Larvae Density As An Indicator of Dengue Haemorrhagic Fever Transmision in Endemic Area in East Java

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 8 No.

2, 2014 : 33 - 40

Kepadatan Larva Nyamuk Vektor sebagai Indikator Penularan


Demam Berdarah Dengue di Daerah Endemis di Jawa Timur
Larvae Density as an Indicator of Dengue Haemorrhagic
Fever Transmision in Endemic Area in East Java
Arum Sih Joharina*, Widiarti
Balai Besar Litbang Vektor dan Reservoir Penyakit, Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI
Jl. Hasanudin No.123 Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia

INFO ARTIKEL ABSTRACT/ABSTRAK

Article History: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is one of the serious health problems in Indonesia.
Received : 28 Oct. 2014 There are always DHF cases every year. East Java is a province with high cases of DHF
Revised : 5 Dec. 2014 every year, with the peak of burden was 86,52 cases per 100.000 people in 2010. This
Accepted : 10 Dec. 2014 study, conducted in 2011, was aimed to know the larval density figure and key container in
the dengue endemic areas in East Java. In total, there were 10 villages from three districts
Keywords: (Tulungagung, Malang and Kediri) were surveied. One hundred houses were visualy
DHF, surveied to count the larvae indices: House Index (HI), Container Index (CI), and Breteau
larvae density, Index (BI) based on the WHO regulation. Larvae-Free Index based on the Indonesian
key container, Ministry of Health regulation was also measured. The larvae indices measured indicated
transmission potency that eight villages were categorized as middle risk (density figure 5) and two villages
(Bago Village from Tulungagung and Mojoroto Village from Kediri) were categorized as
high risk (density figure 6). Cement bath tub was the key container of all location. Based
on these results known that three districts were potential for dengue transmission.

Kata Kunci: Demam Berdarah Dengue (DBD) masih terus terjadi di Indonesia sampai saat ini.
DBD, Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu daerah dengan kejadian DBD yang
kepadatan larva vektor, cenderung tinggi dari tahun ke tahun. Tren kasus DBD di Jawa Timur berfluktuasi,
key container, dengan puncak kasus pada 2010, yaitu mencapai 86,52 kasus per 100.000 penduduk.
potensi penularan Penelitian ini dilakukan pada tahun 2011 untuk mengetahui kepadatan larva vektor
DBD dan key container di daerah endemis DBD di 10 kelurahan di tiga kabupaten
(Tulungagung, Malang, dan Kediri) . Sebanyak kurang lebih 100 rumah per lokasi
dilakukan survei larva nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus. Survei larva dilakukan
secara visual survei untuk mengetahui indeks jentik (House Index, Container Index, dan
Breteau Index, serta ABJ). Kepadatan vektor di delapan kelurahan termasuk kategori
sedang, dan dua lokasi yaitu Kelurahan Bago (Kabupaten Tulungagung), dan Kelurahan
Mojoroto (Kota Kediri) termasuk dalam kategori tinggi. Key container di semua lokasi
adalah sama, yaitu bak mandi. Berdasarkan hasil ini maka kelima kabupaten/kota
masih berpotensi terhadap terjadinya penularan DBD.

© 2014 Jurnal Vektor Penyakit. All rights reserved

*Alamat Korespondensi : email : joharina.as@gmail.com

PENDAHULUAN dengan jumlah penderita DBD tertinggi se-


D e m a m B e rd a ra h D e n g u e ( D B D ) Asia Tenggara.1 Kasus DBD pertama kali
merupakan penyakit tular vektor yang masih ditemukan di Indonesia adalah pada saat
terus terjadi di negara beriklim tropis kejadian luar biasa (KLB) di Surabaya (Jawa
cenderung rentan terhadap penularan DBD. Timur) pada tahun 1968 dengan jumlah
Berdasarkan data WHO tahun 2004 sampai penderita 58 orang dan 41,3 % kematian.2,3
dengan 2009, Indonesia merupakan negara Puncak kasus DBD di Indonesia terjadi pada

