Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

REPRESENTASI MASKULINITAS DAN FEMINITAS PADA KARAKTER

PEREMPUAN KUAT DALAM SERIAL DRAMA KOREA

Eko Rizal Saputra, Hapsari Dwiningtyas


Departemen Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedarto, SH Tembalang Semarang Kotak Pos 1269
Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405
Laman: http://www.fisip.undip.ac.id email: fisip@undip.ac.id

ABSTRACT
The female characters in Korean dramas are often displayed with emphasis on femininity. The
femininity on the text only represents a message of a particular ideology, did not a
representation of human being. It could lead to restrictions on women's roles and affirmation
of how women should be. Supposedly, women could put themselves on the masculine and
feminine side and mass media should be able to bring diversity to the female character. This
study aims to see how the representation of masculinity and femininity displayed on a strong
female character in the Korean television drama—Strong Woman Do Bong Soon—as an ideal
concept for women. The theory that is used in this research was the performance theory of
Judith Butler. This study used an approach of discourse analysis on the text of Sara Mills. With
this approach, the analytical tools were divided into four structures, including character,
fragmentation, focalization, and schemata. The results showed that the character of women
brings masculine and feminine values on her. The character displayed with the attribute of
femininity through her physical appearance. While in her role, the character displayed two
sides, namely masculinity and femininity. Masculinity was in the ability of herself who takes
over the role of hero and protector of men. Meanwhile, masculinity and femininity were also
seen in the realm of women's work and romance. Fragmentation of a strong female character
represented as a body that carries power through her face, chest, waist, hand, leg, and back.
Masculinity and femininity were also seen through the position of women in the narrative.
Masculinity arised when women act as a subject or Self and femininity exists when women are
narrated by other characters or The Other. However, there were also results that show
masculinity when the position of women in The Other and femininity on the Self. And in the
schemata, masculinity and femininity were shown to shape women's position as a subject. In
the social context, the male and female audience tend to interpret the character according to
what is displayed. The different meanings influenced by some factors, such as the knowledge
and experience of the audience. The presence of masculinity and femininity in a female
character here was a form of gender performativity that shows the character was able to escape
from dominant performance.

