Professional Documents
Culture Documents
Good Read SDFSDFSD
Good Read SDFSDFSD
ABSTRAC
The purpose of this research is to obtain the internal factors (Capital Adequacy Ratio,
Financing to Deposit Ratio, Growth Funding and Allocation Ratio A gainst Murabahah
Financing on Profit Loss Sharing) and Macro Economics (Inflation and Rupiah A gainst
Dollar) the influence of macroeconomics (inflation and rupiah against dollar) on non
performing financing islamic bank in Indonesia. The research obtained from combining
Islamic bank data, Islamic businnes units stats of syariah bank and monetary indicators
which published by bank of Indonesia during January 2010 to April 2014. From the
analysis, the hipothesis by using ECM (Error Corection Model) results that the term of
leght financing to deposit ratio, ratio allocation against Murabahah financing on profit
loss sharing, inflation and rupiah against dollar effect the non performig financing
islamic bank in Indonesia. Meanwhile, in the short term the financing to deposit ratio, ratio
allocation against Murabahah financing on profit loss sharing, non performing financing was
influencig on Islamic bank in Indonesia.
Keywords: Risk, Financing, Non Performing Financing, Macro Economics, Islamic Banking,
Error Correction Model.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh faktor internal (Capital Adequancy
Ratio, Financing to Deposit Ratio, Pertumbuhan Pembiayaan dan Rasio Alokasi
Pembiayaan Murabahah Terhadap Pembiayaan Profit Loss Sharing) dan Makro Ekonomi
(Inflasi dan Kurs Rupiah Terhadap Dolar) terhadap Non Performing Financing
perbankan syariah di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data gabungan bank
umum syariah dan unit usaha syariah dari statistik perbankan syariah dan indikator
moneter yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia periode Januari 2010 sampai April
2014. Hasil analisis data dengan menggunakan metode ECM (Error Correction Model)
menyebutkan bahwa dalam jangka panjang Financing to Deposit Ratio berpengaruh
positif terhadap Non Performing Financing, Rasio Alokasi Pembiayaan Murabahah
Terhadap Pembiayaan Profit Loss Sharing berpengaruh negatif terhadap Non
Performing Financing, Inflasi berpengaruh negatif terhadap Non Performing Financing
Jurnal Nisbah Volume 1 Nomor 2 2015 75
dan Kurs Rupiah Terhadap Dolar berpengaruh positif terhadap Non Performing
Financing perbankan syariah di Indonesia. Dalam jangka pendek Financing to Deposit
Ratio berpengaruh positif terhadap Non Performing Financing dan Rasio Alokasi
Pembiayaan Murabahah Terhadap Pembiayaan Profit Loss Sharing berpengaruh negatif
terhadap Non Performing Financing perbankan syariah di Indonesia.
Haifa. 2015. Pengaruh Faktor Internal Bank dan Makro Ekonomi Terhadap Non
Performing Rasio Financing Perbankan Syariah di Indonesia: Periode 2010:01-2014:04 .
Jurnal Nisbah(2): 74 –87.
PENDAHULUAN Berdasarkan laporan perkembangan
keuangan syariah 2013 yang dikeluarkan
Pertumbuhan jumlah pembiayaan
oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
yang non performing dalam setahun
dikatakan bahwa dari segi pengelolaan
terakhir mencapai 47,7% (yoy), lebih
risiko, risiko kredit yang dihadapi BUS
tinggi dari tahun 2012 sebesar 26,3%.
dan UUS pada tahun 2013 diperkirakan
Pertumbuhan pembiayaan non
relatif meningkat dibandingkan tahun
performing tersebut melebihi
sebelumnya, meskipun pangsa
pertumbuhan pembiayaan sehingga rasio
pembiayaan non performing kurang dari
NPF (gross) BUS dan UUS meningkat dari
5% atau masih dalam batas yang
2,2% pada tahun 2012 menjadi 2,6%
terkendali, namun pertumbuhannya yang
pada tahun 2013 (Grafik 1) sementara
cukup signifikan perlu diperhatikan dan
pada BPRS, pertumbuhan pembiayaan
dimitigasi lebih lanjut dalam kerangka
non performing pada periode 2013
manajemen risiko yang lebih
mencapai 32,0% (yoy), atau melebihi
komprehensif.
