Filling Plant PT Smart TBK Refinery Surabaya: Gambaran Tingkat Stres Kerja Pada Pekerja Di Bagian

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 13

GAMBARAN TINGKAT STRES KERJA PADA PEKERJA DI BAGIAN

FILLING PLANT PT SMART TBK REFINERY SURABAYA

Ariella Kristavanita Pujisuari1, Erwin Dyah Nawawinetu2


1
Student of Occupational Safety and Health, Faculty of Vocational Studies, Universitas
Airlangga, Surabaya-Indonesia
2
Departemen of Health, Faculty of Vocational Studies, Universitas Airlangga, Surabaya-
Indonesia
ABSTRACT
Background: The inability of workers to cope with stressors in the workplace can cause job
stress. Some stressors include worker characteristics (age, education level, work period,
position) and work environment (quantitative overload, qualitative overload, role ambiguity,
role conflict, responsibility for others, career development). Purpose: The purposes of this
study was to describe the job stres level on workers. Methode: This study was an
observational descriptive. Respondents in this study were 60 people who were all permanent
workers in the morning shift and afternoon shift. Measurement of job stress level using Stress
Diagnostic Survey (SDS) questionnaire. Result: The result showed that the highest source of
job stress was caused by qualitative overload and role conflict. Respondents who experienced
mild job stress level due to qualitative overload were 34 people (56,7%), moderate job stress
was 25 people (41,7%), and severe job stress was 1 people (1,7%). While mild job stress due
to role conflict experienced by 45 people (75%), moderate job stress was 13 people (21,7%)
and severe job stress was 2 people (3,3%). Conclusion: It can be concluded that the majority
of respondents experienced mild job stress and job stress level was increase with increasing
age, education level, and low working period. Position with severe job stress level was only
experienced by H1 operators.

Keywords: Job stress, SDS, role conflict, qualitative overload

ABSTRAK
Latar Belakang: Ketidakmampuan pekerja untuk mengatasi stresor di tempat kerja
dapat menimbulkan stres kerja. Beberapa stresor diantaranya karakteristik pekerja (umur,
tingkat pendidikan, masa kerja, jabatan) serta lingkungan pekerjaan (beban berlebih secara
kuantitatif, beban berlebih secara kualitatif, ketaksaan peran, konflik peran, tanggung jawab
terhadap orang lain, pengembangan karier). Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menggambarkan tingkat stres kerja pada pekerja. Metode: Penelitian ini merupakan
penelitian observasional deskriptif. Responden dalam penelitian ini sebanyak 60 orang yang
merupakan seluruh pekerja tetap di shift pagi dan shift siang. Pengukuran tingkat stres kerja
menggunakan kuesioner Survei Diagnosis Stres (SDS). Hasil: Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sumber stres kerja yang paling tinggi disebabkan oleh beban berlebih kualitatif dan
konflik peran. Responden yang mengalami tingkat stres kerja ringan akibat beban berlebih
secara kualitatif sebanyak 34 orang (56,7%), stres kerja sedang sebanyak 25 orang (41,7%)
dan stres kerja berat sebanyak 1 orang (1,7%). Sedangkan tingkat stres kerja akibat konflik
peran diantaranya stres kerja ringan sebanyak 45 orang (75%), stres kerja sedang sebanyak
13 orang (21,7%) dan kategori berat sebanyak 2 orang (3,3%). Kesimpulan: Disimpulkan
bahwa sebagian besar responden mengalami stres kerja ringan dan stres kerja semakin
meningkat seiring dengan bertambahnya umur, tingkat pendidikan, dan rendahnya masa kerja.
Jabatan dengan tingkat stres kerja berat hanya dialami oleh operator H1.

