Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

EFEKTIFITAS SENAM AEROBIC LOW IMPACT TERHADAP


PENURUNAN SKOR HALUSINASI

R Dwi Safra Yuli1, Jumaini2, Yesi Hasneli3

Program Studi Ilmu Keperawatan


Universitas Riau
Email: rajadwisaprayuli@yahoo.co.id

Abstract
The purpose of this research was to determine effectiveness of low impact aerobic exercise toward decrease score of
hallucination. The method of this research was quasy experiment with pretest-posttest design with control group. The
research was conducted in psychiatric hospital Tampan Riau Province with sample of 32 patients with risk of violence
behaviour which divided into 15 people as experimental group and 17 people as control group and the sampling
method was purposive sampling. Instruments of this research used score hallucinasion questionnaire which has tested
the validity and reliability. Experimental group was given low impact aerobic exercise for three times a week for 2
weeks, meanwhile control group were not. The analysis that used in this research were univariate and bivariate
analysis used wilcoxon test and mann-whitney. The result of the research showed that there was significant decrease
score of hallucination after given intervention low impact aerobic exercise between experimental group with p value
0,01 (p < 0,05), in conclusion low impact aerobic exercise is effective toward decrease score of hallucination. The
result of this research recommended to be applied for nursing intervention to patient’s hallucination.

Keywords : Hallucination, low impact aerobic exercise, score of hallucination.

Reference : 76 (2000-2014)

PENDAHULUAN jiwa tidak lebih dari 8.000 orang (Efendi &


Gangguan jiwa merupakan masalah Makhfudli, 2009). Prevalensi gangguan jiwa
kesehatan yang berkaitan dengan gangguan berat nasional sebesar 1.7 per mil. Urutan
psikologis akibat distres atau penyakit tertentu lima teratas yaitu: Provinsi DI Yogyakarta
yang dimanifestasikan melalui perubahan dan Aceh sebesar 2,7 per mil, Provinsi Bali
perilaku yang tidak sesuai dengan konsep dan Jawa Tengah sebesar 2,3 per mil, Provinsi
norma dimasyarakat (Kaplan & Sadock, Jawa Timur sebesar 2,2 per mil, prevalensi di
2007). Gangguan jiwa berat merupakan Provinsi Riau sebesar 0,9 per mil, prevalensi
bentuk gangguan dalam fungsi alam pikiran terendah terdapat di Kalimantan Barat sebesar
berupa disorganisasi (kekacauan) dalam isi 0,7 per mil (Riskesdas, 2013).
pikiran yang ditandai antara lain oleh gejala World Health Organization (2014)
gangguan pemahaman (delusi waham), mengatakan salah satu gangguan jiwa yang
gangguan persepsi berupa halusinasi atau berat yaitu skizofrenia, yang mempengaruhi
ilusi, serta dijumpai daya nilai realitas yang lebih dari 21 juta orang di seluruh dunia.
terganggu yang ditunjukkan dengan perilaku- Orang yang hidup dengan skizofrenia, atau
perilaku aneh (bizzare) (Efendi & Makhfudli, gangguan mental lainnya yang parah,
2009). meninggal rata-rata 10-25 tahun lebih awal
Gangguan jiwa dijumpai rata-rata 1-2% dari pada populasi umum. Ciri khas dari
dari jumlah seluruh penduduk di suatu penderita skizofrenia adalah menarik diri dari
wilayah pada setiap waktu dan terbanyak lingkungan sosial dan hubungan personal
mulai timbul (onset) pada usia 15-35 tahun, serta hidup dalam dunianya sendiri, lalu
bila angkanya 1 dari 1000 penduduk saja yang diikuti dengan delusi dan halusinasi yang
menderita gangguan tersebut, di Indonesia berlebihan. Penderita skizofrenia 70%
bisa mencapai 200-250 ribu orang penderita diantaranya mengalami halusinasi (Purba,
dari jumlah tersebut bila 10% nya Wahyuni, Nasution & Daulay, 2008).
memerlukan rawat inap di RSJ yang ada saat Halusinasi adalah hilangnya
ini hanya cukup merawat penderita gangguan kemampuan manusia dalam membedakan
1353
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