pertumbuhan pembiayaan BPRS dalam
Terdapat tiga faktor utama yang
periode yang sama. Dengan demikian,
menyebabkan terjadinya NPF pada sektor
sebagaimana pada BUS dan UUS, rasio
perbankan syariah yaitu faktor intern
NPF (gross) BPRS juga mengalami
bank, faktor intern debitur dan faktor
peningkatan dari 6.1% pada tahun 2012
ekstern diluar bank maupun debitur.
menjadi 6.5% pada tahun 2013. Rasio
Ditinjau dari sisi intern bank, kelemahan
NPF BPRS tersebut lebih tinggi
pengelola pembiayaan di bank dan
dibandingkan rasio Non Performing Loan
tekanan pihak ketiga, agresifitas bank
industri BPR secara nasional pada posisi
dalam menyalurkan pembiayaan,
yang sama (4,4%), akan tetapi masih
lemahnya sistem pengawasan, campur
berada pada posisi yang relatif baik bila
tangan yang berlebihan dari para
dibandingkan kriteria kualitas aset
pemegang saham, jaminan yang tidak
maksimal 7% pada penilaian tingkat
memadai dan tidak mengcover
kesehatan BPRS yang tergolong sehat
pembiayaan (Sutojo, 2000), over dalam
(LPKS, 2013).
agunan, over atau underfinancing,
pembiayaan fiktif (Suhardjono, 2003),
itikad kurang baik pemilik bank,
pengurus atau pegawai bank
(Tangkilisan, 2003), bank tidak dapat
mengandalkan sarana-sarana contract
enforcement yang disediakan oleh hukum
(Tangkilisan, 2003).
Grafik 1 Perkembangan NPF BUS dan UUS
Periode 2010 - 2013 Dari sisi kelayakan debitur faktor
Sumber: Laporan Perkembangan Keuangan penyebab terjadinya pembiayaan
Syariah OJK, 2013 bermasalah di bank adalah
Jurnal Nisbah Volume 1 Nomor 2 2015 76
dengan dana pihak ketiga yang berhasil bisa ditentukan dan dipastikan, serta
dikerahkan oleh bank. Sehingga semakin menjauhi ketidakpastian dan
tinggi FDR suatu bank, berarti dana pihak meminimalisasi risiko yang ada pada
ketiga terserap semua ke pembiayaan. sistem bagi hasil. Kedua, dari sisi nasabah,
Pembiayaan yang tinggi lambat laun murabahah tidak memungkinkan bank
dapat menurunkan kualitas dari syariah untuk mencampuri manajemen
pembiayaan tersebut. Dari segi kuantitas bisnis. Jika preferensi bank syariah dalam
semakin banyak pembiayaan yang memilih murabahah yang berisiko
dikeluarkan maka, risiko pembiayaan rendah, dibandingkan alokasi
bermasalah/NPF menjadi lebih besar. pembiayaan berisiko tinggi diikuti dengan
Jadi, semakin tinggi FDR semakin tinggi analisis prudensial, maka variabel ini
pula NPF. Demikian pula sebaliknya. dapat berpengaruh untuk menekan rasio
NPF.
3. Pertumbuhan pembiayaan (FING )
5. Inflasi
Pertumbuhan pembiayaan (FING) Inflasi dapat berpengaruh terhadap
adalah proses kenaikan nominal pembiayaan bermasalah, inflasi yang
pembiayaan perbankan syariah yang terus tinggi dan tidak stabil memberikan
menerus dalam jangka panjang. dampak negatif kepada kondisi sosial
Pertumbuhan pembiayaan pada perbankan ekonomi masyarakat. Inflasi yang tinggi
syariah (FING) dihitung dengan cara berikut akan menyebabkan menurunnya
: pendapatan riil masyarakat sehingga
FING : x 100% standar hidup masyarakat juga turun.
Sipahutar (2007) menyatakan, sebagai Dengan meningkatnya inflasi maka akan
lembaga finansial, peranan perbankan mengakibatkan kemampuan nasabah
memang sangat strategis. Bank adalah dalam membayar cicilan nasabah juga
motor penggerak perekonomian. akan terganggu (Rahmawulan, 2008).
