Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

HUBUNGAN DUKUNGAN PENGASUH TENTANG PERILAKU HIDUP

BERSIH DAN SEHAT SANTRI DENGAN PENCEGAHAN SKABIES


DI PONDOK PESANTREN DARUL DAKWAH

Binarti Dwi Wahyuningsih


Prodi DIII Keperawatan STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto
E-mail : http://www.stikes-ppni.ac.id

ABSTRACT

Islamic boarding school is an education place for students to learn Islamic


knowledge under the guidance of an Ustadz or Kyai. Students in Islamic boarding
school is basically the same as students in public schools that should be developed,
which should receive special training, especially for their health and their growth.
Clean and healthy living, especially personal hygiene in Islamic boarding schools
usually received less attention from the students. Staying with a group of people like
in boarding schools are at risk of easily contracted various skin diseases, particularly
diseases of scabies. The purpose of this study is to determine if there any relationship
between caregiver support of students’ healthy living and prevention of scabies in
Darul Dakwah Boarding School. The research method used is the correlation analytic
design with cross sectional approach. The population of the research is 72 female
students in Darul Dakwah Boarding School. Through purposive sampling
techniques, found the inclusion and exclusion criteria obtained samples of 71 people.
Data are collected using a caregiver support and prevention of scabies questionnaire
that presented in tabular form. Spearman's-rho test shows that p (0.000) <α (0.05) and
the correlation coefficient = 0.764, so that Ho refused. It means that there is a
relationship between caregiver support in students’ healthy living and scabies
prevention. Caregivers need to support to their students to behave clean and healthy
both emotionally, awards, instrumental and informative, so that students can maintain
their own health by understanding how to prevent scabies.

