Jurnal Tikus PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Volume 3 Nomor 2 Januari Tahun 2017

STUDI KEPADATAN TIKUS DAN EKTOPARASIT DI DESA


JOMBLANG, KECAMATAN CANDISARI, KOTA SEMARANG
TAHUN 2011
STUDY OF RATS AND DENSITY IN THE VILLAGE JOMBLANG
ECTOPARASITES, CANDISARI DISTRICT, CITY SEMARANG
YEAR 2011

*Nissa Noor Annashr, **Ludfi Santoso, **Retno Hestiningsih


Dosen Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, STIKes Kuningan*,
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP**
*Email : annashr.nissa46@gmail.com

Background: Rat is a rodent that can disrupt the lives and welfare of human
beings. In the health sector, rats have an important role in the transmission of
zoonotic diseases, because they contain ectoparasites. The purpose of this study
was to determine the density of rats (trap success) and the types of ectoparasites in
rats that were captured in the Jomblang Village, Candisari Subdistrict, Semarang.
Method: This research was a descriptive study using survey method with cross
sectional approach. Sample collection was done by placing single live trap in 50
houses, which every house got 2 single live traps.
Results: The results showed that the number of rats that captured as 48 (trap
success = 16 %), but only 43 has been successfully identified. Species of rat
trapped consisted of Rattus tanezumi (48.84%), Rattus norvegicus (25.58%),
Rattus norvegicus javanus (9.30%), Rattus exulans (2.33%), Bandicota indica
(2.33%), Mus musculus (2.33%) and Suncus murinus (9.30%). Infested fleas were
found on 30.23% rats, mostly on Rattus tanezumi (38.09%). All 16 fleas found in
rats were Xenopsylla cheopis. The general flea index was < 2. Infested mites
found on 44.19% rats, mostly on Rattus tanezumi (47.62%). From total 86 mites
found in rats, there were two species of mites, Laelaps nutalli (83.72%) and
Laelaps echidninus (16.28%).
Conclusion: There were 7 species of rats, 1 species of mites and 2 species of
fleas. Rattus tanezomi was the most infected rat species.

Keywords : density, rats, ectoparasites

PENDAHULUAN Pada lingkungan yang tidak


Tikus adalah hewan memenuhi syarat kesehatan, tikus
mengerat (rodensia) yang termasuk hadir berkembang biak dan
ke dalam hewan menyusui menyebar. Ditinjau dari aspek
(mamalia), berlaku sangat kesehatan, rodensia komensal
merugikan, mengganggu kehidupan (rodensia yang hidup di dekat tempat
serta kesejahteraan manusia, tetapi hidup manusia) ini perlu mendapat
relatif dapat hidup berdampingan perhatian yang lebih karena dapat
dengan manusia.(1) berperan sebagai reservoir berbagai

