Makalah Stunting

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Balita pendek (stunting ) merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek
hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan. Stunting dapat di
diagnosis melalui indeks antropometri tinggi badan badan menurut umur yang mencerminkan
pertumbuhan linier yang dicapaipada pra dan pasca persalinan dengan indikasi kekurangan
gizi jangka panjang akibat dari gisi yang tidak memadai. Stunting merupakan pertumbuhan
linier yang gagal untuk mencapai potensi genetik sebagai akibat dari pola makan yang buruk
dan penyakit infeksi ( ACC/SCN. 2000).
Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada kehidupan
sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Ada bukti jelas bahwa individu yang stunting memiliki
tingkat kematian lebih tinggi dari berbagai penyebab dan terjadinya peningkatan penyakit.
Stunting akan mempengaruhi kinerja fisik dan fungsimental dan intelektual akan terganggu
(Mann dan Truswell, 2002).
Hal ini juga didukung oleh jackson dan calder (2004) yang menyatakan bahwa stunting
berhubungan dengan gangguan fungsi kekebalan dan meningkatkan risiko kematian.
Di Indonesia, diperkirakan 7,8 juta anak mengalami stunting, data ini berdasarkan laporan
yang dikeluarkan oleh UNICEF dan mempromosikan indonesia masuk ke dalam 5 besar
dengan jumlah anak yang mengalami stunting (UNICEF, 2007).
Hasil Riskesdas 2010, secara nasional prevalensi kependekan pada anak umur 2- 5
tahun di ndonesia adalah 35,6% yang terdiri dari 15,1% sangat pendek dan 20% pendek.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari stunting ?
2. Bagaimana tanda dan gejala stunting ?
3. Bagaimana patofisiologi stunting ?
4. Apa penyebab stunting?
5. Apa faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting ?
6. Bagaimana penilaian stunting secara antropometri ?
7. Bagaimana dampak dari stunting ?
8. Bagaimana penanggulangan dan pencegahan stunting pada bayi ?
9. Bagaimana cara mencegah stunting pada balita ?
10. Bagaimana penatalaksanaan pada stunting ?

1
11. Bagaimana peran perawat pada anak stunting ?
12. Bagaimana pencegahan primer, sekunder dan tersier pada stunting ?
13. Bagaimana pencegahan primer, sekunder dan tersier pada stunting ?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Setelah membaca makalah ini pembaca diharapkan dapat memahami mengenai
Stunting.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apa definisi dari stunting.
b. Untuk mengetahui bagaimana tanda dan gejala stunting.
c. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi stunting.
d. Untuk mengetahui apa penyebab stunting.
e. Untuk mengetahui apa faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting.
f. Untuk mengetahui bagaimana penilaian stunting secara antropometri.
g. Untuk mengetahui bagaimana dampak dari stunting.
h. Untuk mengetahui bagaimana penanggulangan dan pencegahan stunting pada
bayi.
i. Untuk mengetahui bagaimana cara mencegah stunting pada balita.
j. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan pada stunting.
k. Untuk mengetahui bagaimana peran perawat pada anak stunting.
l. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan primer, sekunder dan tersier pada
stunting.
m. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan primer, sekunder dan tersier pada
stunting.

D. Manfaat Penulisan
1 Bagi Mahasiswa
Makalah ini bisa menjadi salah satu sumber pengetahuan dalam pembelajaaran
keperawatan komunitas.
2 Bagi Praktik Keperawatan
Makalah ini bisa menambahkan keilmuan praktisi dalam hal perawatan
komunitas dengan Stunting.

2
E. Metode Penulisan
1. Tulisan menggunakan font Arial Narrow
2. Tulisan menggunakan size 11 dengan spasi 1,5

F. Sistematika Penulisan
Sistem Penulisan pada makalah ini terdiri dari :
1. Kata Pengantar
2. Daftar Isi
3. Bab I
Pendahuluan (latar belakang, rumusan masalah, tujuan; tujuan umum, tujuan
khusus, manfaat penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan).
4. Bab II
Tinjauan Teori (definisi stunting, tanda dan gejala, patofisiologi, penyebab, faktor
yang mempengaruhi, penilaian stunting secara antropometri, dampak stunting,
penanggulanagan dan pencegahan sstunting pada bayi, cara mencegah stunting pada
balita, penatalaksanaan, peran perawata pada anak stunting, pencegahan primer
sekunder dan tersier )
5. Bab III
Kasus dan Pembahasan (asuhan keperawatan komunitas stunting)
6. Bab V
Penutup (kesimpulan, saran).
Daftar Pustaka

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Stunting
Stunting adalah status gizi yang didasarkan pada indeks BB/U atau TB/U dimana
dalam standar antropometri penilaian status gizi anak, hasil pengukuran tersebut berada
pada ambang batas (Z-Score) <-2 SD sampai dengan –3 SD (pendek/ severly stumted)
(Trihono dkk, 2015).
Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau
keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya
(MCN, 2009).
Berbagai ahli menurut Wamani et al., dalam Sandra Fikawati dkk, (2017) Stunting
merupakan dampak dari berbagai faktor seperti berat lahir yang rendah, stimulasi dan
pengasuhan anak kurang tepat, asupan nutrisi kurang, dan infeksi berulang serta berbagai
faktor lingkungan lainnya.

