Professional Documents
Culture Documents
1 SM
1 SM
ABSTRACT
The female characters in Korean dramas are often displayed with emphasis on femininity. The
femininity on the text only represents a message of a particular ideology, did not a
representation of human being. It could lead to restrictions on women's roles and affirmation
of how women should be. Supposedly, women could put themselves on the masculine and
feminine side and mass media should be able to bring diversity to the female character. This
study aims to see how the representation of masculinity and femininity displayed on a strong
female character in the Korean television drama—Strong Woman Do Bong Soon—as an ideal
concept for women. The theory that is used in this research was the performance theory of
Judith Butler. This study used an approach of discourse analysis on the text of Sara Mills. With
this approach, the analytical tools were divided into four structures, including character,
fragmentation, focalization, and schemata. The results showed that the character of women
brings masculine and feminine values on her. The character displayed with the attribute of
femininity through her physical appearance. While in her role, the character displayed two
sides, namely masculinity and femininity. Masculinity was in the ability of herself who takes
over the role of hero and protector of men. Meanwhile, masculinity and femininity were also
seen in the realm of women's work and romance. Fragmentation of a strong female character
represented as a body that carries power through her face, chest, waist, hand, leg, and back.
Masculinity and femininity were also seen through the position of women in the narrative.
Masculinity arised when women act as a subject or Self and femininity exists when women are
narrated by other characters or The Other. However, there were also results that show
masculinity when the position of women in The Other and femininity on the Self. And in the
schemata, masculinity and femininity were shown to shape women's position as a subject. In
the social context, the male and female audience tend to interpret the character according to
what is displayed. The different meanings influenced by some factors, such as the knowledge
and experience of the audience. The presence of masculinity and femininity in a female
character here was a form of gender performativity that shows the character was able to escape
from dominant performance.
yaitu pembentukan ideologi dalam teks dari gambaran fisik dan gambaran
dan low angle banyak digunakan untuk terdengar yang berbanding lurus dengan
tubuhnya seolah tampak sejajar, yaitu kuat berbanding lurus dengan feminitas di mana
Sedangkan low angle, merupakan sudut dalam narasi cerita yang ditentukan oleh
sifat maskulin sebagai tanda kekuatan perempuan menjadi subjek fokalisasi atau
mereka. Kemudian teknik medium shot Diri (Self) dan feminitas muncul di mana
dan ekspresi tubuh terhadap interaksi atau Liyan (The Other). Kedua, beberapa
ketika Do Bong-soon yang berkelahi dan feminitas tidak sesuai dengan posisi
Foucault (dalam Butler, 2011: 9) bahwa seperti sikap keberanian pada dialog
yang sangat pokok, dalam prinsip yang berhadapan dengan anggota geng justru
secara simultan membentuk dan mengatur menampilkan posisi perempuan yang Liyan
(The Other), namun menunjukkan sisi laki-laki ataupun perempuan cenderung
maskulinitas. Hal tersebut terjadi memaknai karakter perempuan sesuai
dikarenakan reaksi anggota geng (Self) dengan apa yang ditampilkan. Meskipun
yang merasa terancam dengan keberadaan begitu, perbedaan pemaknaan tetap terlihat.
Do Bong-soon (The Other). Selain itu, Penonton laki-laki yang lebih memaknai
fokalisasi sikap peduli kesejahteraan orang dengan sudut pandang feminisme, melihat
lain dan emosional juga menunjukkan hal maskulinitas dan feminitas karakter sebagai
yang berbeda pula. Perempuan yang bentuk kesetaraan gender pada perempuan.
diposisikan sebagai Diri (Self) justru Sedangkan, penonton perempuan lebih
menampilkan kelompok sikap feminitas memaknainya berdasarkan pengalaman dan
atau keperempuanan. Feminitas pada kepercayaan yang dianutnya, sehingga
perempuan di sini tidak selalu beberapa peran yang ditampilkan terkadang
menempatkan mereka di posisi Liyan. tidak disetujui olehnya.
Feminitas juga dapat menjadikan
Selain itu, perbedaan juga terjadi pada
perempuan sebagai dirinya sendiri. Hal ini
tubuh perempuan yang terfragmentasi.
sejalan seperti yang disampaikan Beauvoir
Penonton perempuan lebih sering
(dalam Tong, 2010: 274) bahwa
memaknai fragmentasi tubuh sebagai
“perempuan, seperti juga laki-laki, lebih
keidealan tampilan fisik perempuan.
merupakan subjek daripada objek.”
Penonton perempuan di sini lebih berfokus
4. Analisis Skemata pada bentuk tubuh yang dianggapnya
ramping dan ideal bagi seorang perempuan.
