Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 26

i

2016 B

LAPORAN PRAKTIKUM
KELISTRIKAN DAN KEMAGNETAN
L6 – TRANSFORMATOR

KELOMPOK 3
Anggy Avista Putri 16030654018
Dadang Hafidzulloh 16030654023
Vena Ayu Kartika Dewi 16030654047
Lafilatul Anisa 16030654076

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
JURUSAN IPA
PROGRAM S1 PENDIDIKAN SAINS
2018
ii

Abstrak

Pada tanggal 22 Oktober 2018 telak dilaksanakan praktikum yang berjudul


Transformator yang dilakukan di Laboratorium IPA. Dengan tujuan Untuk
mengetahui pengaruh jumlah lilitan (N1 dan N2) terhadap rugi teras (care losses)
suatu transformator. Dan untuk mengetahui pengaruh jumlah lilitan (N1 dan N2)
terhadap efisiensi transformator. Pada praktikum kali ini metode praktikum yang
kami gunakan yaitu metode percobaan. Dimana terdapat variabel dan definisi
operasional. Variabel bebas berupa N1 dan N2 kemudian variabel kontrol yang
digunakan adalah tegangan sebesar 6V, lampu, trafo step up dan step down. Dan
respon yang di dapat adalah besar tegangan V1 dan V2, besar arus I1 dan I2
kemudia rugi teras yang terjadi serta efisiensi pada trafo. Jumlah lilitan (N1 dan N2)
sangat berpengaruh terhadap rugi teras (care loses) suatu transformator, hal ini
dikarenakan semakin banyak jumlah lilitan maka rugi teras (care loses) yang
diperoleh akan semakin kecil begitu juga sebaliknya. Pada hasil percobaan, hasil
data yang diperoleh tidak sesuai teori karena adanya hysterisis dan arus Edy pada
rangkaian yang disebabkan oleh adanya tahanan murni dari kawat tembaga dan
adanya skin effect. Jumlah lilitan (N1 dan N2) sangat berpengaruh terhadap
efisiensi transformator, hal ini dikarenakan semakin banyak jumlah lilitan maka
efisiensinya akan semakin besar pula. Pada hasil percobaan, hasil data yang
diperoleh telah sesuai teori.
Kata Kunci : Transformator, Tegangan, Arus, Rugi teras, Efisiensi

ii
iii

DAFTAR ISI

COVER.........................................................................................................i
ABSTRAK ................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan Praktikum ............................................................................. 1

BAB II KAJIAN TEORI


A. Transformator .................................................................................. 2
B. Macam-macam Transformator ......................................................... 2
C. Pengaruh Jumlah Lilitan Primer dan Sekunder................................. 6
D. Rugi-rugi dan Efisiensi Transformator .............................................. 7
E. Hipotesis .......................................................................................... 8

BAB III METODE PRAKTIKUM


A. Metode Praktikum ............................................................................ 9
B. Tempat, Waktu dan Tanggal Praktikum............................................ 9
C. Alat dan Bahan................................................................................. 9
D. Variabel dan Definisi Operasional .................................................... 9
E. Rancangan Percobaan..................................................................... 9
F. Langkah Kerja ................................................................................. 10
G. Alur Percobaan ............................................................................... 10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Percobaan .............................................................................. 11
B. Pembahasan ................................................................................... 12

BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan ..................................................................................... 14
B. Saran .............................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 15


LAMPIRAN DOKUMENTASI ..................................................................... 16
LAMPIRAN PERHITUNGAN ...................................................................... 19
LAMPIRAN PERTANYAAN ....................................................................... 22
LAPORAN SEMENTARA .......................................................................... 23
LEMBAR KEGIATAN MAHASISWA.......................................................... 24

iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penggunaan transformator dalam kehidupan sehari-hari sangatlah
penting, transformator sudah digunakan secara luas dalam bidang tenaga listrik
ataupun elektronika. Penggunaanya dalam sistem tenaga memungkinkan
dipilihnya tegangan yang sesuai dengan ekonomis untuk tiap-tip keperluan
misalnya kebutuhan akan akan tegangan tinggi dalam pengiriman listrik jarak
jauh.
Transformator digunakan sebagai penaik tegangan step-up dan
digunakan sebagai penurun tegangan pula step-down.transformator biasanya
daya yang keluar tidak selalu 100% karena terdapat rugi-rugi pada saat
penyaluran ke bebean, baik rugi yang disebabkan arus yang mengalir pada
kawat tembaga, atau rugi yang disebabkan fluks bolak-balik pada inti besi .
Oleh karena itu dilakukan praktikum transformtor bertujuan untuk melihat
pengaruh jumlah lilitan terhadapat rugi teras dan efisiensi pada suatu
transformator.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh jumlah lilitan (N1 dan N2) terhadap rugi teras (care
losses) suatu transformator?