rangsangan internal (pikiran) dan ransangan sebagian besar area otak khusus menuju
eksternal (dunia luar) (Direja, 2011). radiks dorsalis medulla spinalis dan menuju
Halusinasi merupakan suatu gangguan atau hipotalamus (Guyton, 2008). Pelepasan
perubahan persepsi dimana pasien serotonin diarea nuclei anterior dan nuclei
mempersepsikan sesuatu yang tidak terjadi, ventromedial hipotalamus akan menimbulkan
suatu penghayatan yang dialami suatu perasaan senang, rasa puas dan suasana hati
persepsi melalui panca indra tanpa stimulus orang yang melakukan olahraga ini menjadi
ekstern (persepsi palsu) (Maramis, 2005). baik, dan tubuh semakin berenergi, serta
Penyebab dari halusinasi salah satunya jumlah sel darah merah juga akan meningkat
adalah ketidakseimbangan neurotransmiter sehingga sistem pengangkutan oksigen ke
(Williams & Wilkins, 2005). Nerotransmiter seluruh tubuh menjadi lebih efektif (Heryati,
yang berperan dalam halusinasi salah satunya 2008).
adalah dopamin. Ketidakseimbangan dopamin Purnamasari, Made, Sukawana, Wayan,
pada jalur mesolimbik berkontribusi terhadap Suarnatha, dan Ketut (2013) melakukan
terjadinya halusinasi. Dopamin penting dalam penelitian tentang senam aerobic low impact
berespon terhadap stress dan banyak terhadap penurunan depresi pada narapidana
berhubungan dengan sistem limbik (Stuart & wanita didapatkan hasil senam aerobic low
Laraia, 2005). Beberapa penelitian telah impact dapat menurunkan tingkat depresi
dilakukan mengatasi masalah halusinasi tanpa pada narapidana wanita. Penelitian Akhmad,
menggunakan obat-obatan seperti terapi Hardoyo dan Setiono (2011) menunjukkan
aktivitas kelompok, terapi musik, untuk terdapat pengaruh yang signifikan terapi
menyeimbangkan neurotransmiter pada aerobic low impact self-control pada pasien
pasien halusinasi salah satu cara adalah dengan resiko perilaku kekerasan. Penelitian
dengan melakukan aktivitas fisik senam lain juga telah dilakukan oleh Kirana, Nauli,
aerobic low impact secara teratur dan Novayelinda (2014) tentang efektifitas
(Purnamasari, Made, Sukawana, Wayan, senam aerobic low impact terhadap
Suarnatha, & Ketut, 2013). aggression self-control pada pasien dengan
Aerobic low impact adalah gerakan resiko perilaku kekerasan di RSJ Tampan
aerobic yang dilakukan dengan intensitas Provinsi Riau, hasil penelitian menunjukan
rendah, antara lain dengan hentakan-hentakan adanya peningkatan aggression self-control
ringan, dalam posisi kaki tetap dilantai (Yuda, pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan.
2006). Senam aerobic low impact dapat Berdasarkan data laporan akuntabilitas
mempertahankan aliran darah keotak, Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Tampan Provinsi
meningkatkan persendian nutrisi otak, Riau dari Januari sampai dengan Desember
memfasilitasi metabolisme neurotransmiter tahun 2013, didapatkan jumlah pasien yang
dan seluler yang mendukung dan menjaga rawat inap tahun 2013 sebanyak 4327 pasien.
fungsi otak (Kuntaraf, 2005). Williams dan Masalah keperawatan jiwa gangguan persepsi
Wilkins (2005) menyatakan neurotranmiter sensori: halusinasi 1764 pasien, resiko
berfungsi mengatur stres, ansietas, dan perilaku kekerasan 1343 pasien, defisit
beberapa gangguan terkait ansietas. perawatan diri 416 pasien, isolasi sosial 375
Neurotansmiter merupakan faktor kunci pasien, harga diri rendah 374 pasien, dan
dalam memahami berbagai area dari fungsi waham 55 pasien (RSJ Tampan, 2013).
otak dan intervensinya, seperti pada obat- Berdasarkan data diatas, halusinasi
obatan dan terapi lainnya yang mempengaruhi merupakan masalah keperawatan jiwa paling
aktivitas otak dan perilaku manusia. banyak.
Aktivitas fisik aerobic low impact juga Berdasarkan hasil studi pendahuluan
meningkatkan vaskularisasi otak, melalui metode wawancara singkat, dilakukan
meningkatkan faktor neutropik yang berperan pada tanggal 03 Desember 2014 di RSJ
sebagai neuroprotektif dan meningkatkan Tampan kepada 10 perawat yang berada di
level dopamin dan serotonin. Serotonin Ruang Siak, Sebanyang, Kampar, Kuantan
disekresikan oleh nukleus yang berasal dari dan Indragiri. Peneliti mendapatkan data, 10
medial batang otak dan berproyeksi di perawat mengatakan tindakan keperawatan
1354
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