Perbankan yang mempunyai jumlah
pinjaman lebih besar dapat menyebabkan 6. Kurs rupiah terhadap dolar
potensi tingginya risiko kredit yang harus Menurut Mutamimah (2013) apabila
ditanggung. semakin tinggi nilai tukar rupiah
terhadap dollar Amerika (mata uang
4. Alokasi pembiayaan murabahah domestik nilainya turun terhadap mata
terhadap alokasi pembiayaan bagi uang asing) maka debitur ataupun
hasil (RF) perusahaan yang bergerak dalam bidang
Pembiayaan murabahah dinilai importir akan terkena dampak dari
berisiko lebih rendah dan memiliki perubahan nilai tukar tersebut dan sangat
ekspektasi return yang lebih tepat berpengaruh pada kelancaran usaha
dibandingkan dengan musyarakah dan nasabah apabila usaha tersebut
mudharabah (Wiliasih, 2005). Hal dijalankan menggunakan bahan impor.
tersebut menyebabkan akad murabahah Hal ini akan mempengaruhi tingginya
menjadi dominan dalam portofolio bank tingkat pembiayaan bermasalah di
syariah. Sedangkan, menurut Syamsudin perbankan syariah dalam jangka panjang
(2008), ada beberapa alasan akad
murabahah popular dalam operasi Metode Penelitian
perbankan syariah, yaitu pertama, dari Metode analisis untuk menjawab
sisi bank syariah, murabahah merupakan pertanyaan penelitian ini menggunakan
investasi jangka pendek yang mudah dan pendekatan Error Correction Model (ECM)
likuid, benefit yang berasal dari margin untuk melihat ada tidaknya
Jurnal Nisbah Volume 1 Nomor 2 2015 78
keseimbangan antara jangka pendek dan makro ekonomi (Inflasi dan Kurs)
dengan jangka panjang dan terhadap Non Performing Financing (NPF)
menginterpretasikan analisis pengaruh Perbankan Syariah. Model ekonometri
variabel dalam jangka pendek. Sedangkan yang digunakan yaitu model pada
analisis untuk hubungan jangka panjang persamaan yaitu :
ditemukan dari pendekatan hasil regresi NPF_BS = β0 + β1 CAR_BS + β2FDR_BS +
Ordinary Least Square (OLS Kointegrasi). β3FING_BS + β4RF_BS + β5 INFLASI +
Sampel time series yang digunakan dalam β6Ln_Kurs + е
penelitian ini adalah Data Gabungan Bank Model ini diestimasi dengan
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah meggunakan pendekatan Error Correction
yang diambil dari Statistik Perbankan Model (ECM). Dari hasil analisis data,
Syariah BI periode Januari 2010 – April ditemukan hubungan jangka pendek dan
2014. Semua data yang dibutuhkan dalam hubungan jangka panjang.
penelitian ini diambil dari laporan
keuangan publikasi BI. 1. Capital Adequancy Ratio (CAR)
Model awal yang akan digunakan Ho1 : Rasio Kecukupan Modal (CAR)
dalam penelitian ini adalah sebagai tidak berpengaruh terhadap Rasio
berikut: Non
NPF = β0 + β1CAR + β2FDR + β3FING + Performing Financing Perbankan
β4RF + β5INFLASI + β6LN_KURS + e Syariah Indonesia
Dimana : Bank yang memiliki rasio kecukupan
NPF :Non Performing Financing modal yang lebih tinggi cenderung
Perbankan Syariah dikelola secara lebih baik. Artinya, CAR
CAR : Capital Adequacy Ratio merupakan faktor kunci yang
(Jumlah modal/Aktiva menentukan apakah moral hazard dapat
tertimbang menurut dihindari atau tidak. Makin tinggi CAR,
risiko) makin rendah terjadinya kecenderungan
FDR : Rasio Perbandingan pemilik bank menyalah gunakan bank
antara pembiayaan yang (Sugema,2003 dalam Hermawan, 2005)
diberikan oleh bank Berdasarkan ouput regresi yang
dengan dana pihak ketiga dirangkum dalam Tabel 1, diketahui
FING : Pertumbuhan pembiayaan bahwa dalam jangka pendek dan jangka
pada perbankan syariah panjang CAR tidak signifikan
RF : Rasio Piutang Murabahah berpengaruh terhadap NPF Perbankan
terhadap Pembiayaan Profit Syariah.
