Professional Documents
Culture Documents
Politeknik ATK Yogyakarta, Yogyakarta
Politeknik ATK Yogyakarta, Yogyakarta
Eko Nuraini1
Politeknik ATK Yogyakarta, Yogyakarta.
ekonuraini@gmail.com/nuainieko@gmail.com
ABSTRACT
The development of technology triggers the increasingly widespread global competition in the
market. One of the products that also experience a development is the world of footwear. Nowadays,
men's shoes have undergone many modifications, especially the basic materials on the shoe sole part
which the basic material is made of natural rubber. This material is used to make shoe sole basic
material because it has high elasticity so that it has high tensile strength, elongation break and good
scrap resistance. Shoe sole material is used as a pedestal or footrest material when the user walks. This
study aimed to knows the thermal characteristics of shoe sole materials by using TG / DTA. Analysis
started at the temperature of 30°C and was ended at 800° C, with the rate of 10oC / min. Materials used
for the thermal characteristics of the shoe sole material are cut in small pieces with the weight of 5.7
milligrams. The bending resistance test was conducted in order to know the crack strength of the sole
material by using three shoe soles. The sole material was mounted on the bending resistance device, and
it was tested for 2000 movements. The thermal characteristics of the sole material showed the melting
temperature of 385° C, the glass transition temperature of 380° C, and it began experiencing weight
decreasement at the temperature of 290° C to 85% of the initial weight. The temperature of 700oC -
800oC stabilized the weight to 11.4% of its initial weight. Material bending resistance does not
experience a crack.
Keywords: Shoe sole, shoe material, bending resistance, thermal test, decomposition
ABSTRAK
Kata kunci : Sol sepatu, material sepatu, ketahanan bengkuk, uji termal, dekomposisi
TM-150
PROSIDING SENTRINOV TAHUN 2017 VOLUME 3 – ISSN: 2477 – 2097
PENDAHULUAN
TM-151
PROSIDING SENTRINOV TAHUN 2017 VOLUME 3 – ISSN: 2477 – 2097
perubahan kimia yakni adanya oksidasi dan degradasi serta perubahan fisik seperti
adanya transisi gelas jika materialnya berupa polimer (Djaprie, 2000).
Ketahanan bengkuk atau retak tujuannya untuk mengetahui terjadinya
kerusakan atau retaknya sol yang merupakan kondisi faktual material dengan
pengulangan perlakuan (Arif, 2014). Menurut Sholeh (2011) ketahanan retak lentur
material dipengaruhi oleh pori dengan ukuran dan jumlah yang rata sehingga karet
sebagai bahan dasar sol mempunyai sifat lentur dan fleksibel. Selain itu dipengaruhi
adanya kombinasi penggunaan, jenis jumlah filler dan penambahan blowing agent yang
tepat serta optimal sehingga menghasilkan karet mikroselulair yang terstruktur, kuat dan
lentur.
Material sol sepatu pantofel terdiri bermacam-macam komposisi dengan tujuan
mendapatkan hasil akhir yang baik sesuai persyaratan sehingga stabil secara fisis
maupun secara kimia. Dengan komposisi material yang berbagai macam
mengakibatkan karaktersitik fisik maupun kimia sol sepatu berubah dari sifat asli
materialnya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini mengambil sampel di perusahaan pembuatan sol sepatu dengan
lokasi Tangerang kemudian dilakukan karakterisasi menggunakan TGA/DTA untuk
termal dan Shoe Bending Tester untuk uji retak adapun material yang digunakan pada
pembuatan sol seperti dalam tabel 1 dibawah ini