33
Kepadatan Larva Nyamuk .................... (Arum Sih Joharina, Widiarti)

tahun 2009 dengan prevalensi 68,22 pengendalian terpadu 3M Plus (menguras,


penderita per 100.000 penduduk. Pada tahun mengubur, menutup tempat penampungan
2010 – 2012 angka kejadian berangsur turun air), fogging, pelatihan jumantik (juru
hingga target nasional kasus DBD yaitu ≤53 pemantau jentik), dan lain-lain, akan tetapi
per 100.000 penduduk terpenuhi.
2
program ini kurang berhasil, dilihat dari besar
DBD merupakan bentuk berat dari infeksi Angka Bebas Jentik (ABJ) 83,50%, di bawah
virus dengue selain Dengue Shock Syndrome standar nasional yaitu 95%.7
(DSS). Di Indonesia terdapat empat serotipe Studi ini bertujuan memperoleh
virus Dengue (Den1, Den2, Den3, dan Den4).
4
gambaran status kepadatan vektor DBD
Sirkulasi lebih dari satu jenis serotipe di suatu berdasarkan besar House Index (HI), Container
tempat menyebabkan keparahan penyakit Index (CI), dan Breteau Index (BI) sesuai
lebih berat dibandingkan jika hanya terdapat dengan standar WHO,6 dan Angka Bebas Jentik
2
satu jenis serotipe saja. DBD ditularkan oleh (ABJ) sesuai dengan standar nasional, serta
vektor nyamuk Aedes aegypti dan Aedes menentukan key container sebagai preferensi
albopictus. 5 , 6 Kedua spesies tersebut bertelur nyamuk di daerah endemis DBD di
mempunyai kapasitas vektorial sehingga Jawa Timur. Informasi kepadatan vektor
dapat berperan sebagai vektor. Kapasitas diperlukan sebagai indikator potensi
vektorial antara lain yaitu kedua spesies penularan virus dengue, dan informasi key
rentan terhadap infeksi virus dengue, mampu container diperlukan untuk menentukan
mereplikasi virus dengue, dan mampu target utama dalam pengendalian vektor.9
6
memindahkan virus dengue kepada manusia.
Perbedaannya, Ae. aegypti memiliki BAHAN DAN METODE
kompetensi vektorial lebih tinggi karena Tempat dan waktu penelitian
merupakan antropofilik yang sangat kuat,
Survei dilakukan pada bulan Oktober
memiliki habitat di pemukiman dan memiliki
tahun 2011 di 10 kelurahan dari tiga 3
perilaku menggigit berkali-kali untuk
kabupaten/kota endemis DBD. Lokasi
m e l e n gka p i s a t u s i k l u s g o n o t ro p i k .
tersebut meliputi Kelurahan Kepatihan (2
Sedangkan Ae. albopictus masih memiliki sifat
lokasi) dan Kelurahan Bago dari Kabupaten
liar, habitatnya lebih banyak di lingkungan
Tulungagung; Kelurahan Mulyoagung,
terbuka dan hanya menghisap darah sekali
6 Kelurahan Kebonagung, dan Kelurahan
selama satu siklus gonotropik.
Mangliawan dari Kota Malang; Kelurahan
Provinsi Jawa Timur terletak antara 7,12 Sukorejo, Kelurahan Doko, Kelurahan
°LU – 8,48°LS dan 111,0°BT – 114,4°BT Mojoroto, dan Kelurahan Bandar Lor dari Kota
2
dengan luas wilayah 47.156 km . Provinsi Kediri;
Jawa Timur terdiri atas 29 kabupaten dan 9
Survei larva
Kota, terbagi menjadi 662 kecamatan, dan
Sejumlah 100 rumah dari setiap lokasi
8 . 5 0 7 d e s a / ke l u ra h a n . 7 J awa T i m u r
digunakan sebagai sampel survei larva sesuai
merupakan salah satu provinsi yang
dengan ketentuan WHO, dimulai dari rumah
cenderung tinggi dalam angka kejadian DBD.
yang terdapat kasus DBD dan rumah-rumah di
Pada tahun 2009 angka insiden (Incidence
sekelilingnya. Survei larva nyamuk Ae. aegypti
Rate/IR) DBD per 100.000 penduduk sebesar
dan Ae. albopictus menggunakan metode
50,03 kasus, kemudian tahun 2010 meningkat
8 visual survey yaitu dengan mengamati ada
menjadi 86,53 kasus. Tahun 2011 angka
tidaknya larva nyamuk di semua tempat
insiden DBD per 100.000 penduduk Jawa
tampungan air (kontainer) di dalam dan di
Timur menurun drastis menjadi 13 kasus,
luar rumah.
namun tahun 2012 meningkat lagi menjadi
21,49 kasus. Upaya pengendalian penyakit Penentuan indeks larva, kepadatan vektor
DBD di Jawa Timur sudah dicanangkan oleh (density figure), dan key kontainer
pemerintah daerah melalui program Indeks larva nyamuk vektor DBD
dinyatakan dalam tiga jenis indeks yang

