Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Jurnal Nisbah Volume 1 Nomor 2 2015 74

PENGARUH FAKTOR INTERNAL BANK DAN MAKRO EKONOMI TERHADAP NON


PERFORMING FINANCING PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA: PERIODE
2010:01 – 2014:04

THE INFLUENCE OF INTERNAL FACTORS AND MACROECONOMIC ON NON


PERFORMING FINANCING OF INDONESIAN ISLAMIC BANK IN 2010:01 – 2014:04

Haifa1a Dedi Wibowo2b


1a Program Studi Timur Tengah dan Islam, Pascasarjana Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya No. 4
Salemba Raya Kode Pos 10440
2b Program Studi Timur Tengah dan Islam, Pascasarjana Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya No. 4
Salemba Raya Kode Pos 10440
E-mail: 1a haifa_ganiem@yahoo.com, 2bbowo15101971@yahoo.com

(Diterima oleh Dewan Redaksi: Agustus)


(Dipublikasikan oleh Dewan Redaksi: Desember)

ABSTRAC

The purpose of this research is to obtain the internal factors (Capital Adequacy Ratio,
Financing to Deposit Ratio, Growth Funding and Allocation Ratio A gainst Murabahah
Financing on Profit Loss Sharing) and Macro Economics (Inflation and Rupiah A gainst
Dollar) the influence of macroeconomics (inflation and rupiah against dollar) on non
performing financing islamic bank in Indonesia. The research obtained from combining
Islamic bank data, Islamic businnes units stats of syariah bank and monetary indicators
which published by bank of Indonesia during January 2010 to April 2014. From the
analysis, the hipothesis by using ECM (Error Corection Model) results that the term of
leght financing to deposit ratio, ratio allocation against Murabahah financing on profit
loss sharing, inflation and rupiah against dollar effect the non performig financing
islamic bank in Indonesia. Meanwhile, in the short term the financing to deposit ratio, ratio
allocation against Murabahah financing on profit loss sharing, non performing financing was
influencig on Islamic bank in Indonesia.

Keywords: Risk, Financing, Non Performing Financing, Macro Economics, Islamic Banking,
Error Correction Model.

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh faktor internal (Capital Adequancy
Ratio, Financing to Deposit Ratio, Pertumbuhan Pembiayaan dan Rasio Alokasi
Pembiayaan Murabahah Terhadap Pembiayaan Profit Loss Sharing) dan Makro Ekonomi
(Inflasi dan Kurs Rupiah Terhadap Dolar) terhadap Non Performing Financing
perbankan syariah di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data gabungan bank
umum syariah dan unit usaha syariah dari statistik perbankan syariah dan indikator
moneter yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia periode Januari 2010 sampai April
2014. Hasil analisis data dengan menggunakan metode ECM (Error Correction Model)
menyebutkan bahwa dalam jangka panjang Financing to Deposit Ratio berpengaruh
positif terhadap Non Performing Financing, Rasio Alokasi Pembiayaan Murabahah
Terhadap Pembiayaan Profit Loss Sharing berpengaruh negatif terhadap Non
Performing Financing, Inflasi berpengaruh negatif terhadap Non Performing Financing
Jurnal Nisbah Volume 1 Nomor 2 2015 75

dan Kurs Rupiah Terhadap Dolar berpengaruh positif terhadap Non Performing
Financing perbankan syariah di Indonesia. Dalam jangka pendek Financing to Deposit
Ratio berpengaruh positif terhadap Non Performing Financing dan Rasio Alokasi
Pembiayaan Murabahah Terhadap Pembiayaan Profit Loss Sharing berpengaruh negatif
terhadap Non Performing Financing perbankan syariah di Indonesia.
Haifa. 2015. Pengaruh Faktor Internal Bank dan Makro Ekonomi Terhadap Non
Performing Rasio Financing Perbankan Syariah di Indonesia: Periode 2010:01-2014:04 .
Jurnal Nisbah(2): 74 –87.
PENDAHULUAN Berdasarkan laporan perkembangan
keuangan syariah 2013 yang dikeluarkan
Pertumbuhan jumlah pembiayaan
oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
yang non performing dalam setahun
dikatakan bahwa dari segi pengelolaan
terakhir mencapai 47,7% (yoy), lebih
risiko, risiko kredit yang dihadapi BUS
tinggi dari tahun 2012 sebesar 26,3%.
dan UUS pada tahun 2013 diperkirakan
Pertumbuhan pembiayaan non
relatif meningkat dibandingkan tahun
performing tersebut melebihi
sebelumnya, meskipun pangsa
pertumbuhan pembiayaan sehingga rasio
pembiayaan non performing kurang dari
NPF (gross) BUS dan UUS meningkat dari
5% atau masih dalam batas yang
2,2% pada tahun 2012 menjadi 2,6%
terkendali, namun pertumbuhannya yang
pada tahun 2013 (Grafik 1) sementara
cukup signifikan perlu diperhatikan dan
pada BPRS, pertumbuhan pembiayaan
dimitigasi lebih lanjut dalam kerangka
non performing pada periode 2013
manajemen risiko yang lebih
mencapai 32,0% (yoy), atau melebihi
komprehensif.
pertumbuhan pembiayaan BPRS dalam
Terdapat tiga faktor utama yang
periode yang sama. Dengan demikian,
menyebabkan terjadinya NPF pada sektor
sebagaimana pada BUS dan UUS, rasio
perbankan syariah yaitu faktor intern
NPF (gross) BPRS juga mengalami
bank, faktor intern debitur dan faktor
peningkatan dari 6.1% pada tahun 2012
ekstern diluar bank maupun debitur.
menjadi 6.5% pada tahun 2013. Rasio
Ditinjau dari sisi intern bank, kelemahan
NPF BPRS tersebut lebih tinggi
pengelola pembiayaan di bank dan
dibandingkan rasio Non Performing Loan
tekanan pihak ketiga, agresifitas bank
industri BPR secara nasional pada posisi
dalam menyalurkan pembiayaan,
yang sama (4,4%), akan tetapi masih
lemahnya sistem pengawasan, campur
berada pada posisi yang relatif baik bila
tangan yang berlebihan dari para
dibandingkan kriteria kualitas aset
pemegang saham, jaminan yang tidak
maksimal 7% pada penilaian tingkat
memadai dan tidak mengcover
kesehatan BPRS yang tergolong sehat
pembiayaan (Sutojo, 2000), over dalam
(LPKS, 2013).
agunan, over atau underfinancing,
pembiayaan fiktif (Suhardjono, 2003),
itikad kurang baik pemilik bank,
pengurus atau pegawai bank
(Tangkilisan, 2003), bank tidak dapat
mengandalkan sarana-sarana contract
enforcement yang disediakan oleh hukum
(Tangkilisan, 2003).
Grafik 1 Perkembangan NPF BUS dan UUS
Periode 2010 - 2013 Dari sisi kelayakan debitur faktor
Sumber: Laporan Perkembangan Keuangan penyebab terjadinya pembiayaan
Syariah OJK, 2013 bermasalah di bank adalah
Jurnal Nisbah Volume 1 Nomor 2 2015 76