yang dilakukan pada pasien halusinasi adalah Tabel 1


mengidentifikasi halusinasi, cara mengontrol Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
halusinasi, dan terapi aktivitas kelompok: Kelamin, Pendidikan Terakhir, Lama Sakit
stimulasi persepsi sensori halusinasi, terapi dan Frekuensi Dirawat
rohani, dan senam Ayo Bersatu. Kelompok Kelompok Total
p
Berdasarkan fenomena-fenomena yang eksperimen kontrol (n=34)
Karakteristik value
(n=17) (n=17)
telah diuraikan, peneliti tertarik untuk n % n % N %
melakukan penelitian mengenai “Efektifitas
Jenis
Senam Aerobic Low Impact Terhadap Kelamin
Halusinasi pada Pasien Halusinasi di RSJ Laki-laki 11 34,4 15 46,9 26 81,3 0,38
Tampan Provinsi Riau”. Perempuan 4 12,5 2 6,3 6 18,7
Jumlah 15 46,9 17 53,1 34 100
TUJUAN PENELITIAN Pendidikan
Terakhir
Mengetahui efektifitas senam aerobic low
≤SD 4 12,5 4 12,5 8 25
impact terhadap halusinasi pada pasien 0,38
SMP 7 21,9 3 9,4 10 31,4
halusinasi di RSJ Tampan Provinsi Riau. SMA 4 12,5 10 21,3 14 43,8
Jumlah 15 46,9 17 53,1 32 100
MANFAAT PENELITIAN Frekuensi
Hasil penelitian diharapkan menjadi sebagai Dirawat
Pertama kali 3 9,4 3 9,4 6 18,8
sumber informasi untuk mengembangkan 2 kali atau 12 37,5 14 43,8 26 81,3
1,00
ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang lebih
keperawatan jiwa tentang efektifitas senam Jumlah 15 46,9 17 53,1 32 100
aerobic low impact terhadap penurunan skor Lama sakit
halusinasi. Selain itu, hasil penelitian ini <1 tahun 8 25 13 40,6 21 65,5
1-3 tahun 6 18,8 2 6,3 8 25 0,22
dapat dijadikan salah satu bentuk terapi >3 tahun 1 3,1 2 6,3 3 9,4
nonfarmakologi. Jumlah 15 46,9 17 53,1 32 100

METODOLOGI PENELITIAN Berdasarkan tabel 1 di atas, karakteristik


Penelitian ini menggunakan desain penelitian jenis kelamin kelompok eksperimen sebagian
quasi experimental design dengan model besar berjenis kelamin laki-laki yaitu 11
pretest-posttest design with control group orang (34,4%) dan kelompok kontrol berjenis
yang melibatkan dua kelompok, yaitu kelamin laki-laki yaitu 15 orang (46,9%).
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Karakteristik pendidikan terakhir
Penelitian dilakukan di RSJ Tampan Provinsi responden kelompok eksperimen sebagian
Riau dengan jumlah sampel sebanyak 32 besar adalah SMP yaitu 7 orang (21,9%) dan
pasien halusinasi yang dibagi menjadi 15 kelompok kontrol sebagian besar adalah SMA
orang untuk kelompok eksperimen dan 17 yaitu 10 orang (21,9%).
orang untuk kelompok kontrol dengan Karakteristik frekuensi dirawat
tekhnik pengambilan sampel menggunakan kelompok eksperimen sebagian besar
purposive sampling. Alat ukur yang merupakan pasien dengan frekuensi dirawat 2
digunakan dalam kedua kelompok adalah kali atau lebih yaitu 12 orang (37,5%) dan
kuesioner skor halusinasi yang telah diuji kelompok kontrol yaitu 14 orang (42,8%).
vaiditas dan reliabilitasnya. Pada kelompok Karakteristik lama sakit kelompok
eksperimen diberikan senam aerobic low eksperimen sebagian besar <1 tahun yaitu 8
impact 3 kali seminggu selama 2 minggu orang (25%) dan kelompok kontrol yaitu 13
berturut-turut, sedangkan pada kelompok orang (40,6%).
kontrol tidak diberikan intervensi. Hasil analisa statistik didapatkan p value
umur, jenis kelamin, lama sakit, frekuensi
sakit masing masing > α (0,05) yang artinya
HASIL PENELITIAN karakteristik responden pada kelompok
Berdasarkan penelitian didapatkan hasil eksperimen dan kontrol adalah homogen.
sebagai berikut:
1355
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

dengan nilai minimal 18 dan maksimal 35.