Keywords: Caregiver support, healthy living, scabies prevention

PENDAHULUAN
Pondok pesantren merupakan di bawah bimbingan seorang Ustadz
tempat pendidikan santri untuk atau Kyai. Santri yang berada di pondok
mempelajari pengetahuan agama Islam pesantren pada dasarnya sama saja
dengan anak didik di sekolah umum penelitian Kurniasih (2011) ditegaskan
yang harus berkembang, yang perlu dalam Ratna (2013) Sebanyak 68,3 %
mendapat pelatihan khusus terutama santri Pondok Pesantren Sabilunnajat
kesehatan dan pertumbuhannya menderita skabies. Hasil tersebut
(Rohmawati, 2010). Perilaku hidup menunjukkan bahwa kejadian skabies
bersih dan sehat terutama kebersihan masih sering di lingkungan pondok
perseorangan di pondok pesantren pada pesantren. Penelitian lain yang
umumnya kurang mendapatkan dilakukan oleh Akmal dkk (2014),
perhatian dari santri. Tinggal bersama
terkait kemampuan personal hygiene
dengan sekelompok orang seperti di
santri di Pondok Pendidikan Islam
pesantren memang beresiko mudah
Darul Ulum Palarik, Air Pacah,
tertular berbagai penyakit kulit,
sebanyak 138 responden mempunyai
khususnya penyakit skabies (Ismihayati,
tingkat personal hygiene baik yaitu
2013). Indikator perilaku hidup bersih
sebanyak 70 orang (50,7%), tidak
dan sehat yang berhubungan dengan
hygiene sebanyak 68 orang (49,3 %).
prevalensi terjadinya penyakit kulit
Sedangkan terkait tingkat pengetahuan
scabies di lingkungan pesantren
terhadap cara pencegahan scabies
adalah kondisi Kebersihan perorangan
menyebutkan bahwa dari 72 sampel,
yang kurang baik, penggunaan air
38 atau 52,8% memiliki pengetahuan
bersih, kebersihan tempat wudhu,
baik, 21 atau 29,2% berpengetahuan
kebersihan asrama, halaman dan
cukup dan 13 responden atau 18,1%
ruang belajar yang kurang baik, serta
berpengetahuan kurang (Ratna dkk,
ada tidaknya santri husada dan
2013). Penelitian Lathifa (2014)
kegiatan poskestren (Harahap, 2000).
tentang faktor dukungan pihak
Menurut hasil penelitian yang
pesantren yang berhubungan dengan
dilakukan oleh Hilma (2014)
suspect skabies, dalam hal ini yang
mendapatkan prevalensi skabies
menjadi sampel adalah ustadzah
sebesar 54,7% di Pondok Pesantren
penagsuhan, diketahui sebesar 84,9 %
Mlangi Yogyakarta. Sedangkan pada
santriwati di Pondok Pesantren
Modern Diniyyah Pasia Sumatera ke orang melalui kontak fisik dan
Barat mendapatkan dukungan yang sering menyerang seluruh penghuni
rendah. dalam satu rumah. Kadang tungau
Hasil studi pendahuluan yang ditularkan melalui pakaian, sprei dan
dilakukan pada tanggal 19 Desember benda – benda lainnya yang digunakan
2015 di Pondok Pesantren Darul secara bersamaan (Susanto, 2013).
Dakwah Kecamatan Sooko Kabupaten Penerapan perilaku hidup
Mojokerto dari 72 responden yang bersih dan sehat di lingkungan
mengisi angket tentang gejala penyakit pesantren masih perlu ditingkatkan
kulit scabies, 35 orang atau 47% karena masih banyak santri yang
mengatakan mengalami gatal di daerah kurang memahami tentang perilaku
sela jari, ketiak, punggung kaki, hidup bersih dan sehat. Hal ini dapat
pergelangan tangan, dan di daerah mempengaruhi peningkatan resiko
paha terutama pada malam hari dan 10 terjadinya penularan penyakit di
orang atau 14% ditemukan adanya lingkungan pesantren contohnya
kemerahan disertai tonjolan kulit penyakit gatal-gatal pada kulit dan
sebesar jarum pentul yang disertai rasa tuma atau kutu rambut yang
gatal hebat di sela jari, ketiak, sebenarnya kondisi ini dapat dicegah
pergelangan tangan dan di daerah melalui pembiasaan diri berperilaku
paha. hidup bersih dan sehat. Bila skabies
Skabies merupakan infeksi tidak diobati selama beberapa minggu
kulit oleh kutu sarcoptes scabei yang atau bulan, dapat timbul dermatitis
menimbulkan gatal. Penyakit ini dapat akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk
ditemukan pada orang – orang miskin impetigo, ektima, selulitis, limfangitis,
yang hidup dengan kondisi higiene di folikulitis, dan furungkel (Harahap,
bawah standart sekalipun juga sering 2000).
terdapat diantara orang – orang yang Pengasuh atau ustadz pondok
bersih (Brunner dkk, 2001). Infestasi pesantren merupakan orang tua kedua
tungau ini mudah menyebar dari orang para santri di sekolah. Pengasuh
memberikan pelajaran dan bimbingan melakukan PHBS siswa juga akan
kepada para santri sehingga pengasuh semakin baik. Demikian sebaliknya
dijadikan tempat untuk bertanya jika peran guru mengenai PHBS
tentang segala sesuatu termasuk kurang maka ada kecenderungan
masalah kesehatan. Di dalam pondok dalam melakukan PHBS juga akan
pesantren, pengasuh dianggap sebagai semakin kurang.
orang penting karena mempunyai Pencegahan penyebaran
kelebihan dalam membimbing para penyakit skabies dapat dilakukan
santri, perbuatannya diterima dan dengan cara mandi secara teratur
dipatuhi serta ditakuti. Dengan dengan menggunakan sabun, mencuci
demikian ustadz diharapkan dapat pakaian, sprei, sarung bantal, selimut
berpengaruh terhadap perilaku santri dan lainnya secara teratur minimal 2
guna mencegah terjadinya skabies di kali dalam seminggu, menjemur kasur
lingkungan pondok tempat mereka dan bantal minimal 2 minggu sekali,
tinggal, Natalina (2009) ditegaskan tidak saling bertukar pakaian dan
dalam Azizah (2012). handuk dengan orang lain, hindari
Dukungan dan bimbingan dari kontak dengan orang – orang atau kain
ustadz atau pengasuh berpengaruh serta pakaian yang dicurigai terinfeksi
terhadap perilaku pencegahan penyakit tungau skabies, Menjaga kebersihan
skabies. Hal ini bisa dilakukan salah kamar dan berventilasi cukup
satunya dengan cara ustadz (Muzakir, 2008). Kondisi ini tentunya
memberikan contoh tentang cara sulit untuk diterapkan jika tidak ada
menjaga kebersihan diri dan dukungan atau pendidikan yang
lingkungan. Sesuai dengan penelitian memberikan informasi terkait perilaku
yang dilakukan oleh menyatakan ini.
bahwa ada hubungan antara peran guru Berdasarkan uraian diatas
dengan perilaku pencegahan penyakit. peneliti tertarik untuk mengetahui
Peran guru terkait dengan PHBS lebih lanjut mengenai “Hubungan
semakin tinggi, maka dalam Dukungan Pengasuh tentang PHBS
Santri dengan Pencegahan Skabies di pencegahan skabies di Pondok
Pondok Pesantren Darul Dakwah Pesantren Darul Dakwah Kecamatan
Kecamatan Sooko Kabupaten Sooko Kabupaten Mojokerto.
Mojokerto”. HASIL PENELITIAN
METODE PENELITIAN DATA UMUM
Desain penelitian yang
1. Karakteristik responden
digunakan dalam penelitian ini adalah
berdasarkan umur
desain analitik korelasi dengan
pendekatan cross sectional. Populasi Tabel 1. Distribusi frekuensi responden
berdasarkan umur santri putri di Pondok
santri putri di pondok pesantren Darul
Pesantren Darul Dakwah Kecamatan
Dakwah sebanyak 72 orang. Teknik Sooko Kabupaten Mojokerto bulan April
pengambilan sampel pada penelitian 2016.