Keywords : Masculinity and Femininity, Women, Korean Drama


PENDAHULUAN mengatakan bahwa karakter itu terbuat dari
kata-kata; Mereka bukanlah representasi
Karakter perempuan di dalam drama
dari manusia—mereka hanyalah kata-kata
Korea kerap ditampilkan dengan
yang telah dipelajari pembaca untuk
menekankan pada konsep femininnya.
membangun seperangkat pesan ideologis
Joanna Elfving-Hwang dalam
yang menarik pengetahuannya tentang
Representations of Femininity in
bagaimana teks itu ditulis dan terus ditulis,
Contemporary South Korean Women’s
dan pandangan yang beredar di dalam
Literature menjelaskan bahwa feminitas
masyarakat tentang bagaimana perempuan
perempuan di Korea dipengaruhi oleh dasar
dan laki-laki. Oleh karena itu, dapat
filosofis yang mengacu pada interpretasi
diartikan bahwa feminitas pada perempuan
Neo-Konfusianisme pada konsep binari yin
yang ditampilkan oleh drama Korea hanya
dan yang (Elfving-Hwang, 2010: 16).
mewakili dari teks yang berisikan pesan
Menurut Ien Ang (dalam Goodwin dan
ideologis tertentu saja, bukanlah
Whannel, 1990: 128), karakter perempuan
representasi dari manusia.
di dalam opera sabun tidak akan pernah
bangkit dari permasalahan ‘tradisional’ Berangkat dari pemikiran Julia
mereka. Peran-peran yang dilekatkan pada Kristeva, seharusnya siapapun termasuk
karakter perempuan dianggap sebagai perempuan dapat menempatkan dirinya
upaya untuk mencapai cita-cita dari pada sisi maskulin ataupun feminin (Tong,
ideologi patriarki. 2010: 300). Munculnya sosok karakter
perempuan kuat yang ditampilkan oleh
Feminitas perempuan pada teks di
serial drama Korea Strong Woman Do Bong
dalam drama Korea sendiri dapat dilihat
Soon menandakan bahwa adanya
melalui konsep mengenai kode-kode
perlawanan untuk keluar dari ideologi
feminin yang dikemukakan oleh Angela
dominan yang biasanya dilekatkan pada
McRobbie. Menurut McRobbie (1991: 93),
perempuan. Di mana, perempuan tidak
kode-kode feminin merupakan bagian dari
seharusnya didefinisikan hanya
ideologi dominan, di mana berperan untuk
berdasarkan sisi femininnya saja, tetapi
mendefinisikan kehidupan setiap wanita,
perempuan juga dapat mengekspresikan
mulai dari cara berpakaian, cara bertindak
dirinya melalui sisi-sisi maskulin.
hingga cara mereka berbicara satu sama
lain. Melalui bukunya yang berjudul Penelitian ini menggunakan teori
Feminist Sylistics, Sara Mills (2005: 123) utama komunikasi feminis yaitu,
performance theory. Teori ini dikemukakan bagaimana konteks sosial penonton. Tahap
pada karya-karya Judith Butler. Butler skemata juga dilakukan dengan melihat
berpendapat bahwa ada aspek sementara konteks sosial penonton melalui metode
dari hasil ini karena melibatkan wawancara kepada informan sesuai dengan
‘pengulangan kebiasaan yang diritualkan’, kriteria berikut. Yaitu, (1) penonton laki-
yang juga ‘dibentuk dan dipaksakan oleh laki dan penonton perempuan, dan (2)
heteroseksualitas’ (Jagger, 2008: 20-21). sudah pernah menonton 16 episode serial
Tujuan akhir dari penelitian ini adalah drama Korea Strong Woman Do Bong
untuk melihat bagaimana representasi Soon. Hasil wawancara sendiri kemudian
maskulinitas dan feminitas yang diolah menggunakan teknik open coding
ditampilkan pada karakter perempuan kuat hingga akhirnya disesuaikan dengan
di dalam serial drama Korea. Dan apakah temuan pada tahap analisis sebelumnya.
karakter perempuan yang ditampilkan
Unit analisis yang diteliti dalam
mampu keluar dari performa dominan
penelitian ini adalah teks pada 40 scene dari
dalam teks serial drama Korea.
16 episode serial drama Korea Strong
METODA PENELITIAN Woman Do Bong Soon. Adapun yang
dimaksud dengan teks tersebut mencakup
Penelitian ini bersifat deskriptif
teks berupa audio dan visual. Teks di sini
kualitatif dengan menggunakan metode
terorganisasi dalam kode-kode yang
analisis wacana Sara Mills dengan
merepresentasikan bagaimana maskulinitas
mengkaji teks serial drama Korea Strong
dan feminitas pada karakter perempuan
Woman Do Bong Soon. Dengan pendekatan
kuat ditampilkan pada drama Korea Strong
ini, perangkat analisis wacana dibagi dalam
Woman Do Bong Soon. Teknik
empat struktur besar. Pertama, struktur
pengumpulan data yang digunakan dalam
karakter (character/roles), yaitu karakter
penelitian ini adalah dokumentasi dan
perempuan digambarkan dalam teks.
wawancara.
Kedua, fragmentasi (fragmentation), yaitu
bagaimana penubuhan perempuan terjadi di HASIL PENELITIAN
dalam teks. Ketiga, fokalisasi
1. Analisis Karakter
(focalization), yaitu analisis dialog karakter
dalam teks. Keempat, skemata (schemata), Analisis karakter sendiri terdiri dari

