Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 16

I.

Organisasi dan dokumen Keamanan Keselamatan Penerbangan Internasional

1. Organisasi Penerbangan Sipil Internasional

1.1 ICAO (International Civil Aviation Organization) Adalah Organisasi yang mengatur
operasional penerbangan sipil internasional;
1.2 IATA (International Air Transport Association) adalah Asosiasi pengangkutan Udara
Internasional

2. Dokumen Keamanan dan Keselamatan Penerbangan Internasional

2.1 Dokumen standard Keamanan Penerbangan : Annex 17, Safeguarding International Civil
Aviation Against Act Unllawful Interference
2.2 Dokumen Teknis Keamanan Penerbangan : Doc 8973, Aviation Security Manual
2.3 Dokumen standard Keselamatan Penerbangan : Annex 18, The Safe Transport Dangerous
Goods by Air
2.4 Dokumen Teknis Keselamatan Penerbangan : Doc 9284/905-AN, Technical Instruction for
Safe Transport Dangerous Goods by Air

II. ICAO Objective (Tujuan ICAO)

1. Each Contracting State shall have as its primary objective the safety of passengers, crew,
ground personnel and the general public in all matters related to safeguarding against acts of
unlawful interference with civil aviation.
Setiap Negara anggota ICAO wajib mengutamakan keselamatan penumpang, awak
pesawat, petugas di darat dan masyarakat terkait dari terjadinya tindakan melawan hokum
dalam penerbangan sipil.
2. Each Contracting State shall establish an organization and develop and implement
regulations, practices and procedures to safeguard civil aviation against acts of unlawful
interference taking into account the safety, regularity and efficiency of flights.
Setiap Negara Anggota wajib membentuk suatu organisasi, menyiapkan dan melaksanakan
peraturan dengan suatu prosedur untuk melindungi penerbangan sipil dari tindak gangguan
melawan hukum dengan memperhatikan keselamatan, keteraturan dan efisiensi
penerbangan.
3. Each Contracting State shall ensure that such an organization and such regulations, practices
and procedures:
a) protect the safety of passengers, crew, ground personnel and the general public in all
matters related to safeguarding against acts of unlawful interference with civil aviation;
and
b) are capable of responding rapidly to meet any increased security threat.
a) melindungi keselamatan penumpang, awak pesawat, personil di darat dan masyarakat
umum;
b) mampu untuk dengan cepat menanggapi setiap kejadian.

ROEDM1152437
MATERIALS SUMMARY FOR AVSEC TRAINING Page 1
III. Kewajiban Negara anggota ICAO

1. Menyusun Program Keamanan Penerbangan Nasional (Annex 17, point 3.1.1)


2. Membentuk Komite Keamanan Penerbangan Nasional (Annex 17, point 3.1.5)
3. Menyusun Program Keamanan Bandar Udara (Annex 17, point 3.2.1)
4. Membentuk Komite Keamanan Bandar Udara (Annex 17, point 3.2.3)
5. Menyusun Program Keamanan Angkutan Udara (Annex 17, point 3.3.1)
6. Menyusun Program Quality Control Nasional (Annex 17 (point 3.4.1)
7. Menyusun Program Diklat Personel Keamanan Penerbangan (Annex 17, point 3.1.6)

IV. Konvensi – konvensi ICAO

1. Konvensi Tokyo Tahun 1963 : Tentang Kejahatan dan kejadian tertentu lain di pesawat terbang;
2. Konvensi Hague 1970 : Pemberantasan Tindak melawan hokum di dalam pesawat udara
3. Konvensi Montreal 1971 : Konvensi Montreal tentang Pemberantasan Tindakan Melawan Hukum
terhadap Keselamatan Penerbangan Sipil
4. Protocol Montreal 1988: Pemberantasan Tindakan Melawan Hukum Kekerasan di Bandara
Melayani Penerbangan Sipil Internasional
5. Konvensi Montreal 1991 : Penandaan Bahan Peledak Plastik utk Tujuan Deteksi, Montreal – 1991

V. Organisasi Keamanan Penerbangan di Indonesia

1. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara adalah Instansi yang bertanggung jawab mengatur
operasionaL penerbangan sipil di Indonesia;
2. Direktur Jenderal Perhubungan Udara adalah Pejabat yang ditunjuk untuk memimpin Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara;
3. Komite Keamanan Penerbangan Nasional adalah organisasi yang dibentuk dan ditetapkan oleh
Menteri Perhubungan dan mempunyai masa tugas selama 5 tahun diketuai oleh Direktur
Jenderal Perhubungan Udara
4. Komite Keamanan Bandar Udara adalah organisasi yang dibentuk dan ditetapkan oleh Kepala
Kantor Bandar Udara dan mempunyai masa tugas selama 5 tahun di ketuai oleh Kepala Kantor
Bandar Udara;
5. Komite Keamanan Penerbangan Nasional wajib melakukan pertemuan secara rutin minimal 3
kali dalam setahun;
6. Komite Keamanan Bandar Udara wajib melakukan pertemuan secara rutin minimal 4 kali dalam
setahun.