Tabel 1
Komposisi Material Sol Sepatu Pantofel Pria Dewasa
Nama Bahan Jumlah Bahan/Phr
Rubber 100
ZnO 5
Filler 50
Oil 2
PEG 5
MBTS 1
MBT 0,5
TMTD 0,02
Sulfur 2
Uji termal dilakukan dengan uji TGA dan DTA instrumen TGA/DTA yang
digunakan Model Pyris Diamond TG/DTA merk Perkin elmer, sampel yang digunakan
berupa potongan sol ukuran 0,5cm dengan berat tidak lebih dari 200 mgram. Sampel
dimasukkan dalam piringan yang sebelumnya diberi alumina kemudian sampel
TM-152
PROSIDING SENTRINOV TAHUN 2017 VOLUME 3 – ISSN: 2477 – 2097
dimasukkan dalam piringan yang secara otomatis berat sampel di ketahui, untuk analisis
termal ini sampel yang digunakan sebesar 5,7 mgram. Sebagai reference piringan
dalam tungku satunya di beri alumina. Reference menggunakan alumina hal ini karena
alumina mempunyai sifat stabil, ikatan ionnya kuat, tahan terhadap asam kuat dan alkali
pada suhu tinggi serta mempunyai sifat isolasi yang baik. Sampel dipanaskan mulai
dengan suhu awal 30oC dan di akhiri pada suhu 800oC dengan laju kecepatan konstan
yaitu sebesar 10oC/menit dengan gas Oksigen sebagai pembakar dengan kecepatan alir
20 ml/menit hasil analisis termal berupa termogramTGA dan DTA. Uji keretakan atau
bengkuk menggunakan alat Shoe Bending Tester seri HT- 7011S Product dari Kao Tieh
Machinery Industry Taiwan dengan perlakuan sebanyak 200 kcs siklus pembengkukan
lebih banyak dibanding standar SNI 0778:2009 yakni sebanyak 150 kcs dan SNI ISO
20344:2017 dengan perlakuan 150 siklus/menit. Hasil yang diperoleh sol di amati
secara kasat mata atau secara visual apakah ada kerusakan atau keretakan pada bagian
sol.
Tekan zero
Masukkan sampel ke dalam sampel
pan
TM-153
PROSIDING SENTRINOV TAHUN 2017 VOLUME 3 – ISSN: 2477 – 2097
Dari data pada tabel 2 tersebut pengujian dilakukan dengan 200 kcs bengkukan
melebihi dari standar uji SNI No 0778 : 2008 dengan perlakuan sebanyak 150 kcs dan
SNI ISO 20344:2017 perlakuan sebanyak 150 siklus/menit hal ini untuk mengetahui
material sol dengan komposisi bahan seperti pada tabel 1 hasilnya baik dan tidak terjadi
retakan sehingga bisa digunakan sebagai sol sepatu. Pada saat pencampuran pembuatan
sol material dan proses penggilingan material merata pada semua bagian sehingga pori-
porinya mempunyai ukuran dan jumlah yang sama. Hal ini mengakibatkan material
bersifat lentur dan fleksibel. Penelitian yang dilakukan oleh Herminiwati dan M.Soleh
(2011) uji pembengkukan/keretakan sebanyak 150 kcs kali tidak terjadi keretakan.
Hasil penenilitian dari Marliyanti (2004) uji ketahanan retak material juga dipengaruhi
TM-154
PROSIDING SENTRINOV TAHUN 2017 VOLUME 3 – ISSN: 2477 – 2097
oleh banyaknya minyak yang ditambahkan. Uji ketahanan retak sol karet sebanyak 150
kcs perlakuan dipengaruhi juga adanya filler yang digunakan hal ini karena filler
menjadikan elastisitas bahan menjadi lebih elastis sehingga sol lentur (Herminiwati,
2014). Nuraya et al.(2012) hasil penelitiannya menyatakan bahwa bahan pengisi
material sol yang banyak akan mempengaruhi efek penurunan tegangan putus. Pada
penelitian ini bahan pengisi yang digunakan sebesar 50 phr artinya bahan pengisi yang
ditambah sudah mencukupi. Penny Setyowati (2006) melaporkan hasil penelitiannya
bahwa penambahan karet riklim sebanyak 50 phr, vulkanisat di uji keretakannya tidak
mengalami kerusakan meskipun elastisitasnya berkurang akan tetapi keseragaman
jumlah pori masih merata sehingga masih bisa mempertahankan kestabilan.