mismanagement, kurangnya pengetahuan kecukupan modal (CAR), financing to


dan pengalaman pemilik usaha dan fraud deposit ratio (FDR), pertumbuhan
(Sutojo, 2000), faktor keuangan, pembiayaan (FING), dan alokasi
manajemen, operasional (Suhardjono, pembiayaan murabahah terhadap alokasi
2003), pemanfaatan iklim persaingan pembiayaan bagi hasil (RF), dan faktor
perbankan yang tidak sehat oleh debitur ekstern/kondisi makro ekonomi yang
(Tangkilisan, 2003). Penelitian Hadad dkk diwakilkan oleh variabel inflasi dan kurs
(2003) menyebutkan ada tiga variabel rupiah terhadap dolar.
yang dapat digunakan untuk menilai atau Berdasarkan fokus penelitian di atas
mengukur kemungkinan pailit tidaknya apat dikembangkan sebuah model
sebuah perusahaan, yaitu dari sisi hubungan diantara variabel-variabel yang
likuiditas, profitabilitas, dan mempengaruhi terjadinya NPF, sebagai
solvabilitasnya (Hermawan, 2005), berikut :
sedangkan faktor ekstern bank dan 1. Rasio kecukupan modal (CAR)
debitur yang dapat mempengaruhi CAR adalah perbandingan antara modal
kemungkinan terjadinya NPF adalah sebuah bank terhadap assetnya (yang
penurunan kondisi ekonomi moneter dibobot berdasarkan resikonya).
negara, usaha, bencana alam, peraturan CAR yang tinggi mengindikasikan
pemerintah, peraturan lainnya dimana besarnya modal yang dimiliki perbankan
bersifat membatasi yang berdampak syariah yang dapat digunakan untuk
besar pada situasi keuangan dan menanggung risiko kerugian perbankan
operasional serta manajemen nasabah salah satunya risiko kredit dan untuk
(Sutojo, 2000), resesi, devaluasi, inflasi, mengantisipasi terjadinya kerugian-
deflasi dan kebijakan moneter lainnya, kerugian yang tidak diinginkan dengan
meningkatnya tingkat suku bunga margin yang cukup sehingga lembaga
pinjaman (Suhardjono, 2003), perubahan keuangan yang bersangkutan dapat terus
kebijaksanaan pemerintah di sektor riil beroperasi.
yang meliputi melemahnya kurs nilai Untuk dapat memastikan bahwa bank
tukar mata uang nasional terhadap mata dapat menyerap kerugian yang timbul,
uang asing (Sutojo, 2000), risiko kredit maka bank harus menjamin bahwa
yang meliputi risiko usaha, geografis, kecukupan modal minimum atau rasio
keamanan, politik, risiko ketidakpastian, permodalan minimum yang dimiliki oleh
persaingan (Firdaus dan Aryanti, 2003). bank harus sesuai dengan yang telah
ditetapkan oleh Bank Indonesia, yaitu
MATERI DAN METODE sebesar 8%.
Berdasarkan peraturan tersebut maka
Tinjauan Teoritis bank yang memiliki tingkat rasio
Non Performing Financing/NPF kecukupan modal yang tinggi akan
merupakan salah satu tolak ukur semakin mampu dalam memenuhi
kesehatan suatu bank yang dinilai pembiayaan dari aktiva yang
dari lancar-tidaknya pengembalian mengandung risiko, karena CAR juga
pembiayaan/investasi yang disalurkan. berfungsi sebagai dasar untuk
Secara spesifik ada tiga faktor utama yang menetapkan batas maksimum pemberian
menyebabkan terjadinya NPF pada sektor pembiayaan maka semakin besar kualitas
perbankan syariah yaitu faktor intern aktiva produktif juga akan berakibat
bank, faktor intern debitur dan faktor kepada menurunnya tingkat NPF.
ekstern diluar bank maupun debitur. 2. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Penelitian ini difokuskan pada faktor FDR adalah perbandingan antara
intern bank yang diwakilkan oleh rasio pembiayaan yang diberikan oleh bank
Jurnal Nisbah Volume 1 Nomor 2 2015 77