2. Bagaimana pengaruh jumlah lilitan (N1 dan N2) terhadap efisiensi


transformator ?

C. Tujuan Percobaan
1. Untuk mengetahui pengaruh jumlah lilitan (N1 dan N2) terhadap rugi teras
(care losses) suatu transformator.

2. Untuk mengetahui pengaruh jumlah lilitan (N1 dan N2) terhadap efisiensi
transformator.
2

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Transformator
Transformator merupakan sebuah alat untuk menaikkan dan menurunkan
tegangan arus balak-balik. Biasanya transformator sering disebut pula trafo,
dimana transformator terdiri atas sebuah inti besi. Inti besi digulung dua buah
lilitan yang dimana disebut kumparan primer dan kumparan sekunder. (Tim
Fisika Dasar. 2013)
Transformator digunakan secara luas, baik dalam bidang tenaga listrik
maupun elektronika. Penggunaantransformator dalam sistem tenaga
memungkinkan terpilihnya tegangan yang sesuai, dan ekonomis untuk tiap-
tiap keperluan misalnya kebutuhan akan tegangan tinggi dalampengiriman
daya listrik jarak jauh.

Variabel-variabel yang berpengaruh dalam suatu transformator (trafo)


adalah seperti gambar 1.

Gambar 2.1. Rancangan Transformator


http://www.tespenku.com/2018/02/teori-dasar-transformator.html
Dengan Ip =arus input, Is = arus output, Vp = tegangan input, Vs = tegangan
output, Np = jumlah lilitan primer, Ns = jumlah lilitan sekunder. Pada trafo ideal
berlaku hubungan: daya input ( P1 = Vp Ip) = daya output (P2 =Vs Is) sehingga
diperoleh:

Vs/Vp = Is/Ip=Ns/Np

B. Macam-macam Transformator
1. Transformator Ideal
Sebuah transformator dikatakan ideal, apabila dalam perhitungan
dianggap tidak ada kerugian-kerugian yang terjadi pada transformator
tersebut, seperti rugi akibat resistansi, induktansi, arus magnetisasi,
maupun akibat fluks bocor. Jika sebuah transformator tanpa beban

2
3

(Gambar 2.2), kumparan primernya dihubungkan dengan dengan


sumber tegangan arus bolak-balik (abb) sinusoid V1 , maka akan mengalir
arus primer I0 yang juga mempunyai bentuk gelombang sinusoidal, bila
diasumsikan kumparan N1 merupakan reaktif murni, maka I0 akan
tertinggal 90 0 dari V1 .Arus primer ini akan menimbulkan fluks sinusoidal
yang sefasa,

Gambar 2.2 Transformator tanpa beban


Sumber :www.academiaedu.com
ɸ 𝒎𝒂𝒌𝒔 . 𝐬𝐢𝐧 𝝎𝒕
Fluks yang sinusoidal akan mengkibatkan terbangkitnya tegangan
induksi E1
𝑬𝟏 = 𝟒, 𝟒𝟒 𝑵𝟏 𝒇ɸ 𝒎𝒂𝒌𝒔
maka pada sisi sekunder, fluks tersebut akan mengakibatkan timbulnya
tegangan E2 .
𝑬𝟐 = 𝟒, 𝟒𝟒 𝑵𝟏 𝒇ɸ 𝒎𝒂𝒌𝒔

Arus primer yang mengalir pada transformator saat sekunder


tanpa beban, bukan merupakan arus induktif murni, tetapi terdiri dari
dua komponen arus yaitu arus magnetisasi (Im ) dan arus rugi
tembaga (IC ). Arus magnetisasi ini menghasilkan fluks (ɸ).

3
4

Gambar 2.3. Arus Tanpa Beban


Sumber: www.academiaedu.com
Bentuk gelombang arus magnetisasi (Gambar 2.3) yang berbentuk
sinusoidal akan berubah bentuk akibat pengaruh sifat besi (inti) yang tidak
linear, sehingga bentuk gelombang berubah seperti yang diperlihatkan
pada Gambar 2.4.Sebuah Transformator Ideal dalam keadaan berbeban,
seperti diperlihatkan pada gambar 2.5. Bila V2 = √2. V2 . sin ωt, dimana V2
nilai tegangan efektif dari terminal sekunder kemudian I2 = √2.
V2
. sin (ωt -φ), 𝜑 adalah sudut impedansi dari beban. Dalam bentuk
Z

phasor:
V2
I2 = = |I2 | ∠-φ
Z
Dimana
𝑉2
|I2 | = | | dan Z = |Z| ∠φ
𝑍
V2 V2
I2 = √2 . K
sin ωt, efektifnya V1 = K
sedangkan untuk arus :