68
Wawasan Kesehatan – ISSN : 2087-4995
Volume 3 Nomor 2 Januari Tahun 2017

penyakit yang dapat ditransmisikan (trap success) dan jenis ektoprasit


kepada manusia (zoonosis).(2) pada tikus yang tertangkap di
Tikus sebagai hewan mengerat Kelurahan Jomblang, Kecamatan
(rodensia), tidak terlepas dari Candisari, Semarang.
serangan organisme parasit, baik itu
endoparasit maupun ektoparasit. METODE PENELITIAN
Tikus dan ektoparasit merupakan Penelitian ini termasuk jenis
jembatan penularan penyakit dari penelitian deskriptif dengan
hewan ke hewan maupun ke metode survei dan pendekatan cross
manusia. Berbagai jenis ektoparasit sectional. Penelitian dilakukan di
dikenal sebagai vektor zoonosis yang wilayah pemukiman warga RT 02
berakibat fatal bagi manusia.(2) dan 03/ RW 09 Kelurahan Jomblang,
Contoh-contoh penyakit yang dapat Semarang.
ditularkan oleh ektoparasit tikus Populasi adalah semua tikus
antara lain pes, murine typhus, scrub dan ektoparasit yang berada di
typhus, Q fever, dan sebagainya. Pes sekitar lokasi penangkapan tikus.
merupakan penyakit zoonosis yang Sementara itu, sampel adalah tikus
disebabkan oleh bakteri Yersinia dan ektoparasit yang berhasil
pestis dan ditularkan melalui gigitan tertangkap dan ditemukan pada saat
pinjal Xenopsylla cheopis. Reservoir penelitian. Variabel yang diteliti
utama penyakit ini adalah Rattus meliputi keberhasilan penangkapan
tanezumi.(3) (trap success), spesies tikus dan
Murine thypus merupakan ektoparasit (pinjal dan tungau),
penyakit yang disebabkan oleh infestasi pinjal dan tungau pada
Rickettsia mooseri. Penularan dapat tikus, indeks pinjal umum.
terjadi melalui gigitan pinjal yang Total perangkap yang
terinfeksi. Vektor penyakit ini adalah digunakan 100 buah dan dipasang
Xenopsylla cheopis. Scrub typhus pada 50 rumah. Setiap rumah
disebabkan oleh Rickettsia orientalis dipasang masing-masing 2 buah
atau Rickettsia tsutsugamushi. perangkap. Pemasangan dilakukan di
Penularan penyakit dapat terjadi dalam rumah pada pukul 16.00 WIB
melalui gigitan tungau Laelaps kemudian diambil esok harinya
echidninus atau larva tungau seperti antara pukul 06.00-09.00 WIB.
Trombicula akamushi dan Pemasangan perangkap dilakukan
(4)
Trombicula deliensis. sebanyak 3 kali.
Penelitian yang dilakukan oleh Untuk mendapatkan
Ania (2011) di Pasar Johar, ektoparasit, tikus dibius terlebih
Semarang menunjukkan jenis pinjal dahulu menggunakan klorofom
yang ditemukan pada berbagai tikus kemudian tikus disisir. Proses
yang tertangkap memiliki spesies penyisiran harus berlawanan arah
yang sama yaitu Xenopsylla dengan rambut badan tikus. Pinjal
cheopis, sedangkan jenis tungau dan tungau yang ditemukan
yang ditemukan adalah Laelaps dimasukkan ke dalam ectoparasite
nuttalli.(5) collector/vial yang berisi alkohol
Tujuan penelitian ini adalah 70% lalu diberi label. Proses
untuk mengetahui kepadatan tikus identifikasi ektoparasit yang sudah

69
Wawasan Kesehatan – ISSN : 2087-4995
Volume 3 Nomor 2 Januari Tahun 2017

dikumpulkan, dilakukan di Penelitian dilakukan selama 3


laboratorium B2P2VRP (Balai Besar hari dimana setiap hari dipasang 100
Penelitian dan Pengembangan buah single live trap. Jika
Vektor dan Reseorvoir Penyakit) dikalkulasikan, jumlah perangkap
Salatiga. Pinjal dari tikus selama 3 hari adalah 300 buah.
diidentifikasi bedasarkan kunci Jumlah tikus yang tertangkap
identifikasi G.H.E Hopkins (1971), sebanyak 48 ekor. Dengan demikian,
CDC (1967) dan Ristiyanto persentase keberhasilan penangkapan
(2002).(2,6) atau trap success sebesar 16,00%.
Untuk mengidentifikasi jenis
tikus, dilakukan proses pengukuran 2. Jenis tikus yang tertangkap
beberapa komponen pada tikus. Jenis Tikus yang Tertangkap