34
Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 8 No. 2, 2014 : 33 - 40

ditetapkan oleh WHO yaitu House Index (HI), HASIL


Container Index (CI), dan Breteau Index (BI). Indeks jentik di tiga Kabupaten/Kota di
Suatu daerah dikatakan berisiko tinggi Jawa Timur
terhadap penularan DBD apabila Container Hasil survei di tiga kelurahan di
6
Index ≥ 5% dan House Index ≥ 10% , dan Kabupaten Tulungagung secara keseluruhan
dikatakan berpotensi tinggi terhadap menunjukkan HI lebih dari standar WHO (HI >
penyebaran penyakit DBD apabila angka 10%) dengan rata-rata 33,38%, CI juga
Breteau Indeks lebih dari 50%.10 Angka Bebas menunjukkan hasil lebih dari standar WHO
Jentik (ABJ) adalah persentase rumah yang (CI > 5%) dengan rata-rata 26,67%,
tidak ditemui jentik, merupakan indikator sedangkan BI masih di bawah ambang standar
yang lebih banyak digunakan secara nasional WHO (BI < 50%) dengan rata-rata 36, 47%
(target ABJ ≥95%). (Gambar 1). Dari ketiga kelurahan di
Indeks larva dinyatakan dengan rumus Kabupaten Tulungagung, Kelurahan Bago
sebagai berikut:
6 menunjukkan indeks jentik paling tinggi
dengan density figure 6 berarti bahwa
Jumlah rumah positif kepadatan jentik di Kelurahan Bago termasuk
HI = x 100
Jumlah rumah diperiksa tinggi. Dua lokasi lainnya yaitu Kelurahan
Jumlah kontainer positif Kepatihan lokasi I dan II memiliki density
CI = x 100
Jumlah kontainer diperiksa figure 5 sehingga termasuk dalam kategori
Jumlah kontainer positif kepadatan sedang.
BI = x 100
Jumlah rumah diperiksa Hasil survei di Kelurahan Mulyoagung,
Jumlah rumah bebas jentik Kelurahan Kebonagung, dan Kelurahan
ABJ = x 100 Mangliawan, Kota Malang menujukkan nilai
Jumlah rumah diperiksa
rata-rata HI 27,58%, lebih tinggi dari standar
Kepadatan jentik (density figure) dihitung WHO, rata-rata CI 22,36% juga melebihi
berdasarkan nilai HI, CI, dan BI yang standar WHO. Akan tetapi nilai BI masih
dikategorikan menjadi kepadatan rendah, berada di kisaran standar WHO yaitu BI rata-
sedang dan tinggi menggunakan kriteria dari rata 31,90%. Tiga kelurahan yang disurvei
Queensland Government (2011). Kepadatan memiliki tingkat kepadatan vektor yang sama
larva dikategorikan sesuai dengan Tabel.1. yaitu termasuk dalam kategori sedang,
dengan density figure. 5
Tabel 1. Kriteria kepadatan larva Hasil survei jentik di Kota Kediri
berdasarkan indeks jentik memberikan gambaran rata-rata HI 32,51%
dan CI 16,55% sehingga telah melebihi
Density standar WHO. Rata-rata BI 35,91% masih di
HI CI BI Kategori
figure
dalam range standar WHO. Hasil survei per
1 1-3 1-2 1-4 rendah
2 4-7 3-5 5-9 sedang
kelurahan menunjukkan bahwa Kelurahan
3 8-17 6-9 10-19 sedang
Sukorejo, Kelurahan Bandar Lor, dan
4 18-28 10-14 20-34 sedang Kelurahan Doko memiliki kepadatan vektor
5 29-37 15-20 35-49 sedang sedang. Perbedaan terjadi pada Kelurahan
6 38-49 21-27 50-74 tinggi Mojoroto yang kepadatan vektornya termasuk
7 50-59 28-31 75-99 tinggi tinggi.
8 60-76 32-40 100-199 tinggi
9 77+ 41+ 200+ tinggi

