Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

POLA PENGANGKUTAN PASIR DAN BATU DENGAN

METODE SURVEY ORIGIN-DESTINATION


(KASUS: KECAMATAN CANGKRINGAN, KABUPATEN SLEMAN)

Nadhila Shabrina
nadhilashabrina@ymail.com

Dyah Widiyastuti
dwidiyastuti@ugm.ac.id

ABSTRACT
Every region has different availability of commodity/potential which encourage the existence
of demand in a region and needs fullfillment outside the region. This research aims to identify the
transport pattern of sand and stone in Cangkringan sub-district, to identify the spatial distribution, and
to recognize the factors that influence the existed transport pattern. The method used in this research
was qualitative descriptive analysis, origin-destination matrix (MAT) analysis, and spatial analysis
with data collection technique such as observation, interview, and origin-destination survey to
describe the transport pattern and spatial distribution of sand and stone, so the factors influencing
pattern formed could be recognized. Based on the research result revealed that the pattern of material
transportation is done entirely by men using transport modes such as truck which is not private, with
the type of material that can be transported consists of sand, stone, and sand stone (gravel), while time
and transport intensity is uncertain and transport route taken tend to be same. Spatial distribution of
material is derived from Kali Gendol with the sand as type of material which transported the most,
while the most trips dominance is in local of Cangkringan sub-district and district in Jawa Tengah
province. The factor influencing this transport pattern is factor in origin place/region (material surplus
and commodity difference in the region), factor in destination place/region (commodity minus,
demand/need of goods), factor in between (distance, accessibility, transportation cost), and supporter
of high transport intensity are location factor, availability of material, distance, transportation cost, and
material quality.
Keywords : commodity surplus region, commodity minus region, transport pattern, origin-
destination survey, spatial distribution