Proses pengukuran tersebut meliputi


25
21
20 Rattus tanezumi

panjang total tikus (Total


Rattus norvegicus
15
Jumlah 11 Rattus norvegicus javanus
10 Rattus exulans

Length/TL), panjang ekor (Tail/T),


4 4 Bandicota indica
5
1 1 1 Mus musculus
0 Suncus murinus
1

panjang telapak kaki belakang (Hind Jenis

Foot/HT), panjang telinga (Ear/E), Gambar 1. Jenis tikus yang


berat badan, jumlah puting susu, tertangkap
pengamatan warna dan jenis rambut, Dari total 48 ekor tikus yang
pengamatan warna dan panjang ekor tertangkap, hanya 43 ekor yang
serta bentuk dan ukuran tengkorakn. teridentifikasi karena terdapat 5 ekor
Jenis tikus diidentifikasi tikus yang lepas (melarikan diri) saat
menggunakan kunci identifikasi akan dibius. Jenis tikus yang paling
berdasarkan Iskandar (1985), banyak tertangkap adalah Rattus
Ristiyanto (2002) dan Suyanto tanezumi.
(2006).(2) 3. Jenis kelamin tikus
Proporsi tikus jantan (63%) yang
HASIL PENELITIAN tertangkap saat penelitian lebih
1. Keberhasilan Penangkapan banyak dibandingkan dengan tikus
Tikus (Trap Success) betina (37%).

4. Infestasi dan identifikasi jenis pinjal pada tikus


Tabel 1. Infestasi pinjal dan identifikasi jenis pinjal menurut jenis tikus di
Kelurahan Jomblang, Kecamatan Candisari, Kota Semarang
∑ tikus % Tikus Pinjal
No Jenis tikus ∑ terinfestasi terifestasi
tikus pinjal pinjal Jenis ∑
1 Rattus tanezumi 21 8 38,09 X. cheopis 11
2 Rattus norvegicus 11 2 18,18 X. cheopis 2
3 Rattus norvegicus 4 - - - -
var javanus
4 Rattus exulans 1 1 100,0 X. cheopis 1
5 Bandicota indica 1 - - - -
6 Mus musculus 1 1 100,0 X. cheopis 1
7 Suncus murinus 4 1 25,0 X. cheopis 1

70
Wawasan Kesehatan – ISSN : 2087-4995
Volume 3 Nomor 2 Januari Tahun 2017

Terdapat 5 jenis tikus yang terinfestasi adalah Rattus tanezumi


terinfestasi pinjal. Persentase tikus (38,09%). Dari 16 pinjal yang
yang terinfestasi pinjal adalah ditemukan, semuanya berjenis
30,23%. Tikus yang paling banyak Xenopsylla cheopis.

5. Indeks umum pinjal pada tikus

Tabel 2. Indeks umum pinjal pada tikus yang tertangkap di Kelurahan


Jomblang, Kecamatan Candisari, Kota Semarang

∑ tikus Jenis kelamin pinjal ∑ Indeks


No. Jenis tikus Pinjal
Betina Jantan Umum
1 R. tanezumi 21 6 5 11 0,52
2 R. norvegicus 11 2 - 2 0,18
3 R. exulans 1 - 1 1 1,0
4 M. musculus 1 - 1 1 1,0
5 S. murinus 4 - 1 1 0,25
Total 43 8 8 16 0,37

Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa indeks umum pinjal adalah 0,37 (< 1).

6. Infestasi tungau pada tikus

Tabel 3. Infestasi tungau pada tikus yang tertangkap di Kelurahan Jomblang,


Kecamatan Candisari, Kota Semarang

∑ tikus
∑ tikus % tikus ∑ tungau
No. Jenis tikus terinfestasi
terifestasi
tungau
tungau
1 R. tanezumi 21 10 47,62 23
2 R. norvegicus 11 5 45,45 53
3 R. norvegicus var 4 2 50,0 8
Javanus
4 R. exulans 1 1 100,0 1
5 B. indica 1 - - -
6 M. musculus 1 - - -
7 S. murinus 4 1 25,00 1
Total 43 19 44,19 86
Tabel 3 menunjukkan persentase banyak terinfestasi tungau adalah
tikus yang terinfestasi tungau Rattus tanezumi (47,62%).
44,19%. Jenis tikus yang paling

71
Wawasan Kesehatan – ISSN : 2087-4995
Volume 3 Nomor 2 Januari Tahun 2017

7. Identifikasi jenis tungau pada tikus


Tabel 4. Identifikasi jenis tungau pada tikus yang tertangkap di Kelurahan
Jomblang, Kecamatan Candisari, Kota Semarang
No. Jenis tikus ∑ Tungau
tungau Jenis ∑ Jenis ∑

