Professional Documents
Culture Documents
Filling Plant PT Smart TBK Refinery Surabaya: Gambaran Tingkat Stres Kerja Pada Pekerja Di Bagian
Filling Plant PT Smart TBK Refinery Surabaya: Gambaran Tingkat Stres Kerja Pada Pekerja Di Bagian
Filling Plant PT Smart TBK Refinery Surabaya: Gambaran Tingkat Stres Kerja Pada Pekerja Di Bagian
ABSTRAK
Latar Belakang: Ketidakmampuan pekerja untuk mengatasi stresor di tempat kerja
dapat menimbulkan stres kerja. Beberapa stresor diantaranya karakteristik pekerja (umur,
tingkat pendidikan, masa kerja, jabatan) serta lingkungan pekerjaan (beban berlebih secara
kuantitatif, beban berlebih secara kualitatif, ketaksaan peran, konflik peran, tanggung jawab
terhadap orang lain, pengembangan karier). Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menggambarkan tingkat stres kerja pada pekerja. Metode: Penelitian ini merupakan
penelitian observasional deskriptif. Responden dalam penelitian ini sebanyak 60 orang yang
merupakan seluruh pekerja tetap di shift pagi dan shift siang. Pengukuran tingkat stres kerja
menggunakan kuesioner Survei Diagnosis Stres (SDS). Hasil: Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sumber stres kerja yang paling tinggi disebabkan oleh beban berlebih kualitatif dan
konflik peran. Responden yang mengalami tingkat stres kerja ringan akibat beban berlebih
secara kualitatif sebanyak 34 orang (56,7%), stres kerja sedang sebanyak 25 orang (41,7%)
dan stres kerja berat sebanyak 1 orang (1,7%). Sedangkan tingkat stres kerja akibat konflik
peran diantaranya stres kerja ringan sebanyak 45 orang (75%), stres kerja sedang sebanyak
13 orang (21,7%) dan kategori berat sebanyak 2 orang (3,3%). Kesimpulan: Disimpulkan
bahwa sebagian besar responden mengalami stres kerja ringan dan stres kerja semakin
meningkat seiring dengan bertambahnya umur, tingkat pendidikan, dan rendahnya masa kerja.
Jabatan dengan tingkat stres kerja berat hanya dialami oleh operator H1.
Kata kunci: Stres kerja, SDS, konflik peran, beban berlebih kualitatif
1
Ariella Kristavanita Pujisuari, Erwin Dyah Nawawinetu
2
Ariella Kristavanita Pujisuari, Erwin Dyah Nawawinetu
3
Ariella Kristavanita Pujisuari, Erwin Dyah Nawawinetu
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pekerja
Karakteristik Pekerja n %
Umur (tahun) ≤40 23 38,3
>40 37 61,7
Tingkat Pendidikan SD 3 5
SMP 9 15
SMA sederajat 44 73,3
Perguruan Tinggi 4 6,7
Masa Kerja Baru 9 15
Lama 51 85
Jabatan Admin Kantor 3 5
Admin Packaging 1 1,7
Operator Curah M.G & Waste Management 3 5
Leader Shift 2 3,3
Mekanik 3 5
Operator Oper Pack & Waste 4 6,7
Operator H1 32 53,3
Operator Transfer Oil, FG & Packaging 12 20
4
Ariella Kristavanita Pujisuari, Erwin Dyah Nawawinetu
Tingkat Stres Kerja Akibat Beban atau tidak memiliki informasi yang cukup
Berlebih Kualitatif
dalam melaksanakan tugasnya.
