritas kulit yang tidak terdapat pada

dokumen keperawatan dan teori pengkajian yang digunakan di ruang oleg RSUD

Mangusada Badung menggunakan pengkajian Aplikasi Nanda Internasional 2015-

2017.

2. Diagnosa keperawatan pada pasien DM Tipe II dengan gangguan

integritas kulit

Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) diagnosa yang ditegakkan

berdasarkan data pengkajian yaitu gangguan integritas kulit. Gangguan integritas

kulit adalah dimana keadaan individu berisiko mengalami kerusakan jaringan

epidermis dan dermis pada lapisan kulit. Gejala dan tanda minor gangguan

integritas kulit adalah nyeri, perdarahan, kemerahan, hematoma. Adapun diagnosa

keperawatan yang di gunakan yaitu gangguan integritas kulit berhubungan dengan

neuropati perifer yang ditandai dengan data objektif menurut tanda dan gejala

minor pada SDKI 2017. Sedangkan pada dokumen 1 dan dokumen 2, perawat

mendokumentasikan diagnosa keperawatan yaitu gangguan integritas kulit

berhubungan dengan gangguan sirkulasi metabolisme. Perbedaan yang terjadi

pada diagnosa keperawatan ini karena adanya perbedaan acuan yang digunakan

dalam merumuskan diagnosa keperawatan dimana perawat di ruangan

menggunakan acuan yaitu Diagnosis Keperawatan NANDA International 2015-

3. Perencanaan keperawatan pada pasien DM tipe II dengan gangguan

integritas kulit

34
Pada dokumen pasien 1 dan 2 dengan diagnosa medis DM+DF didapatkan

bahwa rencana asuhan keperawatan dibagi dalam NOC dan NIC yaitu:

2) Tujuan dan kriteria hasil

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam secara komprehensif

diharapkan integritas kulit klien utuh dan terjaga dengan kriteria hasil:

a) Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temparatur,

hidrasi, pigmentasi)

b) Tidak ada luka/lesi pada kulit

c) Perpusi jaringan baik

d) Menunjukan peahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya

cedera berulang

e) Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit dari

perawatan alami.

3) Intervensi keperawatan

a) Monitor TD, nadi, suhu, RR

b) Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

c) Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien setiap dua jam sekali)

d) Monitor kulit akan adanya kemerahan

e) Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

Insision site care

f) Membersihkan, memantau dan meningkatkan proses penyembuhan pada luka

yang ditutup dengan jahitan, klip atau straples

g) Monitor proses kesembuhan area insisi

h) Monitor tanda dan gejala infeksi pada area insisi

35
i) Ganti balutan pada interval waktu yang sesuai atau biarkan luka tetap terbuka

(tidak dibalut) sesuai program

Terdapat sedikit perbedaan antara intervensi keperawatan yang dijadikan

acuan di Ruang Oleg RSUD Mangusada Badung. Pihak rumah sakit sudah

mrnggunakan Nursing Interventions Classification (NIC) dan Nursing Outcome

Classification (NOC) hanya saja mungkin beberapa intervensi yang dipilih dalam

NIC dan NOC oleh pihak rumah sakit dengan standar yang ditentukan masing-

masing rumah sakit. Terdapat perbedaan lainnya pada pihak rumah sakit yaitu

pihak rumah sakit belum menerapkan sistem ONEC (Observation, Nursing

Therapy, Education, and Colaboration) dalam menyusun intervensi keperawatan.

4. Pelaksanaan keperawatan pada pasien DM tipe II dengan gangguan

integritas kulit

Tahap pelaksanaan dilakukan setelah rencana tindakan di susun dan di

tunjukkan kepada perawat untuk membantu pasien mencapai tujuan dan kriteria

hasil yang dibuat sesuai dengan masalah yang pasien hadapi (Suyono, 2004).

Tahap pelaksaanaan terdiri atas tindakan mandiri dan kolaborasi yang

mencangkup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan,

dan memfasilitasi koping. Agar kondisi pasien cepat membaik diharapkan bekerja

sama dengan keluarga pasien dalam melakukan pelaksanaan agar tercapainya

tujuan dan kriteria hasil yang sudah di buat dalam intervensi (Nursalam, 2009).