ROEDM1152437
MATERIALS SUMMARY FOR AVSEC TRAINING Page 2
VI. Peraturan Perundangan Keamanan Penerbangan Nasional :

1. Undang Undang No 1 Tahun 2009, Penerbangan


2. Undang Undang No 2 Tahun 1976, Ratifikasi Konvensi konvensi ICAO
3. Undang Undang No 4 Tahun 1976, Penambahan Pasal dalam KUHP
4. Peraturan Pemerintah No 3 Tahun 2001, Keamanan dan Keselamatan Penerbangan
5. Peraturan Men Hub No PM 1 Tahun 2013, Standar Pelayanan Penumpang Angkutan Udara Haji;
6. Peraturan Men Hub No PM 90 Tahun 2013, Keselamatan Pengangkutan Bahan Berbahaya dengan
pesawat udara;
7. Peraturan Men Hub No 33 Tahun 2015, Pengendalian Jalan Masuk (Access Control) ke Daerah
Keamanan Terbatas;
8. Peraturan Men Hub PM 92 Tahun 2015, Pengawasan Keamanan Penerbangan Nasional;
Peraturan Men Hub PM 80 Tahun 2017, tentang Program Keamanan Penerbangan Nasional
9. Peraturan Men Hub PM 137 Tahun 2015, Pendidikan dan Pelatihan Personel Keamanan
Penerbangan;
10. Peraturan Men Hub PM 140 Tahun 2015, Program Penanggulangan Keadaan Darurat Keamanan
Penerbangan Nasional
12. Peraturan Men Hub PM 53 tahun 2017, tentang Pengamanan Kargo dan Pos Serta Rantai Pasok
(Supply Chain) Kargo dan Pos Yang Diangkut Dengan Pesawat Udara
13. Peraturan MenHub PM 93 TaHUN 2016 tentang Program Keselamatan Penerbangan Nasional
14. Peraturan Men Hub PM 167 Tahun 2015, Perubahan atas PM 33 Th 2015. Pengedalian Jalan
Masuk (Access Control) ke Daerah Keamanan Terbatas;
15. Peraturan Men Hub PM 58 Tahun 2016, Perubahan atas PM 90 Th 2013. Keselamatan
Pengangkutan Bahan Berbahaya dengan pesawat udara;
16. Peraturan Men Hub PM 94 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Men Hub No 137
Tahun 2015, Pendidikan dan Pelatihan Personel Keamanan Penerbangan Nasional
17. Peraturan Men Hub PM 57 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Men Hub PM 92 tahun
2015 tentang Program Pengawasan Keamanan Penerbangan

1. Surat Keputusan Dirjen Perhubungan Udara No SKEP/100/VII/2003 tentang Juknis Penanganan


Penumpang Pesawat Udara Sipil Yang Membawa Senjata Api dan Tata Cara Pengamanan
Pengawalan Tahanan Dalam Penerbangan Sipil;
2. Surat Keputusan Dirjen Perhubungan Udara No SKEP/43/III/2007 tentang Penanganan Cairan,
Aerosol dan Gel (liquid. Aerosols and gels) yang Dibawa Penumpang ke Dalam Kabin Pesawat
Udara pada Penerbangan Internasional;
3. Surat Keputusan Dirjen Perhubungan Udara No SKEP/95/IV/2008 tentang Juknis Penanganan
Petugas Pengamanan Dalam Penerbangan (In Flight Security Officers/ Air Marshall) Pesawat
Udara Niaga Berjadwal Asing
4. Surat Keputusan Dirjen Perhubungan Udara No SKEP/160/VIII/2008 tentang Sertifikat Kecakapan
Petugas Pengamanan Penerbangan Sipil (SKP);

ROEDM1152437
MATERIALS SUMMARY FOR AVSEC TRAINING Page 3
5. Surat Keputusan Dirjen Perhubungan Udara No SKEP/2765/XII/2010 tentang Tata Cara
Pemeriksaan Keamanan Penumpang, Awak Pesawat Beserta Barang Bawaan Yang Akan Diangkut
Pesawat Udara dan Orang Perseorangan;
6. Keputusan Pemerintah (Dirjen Hub Ud) No KP 262 Tahun 2013 tentang Petunjuk dan tata cara
pemeriksaan dan pengujian kinerja peralatan keamanan penerbangan;

7. Keputusan Pemerintah (Dirjen Hub Ud) No KP 481 Tahun 2012 tentang Lisensi Personel Fasilitas
Keamanan Penerbangan;
8. Keputusan Pemerintah (Dirjen Hub Ud) No KP 26 Tahun 2014 tentang Lisensi Personel
Penanganan Pengangkutan Barang Berbahaya Dengan Pesawat Udara
9. Keputusan Pemerintah (Dirjen Hub Ud) No KP 412 Tahun 2014 tentang Juknis Keselamatan
Pengangkutan Barang Berbahaya dengan Pesawat Udara;
10. Keputusan Pemerintah (Dirjen Hub Ud) KP 129 tahun 2017 tentang Juknis Pengawasan
Keamanan Penerbangan Nasional;
11. Keputusan Pemerintah (Dirjen Hub Ud) KP 37 tahun 2018 tentang Perubahan atas KP 129 tahun
2017 tentang Juknis Pengawasan Keamanan Penerbangan Nasional;
12. Keputusan Pemerintah (Dirjen Hub Ud) No KP 301 Tahun 2016 Perubahan atas KP 412 Th
2014 tentang Juknis Keselamatan Pengangkutan Barang Ber bahaya dengan pesawat udara
13. Keputusan Pemerintah (Dirjen Hub Ud) No KP 301 Tahun 2016 Perubahan atas KP 412 Th
2014 tentang Juknis Keselamatan Pengangkutan Barang Ber bahaya dengan pesawat udara

VII. Pengertian

1. Audit adalah pemeriksaan terjadwal, sistematis dan mendalam terhadap prosedur, fasilitas,
personel dan dokumentasi organisasi penyedia jasa penerbangan untuk mengetahui tingkat
kepatuhan terhadap peraturan
2. Alat Peledak (explosive materials) adalah alat yang dipicu dan dapat meledak
3. Alat berbahaya (Dangerous Articles) adalah Alat atau benda tumpul yang dapat digunakan
untuk mengancam, mencederai, melumpuhkan dan membuat orang tidak berdaya
4. Barang Berbahaya : barang/ bahan yang dapat membahayakan kesehatan, keselamatan jiwa
dan harta benda serta keamanan dan keselamatan penerbangan;
5. Bagasi Tercatat adalah barang penumpang yang diserahkan kepada pengangkut untuk
diangkut dengan pesawsat udara yang sama;
6. Bagasi Kabin adalah barang yang dibawa oleh penumpang dan dalam pengawasan
penumpang itu sendiri;
7. Barang dilarang (Prohibited Items) adalah barang yang dapat digunakan untuk melumpuhkan,
melukai dan menghilangkan nyawa orang lain serta untuk melakukan tindaK melawan hokum
yang meliputi alat peledak, barang berbahaya, alat alat berbahaya dan senjata;
8. Daerah Keamanan Terbatas, adalah daerah-daerah di dalam dan diluar bandara yang
digunakan untuk kepentingan keamanan penerbangan, penyelenggaraan Bandar udara dan
kepentingan lainnya dan untuk masuk daerah tersebut dilakukan pemeriksaan seseuai
ketentuan yang berlaku;