Loss Sharing
INFLASI : Inflasi Tabel 1. Hasil Regresi CAR terhadap NPF
Ln_KURS : Logaritman Natural dari Pengaruh Koefisien Prob Kesimpulan
Terhadap
nilai tukar rupiah terhadap NPF
US$ Jangka - 0.8850 Tidak
E : error term Pendek 0.003591 Signifikan
Jangka 0.014825 0.5936 Tidak
HASIL DAN PEMBAHASAN Panjang Signifikan
Sumber : Diolah dari hasil penelitian
Analisis Faktor Yang Mempengaruhi
Non Performing Financing Perbankan Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa
Syariah dalam jangka pendek dan jangka panjang
Model ekonometri yang digunakan nilai probabilitas masing-masing sebesar
untuk melihat ada tidaknya pengaruh 0.8850 dan 0.5936 nilai tersebut lebih
faktor internal (CAR, FDR, FING, dan RF) dari 0.05 Dengan demikian Ho1 diterima
Jurnal Nisbah Volume 1 Nomor 2 2015 79
sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam dana yang tersedia di sektor perbankan
jangka pendek dan jangka panjang CAR dapat digunakan secara maksimal dalam
tidak signifikan berpengaruh terhadap bentuk kredit sebagai asset yang
NPF. dianggap paling produktif. FDR
Hasil penelitian ini mengindikasikan merupakan perbandingan antara total
bahwa peningkatan atau penurunan CAR jumlah pembiayaan yang disalurkan
selama periode penelitian tidak akan dibandingkan dengan total dana pihak
mempengaruhi NPF. Semakin besar CAR ketiga. FDR yang tinggi berarti adanya
maka semakin tinggi kemampuan penyaluran kredit yang tinggi pula.
permodalan bank dalam menjaga Dengan demikian risiko terjadinya NPF
kemungkinan timbulnya risiko kerugian tinggi pula. Jadi semakin tinggi FDR maka
kegiatan usahanya namun belum tentu semakin tinggi pula NPF. Demikian pula
secara nyata berpengaruh terhadap sebaliknya. Sehingga bila terjadi NPF,
peningkatan NPF perbankan syariah. Di bank harus menanggung beban kerugian
sisi lain, CAR perbankan syariah yang dan pada akhirnya dibutuhkan modal
tinggi dapat mengurangi kemampuan untuk menutup kerugian tersebut.
bank dalam melakukan ekspansi Berdasarkan ouput regresi yang
usahanya seperti penyaluran kredit dirangkum dalam Tabel 2, diketahui
karena semakin besarnya cadangan bahwa dalam jangka pendek dan jangka
modal yang digunakan untuk menutupi panjang FDR berkorelasi positif dan
risiko kerugian. Rata - rata CAR signifikan terhadap NPF Perbankan
perbankan syariah pada periode Januari Syariah.
2010 – April 2014 berada pada kisaran
yang cukup tinggi yakni 15.10%, jauh Tabel 2. Hasil Regresi FDR terhadap NPF
diatas ketentuan minimal yang Pengaruh Koefisien Prob Kesimpulan
Terhadap
disyaratkan oleh Bank Indonesia sebesar NPF
8%. Jangka 0.045996 0.0024 Positif
Tingginya CAR mengindikasikan Pendek Signifikan
adanya sumber daya finansial (modal) Jangka 0.053506 0.0006 Positif
yang idle. Tingginya nilai CAR mungkin Panjang Signifikan
Sumber : Diolah dari hasil penelitian
disebabkan oleh sebagian besar dana
yang telah diperoleh dari aktivitas
perbankan dialokasikan pada cadangan Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa
minimum bank atau digunakan untuk dalam jangka pendek dan jangka panjang
menutupi potensi kerugian yang nilai probabilitas masing-masing sebesar
diakibatkan oleh kegiatan aktivitas bank 0.0024 dan 0.0006 nilai tersebut kurang
seperti pembiayaan bermasalah. dari 0.05 Dengan demikian Ho2 ditolak,
sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam
2. Financing To Deposit Ratio (FDR) jangka pendek dan jangka panjang FDR
Ho2 : Financing to Deposit Ratio signifikan berpengaruh terhadap NPF.
(FDR) tidak berpengaruh terhadap Sedangkan arah koefisien variabel FDR
rasio Non Performing Financing dalam jangka pendek (DFDR) dan jangka
Perbankan Syariah Indonea panjang searah dan bernilai positif, di
mana kenaikan 1% dari FDR
Dengan nilai FDR yang tinggi namun meningkatkan 0.054% NPF pada
masih dalam batas nilai optimum yaitu keseimbangan jangka panjang dan
rata-rata sebesar 97,24% di mana sesuai peningkatan 1% dari perubahan FDR
ketentuan Bank Indonesia dianggap periode sebelumnya, mengakibatkan
sehat, menunjukkan bahwa dari jumlah perubahan rasio NPF jangka pendek
sebesar 0.046%.