Dalam pelaksanaan keperawatan di Ruang Oleg RSUD Mangusada Badung

pada dokumen 1 dan dokumen 2 dilaksanakan telah sesuai intervensi yang

direncanakan, hanya saja terdapat beberapa tindakan pada perencanaan

keperawatan yang tidak dicantumkan pada dokumen keperawatan pasien oleh

36
perawat karena terkadang perawat melakukan intervensi tersebut secara tidak

langsung kepada pasien tanpa perlu mendokumentasikannya pada rekam medik.

5. Evaluasi keperawatan pada pasien DM tipe II dengan gangguan

integritas kulit

Hasil evaluasi yang didapatkan dokumen 1 pada tanggal 09 april 2018

didapatkan bahwa evaluasi keperawatan telah didokumentasikan menggunakan

metode SOAP. Evaluasi yang didapatkan setelah 3x24 jam dilakukan

implementasi yaitu S: pasien mengeluh lemas, O: terdapat luka DF Gr III pada

kaki kiri, pus ada, perdarahan tidak ada, kesadaran compos mentis, suhu 36,50C,

nadi 80 x/menit, respirasi 20 x/menit, tekanan darah 140/80 mmHg, BS: 374 A:

gangguan integritas kulit, P: lanjutkan renpra, rawat luka, observasi tanda-tanda

vital, cek BS. Hasil evaluasi yang didapatkan dokumen 2 pada tanggal 09 April

2018 dokumen pasien 2 didapatkan bahwa evaluasi keperawatan telah

didokumentasikan menggunakan metode SOAP. Evaluasi yang didapatkan setelah

3x24 jam dilakukan implementasi yaitu S: pasien mengeluh nyeri pada kaki,

lemas. O: terdapat luka DF pada kaki, kesadaran compos mentis, suhu 36,5 0C,

nadi 96 x/menit, respirasi 20 x/menit, tekanan darah 150/80 mmHg, A: gangguan

integritas kulit, P: lanjutkan renpra, rawat luka, observasi tanda-tanda vital, cek

BS.

Secara, teori evaluasi keperawatan adalah tahapan terakhir dari proses

keperawatan untuk mengukur respons klien terhadap tindakan keperawatan dan

kemajuan klien ke arah pencapaian tujuan (Potter & Perry, 2005). Hasil yang

diharapkan dari asuhan keperawatan pada pasien DM tipe II dengan gangguan

integritas kulit ini adalah Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi,

37
elastisitas, temparatur, hidrasi, pigmentasi), tidak ada luka/lesi pada kulit, perpusi

jaringan baik, menunjukan peahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah

terjadinya cedera berulang, mampu melindungi kulit dan mempertahankan

kelembapan kulit dari perawatan alami. Evaluasi dilaksanakan menggunakan

metode SOAP (Subjecktive Objective Assessment Planning)

Terdapat perbedaan antara dokumen pasien 1 dan 2 pada bagian “O”.

pada dokumen 1 dibagian “O” didokumentasikan terdapat luka DF Gr III di kaki

kiri sedangkan pada dokumen 2 di bagian “ O” tidak terdapat luka DF dengan

grade melainkan didokumentasikan kesadaran dan keadaan umum. Hal ini

mungkin dikarenakan perbedaan setiap perawat dalam tata cara

mendokumentasikan /mengevaluasi asuhan keperawatan.

C. Keterbatasan

Keterbatasan menguraikan tentang hal-hal yang menghambat jalannya studi

kasus yaitu :

1. Dalam proses pengurusan ijin di penanaman modal, terdapat kendala dengan

system meng-upload data online.

2. Dalam metodologi penelitian, penelitian ini menggunakan penelitian

deskrptif, dengan rancangan studi kasus. Penelitian ini bertujuan untuk

melakukan pengamatan. Dalam penelitian ini peneliti hanya melakukan

observasi terhadap catatan asuhan keperawatan pasien DM tipe II dengan

gangguan integritas kulit. Observasi tersebut dilakukan mulai dari catatan

hasil data pengkajian, data diagnosa, data evaluasi keperawatan, sehingga

untuk mendapatkan hasil penelitian yang akurat sangat sulit didapatkan

38
karena penelitian ini tidak dapat melakukan validasi data ke pasien, keluarga

pasien, perawat maupun dokter.