Tabel 2 Hasil uji homogenitas dengan menggunakan
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur uji Mann-Whitney diperoleh p value 0,71 > α
dan Lama Rawat (0,05), berarti skor halusinasi pada kelompok
Kelompok eksperimen eksperimen dan kontrol sebelum diberikan
p
Variabel Medi Min-
value
senam aerobic low impact adalah homogen.
Mean SD
an Max

Umur 32,00 31,00


20-
9,008 0,96
Tabel 4
54 Perbandingan Skor Halusinasi pada
Lama 3- 245,1 Kelompok Eksperimen sebelum dan sesudah
174,27 60,00 0,68
Rawat 730 20
p
diberikan Senam Aerobic Low Impact
Kelompok kontrol Skor Min- p
value Mean Median SD
Variabel Halusiansi Maks value
Medi Min-
Mean SD Pretest 29,40 28,00 4,687 20-35
an Max 0,01
Posttest 24,60 24,60 5,841 14-33
21- 10,07
Umur 34,18 33,00 0,96
63 0
Lama 7- 622,9 Berdasarkan tabel 4 di atas, dari hasil
318,00 30,00 0,68
Rawat 1825 2 analisa statistik dengan menggunakan uji
Wilcoxon didapatkan median skor halusinasi
Tabel 2 di atas menunjukan mean umur sebelum diberikan senam aerobic low impact
responden pada kelompok eksperimen dan pada kelompok eksperimen yaitu sebesar 28
kelompok kontrol yaitu 32 dan 34,18 dengan setelah diberikan senam aerobic low impact
standar deviasi kelompok eksperimen 9,008 sebesar 26 artinya terjadi penurunan nilai
dan kelompok kontrol 10,07. Karakteristik median sebanyak 2 angka dan diperoleh p
responden berdasarkan lama rawat value 0,01 < α (0,05), maka dapat
menunjukan nilai mean kelompok eksperimen disimpulkan Ho ditolak berarti ada perbedaan
dan kelompok kontrol masing-masing 174,27 yang bermakna rata-rata skor halusinasi
dan 318 dengan standar deviasi 245,12 dan sebelum dan sesudah diberikan senam aerobic
622,929. low impact pada kelompok eksperimen.
Hasil uji homogenitas pada kedua
karakteristik responden dengan menggunakan Tabel 5
uji T-independent didapatkan p value umur Perbandingan Skor Halusinasi pada
0,96, dan p value lama rawat 0,68 (masing- Kelompok Kontrol sebelum dan sesudah
masing p>0,05) berarti karakteristik umur dan diberikan Senam Aerobic Low Impact pada
lama rawat pada responden kelompok Kelompok Eksperimen
eksperimen dan kontrol adalah homogen. Skor Min- p
Mean Median SD
Halusiansi Maks value
Tabel 3 Pretest 29,18 30,00 4,747 18-35
0,34
Skor Halusinasi Kelompok Eksperimen dan Posttest 28,59 30,00 4,960 15-35
Kelompok Kontrol sebelum diberikan Senam
Aerobic Low Impact dan Uji Homogenitas Berdasarkan tabel 5 di atas, didapatkan
Skor Min- p median skor halusinasi pada kelompok
Mean Median SD
Halusiansi Maks value
kontrol pada saat prestest adalah 30
Kelompok
Eksperimen
29,40 28,00 4,687 20-35 sedangkan pada posttest didapatkan sebesar
0,71 30. Berdasarkan hasil uji statistik dengan
Kelompok
29,18 30,00 4,747 18-35
Kontrol menggunakan uji Wilcoxon didapatkan p
value sebesar 0,34 > α (0,05) dapat
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat disimpulkan tidak ada penurunan yang
median skor halusinasi sebelum diberikan signifikan antara skor halusinasi sebelum dan
senam aerobic low impact pada kelompok sesudah diberikan senam aerobic low impact
eksperimen 28 dengan nilai minimal 20 dan pada kelompok eksperimen.
maksimal 35, pada kelompok kontrol 30
1356
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