Key container diidentifikasi dengan


mendata jenis-jenis kontainer yang paling
banyak positif jentik yang ditemukan di dalam
maupun di luar rumah.

35
Kepadatan Larva Nyamuk .................... (Arum Sih Joharina, Widiarti)

36
Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 8 No. 2, 2014 : 33 - 40

Gambar 1.A. House Indeks (HI); B. Container Index (CI); C. Breteau Index (BI);
dan D. Angka Bebas Jentik (ABJ) di 10 kelurahan di Kabupaten Tulungagung,
Kota Malang, dan Kota Kediri Provinsi Jawa Timur tahun 2014.

Penentuan key container


Berdasarkan hasil visual survei, kontainer bak mandi merupakan kontainer terbanyak
positif jentik. Jenis–jenis kontainer yang mengandung jentik di 10 kelurahan dinyatakan dalam
Gambar 2.

Gambar 2. Jenis penampungan air (kontainer) positif jentik


di 10 kelurahan di Jawa Timur

37
Kepadatan Larva Nyamuk .................... (Arum Sih Joharina, Widiarti)

PEMBAHASAN Januari-Februari. Curah hujan tinggi akan


Kabupaten Tulungagung, Kota Malang, meningkatkan breeding site nyamuk, terutama
dan Kota Kediri termasuk daerah endemis di lingkungan luar rumah sehingga dapat
DBD dari tahun 2003 sampai 2010, artinya meningkatkan kepadatannya.
setiap tahun selalu ada kasus DBD di daerah Temperatur dan kelembaban juga sangat
tersebut. Hasil penelitian di lokasi-lokasi mempengaruhi hidup nyamuk. Peningkatan
survei secara umum sudah memberikan temperatur dan kelembaban berkorelasi
gambaran bahwa kepadatan jentik sebagian positif dengan kasus DBD. Temperatur yang
besar lokasi termasuk kategori sedang, cenderung tinggi akan mempercepat stadium
bahkan terdapat dua lokasi termasuk kategori larva, serta mempercepat masa inkubasi
tinggi. Berdasarkan hal ini maka Kabupaten virus. Demikian pula kelembaban yang tinggi
Tulungagung, Kota Malang, dan Kota Kediri juga memperpanjang umur nyamuk sehingga
masih berpotensi terhadap terjadinya meningkatkan frekuensi menghisap darah. Isu
penularan DBD di periode waktu mendatang. adanya perubahan iklim global menyebabkan
Potensi penularan DBD dibuktikan dengan efek rumah kaca sehingga temperatur dan
adanya peningkatan kasus pada tahun 2012 di kelembaban udara meningkat.
Jawa Timur secara umum.
Komponen utama penularan virus Bak mandi sebagai key container
dengue di suatu daerah meliputi keberadaan Key container merupakan gambaran jenis