3. Proses penelitian tidak mendapatkan waktu khusus, waktu untuk penelitian

bersamaan dengan praktik klinik keperawatan medical bedah dan praktek

klinik berstandar internasional baik di klinik maupun di rumah sakit.

Sehingga keterbatas waktu untuk melakukan penelitian.

39
40
BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari uraian yang telah ditulis pada pembahasan dapat disimpulkan bahwa

penulis telah mendapat gambaran tentang asuhan keperawatan pada pasien DM

Tipe II dengan gangguan integritas kulit di ruang oleg RSUD Mangusada Badung

tahun 2018, yang bertujuan untuk menggambarkan proses keperawatan yang

terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,

pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan yang dapat diambil dari

masing-masing tahapan sebagai berikut :

1. Tahap Pengkajian

Data dikumpulkan dengan teknik observasi dan studi dokumentasi. Dari

pengumpulan data pada pasien satu dan pasien dua yang mengalami gangguan

integritas kulit didapatkan DF Gr III kaki kiri, adanya luka pada kaki, warna kulit

pucat, adanya kemerahan pada daerah luka, nyeri pada kaki, tugor kulit menurun.

2. Tahap Diagnosa

Diagnosa didapatkan dari data mayor dan data minor sehingga didapatkan

masalah, kemudian dari masalah tersebut akan dirumuskan menjadi diagnosa

keperawatan sesuai dengan masalah dan penyebab yang sudah didapat dari

pengumpulan data pada tahap pengkajian. Dari data-data yang dikumpulkan pada

pasien satu dan pasien dua, yaitu pasien DM tipe II dengan gangguan integritas

kulit di ruang oleg RSUD Mangusada Badung didapatkan DF Gr III kaki kiri,

adanya luka pada kaki, warna kulit pucat, adanya kemerahan pada daerah luka,

41
nyeri pada kaki, tugor kulit menurun. Sehingga pada pasien satu dan pasien dua

didapatkan satu diagnosa keperawatan yang sama yaitu gangguan integritas kulit.

3. Tahap Perencanaan

Intervensi yang direncanakan pada dokumen untuk subyek pertama dan kedua

adalah menggunakan manajemen gangguan integritas kulit dengan mnenggunakan

standar yang ada dalam Nursing Intervention Classifaction (NIC) yang

dilaksanakan di Ruang Oleg RSUD Mangusada Badung.

4. Tahap Pelaksanaan

Implementasi pada pasien dengan masalah keperawatan gangguan integritas kulit

di ruang oleg RSUD Mangusada Badung dengan implementasi yang dilaksanakan

telah sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan sebelumnya yaitu

menggunakan manajemen gangguan integritas kulit seperti monitor tanda-tanda

vital , monitor kulit akan adanya kemerahan, membersihkan, memantau dan

meningkatkan proses penyembuhan pada luka yang ditutup dengan balutan,

mobilisasi pasien (ubah posisi pasien), monitor proses kesembuhan area insisi,

monitor tanda dan gejala infeksi pada daerah insisi.

5. Tahap evaluasi

Evaluasi pada pasien satu dan pasien dua dengan masalah keperawatan

gangguan integritas kulit di ruang oleg RSUD Mangusada Badung dilakukan

setiap hari dengan kriteria hasil Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan

(sensasi, elastisitas, temparatur, hidrasi, pigmentasi), tidak ada luka/lesi pada kulit,

perpusi jaringan baik, menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan

mencegah terjadinya cedera berulang, mampu melindungi kulit dan

mempertahankan kelembapan kulit dari perawatan alami. Pada pasien satu dan

42
dua belum memenuhi semua kriteria hasil yang sesuai dengan tinjauan teori,

sehingga proses keperawatan yang telah dilaksanakan oleh perawat kepada pasien

satu dan pasien dua dianggap belum berhasil dan melanjutkan intervensi.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian gambaran asuhan keperawatan DM dengan

gangguan integritas jaringan sebagian besar asuhan keperawatan terdapat

kesenjangan sehingga disarankan :

1. Bagi perawat

Berdasarkan hasil penelitian yang telah ditemukan, adapun beberapa saran

yang ingin disampaikan sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

diantaranya perawat sudah melakukan dokumentasi keperawatan mengenai

asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus dengan gangguan integritas

kulit mulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi

keperawatan. Hasil penelitian menunjukkan adanya beberapa perbedaan dengan

teori yang telah disampaikan peneliti baik dari pengkajian sampai dengan evaluasi

keperawatan, untuk itu disarankan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

pedoman untuk asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus dengan

gangguan integritas integritas kulit.