1 R. tanezumi 23 L. nutalli 18 L. echidninus 5


2 R. norvegicus 53 L. nutalli 42 L. echidninus 11
3 R. norvegicus var javanus 8 L. nutalli 8 - -
4 R. exulans 1 L. nutalli 1 - -
5 S. murinus 1 L. nutalli 1 - -
Total 86 72 14
Berdasarkan tabel 4, diketahui tungau paling dominan adalah
terdapat 2 jenis tungau yaitu Laelaps Laelaps nutalli.
nutalli dan Laelaps echidninus. Jenis

PEMBAHASAN di habitat luar rumah seperti kebun,


1. Keberhasilan Penangkapan sawah /hutan.(7)
Tikus (Trap Success)
Hasil penelitian menunjukkan 2. Jenis Tikus yang Tertangkap
trap success di Kelurahan Jomblang dan Jenis Kelamin Tikus
16,00%. Trap success ini digunakan Jenis tikus yang tertangkap
sebagai estimasi kepadatan relatif di bervariasi, terdiri dari 7 jenis.
suatu daerah. Keberadaan tikus tidak terbatas di
Keberhasilan penangkapan tikus daerah huniannya saja karena satu
di Kelurahan Jomblang > 7%, berarti jenis tikus dapat menghuni beberapa
kepadatan tikus di lokasi tersebut macam habitat atau sebaliknya.(8)
termasuk tinggi. Tingginya trap Penelitian Atik (2010) di Kabupaten
success di Kelurahan Jomblang Sleman hanya menemukan 2 spesies
berkaitan dengan kondisi lingkungan tikus yaitu Rattus tanezumi dan
yang kurang terjaga kebersihannya. Suncus murinus.(9,10)
Struktur bangunan tempat tinggal R. tanezumi merupakan tikus
penduduk yang tidak rapat tikus, yang paling banyak tertangkap. Hasil
adanya vegetasi atau rumput-rumut penelitian serupa juga ditunjukkan
di areal kebun yang tidak terawat, oleh penelitian yang dilakukan
sanitasi yang kurang terawat, adanya Raharjo di Kabupaten Bandung dan
got atau serta sungai yang menjadi Boyolali tahun 2011. Spesies yang
tempat pembuangan sampah menjadi paling banyak tertangkap adalah
faktor yang mendukung kehidupan Ratus tanezumi di kedua kabupaten
tikus untuk bersarang dan tersebut.(11)
berkembang biak. Menurut Boeadi (1977) dalam
Pemasangan single live trap Sunityoso, R. tanezumi banyak
dilakukan di dalam rumah. Menurut diperoleh di daerah pemukiman
Hadi dalam Handayani (2008), penduduk, terutama pada perangkap
keberhasilan penangkapan di habitat yang dipasang di dalam rumah.(10) R.
rumah biasanya lebih tinggi daripada tanezumi merupakan jenis tikus