Tabel 6 berjenis kelamin laki-laki dengan


Perbandingan Skor Halusinasi pada persentasi 81,3% dan 6 orang responden
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol berjenis kelamin perempuan dengan
sesudah diberikan Senam Aerobic Low persentase 18,7. Laki-laki lebih banyak
Impact pada Kelompok Eksperimen mengalami halusinasi dibandingkan
Skor
Mean Median SD
Min- P dengan perempuan dimana laki-laki
Halusiansi Maks value cenderung mengalami perubahan peran
Kelompok
Eksperimen
24,60 26,00 5,841 14-33 dan penurunan interaksi sosial, kehilangan
0,03 pekerjaan, putus alkohol serta intoksikasi
Kelompok
28,59 30,00 4,900 15-35 kokain, hal ini yang sering menjadi
Kontrol
penyebab terjadinya halusinasi (Kaplan &
Berdasarkan tabel 6, hasil analisa Saddock, 2008).
menggunakan uji Mann-Whitney didapatkan c. Pendidikan Terakhir
median pada kelompok eksperimen adalah 26 Hasil penelitian yang telah didapatkan
dengan nilai minimal 14 dan maksimal 33, bahwa secara umum distribusi responden
median skor halusinasi pada kelompok berdasarkan tingkat pendidikan mayoritas
kontrol adalah 30 dengan nilai minimal 15 berpendidikan SMA yaitu 14 orang
dan nilai maksimal 35. Hasil analisa diperoleh (43,8%). Menurut (Wijayanti, 2010
p value 0,03 < α (0,05), maka ada perbedaan dalam Hidayanti, 2011) mengatakan
yang bermakna skor halusiansi sesudah tingkat pendidikan yang cukup diharapkan
(posttest) diberikan senam aerobic low impact seseorang akan lebih mudah dalam
antara kelompok eksperimen dengan mengidentifikasi stressor atau masalah
kelompok kontrol. kekerasan baik yang berasal dari diri
sendiri maupun dari lingkungan sekitar.
PEMBAHASAN Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi
1. Karakteristik responden kesadaran dan pemehaman terhadap
a. Umur stimulus kognitif. Tingkat pendidikan
Hasil penelitian yang telah dilakukan rendah pada seseorang akan dapat
terhadap 32 responden, diperoleh mean menyebabkan cara berfikir rasional,
umur responden kelompok intervensi dan menangkap informasi yang baru, dan
kelompok kontrol adalah 32 dan 34,18 kemampuan menguraikan masalah
tahun dengan usia termuda 20 tahun dan menjadi rendah.
usia tertua 63 tahun. Skizofrenia banyak d. Frekuensi dirawat
terjadi pada usia remaja akhir hingga Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
dewasa dimana 90% onset penderita hasil frekuensi dirawat pertama sebanyak
terjadi pada usia antara 15-55 (Kaplan & 6 orang (18,8%) serta reponden dengan
Sadock, 2010). frekuensi dirawat 2 kali atau lebih
Pada usia ini individu juga mudah sebanyak 26 orang (81,2%). Frekuensi
mengalami stres akibat dari penyesuaian dirawat di rumah sakit akan
diri yang radikal dalam peran dan mempengaruhi klien dalam respon
kehidupan yang berubah-ubah. Pada masa sosialnya (Putri, 2010). Notoadmodjo
ini individu akan mengalami masalah (2007) menyatakan pengalaman yang
karena hubungan dengan lawan jenis, sudah diperoleh dapat memperluas
kesulitan pada masalah pekerjaan, pengetahuan seseorang. Pengalaman
menurunnya keadaan jasmaniah, dan adalah sesuatu yang pernah dialami oleh
perubahan susunan keluarga (Yosep, seseorang sehingga pengalaman dapat
2011). dijadikan sumber pengetahuan yaitu suatu
b. Jenis Kelamin cara untuk memperoleh kebenaran
Hasil penelitian yang telah dilakukan pengetahuan dengan cara mengulang
di RSJ Tampan, dimana 26 orang kembali pengetahuan yang diperoleh
responden dari 32 orang responden dalam memecahkan permasalahan yang
dihadapi masa lalu.
1357
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

e. Lama rawat mengikuti perintah halusinasi.