2. Bagi management

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bagan bagi kepala ruangan

dalam melakukan monitoring atau suvervisi tentang pelaksanaan asuhan

keperawatan pada pasien DM Tipe II dengan gangguan integritas kulit

43
DAFTAR PUSTAKA

Achjar, K. A. H. (2010). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Sagung Seto.

American Diabetes Association. (2014). Diagnosis and classification of diabetes


mellitus. Diabetes Care, 37(SUPPL.1), 81–90. https://doi.org/10.2337/dc14-
S081

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. (E. A. Mardella, Ed.). Jakarta:


EGC.

Bustan, M. . (2007). Epidemologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta.

Carpenito, L. J. (2012). Buku Saku Doagnosis Keperawatan (13th ed.).

Corwin. (2001). Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Depkes RI. (2009). Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Melitus Di Indonesia


Mencapai 21,3 Juta Orang. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 1–2.

Dinas Kesehatan Provinsi Bali. (2013). Riskesdas Provinsi Bali.

Hasdinah. (2012). Mengenal Diabetes Melitus. Yogyakarta: Nuha Medika.

Hidayat, A. A. A. (2010). Metodelogi Penelitian Kesehatan : Paradigma


Kuantitif. (M. Uliyah, Ed.) (1st ed.). Surabaya: Health Books.

Irianto, K. (2014). Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak menular (Ferli


Zulh). Bandung: ALFABETA,Cv.

Irianto, K. (2015). Memahami Berbagai Penyakit. In F. Zuhendri (Ed.). Bandung:


ALFABETA,cv.

Kementerian Kesehatan R.I. (2013). Riset Kesehatan Dasar.

Maryunani, A. (2013). Perawatan Luka (Modern Wound Care) Terkini Dan


Terlengkap. Jakarta: In Media.

Mulyati, S. R. I. (2014). Analisis asuhan keperawatan pada pasien diabetes


melitus dalam konteks keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan di ruang
penyakit dalam gedung A RSUPN Cipto mangunkusumo Jakarta.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan
(2nd ed.). Jakarta: Salemba Medika.

44
Nursalam. (2009). Proses Dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.

Nursalam. (2013). Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik


Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika.

Persatuan Perawat Republik Indonesia. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia. JAKARTA: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Rohmah Nikmatur, & Saiful, W. (2012). Proses Keperawatan Teori & Aplikasi.
Jogjakarta: Media.

RSUD Mangusada. (2017). Data Rekam Medis RSUD Mangusada Badung.


Badung.

Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan (2nd ed.).
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Smeltzer, S., & Bare, B. (2002). Keperawatan Medikal-Bedah (edisi 8). EGC.

Sugondo, S. (2013). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. In


Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu (2nd ed., p. 19). Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.

Suyono, S. (2004). Patofisiologi Diabetes Melitus. In S. Sugondo (Ed.),


Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu (2nd ed., p. 14). jakarta: FKUI.

Tarwoto. (2012). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin.


Jakarta: Trans Info Media.

Ujiana, N. P. (2016). Asuhan Keprawatan Masalah Kerusakan Integritas Kulit


pada Klien Diabetes Melitus tipe II dan Ganggren di Ruang Azzara 1 Rumah
Sakit Islam Jemursari, 2016.

Wijaya, A. S. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2. Bengkulu: Nuha Medika.

World Health Organization. (2010). World Health Statistics 2010. World Health,
177.

45
Lampiran 1

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DM TIPE II DENGAN
GANGGUAN INTEGRITAS KULIT DI RUANG OLEG RSUD MANGUSADA BADUNG TAHUN 2018

Waktu
Februari Maret
No Kegiatan April 2018 Mei 2018 Juni 2018
2018 2018
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan Proposal
3 Seminar Proposal
4 Revisi Proposal
5 Pengurusan Izin Penelitian
6 Pengumpulan Data
7 Pengolahan Data
8 Analisis Data
9 Penyusunan Laporan
10 Sidang Hasil Penelitian
11 Revisi Laporan
12 Pengumpulan KTI