Jurnal Nisbah Volume 1 Nomor 2 2015 80
Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa likuiditas dalam akad ini relatif dapat
dalam jangka pendek dan jangka panjang dikelola. Selain itu, dengan menerapkan
nilai probabilitas masing-masing sebesar akad murabahah, juga membuat bank
0.0321 dan 0.0000 nilai tersebut kurang dapat memprediksi bagi hasil yang
dari 0.05. Dengan demikian Ho4 ditolak diberikan untuk simpanan. Kedua,
sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam murabahah masih menjadi tren karena
jangka pendek dan jangka panjang RF sederhana dan tidak asing terutama bagi
signifikan berpengaruh terhadap NPF, yang sudah biasa berinteraksi dengan
sedangkan arah koefisien variabel RF bank konvensional. Apalagi sumber daya
dalam jangka pendek (DRF) dan jangka internal bank syariah kebanyakan berasal
panjang searah dan bernilai negatif, dari karyawan yang sebelumnya pernah
dimana kenaikan 1% dari RF bekerja di konvensional (Bariyah, 2006).
menurunkan 0.030% NPF pada Dalam jangka pendek kita ketahui
keseimbangan jangka panjang dan bahwa alokasi piutang murabahah
peningkatan 1% dari perubahan RF terhadap profit loss sharing (RF) memiliki
periode sebelumnya, mengakibatkan hubungan negatif signifikan artinya.
perubahan rasio NPF jangka pendek Peningkatan perubahan rasio
turun sebesar 0.017%. pembiayaan murabahah per pembiayaan
Koefisien negatif dalam variabel RF profit loss sharing akan berdampak pada
pada jangka panjang dan pendek sesuai penurunan rasio NPF.
dengan hipotesis penelitian yang diajukan Signifikansi variabel RF dalam jangka
oleh Wiliasih (2005), di mana preferensi panjang dan jangka pendek menunjukkan
dari pihak manajemen yang menilai adanya keseimbangan baik dalam jangka
bahwa risiko murabahah lebih kecil. Skim pendek dan jangka panjang. Namun,
murabahah juga membuat return yang kontribusi murabahah dalam
diperoleh di masa depan lebih dapat menurunkan tingkat risiko pembiayaan
diekspektasikan, sehingga membuat level tidak selamanya efektif, karena risiko
NPF menjadi lebih kecil. pasti selalu ada. Hal tersebut didukung
Setidaknya, selain karena tingkat oleh penelitian Wiliasih (2005), yang
risiko yang rendah pada skim murabahah, mengatakan bahwa non performing
ada dua hal yang juga mendukung tren financing dalam pembiayaan murabahah
murabahah dalam bank syariah. Pertama, juga banyak terjadi. Wiliasih mengambil
tren murabahah didukung karena sumber contoh dalam laporan keuangan BSM
pendanaan banyak berasal dari jangka tahun 2004, 2,75% pembiayaan
pendek, seperti giro dan deposito 1 bulan. murabahah mengalami kemacetan. Lebih
Jika bank syariah memaksa untuk lanjut lagi, Wiliasih (2005) juga
mengalokasikan pembiayaan pada jangka mengatakan bahwa penyebab non
panjang, maka hal tersebut dapat performing financing bukan sepenuhnya
menyebabkan risiko mismatch atau karena pembiayaan mudharabah dan
kesenjangan antara jatuh tempo musyarakah, namun juga pembiayaan
pembiayaan dengan sumber pendanaan, yang semestinya low risk seperti
yang pada akhirnya berpengaruh pada murabahah.
likuiditas (Ismal, 2011). Masih Menurut Wiliasih (2005) Ada 2 hal
dominannya sumber DPK jangka pendek, yang dapat menjelaskan mengapa
membuat bank berhati-hati dalam murabahah yang memiliki risiko rendah
memutuskan kebijakan pembiayaan yang menyebabkan terjadi macet untuk
diambil. Murabahah banyak diterapkan murabahah: (1) kesalahan bank
dalam pembiayaan jangka pendek (Khan melakukan assessment terhadap calon
dan ahmed, 2011), sehingga risiko debitur, kesalahan dalam melakukan
Jurnal Nisbah Volume 1 Nomor 2 2015 82