Hasil penelitian berdasarkan Penanganan pasien dengan halusinasi
karakteristik responden menurut lama hari bertujuan agar pasien mampu mengontrol
rawat diperoleh median lama hari rawat halusinasinya. Penanganan pada pasien ini
pada kelompok eksperimen dan kontrol meliputi pemberian obat, tindakan
adalah 60 hari dan 30 hari. Penelitian keperawatan sesuai dengan standar asuhan
Henderi, Wahyuni dan Novayelinda keperawatan serta tindakan
(2010) mengatakan lama rawat sangat nonfamakologis lainnya (Damayanti,
mempengaruhi dari kekambuhan klien Jumaini, & Utami 2014). Salah satu terapi
dimana klien merasa jenuh dengan nonfarmakologis adalah senam aerobic
aktivitas sehari-hari yang berbeda dengan low impact.
aktivitas sewaktu klien dirumah terlihat Senam aerobic low impact pada
dari angka lama rawat klien bisa mandiri pasien halusinasi dapat menurunkan tanda
dan dipulangkan oleh dokter dibawah 30 dan gejala halusinasi atau pasien lebih
hari akan mengurangi resiko kekambuhan dapat mengontrol halusinasinya hal ini
tapi apabila perawatan lebih dari 30 hari terjadi karena senam aerobic low impact
cenderung resiko kekambuhan meningkat. dapat meningkatkan aliran darah ke otak,
f. Lama sakit meningkatkan nutrisi otak, menjaga
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh plasitas otak, menjaga fungsi otak,
responden dengan lama sakit <1 tahun 21 meningkatkan ukuran hipotalamus dan
orang (65,6%), responden dengan lama memfasilitasi metabolisme
sakit 1-3 tahun 8 orang (25,0%) serta neurotransmitter (Kuntaraf, 2005).
responden dengan lama sakit >3 tahun 3 Neurotransmitter merupakan suatu zat
orang (9,4%). Menurut Nantingkaseh kimia yang bekerja sebagai penghubung
(2007) seorang skizofrenia berat biasanya antara otak keseluruh jaringan saraf dan
berlangsung lama. Waktu yang lama dapat mengendalikan fungsi tubuh.
diartikan bahwa pasien sudah lama Neurotransmitter yang berperan pada
menderita dan waktu untuk kesembuhan halusinasi adalah dopamin dan serotonin
membutuhkan waktu yang lama juga. (Stuart & Laraia, 2005). Senam aerobic
2. Efektifitas senam aerobic low impact low impact yang dilakukan secara teratur
terhadap penurunan skor halusinasi dapat meningkatkan sekresi serotonin dan
Hasil uji statistik didapatkan ada dopamin ke area hipotalamus yang akan
pengaruh pemberian terapi senam aerobic menimbulkan perasan senang, rasa puas
low impact pada kelompok eksperimen serta mengatasi stres, emosi dan depresi
terhadap skor halusinasi dengan p value (Heryati, 2008). Sehingga senam aerobic
(0,01) < α (0,05). Hasil uji pada kelompok low impact dapat mengurangi gejala
kontrol didapatkan penurunan skor halusinasi dan pasien mampu mengontrol
halusinasi namun tidak bermakna secara halusinasi.
statistik dengan p value (0,34) > α (0,05). Penelitian yang dilakukan Gordon
Hasil uji statistik juga menunjukan (2010) menyatakan bahwa olahraga
terdapat perbedaan yang bermakna antara senam aerobic selama 30 menit dengan
skor halusinasi setelah (posttest) diberikan frekuensi 3 kali seminggu mampu
senam aerobic low impact pada kelompok meningkatkan ukuran hipotalamus dan
eksperimen dan kelompok kontrol dengan peningkatan kemampuan short-term
p value (0,03) < α (0,05), hal ini berarti memory pada penderita skizofrenia.
senam aerobic low impact efektif terhadap Faulkner dan Sparker (1999, dalam
penurunan skor halusinasi. Akhmad, Handoyo, & Setiono, 2011)
Pasien yang mengalami halusinasi dalam penelitiannya yang berjudul
akan menunjukan gejala seperti Exercise as therapy for schizophrenia
mendengarkan suara, melihat sesuatu tentang pengaruh senam aerobic low
berbentuk bayangan, tersenyum, tertawa impact sebagai terapi bagi pasien dengan
sendiri, mengerakkan bibir tanpa suara, skizofrenia dan didapatkan hasil bahwa
1358
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

