Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 7

ARTIKEL PENELITIAN

Decrease Level of Candida Albicans In Children With The Practice of


“Pure Honey” Oral Hygiene

Dera Alfiyanti1, Titi Nur Hidayanti2,


1
Fakultas Ilmu Keperawatan Dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang
2
Fakultas Ilmu Keperawatan Dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang
mariyam@unimus.ac.id

Abstract

Background: Oral hygiene is an act of cleansing the entire area of the mouth, including teeth and gums
to avoid infection. Purpose of hygiene to reduce dental plaque, reduce risk of oral cavity, eliminate
tooth decay, gum, improve comfort in child.. Objective: This study aims to determine the effect of oral
hygiene using 30% pure honey to the number of candida albicans in hospitalized children. Method: This
study was a quasy experiment pre and post test with control group design. The data were analyzed with
paired t-test dan independent paired samples t-test. The population of this study was all hospitalized
children. The sample size is determined by purposive sampling technique, with a sample size of 20 (10
children were intervention group, 10 children were control group). Result: Mean number of candida pre
test of 38.90 CFU / ml and post test A total of 27.40 CFU / ml. The result of statistical test of separate
parametric test in pairs of t-test p value of 0.001 (α = 0,05), so it can be concluded that there is oral
hygiene effect using 30% pure honey to number of candida albicans child's mouth. Discussion:
Hospitalized children were high risk population of nosocomial infection. There were many source of
secondary infection such as infection by candida albicans. The recommendation of this research is that
all children treated in hospital are done orally hygiene by using 30% pure honey.

Key words: oral hygiene, pure honey 30%, candida albicans.


DOI: 10.1026/mki.010105
PENDAHULUAN 2008). Perawatan oral higiene yang tidak
adekuat pada anak yang sedang malakukan
Kesehatan oral perlu dijaga dalam kondisi perawatan di Rumah Sakit bisa
sehat maupun dalam kondisi sakit, karena menyebabkan peningkatan infeksi
pada kondisi sakit pada flora orofaringeal nosokomial pada anak dan kolonisasi
dari yang lebih dominan gram positif berubah bakteri di orofaring anak, serta bisa menjadi
menjadi gram negatif, sehingga dapat penyebab terjadinya pneumonia
menyebabkan terjadinya pneumonia pada (Johnstone, Spence, & K oziol-M cLain,
anak. Angka kejadian masalah kesehatan 2010). Kurangnya menjaga kebersihan
mulut di Indonesia sudah cukup tinggi. mulut dapat menyebabkan berbagai
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Nasional penyakit, salah satunya yaitu candidiasis yang
(Riskesdas) tahun 2013, prevalensi nasional sering terjadi pada anak. Candida merupakan
masalah kesehatan gigi dan mulut di ragi komensial pada permukaan mukosa
Indonesia sebesar 25,9% (Riskesdas, yang paling sehat, tetapi menjadi