I2 = √2. I1 . sin (ωt -φ), dalam bentuk phasor : I1 = I2 . K


Impedansi dilihat dari sisi sekunder :
Z
Zin =
𝐾2
2. Transformator Berbeban
Dalam prakteknya apabila sisi kumparan sekunder transformator
diberi beban (Gambar 2.6.) maka besar tegangan yang di induksikan
(E2) tidak akan sama dengan tegangan pada terminal (V2), hal ini terjadi

4
5

karena adanya kerugian pada kumparan transformator. Apabila


transformator diberi beban ZL maka arus I2 akan mengalir pada beban
tersebut, arus yang mengalir ini akan mengakibatkan timbulnya gaya
gerak magnet (ggm) N2 I2 yang mana arahnya cenderung melawan arah
fluks bersama yang telah ada disebabkan arus magnetisasi Im .

Gambar 2.4. Kurva B – H


Sumber : www.academiaedu.com

Gambar 2.5. Transformator Ideal


Sumber : www.academiaedu.com

5
6

Gambar 2.6. Transformator Berbeban


Sumber : www.academiaedu.com
Untuk menjaga agar fluks bersama yang telah ada bisa dijaga
dipertahankan nilainya, maka pada sisi kumparan primer arus mengalir
arus I’2 yang menentang fluks yang dibangkitkan oleh arus beban I’2 ,
sehingga arus yang mengalir pada sisi kumparan primer menjadi :
I1̅ = I0̅ + I2̅ dimana I0̅ = I𝑐̅ + I𝑚
̅ , apabila Ic (Rugi besi) diabaikan,maka

nilai I0 = Im , sehingga I1̅ = I𝑚


̅ + I'̅2 . Untuk menjaga agar fluks bersama
yang ada pada inti transformator tetap nilainya,
maka :
N1 I'2 = N1I2, nilai I’2 = I1 bila Im
dianggap kecil, sehingga
I1 N
I2
= N1
2

C. Pengaruh Jumlah Lilitan Primer dan Sekunder

Sebuah kawat apabila dialiri listrik, maka di sekitar kawat berarus tersebut
akan timbul medan magnit. Jika kawat dibentuk melingkar atau segi empat,
maka kuat medan magnet yangpaling besar berad pada tengah lingkaran atau
segi empat tersebut.

Kuat medan magnet akan lebih besar lagi jika lilitan dibbuat berlapis lapis
membentuk kumparan. Medan magnet akan lebih besar ketika di dala sebuah
lilitan diberikn inti besi. Apabila pada inti besi tersebut diberi kumparan yang
lain dan kumparan pertama diberi arus bolak-balik, maka pada ujung kumparan
kedua timbul tegangan bolak-balik pula. Besar tegangan yang terjadi
tergantung jumlah lilitan pada kumparan. (Tim Fisika Dasar, 2013: 27). Fungsi
inti besi ialah untuk meningkatkan medan magnet pada arus yang diketahui dan

6
7

untuk mengarahkan medan magnet agar seluruh fluks magnet yang melalui
satu kumparan masuk melalui kumparan yang lain. Inti besi diberi lapisan untuk
mengurangi kerugian arus pusar. Kerugian daya yng timbul karena pemanasan
joule dalam tahanan yang kecil dalam kedua kumparan dan histeris dalam inti
besi. (Paul A. Tipler dalam Hendra Oktavian, 2014:2).

Jika tegangan AC diberikan pada kumparan primer, medan magnet akan


meginduksi tegangan AC pada kumparan sekunder, tetapi mempunyai nilai
yang tak sama dengan tegangan primernya, dari hukum Faraday ggl
ditegangan sekunder adalah

∆∅𝐵
Vs- Ns ∆𝑡

∆∅𝐵
Dimana Ns= jumlah lilitan pada kumparan sekunder dan merupakan
∆𝑡

perubahan fluks magnet. Tegangan masukan pada kumparan primer juga


berhubungan dengan laju perubahan fluks magnet.

∆∅𝐵
Vp- Np ∆𝑡

Jika Ns lebih besar dari Np, kita dapatkan transformator step-up.


Tegangan sekunder lebih besar dari tegangan primer. Jika Ns lebih kecil dari
Np msks didapatkan trafo step-down. Transformator dirancang untuk
mempunyai efisensi 99% sehingga sedikit sekali energi yang hilang menjadi
energi panas. Daya masukan pada dasarnya sama dengan daya keluaran.