Kata kunci: Stres kerja, SDS, konflik peran, beban berlebih kualitatif

1
Ariella Kristavanita Pujisuari, Erwin Dyah Nawawinetu

PENDAHULUAN menggambarkan hubungan karakteristik


Stres adalah respon seseorang baik pekerja dengan tingkat stres.
secara fisik maupun psikis terhadap PT SMART Tbk Refinery Surabaya
perubahan di lingkungan sekitar dan terdiri dari beberapa bagian dengan
didasari oleh pembangkit stres atau yang aktivitas kerja yang berbeda-beda. Salah
dinamakan stressor. Stres kerja adalah satu bagian yang berperan penting dalam
suatu keadaan yang timbul dalam interaksi menghasilkan produk konsumen yang
antara pekerja dan pekerjaan (Wijono, berkualitas adalah Filling Plant. Proses
2010). Setiap aspek di pekerjaan dapat produksi yang ada di dalam Filling Plant
menjadi pembangkit stres. didukung oleh mesin dan teknologi yang
Faktor – faktor penyebab stres canggih namun tidak terlepas dari peran
menurut Robbins (2003) adalah faktor tenaga kerja didalamnya.
individu, organisasi dan lingkungan kerja. Studi pendahuluan dilakukan pada
Stressor di lingkungan kerja adalah faktor- awal bulan Mei 2019 dengan cara
faktor intrinsik dalam pekerjaan, peran observasi dan wawancara. Peneliti
dalam organisasi, pengembangan karier, memperoleh hasil bahwa tidak jarang
hubungan dalam pekerjaan, struktur dan pekerja bekerja longshift atau lembur untuk
iklim organisasi, tuntutan dari luar mengejar target produksi, hal ini
organisasi, dan ciri-ciri individu. menunjukkan bahwa adanya beban kerja
Stres dalam pekerjaan dapat berlebih. Keluhan dari pekerja seperti
dicegah timbulnya dan dapat dihadapi adanya permintaan yang bertentangan dari
tanpa memperoleh dampak negatif. orang lain, serta pemindahan jobdesc yang
Pengukuran stres dapat dilakukan sebagai dialami pekerja. Selain itu juga belum
langkah pencegahan dan pemantauan pernah dilakukan survei terkait stres kerja
kondisi kesehatan kerja. Hal ini juga sudah di PT SMART Tbk Refinery Surabaya.
diatur dalam Peraturan Menteri
METODE
Ketenagakerjaan Republik Indonesia
Berdasarkan masalah dan tujuan
Nomor 5 tahun 2018 yang menjelaskan
penelitian yang dikehendaki maka jenis
bahwa lingkungan kerja salah satunya
penelitian yang digunakan adalah
mencakup potensi bahaya psikologi yaitu
penelitian kuantitatif. Penelitian ini untuk
stres kerja.
mengidentifikasi, menggambarkan dan
Berdasarkan uraian diatas, peneliti
menganalisis tingkat stres kerja tanpa
tertarik untuk menilai tingkat stres kerja,
memberikan perlakuan, oleh sebab itu
mengidentifikasi sumber stres kerja dan

2
Ariella Kristavanita Pujisuari, Erwin Dyah Nawawinetu

termasuk dalam penelitian observasional- Analisis data yang digunakan


deskriptif. adalah analisis statistik deskriptif dengan
Populasi dalam penelitian ini menggunakan tabulasi silang (crosstab)
adalah seluruh pekerja tetap operasional di sehingga dapat menunjukkan gambaran
bagian Filling Plant non shift, shift pagi hubungan antarvariabel. Semua variabel
dan shift siang saat penelitian berlangsung. dalam penelitian diukur dengan persentase
Jumlah populasinya adalah 60 orang. (%).
Penelitian dilakukan di PT SMART Tbk
HASIL
Refinery Surabaya dan dimulai pada Mei
Penelitian sudah dilakukan di PT
2019.
SMART Tbk Refinery Surabaya pada
Teknik pengumpulan data primer
bulan Mei 2019 terhadap 60 responden.
dilakukan dengan observasi langsung serta
Karakteristik Pekerja
pembagian kuesioner yang diisi secara
Umur
langsung oleh responden dan dipandu oleh
Responden dalam penelitian ini
peneliti. Sedangkan untuk data sekunder
memiliki umur yang bervariasi yaitu dari
didapat dari dokumen perusahaan berupa
pekerja yang paling muda berumur 29
profil perusahaan, data tenaga kerja berupa
tahun dan pekerja yang paling tua berumur
umur dan masa kerja, proses produksi,
55 tahun. Sebagian besar pekerja adalah
peraturan dan kebijakan terkait.
berumur >40 tahun yaitu sebanyak 37
Instrumen pengumpulan data
orang atau 18,3% dan mayoritas
penelitian ini adalah berupa kuesioner.
merupakan operator H1.
Kuesioner yang digunakan yaitu Survei
Tingkat Pendidikan
Diagnosis Stres (SDS). Kuesioner ini
Jumlah responden terbanyak memiliki
sudah valid karena sudah tercantum dalam
tingkat pendidikan Sekolah Menengah
Permenaker 05 tahun 2018.
Atas (SMA) yaitu sebesar 73,3 % dan
Hasil dari pengumpulan kuesioner
didominasi oleh operator H1. Tingkat
diolah kembali dengan menggunakan
pendidikan terendah pekerja adalah
software untuk mengetahui distribusi
sekolah dasar (SD). Pekerja terebut
frekuensi dari karakteristik pekerja dan
merupakan operator H1 dan operator
faktor lingkungan kerja kemudian
transfer oil, FG & Packaging. Mereka
dilakukan tabulasi silang antara
termasuk dalam masa kerja lama.
karakteristik individu dengan tingkat stres
kerja.