virus, host, dan vektor. Faktor pencetus utama tempat penampungan air yang paling
adalah adanya virus dengue. Penularan virus berperan sebagai tempat perkembangbiakan
dengue dari manusia sakit ke manusia lain nyamuk vektor DBD. Secara umum bak mandi
sangat dimungkinkan dengan makin tingginya merupakan kontainer paling disukai nyamuk
mobilitas penduduk. Pada daerah endemis untuk meletakkan telur. Hasil ini serupa
DBD peluang terjadinya penularan akan lebih dengan penelitian lain di Kecamatan Nginden,
tinggi, bahkan dapat menimbulkan Sukolilo, Surabaya yang dilakukan pada tahun
hiperendemisitas yaitu sirkulasi suatu 2008. Peran key container sebagai sasaran
serotipe virus yang sama secara terus dalam pengendalian vektor DBD telah
menerus pada suatu wilayah. Adanya dibuktikan oleh Maciel de Freitas dan
transmisi transovarial virus dari nyamuk ke L o u re n c ¸ o - d e - O l ive i ra ( 2 0 1 1 ) d a p a t
telurnya turut meningkatkan peluang menurunkan kepadatan nyamuk betina
penularan. Host atau inang utama virus secara drastis namun hanya untuk jangka
dengue di wilayah urban maupun rural adalah waktu yang pendek. Dengan mengetahui key
manusia. Laju pertumbuhan penduduk yang container diharapkan dapat membantu fokus
semakin pesat turut meningkatkan potensi pengendalian, terutama yang dilakukan oleh
penularan. Nyamuk Ae. aegypti sebagai vektor masyarakat sendiri.
utama sangat kosmopolitan serta habitatnya
sangat dekat dengan kehidupan manusia.
Pengendalian vektor di Kabupaten
Kepadatan vektor sangat dipengaruhi
Tulungagung, Kota Malang, dan Kota
oleh faktor lingkungan antara lain curah
Kediri
hujan. Jumlah kasus DBD per tahun di
Indonesia sejalan dengan fluktuasi curah Kabupaten Tulungagung, Kota Malang,
hujan secara global, begitu pula di Provinsi dan Kota Kediri merupakan daerah endemis
Jawa Timur. Hubungan antara curah hujan DBD sejak tahun 2003 – 2010, sehingga dapat
dengan kepadatan vektor DBD telah diteliti dijadikan indikator bahwa sirkulasi virus
oleh Yotopranoto dkk di sebuah kecamatan di dengue di daerah ini tergolong tinggi dan
Kota Surabaya. Hasilnya menyebutkan bahwa bukan tidak mungkin akan muncul kembali
terjadi peningkatan kepadatan dari bulan sebagai kejadian luar biasa. Dari ketiga
Januari ke Maret, sejalan dengan puncak komponen tersebut, pengendalian vektor
musim hujan di Surabaya yaitu pada bulan merupakan langkah yang paling efektif untuk