P= V.I

Sehingga Vp. Ip = Vs. Is. (Douglas Giancoli. Fisika jilid 2: edisi kelima: 138)

D. Rugi-rugi dan Efisiensi Transformator

Rugi-rugi transformator ada 2 macam, yaitu rugi tembaga (Pcu) dan rugi
besi (Pi). Dimana rugi sendiri terdiri atas rugi histerisis dan rugi arus eddy.
Dalam kenyataannya selalu P1 lebih besar dari P2. Hal ini disebabkan adanya
kerugian atau hilangnya tenaga bentuk panas baik pada teras maupun pada
kumparan. Kebocoran pada teras (core losses) disebabkan oleh adanya
hysterisis dan arus Edy. Kerugian kumparan atau tembaga, disebabkan oleh
adanya tahanan murni dari kawat tembaga dan adanya skin efect, yaitu adanya
kecenderungan arus hanya lewat pada bagian tepi dari penampang kawat.

7
8

Kerugian teras, kerugian tembaga dan adanya kebocoran fluks merupakan


kerugian total dari transformator. (Lailiyana, 2009)

1. Rugi Teras Tembaga


Rugi teras tembaga merupakan rugi yang sidebabkan leh arus beban
yang mengalir pada kawat tembaga. Besarnya adalah:
Pcu= I2. R
dimana:
Pcu : rugi tembaga (watt)
I: arus bebab yang mengalir pada kawat tembaga (Ampere)
R: tahahanan kawat tembaga (Ω)
2. Efisiensi Transformator
Efisiensi menunjukkan tingkat keefesiensian kerja output peralatan,
dlam hal transformator yang merupakan perbandingan ranting output
(keluaran) terhadap inputnya (masukkan) yang dinyatakan dengan
persamaan berikut:
𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
Efisiensi (η) = 𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 = 𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟+ 𝛴 𝑟𝑢𝑔𝑖−𝑟𝑢𝑔𝑖

Maka persentase effesiensi adalah


𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 + 𝛴 𝑟𝑢𝑔𝑖 − 𝑟𝑢𝑔𝑖 𝑥 100 %
Dengan Σrugi = Pcu+ Pi
Kerugia transformator:

 P = P1 – P2

Dalam proen dapat dihitung dengan:

 =  P/P1 x 100%

Efisiensi (randemen) trafo adalah:

 = P2/P1 x 100 %

E. Hipotesis
1. Jika jumlah lilitan sekunder lebih banyak, maka rugi terasnya (core
losses) akan semakin kecil.

2. Jika jumlah lilitan sekunder lebih banyak, maka efisiensinya akan


semakin besar.

8
9

BAB III

METODE PRAKTIKUM
A. Metode Percobaan
Praktikum dengan judul transfomator menggunakan metode percobaan,
karena pada praktikum ini terdapat variable manipulasi, kontrol dan respon.
B. Waktu dan tempat Percobaan
Pada praktikum transfomator dilakukan pada hari Senin, 22 Oktober 2018
di Ruang Laboratorium IPA lantai 2 gedung C12 Jurusan IPA FMIPA Unesa.
C. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Trafo 1000 lilitan 1 buah
b. Trafo 500 lilitan 1 buah
c. Trafo 250 lilitan 1 buah
d. Trafo regulator 1 buah
e. Kabel penghubung 7 buah
f. Multimeter 1 buah
g. Power supply 1 buah
h. Papan rakit 1 buah
i. Lampu 1 buah

D. Variabel Percobaan dan Devinisi Operasional


1. Variabel Manipulasi : Trafo (N1,N2)
Definisi operasional : Variabel manupulasi pada percobaan ini
adalah N1 dan N2 yaitu 250, 500 dan 1000
2. Variabel Kontrol :Multimeter, Power Supply, Lampu, Trafo
step up dan trafo stepdown
Definisi operasional :Variabel kontrol pada percobaan ini adalah
multimeter, power supply sebesar 6 volt,
lampu mobil, trafo step up dan trafo step
down
3. Variabel Respon : I1 , I2 , V1 , V2 , ∆P, η
Definisi Operasional : Pada praktikum ini yang dihasilkan yaitu
nilai dari I1 , I2 , V1 , V2 , ∆P, η
E. Rancangan Percobaan

9
10

N1 N2
A1 A2
~ V1 V2 X

Gambar 3.1. Rangkaian alat percobaan


F. Langkah Kerja
1. Merangkai alat seperti gambar 2 dan 3.
2. Menyalakan power supply.
3. Mula-mula gunakan miliampere AC pada A1.
4. Menutup S1 dan S2. Ukur tegangan dan kuat arus sesuai pembacaan A1,V1
, A2, dan V2.Atur tegangan input dengan memvariasi trafo regulator 10 kali
sehingga diperoleh nilai I1, I2, V1, dan V2 yang berbeda-beda.