yaitu pembentukan ideologi dalam teks dari gambaran fisik dan gambaran

keseluruhan plot yang terdiri dari kemampuan/peran. Melalui gambaran

perangkat-perangkat sebelumnya serta fisiknya, karakter Do Bong-soon lebih


membawa nilai-nilai feminitas dengan sebagai pengawal pribadi karakter laki-laki
tampilan wajah ideal perempuan Korea, dan pengembang game. Hal ini seolah
menggunakan make up, fashion yang cukup menegaskan seperti yang disampaikan oleh
modis, dan tinggi badan idaman lelaki. Hal Simone de Beauvoir (dalam Tong, 2010:
ini sejalan dengan definisi McRobbie 274) bahwa perempuan yang bekerja di luar
(1991: 123-125) yang mengatakan bahwa rumah bersama laki-laki berusaha untuk
pengetahuan tentang kecantikan masuk ke menjadi subjek atas dirinya. Karakter juga
dalam bagian pengetahuan domestik yang ditampilkan sebagai perempuan yang aktif
lebih besar bersamaan dengan tips tentang dan dominan di dalam hubungan
perawatan anak, masakan dan cinta. asmaranya. Sementara itu, feminitas
Kegiatan ‘perbaikan’ diri ini juga kemudian perempuan ditemukan lebih berada pada
membentuk hobi ideal untuk anak sesuatu yang dianggap natural pada
perempuan. Perilaku ini, seperti yang perempuan. Seperti ranah kerja domestik
ditunjukkan oleh para penulis feminis, dan posisi pasif di dalam romantisme.
merupakan esensi dari feminitas. Meskipun Menurut McRobbie (1991: 117), tema
begitu, gambaran fisik karakter perempuan seperti itu dimunculkan untuk membentuk
di sini tidak berusaha untuk memuja-muja sebuah konsep definisi yang memberikan
kecantikan sebagai keindahan ataupun batasan pada peran wanita secara umum
menarik perhatian lawan jenis. Penggunaan dan mengisolasinya hanya untuk berada di
make up dan fashion yang dikenakan lebih rumah. Namun, hasil penelitian
merujuk pada identitas karakter sebagai menemukan bahwa feminitas pada karakter
seorang perempuan. perempuan di sini dilakukannya atas
kemauan diri sendiri.
Sedangkan melalui gambaran
kemampuan/peran, karakter cenderung 2. Analisis Fragmentasi
menampilkan kedua sisi dari maskulin dan
Sara Mills (2005: 133) menunjukkan
feminin. Sisi maskulin dimunculkan pada
pendeskripsian perempuan melalui anatomi
kemampuan karakter sebagai pahlawan dan
tubuh mempunyai efek: (1) tubuh
pelindung laki-laki. Karakter perempuan
perempuan adalah sesuatu yang dapat
seolah mengambil alih peran yang biasanya
terfragmentasi, (2) tubuh perempuan
dilekatkan pada maskulinitas atau kelaki-
seperti unsur-unsur alam, pasif, dan dapat
lakian. Maskulinitas juga berada pada
dikonsumsi. Dalam wacana unsur tersebut
pilihan ranah kerja dan posisi romantisme
jarang terjadi untuk mendeskripsikan
karakter. Karakter ditampilkan bekerja
karakter laki-laki. Hasil penelitian sendiri
menunjukkan bahwa kamera masih subjektivitas “subjek”. Artinya, di sini
membentuk tubuh perempuan sebagai tubuh perempuan sudah ditampilkan
sesuatu yang terfragmentasi. Namun, tubuh sebagai upaya untuk membuat dirinya
perempuan tidak lagi dinegasikan sebagai sebagai subjek daripada objek.
sesuatu yang pasif dan dapat dikonsumsi
3. Analisis Fokalisasi
sebagai objek kenikmatan laki-laki.
Fragmentasi tubuh seperti wajah, dada, Dalam analisis ini, peneliti melihat

pinggang, tangan, kaki, dan punggung posisi perempuan di dalam narasi

justru membentuk tubuh perempuan yang menampilkan maskulinitas dan feminitas.

membawa power. Teknik straight angle Voice (pernyuaraan) merupakan suara

dan low angle banyak digunakan untuk terdengar yang berbanding lurus dengan

menyoroti bagian tubuh yang maskulinitas, di mana kedudukan karakter

merepresentasikan kemampuan fisik Do tertentu memiliki fokalisasi yang kuat.