72
Wawasan Kesehatan – ISSN : 2087-4995
Volume 3 Nomor 2 Januari Tahun 2017

domestik yang melakukan aktivitas Ania (2010) di Pasar tradisional


hidupnya di dalam rumah.(5) Tikus R. Johar, yang memperoleh hasil tikus
tanezumi dikenal sebagai tikus betina lebih banyak tertangkap
komensal atau synanthropic (hidup (63%).(5) Menurut Priyambodo
di lingkungan permukiman (2006), tikus betina lebih mudah
(12)
manusia). terperangkap karena tikus betina
Jenis tikus domestik lain yang lebih sering berada di luar rumah
ditemukan yaitu Rattus norvegicus. untuk mencari makan bagi anak-
Selain itu, ditemukan pula anaknya sedang tikus jantan lebih
insektivora Suncus murinus. Adanya sering di sarang untuk
Suncus murinus di dalam rumah mempertahankan daerah.(8)
mengindikasikan kondisi rumah Adanya perbedaan hasil
kurang bersih sehingga dapat penelitian dengan penelitian
menarik serangga (misalnya kecoa) sebelumnya dapat dipengaruhi
masuk ke dalam rumah. beberapa faktor. Jika terjadi populasi
Ditemukan 1 ekor tikus Rattus tikus yang meningkat dalam suatu
Exulans dan Bandicota indica. wilayah teritorial akan timbul
Keduanya merupakan jenis tikus kompetisi sosial yang memaksa tikus
peridomestik dimana aktivitas jantan yang berkedudukan lebih
hidupnya sebagian besar dilakukan rendah segera keluar dan mencari
di luar rumah.(12) Ditemukannya wilayah baru. Hasil penelitian ini
tikus tersebut di dalam rumah sejalan dengan penelitian Farida
menunjukkan adanya migrasi tikus (2006) di Kabupaten Klaten yang
dari habitat asal ke habitat yang lain menunjukan tikus jantan (65%) lebih
karena daya dukung di wilayah asli banyak tertangkap.(15)
tidak lagi menjamin kelangsungan Mobilitas tikus bertujuan untuk
hidup tikus, seperti kekurangan mencari pakan, pasangan dan
pakan dan air atau tidak ada tempat orientasi kawasan. Banyaknya tikus
berlindung.(13) jantan yang tertangkap
Banyaknya tikus yang mengindikasikan bahwa tikus
tertangkap di Kelurahan Jomblang tersebut melakukan mobilitas yang
menunjukkan bahwa populasi tikus tinggi.
di wilayah tersebut tinggi. Sebagai
perbandingan, penelitian Atik (2010) 3. Pinjal pada tikus
di wilayah pemukiman penduduk Jumlah pinjal yang ditemukan 16
Kabupaten Sleman menunjukkan ekor dengan jenis X. cheopis. Tikus
jumlah tikus yang tertangkap hanya yang paling banyak terinfestasi pinjal
sebanyak 17 ekor.(9) adalah R. tanezumi. Pinjal menyukai
mamalia yang hidup di dalam sarang,
Populasi tikus yang tinggi di
lubang dan gua yang terinfeksi pinjal.
suatu wilayah merupakan salah satu Kondisi udara kering mempunyai
faktor risiko terjadinya tranmisi pengaruh yang tidak menguntungkan
penyakit zoonosis contohnya bagi kelangsungan hidup pinjal. Setiap
leptospirosis..(14) kenaikan suhu 100C, lama hidup pinjal
Tikus yang tertangkap lebih berkurang 1/2 atau 2/3 kali dari hidup
banyak berjenis kelamin jantan normalnya.(13)
(63%), berbeda dengan penelitan