B. Tanda dan Gejala Stunting


1. Berat badan dan panjang badan lahir bisa normal, atau BBLR (berat bayi lahir rendah)
pada keterlambatan tumbuh intra uterine, umum nya tumbuh kelenjarnya tidak sempurna
2. Pertumbuhan melambat, batas bawah kecepatan tumbuh adalah 5cm/tahundesimal
3. Pada kecepatan tumbuh tinggi badan < 4cm/ tahun kemungkinan ada kelainan hormon
4. Umur tulang (bone age) bisa normal atau terlambat untuk umurnya
5. Pertumbuhan tanda tanda pubertas terlambat

C. Patofisiologi Stunting
Terjadinya stunting pada balita sering kali tidak disadari, dan setelah dua tahun baru
terlihat ternyata balita tersebut pendek masalah gizi yang kronis pada balita disebabkan oleh
asupan gizi yang kurang dalam waktu yang cukup lama akibat orang tua/ keluarga tidak tahu
atau belum tahu atau belum sadar untuk memberikan makanan yang sesuai dengan
kebutuhan gizi anaknya. Riskesdas 2010 menemukan bahwa ada 21,5% balita usia 2 - 4
tahun yang mengonsumsi energi dibawah kebutuhan minimal dan 16% yang mengonsumsi
protein di bawah kebutuhan minimal. Dan bila ini berlangsung dalam waktu lama, maka akan
mengganggu pertumbuhan berat dan tinggi badan.

4
Pada ibu hamil juga terdapat 44,4% yang mengonsumsi energi di bawah kebutuhan
Minimal dan 49,5% wanita hami yang mengonsumsi protein di bawah kebutuhan minimal
yang berdampak pada terhambatnya pertumbuhan janin yang dikandungnya. Selain asupan
yang kurang, seringnya anak sakit juga menjadi penyebab terjadinya gangguan pertumbuhan.
Sanitasi lingkungan mempengaruhi tumbuh kembang anak melalui peningkata kerawanan
anak terhada penyakit infeksi. Anak yang sering sakit akibat rendahnya hidup bersih dan
sehat dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan kronis dan berdampak anak menjadi
pendek.
Dari hasil Riskesdas, 2010 lebih dari setengah (54,9%) masyarakat kita memiliki
akses sumber air minum tidak terlindung. Hanya 55,5% masyarakatyang terakses dengan sa
nitasi, di perkotaan 71,4% dan pedesaan 38,5%.Penanganan sampah di masyarakat 52%
dibakar dan penggunaan bahan bakararang dan kayu bakar 40,0%. Selain itu juga ternyata
Dua dari 3 perokok kita(76,7%) merokok di rumah dan dampak dari semua ini berpotensimen
yebabkan penyakit diare dan gangguan pernapasan pada balita.

D. Penyebab Stunting
Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak merupakansuatu proses
kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak – kanak dan sepanjang siklus kehidupan.
Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunted pada anak dan peluang peningkatan
stunted terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan.
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak langsung
yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil
dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth etardation
(IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan pertumbuhan
dan perkembangan.
Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan kurangnya
asupan makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang, dan meningkatnya
kebutuhan metabolic serta mengurangi nafsu makan, sehingga meningkatnya kekurangan
gizi pada anak. Keadaan ini semakin mempersulit untuk mengatasi gangguan pertumbuhan
yang akhirnya berpeluang menjadi stunted (Allen dan Gillespie 2001).
Gizi buruk (stunting) tidak hanya disebabkan oleh faktor saja seperti yang telah
dijelaskan diatas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana faktor- faktor tersebut saling
berhubungan satu sama lainnnya. Terdapat tiga faktor utama penyebab stunting yaitu
sebagai berikut :

5
1. Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam makanan
yaitu karbohidrat, protein,lemak, mineral, vitamin, dan air)
2. Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR)
3. Riwayat penyakit.

E. Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Stunting


Beberapa faktor yang terkait dengan kejadian stunted antara lain kekurangan energi
dan protein, sering mengalami penyakit kronis, praktek pemberian makan yang tidak sesuai
dan faktor kemiskinan. Prevalensi stunted meningkat dengan bertambahnya usia,
peningkatan terjadi dalam dua tahun pertama kehidupan, proses pertumbuhan anak masa
lalu mencerminkan standar gizi dan kesehatan.
Menurut laporan UNICEF beberapa fakta terkait stunted dan pengaruhnya antara lai
n sebagai berikut :
1. Anak- anak yang mengalami stunted lebih awal yaitu sebelum usia enam bulan, akan
mengalami stunted lebih berat menjelang usia dua tahun. Stunted yang parah pada
anak- anak akan terjadi deficit jangka panjang dalam perkembangan fisik dan mental
sehingga tidak mampu untuk belajar secara optimal di sekolah, dibandingkan anak- anak
dengan tinggi badan normal. Anak- anak dengan stunted cenderung lebih lama masuk
sekolah dan lebih sering absen dari sekolah dibandingkan anak-anak
dengan status gizi baik. Hal ini memberikan konsekuensi terhadapkesuksesan anak dala
m kehidupannya dimasa yang akan datang.
2. Stunted akan sangat mempengaruhi kesehatan dan perkembanangan anak. Faktor dasar
yang menyebabkan stunted dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
intelektual. Penyebab dari stunted adalah bayi berat lahir rendah, ASI yang tidak
memadai, makanan tambahan yang tidak sesuai, diare berulang, dan infeksi pernapasan.
Berdasarkan penelitian sebagian besar anak- anak dengan stunted mengkonsumsi
makanan yang berada di bawah ketentuan rekomendasi kadar gizi, berasal dari keluarga
miskin dengan jumlah keluarga banyak, bertempat tinggal di wilayah pinggiran kota dan
komunitas pedesaan.
3. Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunted dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang kurang. Anak stunted pada usia lima
tahun cenderung menetap sepanjang hidup, kegagalan pertumbuhan anak usia dini
berlanjut pada masa remaja dan kemudian tumbuh menjadi wanita dewasa yang stunted
dan mempengaruhi secara langsung pada kesehatan dan produktivitas, sehingga
meningkatkan peluang melahirkan anak dengan BBLR. Stunted terutama berbahaya

6
pada perempuan, karena lebih cenderung menghambat dalam proses pertumbuhan dan
berisiko lebih besar meninggal saat melahirkan.