ini menggunakan non probability N Umur Frekuen Prosenta


sampling dengan teknik purposive O si (F) se (%)
sampling atau judgement sampling. 1 12 tahun 1 1,4
2 13 tahun 9 12,7
Sampel pada penelitian ini adalah 3 14 tahun 14 19,7
santri putri yang tinggal di Pondok 4 15 tahun 10 14,1
5 16 tahun 21 29,6
Pesantren Darul Dakwah yang 6 17 tahun 8 11,3
memenuhi kriteria inklusi sebanyak 71 7 18 tahun 8 11,3
Total 71 100
orang. Sumber: Data primer tahun 2016
Analisa data pada penelitian Hasil distribuis frekuensi
ini menggunakan program komputer menunjukkan bahwa hampir setengah
SPSS for Windows versi 16.0 dengan responden yang tinggal di Pondok
memakai uji statistic Spearman’s Rho Pesantren adalah berumur 16 tahun
Kemaknaan uji ditentukan dengan α = yaitu sebanyak 21 responden (29,6%),
0,05 sehingga p< 0,05. Hipotesis dan responden berumur 12 tahun ada 1
statistik dalam penelitian ini adalah responden (1,4%).
ada hubungan dukungan pengasuh
tentang PHBS santri dengan
2. Karakteristik responden
berdasarkan kelas. N Lama Frekuen Prosenta
Tabel 2. Distribusi frekuensi responden O tinggal si (F) se (%)
berdasarkan kelas santri putri di Pondok
Pesantren Darul Dakwah Kecamatan 1 3-12 bulan 18 25.4
Sooko Kabupaten Mojokerto bulan April 2 12-24 bulan 18 25.4
2016. 3 24-36 bulan 18 25.4
N Kelas Frekuensi Prosentase 4 36-48 bulan 5 7.0
O (F) (%) 5 48-60 bulan 12 16.9