73
Wawasan Kesehatan – ISSN : 2087-4995
Volume 3 Nomor 2 Januari Tahun 2017

Hasil penelitian menunjukkan hasil domestik.(26) L. echidninus berperan


yang serupa dengan penelitian Ika sebagai vektor penyakit murine
(2010) di 4 kelurahan di Kecamatan typhus dan reservoir yang potensial
Tembalang yang menemukan spesies dari penyakit riketsiosis lainnya yaitu
pinjal X. cheopis pada tikus R. scrub typhus dan penyakit Q-Fever.
tanezumi.(16) Hasil serupa juga (23,27)
ditunjukkan oleh penelitian Untung
(2001).(17)
Habitat pinjal X. cheopis adalah di KESIMPULAN
dalam rumah dan gedung. X. cheopis Keberhasilan penangkapan tikus
merupakan jenis pinjal yang sangat (trap success) di Kelurahan
mudah berpindah dari satu host ke host Jomblang relatif tinggi. Terdapat 7
yang lain, baik itu sejenis maupun spesies tikus yang tertangkap dan
berbeda jenis.(18) X. cheopis merupakan persentase terbanyak tikus R.
vektor dari penyakit pes. Penularan tanezumi. Jenis pinjal yang
dapat terjadi melalui gigitan pinjal.(19,20) ditemukan pada tikus adalah
Selain berperan sebagai vektor penyakit X.cheopis. Indeks umum pinjal pada
pes, pinjal ini juga berperan sebagai
tikus < 2 sehingga wilayah
vektor utama penyakit murine typhus.(21)
. Kelurahan Jomblang tidak rentan
Berdasarkan penelitian, diketahui terhadap penularan pes. Jenis tungau
nilai indeks umum pinjal 0,37. Menurut yang ditemukan yaitu L. nutalli dan
WHO (1988) dan Depkes RI, suatu L. echidninus.
wilayah dikatakan waspada penularan
pes jika indeks khusus pinjal X. cheopis DAFTAR PUSTAKA
> 1 dan indeks umum pinjal X. Cheopis 1. Soejoedi H. Pengendalian
> 2.(22) Indeks umum pinjal di Kelurahan Rodent, Suatu Tindakan
Jomblang < 2 sehingga wilayah tersebut Karantina. Jurnal Kesehatan
tidak diwaspadai dari penularan
Lingkungan. 2 (1) : 53 – 66. 2005
penyakit pes.
http://www.journal.unair.ac.id/fil
erPDF/KESLING-2-1-06.pdf [24
4. Tungau pada tikus
Januari 2011]
Berdasarkan penelitian,
2. Ristiyanto, Nalim S,
persentase tikus terinfestasi tungau
Notosoedarmo S, Kushadiwidjaja
sebesar 44,19%. Tungau dapat
H, Boewono DT. Tikus,
menyebar dari semua habitat
Ektoparasit dan Penyakitnya.
(worldwide distribution), di
Draft Naskah Penyakit
antaranya menempati habitat yang
Bersumber Rodensia. Salatiga :
dihasilkan oleh binatang lain.(23)
B2P2VRP. 2002
Dari proses identifikasi, ada 2
3. Depkes RI Dirjen P2M&PL.
jenis tungau yang ditemukan yaitu
Petunjuk Pemberantasan Pes di
Laelaps nutalli dan Laelaps
Indonesia. 2000.
echidninus. Hasil penelitian serupa
http://www.penyakitmenular.info/
dilakukan Changbunjong (2008) dan
userfiles/PES.pdf [2 Februari
Lei Wei (2010) menemukan 2 jenis
2011]
tungau.(24,25)
4. Santoso L. Ikhtisar Penyakit
L. echidninus merupakan
Tropik. Semarang : FKM
ektoparasit yang umum ditemukan
UNDIP. 1998
pada tikus Rattus, terutama tikus

74
Wawasan Kesehatan – ISSN : 2087-4995
Volume 3 Nomor 2 Januari Tahun 2017

5. Maharani A. Studi Kepadatan Ektoparasit (Fleas) Pada Daerah


Tikus beserta Infestasi Pinjal dan Fokus dan Bekas Pes. Prosiding
Tungau di Pasar Tradisional Seminar Nasional Kesehatan
Johar, Kota Semarang Tahun Jurusan Kesehatan Masyarakat
2010. Skripsi FKM UNDIP FKIK UNSOED
6. CDC. Pictorial Keys To 12.Ristiyanto dan Farida DH.
Arthropods, Reptiles, Birds And Rodentologi Kesehatan.
Mammals Of Public Health Semarang : Fakultas Kesehatan
Significance. Atlanta, Georgia : Masyarakat Universitas Dian
U.S. Departement Of Health, Nuswantoro. 2005
Education and Welfare Public 13.Ristiyanto, dkk. Tikus,
Health Servise, Bureau Of Ektoparasit dan Penyakitnya.
Disease Prvention and Draft Naskah Penyakit
Environmental Control National, Bersumber Rodensia. Salatiga :
Communicable Disease Centre. B2P2VRP. 2002
1967 14.Djunaedi D. Penyakit Infeksi :
7. Melani S. Analisis Ehrlichiosis, Letospirosis,
Spasiotemporal Kasus Riketsiosis, Antraks, Penyakit
Leptospirosis di Kota Semarang Pes. Malang : UMM Press. 2007
Tahun 2009. 15.Handayani FD dan Ristiyanto.
http://eprints.undip.ac.id/23788/. Rapid Assessment Inang
2010 [24 Januari 2011] Reservoir Leptospirosis di
8. Priyambodo, S. Hama Daerah Pasca Gempa
Pemukiman Indonesia, Kecamatan Jogonalan,
Pengenalan, Biologi dan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Pengendalian - Tikus. Bogor : Buletin Penelitian Kesehatan. 36
FKH IPB. 2006 (2) : 62-70. 2008
9. Syarifatun A. 2010. Studi 16.Rahmawati I. Survei
Komparatif Keberhasilan Keberhasilan Penangkapan
Penangkapan (Trapp Success) (Trap Success) Tikus Rumah dan
Tikus Dengan Menggunakan Penghitungan Pinjal di Empat
Model Perangkap Single Live Kelurahan Kecamatan
Trap dan Snap Trap di Tembalang. Skripsi FKM
Kelurahan Sumber Rahayu, UNDIP
Kecamatan Moyudan, Kabupaten 17.Suhari U. Survei Tikus dan
Sleman. Skripsi FKM UNDIP. Ekstoparasitnya di Desa Jrakah,
2010 Kecamatan Selo, Kabupaten
10.Sunityoso S, M Sudomo, Fajar Boyolali Pasca Letusan Gunung
MLS. Jenis-jenis Ektoparasit Merapi. 2001.
pada Tikus Rattus spp. yang http://www.fkm.undip.ac.id/data/
Tertangkap di Daerah Sekitar index.php?action=4&idx=1663
Manggarai Jakarta Selatan. [23 April 201]
Jurnal Biologi Indonesia. 1 (3) : 18.Harwood, RF dan Maurice TJ.
51-57. 1995 Entomology in Human and
11.Raharjo, J. dan Ramadhani, T. Animal Health 7th Edition. New
2012. Studi Kepadatan Tikus dan