Media Keperawatan Indonesia


Vol. 1 No. 1 Februari 2018 Page | 36
ortunistik dalam kondisi yang Madu merupakan salah satu bahan
memungkinkan untuk memperburuk makanan produk dari nektar bunga yang
jaringan epitel, sehingga dapat mengancam didalamnya terdapat cairan manis dan di
jiwa (Pfaller & Diekema, 2007). Candidiasis hisap oleh lebah kemudian dikumpulkan di
sering terjadi pada anak selama sarang lebah sebagai persediaan makanan
hospitalisasi. (Jawetz & Adelberg, 2008; untuk lebah itu sendiri (Mottalebnejad,
Agarwal et al., 2008). Salah satu cara untuk 2008). Madu dapat digunakan sebagai
mempertahankan kesehatan mulut dari perawatan oral higiene, karena madu
bakteri Candida Albicans ini yaitu mengandung flavanoid yang berfungsi
perawatan oral higiene. sebagai antibakterial (Yahya, 2006). Selain
antibakterial madu juga sebagai antioksidan
Oral higiene sangat penting bagi manusia, (untuk penangkal racun), antitumor, anti
karena mulut merupakan pintu utama inflamasi dan antiviral (Kucuk et al, 2007).
masuknya bakteri ke dalam tubuh, bisa Madu juga mengandung mineral yang
melalui makanan dan minuman (Sariningsih, tinggi, mineral inilah yang dapat mengubah
2012). Salah satu tujuan oral hygiene pada pH saliva yang semula asam menjadi basa
pasien anak yang dirawat di Rumah Sakit pada mukosa mulut, sehingga kesehatan
adalah untuk mencegah komplikasi dari mulut bisa terjaga (Purbaya, 2007).
kebersihan mulut yang kurang baik di
Rumah Sakit, mengurangi plak gigi dan Madu memiliki kandungan air yang rendah,
dekontaminasi orofaring, mengurangi risiko madu juga memiliki kandungan enzim
infeksi (seperti ventilator associated glukosa oksidase (mengkonversi glukosa
pneumonia/ VAP), mencegah kerusakan gigi menjadi glucose acid), memiliki osmolaritas
dan penyakit gusi, meningkatkan tinggi (berfungsi mengekstrak air dari sel
kenyamanan pasien baik jangka pendek bakteri), kandungan asam dalam madu
maupun jangka panjang, membantu rendah (pH:3,3-4,7) dan mengandung
memperkuat perkembangan gigi, dan hydrogen peroksida) (Banaeian et al, 2013).
menjaga perawatan mulut yang konsisten Hydrogen peroksida memiliki manfaat
dan teratur di ruang perawatan anak untuk membunuh mikroba seperti
(Johnstone, Spence, & Koziol-M cLain, staphylococcus aureus, micrococcus luteus,
2010). Menurut penelitian ada beberapa streptococcus aureus, bakteri gram positif
cairan yang dapat digunakan untuk dan bakteri gram negatif (Bogdanov 2011).
perawatan oral hygiene diantaranya cairan Menurut Bogdanov (2009) madu terdiri dari
NaCl, povidone iodin 1%, chlorhexidine air (17%), fruktosa (38,2%), glukosa (31,3%),
0,2%, dan madu murni. Dalam penelitian sukrosa (0,7%), disakarida lainnya (5%),
lain menyatakan bahwa penggunaan bahan erlose (0,8%), oligosakarida lainnya (3,6%),
kimia saat melakukan perawatan oral melezitose (<0,1%), mineral (0,2%), asam
higiene kurang efektif dan memiliki efek amino (0,3%), asam (0,5%) dan pH sekitar
samping yang kurang sehat untuk pasien 3,3 – 3,9. Hidrogen peroksida juga dapat
terutama apabila di terapkan pada anak- mengaktivasi protease untuk meningkatkan
anak. Menurut Potting et al (2006) juga aliran darah perkutan pada jaringan iskemik
menyatakan chlorhexidine menyebabkan sehingga menstimulasi pembentukan
iritasi, perubahan flora normal rongga jaringan baru yang akan membentuk radikal
mulut dan iodine menyebabkan risiko bebas sehingga dapat mengaktivasi respon
hipertiroid. Oleh karena itu perawatan oral antiinflamasi (Evans & Flavins, 2008).
higiene sebaiknya menggunakan bahan
alami yang aman untuk kesehatan, seperti Banyak penelitian yang menyatakan
madu. manfaat madu sebagai antifungi (anti
jamur). Kebanyakan jenis madu