ROEDM1152437
MATERIALS SUMMARY FOR AVSEC TRAINING Page 4
9. Daerah Steril, adalah daerah tertentu di dalam daerah keamanan terbatas yang diperuntukan
bagi penumpang yang akan naik pesawat udara setelah dilakukan pemeriksaan keamanan
kedua;
10. Daerah Terbatas, daerah tertentu di Bandar udara dimana penumpang/ non penumpang
memiliki akses masuk dengan persyaratan tertentu;
11. Fasilitas Keamanan Penerbangan adalah peralatan-peralatan yang digunakan dalam upaya
mewujudkan keamanan penerbangan
12. Keamanan Penerbangan adalah suatu keadaan yang memberikan perlindungan kepada
penerbangan dari tindakan melawan hokum melalui keterpaduan sumberdaya manusia,
fasilitas dan prosedur;
13. Keselamatan Penerbangan adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan
dalam pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar udara, angkutan udara, navigasi
penerbangan, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya.
14. Lisensi adalah surat izin yang diberikan kepada seseorang yang telah memenuhi persyaratan
tertentu untuk melakukan pekerjaan di bidangnya dalam jangka waktu tertentu.
15. Pengamanan, adalah gabungan sumberdaya manusia, fasilitas, material dan prosedur yang
ditujukan untuk mencegah terjadinya tindak melawan hokum dalam penerbangan;
16. Penerbangan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pemanfaatan wilayah udara,
pesawat udara, bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan, keselamatan dan
keamanan, lingkungan hidup, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya.
17. Program Keamanan Penerbangan Nasional adalah dokumen tertulis yang memuat peraturan,
prosedur dan langkah-langkah pengamanan yang diambil untuk melindungi penerbangan dari
tindakan melawan hokum
18. Program Keamanan Bandar Udara (Airport Security Programme) adalah dokumen tertulis
yang memuat prosedur dan langkah-langkah serta persyaratan yang wajib dilaksanakan oleh
Unit Penyelenggara Bandar Udara dan Badan Usaha Bandar Udara untuk memenuhi
ketentuan yang terkait dengan operasi penerbangan di Indonesia.
19. Program Keamanan Angkutan Udara (Aircraft Operator Security Programme) adalah dokumen
tertulis yang memuat prosedur dan langkah-langkah serta persyaratan yang wajib
dilaksanakan oleh Badan Usaha Angkutan Udara untuk memenuhi ketentuan keamanan
penerbangan di Indonesia
20. Pengujian (test) adalah pengujian terhadap kemampuan kinerja personel, prosedur, fasilitas
keamanan dan daerah yang diidentifikasikan rawan dengan simulasi tindakan melawan
hokum.
21. Pengendalian Keamanan (Security Control) adalah penerapan suatu teknik atau tindakan
untuk mencegah disusupkannya/terbawanya Barang Dilarang (Prohibited Items) yang dapat
digunakan untuk melakukan tindakan melawan hukum.
22. Pemeriksaan Keamanan (Security Screening) adalah penerapan suatu teknik atau cara lain
untuk mengenali atau mendeteksi Barang Dilarang (Prohibited Items) yang dapat digunakan
untuk melakukan tindakan melawan hukum
23. Pemeriksaan keamanan pesawat udara (aircraft security check) adalah pemeriksaan bagian
dalam pesawat udara yang dapat dicapai oleh penumpang dan pemeriksaan tempat
penyimpanan untuk menemukan barang yang mencurigakan atau dilarang (prohibited items) ;
24. Penyisiran keamanan pesawat udara (Aircraft Security Search) adalah pemeriksaan
menyeluruh pada bagian luar dan dalam pesawat udara dengan maksud untuk menemukan
barang yang mencurigakan atau barang yang dilarang (prohibited items)