Beban berlebih kualitatif .Berdasarkan hasil kuesioner, tidak
disebabkan karena adanya tuntutan ditemukan pekerja dengan stres kerja berat.
pekerjaan yang tinggi namun dibatasi oleh Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian
kemampuan kognitif dan teknis dari besar pekerja mengalami tingkat stres kerja
pekerja. Tingkat stres yang dialami pekerja ringan (91,7%). Menurut hasil kuesioner,
terbanyak adalah ringan namun terdapat 1 sebagian besar pekerja menyatakan tujuan
pekerja yang memiiki tingkat stres berat. tugas dan pekerjaan yang diberikan sudah
Berdasarkan hasil kuesioner, pekerja jelas sehingga tidak menimbulkan stres.
tersebut sering mengalami stres terkait Namun, masih terdapat 5 orang pekerja
tugas-tugas yang terlalu kompleks/sulit dengan tingkat stres sedang. Mereka
untuk dikerjakan dan tuntutan pekerjaan menyatakan bahwa ketika terjadi kendala
yang berlebih. dalam pekerjaan, mereka merasa tidak
Tingkat Stres Kerja Akibat Beban jelas harus melapor kepada siapa dan hal
Berlebih Kuantitatif
tersebut kadang menimbulkan stress.
Beban berlebih kuantitatif adalah Tingkat Stres Kerja Akibat Konflik
beban pekerjaan yang terlalu banyak untuk Peran
dikerjakan oleh pekerja dalam waktu Konflik peran adalah adanya
tertentu. Berdasarkan hasil kuesioner, tidak pertentangan antara tanggungjawab yang
ditemukan pekerja dengan tingkat stres dimiliki terhadap tugas yang harus
berat. Tabel 2 menunjukkan hasil bahwa dikerjakan, tugas yang dikerjakan bukan
sebagian besar pekerja mengalami stres merupakan bagian dari pekerjaanya dan
kerja ringan yaitu sebanyak 41 orang atau bertentangan dengan keyakinan pribadi,
68,3% namun juga terdapat pekerja dengan serta tuntutan yang bertentangan dari
tingkat stres sedang. Menurut hasil atasan maupun rekan sekerja. Tabel 2
kuesioner, pekerja dengan tingkat stres menunjukkan hasil bahwa sebagian besar
sedang menyatakan bahwa kadang-kadang pekerja mengalami stres kerja ringan
mereka merasa stres ketika harus lembur namun masih terdapat 2 orang pekerja
untuk menyelesaikan pekerjaannya. yang mengalami stres kerja berat. Menurut
Tingkat Stres Kerja Akibat Ketaksaan hasil kuesioner, mereka yang mengalami
Peran
stres kerja berat sering melakukan
Ketaksaan peran atau ketidakjelasan pekerjaan yang tidak perlu dan tidak sesuai
peran adalah keadaan pekerja tidak paham dengan jobdesc serta sering mengalami
5
Ariella Kristavanita Pujisuari, Erwin Dyah Nawawinetu
tempat kerja merupakan sumber penyebab Hasil tabulasi silang antara umur
terjadinya stres. dengan tingkat stres kerja akibat beban
6
Ariella Kristavanita Pujisuari, Erwin Dyah Nawawinetu
berlebih kualitatif disajikan dalam Tabel awal-awal kerja, semakin tahun semakin
berikut. sering terjadi.
Tabel 3. Hubungan Umur dengan Tingkat Hubungan Tingkat Pendidikan dengan
Stres Akibat Beban Berlebih
Tingkat Stres Kerja
Kualitatif
Umur Tingkat Stres Kerja Total Hasil tabulasi silang antara tingkat
Ringan Sedang Berat
n % n % n % n % pendidikan dengan tingkat stres kerja dapat
≤40 14 60,9 9 39,1 0 0 23 100
>40 20 54,1 16 43,2 1 2,7 37 100
dilihat pada Tabel berikut.