Media Keperawatan Indonesia


Vol. 1 No. 1 Februari 2018 Page | 37
menghasilkan hidrogen peroksida ketika HASIL
diencerkan karena aktivitas enzim glukosa,
yang mengoksidadi glukosa untuk glukonat 50,00
asam dan hidrogen peroksida. Penelitian 40,00
Maria dan Silvia (2011), menyatakan bahwa 40,00
34,50
madu lavender mengandung berbagai 37,00
30,00
konsentrasi, dimana komponen tersebut 27,50 Madu
berfungsi sebagai antifungi (anti jamur) 20,00
melalui uji in vitro terhadap Candida albicans, NaCl
Candida krusei, dan Cryptococcus 10,00
neoformans. Madu memiliki kandungan zat
0,00
anti oksidan yang terdiri dari flavonoid,
polyphenol, phenol, dan volatin. Jumlah Pre Post
dari kandungan anti oksidan tersebut
berkisar 2 – 46 mg/kg. Ektrak flavonoid Grafik 1. Jumlah Jamur Candida Sebelum
pada madu dapat membantu mengobati Diberikan Oral Higiene dengan Madu 30%
infeksi jamur dan menunjukkan anti- dan NaCl di Ruang Ismail RS Roemani
candida (Candiracci, dkk, 2011). Madu juga Semarang
mengandung sejumlah mikroorganisme
(yeast), diantaranya Aspergillum dan Berdasarkan grafik tersebut, diperoleh
Penicillium yang dapat berfungsi sebagai distribusi jumlah jamur candida albicans di
anti fungal (Persano et al, 2008 dalam mulut pre test madu sebesar 40.00 CFU/ml
Borganov, 2009). Mengingat infeksi jamur dengan standar deviasi ±6.855 CFU/ml.
yang sangat besar di lingkungan masyarakat Rerata jumlah jamur candida albicans di
maupun di lingkungan rumah sakit. Diantara mulut pre test NaCl sebesar 27.00 CFU/ml
Candidiasis ini, Candida Krusei yang dengan standar deviasi ±11.424 CFU/ml.
merupakan patogen oportunistik yang Rerata jumlah jamur candida albicans di
dapat menyebabkan infeksi serius pada mulut post test madu murni 30% sebesar
pasien yang rentan (Nguyen et al. 2010). 27.50 CFU/ml dengan standar deviasi
±2.633 CFU/ml. Jumlah jamur candida
METODE albicans post test NaCl sebesar 34.50
CFU/ml dengan standar deviasi ±7.321
Penelitian ini menggunakan metode kuasi CFU/ml.
eksperimen pre dan post desain dengan
kelompok kontrol. Populasi penelitian ini Tabel 1. Perbedaan Jumlah Jamur Candida
adalah semua anak yang menjalani Albicans Sesudah Diberikan Oral Higiene
hospitalisasi. Sampel diambil dengan tehnik dengan Madu Murni 30% di Ruang Ismail RS

Indikator Kelompok Kelompok p-


anak kelompok kontrol, 10 anak kelompok intervensi kontrol value
intervensi). Metode yang digunakan untuk Rerata jumlah Candida
27,40 39,50
menghitung jamur yaitu metode Plate Albicans sebelum 0,888
(±2,633) (±11,424)
intervensi
Count.
Rerata jumlah Candida
27,40 39,50
Albicans setelah 0,004
(±2,633) (±11,424)
intervensi
Perubahan jumlah
Candida Albicans -115,000 0,0000
sebelum dan setelah 0,000
(±677,003) (±0,000)
intervensi