ROEDM1152437
MATERIALS SUMMARY FOR AVSEC TRAINING Page 5
25. Personel Keamanan Penerbangan adalah personel yang mempunyai lisensi yang diberi tugas
dan tanggung jawab di bidang Keamanan Penerbangan.
26. Personel Fasilitas Keamanan Penerbangan adalah personel yang mempunyai lisensi dan rating
yang diberi tugas dan tanggung jawab di bidang pemeliharaan fasilitas Keamanan
Penerbangan.
27. Peralatan Keamanan Penerbangan adalah peralatan yang digunakan untuk mengenali atau
mendeteksi orang, kendaraan atau barang/bahan yang berpotensi melakukan atau digunakan
untuk tindakan melawan hukum dalam penerbangan
28. Pengujian adalah kegiatan mengukur pemenuhan standar teknis operasional peralatan
keamanan penerbangan
29. Peralatan Keamanan Penerbangan adalah peralatan yang digunakan untuk mengenali atau
mendeteksi orang, kendaraan atau barang/bahan yang berpotensi melakukan atau digunakan
untuk tindakan melawan hukum dalam penerbangan
30. Pengujian adalah kegiatan mengukur pemenuhan standar teknis operasional peralatan
keamanan penerbangan
31. Sabotase adalah suatu tindakan pengrusakan atau penghilangan terhadap harta benda yang
dapat mengancam atau menyebabkan terjadinya tindakan melawan hokum dalam
penerbangan dan fasilitasnya
32. Senjata adalah sesuatu benda yang dapat dipergunakan untuk melukai, menakut-nakuti,
mencederai, membunuh dan/atau memusnahkan
33. Survey adalah evaluasi kebutuhan keamanan termasuk identifikasi terhadap kerentaan yang
dapat dimanfaatkan untuk melakukan tindakan melawan hokum dan rekomendasi terhadap
tindakan korektif;
34. Security Items adalah senjata atau alat berbahaya yang dilarang dibawa ke dalam kabin
pesawat udara dan hanya diijinkan sebagai bagasi tercatat atau disimpan dalam kotak khusus
(security items box) yang cukup kuat dan terkunci;
35. Tujuan Program Keamanan Penerbangan Nasional, untuk melindungi keselamatan,
keteraturan dan efisiensi penerbangan di Indonesia melalui pemberian regulasi, standard dan
prosedur serta perlindungan yang diperlukan bagi penumpang, awak pesawat, personel di
darat dan masyarakat dari tindakan melawan hokum
36. Tindakan Melawan Hukum adalah tindakan-tindakan atau percobaan yang membahayakan
keselamatan penerbangan dan angkutan udara, berupa:
a. menguasai pesawat udara secara melawan hukum;
b. melakukan pengrusakan/penghancuran pesawat udara di darat (in service);
c. menyandera orang di dalam pesawat udara atau di bandar udara;
d. masuk ke dalam pesawat udara, bandar udara atau tempat tempat aeronautika secara
paksa;
e. membawa senjata, peralatan berbahaya atau bahan-bahan yang dapat digunakan untuk
tindakan melawan hukum secara tidak sah;
f. menggunakan pesawat udara di darat (in service) untuk tindakan yang menyebabkan mati,
cederanya seseorang, rusaknya harta benda atau lingkungan sekitar; dan
g. memberikan informasi palsu yang membahayakan keselamatan pesawat udara dalam
penerbangan maupun di darat, penumpang, awak pesawat udara, personel darat atau
masyarakat umum pada bandar udara atau tempat-tempat fasilitas penerbangan lainnya.

ROEDM1152437
MATERIALS SUMMARY FOR AVSEC TRAINING Page 6
Tujuan Penerbangan : Tertib, teratur, selamat, aman dan nyaman
Semboyan Kementerian Perhubungan : 3 S + 1C : Safety, Security, Service dan Compliance

VIII. PM 80 Tahun 2017 Program Keamanan Penerbangan Nasional

Tujuan Keamanan Penerbangan adalah untuk melindungi keselamatan, keteraturan dan effisiensi
penerbangan di Indonesia melalui peraturan, tindakan dan prosedur, perlindungan yang perlu
terhadap tindak gangguan melawan hukum dengan mempertimbangkan keselamatan, keteraturan
dan effisiensi penerbangan

Tujuan PKPN :
1. Melindungi keselamatan, keteraturan dan efisiensi penerbangan di Indonesia melalui pemberian
regulasi, standar dan prosedur serta perlindungan bagi penumpang, awak pesawat udara,
personel di darat dan masyarakat dari tindakan melawan hukum;
2. Mempertahankan tingkat keamanan bandar udara dan angkutan udara yang memberikan
pelayanan penerbangan di Indonesia;
3. Melindungi operasional penerbangan domestic dari tindakan melawan hukum yang dilakukan
berdasarkan penilaian resiko keamanan, dan
4. Memenuhi standar dan rekomendasi praktis internasional yang dimuat dalam Annex 17 dari
Konvensi Chicago (1944) dan yang terkait dengan keamanan penerbangan dalam ICAO Annex
lainnya.

Tanggung jawab Menteri :


1. Menteri bertanggung jawab terhadap keamanan penerbangan nasional;
2. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya Menteri mendelegasikan kepada Dir Jen Hub Ud
3. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya Menteri menetapkan :
a. Komite Keamanan Penerbangan Nasional;
b. PKPN;
c. Program Pengawasan Keamanan Penerbangan Nasional;
d. Program Pendidikan dan Pelatihan Keamanan Penerbangan Nasional;
e. Program Penanggulangan Keadaan Darurat Keamanan Penerbangan Nasional

Pembagian Daerah Keamanan di Bandar Udara :


1. Daerah Keamanan Terbatas
2. Daerah Steril
3. Daerah Sisi Darat

 Orang yang dapat masuk ke Daerah Keamanan Terbatas adalah Calon penumpang yang memiliki
dokumen perjalanan angkutan udara, orang perseorangan, personel pesawat udara dan pegawai/
karyawan yang memiliki izin masuk.
 Setiap orang yang dapat masuk ke Daerah Keamanan Terbatas Harus dilakukan pemeriksaan
terhadap dokumen perjalanan angkutan udara bagi calon penumpang, dan tanda izin masuk bagi
orang perseorangan, personel pesawat udara dan pegawai/karyawan;

ROEDM1152437
MATERIALS SUMMARY FOR AVSEC TRAINING Page 7
 Izin masuk ke Daerah Keamanan Terbatas dimaksud diatas dapat dalam bentuk :
a. Dokumen perjalanan (tiket yang berlaku dan sesuai identitas pemiliknya)
b. PAS Bandara untuk Orang dan Kendaraan;
c. kartu identitas penerbang dan personel kabin (ID card crew); dan
d. tanda pengenal inspektur penerbangan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara

IX. PM 140 Tahun 2015 Program Penanggulangan Keadaan Darurat

1. Tujuan Program Penanggulangan Keadaan Darurat :


1.1 Mengidentifikasi tindakan melawan hukum yang terjadi;
1.2 Merencanakan tindakan yang akan diambil untuk menanggulang tindakan melawan hukum;
1.3 Mencari penyelesaian terhadap kejadian tindakan melawan hukum;
1.4 Menetapkan langkah-langkah dan prosedur untuk penanggulangan keadaan darurat
keamanan penerbangan;
1.5 Mengurangi dampak resiko terhadap kejadian tindakan melawan hukum;
1.6 Menjadi pedoman bagi instansi yang terlibat dalam penanggulangan keadaan darurat
keamanan penerbangan

2. Komando Pengendali Keadaan Darurat Keamanan Penerbangan


2.1 Bandar Udara dalam kondisi keamanan Normal / Hijau, Komando pengendali Keamanan
Bandar Udara adalah Kepala Bandar Udara atau General Manager Bandar Udara;
2.2 Bandar Udara dalam kondisi keamanan Rawan/ Kuning, Komando pengendali Keamanan
Bandar Udara adalah Kepala Bandar Udara atau General Manager Bandar Udara dan di
koordinasikan dengan Kepolisian setempat;
2.3 Bandar Udara dalam kondisi keamanan Darurat/ Merah, Komando Penanganan Keadaan
Darurat adalah Kepala Kepolisian setempat;
2.4 Bandar Udara “enclave sipil” (Pangkalan Militer yang dipergunakan untuk aktivitas
penerbangan sipil/ komersial) dalam kondisi keamanan normal, Komando pengendali
keamanan bandar udara pada Kepala Bandar Udara/ GM Bandar udara.
2.5 Kondisi rawan (kondisi kuning) merupakan kondisi keamanan penerbangan dimana
diperlukan peningkatan keamanan, kewaspadaan dan kesiagaan pada saat :
a. Terdapat informasi ancaman dari sumber yang perlu dilakukan penilaian ancaman lebih
lanjut.
b. Terjadi gangguan keamanan atau tindakan melawan hokum yang berpotensi mengganggu
keamanan penerbangan.
2.6 Kondisi darurat (kondisi merah) merupakan kondisi keamanan penerbangan pada saat :
a. Ancaman yang membajhayakan keamanan penerbangan berdasarkan penilaian positif
terjadi terhadap pesawat udara, Bandar udara, dan pelayanan navigasi penerbangan;
b. Terjadinya tindak melawan hokum berupa ancaman bom, pembajakan, sabotase dan
penyerangan yang membahayakan keamanan penerbangan, Bandar dara dan pelayanan
navigasi penerbangan.
2.7 Dalam kondisi rawan (kondisi kuning) Komando Penanggulangan keadaan darurat Keamanan
Penerbangan berada pada Direktur Jenderal selaku Ketua Pusat Komando dan Pengendalian
Nasional (National Command and Control Centre/ NCCC).

ROEDM1152437
MATERIALS SUMMARY FOR AVSEC TRAINING Page 8
2.8 Dalam kondisi darurat (kondisi merah) Direktur Jenderal selaku Ketua Pusat Komando dan
Pengendalian Nasional (National Command and Control Centre/ NCCC) menyerahkan
Komando Penanggulangan Keadaan Darurat Keamanan Penerbangan kepada Panglima TNI.
2.9 Bandar Udara “enclave sipil” dalam kondisi rawan (kondisi kuning), Komando Pengendalian
Keamanan Penerbangan berada pada Kepala Bandar Udara;
2.10 Bandar Udara “enclave sipil” dalam kondisi darurat (Kondisi merah) Komando
Penanggulangan keadaan darurat diserahkan kepada Komandan Pangkalan Udara setempat

X DANGEROUS GOODS

 Are articles or substances which are capable of posing significant risk to health, safety or to
property or environment when transported by air
 Bahan atau zat yang memungkinkan terjadinya bahaya terhadap kesehatan, keselamatan atau
harta milik dan lingkungan ketika diangkut dengan pesawat udara
 Class of Dangerous Goods
 Class 1 EXPLOSIVE :
- Benda/Zat yang memiliki bahaya ledakan tinggi
- Benda / Zat yang mempunyai bahaya proyeksi tapi bukan bahaya ledakan tinggi
- Benda/Zat yang mempunyai bahaya hembusan kecil dan atau bahaya proyeksi ringan
tapi bukan bahaya ledakan tinggi .
 Class 2 GASSES :
- Flammable Gas (Gas yang mudah terbakar) contoh : Hidrogen,Butane dll
- Non Flammable, Non toxic Gas (gas yang tidak mudah terbakar dan tidak beracun) contoh :
Karbondioksida,Fire Extinguisher dll
- Toxic Gas ( Gas Beracun ) contoh : Aerosol dll
 Class 3 FLAMMABLE LIQUIDS ( Cairan yang mudah terbakar )
- Cairan yang bila dipanaskan dalam wadah tertutup mempunyai titik nyala 60.5 °C atau
65.6 °C dengan wadah terbuka
- Contoh : Alkohol (Kelas ini tidak memiliki divisi)
 Class 4 CLASS 4 FLAMABLE SOLIDS (Benda padat yang mudah terbakar)
- Flammable Solids Contoh : Korek Api
- Substance Liable to spontaneous combustion (Zat yang bila bereaksi dengan udara dapat
terbakar dengan sendirinya) Contoh : Phospor
- Substance which,in contact with water,emit flammable gas (Zat yang mudah terbakar atau
mengeluarkan gas apabila bercampur dengan air) Contoh : Kalsium Karbid
 Class 5 OXIDIZING SUBSTANCE AND ORGANIC PEROXIDES (Zat yang beroksidasi dan zat
terpencar)
- Oxidizer( Zat penghasil oksigen yang dapat merangsang terbakarnya bahan-bahan lain )
Contoh : Nitrat, Kalsium Klorat ( Pemutih)
- Organic Peroxide (Zat padat/ cair yang dapat menimbulkan reaksi / terbakar apabila
terjadi gesekan atau pengisapan uap lembab atau reaksi kimia)
Contoh : Hidroperoxide,tert-buty