Bong-soon. Sudut straight angle membuat Sedangkan, voiceless (pembisuan) akan

tubuhnya seolah tampak sejajar, yaitu kuat berbanding lurus dengan feminitas di mana

dan berani dengan penonton laki-laki. karakter tertentu memiliki kedudukan

Sedangkan low angle, merupakan sudut dalam narasi cerita yang ditentukan oleh

yang merepresentasikan dominasi, karakter lain yang lebih difokalkan.

kepercayaan diri dan kekuatan perempuan. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat

Selain itu, teknik pengambilan gambar keberagaman temuan. Pertama,

close up pada fragmentasi tubuh Do Bong- maskulinitas dan feminitas tampil

soon menggambarkan secara detail sebagaimana posisi perempuan di dalam

karakteristik tubuh yang memiliki sifat- narasi. Maskulinitas hadir ketika

sifat maskulin sebagai tanda kekuatan perempuan menjadi subjek fokalisasi atau

mereka. Kemudian teknik medium shot Diri (Self) dan feminitas muncul di mana

secara keseluruhan menggambarkan gestur posisi perempuan sebagai objek fokalisasi

dan ekspresi tubuh terhadap interaksi atau Liyan (The Other). Kedua, beberapa

mereka dengan lingkungan sekitar, di mana narasi justru menampilkan maskulinitas

ketika Do Bong-soon yang berkelahi dan feminitas tidak sesuai dengan posisi

dengan geng Bae-tak. Menurut Michel perempuan di dalam narasi. Fokalisasi

Foucault (dalam Butler, 2011: 9) bahwa seperti sikap keberanian pada dialog

power beroperasi dalam konstitusi materi pertama saat karakter Do Bong-soon

yang sangat pokok, dalam prinsip yang berhadapan dengan anggota geng justru

secara simultan membentuk dan mengatur menampilkan posisi perempuan yang Liyan
(The Other), namun menunjukkan sisi laki-laki ataupun perempuan cenderung
maskulinitas. Hal tersebut terjadi memaknai karakter perempuan sesuai
dikarenakan reaksi anggota geng (Self) dengan apa yang ditampilkan. Meskipun
yang merasa terancam dengan keberadaan begitu, perbedaan pemaknaan tetap terlihat.
Do Bong-soon (The Other). Selain itu, Penonton laki-laki yang lebih memaknai
fokalisasi sikap peduli kesejahteraan orang dengan sudut pandang feminisme, melihat
lain dan emosional juga menunjukkan hal maskulinitas dan feminitas karakter sebagai
yang berbeda pula. Perempuan yang bentuk kesetaraan gender pada perempuan.
diposisikan sebagai Diri (Self) justru Sedangkan, penonton perempuan lebih
menampilkan kelompok sikap feminitas memaknainya berdasarkan pengalaman dan
atau keperempuanan. Feminitas pada kepercayaan yang dianutnya, sehingga
perempuan di sini tidak selalu beberapa peran yang ditampilkan terkadang
menempatkan mereka di posisi Liyan. tidak disetujui olehnya.
Feminitas juga dapat menjadikan
Selain itu, perbedaan juga terjadi pada
perempuan sebagai dirinya sendiri. Hal ini
tubuh perempuan yang terfragmentasi.
sejalan seperti yang disampaikan Beauvoir
Penonton perempuan lebih sering
(dalam Tong, 2010: 274) bahwa
memaknai fragmentasi tubuh sebagai