G. Alur Percobaan

ALAT

 Dirangkai seperti gambar pada rancangan percobaan

RANGKAIAN ALAT

 Dinyalakan power supply


 Digunakan miliampere AC pada A1
 Diukur tegangan (V) dan kuat arus (I) sesuai pembacaan A1, V1,
A2, V2
 Diatur tegangan input dengan memvariasi trafo reguator 10 kali.
 Diatur nilai I1,I2, V1 dan V2

HASIL

10
11

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Percobaan
Tabel 4.1 Hasil Percobaan Pengaruh Jumlah lilitan (N1 dan N2) Terhadap
Rugi Teras
N1 N2 V1(V) I1(A) P1(Watt) V2(V) I2(A) P2(Watt) Rugi Teras

500 250 6,00 0,22 1320X10-6 0,003 0,15 0,45 X10-6 1319,55 X10-6

250 500 6,04 0,39 2360 X10-6 0,003 0,17 0,51 X10-6 2359,49 X10-6

1000 500 6,06 0,14 850 X10-6 0,003 0,26 0,78 X10-6 849,22 X10-6

500 1000 6,03 0,22 1320 X10-6 0,003 0,20 0,66 X10-6 1319,34 X10-6

1000 250 6,03 0,33 1990 X10-6 0,003 0,22 0,66 X10-6 1989,34 X10-6

250 1000 5,95 0,22 1309 X10-6 0,003 0,17 0,51 X10-6 1308,49 X10-6

Tabel 4.2 Hasil Percobaan Pengaruh Jumlah lilitan (N1 dan N2) Terhadap
Efesiensi Trafo

N1 N2 V1(V) I1(A) P1(Watt) V2(V) I2(A) P2(Watt) ΔP(Watt) ᶮ (%)

500 250 6,00 0,22 1320X10-6 0,003 0,15 0,45 X10-6 1319,55 X10-6 0,03%

250 500 6,04 0,39 2360 X10-6 0,003 0,17 0,51 X10-6 2359,49 X10-6 0,02%

1000 500 6,06 0,14 850 X10-6 0,003 0,26 0,78 X10-6 849,22 X10-6 0,09%

500 1000 6,03 0,22 1320 X10-6 0,003 0,20 0,66 X10-6 1319,34 X10-6 0,05%

1000 250 6,03 0,33 1990 X10-6 0,003 0,22 0,66 X10-6 1989,34 X10-6 0,03%

250 1000 5,95 0,22 1309 X10-6 0,003 0,17 0,51 X10-6 1308,49 X10-6 0,04%

Keterangan :
N1 : Jumlah Lilitan Primer
N2 : Jumlah Lilitan Sekunder
V1 : Tegangan 1 (volt)