3
Ariella Kristavanita Pujisuari, Erwin Dyah Nawawinetu
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pekerja

Faktor Lingkungan Kerja Tingkat Stres n %


Beban berlebih kualitatif Ringan 34 56,7
Sedang 25 41,7
Berat 1 1,7
Beban berlebih kuantitatif Ringan 41 68,3
Sedang 19 31,7
Ketaksaan Peran Ringan 55 91,7
Sedang 5 8,3
Konflik Peran Ringan 45 75
Sedang 13 21,7
Berat 2 3,3
Tanggung Jawab Terhadap Orang Lain Ringan 51 85
Sedang 9 15
Pengembangan Karier Ringan 51 85
Sedang 9 15

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Stres akibat Faktor Lingkungan Kerja

Karakteristik Pekerja n %
Umur (tahun) ≤40 23 38,3
>40 37 61,7
Tingkat Pendidikan SD 3 5
SMP 9 15
SMA sederajat 44 73,3
Perguruan Tinggi 4 6,7
Masa Kerja Baru 9 15
Lama 51 85
Jabatan Admin Kantor 3 5
Admin Packaging 1 1,7
Operator Curah M.G & Waste Management 3 5
Leader Shift 2 3,3
Mekanik 3 5
Operator Oper Pack & Waste 4 6,7
Operator H1 32 53,3
Operator Transfer Oil, FG & Packaging 12 20

Masa Kerja Jabatan


Masa kerja responden dalam Jabatan responden dalam penelitian
penelitian ini merupakan jumlah tahun ini merupakan kedudukan yang
kerja dimulai dari pertama kali masuk di menunjukkan tugas, tanggung jawab,
bagian Filling Plant. Sebagian besar wewenang, dan hak pekerja. Sebagian
pekerja memiliki masa kerja lama (>5 besar responden bekerja sebagai operator
tahun) yaitu sebanyak 51 orang atau 85%. H1. Operator H1 bertugas untuk
Mereka mayoritas bekerja sebagai operator menjalankan mesin produksi, memantau
H1. level minyak, memeriksa tutup botol,
mencetak kode produksi, mensortir produk
yang tidak layak, dll.

4
Ariella Kristavanita Pujisuari, Erwin Dyah Nawawinetu

Tingkat Stres Kerja Akibat Beban atau tidak memiliki informasi yang cukup
Berlebih Kualitatif
dalam melaksanakan tugasnya.
Beban berlebih kualitatif .Berdasarkan hasil kuesioner, tidak
disebabkan karena adanya tuntutan ditemukan pekerja dengan stres kerja berat.
pekerjaan yang tinggi namun dibatasi oleh Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian
kemampuan kognitif dan teknis dari besar pekerja mengalami tingkat stres kerja
pekerja. Tingkat stres yang dialami pekerja ringan (91,7%). Menurut hasil kuesioner,
terbanyak adalah ringan namun terdapat 1 sebagian besar pekerja menyatakan tujuan
pekerja yang memiiki tingkat stres berat. tugas dan pekerjaan yang diberikan sudah
Berdasarkan hasil kuesioner, pekerja jelas sehingga tidak menimbulkan stres.
tersebut sering mengalami stres terkait Namun, masih terdapat 5 orang pekerja
tugas-tugas yang terlalu kompleks/sulit dengan tingkat stres sedang. Mereka
untuk dikerjakan dan tuntutan pekerjaan menyatakan bahwa ketika terjadi kendala
yang berlebih. dalam pekerjaan, mereka merasa tidak
Tingkat Stres Kerja Akibat Beban jelas harus melapor kepada siapa dan hal
Berlebih Kuantitatif
tersebut kadang menimbulkan stress.
Beban berlebih kuantitatif adalah Tingkat Stres Kerja Akibat Konflik
beban pekerjaan yang terlalu banyak untuk Peran
dikerjakan oleh pekerja dalam waktu Konflik peran adalah adanya
tertentu. Berdasarkan hasil kuesioner, tidak pertentangan antara tanggungjawab yang
ditemukan pekerja dengan tingkat stres dimiliki terhadap tugas yang harus
berat. Tabel 2 menunjukkan hasil bahwa dikerjakan, tugas yang dikerjakan bukan
sebagian besar pekerja mengalami stres merupakan bagian dari pekerjaanya dan
kerja ringan yaitu sebanyak 41 orang atau bertentangan dengan keyakinan pribadi,
68,3% namun juga terdapat pekerja dengan serta tuntutan yang bertentangan dari
tingkat stres sedang. Menurut hasil atasan maupun rekan sekerja. Tabel 2
kuesioner, pekerja dengan tingkat stres menunjukkan hasil bahwa sebagian besar
sedang menyatakan bahwa kadang-kadang pekerja mengalami stres kerja ringan
mereka merasa stres ketika harus lembur namun masih terdapat 2 orang pekerja
untuk menyelesaikan pekerjaannya. yang mengalami stres kerja berat. Menurut
Tingkat Stres Kerja Akibat Ketaksaan hasil kuesioner, mereka yang mengalami
Peran
stres kerja berat sering melakukan
Ketaksaan peran atau ketidakjelasan pekerjaan yang tidak perlu dan tidak sesuai
peran adalah keadaan pekerja tidak paham dengan jobdesc serta sering mengalami