“perempuan, seperti juga laki-laki, lebih
keidealan tampilan fisik perempuan.
merupakan subjek daripada objek.”
Penonton perempuan di sini lebih berfokus
4. Analisis Skemata pada bentuk tubuh yang dianggapnya
ramping dan ideal bagi seorang perempuan.
Skemata merupakan gambaran secara
Hal ini menunjukkan bahwa pesan tubuh
kultural bagaimana posisi perempuan dan
sebagai power yang dimunculkan oleh
laki-laki dalam tatanan masyarakat
drama tersebut justru tidak dimaknai sama
membawa ideologinya masing-masing.
oleh penonton perempuan. Sedangkan
Menurut Mills, masyarakat memiliki pola
penonton laki-laki lebih memahami sorotan
pemikiran mengenai pemaknaan gender,
bagian tubuh tersebut sebagai subjektivitas
misalkan seksisme. Dalam masyarakat
dan kekuatan perempuan. Penonton laki-
muncul generalisasi tentang perempuan
laki di sini menyadari bahwa sorotan
yang selalu dipandang sebagai subordinat
kamera tersebut tidak memberikan arti
laki-laki (Mills, 2005: 148). Namun, hasil
bahwa perempuan sedang diobjektifikasi
penelitian menunjukkan bahwa karakter
bagian tubuhnya. Hal ini menunjukkan
perempuan yang ditampilkan justru
bahwa makna sorotan kamera untuk
dianggap sebagai dominan. Penonton baik
membentuk power perempuan belum tentu semacam hasil budaya yang dipaksakan,
dapat dimaknai sama oleh penonton. didorong oleh heteroseksualitas, dengan
Penonton masih bisa terpengaruh oleh demikian, itulah performatif. Dalam hal ini,
ideologi dominan yang biasanya dilekatkan pemahaman tersebut menunjukkan peran
pada sorotan tubuh perempuan dan gender pada laki-laki (maskulinitas) dan
penonton tersebut tidak selamanya laki- perempuan (feminitas) adalah sebuah
laki. Perbedaan pemaknaan ini tentu dapat bentukan yang muncul karena adanya
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti ideologi dominan. Namun, hasil penelitian
pengetahuan dan pengalaman dari menunjukkan bahwa perempuan yang
penonton. ditampilkan justru mampu membawa nilai-
nilai maskulin dan feminin di dalam
REFLEKSI TEORITIS
dirinya. Kedua karakteristik tersebut juga
Perempuan sebagaimana seorang merupakan performatif yang tidak
individu yang bebas seharusnya tidak dipaksakan kepada individu tertentu.
berada pada posisi yang ditekankan pada Perempuan melakukannya atas kesadaran
sisi feminitasnya saja. Julia Kristeva (dalam dan kemauan dirinya sendiri. Artinya,
Tong, 2010: 300) menegaskan bahwa dalam hal ini karakter perempuan kuat yang
ketika seorang anak memasuki tatanan dimunculkan melalui teks pada serial
simbolik, si anak dapat mengidentifikasi drama Korea Strong Woman Do Bong Soon
diri dengan ibu atau ayahnya. Bergantung mampu keluar dari performa dominan. Ia
pada pilihan yang diambilnya, seorang membentuk sebuah konsep baru terhadap
anak dapat menjadi kurang atau lebih eksistensi maskulinitas dan feminitas yang
“feminin” atau “maskulin”. dapat mempengaruhi kepribadian serta

Kehadiran nilai-nilai maskulinitas perannya.