11
12

V2 : Tegangan 2 (volt)
I1 : Besar Arus 1 (ampere)
I2 : Besar Arus 2 (ampere)
P1 : Daya 1 (watt)
P2 : Daya 2 (watt)
ᶮ : Besar Efesiensi Trafo (%)
Pada percobaan transformator ini memanipulasi N1 dan N2
sebagai N primer dan N sekunder sebanyak 6 kali lalu mengukur dengan
menggunakan multimeter digital untuk mengetahui nilai V1, V2, I1 dan I2.
Pada percobaan ke 1 menggunakan N1 dan N2 sebesar 500 dan 250. Nilai
V1, V2, I1 dan I2 berturut-turut sebesar 6,00 V, 0,003 V, 0,22 A, 0,15 A.
Untuk nilai P1, P2, ΔP dan ᶮ berturut-turut sebesar 1320X10-6 , 0,45 X10-6 ,
1319,55 X10-6 dan 0,03%. Pada percobaan ke 2 menggunakan N1 dan N2
sebesar 250 dan 500. Nilai V1, V2, I1 dan I2 berturut-turut sebesar 6,04 V,
0,003 V, 0,39 A, 0,17 A. Untuk nilai P1, P2, ΔP dan ᶮ berturut-turut sebesar
2360 X10-6 , 0,51 X10-6 , 2359,49 X10-6 dan 0,02%. Pada percobaan ke 3
menggunakan N1 dan N2 sebesar 1000 dan 500. Nilai V1, V2, I1 dan I2
berturut-turut sebesar 6,06 V, 0,003 V, 0,14 A, 0,26 A. Untuk nilai P1, P2,
ΔP dan ᶮi berturut-turut sebesar 850 X10-6 , 0,78 X10-6, 849,22 X10-6 dan
0,09%. Pada percobaan ke 4 menggunakan N1 dan N2 sebesar 500 dan
1000. Nilai V1, V2, I1 dan I2 berturut-turut sebesar 6,03 V, 0,003 V, 0,22
A, 0,20 A. Untuk nilai P1, P2, ΔP dan ᶮi berturut-turut sebesar 1320 X10-6,
0,66 X10-6, 1319,34 X10-6 dan 0,05%. Pada percobaan ke 5 menggunakan
N1 dan N2 sebesar 1000 dan 250. Nilai V1, V2, I1 dan I2 berturut-turut
sebesar 6,03 V, 0,003 V, 0,33 A, 0,22A. Untuk nilai P1, P2, ΔP dan ᶮ
berturut-turut sebesar 1990 X10-6, 0,66 X10-6, 1989,34 X10-6 dan 0,03%.
Pada percobaan ke 6 menggunakan N1 dan N2 sebesar 250 dan 1000.
Nilai V1, V2, I1 dan I2 berturut-turut sebesar 5,95 V, 0,003 V, 0,22 A, 0,17
A. Untuk nilai P1, P2, ΔP dan ᶮ berturut-turut sebesar 1309 X10-6 , 0,51
X10-6, 1308,49 X10-6 dan 0,04%. Adapun hasil data yang tidak sesuai
dengan teori yaitu nilai rugi teras, dan untuk hasil data nilai efisiensi sudah
sesuai dengan teori.
B. Pembahasan

Menurut hipotesis yang ada jumlah lilitan sekunder lebih banyak maka
rugi teras yang dihasilkan semakin kecil. Terdapat beberapa data yang tidak

12
13

sesuai dengan teori, seperti pada N1 sebesar 500 dan N2 sebesar 250
dihasilkan rugi teras sebesar 1319,55 X10-6 sedangkan pada N1 sebesar 500
dan N2 sebesar 1000 dihasilkan rugi teras sebesar 1319,34 X10-6 . Pada N1
sebesar 250 dan N2 sebesar 500 dihasilkan rugi teras sebesar 2359,49 X10-
6
sedangkan pada N1 sebesar 250 dan N2 sebesar 1000 dihasilkan rugi teras
sebesar 1308,49 X10-6 . Dan pada N1 sebesar 1000 dan N2 sebesar 250
dihasilkan rugi teras sebesar 1989,34 X10-6 sedangkan pada N1 sebesar 1000
dan N2 sebesar 500 dihasilkan rugi teras sebesar 849,22 X10-6 . Hal ini dapat
disebabkan karena adanya hysterisis dan arus Edy. Kerugian kumparan atau
tembaga, disebabkan oleh adanya tahanan murni dari kawat tembaga dan
adanya skin efect, yaitu adanya kecenderungan arus hanya lewat pada bagian
tepi dari penampang kawat dan juga kurangnya keefektifan dalam
penggunaan multimeter karena sulit menentukan angka yang konstan
(Giancoli, 2001).

Pada teori yang menyebutkan Jika jumlah lilitan sekunder lebih banyak,
maka efisiensinya akan semakin besar. Pada hasil data yang kami dapat
sudah sesuai dengan teori. Seperti data pada N1 sebesar 500 dan N2
sebesar 250 dihasilkan efisiensi sebesar 0,03% sedangkan pada N1 sebesar
500 dan N2 sebesar 1000 dihasilkan efisiensi sebesar 0,05%. pada N1
sebesar 250 dan N2 sebesar 500 dihasilkan efisiensi sebesar 0,02%
sedangkan pada N1 sebesar 250 dan N2 sebesar 1000 dihasilkan efisiensi
sebesar 0,04%. Dan pada N1 sebesar 1000 dan N2 sebesar 250 dihasilkan
efisiensi sebesar 0,03% sedangkan pada N1 sebesar 1000 dan N2 sebesar
500 dihasilkan efisiensi sebesar 0,09%. Karena adanya kerugian pada
transformator. Maka efisiensi transformator tidak dapat mencapai 100%.
Transformator yang dirancang dengan baik dapat memiliki efisiensi lebih dari
99%, sehingga sedikit sekali energi yang hilang menjadi panas (Giancoli,
2001).