ABSTRAK
Setiap wilayah memiliki ketersediaan komoditas/potensi yang berbeda-beda sehingga
menciptakan adanya permintaan dalam suatu wilayah dan pemenuh kebutuhan dari luar wilayah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola pengangkutan pasir dan batu dari Kecamatan
Cangkringan, mengidentifikasi distribusi keruangannya, dan mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif,
analisis Matriks Asal-Tujuan (MAT), dan analisis spasial untuk menggambarkan pola pengangkutan
pasir dan batu dan distribusi keruangannya, sehingga dapat diketahui faktor-faktor yang
mempengaruhi pola pengangkutan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pola
pengangkutan material dilakukan seluruhnya oleh laki-laki menggunakan moda angkutan berupa truk
bukan milik pribadi dengan jenis material yang dapat diangkut terdiri dari pasir, batu, dan pasir batu
(sirtu), waktu dan intensitas pengangkutan tidak menentu, dan rute perjalanan yang dilalui cenderung
sama. Distribusi keruangan material berasal dari Kali Gendol dengan jenis pasir menjadi material yang
paling banyak diangkut, dominasi perjalanan terbanyak adalah lokal Kecamatan Cangkringan dan
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah. Faktor yang mempengaruhi pola pengangkutan ini adalah
faktor di daerah asal (surplus material dan perbedaan komoditas dalam wilayah), faktor di daerah
tujuan (minus komoditas, permintaan/kebutuhan barang), dan faktor diantara (jarak, aksesibilitas,
biaya perjalanan yang dikeluarkan), serta pendorong intensitas perjalanan yang tinggi adalah faktor
lokasi, ketersediaan material melimpah, jarak tempuh, biaya perjalanan, dan kualitas material.
Kata Kunci : wilayah surplus komoditas, wilayah minus komoditas, pola pengangkutan,
survey origin-destination, distribusi keruangan
PENDAHULUAN Dalam hal ini, transportasi memegang
Perbedaan potensi yang dimiliki oleh peranan penting dalam usaha mencapai
masing-masing wilayah, baik potensi SDA, tujuan-tujuan pengembangan ekonomi
sosial, ekonomi, budaya, ketersediaan tersebut (Salim, 1993:2). Transportasi
infrastruktur, dan lain-lain dapat mendorong dikatakan dapat memajukan kesejahteraan
terciptanya proses interaksi dan terwujudnya ekonomi karena transportasi dapat
proses pengangkutan, perjalanan, atau menciptakan dan meningkatkan tingkat
perpindahan antar ruang. Interaksi antar aksesibilitas (degree of accessibility), dari
wilayah dapat disebabkan dari adanya potensi sumber alam dan luas pasar
permintaan dalam suatu wilayah dan (Nasution, 2004:14) sehingga sumber alam
pemenuhan kebutuhan yang tersedia di luar yang semula mungkin tidak termanfaatkan
wilayah tersebut. Wilayah dengan surplus akan terjangkau dan dapat diolah.
komoditas tertentu akan menjadi daerah Kecamatan Cangkringan merupakan
pelengkap bagi daerah lainnya yang salah satu kecamatan di Kabupaten Sleman
kekurangan komoditas tersebut sehingga yang mengunggulkan sektor pertambangan
membutuhkan supply dari daerah lain. sebagai potensi wilayahnya karena menjadi
Kebutuhan akan pengangkutan juga salah satu daerah dengan intensitas terjadinya
terjadi sebagai kebutuhan turunan. erupsi yang cukup tinggi, sehingga
Disebutkan sebagai kebutuhan turunan keberadaan material pasir dan batu sangat
karena suatu pengangkutan terjadi karena melimpah di kecamatan ini. Sebagian besar
adanya proses pemenuhan kebutuhan (Tamin, masyarakat di daerah ini banyak yang
2000). Pada hakikatnya kita tidak perlu menjadikan material tersebut sebagai objek
bergerak atau melakukan proses pemenuhan lapangan pekerjaan mereka yakni
kebutuhan jika semua kebutuhan yang kita menciptakan aktivitas penyediaan barang
perlukan sudah tersedia di tempat kita berada. tambang seperti pasir dan batu tersebut untuk
Perpindahan/pengangkutan barang dijual ke pihak lain (konsumen).
ataupun manusia dapat memunculkan Intensitas pengangkutan material
kegiatan transportasi. Transportasi adalah pasir dan batu yang berpindah dari
suatu kegiatan untuk memindahkan orang Kecamatan Cangkringan ke luar daerah saat
dan atau barang dari suatu tempat ke tempat ini diketahui semakin tinggi jumlahnya.
lain dengan dibarengi oleh fasilitas yang Namun, sampai sejauh ini, diketahui belum
diperlukan untuk memindahkannya ada data yang pasti atau jelas terkait jumlah
(Hendarto, dkk, 2001:1). Untuk mewujudkan pengangkutan material vulkanik dari
kegiatan tersebut, dibutuhkan suatu sarana kecamatan ini keluar daerah per satuan waktu
atau fasilitas berupa jasa angkutan tertentu. Penelitian terhadap pola
transportasi yang memadai. Tanpa adanya pengangkutan dan distribusi keruangan
tranportasi sebagai sarana penunjang, tidak angkutan pasir dan batu dilakukan sebagai
dapat diharapkan terwujudnya hasil yang upaya untuk mengetahui kejelasan jumlah
memuaskan dalam usaha pengembangan atau pengangkutannya sehingga dapat diketahui
peningkatan ekonomi suatu wilayah. sejauh mana pemenuhan kebutuhan (supply)
yang dapat diberikan oleh daerah ini untuk yang melewati kedua TPR, dan
memenuhi kebutuhan daerah demand-nya. mengidentifikasi tujuan perjalanan (destinasi)
Maka tujuan yang ingin dicapai masing-masing moda angkutan (truk)
melalui penelitian ini adalah : tersebut menggunakan survey origin-
1. Mengidentifikasi pola pengangkutan pasir destination. Observasi dilakukan selama 1/3
dan batu dari Kecamatan Cangkringan, hari dari total lama operasi dan dilakukan
Kabupaten Sleman. pada hari Senin dan Sabtu yang diidentifikasi
2. Mengidentifikasi distribusi keruangan sebagai hari puncak.
pengangkutan pasir dan batu dari Untuk mendukung jawaban dan
Kecamatan Cangkringan, Kabupaten menggambarkan situasi dan fenomena yang
Sleman. terjadi namun belum atau tidak bisa
3. Mengetahui faktor-faktor yang didapatkan melalui observasi, dilakukan pula
mempengaruhi pola pengangkutan pasir wawancara menggunakan interview
dan batu dari Kecamatan Cangkringan. guidelines kepada 40 sopir sebagai responden
penelitian ini.