dan feminitas pada karakter perempuan SIMPULAN


tersebut merupakan bentuk dari
Serial drama Korea Strong Woman
performativitas gender. Penelitian ini juga
Do Bong Soon menawarkan penjelasan
menggunakan pendekatan teori
tentang teori performance pada karakter
performance dari Judith Butler sebagai
perempuan kuat yang menampilkan
teori komunikasi feminis. Dalam karyanya
karakteristik maskulinitas dan feminitas.
yang berjudul Gender Trouble (1990),
Serial drama ini merupakan contoh di mana
Butler (dalam Jagger, 2008: 20)
karakter perempuan mampu keluar dari
berpendapat bahwa gender adalah
perangkap ideologi dominan yang sering
dilekatkan pada perempuan. Di mana menampilkan maskulinitas dan feminitas
perempuan biasanya hanya ditampilkan tidak sesuai dengan posisi perempuan di
dengan menekankan sisi-sisi femininnya dalam narasi. Maskulinitas dapat hadir
saja, sehingga dikhawatirkan hal tersebut ketika perempuan berada di posisi Liyan
dapat menciptakan batasan terhadap peran- (The Other) dan feminitas saat di posisi Diri
peran perempuan. Serial drama ini (Self).
merepresentasikan bahwa perempuan ialah
Berdasarkan analisis yang telah
manusia yang memiliki sifat-sifat maskulin
dilakukan, hasil penelitian menunjukkan
dan feminin di dalam dirinya.
bahwa karakter perempuan yang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditampilkan dianggap sebagai dominan.
karakter Do Bong-soon secara keseluruhan Penonton baik laki-laki ataupun perempuan
menampilkan sosok perempuan yang cenderung memaknai karakter perempuan
feminin-maskulin. Karakter feminin sesuai dengan apa yang ditampilkan.
diperlihatkan melalui gambaran fisik Do Meskipun begitu, perbedaan pemaknaan
Bong-soon. Dalam serial drama ini, tetap terlihat. Penonton laki-laki yang lebih
normalisasi pembentukan peran tetap memaknai dengan sudut pandang
terlihat, namun terjadi pertukaran peran feminisme, melihat maskulinitas dan
gender antara laki-laki dan maskulinitas feminitas karakter sebagai bentuk
serta perempuan dan feminitas. Hasil kesetaraan gender pada perempuan.
penelitian juga menunjukkan bahwa Sedangkan, penonton perempuan lebih
potongan tubuh yang ditampilkan memaknainya berdasarkan pengalaman dan
membentuk makna lain bagi perempuan, kepercayaan yang dianutnya, sehingga
yaitu tubuh sebagai power. Selain itu, beberapa peran yang ditampilkan terkadang
maskulinitas dan feminitas juga dibentuk tidak disetujui olehnya.
dengan posisi perempuan di dalam narasi
IMPLIKASI PENELITIAN
yang beragam. Pertama, maskulinitas dan
feminitas tampil sebagaimana posisi 1. Implikasi Teoritis

perempuan di dalam narasi. Maskulinitas Penelitian ini dapat memperkaya


hadir ketika perempuan menjadi subjek kajian teori performance dan analisis
fokalisasi atau Diri (Self) dan feminitas wacana kritis Sara Mills dalam melihat
muncul di mana posisi perempuan sebagai bagaimana perempuan ditampilkan pada
objek fokalisasi atau Liyan (The Other). media. Kajian penelitian ini berfokus
Kedua, beberapa narasi justru mengenai performativitas gender pada
karakter perempuan kuat, di mana bagaimana memaknai sorotan kamera yang
perempuan juga dapat membawa nilai-nilai dapat membentuk makna aktif bagi
maskulinitas dan feminitas bersama perempuan yang ditampilkan. Analisis
dirinya. Karakter menampilkan fokalisasi memberikan pemahaman tentang
performativitas gender yang berbeda. Hasil bagaimana posisi perempuan di dalam
penelitian menunjukkan bahwa karakter narasi atau dialog, apakah dia aktif dalam
justru membentuk definisi baru terhadap hal ini mendefinisikan dirinya sendiri dan
eksistensi maskulinitas dan feminitas. sejalan dengan maskulinitas atau pasif di
Dalam hal ini, karakter tidak ditampilkan mana orang lain yang mendefinisikan
melalui karakteristik sepenuhnya dirinya dan sejalan dengan feminitas.
androgini. Menurut Betty Friedan (dalam Analisis skemata memberikan pemahaman
Tong, 2010: 50), ide androgini dapat lebih luas tentang bagaimana khalayak
digunakan untuk melawan kecenderungan membentuk konteks sosial dan memaknai
tradisional masyarakat untuk menghargai representasi maskulinitas dan feminitas
secara tinggi sifat maskulin, dan sifat pada karakter perempuan kuat.
feminin. Meskipun begitu, karakter hanya
2. Implikasi Praktis
menampilkan ide androgini melalui
perannya, bukan melalui penampilan. Penelitian ini dapat memberikan