5
Ariella Kristavanita Pujisuari, Erwin Dyah Nawawinetu

permintaan yang bertentangan baik dari Pada tabel 2 menunjukkan bahwa


atasan maupun rekan kerja. Hal ini sering sebagian pekerja tidak mengalami stres
kali menimbulkan stres bagi pekerja terkait pengembangan kariernya, hal ini
tersebut. dibuktikan dengan hasil tingkat stres
Tingkat Stres Kerja Akibat Tanggung ringan sebesar 85%. Menurut hasil
Jawab Terhadap Orang Lain
kuesioner yang telah diisi oleh pekerja,
Tanggung jawab berlebih terkait kesempatan berkembang dan mempelajari
kesehatan dan keselamatan serta ancaman keterampilan baru sering didapatkan oleh
pekerjaan orang lain merupakan salah satu pekerja. Terdapat 9 orang pekerja yang
sumber penyebab stres. Berdasarkan hasil mengalami stres sedang. Mereka
kuesioner tidak ditemukan pekerja dengan menyatakan bahwa sistem kenaikan
tingkat stres kerja berat. Pada tabel 2 jabatan yang ada sekarang tidak transparan
menunjukkan hasil bahwa sebagian besar sehingga hal tersebut kadang menimbulkan
pekerja mengalami tingkat stres kerja stres. Sebelumnya sistem terkait penilaian
ringan (85%). Menurut hasil kuesioner, kerja ini terbuka sehingga pekerja
pekerja tersebut tidak pernah merasa stres mengetahui berapa nilai atau poin yang ia
terkait tanggung jawabnya terhadap miliki terkait pekerjaan yang dilakukan,
pekerjaan orang lain. Namun, terdapat 9 sehingga pekerja dapat mengetahui
pekerja mengalami stres kerja sedang. seberapa besar kesempatannya untuk naik
Mereka kadang-kadang merasa stres ketika jabatan.
harus juga memikirkan rekan kerja mereka Gambaran Hubungan Karakteristik
dalam tim terkait proses kerja yang Pekerja dengan Tingkat Stres Kerja

dilakukan maupun keselamatan mereka. Sumber penyebab stres kerja


Sistem yang berlaku saat ini adalah berdasarkan faktor lingkungan pekerjaan
terdapat leader di masing-masing tim/ shift yang memiliki tingkat stres berat tidak
yang bertugas mengawasi dan bertanggung akan dilakukan tabulasi silang dan diulas
jawab terkait bawahannya. lebih lanjut. Sumber stres kerja tersebut
Tingkat Stres Kerja Akibat yang akan dilakukan pembahasan lebih
Pengembangan Karier
lanjut diantaranya beban berlebih kualitatif
Pengembangan karier terkait dan konflik peran.
ketidakpastian pekerjaan, promosi yang Hubungan Umur dengan Tingkat Stres
berlebih dan promosi yang kurang di Kerja

tempat kerja merupakan sumber penyebab Hasil tabulasi silang antara umur
terjadinya stres. dengan tingkat stres kerja akibat beban