METODE PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN


Metode yang digunakan dalam 1. Pola Pengangkutan Pasir dan Batu di
penelitian ini adalah analisis deskriptif Kecamatan Cangkringan, Kab. Sleman
kualitatif dengan teknik pengumpulan data Pokok-pokok analisis pola pengangkutan
yang digunakan adalah observasi, ini mencakup karakteristik sopir sebagai
wawancara, dan survey origin-destination. pengangkut material, jenis material yang
Sedangkan untuk metode pengolahan dan diangkut, jenis dan status kepemilikan moda
analisis data yang digunakan adalah analisis angkutan yang digunakan, waktu dan
distribusi frekuensi, tabulasi silang, dan frekuensi perjalanan pengangkutan material,
matriks asal-tujuan (MAT) untuk dan rute perjalanan yang dilalui oleh para
menggambarkan pola pengangkutan dan sopir tersebut.
distribusi keruangan angkutan pasir dan batu, Diketahui, para sopir sebagai pengangkut
serta dapat diketahui faktor yang material seluruhnya adalah laki-laki usia
mempengaruhi pola tersebut. produktif (> 25 tahun) dengan dominasi lama
Observasi dilakukan untuk pekerjaan antara 1-10 tahun, dan memiliki
memahami lokasi penelitian, permasalahan di latar belakang pendidikan dominasi strata
lapangan, dan untuk mengidentifikasi sebaran SMP/SLT dan SMA/SLTA/STM dengan
lokasi TPR melalui plotting lapangan untuk total sebanyak 70%.
selanjutnya dipilih 2 (dua) TPR dari jumlah Jenis material yang diangkut dibedakan
keseluruhan dengan pertimbangan tertentu, menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu pasir, batu, dan
perhitungan jumlah moda angkutan (truk) pasir batu (sirtu) dengan jenis pasir sebagai
yang melakukan pengangkutan material di material yang paling banyak diangkut. Tarif
lokasi tambang dari Kecamatan Cangkringan, retribusi dan harga beli untuk masing-masing
mengidentifikasi jenis material yang diangkut jenisnya dan antar lokasi tambang berbeda-
oleh masing-masing moda angkutan (truk)
beda. Hal ini pun berkaitan dengan perbedaan oleh daerah-daerah yang berada di bagian
harga jual kembali material-material di lokasi timur Kecamatan Cangkringan dan
tujuan perjalanan dimana harga tersebut kabupaten/kota di Jawa Tengah, khususnya
dipengaruhi oleh faktor jarak tempuh bagian timur. Untuk melakukan
perjalanan yang dilalui, lama perjalanan, pengangkutan selanjutnya, hampir 72% dari
biaya angkutan yang harus dikeluarkan sopir tersebut cenderung memilih atau
selama perjalanan, ketersediaan material di menggunakan rute yang sama.
lokasi tambang, dan harga di pasaran
(persaingan). Karakteristik tersebut lebih 2. Distribusi Keruangan Pengangkutan Pasir
jelas dapat dilihat pada Tabel 1. dibawah ini: dan Batu di Kecamatan Cangkringan,
Tabel 1. Karakteristik per Klasifikasi Jenis Material Kabupaten Sleman
Jenis Material
No. Kategori Pasir Batu Analisis distribusi keruangan digunakan
Pasir Batu
(Sirtu) untuk menganalisis pengangkutan secara
1. Volume
1 truk 1 truk
Pengangkutan
(4m3)
1 truk (4m3)
(4m3)
spasial (distribusi spasial) tentang besaran
(Sekali Angkut)
2. Tarif Retribusi Rp 30.000 Rp 30.000 Rp 15.000 jumlah dan volume pengangkutan yang
3. Harga Beli (di Rp Rp 1.200.000- Rp berasal dari suatu zona dan yang tertarik ke