1 VII 8 11.3 Total 71 100


2 VIII 13 18.3 Sumber: Data primer tahun 2016

3 IX 14 19.7 Hasil distribusi frekuensi yang

4 X 14 19.7 disajikan dalam tabel 3 menunjukkan

5 XI 13 18.3 bahwa sebagian besar responden

6 XII 9 12.7 tinggal di Pondok Pesantren antara 3 -

Total 71 100 12 bulan, 12 - 24 bulan dan 24 - 36


bulan yaitu masing-masing sebanyak
Sumber: Data primer tahun 2016
Hasil distribusi frekuensi 18 responden atau 25,4 % dan lama

menunjukkan bahwa sebagian kecil tinggal 36-48 bulan sebanyak 5

responden kelas IX dan X yaitu responden atau 7,0%.

masing-masing sebanyak 14 responden


DATA KHUSUS
atau 19,7 % dan responden kelas VII
1. Dukungan pengasuh tentang PHBS
sebanyak 8 responden atau 11.3%.
santri putri di Pondok Pesantren
3. Karakteristik responden
Darul Dakwah Kecamatan Sooko
berdasarkan lama tinggal
Kabupaten Mojokerto.
Tabel 3. Distribusi frekuensi responden
Tabel 4. Distribusi frekuensi responden
berdasarkan umur santri putri di Pondok
berdasarkan dukungan pengasuh putri di
Pesantren Darul Dakwah Kecamatan
Pondok Pesantren Darul Dakwah
Sooko Kabupaten Mojokerto bulan April
Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto
2016.
bulan April 2016.
(57,7%) dan responden yang
N Dukungan Frekuensi Prosenta pencegahan skabiesnya kurang ada 11
O (F) se (%) responden (15,5%).
1 Ada
54 76,1 3. Hubungan dukungan pengasuh
dukungan
2 Tidak ada tentang PHBS santri dengan
17 23,9
dukungan
pencegahan skabies.
Total 71 100
Sumber: Data primer tahun 2016 Tabel 6. Distribusi frekuensi responden
berdasarkan hubungan dukungan
Didapatkan bahwa responden pengasuh tentang PHBS santri dengan
yang tinggal di Pondok Pesantren yang pencegahan scabies putri di Pondok
Pesantren Darul Dakwah Kecamatan
mendapatkan dukungan pengasuh
Sooko Kabupaten Mojokerto bulan April
tentang PHBS ada 54 responden 2016.
(76,1%), dan yang tidak mendapat
dukungan ada 17 responden (23,9%).
2. Pencegahan skabies santri putri

Tabel 5. Distribusi frekuensi responden


berdasarkan pencegahan skabies santri
putri di Pondok Pesantren Darul Dakwah
Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto
Didapatkan bahwa sebanyak 41
bulan April 2016.
responden (57,7%) dari total 71
N Pencegahan Frekuensi Prosenta
responden mendapat dukungan
O Skabies (F) se (%)
1 Baik 41 57,7 pengasuh dan pencegahan skabiesnya
2 Cukup 19 26,8 baik, sedangkan 11 responden (15,5%)
3 Kurang 11 15,5
Total 71 100 yang tidak mendapat dukungan,
Sumber: Data primer tahun 2016 pencegahan skabiesnya kurang. 13
Berdasarkan tabel 5 didapatkan responden (18,3%) mendapat
bahwa responden yang tinggal di dukungan pengasuh, pencegahan
Pondok Pesantren yang pencegahan skabiesnya cukup dan 6 responden
skabiesnya baik ada 41 responden (8,45%) yang tidak mendapat
dukungan, pencegahan skabiesnya pengasuh. Menurut Sangkanparan
cukup. Pencegahan skabies responden (2010), batas paling atas aktivitas otak
yang masuk dalam kategori cukup tengah anak adalah pada usia 15
didapatkan ada yang mendapat tahun, sehingga usia di atas itu sudah
dukungan dan tidak mendapat dikatakan dewasa, yang sudah mulai
dukungan. Artinya bahwa semakin ada keseimbangan antara otak kanan
banyak dukungan pengasuh yang dan kiri yang artinya bahwa seorang
diterima santri, maka semakin baik invidu mulai bisa menimbang mana
pencegahan skabies santri . yang baik dan mana yang buruk.

PEMBAHASAN Faktor kedua adalah kelas.