38
Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 8 No. 2, 2014 : 33 - 40

memutus rantai penularan. Program DAFTAR PUSTAKA


pengendalian yang telah diterapkan oleh 1. Organization, W.H. Dengue status in South East
pemerintah Provinsi Jawa Timur meliputi Asia Region : An epidemiological perspective.
peniadaan tempat bertelur nyamuk (dengan 2008.
3M Plus), pemberantasan nyamuk dewasa 2. Arboviruses, S.P., Informasi Umum Demam
dengan fogging, dan pelatihan jumantik Berdarah Dengue, 2011, Ditjen PP & PL:
sebagai salah satu penegakan surveilans Jakarta.
sebenarnya sudah mencakup segala aspek 3. Epidemiologi, P.D.d.S. Buletin Jendela
apabila diterapkan dangan konsisten. Epidemiologi. Demam Berdarah Dengue, ed. 2.
Kepadatan vektor dapat dijadikan indikator 2010. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.
keberhasilan program pemberantasan DBD, 4. Suwandono, A., et al., Four dengue virus
sehingga kepadatan vektor di 10 kelurahan serotypes found circulating during an
yang menjadi titik survei dalam penelitian ini outbreak of dengue fever and dengue
dapat menjadi indikator bahwa program haemorrhagic fever in Jakarta, Indonesia,
pengendalian di tingkat kelurahan tersebut during 2004. Trans R Soc Trop Med Hyg, 2006.
100(9), (855-862).
belum berhasil. Kemungkinan–kemungkinan
yang menjadi penyebabnya menjadi 5. G u b l e r, D . J . , D e n g u e a n d D e n g u e
Haemorrhagic Fever. Clinical Microbiology
keterbatasan yang belum diukur di penelitian
Reviews, 1998. 11(3), (480 - 496).
ini.
6. WHO, comprehensive guidelines for
prevention and control of dengue and dengue
KESIMPULAN haemorrhagic fever. revised and expanded
Delapan lokasi survei di Kabupaten edition, 2011, SEARO Thecnical Publication:
Tulungagung, Kota Malang, dan Kota Kediri di India.
Provinsi Jawa Timur memiliki kepadatan larva 7. Dinkes-Jatim, Profil Kesehatan Provinsi Jawa
kategori sedang, sedangkan dua lokasi yaitu Timur Tahun 2012, 2012, Dinas Kesehatan
Kelurahan Bago (Kabupaten Tulungagung) Provinsi Jawa Timur: Surabaya.
dan Kelurahan Mojoroto (Kota Kediri) 8. Dinkes-Jatim, Profil Kesehatan Provinsi Jawa
memiliki kepadatan jentik kategori tinggi. Timur Tahun 2010, 2010, Dinas Kesehatan
Seluruh lokasi survei masih berpotensi Provinsi Jawa Timur: Surabaya.
terhadap terjadinya penularan Demam 9. Zuhriyah, Habibie, and Baskoro, The Key
Berdarah Dengue. Bak mandi merupakan key Container of Aedes aegypti in Rural and Urban
container tempat perkembangbiakan nyamuk Malang, East Java, Indonesia Health and the
Environment Journal, 2012. 3(3).
vektor DBD di tiga kabupaten.
10. Zulkarnaini, Y.I. Siregar, and Dameria,
Hubungan Kondisi Sanitasi Lingkungan
SARAN Rumah Tangga dengan Keberadaan Jentik
Bak mandi merupakan key container Vektor Dengue di Daerah Rawan Demam
tempat perkembangbiakan nyamuk vektor Berdarah Dengue di Kota Dumai Tahun 2008.
DBD di tiga kabupaten sehingga dapat Journal of Environmental Science, 2009. 2(3).
dijadikan fokus pengendalian untuk jangka 11. Ariva, L. and K. Oginawati Identifikasi Density
pendek. Figure dan Pengendalian Vektor Demam
Berdarah pada Kelurahan Cicadas Bandung.
2011.
UCAPAN TERIMA KASIH
12. Rohani, N., et al., persistency of transovarial
Ucapan terima kasih penulis haturkan dengue virus in Aedes aegypti (Linn).
kepada Dinkes Kabupaten Tulungagung, Southeast Asian J Trop Med Public Health,
Dinkes Kota Malang, dan Dinkes Kota Kediri, 2008. 39(5).
serta kepada para teknisi lapangan B2P2VRP 13. Yotopranoto, S., et al., The Fluctuation of Aedes
yang terlibat dalam survei larva. Aegypti in Endemic Area of Dengue
Hemorrhagic Fever in Surabaya City,

39
Kepadatan Larva Nyamuk .................... (Arum Sih Joharina, Widiarti)

Indonesia. Journal of Indonesian Tropical and Statistika Fakultas MIPA2011, ITS: Surabaya.
Infectious Disease, 2010. 1(2). 15. Maciel-de-Freitas, R. and R. Lourenc¸o-de-
14. Yussanti, N., M. Salamah, and H. Kuswanto, Oliveira, Does targeting key-containers
Pemodelan Wabah Demam Berdarah Dengue effectively reduce Aedes aegypti population
(DBD) Di Jawa Timur Berdasarkan Faktor density? Tropical Medicine and International
Iklim dan Sosio-ekonomi Dengan Pendekatan Health, 2011. 6(8).
Regresi Panel Semiparametrik, dalam Jurusan

40

You might also like