lokasi tambang) 350.000-Rp Rp 1.800.000 350.000-Rp
550.000 (@ Rp 4.500) 550.000 suatu zona tertentu dalam area wilayah kajian
4. Harga Jual (di
titik akhir Rp 950.000-Rp 2.000.000 penelitian ini.
pengangkutan)
5. Persentase
Analisis ini meliputi karakteristik asal
70,53% 17,12% 12,35%
Pengangkutan perjalanan, tujuan perjalanan, klasifikasi tipe
(Sumber: Analisis Data Primer, 2015)
pergerakan berdasarkan asal dan tujuan
perjalanan, bangkitan dan tarikan pergerakan
Moda angkutan yang digunakan dalam
berdasarkan jumlah moda angkutan dan
pengangkutan material ini berupa truk
volume pengangkutan per jenis material yang
dengan status kepemilikan kendaraan
diangkut, dan analisis distribusi keruangan
sebanyak 77% adalah milik bos (bukan
berdasarkan jumlah dan volume
pribadi). Pemilihan moda angkutan di
pengangkutan material perhari untuk
pengaruhi oleh kesulitan dalam mengakses
menggambarkan jumlah dan volume
barang, jenis pekerjaan dan maksud
pengangkutan material ke lokasi tujuan
melakukan perjalanan, jarak tempuh
perjalanan daerah sebaran keruangan ini.
perjalanan yang cukup jauh, dan jaminan
Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui
keamanan dan keselamatan dalam perjalanan.
bahwa keseluruhan material yang berpindah
Waktu dan frekuensi moda-moda
atau diangkut dari Kecamatan Cangkringan
angkutan yang mengankut material dari
bersumber dari Kali Gendol. Hal ini karena
kecamatan ini tidak dapat dipastikan
Kali Gendol merupakan tumpuan atau lokasi
waktunya dan tidak menentu intensitasnya.
utama dari penambangan pasir dan batu di
Rute perjalanan yang banyak dilewati
Kecamatan Cangkringan, khususnya lingkup
adalah melalui rute TPR Banjarsari
Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan.
dibandingkan TPR Manggong. Hal ini karena
Faktor lain adalah karena dilokasi-lokasi
berdasarkan hasil pengamatan, diketahui
penambangan lainnya di dalam/luar
bahwa tujuan perjalanan banyak didominasi
Kecamatan Cangkringan sudah ditutup paling banyak mengkonsumsi atau
dengan material yang tidak melimpah. mengakses pasar tersebut. Hal ini
Hasil survey O-D diketahui bahwa tujuan menunjukkan bahwa sebagian besar zona
pengangkutan material dari Kecamatan wilayah kajian (internal) sudah mampu
Cangkringan didominasi menuju memenuhi kebutuhan pelayanan daerah
kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah dan terdekat dan sekitarnya sehingga konsumen
lingkup lokal Kecamatan Cangkringan. Hasil tidak perlu melakukan perjalanan yang jauh
tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. dibawah atau lintas zona untuk memenuhi kebutuhan
ini: hidupnya. Peta O-D dan Jumlah
Tabel 2. Tujuan Perjalanan Pengangkutan Material Pengangkutan Material yang dihasilkan dapat
dari Kecamatan Cangkringan (Hasil Survey O-D)
Jumlah Moda
dilihat pada Gambar 1. dibawah ini.
Angkutan (Truk) di
Tujuan Perjalanan
Klasifikasi kedua TPR
No. Tujuan (selama 9 jam)
Perjalanan TPR
TPR
Provinsi Kabupaten/Kota Banjar
Manggong
sari
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Purwodadi/Grobogan 17 29
2 Karanganyar 10 30
3 Sukoharjo 6 13
4 Surakarta 32 88
5 Semarang 32 43
6 Salatiga - 23
7 Blora - 1
8 Pati - 4
9 D.I. Rembang - 2
Yogyakarta
10 Jawa Wonogiri 6 26