ROEDM1152437
MATERIALS SUMMARY FOR AVSEC TRAINING Page 9
 Class 6 TOXIC AND INFECTIOUS SUBSTANCES ( Zat Racun dan Zat Menular)
- Toxic Substances (Zat yang menyebabkan kematian apabila dihirup /ditelan atau dapat
menyebabkan luka atau membahayakan keselamatan) Contoh : Pestisida
- Infectious Substances (Zat yang mengandung mikro organisme hidup termasuk bakteri,
virus,jamur, dan lain-lain yang menyebabkan penyakit pada manusia atau hewan)
Contoh : Hepatitis, Rabies, HIV
 Class 7 RADIOACTIVE MATERIAL ( Bahan Radioaktif)
- Bahan / zat yang dapat mengeluarkan radiasi yang berbahaya bagi manusia, binatang dan
barang. Radiasi dimaksud tidak dapat dilihat dan hanya dapat dikontrol dengan alat yang
disebut Geiger.
- Kelas ini tidak memiliki divisi, hanya dibagi dalam 3 kategori:
 Class 8 CORROSIVE MATERIALS ( Bahan cair/padat yang dapat menyebabkan kerusakan/karat)
- Dapat menyebabkan kerusakan kulit bila tersentuh, Bila berasap dapat berbahaya jika
dihirup,
- Dapat menyebabkan iritasi mata,
- Dapat merusak logam (struktur pesawat),barang
 Class 9 MISSCELENEOUS DANGEROUS GOODS (adalah bahan yang tidak termasuk dalam 8
Class Dangerous Goods tersebut diatas dan diperlakukan sebagai dangerous goods bila dimuat
dalam pesawat udara)

ROEDM1152437
MATERIALS SUMMARY FOR AVSEC TRAINING Page 10
XI PM 53 TAHUN 2017, PENGAMANAN KARGO DAN POS SERTA RANTAI PASOK (SUPPLAY
CHAIN) KARGO DAN POS YANG DIANGKUT DENGAN PESAWAT UDARA

1. Badan Usaha Angkutan Udara dan Perusahaan Angkutan Udara Asing bertanggung jawab
terhadap keamanan kargo dan pos yang akan diangkut dengan pesawat udara.
2. Dalam melaksanakan tanggung jawab sebagaimana dimaksud, Badan Usaha Angkutan Udara
dan Perusahaan Angkutan Udara Asing wajib melakukan langkah-langkah keamanan.
3. Langkah-langkah keamanan sebagaimana dimaksud adalah :
a. pengendalian keamanan (security control);
b. pemeriksaan keamanan (security screening); dan
c. pengamanan dan pengendalian transportasi darat
4. Langkah-langkah keamanan dapat didelegasikan kepada :
a. Regulated Agent; dan/ atau
b. Known Consignor.
5. Regulated Agent bertanggung j awab terhadap keamanan kargo dan pos sejak diterima dari
pengirim (shipper/ consignor) sampai dengan diserahkan kepada
Badan Usaha Angkutan Udara atau Perusahaan Angkutan Udara Asing.
6. Dalam melaksanakan tanggung jawab sebagaimana dimaksud, Regulated Agent melakukan :
a. pemeriksaan kelengkapan dokumen;
b. pemeriksaan keamanan;
c. pengendalian dan perlindungan kargo dan pos yang telah diperiksa;
d. perlindungan dan pengendalian pengangkutan darat; dan
e. serah terima kepada Badan Usaha Angkutan Udara atau Perusahaan Angkutan Udara
Asing.
7. Kargo dan pos jenis tertentu dilakukan pemeriksaan khusus, Kargo dan pos jenis tertentu
sebagaimana dimaksud antara lain:
a. jenazah dalam peti;
b. vaksin;
c. plasma darah dan organ tubuh manusia;
d. barang-barang medis yang mudah rusak;
e. hewan hidup (live animal);
f. barang-barang yang mudah rusak [perishable goods);
g. barang-barang ukuran besar (kategori Out Of Gauge /OOG) dan berat (kategori
heavy/HEA) yang tidak dimungkinkan diperiksa melalui mesin x-ray; dan
h. kargo lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal.
8. Pemeriksaan khusus sebagaimana dimaksud dilakukan dengan cara :
a. pemeriksaan fisik kargo secara manual; dan
b. pemeriksaan kelengkapan dan kesesuaian dokumen dari instansi terkait jika
dipersyaratkan.

ROEDM1152437
MATERIALS SUMMARY FOR AVSEC TRAINING Page 11
XII. PM 33 Tahun 2015 dan PM 167 Tahun 2015 (Peraturan Perubahan) tentang Pengendalian
Jalan masuk (access control) ke Daerah Keamanan Terbatas di Bandar Udara

Untuk kepentingan keamanan penerbangan, Badan Usaha Bandar Udara dan Unit
Penyelenggara Bandar Udara harus mengidentifikasi daerah-daerah yang dipergunakan untuk
kepentingan operasional penerbangan dan menetapkan sebagai daerah keamanan Bandar
udara

Daerah Keamanan Terbatas (Security Restricted Area) harus dilindungi dengan pembatas fisik
dan selalu diawasi, diperiksa pada selang waktu tertentu dan diberi tanda peringatan (sign
board) keamanan penerbangan

Persyaratan pagar pembatas fisik di Bandar udara :


- Tinggi pagar 2,44 meter dilengkapi dengan kawat berduri diatasnya
- Tidak ada celah dari bawah sampai atas untuk disusupi orang
- Dilengkapi lampu penerangan pada jarak tertentu
- Dilengkapi dengan sistemera pengawas (CCTV)
- Tersedia jalan inspeksi untuk patroli

Pengendalian jalan masuk (access control) ke daerah keamanan terbatas harus dilakukan
langkah langkah pengendalian keamanan dalam bentuk :
- System penggunaan jalan masuk
- Pemeriksaan keamanan (security screening)

Pengendalian jalan masuk (access control) ke daerah keamanan terbatas harus dilakukan
langkah langkah pemeriksaan keamanan (security control)

Penerapan pengendalian keamanan (security control) harus memperhatikan :


- Desain Bandar udara
- Ketersediaan fasilitas keamanan penerbangan
- Ketersediaan personel keamanan penerbangan

XIII. Skep/2765/XII/2010, Tata Cara Pemeriksaan Keamanan Penumpang, Awak Pesawat


dan Barang Bawaan yang akan diangkut Pesawat Udara dan Orang Perseorangan

1. Setiap penumpang, personel pesawat udara dan orang perseorangan yang memasuki daerah
keamanan terbatas harus mempunyai izin masuk yang berlaku.