Media Keperawatan Indonesia


Vol. 1 No. 1 Februari 2018 Page | 38
menyebabkan peningkatan infeksi
Berdasarkan uji statistik dengan nosokomial pada anak dan kolonisasi
menggunakan uji dependent T-test bakteri di orofaring anak, serta bisa menjadi
didapatkan hasil jumlah jamur candida pre penyebab terjadinya pneumonia
test madu murni sebesar 38.90 CFU/ml (Johnstone, Spence, & K oziol-M cLain,
dengan standar deviasi ± 6.168 CFU/ml dan 2010). Penelitian Silvia, dkk (2011), rata-rata
untuk hasil pre test NaCl sebesar 39.50 jumlah jamur candida albicans 31.0 CFU/ml.
CFU/ml dengan standar deviasi ±3.612 Pada penelitian Mariyam & Alfiyanti (2014),
CFU/ml, p value sebesar 0,888 (p value ≥ rata-rata jumlah koloni bakteri pada
0,05) maka belum ada pengaruh pada kelompok kontrol yaitu 36 CFU/ml dengan
jumlah jamur candida pre test madu dan standar deviasi 92.87 CFU/ml.
NaCl. Berdasarkan analisis statistik dengan
menggunakan uji Independent t-test Hasil rata-rata jumlah jamur candida dalam
didapatkan rata-rata jumlah jamur candida penelitian ini pada post test yaitu 27.40
albicans pada post test madu 27.40 CFU/ml CFU/ml dengan standar deviasi 2.633
dengan standar deviasi ±2.633 CFU/ml, CFU/ml, sedangkan rata-rata jumlah jamur
sedangkan rata-rata jumlah candida candida albicans post test pada kelompok
albicans pada post test NaCl 39.50 CFU/ml kontrol (NaCl) adalah 39.50 CFU/ml dengan
dengan standar deviasi ±11.424 CFU/ml. standar deviasi 11.424 CFU/ml. Pada
Hasil p–value 0.004 dimana (p value ≤ 0.05), penelitian Moussa, dkk (2009) menyatakan
maka ada pengaruh penggunaan madu bahwa berkumur dengan madu murni
murni dalam oral higiene terhadap jumlah dengan konsentrasi 30% - 50% dapat
jamur candida albicans di dalam mulut. menghambat pertumbuhan beberapa
Data hasil delta kelompok madu sebesar - mikroorganisme patogen, termasuk
115.000 CFU/ml dengan standar deviasi Candida Albican. Menurut Estevinho (2008)
±677.003 CFU/ml, untuk hasil delta pada menyatakan kandungan asam fenolik,
kelompok NaCl sebesar 0.0000 CFU/ml favonoid dan molekul lainnya yang ada di
dengan standar deviasi ±0.00000 dan hasil p dalam madu dipercaya dapat menghambat
value sebesar 0.000 (p value ≤ 0.05), maka pertumbuhan jamur. Penelitian Mariyam &
dapat disimpulkan bahwa ada penurunan Alfiyanti (2014), rata-rata jumlah koloni
yang signifikan jumlah jamur candida bakteri pada kelompok intervensi post test
albicans setelah diberikan madu murni 30% adalah 4.2 dengan standar deviasi 3.42
dibandingkan setelah diberikan NaCl. CFU/ml. Penelitian Silvia, dkk (2011), rata-
rata jumlah jamur candida albicans
PEMBAHASAN kelompok intervensi post test adalah 29.4
CFU/ml.
Jumlah jamur candida albicans sebelum
dilakukan Oral Higiene menggunakan madu Uji normalitas yang digunakan pada
30% diperoleh rata-rata 38.90 CFU/ml penelitian ini adalah Uji Saphiro-Wilk pada
dengan standar deviasi 6.855 CFU/ml, variabel yang berskala numerik. Hasil ini
sedangkan rata-rata jumlah jamur candida sejalan dengan penelitian Candiracci dkk,
albicans post test pada kelompok kontrol (2011) menunjukkan bahwa ekstrak
(NaCl) adalah 39.50 CFU/ml dengan standar flavonoid madu mampu menghambat
deviasi 11.424 CFU/ml. Jamur pada mulut pertumbuhan Candida albicans. Penelitian
merupakan ragi yang tumbuh di dalam ini dilakukan bertujuan untuk melihat
rongga mulut, dan dapat berubah menjadi pengaruh penggunaan madu murni dalam
patogen dalam kondisi-kondisi tertentu. oral higiene terhadap jumlah candida
Perawatan oral higiene yang tidak adekuat albicans pada mulut anak selama
pada anak selama hospitalisasi bisa hospitalisasi. Jamur pada mulut merupakan