dengan pemberian senam aerobic low kali seminggu (Daley, 2002). Dalam
impact selama 10 minggu dapat senam aerobic total waktu latihan yang
membantu mengurangi halusinasi dengar baik umumnya antara 30-60 menit dalam
dan meningkatkan pola tidur yang lebih satu sesi latihan (Suharno, 2009).
baik.
Penelitian Purnamasari, Made, PENUTUP
Sukawana, Wayan, Suarnatha, dan Ketut Kesimpulan
(2013) yang melakukan senam aerobic Hasil penelitian yang dilakukan pada 32
low impact dengan durasi 20 menit responden dengan kelompok eksperimen 15
dengan frekuensi 3 kali seminggu selama orang dan kelompok kontrol 17 orang, dapat
2 minggu menunjukan terjadi disimpulkan bahwa karakteristik responden
penurunakan tingkat depresi yang cukup adalah dewasa (33,16 tahun) sebagian besar
signifikan. Penelitian Akhmad, Handoyo, berjenis kelamin laki-laki (81,3%) dengan
dan Setiono (2011) yang melakukan mayoritas status pendidikan SMA (43,8%),
senam aerobic low impact dengan yang frekuensi dirawat mayoritas sebanyak 2
frekuensi 3 kali seminggu selama 2 kali atau lebih (81,3%). Rata-rata lama rawat
minggu berturut-turut terhadap pasien 247,81 hari dan lama sakit mayoritas <1 tahun
dengan resiko perilaku menunjukan (65,6%).
terjadi peningkatan skor aggression self Skor halusinasi sebelum dilakukan
control. Diperkuat dengan hasil penelitian senam aerobic low impact pada kelompok
Kirana, Nauli dan Novayelinda (2014) eksperimen dan kelompok kontrol adalah
yang melakukan senam aerobic low homogen dengan nilai median pada kelompok
impact 3 kali seminggu selama 2 minggu eksperimen 28 dan kelompok kontrol 30.
berturut-turut dengan durasi 30 menit, Setelah diberikan intervensi dengan senam
senam aerobic low impact efektif terhadap aerobic low impact dengan frekuensi tiga kali
peningkatan aggression self control pada dalam seminggu selama 2 minggu berturut-
pasien dengan resiko perilaku kekerasan. turut, terjadi penurunan nilai sehingga
Pada penelitian ini pemberian senam menunjukan adanya penurunan skor
aerobic low impact dilakukan sebanyak 6 halusinasi yang bermakna pada kelompok
kali selama 2 minggu berturut-turut eksperimen dengan hasil uji statistik p value
dengan durasi 35 menit. Menurut (0,01) < α (0,05) dan ada perbedaan yang
Tangkudung (2004) frekuensi latihan bermakana skor halusinasi sesudah diberikan
adalah berapa kali latihan intensif yang senam aerobic low impact antara kelompok
dilakukan oleh seseorang. Frekuensi eksperimen dengan kelompok kontrol dengan
latihan untuk senam aerobic low impact p value (0,03) < α (0,05). Hasil penelitian ini
dilakukan 3-4 kali seminggu. Apabila dapat disimpulkan bahwa senam aerobic low
frekuensi latihan kurang dari 3 kali maka impact efektif terhadap penurunan skor
tidak memenuhi takaran latihan, halusinasi di RSJ Tampan Provinsi Riau.
sedangkan kalau lebih dari 4 kali maka Saran
dikhawatirkan tubuh tidak cukup Bagi bidang ilmu keperawatan khususnya
beristirahat dan melakukan adaptasi keperawatan jiwa dapat dijadikan sumber
kembali ke keadaan normal sehingga informasi untuk mengembangkan ilmu
dapat menimbulkan sakit atau over pengetahuan mengenai manfaat senam
training. aerobic low impact terhadap pasien
Pemberian terapi senam sebanyak satu halusinasi.
kali dalam satu minggu tidak begitu Bagi pasien dengan diagnosa halusiansi
banyak membawa perubahan pada pasien hasil penelitian ini agar dapat diaplikasikan
gangguan jiwa, begitu pula dengan oleh responden secara berkelanjutan sehingga
intensitas senam aerobic sebanyak 4-7 dapat membantu mengurangi atau mengontrol
kali seminggu tidak membawa perubahan halusinasi sehingga dapat mempercepat
yang berarti dibandingkan dengan terapi proses penyembuhan.
senam aerobic yang dilakukan selama 2-3
1359
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
1
R Dwi Safra Yuli: Mahasiswa Program Hidayati, E. (2011). Pengaruh terapi
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau, kelompok supportif terhadap
Indonesia. kemampuan mengatasi perilaku
2
Jumaini: Dosen Bidang Keilmuan kekerasan pada klien skizofrenia di
Keperawatan Jiwa Program Studi Ilmu Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino
Keperawatan Universitas Riau, Indonesia. Gondhoutomo Semarang. Diperoleh
3
Yesi Hasneli: Dosen Bidang Keilmuan tanggal 01 Juli 2014 dari
Keperawatan Medikal Bedah Program Studi http://lontar.ui.ac.id/
Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Kaplan, H. I., & Sadock, B. J. (2007). Kaplan
Indonesia. & sadock’s synopsis of psychiatry. (9th
DAFTAR PUSTAKA ed). Philadelphia: Lippincott William &
Wilkins.
Akhmad, H. I., Handoyo, & Setiono. (2011). Kirana, N., Nauli, F.A., & Novayelinda, R.
Pengaruh terapi senam aerobic low (2014). Efektifitas senam aerobic low
impact terhadap skor agression self- impact terhadap aggression self-control
control pada pasien dengan risiko pada pasien dengan resiko perilaku
perilaku kekerasan di ruang Sakura kekerasan di RSJ Tampan Provinsi
RSUD Banyumas. Diperoleh tanggal 19 Riau. Diperoleh Tanggal 27 November
November 2014 dari 2014 dari http://jom.unri.ac.id/
http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id/ Kuntaraf, J. (2005). Olahraga sumber
Daley, A. J. (2002). Exercise therapy and kesehatan. Bandung: Indonesia
mental health in clinical populations: is Publishing House.
exercise therapy a worthwhile Lelono, S. K (2011). Efektivitas cognitive
intervention? Advances in Psychiatric behabiviour theray dan rational emotive
Treatment. Vol. 8, pp. 262–270. behaviour theray terhadap klien
Diperoleh tanggal 01 Juni 2014 dari perilaku kekerasan, halusinasi dan
http://apt.rcpsych.org/ harga diri rendah di RSMM Bogor.
Damayanti, R (2014). Efektifitas musik klasik Diperoleh tanggal 12 maret 2015 dari
terhadap penurunan tingkat halusinasi http://lontar.ui.ac.id/
pada pasien halusinasi dengar di RSJ Nantingkaseh, A.L. (2007). Skizofrenia dan
Tampan Provinsi Riau. Skripsi PSIK gangguan psikotik lainnya. Diperoleh
UNRI. Tidak dipublikasikan. tanggal 01 Juni 2015 dari
Direja, A. H. S., (2011) Asuhan keperawatan http://www.idijakbar.co./prosiding/skizo
jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika. frenia.htm
Efendi, F., & Makhfudli. (2008). Notoatmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan
Keperawatan kesehatan komunitas: & ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Teori & Praktik dalam Keperawatan. Purba, T. M., Nauli, F. A., & Utami, S.
Jakarta: Salemba Medika. (2014). Pengaruh terapi aktivitas
Gordon, A. (2010). Growing gray matter. kelompok stimulasi persepsi terhadap
New York: Sussex Publisher. kemampuan pasien mengontrol
Guyton, A. (2008). Fisiologi manusia dan halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Tampan
mekanisme penyakit. Jakarta: EGC. Provinsi Riau. Skipsi PSIK UNRI.
Henderi, E., Wahyuni, S., & Novayelinda, R. Tidak dipublikasikan
(2010). Hubungan lama hari rawat Purnamasari, M., Made, N., Sukawana,
dengan resiko kekampbuhan pada klien Wayan, I., Suarnatha, & Ketut. (2013).
skizofrenia di RSJ Tampan Provinsi Pengaruh senam aerobik low impact
Riau. Skipsi PSIK Universitas Riau. terhadap penurunan tingkat depresi
Tidak dipublikasikan. pada narapidana wanita di Lembaga
Heryati. (2008). Patologi untuk mahasiswa Pemasyarakatan Denpasar. Diperoleh
keperawatan. Jakarta: Trans Info Media. tanggal 25 November 2014 dari
http://ojs.unud.ac.id/