75
Wawasan Kesehatan – ISSN : 2087-4995
Volume 3 Nomor 2 Januari Tahun 2017

York : Macmillan Publishing. Hanafi-Bojd, Z Telmadarraiy.


1979 Ectoparasites of Rodents
19.Goddara J. Physician’s Guide to Captured in Bandar Abbas,
Arthropods of Medical Southern Iran. Iranian Journal
Importance, Fifth Edition. CRC Arthropod-Borne Dis. 3(2) : 44-
Press. 2007 49. 2009.
20.Kesuma AP. Pinjal (Fleas). 25.Changbunjong T, Weluwanarak
Berita dan Media Informasi T, Chamsai T, Sedwisai P,
Lokalitbang P2B2 Banjarnegara Ngamloephochit S,
(BALABA). 4 (1) : hal. 20. Juni Suwanpakdee S,
2007 Yongyuttawichai P,
21.Gasem MH, Wagenaar JFP, Wiratsudakul A, Chaichoun K,
Goris MGA, Adi MS, Isbandrio Ratanakorn P. Occurrence of
BB, Hartskeerl RA, et al.. ectoparasites on rodents in
Murine typhus and leptospirosis Sukhothai Province, northern
as causes of acute Thailand. Southeast Asian
undifferentiated fever, indonesia. Journal Trop Med Public Health.
Emerg Infect Dis [serial online]. 41(6) : 1324-30. November 2010.
2009 Jun. 26.Wei L, Xinwei W, Chengmin W,
http://www.cdc.gov/EID/content/ Hongxuan H. A Survey of
15/6/975.htm [22 December Ectoparasites from Wild Rodents
2010] and Anourosorex squamipes in
22.Depkes RI. Pedoman Sichuan Province, Southwest
Penangulangan Pes di Indonesia. China. Journal of Ecology and
Jakarta : Sub Direktorat Zoonosis the Natural Environment 2 (8) :
Depkes RI Dirjen P2PL. 2008 160-166. 2010.
23.Handayani FD. Tungau : 27.Standtmann RW and Mirchell
Penyakit yang Diakibatkan dan CJ. The Laelaptine Mites of The
Pengendaliannya. Media Litbang Echinolaelaps Complex From
Kesehatan 17 (2) : 46-48 Tahun The Southwest Pacific Area
2007 (Acarina : Mesostigmata).
24.Kia EB, H Moghddas-Sani, H Hawaii : Bishop Museum,
Hassanpoor, H Vatandoost, F Honolulu. Pacific Insects 5 (3) :
Zahabiun, AA Akhavan, AA 541-576. 1963

76
Wawasan Kesehatan – ISSN : 2087-4995

You might also like