Media Keperawatan Indonesia


Vol. 1 No. 1 Februari 2018 Page | 39
ragi yang tumbuh di dalam rongga mulut, dan CFU/ml dengan standar deviasi 6.855
dapat berubah menjadi patogen dalam CFU/ml dan untuk rerata jumlah jamur
kondisi-kondisi tertentu. Perawatan oral candida post test madu sebesar 27.40
higiene yang tidak adekuat pada anak CFU/ml dengan standar deviasi 2.633
selama hospitalisasi bisa menyebabkan CFU/ml. Sedangkan untuk rata-rata jumlah
peningkatan infeksi nosokomial pada anak jamur candida albicans pada pre test NaCl
dan kolonisasi bakteri di orofaring anak, sebesar 39.50 CFU/ml dengan standar
serta bisa menjadi penyebab terjadinya deviasi 11.424 CFU/ml, dan untuk rerata
pneumonia (Johnstone, Spence, & K oziol- hasil jamur candida post test NaCl sebesar
M cLain, 2010). 36.40 CFU/ml dengan standar deviasi 7.321
CFU/ml. Dari hasil tersebut dapat
Penelitian ini menyatakan adanya disimpulkan bahwa p value ≤ 0.05 yaitu p
pengurangan jumlah jamur candida value 0.004 CFU/ml , dimana ada pengaruh
sebelum dan sesudah dilakukan oral higiene yang signifikan antara jumlah jamur candida
dengan madu murni 30% dan dari hasil uji post test madu dengan jumlah jamur
analisis statistik pada kedua kelompok pre candida post test NaCl. Jumlah jamur post
test madu maupun NaCl didapatkan hasil p test madu lebih sedikit dibandingkan jumlah
value 0.888. Hal ini menunjukkan bahwa jamur candida post test NaCl. Hasil ini
tidak ada pengaruh atau perbedaan yang sejalan dengan hasil penelitian dari Moussa,
signifikan antara kelompok intervensi dkk (2009) menyatakan bahwa berkumur
maupun kelompok kontrol. Hasil uji dengan madu murni dengan konsentrasi
independent T Test pada kelompok post 30% - 50% dapat menghambat
test madu dan NaCl didapatkan hasil yang pertumbuhan beberapa mikroorganisme
signifikan, hasilnya adalah p value = 0,004 (p patogen, termasuk Candida Albican.
value ≤ 0,05). Maka ada perbedaan yang
signifikan antara jumlah candida albicans di Hasil Penelitian Mariyam & Alfiyanti (2014),
mulut anak selama hospitalisasi sebelum rata-rata jumlah koloni bakteri pada
dan sesudah dilakukan oral higiene dengan kelompok intervensi post test adalah 4.2
madu murni 30%. dengan standar deviasi ±3.42 CFU/ml.
Adanya perbedaan jumlah jamur antara
Berdasarkan penelitian ini jumlah jamur kelompok madu dengan kelompok NaCl
candida setelah dilakukan oral higiene dikaitkan dengan kandungan madu yang
dengan madu murni 30% mengalami berfungsi sebagai antifungi. Penelitian
pengurangan rata-rata 27.40 CFU/ml. Bogdanov (2011) menyatakan bahwa
Sedangkan hasil rata-rata untuk kelompok hidrogen peroksida efektif membunuh
kontrol (NaCl) post test didapatkan 39.50 mikroba seperti staphylococcus aureus,
CFU/ml. Menurut penelitian Candiracci dkk, micrococcus luteus, streptococcus aureus,
(2011) menunjukkan bahwa ekstrak bakteri gram positif dan bakteri gram
flavonoid madu mampu menghambat negatif.
pertumbuhan Candida albicans. Menurut
penelitian Candiracci dkk, (2011) SIMPULAN
menunjukkan bahwa ekstrak flavonoid
madu mampu menghambat pertumbuhan Jumlah jamur candida albicans pada anak
Candida albican. Penelitian ini menyatakan sebelum dilakukan oral higiene dengan
adanya perbedaan pengurangan jumlah madu murni 30% adalah 38.90 CFU/ml
jamur candida sebelum dan sesudah dengan standar deviasi ±6.855 CFU/ml.
dilakukan oral higiene dengan madu murni Jumlah jamur candida albicans pada anak
30% dan NaCl. Hasil rerata jamur candida sesudah dilakukan oral higiene dengan
dari pre test madu 30% sebesar 38.90 madu murni 30% adalah 27.40 CFU/ml

Media Keperawatan Indonesia


Vol. 1 No. 1 Februari 2018 Page | 40
dengan standar deviasi ±2.633 CFU/ml. compound extracts of Northeast Portugal
Hasil uji statistik p value sebesar 0,001 (p honey. Food Chem Toxicol.
value ≤ 0,05) menunjukkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan antara jumlah Evans, J. &. (2008). Honey: a guide for
jamur candida sebelum dan sesudah healthcare professionals.British Journal
of Nursing, 17(15),24-30. India:
dilakukan oral higiene menggunakan madu
Association of Food Scientist &
30% pada anak selama hospitalisasi di Technologist.
Ruang Ismail 2 RS Roemani Semarang.
Evans, J. &. (2008). Honey: a guide for
REFERENSI healthcare professionals.British Journal
of Nursing, 17(15),24-30.
Alnaimat, S., Wainwright, M ., Al Abri, K . (2012).
Antibacterial potential of honey from Ihsan, A. (2011). Khasiat dan Manfaat Madu
different origins: a comparison with Herbal. jakarta: Agro Media Pustaka.
manuka honey. Journal of M icrobiology,
Biotechnology and Food Sciences 2012: Jawetz, M. (2008). Mikrobiologi Kedokteran
1(5):1328-1338 Edisi 23. Jakarta: Buku Kedokteran.