13
14

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Jumlah lilitan (N1 dan N2) sangat berpengaruh terhadap rugi teras (care
loses) suatu transformator, hal ini dikarenakan semakin banyak jumlah
lilitan maka rugi teras (care loses) yang diperoleh akan semakin kecil
begitu juga sebaliknya. Pada hasil percobaan, hasil data yang
diperoleh tidak sesuai teori karena adanya hysterisis dan arus Edy
pada rangkaian yang disebabkan oleh adanya tahanan murni dari
kawat tembaga dan adanya skin effect.
2. Jumlah lilitan (N1 dan N2) sangat berpengaruh terhadap efisiensi
transformator, hal ini dikarenakan semakin banyak jumlah lilitan maka
efisiensinya akan semakin besar pula. Pada hasil percobaan, hasil data
yang diperoleh telah sesuai teori.

B. Saran
1. Sebelum melakukan praktikum praktikan harus memahami terlebih
dahulu praktikum yang akan dilakukan.
2. Memahami teori yang terkait dengan mencari referensi yang relevan.
3. Saat melakukan praktikum alangkah baiknya alat dan bahan yang akan
digunakan di tes terlebih dahulu kelayakannya, dan melakukan
praktikum secara cermat dan teliti.

14
15

Daftar Pustaka
Giancoli, douglas C. 2001. Fisiska Jilid 2 Edisi kelima Jakarta: Penerbit Erlangga

Lailiyana Farida. 2009. Analisis Kualitas Transformator Daya 150 KV/70 KV Di Gi


Banaran Berdasarkan Hasil Pengujian Isolasi Minyak Menggunakan
Metode Stokastik, Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Kampus Keputih-Sukolilo, Surabaya-60111.
Oktavianta. 2014. Laporan Praktikum Transformator.
Tim Fisika Dasar. 2103. Petunjuk praktikum Pengantar Listrik Magnet dan
Optika.Yogyakarta: FMIPA UNY.
Tippler, Paul A. 1996. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga.

15
16

LAMPIRAN

A. Lampiran Perhitungan

N1 N2 V1 I1 V2 I2
500 250 6,00 0,22 0,003 0,15
250 500 6,04 0,39 0,003 0,17
1000 500 6,06 0,14 0,003 0,26
500 1000 6,03 0,22 0,003 0,20
1000 250 6,03 0,33 0,003 0,22
250 1000 5,95 0,22 0,003 0,17
1. Menghitung Nilai P1 dan P2
a. P1 = V1 . I1
= 6 . 0,22 x 10-3
= 1,32 x 10-3
= 1320 x 10-6
P2 = V2 . I2
= 0,003 . 0,15 x 10-3
= 0,45 x 10-6
b. P1 = V1 . I1
= 6,04 . 0,39 x 10-3
= 2,36 x 10-3
= 2360 x 10-6
P2 = V2 . I2
= 0,003 . 0,17 x 10-3
= 0,51 x 10-6
c. P1 = V1 . I1
= 6,06 . 0,14 x 10-3
= 0,85 x 10-3
= 850 x 10-6
P2 = V2 . I2
= 0,003 . 0,26 x 10-3
= 0,78 x 10-6
d. P1 = V1 . I1
= 6,03 . 0,22 x 10-3

16
17

= 1,32 x 10-3
= 1320 x 10-6
P2 = V2 . I2
= 0,003 . 0,20 x 10-3
= 0,66 x 10-6\
e. P1 = V1 . I1
= 6,03 . 0,33 x 10-3
= 1,99 x 10-3
= 1990 x 10-6
P2 = V2 . I2
= 0,003 . 0,22 x 10-3
= 0,66 x 10-6
f. P1 = V1 . I1
= 5,95 . 0,22 x 10-3
= 1,309 x 10-3
= 1309 x 10-6
P2 = V2 . I2
= 0,003 . 0,17 x 10-3
= 0,51 x 10-6
2. Menghitung Nilai ∆P (Rugi Teras)
a. ∆P = P1 - P2
= (1320 – 0,45) x 10-6
= 1319,55 x 10-6

b. ∆P = P1 - P2
= (2360 – 0,51) x 10-6
= 2359,49 x 10-6
c. ∆P = P1 - P2
= (1320 – 0,45) x 10-6
= 1319,55 x 10-6
d. ∆P = P1 - P2
= (850 – 0,0,78) x 10-6
= 849,22 x 10-6
e. ∆P = P1 - P2
= (1320 – 0,66) x 10-6