F. Penilaian Stunting Secara Antropometri


Untuk menentukan stunted pada anak dilakukan dengan cara pengukuran.
Pengukuran tinggi badan menurut umur dilakukan pada anak usia di atas 2 tahun.
Antropometri merupakan ukuran dari tubuh, sedangkan antropometri gizi adalah jenis
pengukuran dari beberapa bentuk tubuh dan komposisi tubuh menurut umur dan tingkatan
gizi, yang digunakan untuk mengetahui ketidakseimbangan protein dan energi. Antropometri
dilakukan untuk pengukuran pertumbuhan tinggi badan dan berat badan (Gibson, 2005).
1. Standar digunakan untuk standarisasi pengukuran berdasarkan rekomendasi NCHS dan
WHO. Standarisasi pengukuran ini membandingkan pengukuran anak dengan median,
dan standar deviasi atau Z-score untuk usia dan jenis kelamin yang sama pada anak-
anak. Z- score adalah unit standar deviasi untuk mengetahui perbedaan antara nilai
individu dan nilai tengah (median) populasi referent untuk usia/ tinggi yang sama, dibagi
dengan standar deviasi dari nilai populasirujukan. Beberapa keuntungan penggunaan Z-
score antara lain untuk mengidentifikasi nilai yang tepat dalam distribusi perbedaan
indeks dan perbedaan usia, juga memberikan manfaat untuk menarik kesimpulan secara
statistik dari pengukuran antropometri.
2. Indikator antropometrik seperti tinggi badan menurut umur (stunted) adalah penting
dalam mengevaluasi kesehatan dan status gizi anak-anak pada wilayah dengan banyak
masalah gizi buruk. Dalam menentukan klasifikasi gizi kurang dengan stunted sesuai
dengan ”Cut off point”, dengan penilaian Z-score, dan pengukuran pada anak balita
berdasarkan tinggi badan menurut Umur (TB/U) Standar baku WHO-NCHS berikut.

G. Dampak Stunting
Stunting dapat mengakibatkan penurunan intelegensia (IQ), sehingga prestasi
belajar menjadi rendah dan tidak dapat melanjutkan sekolah. Bila mencari pekerjaan,
peluang gagal tes wawancara pekerjaan menjadi besar dan tidak mendapat pekerjaan yang
baik, yang berakibat penghasilan rendah (economic productivity hypothesis ) dan tidak dapat
mencukupi kebutuhan pangan. Karena itu anak yang menderita stunting berdampak tidak
hanya pada fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga pada kecerdasan, produktivitas dan
prestasinya kelak setelah dewasa, sehingga akan menjadi beban negara. Selain itu dari
aspek estetika, seseorang yang tumbuh proporsional akan kelihatan lebih menarik dari yang
tubuhnya pendek.

7
Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko meningkatnya angka
kematian, kemampuan kognitif, dan perkembangan motorik yang rendah serta fungsi-fungsi
tubuh yang tidak seimbang (Allen & Gillespie,2001). Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang
gizi pada masa- masa emas ini akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya dan sulit
diperbaiki.
Masalah stunting menunjukkan ketidak cukupan gizi dalam jangka waktu panjang,
yaitu kurang energi dan protein, juga beberapa zat gizi mikro.

H. Penanggulangan dan Pencegahan Stunting pada Balita


1. Penanggulangan stunting pada pertumbuhan bayi
Penanggulangan stunting yang paling efektif dilakukan pada seribu hari pertama
kehidupan, yaitu :
a. Pada ibu hamil
Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara terbaik dalam
mengatasi stunting. Ibu hamil perlu mendapat makanan yang baik, sehingga apabila
ibu hamil dalam keadaan sangat kurus atau telah mengalami Kurang Energi Kronis
(KEK), maka perlu diberikan makanan tambahan kepada ibu hamil tersebut. Setiap
ibu hamil perlu mendapat tablet tambah darah, minimal 90 tablet selama kehamilan.
Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami sakit.
b. Pada saat bayi lahir
Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi lahir
melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Bayi sampai dengan usia 6 bulan diberi Air
Susu Ibu (ASI) saja (ASI Eksklusif).
c. Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun
Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping ASI (MP-
ASI). Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih. Bayi
dan anak memperoleh kapsul vitamin A, taburia, imunisasi dasar lengkap.
2. Pencegahan stunting pada pertumbuhan bayi
a. Kebutuhan gizi masa hamil
Pada Seorang wanita dewasa yang sedang hamil, kebutuhan gizinya
dipergunakan untuk kegiatan rutin dalam proses metabolisme tubuh, aktivitasfisik,
serta menjaga keseimbangan segala proses dalam tubuh. Di samping proses yang
rutin juga diperlukan energi dan gizi tambahan untuk pembentukan jaringan baru,
yaitu janin, plasenta, uterus serta kelenjar mamae. Ibu hamil dianjurkan makan
secukupnya saja, bervariasi sehingga kebutuhan akan aneka macam zat gizi bisa