46
Lampiran 2

REALISASIA NGGARAN BIAYA PENELITIAN GAMBARAN ASUHAN


KEPERAWATAN PADA PASIEN DM TIPE II DENGAN GANGGUAN
INTEGRITAS KULIT DI RUANG OLEG RSUD MANGUSADA BADUNG
TAHUN 2018

Alokasi dana yang diperlukan dalam penelitian ini direalisasikan sebagai berikut :

No Kegiatan Rencana Biaya


1 Tahap Persiapan
a. Penyusunan proposal Rp 150.000,00
b. Penggandaan proposal Rp 150.000,00
c. Revisi proposal Rp 150.000,00
2 Tahap Pelaksanaan
a. Pengurusan izin penelitian Rp 200.000,00
b. Penggandaan lembar pengumpulan data Rp 100.000,00
c. Transportasi dan akomodasi Rp 100.000,00

3 Tahap Akhir
a. Penyusunan laporan Rp 200.000,00
b. Penggandaan laporan Rp 300.000,00
c. Revisi laporan Rp 100.000,00
d. Biaya tidak terduga Rp 200.000,00
Jumlah Rp 1.650.000,00

47
Lampiran 3
PEDOMAN OBSERVASI DOKUMENTASI

Petunjuk Pengisian :

1. Bacalah setiap pertanyaan lembar observasi dengan teliti dan benar


2. Jawablah pada kolom yang tersedia, dengan cara memberi tanda √ pada
kolom yang sesuai dengan dokumen yang tertulis pada rekam medis (RM)
Judul : Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien DM Tipe II Dengan
Gangguan Integritas Kulit

A. PENGKAJIAN

Dokumen 1 Dokumen 2
No DS, DO, dan Masalah Keperawatan
Ya Tidak Ya Tidak

1 Gangguan Integritas Kulit √ √

a. Mengeluh nyeri √ √

b. Adanya perdarahan √ √

c. Adanya kemerahan √ √

d. Adanya hematoma √

48
B. RUMUSAN DIAGNOSA
Dokumen 1 Dokumen 2
No Diagnosa Keperawatan (PES)
Ya Tidak Ya Tidak

1 Problem

Gangguan Integritas Kulit √ √

2 Etiology

a. Neuropati perifer √ √

3 Sign and symptom

a. Mengeluh nyeri √ √

b. Adanya perdarahan √

c. Adanya kemerahan √ √

d. Adanya hematoma √

49
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dokumen 1 Dokumen 2
No Intervensi Keperawatan (NIC)
Ya Tidak Ya Tidak

a. Monitor TD, nadi,suhu dan RR √ √

b. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih √ √

dan kering

c. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien √ √

setiap dua jam sekali)

d. Monitor kulit akan adanya kemerahan √ √

e. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien √ √

f. Membersihkan, memantau dan √ √

meningkatkan proses penyembuhan

pada luka yang ditutup dengan balutan

g. Monitor proses kesembuhan area insisi √ √

h. Monitor tanda dan gejala infeksi pada √ √

daerah insisi

i. Ganti balutan pada interval waktu yang √ √

50
sesuai

51
D. IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN
Dokumen 1 Dokumen 2
No Implementasi Keperawatan (NIC)
Ya Tidak Ya Tidak

a. Monitor TD, nadi, suhu, RR √ √

b. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih √ √

dan kering

c. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien √ √

setiap dua jam sekali)

d. Monitor kulit akan adanya kemerahan √ √

e. Monitor aktivitas dan mobilisasi √ √

pasien

f. Membersihkan, memantau dan √ √

meningkatkan proses penyembuhan

pada luka yang ditutup dengan

balutan

g. Monitor proses kesembuhan area √ √

insisi

h. Monitor tanda dan gejala infeksi pada √ √

52
daerah insisi

i. Ganti balutan pada interval waktu √ √

yang sesuai

E. HASIL ASUHAN KEPERAWATAN


Dokumen 1 Dokumen 2
No Evaluasi Ya Tidak Ya Tidak

1 Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan √ √

(sensasi, elastisitas, temparatur, hidrasi,

pigmentasi)

2 Tidak ada luka/lesi pada kulit √ √

3 Perpusi jaringan baik √ √

4 Menunjukan pemahan dalam proses √ √

perbaikan kulit dan mencegah terjadinya

cedera berulang

53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64

You might also like