11 Tengah Klaten 6 148
Jawa
12 Tengah Kudus 4 17
13 Jepara 1 3
14 Magelang 5 -
15 Purworejo - 1 Gambar 1.. Peta Origin-Destination dan Jumlah
16 Sragen 5 42 Pengangkutan Material dari Kecamatan Cangkringan
17 Demak 6 4
18 Boyolali 2 31
ke D.I. Yogyakarta – Jawa Tengah
19 Temanggung 2 - (Sumber: Analisis Data Primer, 2015)
20 Batang - 1
21 Ngawi - 1
22
Luar D.I.
Jawa Pacitan - 1 Berdasarkan hasil analisis MAT
Yogyakarta
23 Timur Malang - 1
24

Surabaya 1 2
perjalanan, diperoleh 2 (dua) tipe pergerakan
Jawa
25 Tengah D.K.I.
Jakarta 1 1
dari adanya perjalanan pengangkutan
Jakarta
Lokal material ini, yaitu internal-internal (40%)
26 D.I. 73 361
(Kec.Cangkringan)
27
Yogyakarta D.I.
Sleman 6 8
meliputi daerah lokal Kecamatan
– Yogyaka
28
Jawa rta
Bantul 2 2 Cangkringan dan lingkup Kabupaten Sleman
29 Gunungkidul 4 3
Tengah dan internal-eksternal (60%) yaitu
30 Kota Yogyakarta 3 10
Total Perjalanan 896 Kabupaten/Kota diluar Kabuparen Sleman,
224 truk
truk
(Sumber: Analisis Data Primer, 2015) didalam maupun luar Provinsi
D.I.Yogyakarta (Jatim, Jateng, D.K.I.
Semakin dekat jarak dengan pasar atau Jakarta).
barang berasal, disimpulkan bahwa daerah
tersebut akan cenderung menjadi daerah yang
Untuk jumlah moda angkutan yang Hasil tersebut dapat dikaitkan dengan
mengangkut per jenis material dan melewati daerah tujuan perjalanan moda angkutan
kedua TPR dihasilkan dalam bentuk Peta (truk) yang cenderung lebih banyak menuju
bangkitan dan tarikan pergerakan yang dapat daerah-daerah di bagian timur Kecamatan
dilihat pada Gambar 2. dibawah ini. Cangkringan sehingga jumlah pengangkutan
yang melalui TPR Banjarsari pun lebih
banyak. Disimpulkan bahwa kebutuhan
material dari ketiga jenis tersebut yang paling
banyak dibutuhkan konsumen sebagai
demander adalah pasir, yaitu dengan
persentase 70,53%, hal ini pun didukung
dengan hasil wawancara bahwa 80%
responden mengangkut material jenis pasir.
Berdasarkan perhitungan jumlah dan
volume pengangkutan material dalam waktu
1 (satu) hari, diketahui bahwa distribusi
keruangan terbanyak ditempati oleh daerah
lokal (lingkup Kecamatan Cangkringan dan
sekitarnya) yaitu mencapai 1364
3
pengangkutan atau 5454 m volume
pengangkutan material perharinya. Peta
distribusi keruangan tersebut dapat dilihat
pada Gambar 3. dibawah ini.

Gambar 2. Peta Bangkitan dan Tarikan Pergerakan


berdasarkan Jumlah Moda Angkutan yang
Mengangkut per Jenis Material dan Melewati Kedua
TPR dari Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman
(Sumber: Analisis Data Primer, 2015)