2. Setiap penumpang, personel pesawat udara dan orang perseorangan sebagaimana dimaksud
serta barang bawaan harus dilakukan pemeriksaan keamanan

ROEDM1152437
MATERIALS SUMMARY FOR AVSEC TRAINING Page 12
3. Izin masuk sebagaimana dimaksud berupa :
a. tiket penumpang atau pas masuk pesawat udara (boarding pass) sesuai dengan identitas
diri yang sah;
b. pas bandar udara;
c. identitas penerbang dan personel kabin (Crew ID Card); atau
d. tanda pengenal inspektor penerbangan Direktorat Jenderal

4. Personel keamanan bandar udara wajib menolak setiap penumpang, personel pesawat udara
dan orang perseorangan serta barang bawaan untuk memasuki daerah keamanan terbatas
dan/atau ruang tunggu, apabila tidak memiliki izin masuk dan/atau menolak untuk diperiksa.

5. Penempatan peralatan keamanan penerbangan di tempat pemeriksaan keamanan pertama


( Security Check Point / SCP1) pada bandar udara sebagai berikut :
a. gawang detektor logam (Walk Through Metal Detector / WTMD ) ditempatkan di sebelah
mesin x-ray bagasi tercatat;
b. jarak antara gawang detektor logam (Walk Through Metal Detector / WTMD) dan mesin x-
ray bagasi tercatat minimal 50 (lima puluh) cm;
c. apabila terdapat lebih dari satu jalur pemeriksaan, maka jarak antara dua gawang
detektor logam (Walk Through Metal Detector / WTMD) minimal 60 (enam puluh) cm

6. Pemeriksaan Ruang tunggu dilakukan, bila :


a. digunakan secara terus-menerus harus dilakukan penyisiran keamanan sekurang-
kurangnya 1 (satu) kali dalam 24 (dua puluh empat) jam;
b. tidak digunakan secara terus-menerus harus dilakukan penyisiran keamanan sebelum
dioperasikan

7. Jalur ke atau dari daerah keamanan terbatas dan ruang tunggu harus memenuhi aspek
keamanan dan sesuai kebutuhan.
Jalur ke atau dari daerah keamanan terbatas dan ruang tunggu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), hanya digunakan untuk kepentingan operasional bandar udara dan jika tidak
dipergunakan harus dikunci dan/atau dijaga

8. Pemeriksaan bagasi dan barang bawaan yang berupa perangkat elektronik yang tidak
diperiksa melalui mesin x-ray harus dilakukan pemeriksaan secara manual dengan langkah
langkah antara lain :
a. pemilik menghidupkan perangkat elektronik tersebut;
b. pemilik mengoperasikan perangkat elektronik tersebut; dan
c. personel keamanan mengawasi dan melihat hasil pemeriksaan dari perangkat tersebut

9. Personel keamanan yang memeriksa bagasi tercatat harus memasang label security check.
Label security check sebagaimana dimaksud , harus :
a. terlekat kuat, dan tidak dapat digunakan untuk kedua kalinya apabila bagasi tercatat
dibuka; dan
b. disimpan pada tempat/kotak tertutup untuk menghindari penggunaan secara melawan
hokum

ROEDM1152437
MATERIALS SUMMARY FOR AVSEC TRAINING Page 13
10. Konsep Pemeriksaan di SCP (Security Check Point) :
- Boarding Gate Plan : Pemeriksaan dilakukan di pintu masuk pesawat
- Holding Gate Plan : Prosedur Pemeriksaan dilakukan di setiap pintu masuk ruang tunggu
- Concourse Plan : Pemeriksaan dilakukan secara sentralisasi atau terpusat untuk masuk ke
beberapa ruang tunggu

11. Jumlah personel di setiap SCP : 6 (enam) personel dengan 5 (lima) posisi tugas
Jumlah personel di SCP sesuai dengan tipe :
Tipe A : 5 orang, Tipe B : 4 orang dan Tipe C : 3 orang

12. Posisi Tugas di Security Check Point (SCP) :


1. PLPB / Flow Controller : bertanggung jawab memeriksa dokumen perjalanan, pas bandara
dan mengatur penempatan tas/ bagasi di conveyor mesin X Ray
2. Operator X Ray : bertanggung jawab mengidentifikasi isi sebuah tas dengan tidak perlu
membuka dan menginformasikan kpd petugas pemeriksa manual bagasi bila diketahui
ada barang yang mencurigakan;
3. Petugas Body Search : melakukan pemeriksaan secara manual terhadap penumpang bila
melalui WTMD menimbulkan alarm;
4. Petugas Pemeriksa Manual Bagasi : memeriksa secara manual terhadap tas/ bagasi
penumpang setelah mendapat informasi dari petugas Operator X Ray;
5. Supervisor : bertanggung jawab mengendalikan operasional personel Avsec di semua
posisi di SCP dan menyelesaikan segala permasalahan yang terjadi di SCP;

13. Jalur pemeriksaan yang menggunakan peralatan keamanan penerbangan harus mempunyai
peralatan keamanan paling sedikit meliputi :

a mesin x-ray bagasi kabin;


b. gawang detektor logam (Walk Through Metal Detector / WTMD ); dan
c. detektor logam genggam (Hand Held Metal Detector / HHMD).