dengan dana pihak ketiga yang berhasil bisa ditentukan dan dipastikan, serta
dikerahkan oleh bank. Sehingga semakin menjauhi ketidakpastian dan
tinggi FDR suatu bank, berarti dana pihak meminimalisasi risiko yang ada pada
ketiga terserap semua ke pembiayaan. sistem bagi hasil. Kedua, dari sisi nasabah,
Pembiayaan yang tinggi lambat laun murabahah tidak memungkinkan bank
dapat menurunkan kualitas dari syariah untuk mencampuri manajemen
pembiayaan tersebut. Dari segi kuantitas bisnis. Jika preferensi bank syariah dalam
semakin banyak pembiayaan yang memilih murabahah yang berisiko
dikeluarkan maka, risiko pembiayaan rendah, dibandingkan alokasi
bermasalah/NPF menjadi lebih besar. pembiayaan berisiko tinggi diikuti dengan
Jadi, semakin tinggi FDR semakin tinggi analisis prudensial, maka variabel ini
pula NPF. Demikian pula sebaliknya. dapat berpengaruh untuk menekan rasio
NPF.
3. Pertumbuhan pembiayaan (FING )
5. Inflasi
Pertumbuhan pembiayaan (FING) Inflasi dapat berpengaruh terhadap
adalah proses kenaikan nominal pembiayaan bermasalah, inflasi yang
pembiayaan perbankan syariah yang terus tinggi dan tidak stabil memberikan
menerus dalam jangka panjang. dampak negatif kepada kondisi sosial
Pertumbuhan pembiayaan pada perbankan ekonomi masyarakat. Inflasi yang tinggi
syariah (FING) dihitung dengan cara berikut akan menyebabkan menurunnya
: pendapatan riil masyarakat sehingga
FING : x 100% standar hidup masyarakat juga turun.
Sipahutar (2007) menyatakan, sebagai Dengan meningkatnya inflasi maka akan
lembaga finansial, peranan perbankan mengakibatkan kemampuan nasabah
memang sangat strategis. Bank adalah dalam membayar cicilan nasabah juga
motor penggerak perekonomian. akan terganggu (Rahmawulan, 2008).
Perbankan yang mempunyai jumlah
pinjaman lebih besar dapat menyebabkan 6. Kurs rupiah terhadap dolar
potensi tingginya risiko kredit yang harus Menurut Mutamimah (2013) apabila
ditanggung. semakin tinggi nilai tukar rupiah
terhadap dollar Amerika (mata uang
4. Alokasi pembiayaan murabahah domestik nilainya turun terhadap mata
terhadap alokasi pembiayaan bagi uang asing) maka debitur ataupun
hasil (RF) perusahaan yang bergerak dalam bidang
Pembiayaan murabahah dinilai importir akan terkena dampak dari
berisiko lebih rendah dan memiliki perubahan nilai tukar tersebut dan sangat
ekspektasi return yang lebih tepat berpengaruh pada kelancaran usaha
dibandingkan dengan musyarakah dan nasabah apabila usaha tersebut
mudharabah (Wiliasih, 2005). Hal dijalankan menggunakan bahan impor.
tersebut menyebabkan akad murabahah Hal ini akan mempengaruhi tingginya
menjadi dominan dalam portofolio bank tingkat pembiayaan bermasalah di
syariah. Sedangkan, menurut Syamsudin perbankan syariah dalam jangka panjang
(2008), ada beberapa alasan akad
murabahah popular dalam operasi Metode Penelitian
perbankan syariah, yaitu pertama, dari Metode analisis untuk menjawab
sisi bank syariah, murabahah merupakan pertanyaan penelitian ini menggunakan
investasi jangka pendek yang mudah dan pendekatan Error Correction Model (ECM)
likuid, benefit yang berasal dari margin untuk melihat ada tidaknya
Jurnal Nisbah Volume 1 Nomor 2 2015 78

keseimbangan antara jangka pendek dan makro ekonomi (Inflasi dan Kurs)
dengan jangka panjang dan terhadap Non Performing Financing (NPF)
menginterpretasikan analisis pengaruh Perbankan Syariah. Model ekonometri
variabel dalam jangka pendek. Sedangkan yang digunakan yaitu model pada
analisis untuk hubungan jangka panjang persamaan yaitu :
ditemukan dari pendekatan hasil regresi NPF_BS = β0 + β1 CAR_BS + β2FDR_BS +
Ordinary Least Square (OLS Kointegrasi). β3FING_BS + β4RF_BS + β5 INFLASI +
Sampel time series yang digunakan dalam β6Ln_Kurs + е
penelitian ini adalah Data Gabungan Bank Model ini diestimasi dengan
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah meggunakan pendekatan Error Correction
yang diambil dari Statistik Perbankan Model (ECM). Dari hasil analisis data,
Syariah BI periode Januari 2010 – April ditemukan hubungan jangka pendek dan
2014. Semua data yang dibutuhkan dalam hubungan jangka panjang.
penelitian ini diambil dari laporan
keuangan publikasi BI. 1. Capital Adequancy Ratio (CAR)
Model awal yang akan digunakan Ho1 : Rasio Kecukupan Modal (CAR)
dalam penelitian ini adalah sebagai tidak berpengaruh terhadap Rasio
berikut: Non
NPF = β0 + β1CAR + β2FDR + β3FING + Performing Financing Perbankan
β4RF + β5INFLASI + β6LN_KURS + e Syariah Indonesia
Dimana : Bank yang memiliki rasio kecukupan
NPF :Non Performing Financing modal yang lebih tinggi cenderung
Perbankan Syariah dikelola secara lebih baik. Artinya, CAR
CAR : Capital Adequacy Ratio merupakan faktor kunci yang
(Jumlah modal/Aktiva menentukan apakah moral hazard dapat
tertimbang menurut dihindari atau tidak. Makin tinggi CAR,
risiko) makin rendah terjadinya kecenderungan
FDR : Rasio Perbandingan pemilik bank menyalah gunakan bank
antara pembiayaan yang (Sugema,2003 dalam Hermawan, 2005)
diberikan oleh bank Berdasarkan ouput regresi yang
dengan dana pihak ketiga dirangkum dalam Tabel 1, diketahui
FING : Pertumbuhan pembiayaan bahwa dalam jangka pendek dan jangka
pada perbankan syariah panjang CAR tidak signifikan
RF : Rasio Piutang Murabahah berpengaruh terhadap NPF Perbankan
terhadap Pembiayaan Profit Syariah.
Loss Sharing
INFLASI : Inflasi Tabel 1. Hasil Regresi CAR terhadap NPF
Ln_KURS : Logaritman Natural dari Pengaruh Koefisien Prob Kesimpulan
Terhadap
nilai tukar rupiah terhadap NPF
US$ Jangka - 0.8850 Tidak
E : error term Pendek 0.003591 Signifikan
Jangka 0.014825 0.5936 Tidak
HASIL DAN PEMBAHASAN Panjang Signifikan
Sumber : Diolah dari hasil penelitian
Analisis Faktor Yang Mempengaruhi
Non Performing Financing Perbankan Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa
Syariah dalam jangka pendek dan jangka panjang
Model ekonometri yang digunakan nilai probabilitas masing-masing sebesar
untuk melihat ada tidaknya pengaruh 0.8850 dan 0.5936 nilai tersebut lebih
faktor internal (CAR, FDR, FING, dan RF) dari 0.05 Dengan demikian Ho1 diterima
Jurnal Nisbah Volume 1 Nomor 2 2015 79

sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam dana yang tersedia di sektor perbankan
jangka pendek dan jangka panjang CAR dapat digunakan secara maksimal dalam
tidak signifikan berpengaruh terhadap bentuk kredit sebagai asset yang
NPF. dianggap paling produktif. FDR
Hasil penelitian ini mengindikasikan merupakan perbandingan antara total
bahwa peningkatan atau penurunan CAR jumlah pembiayaan yang disalurkan
selama periode penelitian tidak akan dibandingkan dengan total dana pihak
mempengaruhi NPF. Semakin besar CAR ketiga. FDR yang tinggi berarti adanya
maka semakin tinggi kemampuan penyaluran kredit yang tinggi pula.
permodalan bank dalam menjaga Dengan demikian risiko terjadinya NPF
kemungkinan timbulnya risiko kerugian tinggi pula. Jadi semakin tinggi FDR maka
kegiatan usahanya namun belum tentu semakin tinggi pula NPF. Demikian pula
secara nyata berpengaruh terhadap sebaliknya. Sehingga bila terjadi NPF,
peningkatan NPF perbankan syariah. Di bank harus menanggung beban kerugian
sisi lain, CAR perbankan syariah yang dan pada akhirnya dibutuhkan modal
tinggi dapat mengurangi kemampuan untuk menutup kerugian tersebut.
bank dalam melakukan ekspansi Berdasarkan ouput regresi yang
usahanya seperti penyaluran kredit dirangkum dalam Tabel 2, diketahui
karena semakin besarnya cadangan bahwa dalam jangka pendek dan jangka
modal yang digunakan untuk menutupi panjang FDR berkorelasi positif dan
risiko kerugian. Rata - rata CAR signifikan terhadap NPF Perbankan
perbankan syariah pada periode Januari Syariah.
2010 – April 2014 berada pada kisaran
yang cukup tinggi yakni 15.10%, jauh Tabel 2. Hasil Regresi FDR terhadap NPF
diatas ketentuan minimal yang Pengaruh Koefisien Prob Kesimpulan
Terhadap
disyaratkan oleh Bank Indonesia sebesar NPF
8%. Jangka 0.045996 0.0024 Positif
Tingginya CAR mengindikasikan Pendek Signifikan
adanya sumber daya finansial (modal) Jangka 0.053506 0.0006 Positif
yang idle. Tingginya nilai CAR mungkin Panjang Signifikan
Sumber : Diolah dari hasil penelitian
disebabkan oleh sebagian besar dana
yang telah diperoleh dari aktivitas
perbankan dialokasikan pada cadangan Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa
minimum bank atau digunakan untuk dalam jangka pendek dan jangka panjang
menutupi potensi kerugian yang nilai probabilitas masing-masing sebesar
diakibatkan oleh kegiatan aktivitas bank 0.0024 dan 0.0006 nilai tersebut kurang
seperti pembiayaan bermasalah. dari 0.05 Dengan demikian Ho2 ditolak,
sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam
2. Financing To Deposit Ratio (FDR) jangka pendek dan jangka panjang FDR
Ho2 : Financing to Deposit Ratio signifikan berpengaruh terhadap NPF.
(FDR) tidak berpengaruh terhadap Sedangkan arah koefisien variabel FDR
rasio Non Performing Financing dalam jangka pendek (DFDR) dan jangka
Perbankan Syariah Indonea panjang searah dan bernilai positif, di
mana kenaikan 1% dari FDR
Dengan nilai FDR yang tinggi namun meningkatkan 0.054% NPF pada
masih dalam batas nilai optimum yaitu keseimbangan jangka panjang dan
rata-rata sebesar 97,24% di mana sesuai peningkatan 1% dari perubahan FDR
ketentuan Bank Indonesia dianggap periode sebelumnya, mengakibatkan
sehat, menunjukkan bahwa dari jumlah perubahan rasio NPF jangka pendek
sebesar 0.046%.
Jurnal Nisbah Volume 1 Nomor 2 2015 80

Financing To Deposit Ratio (FDR) tidak signifikan berpengaruh terhadap


merupakan perbandingan total NPF.
pembiayaan yang diberikan dibandingkan Perubahan (kenaikan dan penurunan)
dengan total dana pihak ketiga. Semakin pada penyaluran pembiayaan secara
tinggi FDR maka semakin baik pula nyata tidak akan mempengaruhi NPF
dampaknya dalam menggerakan roda pada perbankan syariah. Hal ini terjadi
ekonomi nasional karena FDR dapat karena nilai NPF pada periode penelitian
mendongkrak laju pertumbuhan Januari 2010 – Mei 2014 berkisar antara
ekonomi. Mustahil perekonomian bisa nilai 2.2% - 4.7%. Meskipun NPF
maju jika tidak didukung oleh menunjukkan nilai yang cukup tinggi
keterlibatan penuh dari dunia perbankan. (hampir mendekati 5%) namun
Tingginya FDR berarti adanya penyaluran perbankan syariah memiliki Capital
pembiayaan yang tinggi pula. Namun, Adequacy Ratio (CAR) yang cukup tinggi
hasil penelitian mengindikasikan bahwa dan jauh dari batas minimum yang
pembiayaan yang disalurkan perbankan ditetapkan oleh Bank Indonesia. Sehingga
syariah kepada setiap nasabahnya, CAR tersebut masih dapat membantu
berkualitas buruk, sehingga ekspansi mengcover risiko pembiayaan yang
pembiayaan yang dilakukan perbankan diakibatkan oleh pembiayaan
syariah dapat meningkatkan rasio bermasalah. Oleh karena itu
NPFnya. pertumbuhan pembiayaan secara nyata
tidak mengakibatkan
3. Financing Growth / Pertumbuhan menurun/meningkatnya NPF dan
Pembiayaan (FING) demikian pula sebaliknya.
Ho3 : Pertumbuhan Pembiayaan 4. Rasio Alokasi Pembiayaan
(FING) tidak berpengaruh terhadap Murabahah Terhadap Pembiayaan
Rasio Non Performing Financing Profit Loss Sharing (RF)
Perbankan Syariah Indonesia
Berdasarkan ouput regresi yang Ho4 : Alokasi Pembiayaan
dirangkum dalam Tabel 3, diketahui Murabahah terhadap Alokasi
bahwa dalam jangka pendek dan jangka Pembiayaan Bagi Hasil (RF) tidak
panjang FING tidak signifikan berpengaruh terhadap Rasio Non
berpengaruh terhadap NPF Perbankan Performing Financing Perbankan
Syariah. Syariah Indonesia
Berdasarkan ouput regresi yang
Tabel 3. Hasil Regresi FING terhadap NPF dirangkum dalam Tabel 4, diketahui
Pengaruh Koefisien Prob Kesimpulan bahwa dalam jangka pendek dan jangka
Terhadap panjang RF berkorelasi positif dan
NPF signifikan terhadap NPF Perbankan
Jangka - 0.0941 Tidak
Pendek 0.008070 Signifikan
Syariah.
Jangka 0.006458 0.2875 Tidak
Panjang Signifikan Tabel 4. Hasil Regresi RF terhadap NPF
Sumber : Diolah dari hasil penelitian Pengaruh Koefisien Prob Kesimpulan
Terhadap
NPF
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa Jangka - 0.0321 Negatif
dalam jangka pendek dan jangka panjang Pendek 0.016980 Signifikan
nilai probabilitas masing-masing sebesar Jangka - 0.0000 Negatif
0.0941 dan 0.2875 nilai tersebut lebih Panjang 0.030026 Signifikan
dari 0.05. Dengan demikian Ho3 diterima, Sumber : Diolah dari hasil penelitian
sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam
jangka pendek dan jangka panjang FING
Jurnal Nisbah Volume 1 Nomor 2 2015 81

Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa likuiditas dalam akad ini relatif dapat
dalam jangka pendek dan jangka panjang dikelola. Selain itu, dengan menerapkan
nilai probabilitas masing-masing sebesar akad murabahah, juga membuat bank
0.0321 dan 0.0000 nilai tersebut kurang dapat memprediksi bagi hasil yang
dari 0.05. Dengan demikian Ho4 ditolak diberikan untuk simpanan. Kedua,
sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam murabahah masih menjadi tren karena
jangka pendek dan jangka panjang RF sederhana dan tidak asing terutama bagi
signifikan berpengaruh terhadap NPF, yang sudah biasa berinteraksi dengan
sedangkan arah koefisien variabel RF bank konvensional. Apalagi sumber daya
dalam jangka pendek (DRF) dan jangka internal bank syariah kebanyakan berasal
panjang searah dan bernilai negatif, dari karyawan yang sebelumnya pernah
dimana kenaikan 1% dari RF bekerja di konvensional (Bariyah, 2006).
menurunkan 0.030% NPF pada Dalam jangka pendek kita ketahui
keseimbangan jangka panjang dan bahwa alokasi piutang murabahah
peningkatan 1% dari perubahan RF terhadap profit loss sharing (RF) memiliki
periode sebelumnya, mengakibatkan hubungan negatif signifikan artinya.
perubahan rasio NPF jangka pendek Peningkatan perubahan rasio
turun sebesar 0.017%. pembiayaan murabahah per pembiayaan
Koefisien negatif dalam variabel RF profit loss sharing akan berdampak pada
pada jangka panjang dan pendek sesuai penurunan rasio NPF.
dengan hipotesis penelitian yang diajukan Signifikansi variabel RF dalam jangka
oleh Wiliasih (2005), di mana preferensi panjang dan jangka pendek menunjukkan
dari pihak manajemen yang menilai adanya keseimbangan baik dalam jangka
bahwa risiko murabahah lebih kecil. Skim pendek dan jangka panjang. Namun,
murabahah juga membuat return yang kontribusi murabahah dalam
diperoleh di masa depan lebih dapat menurunkan tingkat risiko pembiayaan
diekspektasikan, sehingga membuat level tidak selamanya efektif, karena risiko
NPF menjadi lebih kecil. pasti selalu ada. Hal tersebut didukung
Setidaknya, selain karena tingkat oleh penelitian Wiliasih (2005), yang
risiko yang rendah pada skim murabahah, mengatakan bahwa non performing
ada dua hal yang juga mendukung tren financing dalam pembiayaan murabahah
murabahah dalam bank syariah. Pertama, juga banyak terjadi. Wiliasih mengambil
tren murabahah didukung karena sumber contoh dalam laporan keuangan BSM
pendanaan banyak berasal dari jangka tahun 2004, 2,75% pembiayaan
pendek, seperti giro dan deposito 1 bulan. murabahah mengalami kemacetan. Lebih
Jika bank syariah memaksa untuk lanjut lagi, Wiliasih (2005) juga
mengalokasikan pembiayaan pada jangka mengatakan bahwa penyebab non
panjang, maka hal tersebut dapat performing financing bukan sepenuhnya
menyebabkan risiko mismatch atau karena pembiayaan mudharabah dan
kesenjangan antara jatuh tempo musyarakah, namun juga pembiayaan
pembiayaan dengan sumber pendanaan, yang semestinya low risk seperti
yang pada akhirnya berpengaruh pada murabahah.
likuiditas (Ismal, 2011). Masih Menurut Wiliasih (2005) Ada 2 hal
dominannya sumber DPK jangka pendek, yang dapat menjelaskan mengapa
membuat bank berhati-hati dalam murabahah yang memiliki risiko rendah
memutuskan kebijakan pembiayaan yang menyebabkan terjadi macet untuk
diambil. Murabahah banyak diterapkan murabahah: (1) kesalahan bank
dalam pembiayaan jangka pendek (Khan melakukan assessment terhadap calon
dan ahmed, 2011), sehingga risiko debitur, kesalahan dalam melakukan
Jurnal Nisbah Volume 1 Nomor 2 2015 82

assessment terhadap calon debitur ini dipastikan Non Performing Financing


dimungkinkan karena bank syariah (NPF) bank syariah akan meningkat.
belum memiliki sistem khusus dalam Ouput regresi yang dirangkum dalam
menilai kelayakan calon nasabah. Belum Tabel 5, diketahui Inflasi berkorelasi
adanya kredit biro di Indonesia semakin negatif dan signifikan dalam jangka
memperburuk situasi ini. Karena dalam panjang berpengaruh terhadap NPF
mengatasi hal ini, keberadaan pusat Perbankan Syariah. Sedangkan, dalam
informasi yang menyediakan list debitur jangka pendek inflasi tidak signifikan
yang tidak bertanggung jawab sangat berpengaruh terhadap NPF Perbankan
dibutuhkan, sehingga tidak terjadi kasus Syariah.
debitur yang ditolak di konvensional, lari
ke bank syariah. Adanya sistem rating Tabel 5. Hasil Regresi Inflasi terhadap NPF
dalam proses screening calon nasabah Pengaruh Koefisien Prob Kesimpulan
Terhadap
mungkin bisa menghasilkan penilaian NPF
yang lebih tepat. (2) bank kurang Jangka - 0.2430 Tidak
melakukan monitoring khususnya kepada Pendek 0.076796 Signifikan
nasabah murabahah. Fokus kepada Jangka - 0.0235 Negatif
nasabah mudharabah dan musyarakah Panjang 0.102790 Signifikan
Sumber : Diolah dari hasil penelitian
bisa jadi menyebabkan bank jadi kurang
melakukan pengawasan dan monitoring
yang lebih intensif terhadap pembiayaan Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa
murabahah. Kelalaian dalam melakukan dalam jangka panjang diperoleh nilai
monitoring bisa menyebabkan terjadinya probabilitas 0.0235 nilai tersebut kurang
moral hazard di sisi nasabah, misalnya dari 0.05. Dengan demikian Ho5 ditolak
nasabah menjadi malas membayar cicilan. sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam
jangka panjang Inflasi signifikan
5. Inflasi berpengaruh terhadap NPF. Sedangkan
Ho5 : Inflasi tidak berpengaruh arah koefisien variabel inflasi dalam
terhadap Non Performing Financing jangka panjang searah dan bernilai
Perbankan Syariah Indonesia negatif, dimana kenaikan 1% dari inflasi
Seorang debitur masih sanggup untuk menurunkan 0.10% NPF pada
membayar angsuran kreditnya sebelum keseimbangan jangka panjang. Sedangkan
inflasi meningkat, namun setelah inflasi dalam jangka pendek diperoleh nilai
terjadi, harga-harga mengalami probabilitas sebesar 0.2430 nilai tersebut
peningkatan yang cukup tinggi, lebih dari 0.05. Dengan demikian Ho5
sedangkan penghasilan debitur tersebut diterima, sehingga dapat disimpulkan
tidak mengalami peningkatan, maka bahwa dalam jangka pendek perubahan
kemampuan debitur tersebut dalam inflasi periode sebelumnya tidak
membayar angsurannya menjadi berpengaruh terhadap perubahan NPF
melemah sebab sebagian besar atau periode saat ini.
bahkan seluruh penghasilannya sudah Koefisien Inflasi negatif signifikan
digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam hasil regresi jangka panjang.
rumah tangga sebagai akibat dari harga- Interpretasinya, dalam hasil penelitian ini
harga yang meningkat. inflasi justru mengurangi terjadinya
Kondisi tersebut akan menyebabkan risiko pembiayaan bermasalah/NPF. Hal
debitur tidak dapat membayar angsuran itu terjadi, karena dua hal (1) konsep
kreditnya. Dan jika sebagian besar perbankan syariah yang berbeda dengan
debitur bank tidak dapat membayar perbankan konvensional, yang tidak
angsuran kreditnya maka dapat terpengaruh oleh suku bunga. pada
perbankan konvensional inflasi yang
Jurnal Nisbah Volume 1 Nomor 2 2015 83