Skemata merupakan gambaran secara
Hal ini menunjukkan bahwa pesan tubuh
kultural bagaimana posisi perempuan dan
sebagai power yang dimunculkan oleh
laki-laki dalam tatanan masyarakat
drama tersebut justru tidak dimaknai sama
membawa ideologinya masing-masing.
oleh penonton perempuan. Sedangkan
Menurut Mills, masyarakat memiliki pola
penonton laki-laki lebih memahami sorotan
pemikiran mengenai pemaknaan gender,
bagian tubuh tersebut sebagai subjektivitas
misalkan seksisme. Dalam masyarakat
dan kekuatan perempuan. Penonton laki-
muncul generalisasi tentang perempuan
laki di sini menyadari bahwa sorotan
yang selalu dipandang sebagai subordinat
kamera tersebut tidak memberikan arti
laki-laki (Mills, 2005: 148). Namun, hasil
bahwa perempuan sedang diobjektifikasi
penelitian menunjukkan bahwa karakter
bagian tubuhnya. Hal ini menunjukkan
perempuan yang ditampilkan justru
bahwa makna sorotan kamera untuk
dianggap sebagai dominan. Penonton baik
membentuk power perempuan belum tentu semacam hasil budaya yang dipaksakan,
dapat dimaknai sama oleh penonton. didorong oleh heteroseksualitas, dengan
Penonton masih bisa terpengaruh oleh demikian, itulah performatif. Dalam hal ini,
ideologi dominan yang biasanya dilekatkan pemahaman tersebut menunjukkan peran
pada sorotan tubuh perempuan dan gender pada laki-laki (maskulinitas) dan
penonton tersebut tidak selamanya laki- perempuan (feminitas) adalah sebuah
laki. Perbedaan pemaknaan ini tentu dapat bentukan yang muncul karena adanya
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti ideologi dominan. Namun, hasil penelitian
pengetahuan dan pengalaman dari menunjukkan bahwa perempuan yang
penonton. ditampilkan justru mampu membawa nilai-
nilai maskulin dan feminin di dalam
REFLEKSI TEORITIS
dirinya. Kedua karakteristik tersebut juga
Perempuan sebagaimana seorang merupakan performatif yang tidak
individu yang bebas seharusnya tidak dipaksakan kepada individu tertentu.
berada pada posisi yang ditekankan pada Perempuan melakukannya atas kesadaran
sisi feminitasnya saja. Julia Kristeva (dalam dan kemauan dirinya sendiri. Artinya,
Tong, 2010: 300) menegaskan bahwa dalam hal ini karakter perempuan kuat yang
ketika seorang anak memasuki tatanan dimunculkan melalui teks pada serial
simbolik, si anak dapat mengidentifikasi drama Korea Strong Woman Do Bong Soon
diri dengan ibu atau ayahnya. Bergantung mampu keluar dari performa dominan. Ia
pada pilihan yang diambilnya, seorang membentuk sebuah konsep baru terhadap
anak dapat menjadi kurang atau lebih eksistensi maskulinitas dan feminitas yang
“feminin” atau “maskulin”. dapat mempengaruhi kepribadian serta
menjadikannya sebagai sebuah tekanan dan bahasa pada drama Korea Strong
bagi perempuan dalam pilihan berpakaian. Woman Do Bong Soon yang menampilkan
representasi maskulinitas dan feminitas
Analisis wacana kritis Sara Mills
pada karakter perempuan. Maskulinitas dan
menjadi alat kritik untuk memahami
feminitas dapat dilihat sebagai konteks baru
bagaimana representasi maskulinitas dan
untuk mencapai terwujudnya ide androgini
feminitas pada perempuan kuat. Analisis
yang digalakkan untuk setiap individu. Hal
karakter memberikan pemahaman dalam
ini sebagai upaya untuk memberi ruang
bagaimana mengajak khalayak untuk
bagi setiap orang dalam menghargai dirinya
memaknai karakter melalui tampilan fisik
tanpa dibatasi oleh konstruksi-konstruksi
dan perannya agar dapat melihat
sosial tertentu yang ada di masyarakat.
representasi dari maskulinitas dan
Tidak hanya itu, penelitian ini juga dapat
feminitas. Analisis fragmentasi
memberikan manfaat kepada masyarakat
memberikan pemahaman tentang
untuk mengetahui bagaimana bentuk-
bentuk maskulinitas dan feminitas pada Women’s Literature. Frankfurt:
Global Oriental.
karakter perempuan dalam drama Korea
yang merupakan produk industri budaya Goodwin, Andrew dan Gary Whannel.
(1990). Understanding Television.
populer. Terutama di masa sekarang ini London: Routledge.
dengan mudahnya akses teknologi. Hall, Stuart. (2003). Representation:
Cultural Representations and
3. Implikasi Sosial Signifying Practices. London,
Thousand Oaks, New Delhi: Sage
Penelitian ini dapat memberikan Publications.
jawaban tentang permasalahan gender yang Jagger, Gill. (2008). Judith Butler:
Sexual Politics, Social Change and
seringkali dialami perempuan karena
the Power of the Performative.
tekanan dari konstruksi feminitas. Di mana Oxon, New York: Routledge.
perempuan juga dapat membawa nilai-nilai Kennedy, Marcy. (2013). Strong Female
maskulinitas dan feminitas di dalam Characters: A Busy Writer’s Guide.