8
terpenuhi. Makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan adalah makanan yang
mengandung zat pertumbuhan atau pembangun yaitu protein, selama itu juga perlu
tambahan vitamin dan mineral untuk membantu proses pertumbuhan itu.
b. Kebutuhan Gizi Ibu saat Menyusui
Jumlah makanan untuk ibu yang sedang menyusui lebih besar dibanding
dengan ibu hamil, akan tetapi kualitasnya tetap sama. Pada ibu menyusui
diharapkan mengkonsumsi makanan yang bergizi dan berenergi tinggi, seperti
diisarankan untuk minum susu sapi, yang bermanfaat untuk mencegah kerusakan
gigi serta tulang. Susu untuk memenuhi kebutuhan kalsium dan flour dalam ASI.
Jika kekurangan unsur ini maka terjadi pembongkaran dari jaringan (deposit) dalam
tubuh tadi, akibatnya ibu akan mengalami kerusakan gigi. Kadar air dalam ASI sekitr
88 gr %. Maka ibu yang sedang menyusui dianjurkan untuk minum sebanyak 2 -
2,5 liter (8- 10gelas) air sehari, di samping bisa juga ditambah dengan minum air
buah.
1) Kebutuhan Gizi Bayi 0 – 12 bulan
Pada usia 0 -6 bulan sebaiknya bayi cukup diberi Air Susu Ibu (ASI).
ASI adalah makanan terbaik bagi bayi mulai dari lahir sampai
kuranglebih umur 6 bulan. Menyusui sebaiknya dilakukan sesegara mungkin
setelah melahirkan. Pada usia ini sebaiknya bayi disusui selama minimal
20 menit pada masing-masing payudara hingga payudara benar-benar kosong.
Apabila hal ini dilakukan tanpa membatasi waktu dan frekuensi menyusui, maka
payudara akan memproduksi ASI sebanyak 800 ml bahkan hingga 1,5 – 2 liter
perhari.
2) Kebutuhan Gizi Anak 1 – 2 tahun
Ketika memasuki usia 1 tahun, laju pertumbuhan mulai melambat tetapi
perkembangan motorik meningkat, anak mulai mengeksplorasi lingkungan sekitar
dengan cara berjalan kesana kemari, lompat, lari dan sebagainya. Namun pada
usia ini anak juga mulai sering mengalami gangguan kesehatan dan rentan
terhadap penyakit infeks seperti ISPA dan diare sehingga anak butuh zat gizi
tinggi dan gizi seimbang agar tumbuh kembangnya optimal. Pada usia ini ASI
tetap diberikan. Pada masa ini berikan juga makanan keluarga secara bertahap
sesuai kemampuan anak. Variasi makanan harus diperhatikan. Makanan yang
diberikan tidak menggunakan penyedap, bumbu yang tajam, zat pengawet dan
pewarna dari asi karena saat ini hanya asi yang terbaik untuk buah hati anda
tanpa efek samping.

9
I. Cara Mencegah Stunting pada Balita
Berbagai upaya telah kita lakukan dalam mencegah dan menangani masalah gizi di
masyarakat. Memang ada hasilnya, tetapi kita masih harus bekerja keras untuk menurunkan
prevalensi balita pendek sebesar 2,9% agar target MD’s tahun 2014 tercapai yang
berdampak pada turunnya prevalensi gizi kurang pada balita kita.
Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan bertambahnya
umur, namun pertambahan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap kurang gizi dalam
waktu singkat. Jika terjadi gangguan pertumbuhan tinggi badan pada balita, maka untuk
mengejar pertumbuhan tinggi badan optimalnya masih bisa diupayakan, sedangkan anak
usia sekolah sampai remaja relatif kecil kemungkinannya. Maka peluang besar untuk
mencegah stunting dilakukan sedini mungkin. Dengan mencegah faktor resiko gizi urang
baik pada remaja putri, wanita usia subur (WUS), ibu hamil maupun pada balita. Selain itu,
menangani balita yang dengan tinggi dan berat bada rendah yang beresiko terjadi stunting,
serta terhadap balita yang telah stunting aga tidak semakin berat.
Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin dalam kandungan
dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil, artinya setiap ibu
hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi, mendapatkan suplementasi zat gizi
(tablet Fe), dan terpantau kesehatannya Selain itu setiap bayi baru lahir hanya mendapat ASI
saja sampai umur 6 bulan (eksklusif) dan setelah umur 6 bulan diberi makanan pendamping
ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya. Ibu nifas selain mendapat makanan cukup
gizi, juga diberi suplementasi zat gizi berupa kapsul vitamin A. Kejadian stunting pada balita
yang bersifat kronis seharusnya dapat dipantau dan dicegah apabila pemantauan
pertumbuhan balita dilaksanakan secara rutindan benar. Memantau pertumbuhan balita di
posyandu merupakan upaya yang sangat strategis untuk mendeteksi dini terjadinya
gangguan pertumbuhan, sehingga dapat dilakukan pencegahan terjadinya balita stunting.
Bersama dengan sektor lain meningkatkan kualitas sanitasi lingkungan dan
penyediaan sarana prasarana dan akses keluarga terhadap sumber air terlindung, serta
pemukiman yang layak. Juga meningkatkan akses keluarga terhadap daya beli pangan dan
biaya berobat bila sakit melalui penyediaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan.
Peningkatan pendidikan ayah dan ibu yang berdampak pada pengetahuan dan kemampuan
dalam penerapan kesehatan dan gizi keluarganya, sehingga anak berada dalam keadaan
status gizi yang baik. Mempermudah akses keluarga terhadap informasi dan penyediaan
informasi tentang kesehatan dan gizi anak yang mudah dimengerti dan dilaksanakan oleh
setiap keluarga juga merupakan cara yang efektif dalam mencegah terjadinya balita stunting.