Penampilan karakter tetap menggunakan referensi kepada penonton aktif untuk

aksen-aksen keperempuanan, namun tidak mengetahui makna dibalik gambar, teks,

menjadikannya sebagai sebuah tekanan dan bahasa pada drama Korea Strong

bagi perempuan dalam pilihan berpakaian. Woman Do Bong Soon yang menampilkan
representasi maskulinitas dan feminitas
Analisis wacana kritis Sara Mills
pada karakter perempuan. Maskulinitas dan
menjadi alat kritik untuk memahami
feminitas dapat dilihat sebagai konteks baru
bagaimana representasi maskulinitas dan
untuk mencapai terwujudnya ide androgini
feminitas pada perempuan kuat. Analisis
yang digalakkan untuk setiap individu. Hal
karakter memberikan pemahaman dalam
ini sebagai upaya untuk memberi ruang
bagaimana mengajak khalayak untuk
bagi setiap orang dalam menghargai dirinya
memaknai karakter melalui tampilan fisik
tanpa dibatasi oleh konstruksi-konstruksi
dan perannya agar dapat melihat
sosial tertentu yang ada di masyarakat.
representasi dari maskulinitas dan
Tidak hanya itu, penelitian ini juga dapat
feminitas. Analisis fragmentasi
memberikan manfaat kepada masyarakat
memberikan pemahaman tentang
untuk mengetahui bagaimana bentuk-
bentuk maskulinitas dan feminitas pada Women’s Literature. Frankfurt:
Global Oriental.
karakter perempuan dalam drama Korea
yang merupakan produk industri budaya Goodwin, Andrew dan Gary Whannel.
(1990). Understanding Television.
populer. Terutama di masa sekarang ini London: Routledge.
dengan mudahnya akses teknologi. Hall, Stuart. (2003). Representation:
Cultural Representations and
3. Implikasi Sosial Signifying Practices. London,
Thousand Oaks, New Delhi: Sage
Penelitian ini dapat memberikan Publications.
jawaban tentang permasalahan gender yang Jagger, Gill. (2008). Judith Butler:
Sexual Politics, Social Change and
seringkali dialami perempuan karena
the Power of the Performative.
tekanan dari konstruksi feminitas. Di mana Oxon, New York: Routledge.
perempuan juga dapat membawa nilai-nilai Kennedy, Marcy. (2013). Strong Female
maskulinitas dan feminitas di dalam Characters: A Busy Writer’s Guide.
Oregon: Tounge United
kehidupannya. Menurut Betty Friedan Communications.
(dalam Tong, 2010: 50), ide androgini Krolokke, Charlotte dan Anne Scott
dapat digunakan untuk melawan Sorensen. (2006). Gender
Communication Theories and
kecenderungan tradisional masyarakat Analyses: From Silence to
untuk menghargai secara tinggi sifat Performance. California: Sage
Publications, Inc.
maskulin, dan sifat feminin. Peran-peran
Marinescu, Valentina (Eds). (2014). The
yang biasanya dilekatkan pada perempuan Global Impact of South Korean
baik di dunia nyata ataupun fiksi Popular Culture. Lanham, London:
Lexington Books.
merupakan upaya untuk mengukuhkan
McDermott, Monika L. (2016).
ideologi dominan tertentu saja. Penelitian Masculinity, Femininity, and
ini juga dapat mengajak masyarakat American Political Behavior. New
York: Oxford University Press.
khususnya para penggemar drama Korea