6
Ariella Kristavanita Pujisuari, Erwin Dyah Nawawinetu

berlebih kualitatif disajikan dalam Tabel awal-awal kerja, semakin tahun semakin
berikut. sering terjadi.
Tabel 3. Hubungan Umur dengan Tingkat Hubungan Tingkat Pendidikan dengan
Stres Akibat Beban Berlebih
Tingkat Stres Kerja
Kualitatif
Umur Tingkat Stres Kerja Total Hasil tabulasi silang antara tingkat
Ringan Sedang Berat
n % n % n % n % pendidikan dengan tingkat stres kerja dapat
≤40 14 60,9 9 39,1 0 0 23 100
>40 20 54,1 16 43,2 1 2,7 37 100
dilihat pada Tabel berikut.
Total 34 56,7 25 41,7 1 1,7 60 100 Tabel 5. Hubungan Tingkat Pendidikan
dengan Tingkat Stres Akibat
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui Beban Berlebih Kualitatif
bahwa stres kerja ringan akibat beban Tingkat Tingkat Stres Kerja Total
Pendidikan Ringan Sedang Berat
berlebih kualitatif banyak dialami oleh n % n % n % n %
pekerja yang berumur ≤40 tahun. SD 2 66,7 1 33,3 0 0 3 100
SMP 5 55,6 4 44,4 0 0 9 100
Sedangkan untuk stres kerja berat banyak SMA
27 61,4 16 36,4 1 2,3 44 100
sederajat
dialami oleh pekerja yang berumur >40 Perguruan
0 0 4 100 0 0 4 100
Tinggi
tahun. Diketahui bahwa pekerja tersebut Total 34 56,7 25 41,7 1 1,7 60 100
memiliki masa kerja lama, sehingga sudah Tabel 5 menunjukkan bahwa stres
cukup lama merasakan beban kerja yang kerja berat akibat beban berlebih kualitatif
berlebih dengan tuntutan kualitas dan dialami oleh pekerja dengan tingkat
target produksi. pendidikan SMA sederajat. Pekerja dengan
Tabel 4. Hubungan Umur dengan tingkat pendidikan SD dan SMP banyak
Tingkat Stres Akibat mengalami stres kerja ringan, sedangkan
Konflik Peran
Umur Tingkat Stres Kerja Total pekerja yang memiliki tingkat pendidikan
Ringan Sedang Berat
n % n % n % n %
perguruan tinggi banyak mengalami stres
≤40 16 69,6 7 30,4 0 0 23 100 kerja sedang.
>40 29 78,4 6 16,2 2 5,4 37 100
Total 45 75 13 21,7 2 3,3 60 100 Tabel 6. Hubungan Tingkat Pendidikan
dengan Tingkat Stres Akibat
Berdasarkan Tabel 4 dapat Konflik Peran
diketahui bahwa stres kerja berat akibat Tingkat Tingkat Stres Kerja
Total
Pendidikan Ringan Sedang Berat
konflik peran banyak dialami oleh pekerja n % n % n % n %
yang berumur >40 tahun. Diketahui SD 3 100 0 0 0 0 3 100
SMP 6 66,7 2 22,2 1 11,1 9 100
mereka sudah bekerja cukup lama dan SMA
33 75 10 22,7 1 2,3 44 100
sederajat
mereka berperan sebagai operator H1. Perguruan
3 75 1 25 0 0 4 100
Tinggi
Kondisi-kondisi di pekerjaan yang Total 45 75 13 21,7 2 3,3 60 100
menimbulkan stres akibat konflik peran Tabel 6 menunjukkan bahwa stres
mereka rasakan berbeda dengan masa kerja berat akibat konflik peran dialami

7
Ariella Kristavanita Pujisuari, Erwin Dyah Nawawinetu

oleh pekerja dengan tingkat pendidikan Tabel 8. Hubungan Masa Kerja dengan
Tingkat Stres Akibat Beban
SMP dan SMA sederajat. Sedangkan
Berlebih Kualitatif
semua pekerja yang memiliki tingkat Masa
Tingkat Stres Kerja
Total
Ringan Sedang Berat
pendidikan SD mengalami stres kerja Kerja
n % n % n % n %
Baru 6 66,7 3 33,3 0 0 9 100
ringan. Diketahui bahwa pekerja yang Lama 39 76,5 10 19,6 2 3,9 51 100
mengalami stres berat merupakan pekerja Total 45 75 13 21,7 2 3,3 60 100

lama serta berperan sebagai operator H1, Pada tabel 8 menunjukkan bahwa
dimana kondisi stres akibat konflik peran hanya pekerja dengan masa kerja lama
sudah cukup lama dirasakan dan semakin mengalami stres kerja berat. Diketahui
sering terjadi. bahwa pekerja lama yang mengalami stres
Hubungan Masa Kerja dengan Tingkat berat berperan sebagai operator H1,
Stres Kerja
dimana mereka merasakan kondisi konflik
Hasil tabulasi silang antara masa peran yang semakin sering terjadi seiring
kerja dengan tingkat stres kerja dapat berjalannya waktu. Jika dilihat dari sebaran
dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8 berikut . data menunjukkan bahwa semakin lama
Tabel 7. Hubungan Masa Kerja dengan masa kerja maka tingkat stres kerja
Tingkat Stres Akibat Beban
Berlebih Kualitatif semakin tinggi. Sedangkan pekerja dengan
Tingkat Stres Kerja
Masa Total masa kerja baru banyak mengalami stres
Ringan Sedang Berat
Kerja
n % n % n % n % kerja ringan.
Baru 4 44,4 5 55,6 0 0 9 100
Lama 30 58,8 20 39,2 1 2 51 100 Hubungan Jabatan dengan Tingkat
Total 34 56,7 25 41,7 1 1,7 60 100 Stres Kerja