Total 34 56,7 25 41,7 1 1,7 60 100 Tabel 5. Hubungan Tingkat Pendidikan
dengan Tingkat Stres Akibat
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui Beban Berlebih Kualitatif
bahwa stres kerja ringan akibat beban Tingkat Tingkat Stres Kerja Total
Pendidikan Ringan Sedang Berat
berlebih kualitatif banyak dialami oleh n % n % n % n %
pekerja yang berumur ≤40 tahun. SD 2 66,7 1 33,3 0 0 3 100
SMP 5 55,6 4 44,4 0 0 9 100
Sedangkan untuk stres kerja berat banyak SMA
27 61,4 16 36,4 1 2,3 44 100
sederajat
dialami oleh pekerja yang berumur >40 Perguruan
0 0 4 100 0 0 4 100
Tinggi
tahun. Diketahui bahwa pekerja tersebut Total 34 56,7 25 41,7 1 1,7 60 100
memiliki masa kerja lama, sehingga sudah Tabel 5 menunjukkan bahwa stres
cukup lama merasakan beban kerja yang kerja berat akibat beban berlebih kualitatif
berlebih dengan tuntutan kualitas dan dialami oleh pekerja dengan tingkat
target produksi. pendidikan SMA sederajat. Pekerja dengan
Tabel 4. Hubungan Umur dengan tingkat pendidikan SD dan SMP banyak
Tingkat Stres Akibat mengalami stres kerja ringan, sedangkan
Konflik Peran
Umur Tingkat Stres Kerja Total pekerja yang memiliki tingkat pendidikan
Ringan Sedang Berat
n % n % n % n %
perguruan tinggi banyak mengalami stres
≤40 16 69,6 7 30,4 0 0 23 100 kerja sedang.
>40 29 78,4 6 16,2 2 5,4 37 100
Total 45 75 13 21,7 2 3,3 60 100 Tabel 6. Hubungan Tingkat Pendidikan
dengan Tingkat Stres Akibat
Berdasarkan Tabel 4 dapat Konflik Peran
diketahui bahwa stres kerja berat akibat Tingkat Tingkat Stres Kerja
Total
Pendidikan Ringan Sedang Berat
konflik peran banyak dialami oleh pekerja n % n % n % n %
yang berumur >40 tahun. Diketahui SD 3 100 0 0 0 0 3 100
SMP 6 66,7 2 22,2 1 11,1 9 100
mereka sudah bekerja cukup lama dan SMA
33 75 10 22,7 1 2,3 44 100
sederajat
mereka berperan sebagai operator H1. Perguruan
3 75 1 25 0 0 4 100
Tinggi
Kondisi-kondisi di pekerjaan yang Total 45 75 13 21,7 2 3,3 60 100
menimbulkan stres akibat konflik peran Tabel 6 menunjukkan bahwa stres
mereka rasakan berbeda dengan masa kerja berat akibat konflik peran dialami
7
Ariella Kristavanita Pujisuari, Erwin Dyah Nawawinetu
oleh pekerja dengan tingkat pendidikan Tabel 8. Hubungan Masa Kerja dengan
Tingkat Stres Akibat Beban
SMP dan SMA sederajat. Sedangkan
Berlebih Kualitatif
semua pekerja yang memiliki tingkat Masa
Tingkat Stres Kerja
Total
Ringan Sedang Berat
pendidikan SD mengalami stres kerja Kerja
n % n % n % n %
Baru 6 66,7 3 33,3 0 0 9 100
ringan. Diketahui bahwa pekerja yang Lama 39 76,5 10 19,6 2 3,9 51 100
mengalami stres berat merupakan pekerja Total 45 75 13 21,7 2 3,3 60 100
lama serta berperan sebagai operator H1, Pada tabel 8 menunjukkan bahwa
dimana kondisi stres akibat konflik peran hanya pekerja dengan masa kerja lama
sudah cukup lama dirasakan dan semakin mengalami stres kerja berat. Diketahui
sering terjadi. bahwa pekerja lama yang mengalami stres
Hubungan Masa Kerja dengan Tingkat berat berperan sebagai operator H1,
Stres Kerja
dimana mereka merasakan kondisi konflik
Hasil tabulasi silang antara masa peran yang semakin sering terjadi seiring
kerja dengan tingkat stres kerja dapat berjalannya waktu. Jika dilihat dari sebaran
dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8 berikut . data menunjukkan bahwa semakin lama
Tabel 7. Hubungan Masa Kerja dengan masa kerja maka tingkat stres kerja
Tingkat Stres Akibat Beban
Berlebih Kualitatif semakin tinggi. Sedangkan pekerja dengan
Tingkat Stres Kerja
Masa Total masa kerja baru banyak mengalami stres
Ringan Sedang Berat
Kerja
n % n % n % n % kerja ringan.