Berdasarkan hasil pengamatan selama 11


jam, diketahui bahwa terjadi 1320
pengangkutan moda angkutan (truk) yang
Gambar 3. Peta Distribusi Keruangan Berdasarkan
terbagi menjadi 302 moda angkutan (truk) Volume Pengangkutan Material perhari dari
melewati TPR Manggong dan 1018 moda Kecamatan Cangkringan ke
angkutan (truk) melewari TPR Banjarsari. D.I. Yogyakarta – Jawa Tengah
(Sumber: Analisis Data Primer, 2015)
Volume Pengangkutan yang berpindah ke
daerah tujuan perjalanan pun berbanding Hal ini didukung karena pengangkutan
lurus dengan kondisi tersebut. oleh moda-moda angkutan (truk) yang
berasal dari lokal (Kecamatan Cangkringan) tempuh, biaya perjalanan yang harus
memiliki intensitas pengangkutan 3-4x setiap dikeluarkan, dan kualitas material.
harinya, sehingga wajar apabila jumlah
material yang tersebar ke daerah ini lebih KESIMPULAN
banyak dibandingkan ke daerah-daerah 1. Pola pengangkutan angkutan material
tujuan pengangkutan lainnya karena dilakukan seluruhnya oleh laki-laki
intensitas pengangkutannya mungkin kurang menggunakan moda angkutan berupa truk
dari 2x setiap harinya. Kedekatan dengan bukan milik pribadi dengan jenis material
sumber material menjadi satu alasan yang yang dapat diangkut terdiri dari pasir,
sangat berpengaruh pada intensitas batu, dan pasir batu (sirtu), material yang
pengangkutan tersebut. paling banyak diangkut adalah pasir,
Berdasarkan peta tersebut, disimpulkan waktu dan intensitas pengangkutan tidak
bahwa pengangkutan material dari menentu, dan rute perjalanan yang dilalui
Kecamatan Cangkringan terdistribusi tidak cenderung sama.
homogen karena diketahui bahwa daerah 2. Distribusi keruangan material semua
dengan volume pengangkutan material berasal dari Kali Gendol, dominasi
terbanyak cenderung berada di beberapa perjalanan terbanyak adalah lokal
daerah saja (jumlahnya sedikit) dan daerah Kecamatan Cangkringan. Distribusi
dengan volume pengangkutan material keruangan pengangkutan material dari
sedikit pun berada di banyak daerah, kecamatan ini dikatakan menyebar namun
sehingga dapat dikatakan distribusinya tidak tidak merata dengan intensitas masing-
menyebar secara merata. masing daerah yang berbeda-beda dalam
memenuhi kebutuhannya.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola
Pengangkutan Pasir dan Batu dari pengangkutan material ini terbagi menjadi
Kecamatan Cangkringan 3 (tiga), yaitu faktor di daerah asal
Faktor terjadinya perjalanan (surplus material dan perbedaan komoditas
pengangkutan material ini yaitu faktor yang dalam wilayah, kualitas material baik),
terdapat di daerah asal (surplus material dan faktor-faktor di daerah tujuan (minus
perbedaan komoditas dalam wilayah), faktor- komoditas, permintaan/kebutuhan akan
faktor di daerah tujuan (minus komoditas, barang), dan faktor-faktor diantara (jarak,
permintaan/kebutuhan akan barang), dan aksesibilitas, biaya perjalanan yang
faktor-faktor diantara (jarak, aksesibilitas, dikeluarkan).
biaya perjalanan yang dikeluarkan).
Faktor pendorong intensitas perjalanan DAFTAR PUSTAKA
Dixon, C., dan Leach, B. (2013). Metode
sopir melakukan pengangkutan ke
Pengambilan Sampel Untuk Penelitian
Kecamatan Cangkringan ini yaitu faktor Geografi. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
lokasi (hanya lokasi penambangan Kali Djojodipuro, M. (1992). Teori Lokasi.
Gendol, Desa Kepuharjo yang dibuka), Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
ketersediaan material yang melimpah, jarak Ekonomi UI.
Hendarto, S., Rasyid. H. A., & Hermawan, Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian.
K. R. (2001). Dasar-dasar Transportasi. Bandung: Alfabeta.
Bandung: Departemen Teknik Sipil Sugiyono. (2008). Metode Penelitian
Penerbit ITB. Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.
Ismadarni. (2012). Pengaruh Aspek Sosial Bandung: Alfabeta.
Ekonomi Masyarakat Terhadap Sumaatmadja, N. (1988). Studi Geografi
Bangkitan Pergerakan Zona Kecamatan Suatu Pendekatan dan Analisa
di Kota Palu. Jurnal Rekayasa dan Keruangan. Bandung: Alumni.
Manajemen Transportasi, II (2), 72-86. Sutrisni, S., Syafi’i., & Setiono (2014).
Laksito, P. (2003). Orientasi Pergerakan Estimasi Matriks Asal Tujuan (MAT)
Angkutan Barang di Kabupaten Boyolali. Kota Surakarta Tahun 2025. e-Jurnal
Tesis. Yogyakarta: Magister Perencanaan Matriks Teknik Sipil Universitas Negeri
Kota dan Daerah Jurusan Ilmu-Ilmu Sebelas Maret, 2 (2), 1-5.
Teknik, Universitas Gadjah Mada. Tamin, O. Z. 2000. Perencanaan dan
Mandala, Z. 2013. Pola Pergerakan Spasial Pemodelan Transportasi, Edisi Kedua.
dan Non Spasial Dalam Sistem Bandung: Penerbit ITB.
Transportasi. Tjakranegara, S. (1995). Hukum
http://zejimandala.wordpress.com. Pengangkutan Barang dan Penumpang.
Diakses pada 28 Maret 2015 pukul 11.58. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Muta'ali, L. (2011). Kapita Selekta Warpani, S. (1990) Merencanakan Sistem
Pengembangan Wilayah. Yogyakarta: Perangkutan. Bandung: Penerbit ITB.
Badan Penerbit Fakultas Geografi
(BPFG) UGM.
Nasution, M. N. (2004). Manajemen
Transportasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nurkholis. (2002). Pola Pergerakan
Angkutan Barang Niaga di Kota
Semarang, Tesis. Semarang: Magister
Teknik Pembangunan Kota, Universitas
Diponegoro.
Permana, Rizky. (2003). Kajian Pola
Pergerakan Penduduk Untuk
Perencanaan Pelayanan Transportasi di
Pinggiran Kota Purworejo, Skripsi.
Yogyakarta: Fakultas Geografi
Universitas Gadjah Mada.
Rusliwa, G. S. (2005). Memahami Metode
Kualitatif. Makara, Sosial Humaniora, 9
(2), 57-65.
Salim, A (1993). Manajemen Transportasi.
Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Siregar, M. (1990). Beberapa Masalah
Ekonomi dan Management
Pengangkutan. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.

You might also like