Pada variabel masa kerja dapat Hasil tabulasi silang antara jabatan
diketahui bahwa hanya pekerja dengan dengan tingkat stres kerja menunjukkan
masa kerja lama yang memiliki tingkat bahwa stres kerja berat akibat beban
stres kerja berat. Pekerja dengan masa berlebih kualitatif hanya dialami oleh
kerja baru terbanyak mengalami tingkat operator H1. Operator H1 menyatakan
stres kerja sedang. Sedangkan tingkat stres bahwa target terkait kualitas produk dan
kerja ringan banyak dialami oleh pekerja capaian jumlah produksi sering membuat
lama. Diketahui bahwa pekerja yang sudah mereka stres. Agar proses produksi
lama merupakan pekerja yang berusia >40 berjalan lancar, mereka juga dituntut untuk
tahun dan tuntutan pekerjaan yang diterima bisa memperbaiki mesin produksi apabila
sama dengan pekerja lain yang satu tim terjadi kerusakan. Sedangkan pekerja
dengannya meskipun usia pekerja lain operator oper pack & waste semua
lebih muda. memiliki tingkat stres ringan. Pekerja

8
Ariella Kristavanita Pujisuari, Erwin Dyah Nawawinetu

tersebut sebagian besar menyatakan bahwa yang dialami oleh individu tergantung dari
tugas mereka tidak berat dan tidak strategi mereka dalam melakukan coping.
menuntut keahlian khusus. Hal ini tentu perlu dilakukan penelitian
Demikian juga stres kerja berat lebih lanjut mengenai gejala-gejala serta
akibat konflik peran banyak dialami oleh dampak stres yang dialami.
operator H1. Pekerja dengan tingkat stres Sebagian besar responden
berat tersebut menyatakan sering mendapat mengalami tingkat stres kerja ringan.
tugas yang tidak sesuai dengan tanggung Suganda dalam (Wulandari, 2017) stres
jawabnya. Selain itu, mereka juga dengan tingkat ringan sering terjadi dalam
menyatakan bahwa pernah mendapat kehidupan sehari-hari dan membuat
permintaan yang bertentangan misalnya seseorang menjadi lebih waspada. Namun,
dari atasan dan rekan kerja. Hal tersebut stres ringan apabila dibiarkan secara terus
berbanding terbalik dengan yang dialami menerus dan tidak dilakukan penanganan
operator curah M.G & waste management, maka akan berdampak pada terjadinya
operator oper pack & waste, dan operator penyakit serta masalah psikologi. Oleh
transfer oil, FG & Packaging. Semua sebab itu, pekerja dengan tingkat stres
pekerja tersebut hanya mengalami stres ringan juga perlu ditangani dan dilakukan
ringan. pencegahan.
Gambaran Hubungan Karakteristik
PEMBAHASAN Pekerja dengan Tingkat Stres Kerja
Gambaran Tingkat Stres Kerja
Umur
Hasil penelitian menunjukkan
Responden dengan rentang umur
bahwa dari 60 pekerja di Filling Plant PT
>40 tahun mengalami tingkat stres kerja
SMART Tbk Surabaya yang menjadi
berat akibat beban berlebih kualitatif.
responden dalam penelitian ini diantaranya
Demikian juga tingkat stres kerja akibat
mengalami stres kerja ringan, sedang
konflik peran. Responden tersebut
hingga berat. Tingkat stres kerja yang
menyatakan bahwa mereka merasakan
dialami oleh responden belum tentu
beban kerja yang berlebih dengan tuntutan
mengakibatkan dampak negatif. Menurut
kualitas dan target produksi setiap harinya.
(Harder, Wagner, & Rash, 2014) stres
Tugas-tugas yang diterima tetap disama
dikelompokkan menjadi 2 jenis
ratakan dengan pekerja yang berusia muda.
diantaranya Eustress yang bersifat positif
Selain itu mereka juga mengalami
serta memotivasi , dan Distress yang
permintaan-permintaan yang bertentangan
bersifat negatif serta merusak. Jenis stres
baik dari atasan maupun rekan kerja.