Oregon: Tounge United
kehidupannya. Menurut Betty Friedan Communications.
(dalam Tong, 2010: 50), ide androgini Krolokke, Charlotte dan Anne Scott
dapat digunakan untuk melawan Sorensen. (2006). Gender
Communication Theories and
kecenderungan tradisional masyarakat Analyses: From Silence to
untuk menghargai secara tinggi sifat Performance. California: Sage
Publications, Inc.
maskulin, dan sifat feminin. Peran-peran
Marinescu, Valentina (Eds). (2014). The
yang biasanya dilekatkan pada perempuan Global Impact of South Korean
baik di dunia nyata ataupun fiksi Popular Culture. Lanham, London:
Lexington Books.
merupakan upaya untuk mengukuhkan
McDermott, Monika L. (2016).
ideologi dominan tertentu saja. Penelitian Masculinity, Femininity, and
ini juga dapat mengajak masyarakat American Political Behavior. New
York: Oxford University Press.
khususnya para penggemar drama Korea
McRobbie, Angela. (1991). Feminism
agar berpikir kritis mengenai isu
and Youth Culture: From Jackie to
perempuan yang ditampilkan oleh media Just Seventeen. London: Macmillan
Education LTD.
sebagai salah satu bentuk dari isu
Mills, Sara. (2005). Feminist Sylistics.
kesetaraan gender.
London: Routledge.
DAFTAR PUSTAKA Worell, Judith. (2002). Encyclopedia of
Women and Gender: Sex
Elfving-Hwang, Joanna. (2010). Similarities and Differences and the
Representations of Femininity in Impact of Society on Gender.
Contemporary South Korean California, London: Academic
Press.
Sumber Jurnal rt/2017/09/688_225606.html.
Diakses, 08 Februari 2018.
Korean Culture and Information
Hens, Henry. (2017). Line Today
Service. (2015). K-Drama: A New
Tayangkan Drama Strong Girl Bong
TV Genre with Global Appeal.
Soon. Dalam
Korean Culture, No.3.
https://www.bintang.com/celeb/read
Prado, Kathleen Mae. (2014). Hallyu: /3170957/line-today-tayangkan-
Through the Looking Glass. Ateneo drama-strong-girl-bong-soon.
de Manila University: 142-156. Diakses, 07 Februari 2018.
Sumber Internet Juniman, Puput Tripeni. (2017).
Sinetron Indonesia yang
Anonim. (2012). Confucianism and the ‘Terinspirasi’ Drama Korea. Dalam
Female Roles in K-Dramas. Dalam https://www.cnnindonesia.com/hibu
http://seoulbeats.com/2012/06/conf ran/20170508212754-220-
ucianism-and-the-female-roles-in-k- 213283/sinetron-indonesia-yang-
dramas/. Diakses, 08 Februari 2018. terinspirasi-drama-korea/2.
Diakses, 17 April 2018.
Anonim. (2017). Experts Reveal The
Reasons Korean Dramas are So Mundy, Simon. (2013). South Korean
Addicting. Dalam Soap Operas Hook Foreign
https://www.koreaboo.com/buzz/exp Audiences. Dalam
ert-explains-korean-dramas- https://www.ft.com/content/948719a
addictive/. Diakses, 17 April 2018. e-4858-11e3-a3ef-00144feabdc0.
Diakses, 23 Juni 2018.
Chandra, Fransisca Stefanie. (2017).
Pecinta Drakor, Wajib Follow 6 Purnamasari, Dinda. (2017). Anak Muda
Akun Instagram Spoiler Drama Lebih Suka Serial Korea Ketimbang
Korea Ini. Dalam Sinetron. Dalam
https://www.idntimes.com/hype/ente https://tirto.id/anak-muda-lebih-
rtainment/fransisca-stefanie- suka-serial-korea-ketimbang-
chandra/akun-instagram-spoiler- sinetron-coSM. Diakses, 08 Februari
drama-korea-c1c2/full. Diakses, 17 2018.
April 2018. Syari, Gendis. (2016). Wanted: Diverse
Chocano, Carina. (2011). A Plague of and Realistic Representation of
Strong Female Characters. Dalam Women in the Media. Dalam
https://www.nytimes.com/2011/07/0 http://www.magdalene.co/news-
3/magazine/a-plague-of-strong- 989-wanted-diverse-and-realistic-
female-characters.html. Diakses, 08 representation-of-women-in-the-
Februari 2018. media-.html. Diakses, 25 Februari
2018.
Dhani, Arman. (2017). Drama Korea
Hidup Saya. Dalam
https://tirto.id/drama-korea-hidup-
saya-cmbE. Diakses, 08 Februari
2018.
Hai, Park Jin. (2017). ‘Strong Woman
Do Bong-Soon’ Defies Gender Role
Stereotype. Dalam
http://www.koreatimes.co.kr/www/a