Baru 4 44,4 5 55,6 0 0 9 100
Lama 30 58,8 20 39,2 1 2 51 100 Hubungan Jabatan dengan Tingkat
Total 34 56,7 25 41,7 1 1,7 60 100 Stres Kerja
Pada variabel masa kerja dapat Hasil tabulasi silang antara jabatan
diketahui bahwa hanya pekerja dengan dengan tingkat stres kerja menunjukkan
masa kerja lama yang memiliki tingkat bahwa stres kerja berat akibat beban
stres kerja berat. Pekerja dengan masa berlebih kualitatif hanya dialami oleh
kerja baru terbanyak mengalami tingkat operator H1. Operator H1 menyatakan
stres kerja sedang. Sedangkan tingkat stres bahwa target terkait kualitas produk dan
kerja ringan banyak dialami oleh pekerja capaian jumlah produksi sering membuat
lama. Diketahui bahwa pekerja yang sudah mereka stres. Agar proses produksi
lama merupakan pekerja yang berusia >40 berjalan lancar, mereka juga dituntut untuk
tahun dan tuntutan pekerjaan yang diterima bisa memperbaiki mesin produksi apabila
sama dengan pekerja lain yang satu tim terjadi kerusakan. Sedangkan pekerja
dengannya meskipun usia pekerja lain operator oper pack & waste semua
lebih muda. memiliki tingkat stres ringan. Pekerja
8
Ariella Kristavanita Pujisuari, Erwin Dyah Nawawinetu
tersebut sebagian besar menyatakan bahwa yang dialami oleh individu tergantung dari
tugas mereka tidak berat dan tidak strategi mereka dalam melakukan coping.
menuntut keahlian khusus. Hal ini tentu perlu dilakukan penelitian
Demikian juga stres kerja berat lebih lanjut mengenai gejala-gejala serta
akibat konflik peran banyak dialami oleh dampak stres yang dialami.
operator H1. Pekerja dengan tingkat stres Sebagian besar responden
berat tersebut menyatakan sering mendapat mengalami tingkat stres kerja ringan.
tugas yang tidak sesuai dengan tanggung Suganda dalam (Wulandari, 2017) stres
jawabnya. Selain itu, mereka juga dengan tingkat ringan sering terjadi dalam
menyatakan bahwa pernah mendapat kehidupan sehari-hari dan membuat
permintaan yang bertentangan misalnya seseorang menjadi lebih waspada. Namun,
dari atasan dan rekan kerja. Hal tersebut stres ringan apabila dibiarkan secara terus
berbanding terbalik dengan yang dialami menerus dan tidak dilakukan penanganan
operator curah M.G & waste management, maka akan berdampak pada terjadinya
operator oper pack & waste, dan operator penyakit serta masalah psikologi. Oleh
transfer oil, FG & Packaging. Semua sebab itu, pekerja dengan tingkat stres
pekerja tersebut hanya mengalami stres ringan juga perlu ditangani dan dilakukan
ringan. pencegahan.
Gambaran Hubungan Karakteristik
PEMBAHASAN Pekerja dengan Tingkat Stres Kerja
Gambaran Tingkat Stres Kerja
Umur
Hasil penelitian menunjukkan
Responden dengan rentang umur
bahwa dari 60 pekerja di Filling Plant PT
>40 tahun mengalami tingkat stres kerja
SMART Tbk Surabaya yang menjadi
berat akibat beban berlebih kualitatif.
responden dalam penelitian ini diantaranya
Demikian juga tingkat stres kerja akibat
mengalami stres kerja ringan, sedang
konflik peran. Responden tersebut
hingga berat. Tingkat stres kerja yang
menyatakan bahwa mereka merasakan
dialami oleh responden belum tentu
beban kerja yang berlebih dengan tuntutan
mengakibatkan dampak negatif. Menurut
kualitas dan target produksi setiap harinya.