9
Ariella Kristavanita Pujisuari, Erwin Dyah Nawawinetu

Minner dalam Aulya (2013) mengatakan menjadi tanggung jawabnya. Mengingat


bahwa pekerja menjadi kurang kompeten stres kerja adalah masalah yang cukup
pada usia 40 tahun atau lebih. kompleks sehingga tingkat pendidikan
Pengurangan cenderung dalam hal hanya sebagai faktor pendukung dari stres
pengerjaan tugas yang menekankan kerja.
kecepatan. Masa Kerja
Umur responden dalam penelitian Jika dilihat pada sebaran data stres
ini sebagian besar tergolong tua dan kerja sedang banyak dialami oleh pekerja
menjelang pensiun. Kinerja serta motivasi dengan masa kerja baru. Sedangkan stres
kerja seseorang akan menurun seiring kerja ringan banyak dialami oleh pekerja
dengan bertambahnya umur (Robbins, lama. Hal ini menujukkan bahwa semakin
2003). Salah satu faktor yang menjadi latar lama masa kerjanya maka semakin
belakang unsafe action atau tindakan tidak menurun tingkat stres kerja yang dialami.
aman adalah motivasi kerja yang rendah. Sejalan dengan pendapat Sugeng (2015)
Oleh sebab itu dapat dilakukan sistem yang mengatakan bahwa pengalaman kerja
rotasi kerja agar pemerataan umur pekerja yang lebih lama akan meningkatkan
dapat tercipta, kemonotonan kerja dapat keterampilan seseorang dalam bekerja,
berkurang, kinerja dan motivasi meningkat semakin mudah dalam menyesuaikan
(Stiffnay, 2017). pekerjaannya sehingga semakin bisa dalam
Tingkat Pendidikan menghadapi tekanan dalam bekerja.
Stres kerja berat akibat konflik Jabatan
peran dialami oleh pekerja dengan tingkat Tugas dan tanggung jawab yang
pendidikan SMP dan SMA sederajat. dimiliki oleh pekerja di Filling Plant
Mereka yang berpendidikan SMP dan memiliki karakteristik yang beragam.
SMA sederajat mayoritas merupakan Dengan demikian sumber stres yang
operator H1. Adapun tugas mereka dialami pekerja akan berbeda-beda sesuai
diantaranya menjalankan dan memantau dengan jabatannya.
produksi pengisian minyak ke dalam Tingkat stres kerja berat akibat
kemasan. Tidak hanya menuntut fisik yang beban berlebih kualitatif dan konflik peran
kuat namun juga ketelitian dalam hanya dialami oleh operator H1. Operator
memantau hasil produk yang dikemas. H1 tidak hanya dituntut secara fisik namun
Oleh sebab itu mereka sering merasakan juga ketelitian pekerja dalam memantau
tekanan akibat tuntutan pekerjaan maupun mesin pengemasan serta melakukan proses
akibat melakukan pekerjaan yang bukan penyortiran produk gagal atau tidak layak.

10
Ariella Kristavanita Pujisuari, Erwin Dyah Nawawinetu

Agar proses produksi berjalan lancar, H1. Dalam hal ini untuk mengetahui beban
mereka juga dituntut untuk bisa kerja yang seharusnya dilakukan dan
memperbaiki mesin produksi apabila mengetahui kecocokan keahlian dengan
terjadi kerusakan yang sifatnya minor. pekerjaannya dapat dilakukan dengan
Sebenarnya sudah ada pekerja mekanik analisis jabatan (Hariandja, 2002). Dessler
yang bertugas memperbaiki mesin yang dalam Larasati (2018) mengatakan bahwa
rusak namun karena proses pelaporan yang analisis jabatan merupakan prosedur untuk
lama dan tidak cepat dikerjakan sedangkan menetapkan tugas dan tuntutan
target produksi harus tercapai maka keterampilan dari suatu jabatan dan orang
operator sendirilah yang akan seperti apa yang akan melakukan pekerjaan
memperbaiki. Mereka menyatakan bahwa tersebut.
target terkait kualitas produk dan capaian Responden menyatakan pernah
jumlah produksi sering membuat mereka mengalami konflik peran dan seringkali
stres. menimbulkan stres. Studi menunjukkan
Sumber Stres Kerja bahwa organisasi harus meminimalkan
Hasil Survei Diagnosis Stres (SDS) konflik peran karena akan menimbulkan
menunjukkan bahwa sumber stres kerja efek negatif diantaranya ketidakpuasan,
yang mengakibatkan stres kerja berat bagi depresi, kecemasan, komitmen yang
pekerja di Filling Plant adalah disebabkan rendah dan kinerja yang rendah (Ebbers &
oleh faktor beban berlebih secara kualitatif Wijnberg, 2017).
dan konflik peran. SafeWork NSW (2018)
Penelitian menunjukkan bahwa menyatakan bahwa semakin besar konflik
terdapat responden yang sering peran maka semakin tinggi kemungkinan
mendapatkan tugas-tugas yang terlalu pekerja mengalami stres di pekerjaannya.
kompleks/sulit untuk dikerjakan dan Oleh sebab itu, konflik peran penting untuk
tuntutan pekerjaan yang berlebih. dikelola dan diatasi. Cara yang dapat
Responden tersebut bekerja sebagai dilakukan diantaranya menghindari
operator H1. Mereka merasa dituntut untuk menempatkan pekerja di pekerjaan yang
bisa memperbaiki mesin produksi apabila tidak sesuai dengan jobdesc. Selain itu
terjadi kerusakan agar proses produksi juga perlu dihindari adanya tuntutan
dapat berjalan lancar. bertentangan dari rekan kerja maupun
Mereka merasa kemampuan untuk atasan dengan cara memiliki hubungan
dapat memperbaiki mesin produksi tidak pelaporan yang jelas.
sesuai dengan spesifikasi keahlian operator