10
J. Penatalaksanaan Stunting
Pengobatan stunting antara lain yaitu :
1. Kalsium
Kalsium berfungsi dalam pembentukan tulang serta gigi, pembekuan darah dan
kontraksi otot. Bahan makanan sumber kalsium antara lain : ikan teri kering, belut, susu,
keju, kacang-kacangan.
2. Yodium
Yodium sangat berguna bagi hormon tiroid dimana hormon tiroid mengatur
metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Yodium juga penting untuk
mencegah gondok dan kekerdilan. Bahan makanan sumber yodium : ikan laut, udang,
dan kerang.
3. Zink
Zink berfungsi dalam metabolisme tulang, penyembuhan luka, fungsi kekebalan
dan pengembangan fungsi reproduksi laki - laki. Bahan makanan sumber zink : hati,
kerang, telur dan kacang-kacangan.
4. Zat Besi
Zat besi berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan otak, dan
metabolisme energi. Sumber zat besi antara lain : hati, telur, ikan, kacang - kacangan,
sayuran hijau dan buah-buahan,
5. Asam Folat
Asam folat terutama berfungsi pada periode pembelahan dan pertumbuhan sel,
memproduksi sel darah merah dan mencegah anemia. Sumber asam folat antara ain :
bayam, lobak, kacang-kacangan, serealiadan sayur-sayuran.

K. Peran Perawat pada Anak Stunting


1. Pemberi perawatan
Merupakan peran utama perawat yaitu memberikan pelayanan keperawatan
kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat sesuai dengan masalah yang
terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai yang kompleks. Contoh peran
perawat sebagai pemberi perawatan adalah peran ketika perawat memenuhi kebutuhan
dasar seperti memberi makan, membantu pasien melakukan ambulasi dini.
2. Sebagai Advocat keluarga
Sebagai client advocate, perawat bertanggung jawab untuk memebantu klien
dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan

11
informasi yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concent) atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepadanya. Peran perawat sebagai advocate keluarga
dapat ditunjukkan dengan memberikan penjelasan tentang prosedur tindakan
pengukuran pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan
indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidakmemadai.
3. Pendidik
Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu
keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan lainya.
Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam keperawatan adalah aspek pendidikan,
karena perubahan tingkah laku merupakan salah satu sasaran dari pelayanan
keperawatan. Perawat harus bisa berperan sebagai pendidik bagi individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat. Memberi penyuluhan kesehatan tentang penanganan
stunting (bayi pendek) merupakan salah satu contoh peran perawat sebagai pendidik
(health educator ).
4. Konseling
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien
terhadap keadaan sehat sakitnya. Adanya perubahan pola interaksi ini merupakan dasar
dalam perencanaan tindakan keperawatan. Konseling diberikan kepada individu,
keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman masa
lalu. Pemecahan masalah difokuskan pada; masalah keperawatan, mengubah perilaku
hidup sehat (perubahan pola interaksi).

L. Pencegahan Primer, Sekunder dan Tersier pada Stunting


1. Pencegahan Primer
a. Suplementasi tablet besi asam folat pada bumil
b. Pemberian makanan tambahan (PMT) bumil
c. Promosi dan konseling IMD dan asi eksklusif
d. Pemberian makanan bayi dan anak (PMBA)
e. Pemantauan pertumbuhan di posyandu
f. Pemberian imunisasi
g. Pemberian makanan tambahan balita gizi kurang
h. Pemberian vitamin A
i. Pemberian taburia pada baduta
j. Pemberian obat cacing pada bumil

12
2. Pencegahan sekunder
a. Suplementasi tablet tambahan darah pada remaja putri
b. Menyediakan akses PKPR
3. Pencegahan terseir
Pemberdayaan orang terdekat (suami, orang tua)
a. Konsultasi perencanaan kehamilan dengan melibatkan suami dan keluarga
b. Bimbingan konseling ke bidan bersama dengan suami untuk penentuan tempat dan
penolongan persalinan

13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN STUNTING

I. DATA DEMOGRAFI
A. Struktur Keluarga
Nama KK : Tn. A
Umur : 50 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD tamat
Pekerjaan : buruh
Suku/ Bangsa : sunda
B. Daftar Anggota Keluarga
No. Nama/ Jenis Hub Agam Pendidi Pekerjaa Kead Fisik Ket.
Umur Kelami Klg a kan n
n

L P Sehat Sakit

1. Tn.A/ V KK Islam SD Buruh V


50th

2. Ny.Y/ V Istri Islam SD IRT V


45th

3. An.B/ V Anak Islam Belum Tidak V


4 th sekolah bekerja

C. Data Ekonomi
a. Penghasilan rata-rata perbulan :
1. <Rp 1.000.000 2. Rp 1.000.000-3.000.000 3. >Rp 3.000.000
b. Apakah keluarga menabung :
1. Ya 2. Tidak

14
II. LINGKUNGAN FISIK
A. Perumahan
a. Status Kepemilikan :
1. Sewa 2. Numpang 3. Milik sendiri
b. Tipe Rumah
1. Permanen 2. Semi permanent 3. Tidak permanen
c. Lantai
1. Tanah 2. Papan 3. Tegel 4. Semen
d. Ada jendela di setiap kamar
1. Ya 2. Tidak
e. Ada jendela di setiap rumah
1. Ya 2. Tidak
f. Jika Ya, apakah dibuka setiap hari
1. Ya 2. Tidak
g. Pencahayaan dalam Rumah di siang hari
1. Terang 2. Remang-remang 3. Gelap
h. Jarak rumah dengan tetangga
1. Bersatu 2. Dekat 3. Terpisah
i. Halaman di sekitar rumah
1. Ada 2. Tidak
j. Jika ada , lokasinya
1. Di depan 2. Disamping 3. Di belakang
k. Pemanfaatan pekarangan
1. Kebun 2. Kolam 3. Kandang
l. Berapa luas rumah 360 m2
B. Sumber Air
a. Sumber air untuk masak dan minum
1. PAM 2. Sumur 3. Air mineral
b. Jika di PAM, sumur
1. Dimasak 2. Tidak
c. Sumber air mandi/ mencuci
1. PAM 2. Sumur 3. Sungai 4. Lain-lain, sebutkan………..
d. Jarak sumber air dengan septic tank
1. < 10 m 2. > 10 m