(Harder, Wagner, & Rash, 2014) stres
Tugas-tugas yang diterima tetap disama
dikelompokkan menjadi 2 jenis
ratakan dengan pekerja yang berusia muda.
diantaranya Eustress yang bersifat positif
Selain itu mereka juga mengalami
serta memotivasi , dan Distress yang
permintaan-permintaan yang bertentangan
bersifat negatif serta merusak. Jenis stres
baik dari atasan maupun rekan kerja.
9
Ariella Kristavanita Pujisuari, Erwin Dyah Nawawinetu
10
Ariella Kristavanita Pujisuari, Erwin Dyah Nawawinetu
Agar proses produksi berjalan lancar, H1. Dalam hal ini untuk mengetahui beban
mereka juga dituntut untuk bisa kerja yang seharusnya dilakukan dan
memperbaiki mesin produksi apabila mengetahui kecocokan keahlian dengan
terjadi kerusakan yang sifatnya minor. pekerjaannya dapat dilakukan dengan
Sebenarnya sudah ada pekerja mekanik analisis jabatan (Hariandja, 2002). Dessler
yang bertugas memperbaiki mesin yang dalam Larasati (2018) mengatakan bahwa
rusak namun karena proses pelaporan yang analisis jabatan merupakan prosedur untuk
lama dan tidak cepat dikerjakan sedangkan menetapkan tugas dan tuntutan
target produksi harus tercapai maka keterampilan dari suatu jabatan dan orang
operator sendirilah yang akan seperti apa yang akan melakukan pekerjaan
memperbaiki. Mereka menyatakan bahwa tersebut.
target terkait kualitas produk dan capaian Responden menyatakan pernah
jumlah produksi sering membuat mereka mengalami konflik peran dan seringkali
stres. menimbulkan stres. Studi menunjukkan
Sumber Stres Kerja bahwa organisasi harus meminimalkan
Hasil Survei Diagnosis Stres (SDS) konflik peran karena akan menimbulkan
menunjukkan bahwa sumber stres kerja efek negatif diantaranya ketidakpuasan,
yang mengakibatkan stres kerja berat bagi depresi, kecemasan, komitmen yang
pekerja di Filling Plant adalah disebabkan rendah dan kinerja yang rendah (Ebbers &
oleh faktor beban berlebih secara kualitatif Wijnberg, 2017).
dan konflik peran. SafeWork NSW (2018)
Penelitian menunjukkan bahwa menyatakan bahwa semakin besar konflik
terdapat responden yang sering peran maka semakin tinggi kemungkinan
mendapatkan tugas-tugas yang terlalu pekerja mengalami stres di pekerjaannya.
kompleks/sulit untuk dikerjakan dan Oleh sebab itu, konflik peran penting untuk
tuntutan pekerjaan yang berlebih. dikelola dan diatasi. Cara yang dapat
Responden tersebut bekerja sebagai dilakukan diantaranya menghindari
operator H1. Mereka merasa dituntut untuk menempatkan pekerja di pekerjaan yang
bisa memperbaiki mesin produksi apabila tidak sesuai dengan jobdesc. Selain itu
terjadi kerusakan agar proses produksi juga perlu dihindari adanya tuntutan
dapat berjalan lancar. bertentangan dari rekan kerja maupun
Mereka merasa kemampuan untuk atasan dengan cara memiliki hubungan
dapat memperbaiki mesin produksi tidak pelaporan yang jelas.
sesuai dengan spesifikasi keahlian operator
11
Ariella Kristavanita Pujisuari, Erwin Dyah Nawawinetu
12