tinggi justru akan lebih merugikan pada Mutamimah (2012) umumnya


pembiayaan bank konvensional, karena kesulitan yang dihadapi perbankan
inflasi akan mendorong bank adalah menentukan secara tepat
konvensional untuk menaikkan Suku bagaimana risiko kredit tersebut berubah
Bunga Dasar Kredit (SBDK). Saat SBDK bersamaan dengan perubahan situasi
naik dan margin murabahah stabil, makroekonomi serta berapa lama
nasabah pembiayaan akan memiliki opsi perubahan ekonomi makro tersebut,
untuk memilih pembiayaan konvensional dalam hal ini inflasi direspon oleh
dan pembiayaan syariah. Secara rasional, perbankan. Alasan lain adalah hal ini
nasabah akan lebih memilih pembiayaan mengindikasikan bahwa debitur merasa
syariah, sehingga akan menaikkan jumlah memiliki tanggung jawab atau komitmen
pembiayaan syariah yang juga faktor untuk memenuhi kewajibannya dalam hal
pembagi dalam rasio NPF. Sehingga, jika melunasi pinjamannya ke bank, sehingga
faktor pembagi ini semakin besar, dapat meskipun inflasi mengalami kenaikan,
membawa kepada level NPF yang lebih pembiayaan bermasalah pada bank
kecil. (2) Inflasi yang merupakan syariah tidak ikut mengalami kenaikan
peningkatan harga umum dalam suatu juga, selain itu adanya akad yang
perekonomian yang berlangsung terus melandasi perjanjian pembiayaan antara
menerus dari waktu ke waktu. shahibul maal dan mudharib yang bersifat
Pertumbuhan jumlah uang yang melebihi mengikat, sehingga meskipun kondisi
pertumbuhan sektor riil inilah yang makroekonomi mengalami penurunan
menyebabkan terjadinya inflasi karena dalam hal ini inflasi meningkat, mudharib
mengakibatkan daya beli uang selalu (debitur) tetap berkewajiban untuk
menurun, dan kecenderungan pemberian melunasi pinjamannya.
pinjaman secara berlebihan, padahal
disisi lain keadaan seperti ini 6. Kurs Rupiah Terhadap Dolar
mengakibatkan pengguna dana Ho6 : Kurs rupiah terhadap
mengalami kesulitan dalam dolar AS tidak berpengaruh terhadap
pengembalian dana. Sehingga bank Non Performing Financing Perbankan
syariah bersikap hati-hati dalam Syariah Indonesia
pemberian dana (Rahmawulan, 2008). Krisis kurs (nilai tukar mata uang),
Kasus debt financing, bagi orang yang mengakibatkan memburuknya
meminjam uang dari bank, inflasi justru kemampuan perusahaan yang pada
bisa menguntungkan, karena pada saat gilirannya meningkatkan pembiayaan
pembayaran angsuran kepada bank nilai bermasalah dalam sistem perbankan.
uang lebih rendah dibandingkan pada Nilai tukar yang semakin terderesiasi
saat meminjam. Dalam aplikasi melemahkan neraca perusahaan sehingga
murabahah dimana angsuran bersifa fixed mengurangi kemampuan investasi dimasa
dari awal sampai akhir, inflasi tidak mendatang.
mengubah nilai angsuran yang harus Berdasarkan ouput regresi yang
dibayar nasabah kepada bank. Sehingga, dirangkum dalam Tabel 4.18, diketahui
saat terjadi kenaikan inflasi dalam jangka kurs rupiah terhadap dolar berkorelasi
panjang, hal ini tidak menurunkan positif dan signifikan dalam jangka
potensi nasabah dalam memenuhi panjang berpengaruh terhadap NPF
kewajiban kepada bank, karena nasabah Perbankan Syariah. Sedangkan, dalam
sudah dapat merencanakan pengaturan jangka pendek kurs rupiah terhadap dolar
cash flow yang dibutuhkan untuk tidak signifikan berpengaruh terhadap
melunasi pembiayaan murabahah NPF Perbankan Syariah.
(Kinasih, 2013).
Jurnal Nisbah Volume 1 Nomor 2 2015 84