15
e. Tempat penampungan air sementara
1. Bak 2. Gentong 3. Ember 4. Lain- lain, sebutkan…………….
f. Kondisi tempat penampungan air
1. Terbuka 2. Tertutup
g. Kondisi air dalam penampungan
1. Berwarna 2. Berbau 3. Berasa 4. Tidak berasa/ berwarna
h. Ada jentik dalam penampungan air
1. Ya 2. Tidak
C. Pembuangan Sampah
a. Dimana keluarga membuang sampah
1. Sungai 2. Ditimbun 3. Dibakar 4. Sembarang tempat
5. Lain-lain, sebutkan……….
b. Penampungan sampah sementara
1. Ada 2. Tidak ada/ berserakan
c. Bila ada, keadaannya
1. Terbuka 2. Tertutup
d. Jarak dengan rumah
1. Dekat (< 5 m) 2. Jauh (> 5 m)
D. Pembuangan Limbah
a. Kebiasaan keluarga BAB & BAK
1. Jamban/ WC 2. Sungai 3. Sembarang
b. Jenis jamban yang digunakan
1. Cemplung 2. Plengsengan 3. Leher angsa
c. Pembuangan air limbah
1. Resapan 2. Got 3. Sembarangan
d. Kondisi saluran pembuangan
1. Lancar 2. Tersumbat/ tergenang
E. Kandang Ternak
a. Kepemilikan kandang tenak
1. Tidak 2. Ya, jenisnya ternak ayam
b. Bila Ya, letak kandang
1. Dalam rumah 2. Di luar rumah
c. Kondisi
1. Terawat 2. Tidak terawat

16
III. KONDISI KESEHATAN UMUM
A. Pelayanan Kesehatan
a. Sarana kesehatan terdekat
1. Rumah sakit 2. Puskesmas 3. dr/ Perawat/ Bidan
4. Balai pengobatan 5. Lain-lain, sebutkan……….
b. Kebiasaan keluarga untuk minta tolong bila sakit
1. RS 2. Puskesmas 3. Dokter praktik
4. Perawat 5. Bidan 6. Lain-lain, sebutkan…….
c. Kebiasaan Keluarga sebelum ke pelayanan kesehatan
1. Beli obat bebas 2. Jamu
d. Sumber pendanaan kesehatan keluarga
1. ASTEK/ASKES 2. Tabungan 3. Dana sehat
4. JPS/ASKES MASKIN 5. Tidak ada
e. Sarana transportasi ke pelayanan kesehatan keluarga
1. Jalan kaki 2. Becak 3. Angkot
4. Kendaraan pribadi
f. Jarak rumah dengan sarana kesehatan
1. < 1 Km 2. 1- 2 Km 3. 2- 5 Km
4. > 5 Km
B. Masalah Kesehatan Khusus
a. Penyakit yang paling sering diderita keluarga dalam 6 bulan terakhir
1. Demam berdarah 2. Batuk pilek 3. Asma
4. TBC 5. Thypoid 6. Infeksi menular seksual
7. Lain-lain, sebutkan diare

IV. IBU HAMIL DAN MENYUSUI


A. Pasangan Usia Subur
a. Apakah salah satu anggota keluarga ada PUS (Pasangan Usia Subur)
1. Tidak 2. Ya
b. Bila Ya, apakah menjadi akseptor KB
1. Tidak 2. Ya
c. Bila Ya, jenia kontrasepsi yang dipakai
1. IUD 2. Suntik 3. Pil 4. Susuk
5. Kondom 6. Tubektomi 7. Vasektomi 8. Tidak ada
d. Bila tidak, alasannya

17
1. Dilarang suami 2. Agama 3. Tidak tahu
4. Lain-lain, sebutkan……….

B. Ibu Hamil
a. Apakah ada ibu hamil dalam keluarga
1. Tidak 2. Ya
b. Bila Ya, umur kehamilan trimester
1. I (0- 3 bulan) 2. II (4- 6 bulan) 3. III (7- 9 bulan)
c. Bila Ya, kehamilan yang ke
1. 1 2. 2 3. 3 4. > 3
d. Berapa usia bumil saat ini
1. < 20 tahun 2. 20 – 35 tahun 3. > 35 tahun
e. Apakah ibu memeriksakan kehamilannya
1. Tidak 2. Ya, sebutkan…………..
f. Bila Ya
1. 2 kali 2. 3 kali 3. 4 kali
g. Bila Tidak, alasannya
1. Tidak ada biaya 2. Tidak sempat 3. Tidak tahu
4. Lain-lain, sebutkan…………
h. Apakah mendapatkan TT
1. Tidak 2. Ya
i. Bila Ya
1. Lengkap (2 kali) 2. Tidak lengkap (1 kali)
j. Adakah penyakit/ keluhan yang dirasakan bumil saat ini
1. Lemah, letih, lesu 2. Pusing 3. Mual & muntah
4. Bengkak di kaki atau tempat lain 5. Lain-lain, sebutkan……...