11
Ariella Kristavanita Pujisuari, Erwin Dyah Nawawinetu

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Berdasarkan hasil penelitian pada Aulya, D. (2013). Faktor-Faktor yang
60 responden didapatkan kesimpulan Berhubung dengan Stres Kerja pada
Polisi Lalu Lintas di Polres Metro
sebagai berikut :
Jakarta Pusat Bulan April-Agustus
1. Pekerja di bagian Filling Plant tahun 2013. Skripsi. Jakarta: UIN
mayoritas berumur >40 tahun, tingkat Syarif Hidayatullah.
Ebbers, J. J., & Wijnberg, N. M. (2017).
pendidikan SMA sederajat, memiliki
Betwixt and between: Role conflict,
masa kerja diatas 5 tahun dan memiliki role ambiguity and role definition in
jabatan sebagai operator H1. project-based dual-leadership
structures. Human Relation, 1342-
2. Hasil kuesioner SDS menunjukkan
1365.
bahwa sebagian besar pekerja Harder, H. G., Wagner, S. L., & Rash, J.
mengalami tingkat stres kerja ringan. A. (2014). Mental Illness in the
Sumber stres kerja yang paling tinggi Workplace. England: Gower.
Hariandja, M. T. (2002). Manajemen
adalah disebabkan oleh faktor beban Sumber Daya Manusia. Jakarta:
berlebih secara kualitatif dan konflik Grasindo.
peran. Larasati, S. (2018). Manajemen Sumber
Daya Manusia. Yogyakarta:
3. Gambaran hubungan karakteristik
Deepublish.
individu dengan tingkat stres kerja QLD, W. H. (2018, Januari). SafeWork
adalah semakin tua umur pekerja, NSW. Dipetik Juni 9, 2019, dari
https://www.safework.nsw.gov.au
semakin tinggi tingkat pendidikan yang
Robbins, S. P. (2003). Perilaku Organisasi
dimiliki, dan semakin rendah masa Jilid 1. Jakarta: Indeks.
kerjanya maka tingkat stres kerja Stiffnay, H. (2017). Pengaruh Stres Kerja
dan Rotasi Kerja Terhadap Kinerja.
semakin meningkat. Jabatan dengan
Skripsi. Yogyakarta: UNY.
tingkat stres kerja berat hanya dialami Sugeng, S. U., Hadi, H. T., & Nataprawira,
oleh operator H1. R. K. (2015). Gambaran Tingkat
Stres Kerja dan Daya Tahan
terhadap Stres Perawat Instalasi
UCAPAN TERIMA KASIH Perawatan Intensif di Rumah Sakit
Peneliti mengucapkan terima kasih Immanuel Bandung. Dipetik Mei 21,
kepada PT SMART Tbk Refinery Surabaya 2019, dari
repository.maranatha.edu.pdf
atas ijin penelitian serta kontribusi yang
Wulandari, F. E. (2017, April 2).
telah diberikan. Penulis menyatakan tidak Hubungan Antara Tingkat Stres
ada konflik kepentingan dengan pihak- Dengan Tingkat Insomnia. Jurnal
Kedokteran Diponegoro, 6, 549-557.
pihak yang terkait dalam penelitian ini.

12

You might also like