kebijakan untuk meredam pelemahan


Tabel 6. Hasil Regresi Kurs terhadap NPF rupiah, salah satunya dengan menaikkan
Pengaruh Koefisien Prob Kesimpulan suku bunga Fasilitas Simpanan Bank
Terhadap
NPF
Indonesia (Fasbis rate) kepada bank
Jangka - 0.8364 Tidak untuk menempatkan dananya di Bank
Pendek 0.003926 Signifikan Indonesia dalam bentuk rupiah.
Jangka 0.016374 0.0259 Positif Kebijakan Bank Indonesia ini
Panjang Signifikan menyebabkan perbankan syariah akan
Sumber : Diolah dari hasil penelitian
lebih memilih instrumen BI sebagai
tempat menampung aktiva-nya maka, hal
Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa
ini dapat mengurangi ekspansi
dalam jangka panjang diperoleh nilai
pembiayaan perbankan syariah.
probabilitas 0.0259 nilai tersebut kurang
Menurunnya jumlah pembiayaan
dari 5%. Dengan demikian Ha6 diterima,
perbankan syariah ini akan menaikan
sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam
tingkat NPF perbankan syariah karena
jangka panjang kurs signifikan
total pembiayaan yang disalurkan
berpengaruh terhadap NPF, sedangkan
merupakan faktor pembagi dalam rasio
arah koefisien variabel kurs dalam jangka
NPF. Apabila faktor pembagi ini semakin
panjang searah dan bernilai positif,
kecil, dapat membawa kepada level NPF
dimana kenaikan 1% dari kurs
yang lebih besar.
menaikkan 0.016% NPF pada
Faktor kurs nilai tukar semakin besar
keseimbangan jangka panjang. Sedangkan
pengaruhnya terhadap debitur yang
dalam jangka pendek diperoleh nilai
meminjam kredit dalam mata uang asing
probabilitas sebesar 0.8364 nilai tersebut
dan memasarkan produk mereka didalam
lebih dari 0.05. Dengan demikian Ho6
negeri dengan harga dalam mata uang
diterima, sehingga dapat disimpulkan
nasional. Hal ini menyebabkan beban
bahwa dalam jangka pendek perubahan
bunga dan pembayaran kembali kredit
kurs periode sebelumnya tidak
meningkat sampai diluar batas debitur
berpengaruh terhadap perubahan NPF
untuk memikulnya (Sutojo, 2000).
periode saat ini.
Krisis kurs (nilai tukar mata uang), KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
dalam hal ini sebagai proxy dari kebijakan
moneter, mengakibatkan memburuknya Bedasarkan hasil analisis pengolahan
kemampuan perusahaan yang pada data, dan analisis ekonomi, maka
gilirannya meningkatkan kredit kesimpulan yang dapat diambil dari
bermasalah dalam sistem perbankan. penelitian ini adalah :
Nilai tukar yang semakin terdepresiasi 1. Capital Adequancy Ratio (CAR) tidak
melemahkan neraca perusahaan sehingga berpengaruh terhadap Non
mengurangi investasi dimasa mendatang. Performing Financing Perbankan
Berdasarkan data Jakarta Interbank Syariah baik dalam jangka panjang
Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia maupun jangka pendek.
tercatat sejak 15 Juli 2013 nilai tukar 2. Financing To Deposit Ratio (FDR)
rupiah terhadap mata uang dolar amerika berpengaruh positif terhadap Non
serikat terus melemah. Dimana, rupiah Performing Financing Perbankan
terkoreksi di level Rp. 10.024 per dolar Syariah baik dalam jangka panjang
AS dari sebelumnya Rp. 9.980 (Rahayu, maupun jangka pendek.
2013). Dampak dari pelemahan rupiah itu 3. Financing Growth (FING) tidak
akan membuat pertumbuhan berpengaruh terhadap Non
kredit/pembiayaan melambat. Bank Performing Financing Perbankan
Indonesia mengeluarkan sejumlah
Jurnal Nisbah Volume 1 Nomor 2 2015 85

Syariah baik dalam jangka panjang ditemukan bahwa rasio FDR


maupun jangka pendek. memberikan pengaruh positif terhadap
4. Rasio Alokasi Pembiayaan Murabahah NPF, hal ini mengindikasikan bahwa
Terhadap Pembiayaan Profit Loss pembiayaan yang disalurkan kurang
Sharing (RF) berpengaruh negatif mendapatkan monitoring dan evaluasi.
terhadap Non Performing Financing 3. Perlu diketahui secara lebih spesifik
Perbankan Syariah baik dalam jangka apakah pembiayaan murabahah lebih
panjang maupun jangka pendek. berpotensi menyebabkan pembiayaan
5. Inflasi berpengaruh negatif terhadap bermasalah dibandingkan
Non Performing Financing Perbankan pembiayaan musyarakah dan
Syariah dalam jangka panjang. Namun, mudharabah, sehingga dapat
dalam jangka pendek inflasi tidak diketahui pembiayaan mana yang
berpengaruh terhadap Non lebih menyebabkan NPF.
Performing Financing Perbankan
Syariah. DAFTAR PUSTAKA
6. Kurs berpengaruh positif terhadap Al-Qur’anul karim
Non Performing Financing Perbankan Antonio, Muhammad Syafii.(2001). Bank
Syariah dalam jangka panjang. Namun, Syariah Dari Teori Ke Praktik.
dalam jangka pendek kurs tidak Gema Insani.
berpengaruh terhadap Non Ariefianto, Moch.Doddy (2012).
Performing Financing Perbankan Ekonometrika Esensi dan
Syariah. Aplikasi Dengan Menggunakan
7. Perlunya penelitian lanjutan Eviews. Erlangga
mengenai non performing financing di Azizi, A. Qodri (2004). Membangun
bank syariah dengan model dan juga Fondasi Ekonomi Umat,
variabel yang berbeda sehingga dapat Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
diketahui dengan pasti penyebab Bank Indonesia. Outlook Perbankan
terjadinya pembiayaan bermasalah di Syariah 2014
bank syariah apakah karena Dendawijaya, Lukman (2000).
kelemahan sistem operasional di bank Manajemen Lembaga Keuangan.
syariah atau karena faktor lainnya. Jakarta: Ghalia Indonesia
Penelitian ini hanya dilakukan pada Hasibuan, Nurdin (1994). Perkembangan
perbankan syariah di Indonesia. Kredit Macet dan
Untuk penelitian selanjutnya Permasalahannya.
penelitian semacam ini dapat Pengembaangan Perbankan
melibatkan sampel bank syariah dari Institut Bankir Indonesia, No. 47.
Negara lain, misalnya malaysia. Herijanto Hendy, (2014), Prisip,
1. Menambah periode penelitian agar Ketentuan, dan Karakteristik
diperoleh hasil penelitian yang lebih Pembiayaan Bank
baik lagi terutama untuk Syariah,http://hendyherijanto.bl
membandingkan kondisi moneter ogspot.com/2014/01/prinsip-
pada saat inflasi maupun pada saat ketentuan-dan karakteristik.html.
pasca inflasi dan prediksinya pada diakses 29 November 2014 jam
masa mendatang. 19.00 WIB.
2. Melakukan monitoring secara berkala Hermawan, Soebagio (2005). Analisis
terhadap pembiayaan bermasalah dan Faktor-Faktor yang
melakukan evaluasi terhadap nasabah Mempengaruhi Terjadinya Non
dan proyek sebelum menyalurkan Performing Loan (NPL) Pada
pembiayaan. Karena dari hasil anisis
Jurnal Nisbah Volume 1 Nomor 2 2015 86