Moussa, A, D. N. (2012). Additive potential of Kaziol, M. D. (2010). Oral Higiene Care In The
ginger starch on antifungal potency of Pediatric Recommendation. Pediatric
honey against Candida albicans. Asian Nursing.
Pac J Trop Biomed.
Kesehatan, K. (2010). Profil Kesehatan Indonesia
Moussa, Noureddine, Saad, Abdelmelek & 2009. Jakarta: Depkes.
Abdelkader. (2009). Antifungial activity of
four honeys of different types from
Kucuk, M., Kolayl, S., Karaoglu, S., Ulusoy, E.,
Algeria againts pathogenic yeast :
Baltac, C., & Candan, F. (2007). Biological
Candida albicans and Rhodotorula s.
activities and chemical composition of
Asian Pacific Journal of Tropical
three honeys of different types from
Biomedicine
Anatolia. Food Chem, 100; 526-534.

Bogdanov. (2011). Honey as a nutrient and


Maria LE, A. S. (2011 ; 48 (5);640-643).
fuctional food. Bee Product Science, 3 (2),
Antifungal effect of lavender honey
1-3. .
against Candida albicans, Candida krusei
and Cryptococcus neoformans. J Food Sci
Candiracci M, C. B. (2012 ; 131 (2) : 493 - 499). Technol.
Antifungal activity of the honey flavonoid
extract against Candida albicans. Food
Maryam & Alfiyanti, D. (2014). Koloni bakteri
Chem.
pada anak yang dirawat di PICU setelah
oral hygiene dengan Nacl.
Candiracci, M. C. (2011). Honey flavonoids,
natural antifungal agents against Candida
Nguyen. (2010). Characterising the post-
albicans.International Journal of Food
antifungal effects of micafun-gin against
Properties, 14(4), 799–808.
Candida albicans, Candida glabrata,
Candida parapsilosis and Candida
Daniluk T, O. T. (2006 ; 51 (3) : 77-81). kruseiisolates. Int J Antimicrob Agents
Occurrence rate of oral Candida albicans 35:80–84.
in denture wearer patient . Adv med sci.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian
Estevinho L, P. A. (2008). Antioxidant and Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
antimicrobial effects of phenolic

Media Keperawatan Indonesia


Vol. 1 No. 1 Februari 2018 Page | 41
Pfaller, M. D. (2007). Epidemiology of invasive RI, B. P. (2007). Laporan Hasil Riset Kesehatan
candidiasis: a persistent public health Dasar (RISKESDAS) Nasional.
problem.Clinical Microbiology Reviews.
20,133-163. Sabirin, I. P. (2015). Sitologi Eksfoliatif Mukosa
Oral sebagai Pemeriksaan Penunjang di
Pithon, M. a. (2015). Assesment Of The Koedokteran Gigi. Jurnal Kedokteran dan
Effectiveness Of Mouthwashes In Kesehatan, Vol. 2, No. 1.
Reducing Cariogenic Biofilm In Ortodentic
Patients : A Systematic Review. Journal Sariningsih, E. (2012). Merawat Gigi Anak Sejak
Of Dentistry. Usia Dini. Jakarta : Gramedia.

Potting, C. R. (2006). The effectiveness of Supartini, Y. (2014). Konsep Dasar Keperawatan


commonly used mouthwashes for the Anak. Jakarta: EGC.
prevention of chemotherapy-induced
oral mucositis: A systematic review. Patton T, Barrett J, Brennan J, Moran N. Use of a
European Journal of Cancer Care, 15 (1), spectrophotometric bioassay for
431-439. determination of microbial sensitivity to
manuka honey. J Microbiol Methods
Purbaya, J. (2007). Mengenal dan 2006 ; 64 : 84-95
Memanfaatkan Khasiat Madu Alami.
Bandung: Pinonir Jaya. Supranto, J. (2007). Teknik Sampling untuk
Survei dan Eksperimen Edisi 4. Jakarta :
Rineka Cipta.

Media Keperawatan Indonesia


Vol. 1 No. 1 Februari 2018 Page | 42

You might also like