1360
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

Putri, D. E. (2010). Pengaruh rational


emotive behavior therapy terhadap klien
perilaku kekerasan diruang rawat inap
RSMM Bogor 2010. Diperoleh tanggal
06 Mei 2015 dari lontar.ui.ac.id/
Rekam Medik RSJ Tampan Provinsi Riau.
(2013). Laporan akuntabilitas kinerja
rumah sakit jiwa tampan tahun
anggaran 2013. Pekanbaru: RM RSJ
Tampan. Tidak dipublikasikan.
Riskesdas (2013). Laporan nasional riset
kesehatan dasar. Diakses tanggal 20
Desember 2013. Dari
http://www.depkes.go.id
Riyadi, S., & Purwanto, T. (2009). Asuhan
keperawatan jiwa. Jogjakarta: Graha
Ilmu.
Stuart, G. W., & Laraia, M.T., (2005).
Principle and practice of psychiatric
nursing, Edisi: 8. Philadelphia: Elseiver
Mosby.
Suharno. (2009). Latihan jasmani dalam
pencegahan penyakit jantung coroner.
Jakarta: Salemba Medika.
Tangkudung, J. (2004). Cerdas dan bugar
dengan senam. Jakarta: Gramedia.
Videbeck, S. (2008). Buku Ajar Keperawatan
Jiwa. Jakarta: EGC.
Williams, L., & Wilkins. (2005). Panduan
Belajar: Keperawatan Kesehatan Jiwa
dan Psikiatrik, Edisi: 3 (Rahayuningsih,
D.P, penerjemah.). Jakarta: EGC.
WHO (2014). World health organization:
schizophrenia health topic. Diperoleh
tanggal 20 Desember 2014 dari
http://who.int/topics/schizophrenia/en/
Yosep, I. (2011). Keperawatan jiwa, Edisi 4.
Jakarta: Refika Aditama
Yuda, M. (2006). Fitnes: fit sepanjang hari.
Jakarta: Penebar Plus.
Yulistanti, Y. (2003). Tingkat depresi
sebelum dan setelah melakukan terapi
senam aerobic low impact pada pasien
gangguan jiwa di RS Ghrasia Propinsi
DIY. Diperoleh tanggal 8 Desember
2014 dari
http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/

1361

You might also like