Bank Umum Komersial. Tesis: Omar, Mustafa Mohammed dan Razak,


Undip Dzuljastri Abdul, (2008). The
Ihsan, Muntaha (2011). Pengaruh Gross Performance Neasures of Islamic
Domestic Product, Inflasi, dan Banking Based on The Maqasid
Kebijakan Jenis Pembiayaan Framework, paper presented at
Terhadap Rasio Non Performing the IIUM International
Financing Bank Umum Syariah di Accounting Conference (INTAC
Indonesia Periode 2005-2010. IV). Malaysia.
Skripsi : FE UNDIP Otoritas Jasa Keuangan . Laporan
Iqbal, Muhammad (2008). Perbandingan Perkembangan Keuangan Syariah
Faktor-Faktor Yang 2013.
Mempengaruhi Pembiayaan Poetry, Zakiyah Dwi (2011). Pengaruh
Bermasalah Pada Perbankan Variabel Makro dan Mikro
Syariah Dan Perbankan Terhadap NPL Perbankan
Konvensional. Tesis:PSKTTI Konvensional dan NPF Perbankan
Joyosumarno, Soebardjo (1994). Upaya- Syariah. Jurnal Islamic Finance &
upaya Bank Indonesia Dalam Business Review
Menyelesaikan Kredit Bermasalah, Popita, Mares Suci Ana (2013). Analisis
Pengembangan Perbankan Institut Penyebab Terjadinya Non
Bankir Indonesia, No.47 Performing Financing Pada Bank
Khan, Tariqulla dan Ahmad (2011). Risk Umum Syariah Di Indonesia.
Management on Analysis of Issues Accounting Analysis Journal
in Islamic Financial Industry. Priatmadja, Sadhana (2011). Pengaruh
Islamic Research and Training Inflasi Terhadap Pembiayaan
Institute: Islamic Development Bermasalah Per Akad Dan Per
Bank. Sektor Ekonomi Di Bank Syariah
Kinasih, Septrivia Wahyu (2013). Analisis ‘X’. Tesis:PSKTTI
Faktor Determinan Tingkat Rahayu, Nina (2013). Rupiah Terus
Risiko Pembiayaan Bank Syariah Melemah, Ini Dampaknya.
Pada 2005-2012. Skripsi:FEUI http://fokus.news.viva.co.id/news
Mahmoeddin, As (2002). Melacak Kredit /read/431815-rupiah-terus-
Bermasalah, PustakaSinar melemah--ini-dampaknya diakses
Harapan, Jakarta. tanggal 29 November 2014, Jam
Mudrajad Kuncoro. (2007). Metode 21.00 wib
Kuantitatif. Edisi Ketiga. Rahmawulan, Yunis (2008).
Yogyakarta. UPP STIM YKPN. Perbandingan Faktor Penyebab
Muhamad (2014). Manajemen Dana Bank Timbulnya NPL dan NPF pada
Syariah. Rajawali Pers Perbankan Konvensional dan
Mutamimah (2012). Analisis Eksternal Syariah di Indonesia.
dan Internal Dalam Menentukan Tesis:PSKTTI UI.
Non Performing Financing Bank Rivai, Veithzal dan Arviyan Arifin. (2010).
Umum Syariah Di Indonesia. Jurnal Islamic Banking Sistem Bank Islam
Bisnis dan Ekonomi Bukan Hanya Solusi Menghadapi
Nasution, Meyviany (2008). Faktor- Krisis Namun Solusi dalam
Faktor Yang Berpeluang Menghadapi Berbagai Persoalan
Menyebabkan Pembiayaan Non Perbankan dan Ekonomi Global.
Lancar Pembiayaan Murabahah Rohmana, Yana (2010). Ekonometrika
pada Bank Umum Syariah X. Teori dan Aplikasi dengan Eviews.
Tesis:FEUI
Jurnal Nisbah Volume 1 Nomor 2 2015 87

Laboatorium Pendidikan Ekonomi Toutounchian, Iraj (2009). Islamic Money


dan Koperasi & Banking, Integrating Money in
Setyowati, Desti (2008). Indikasi Moral Capital Theory, Singapore : John
Hazard dalam Penyaluran Dana Wiley & Sons (Asia) Pte.Ltd.
Pihak Ketiga (Studi Komparatif
Bank Umum Konvensional dan Usman, Hardius (2002). Penggunaan
Bank Umum Syariah di Teknik Ekonometri Pendekatan
Indonesia). Sinergi Vol 12 No.1 Populer dan Praktis Dilengkapi
Hal 89 -102. Teknik Analisis Dan Pengolahan
Siamat, Dahlan. (2005). Manajemen Data dengan Menggunakan Paket
Lembaga Keuangan. Jakarta: SPSS. PT. RajaGrafindoPersada
Lembaga Penerbit fakultas Wikutama, Arya (2010). Faktor-Faktor
Ekonomi Universitas Indonesia Yang Mempengaruhi Non
Performing Loan Bank
Suhardjono (2003). Manajemen Pembangunan Daerah (BPD).
Perkreditan Usaha Kecil dan Tesis : FEUI
Menengah , UPP AMP UKPN. Wiliasih, Ranti (2007). Profit Sharing dan
Yogyakarta Moral Hazard Dalam Penyaluran
Dana Pihak Ketiga Bank Umum
Sutojo, Siswanto (2000). Seri Manajemen Syariah di Indonesia. Jurnal
Bank No.6 – Strategi Manajemen Ekonomi dan Pembangunan
Kredit Bank Umum: Konsep, Indonesia. Vol VIII No. 02 105-
Teknik dan Kasus, Damar Mulia 129.
Pustaka, Jakarta. www.bi.go.id diakses tanggal 24 Oktober
Tangklisan, Hessel Nogi S (2003). 2014 jam 19:00 wib
Manajemen Keuangan Bagi www.jpnn.com/read/2014/02/03/2145
Analisis Kredit Perbankan : 32/OJK-Panggil-Bank-Syariah-
Mengelola Kredit Berbasis Good Bermasalah diakses tanggal 29 November
Corporate Governance, 2014 jam 19:00 wib
Balairung&Co. Yogyakarta

You might also like