14. Fungsi peralatan keamanan :


14.1 Mesin X ray :
14.1.1 Untuk mendapatkan hasil monitor yang baik :
- Barang/ bagasi diletakkan ditengah-tengah conveyor X Ray
- Barang/ bagasi diatur dengan jarak antara 20 – 30 cm
- Barang/ bagasi tidak tumpang tindih;
- Penempatan di conveyor dengan salah satu sisi tas/ barang bagasi tertidur
14.1.2 Monitor X Ray terdiri :
- Hitam Putih untuk melihat bentuk benda
- Berwarna untuk melihat dari bahan apa benda dibuat
14.1.3 Warna pada monitor X Ray :
- Orange : Organik (ada unsur kehidupan)
- Biru : Inorganik (tidak ada unsur kehidupan/ alam)
- Hijau : campuran organic dan inorganic atau karena kepadatan unsur benda
14.2 Walk Through Metal Detector (WTMD) dan Hand Held Metal Detector (HHMD)

ROEDM1152437
MATERIALS SUMMARY FOR AVSEC TRAINING Page 14
14.2.1 Alat yang dipergunakan untuk mendeteksi segala macam benda dengan unsur logam
yang kemungkinan masih dibawa penumpang pada saat akan memasuki daerah
keamanan terbatas dan/atau daerah steril
14.2.2 Sistem kerja WTMD dan HHMD adalah Elektromagnetic
14.2.3 Prosedur pemeriksaan/ Body Search dengan HHMD adalah :
- Pemeriksaan dilakukan searah jarum jam
- Tidak menyentuh badan yang diperiksa
- HHMD harus dicoba terlebih dahulu sebelum dipergunakan

Prosedur pemeriksaan Diplomatic : Tas diplomatic/ Diplomatic Pounch tidak diperiksa.

PM 92 Tahun 2015, PENGAWASAN KEAMANAN PENERBANGAN

Tujuan
1. Sebagai pedoman dalam pengawasan terhadap pednerapan program keamanan bandar
udara, program keamanan angkutan udara dan program keamanan penyedia jasa
penerbangan lainnya, program keamanan pelayanan jasa terkait bandar udara dan
program keamanan regulated agent serta peraturan prosedur keamanan penerbangan;
2. Sebagai pengawasan yang berkelanjutan untuk melihat tingkat pemenuhan peraturan
sesuai dengan Program Keamanan Penerbangan Nasional;
3. Sebagai petunjuk dalam pelaksanaan dan pengalokasian tanggung jawab kegiatan pengawasan;
4. Melakukan tindakan korektif terhadap penyimpangan pemenuhan peraturan keamanan
penerbangan.
5. Sebagai pedoman evaluasi keamanan penerbangan.

AUDIT untuk :
1. Memastikan bahwa seluruh ketentuan dalam PKPN dan Program Keamanan Obyek Pengawasan
dilaksanakan;
2. Memastikan pencapaian tingkat pemenuhan standar keamanan dan effektifitas pelaksanaan
langkah langkah keamanan penerbangan;
3. Mengidentifikasi pemenuhan standard an prosedur keamanan penerbangan;
4. Mengidentifikasi daerah yang membutuhkan keamanan penerbangan dan memastikan
dilaksanakannya tindakan korektif.

AUDIT dilaksanakan sebagai berikut :


1. Berdasarkan program kerja yang telah disusun;
2. Memberitahu kepada obyek pengawasan ;
3. Tidak dapat dilaksanakan bersamaan dengan Test;
4. Audit oleh Dirjen Hubud minimal 1 kali dalam 3 tahun;
5. Audit internal minimal 1 kali dalam 2 tahun.

INSPEKSI untuk :
1. Memastikan bahwa 1 (satu) atau beberapa aspek dalam ketentuan program keamanan
penerbangan nasional dan program keamanan pada obyek pengawasan dilaksanakan sesuai
ketentuan;

ROEDM1152437
MATERIALS SUMMARY FOR AVSEC TRAINING Page 15
2. Memastikan tingkat pencapaian dan effeltifitas pelaksanaan prosedur keamanan penerbangan;
3. Mengidentifikasi pemenuhan standar dan prosedur keamanan penerbangan dan meastikan
tindakan korektif;
4. Mengidentifikasi kerentaan pada area yang memerlukan perbaikkan/ peningkatan keamanan.

INSPEKSI dilaksanakan sebagai berikut :


1. Berdasar program kerja yang telah disusun atau berdasar penilaian resiko;
2. Pelaksanaan dapat diberitahukan atau tidak kepada obyek pengawasan pada setiap
inspeksiDapat dilaksanakann secara bersamaan dengan pengujian (test)

SURVEY untuk :
1. Mengevaluasi dan mengidentifikasi kebutuhan keamanan penerbangan untuk effektifitas
prosedur, fasilitas, personel dan langkah langkah keamanan penerbangan;
2. Mengidentifikasi terhadap kerawanan keamanan yang terdapat pada obyek pengawasan sebagai
masukan untuk perubahan kebijakan tingkat nasional dan obyek pengawasan.

SURVEY dilakukan dalam hal :


1. Pembangunan, pengembangan dan penambahan fasilitas obyek pengawasan;
2. Adanya penambahan rute baru atau peruibahan tipe pesawat;
3. Dibutuhkan peningkatan kewaspadaan keamanan penerbangan.

SURVEY dilaksanakan sebagai berikut :


1. Diberitahukan kepada obyek pengawasan
2. Survey dapat dilaksanakan bersamaan dengan test/ pengujian

ROEDM1152437
MATERIALS SUMMARY FOR AVSEC TRAINING Page 16

You might also like