McRobbie, Angela. (1991). Feminism
agar berpikir kritis mengenai isu
and Youth Culture: From Jackie to
perempuan yang ditampilkan oleh media Just Seventeen. London: Macmillan
Education LTD.
sebagai salah satu bentuk dari isu
Mills, Sara. (2005). Feminist Sylistics.
kesetaraan gender.
London: Routledge.
DAFTAR PUSTAKA Worell, Judith. (2002). Encyclopedia of
Women and Gender: Sex
Elfving-Hwang, Joanna. (2010). Similarities and Differences and the
Representations of Femininity in Impact of Society on Gender.
Contemporary South Korean California, London: Academic
Press.
Sumber Jurnal rt/2017/09/688_225606.html.
Diakses, 08 Februari 2018.
Korean Culture and Information
Hens, Henry. (2017). Line Today
Service. (2015). K-Drama: A New
Tayangkan Drama Strong Girl Bong
TV Genre with Global Appeal.
Soon. Dalam
Korean Culture, No.3.
https://www.bintang.com/celeb/read
Prado, Kathleen Mae. (2014). Hallyu: /3170957/line-today-tayangkan-
Through the Looking Glass. Ateneo drama-strong-girl-bong-soon.
de Manila University: 142-156. Diakses, 07 Februari 2018.
Sumber Internet Juniman, Puput Tripeni. (2017).
Sinetron Indonesia yang
Anonim. (2012). Confucianism and the ‘Terinspirasi’ Drama Korea. Dalam
Female Roles in K-Dramas. Dalam https://www.cnnindonesia.com/hibu
http://seoulbeats.com/2012/06/conf ran/20170508212754-220-
ucianism-and-the-female-roles-in-k- 213283/sinetron-indonesia-yang-
dramas/. Diakses, 08 Februari 2018. terinspirasi-drama-korea/2.
Diakses, 17 April 2018.
Anonim. (2017). Experts Reveal The
Reasons Korean Dramas are So Mundy, Simon. (2013). South Korean
Addicting. Dalam Soap Operas Hook Foreign
https://www.koreaboo.com/buzz/exp Audiences. Dalam
ert-explains-korean-dramas- https://www.ft.com/content/948719a
addictive/. Diakses, 17 April 2018. e-4858-11e3-a3ef-00144feabdc0.
Diakses, 23 Juni 2018.
Chandra, Fransisca Stefanie. (2017).
Pecinta Drakor, Wajib Follow 6 Purnamasari, Dinda. (2017). Anak Muda
Akun Instagram Spoiler Drama Lebih Suka Serial Korea Ketimbang
Korea Ini. Dalam Sinetron. Dalam
https://www.idntimes.com/hype/ente https://tirto.id/anak-muda-lebih-
rtainment/fransisca-stefanie- suka-serial-korea-ketimbang-
chandra/akun-instagram-spoiler- sinetron-coSM. Diakses, 08 Februari
drama-korea-c1c2/full. Diakses, 17 2018.
April 2018. Syari, Gendis. (2016). Wanted: Diverse
Chocano, Carina. (2011). A Plague of and Realistic Representation of
Strong Female Characters. Dalam Women in the Media. Dalam
https://www.nytimes.com/2011/07/0 http://www.magdalene.co/news-
3/magazine/a-plague-of-strong- 989-wanted-diverse-and-realistic-
female-characters.html. Diakses, 08 representation-of-women-in-the-
Februari 2018. media-.html. Diakses, 25 Februari
2018.
Dhani, Arman. (2017). Drama Korea
Hidup Saya. Dalam
https://tirto.id/drama-korea-hidup-
saya-cmbE. Diakses, 08 Februari
2018.
Hai, Park Jin. (2017). ‘Strong Woman
Do Bong-Soon’ Defies Gender Role
Stereotype. Dalam
http://www.koreatimes.co.kr/www/a

You might also like