C. Ibu Menyusui
a. Apakah ada buteki
1. Tidak 2. Ya
b. Bila Ya, apakah ibu meneteki anaknya
1. Tidak 2. Ya
c. Bila Ya, lamanya menyusui
1. < 1 bulan 2. 1 – 4 bulan 3. 5 – 12 bulan
1. > 12 bulan

18
d. Bila Tidak, alasannya
1. Pekerjaan 2. Tidak tahu 3.Penyakit 4.Lain-lain, sebutkan……

D. Balita
a. Apakah ada anggota keluarga yang berusia balita
1. Tidak 2. Ya
b. Apakah setiap bulan balita dibawa ke posyandu
1. Tidak 2. Ya
c. Bila Tidak, alasannya
1. Jauh 2. Tidak ada waktu 3. Lain-lain, sebutkan….
d. Apakah anak ibu sudah diimunisasi
1. Tidak 2. Ya
e. Jenis imunisasi yang sudah didapatkan
1. Polio….kali 2. BCG 3. DPT…..kali
4. Hepatitis 5. Campak
f. Bila tidak diimunisasi, alasannya
1. Tidak tahu 2. Waktu 3. Lain-lain, sebutkan
g. Apakah anak memiliki KMS
1. Tidak 2. Ya
h. Hasil penimbangan di KMS, pada saat ini berat badan anak berada pada
1. Di daerah garis hijau 2. Diatas garis hijau sampai kuning
3. Di bawah garis titik-titik 4. Di bawah garis merah

E. Anak dan Remaja


a. Dalam keluarga mempunyai anak sekolah/ remaja
1. Tidak 2. Ya
b. Jika Ya, usia anak saat ini
1. 6 – 10 tahun 2. 11 – 15 tahun 3. 16 – 21 tahun
c. Pendidikan anak berada pada tingkat
1. SD 2. SMP 3. SMA
4. PT
d. Kegiatan anak di luar sekolah
1. Kegamaan, sebutkan….. 2. Karang Taruna
3. Olahraga, sebutkan……… 4. Lain-lain, sebutkan…..

19
e. Apakah ada anak yang menderita penyakit
1. Tidak 2. Ya, sebutkan Anemia
f. Jika Ya, sudahkah berobat
1. Sudah 2. Belum, alasannya
g. Jika sudah, berobat kemana
1. Medis, sebutkan Bidan 2. Non medis, sebutkan….
h. Bagaimana penggunaan waktu luang anak
1. Musik/ TV 2. Olahraga 3. Rekreasi
4. Keagamaan
i. Kebiasaan anak
1. Merokok 2. Alkohol 3. Narkoba
4. Lain-lain, sebutkan……..

F. Usia Lanjut
a. Apakah anggota keluarga ada yang berusia lanjut (lebih dari 60 tahun)
1. Tidak ada 2. Ada, usianya……..
b. Apakah lansia memiliki keluhan penyakit
1. Tidak 2. Ya
c. Jika Ya, jenis penyakitnya
1. Asma 2. TBC 3. Hipertensi
4. Kencing manis 5. Rheumatik/arthritis 6. Katarak
7. Osteoporosis 8. Penyakit kulit 9. Jantung
10. Liver 11.Lain-lain, sebutkan…….
d. Upaya yang telah dilakukan
1. Berobat ke sarana kesehatan 2. Berobat ke non medis
3. Diobati sendiri 4. Lain-lain, sebutkan……..
e. Penggunaan waktu senggang pada lansia
1. Berkebun/pekerjaan rumah 2. Jalan-jalan
3. Senam 4. Lain-lain, sebutkan………
f. Apakah ada posyandu lansia di daerah tempat tinggal saudara
1. Tidak ada 2. ada
g. Jika ada, apakah lansia ikut posyandu lansia tersebut
1. Tidak 2. Ya…….kali/bulan
h. Jika tidak, alasannya
1. Tidak tahu 2. Tidak mau

20
V. ANALISIS DATA

DATA MASALAH

Ds : Ketidakseimbangan nutrisis kurang dari


kebutuhan tubuh b.d ketidak mampuan
- Ny.Y mengatakan An.B sangat susah
keluarga dalam merawat anggota keluarga
kalau dirusuh makan dan setiap
yang sakit
disuapi selalu dimuntahkan lagi
- Ny. Y mengatakan An.B tidak suka
makan sayur, kebiasaan makan tidak
menentu
Do :

- BB 7,6 Kg
- TB 74,5 CM
- Lingkar perut 41,5 cm
- An. B Tampak kurus
- Konjungtiva anemis
- Warna rambut kecoklatan
- Kulit tampak pucat
Ds : Resiko keterlambatan pertumbuhan dan
perkembangan b.d ketidakmampuan keluarga
- Ny. Y mengatakan An. B sering
dalam memberikan stimulasi pada balita
menangis dan mengalami demam
- Ny. Y mengakatan An. B masih sering
digendong dan jarang sekali untuk
jalan
Do :

- An. B tampak sering digendong dan


jarang berjalan
- An. B tampak kurus

21
Ds : Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya
pengetahuan keluarga tetang penyakit
- Ny. Y mengakatan An. B mengalami
Gizi kurang setelah mengikuti
posyandu bulan lalu
- Ny. Y juga mengatakan masih kurang
mengerti mengenai gizi kurang pada
balita dan penetalaksanaannya
- Ny. Y mengatakan sangat jarang
membawa anaknya untuk konsultasi
gizi ke puskesmas dan posyandu
Do :

- Ny. Y tidak mampu menjawab


pertanyaan yang diajukan peneliti
mengenai penyakit anaknya

VI. RENCANA KEGIATAN (POA)

NO MASALAH RENCANA PENANGGUNG WAKTU TEMPAT DANA SUMBER


KEGIATAN JAWAB KEGIATAN KEGIATAN

1. Ketidaksei 1) Penyuluhan Perawat Kamis, 27 Rumah Tn. Rp. Dana Desa


mbangan tentang Juni 2019 A 1.000.00
nutrisi stunting 0,-
kurang dari 2) Demontrasik
kebutuhan an cara
tubuh membuat
makanan
yang
menarik
2. Resiko 1) Mengenal Perawat Kamis, 27 Rumah Tn. Rp. Dana Desa
keterlamba bersama Juni 2019 A 1.000.00
tan anggota 0,-
pertumbuh keluarga
an dan tentang