17
18

= 1319,34 x 10-6
f. ∆P = P1 - P2
= (1309 – 9,51) x 10-6
= 1308,49 x 10-6

3. Menghitung Nilai Ꞃ
P2
a. Ꞃ = P1
𝑋 100%
0,45
= 1320
𝑋 100%

= 0,03 %
P2
b. Ꞃ = P1
𝑋 100%
0,51
= 2360
𝑋 100%

= 0,02 %
P2
c. Ꞃ = P1
𝑋 100%
0,78
= 850
𝑋 100%

= 0,09 %

P2
d. Ꞃ = 𝑋 100%
P1
0,66
= 1320
𝑋 100%

= 0,05 %
P2
e. Ꞃ = P1
𝑋 100%
0,66
= 1990
𝑋 100%

= 0,03 %
P2
f. Ꞃ = P1
𝑋 100%
0,51
= 1309
𝑋 100%

= 0,04 %

18
19

B. Lampiran Pertanyaan
1. Terangkan cara yang dapat digunakan untuk memperkecil kerugian
tembaga, hysterisis, arus Edy dan kebocoran fluks.
Penyelesaian :
 Kerugian tembaga (copper losses)
Kerugian tembaga terjad dikedua kumparan. Kumparan
primer atau sekunder dibuat dari gulungan kawat tembaga
yang dilapisi oleh isolator tipis yang disebut enamel. Umumnya
kumparan dibuat dari gulungan kawat yang cukup panjang.
Gulungan kawat yang panjang ini akan meningkatkan
hambatan dalam kumparan. Mutu kawat yang bagus dnegan
nilai hambatan jenis yang kecil dapat mengurangi kerugian
tembaga (copper losses).
 Hysterisis losses
Kerugian hysteresis disebabkan oleh gesekan molekul yang
melawan aliran gaya magnet didalam inti besi. Gesekan
molekul dalam inti besi ini menimbulkan panas. Panas yang
timbul ini menunjukkan kerugian energy, karena sebagian kecil
energy listrik tidak dipindahkan, tetapi diubah bentuk menjadi
energy panas. Sebuah trafo didesain untuk bekerja pada
rentang frekuensi tertentu. Menurunnya frekuensi arus listrik
dapat menyebabkan meninkatnya kerugian hysteresis dan
menurunkan kapasitas (VA) trafo.
 Kerugian arus Edy
Kerugian arus Edy disebabkan oleh aliran sirkulasi arus
yang menginduksi logam. Ini disebabkan oleh aliran fluk
magnetic disekitar inti besi, karena inti besi trafo terbuat dari
konduktor (umumnya besi lunak), maka arus Edy yang
menginduksi inti besi akan semakin besar. Dan kerugian yang
terjadi ketika sejumlah energy listrik akan diubah menjadi
panas. Untuk mengurangi hal tersebut, maka inti besi trafo
dibuat berlapis-lapis, tujuannya untuk memecah induksi arus
Edy yang terbentuk didalam inti besi.
 Kebocoran Fluks

19
20

Toroidal transformator merupakan bentuk toroida yang


pada umumnya digunakan pada suatu rangkaian untuk
mengurangi atau menurunkan kebocoran fluks yang tejadi,
sehingga kurnag interference elektromagnetik.

2. Terangkan mengapa pada tranformator ideal, jika output terbuka


(tanpa beban) tidak akan mengalir arus.
Penyelesaian :

Pada transformator ideal, tidak ada energy yang dirubah


menjadi bentk energy didalamnya, sehingga daya listrik pada
kumparan sekunder sama dengan daya listrik pada kumparan
primer atau ddapat dikatan efisiensi transformator ideal 100%.
Namun pada kenyataannya efisiensi transformator selalu kurang
dari 100% atau mungkin bisa disebabkan oleh terbukanya output
pada transformator yang menyebabkan sebagian energy (arus
listrik) terbuang menjadi panas atau energy bunyi.

3. Lukiskan skema cara mengubah tegangan 6 volt DC menjadi 220 volt


AC dengan transformator.
Penyelesaian :

+ 6V DC

- 6V DC

Dari skema diatas merupakan salah satu cara untuk mengubah


tegangan 6 volt DC menjadi 220 volt AC dengan tranformator atau

20
21

travo adaptor. Untuk output tegangan AC 220 Volt – 300 Watt apabila
ingin meningkatkan volt dan watt, maka dapat ditambah transistor
serta gunakan trafo yang ampernya lebih besar.

21
22

b. Lampiran Dokumentasi

Gambar 1. Menyiapkan alat Gambar 2. Merangkai alat dan


dan bahan yang dibutuhkan bahan sesuai dengan rancangan

Gambar 3. Menghitung V dan I Gambar 4. Melakukan


pada rangkaian trafo dengan percobaan dengan 3 trafo
menggunakan multimeter digital stepup dan stepdown

22
23

23

You might also like