Karakteristik termal suatu bahan menggambarkan analisis struktur dari bahan
secara secara fisis.Suatu material jika di panaskan akan mengalami perubahan struktur
akibatnya ada perubahan kapasitas panas dari material tersebut.Teknik analisis termal
digunakan untuk mendeteksi perubahan fisika atau perubahan kimia (dekomposisi)
suatu bahan yang ditunjukkan dengan adanya penyerapan panas (endotermis) atau
pengeluaran panas (eksotermis) (Sircar,1991). Proses termal ini akan mengalami
perubahan massa, transisi gelas, reaksi dekomposisi yang menggambarkan suhu yang
diperlukan untuk membakar sampai habis material yang disertai dengan perubahan
massa. Pelunakan dan titik pelelehan merupakan perubahan fasa dari padat menjadi cair
tanpa mengalami perubahn massa. Hasil analisis DTA seperti dalam gambar 1
menunjukan bahwa material sol karet jika dipanaskan pada suhu awal 30oC sampai
suhu 800oC dengan kecepatan yang konstan sebesar 10 oC/menit mengalami perubahan
reaksi. Termogram DTA yang dihasilkan merupakan perubahan vulkanisat yang
diperoleh dari proses reaksi perubahan struktur dan fasa, Reaksi material yang terjadi
pada termogram DTA ini mulai mengalami perubahan berupa reaksi eksotermis
(mengeluarkan panas), suhu puncak eksotermik material terjadi pada suhu 420oC dan
diatas suhu leleh semua material bahan sol. Reaksi mulai mengalami stabil pada suhu
700oC material mulai mengalami proses degradasi dan dekomposisi karena termogram
mulai berjalan lurus material disini sudah menjadi abu. Penelitian yamg sama dilakukan
oleh Yuniari (2014) dekomposisi material vulkanisat material sol terjadi pada suhu
520oC. Pada termogram DTA terjadi tiga kali puncak endotermis yang pertama pada
suhu 250oC, pelarut yang ada pada material mulai mengalami penguapan. Puncak
TM-155
PROSIDING SENTRINOV TAHUN 2017 VOLUME 3 – ISSN: 2477 – 2097
endotermis yang ke dua terjadi pada suhu 300oC bahan aditif yang di tambahkan pada
waktu proses material mulai menguap. Puncak endotermis yang ketiga terjadi pada suhu
385oC, pada suhu ini material mulai terjadi pelelehan yang di awali dengan suhu transisi
gelas yang terjadi di daerah suhu 380oC. Proses pelelehan atau swelling terjadi
pemanasan secara optimal sehingga dispersi padat-padat tercapai optimal pada suhu
tersebut.
TM-156
PROSIDING SENTRINOV TAHUN 2017 VOLUME 3 – ISSN: 2477 – 2097
Karakterisasi termal material sol di analisis pada rentang suhu 300 oC – 800oC
menunjukkan suhu pelelehan 385oC, pada suhu 380oC terjadi transisi gelas dan pada
suhu 290oC sampel mulai mengalami penurunan massa menjadi 85% dari berat awal.
Suhu akhir 800oC sisa berat menjadi 11,4% dari berat awal. Ketahanan retak atau
ketahanan bengkuk dilakukan 200 kcs pengulangan material tidak mengalami kerusakan
ataupun keretakan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. SNI 0778:2009 Sol Karet Cetak, Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
Anonim,2017. SNI ISO 20344: 2017 Alat pelindung diri-Metode uji alas kaki, Badan
Standarisasi Nasional, Jakarta.
A. Rasyidi Fachry., T. I. (2012). Pengaruh Penambahan Filler Kaolin Terhadap
Elastisitas dan Kekerasan Produk Souvenir Dari Karet alam ( Hevea Brasiliensis).
Seminar Nasional Teknologi Oleo dan Petrokimia Industri (TOPI). Pekan Baru.
Indonesia: Universitas Riau.
Arif, D. D. (2014). Pengkajian Kualitas Material dan Konstruksi Upper pada Proses
Perancangan Sepatu Olah raga Ekstrim skateboard. Lib.itenas.ac.id.
Djaprie, S. (2000). Metalurgi Fisik Modern dan Rekayasa Material. Jakarat: Erlangga.
Herminiwati, I. R. (2014). Latex Karet Alam Untuk Sol Sepatu : Metode Pembuatan,
Sifat Mekanik dan Morfologi . Majalah Kulit Karet dan Plastik,Vol 30 , 61-70.
Marliyanti, S. I. (2004). Pengaruh Minyak Minarex B dan Radiasi Sinnar Gamma
Terhadap Sifat Mekanik Campuran LDPE-Karet Alam Vulkanisat Untuk Sol Sepatu.
TM-157
PROSIDING SENTRINOV TAHUN 2017 VOLUME 3 – ISSN: 2477 – 2097
TM-158