22
perkemban masalah
gan tumbuh
kembang
anak
2) Cegah
terjadinya
resiko
keterlambat
an tumbuh
kembang
anak
3) Cara menilai
tumbuh
kembang
anak
3. Defisit 1) Penyuluhan Perawat Kamis, 27 Rumah Tn. Rp. Dana Desa
pengetahu tentang Juni 2019 A 1.000.00
an masalah 0,-
yang dialami
dari
masalah
kesehatan
anak
2) Diskusikan
bersama
keluarga
dalam
mengambil
keputusan
untuk
mengatasi
gizi kurang
pada balita
masalah
yang dialami

23
dari
masalah
kesehatan
anak
3) Konseling
dan
memotivasi
keluarga
untuk
meningkatka
n
pengetahua
n

VII. IMPLEMENTASI (PELAKSANAAN KEGIATAN)

NO KEGIATAN HASIL HAMBATAN

1. 1. Memperkenalkan  Keluarga mengetahui dan dapat  Keluarga lama untuk


masalah kepada menybutkan definisi stunting memahami
keluarga dengan cara  Keluarga dapat membuat penjelasan yang
penyuluhan tentang makanan yang menarik untuk disebutkan oleh
stunting anak perawat
2. Mendemontrasikan
cara membuat
makanan yang
menarik untuk anak B

2. 1. Memperkenalkan Keluarga dapat mengetahui cara Keluarga lama


masaalah kepada pencegahan stunting memehami apa yang
keluarga dengan dijelaskan oleh perawat
tentang pertumbuh

24
dan kembang anak
2. Mencegah terjadinya
resiko keterlambatan
tumbuh kembang
anak dengan cara
mendiskusikan
bersama keluarga
untuk dapat
memanfaatkan
fasilitas
kesehatanyang ada
3. Menilai tumbuh
kembang anak
menggunakan
stimulasi, deteksi
daan intervensi dini
tumbang (SDIDTK)
3. 1. Memberikan Keluarga dapat berpikir kritis bila Tidak ada hambatan
penyuluhan tentang ada masalah kesehatan yang
gizi kurang pada dialami anggota keluarga
balita
2. mendiskusikan
bersama keluarga
dalam mengambil
keputusan untuk
mengatasi gizi kurang
pada balita masalah
yang dialami dari
masalah kesehatan
anak
3. Memberikan
konseling dan
memotivasi keluarga
untuk meningkatkan
pengetahuan

25
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau
keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya
(MCN, 2009).
Stunted merupakan kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu
dan digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak. Stunting dapat
didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan menurut umur yang mencerminkan
pertumbuhan linier yang dicapai pada pradan pasca persalinan dengan indikasi kekurangan
gizi jangka panjang, akibatdari gizi yang tidak memadai dan atau kesehatan.
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak langsung
yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil
dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth retardation
(IUGR), sehingga bayi akan lahirdengan kurang gizi, dan mengalami gangguan pertumbuhan
dan perkembangan. Beberapa faktor yang terkait dengan kejadian stunted antara lain
kekurangan energi dan protein, sering mengalami penyakit kronis, praktek pemberian makan
yang tidak sesuai dan faktor kemiskinan. Untuk menentukan stunted pada anak dilakukan
dengan cara pengukuran. Pengukuran tinggi badan menurut umur dilakukan pada anak
usia di atas 2 tahun. Antropometri merupakan ukuran dari tubuh, sedangkan antropometri gizi
adalah jenis pengukuran dari beberapa bentuk tubuh dan komposisi tubuhmenurut umur dan
tingkatan gizi, yang digunakan untuk mengetahui ketidakseimbangan protein dan energi.
Anak yang menderita stunting berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih pendek saja,
tetapi juga pada kecerdasan, produktivitas dan prestasinya kelak.

B. Saran
Stunting harus dicegah sedini mungkin dengan meningkatkan pelayanan kesehatan
kepada ibu sejak kehamilan 3 bulan berupa ANC berupa gizi ibu hamil, imunisasi TT, dan
pemeriksaan kehamilan secara teratur. Bayi harus di berikan ASI sampai umur 6 bulan.
Setelah 6 bulan bayi harusdiberikan makan pendamping ASI(M-ASI). Anak harus di bawa ke
posyandu secara rutin untuk mendapat pelayanan secara lengkap. Bagi balita stunting segera
di berikan pelayanan kesehatan.

26
DAFTAR PUSTKA

ACC/SCN. 2000. 4th Report – The World Nutrition Situation. Nutrition Throughout the Life Cycle.
Geneva: WHO
Allen and Gillespie. 2001. Memahami Proses Keperawatan dengan Pendekatan Latihan. Alih
Bahasa Chistiantie Efendi. EGC: Jakarta.
Fikawati, Sandra dkk. 2017. Gizi Anak dan Remaja. Depok: Rajawali Pers
Gibson, R.S. 2005. Principles of Nutritional Assesment. Second Edition. Oxford University Press,
Inc: New York.
Jackson, A., & Calder, P. C. 2004.”Handbook of Nutrition and Immunity (Servere Undernutrition
and Immunity).M. Eric Gershwin, M. E. Nestel, P.,& Keen, C. L. (Ed). Humana Press. 77.
Mann, J. Truswell, A. 2002. Essensial of Human Nutrition News York: Oxford University Press.
RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar). 2010. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Trihono, dkk. 2015. Pendek (stunting) di Indonesia, Masalah dan Solusinya. Jakarta. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
UNICEF. 2007. Progress for Childern: A World Fit for Children. New York: UNICEF Division of
Communication.

27

You might also like