Didapatkan bahwa responden yang
1. Dukungan pengasuh tentang
tinggal di Pondok Pesantren yang
PHBS santri di Pondok
berada di kelas IX dan X masing-
Pesantren Darul Dakwah
masing ada 14 responden (19,7%) dan

Didapatkan bahwa sebanyak 54 dari kelas IX dan X yang mendapat

responden (76,1%) mendapatkan dukungan pengasuh ada 22 responden

dukungan pengasuh tentang PHBS, (40,74%) mendapat dukungan

dan yang tidak mendapat dukungan pengasuh. Menurut Santrock (2003)

ada 17 responden (23,9%). Hal dikatakan bahwa kelas 9 (IX)

tersebut dikarenakan berbagai faktor konformitas remaja terhadap tingkah


penyebab sehingga mempengaruhi laku sosial lebih kuat pada kelas ini

dukungan pengasuh tentang PHBS. dibanding kelas lain. Konformitas


muncul ketika individu meniru sikap
Faktor yang pertama adalah usia. atau tingkah laku orang lain
Didapatkan bahwa responden yang dikarenakan tekanan yang nyata
berumur 16 tahun yaitu sebanyak 21 maupun yang dibayangkan oleh
responden (29,6%) dan 17 responden mereka.
(31,48%) mendapatkan dukungan
Faktor ketiga yaitu lama tinggal. yang diperolehnya semakin membaik.
Didapatkan bahwa responden yang Dengan pengalaman yang cukup
tinggal di Pondok Pesantren yang responden akan berfikir secara positif
lama tinggalnya 3-36 bulan ada 54 dan lebih dewasa dalam melakukan
responden (76,05%) dan yang perilaku pencegahan penyakit terutama
mendapat dukungan sebanyak 39 penyakit kulit seperti skabies yang
responden (72,2%). Carroll sering terjadi di lingkungan pondok
menegaskan apabila kebutuhan untuk pesantren. Semakin bertambahnya usia
menguasai adalah sama sekali atau seseorang semakin bertambah pula
untuk sebagian terbesar gagal dalam pengalaman dan wawasannya,
jangka waktu yang lama, maka terutama pengalaman tentang perilaku
individu pasti tidak dapat pencegahan penyakit, khususnya di
menyesuaiakan diri (Semiun, 2006). lingkungan pondok pesantren.
2. Pencegahan skabies santri di Didapatkan bahwa responden
Pondok Pesantren Darul yang tinggal di Pondok Pesantren yang
Dakwah Kecamatan Sooko pencegahan skabiesnya baik ada 41
Kabupaten Mojokerto. responden (57,7%) dan yang berada di
Didapatkan bahwa responden kelas IX dan X ada 18 responden
yang tinggal di Pondok Pesantren yang (43,9%). Pendidikan menjadi hal yang
pencegahan skabiesnya baik ada 41 sangat penting dalam mempengaruhi
responden (57,7%) dan yang berusia pengetahuan. Mubarak (2007),
16 tahun ada 15 responden (36,6%) menjelaskan bahwa pendidikan berarti
pencegahan skabiesnya baik. menurut bimbingan yang diberikan seseorang
Erfandi (2011), bahwa usia pada orang lain terhadap sesuatu hal
mempengaruhi terhadap daya tangkap agar mereka dapat memahami. Tidak
dan pola pikir seseorang. Semakin dapat dipungkiri bahwa makin tinggi
bertambah usia akan semakin pendidikan seseorang semakin mudah
berkembang pula daya tangkap dan pula mereka menerima informasi dan
pola pikirnya, sehingga pengetahuan
pada akhirnya makin banyak pula pihak pondok pesantren berupa
pengetahuan yang dimilikinya. kebijakan dalam meningkatkan
penanganan skabies di lingkungan
3. Hubungan dukungan pengasuh
pondok pesantren, seperti peningkatan
tentang PHBS santri dengan
pengetahuan santri dengan himbauan,
pencegahan skabies di Pondok
peringatan, dan peraturan tertulis
Pesantren Darul Dakwah
untuk menjaga kebersihan diri dan

Berdasarkan hasil analisa lingkungannya, serta semakin

spearman’s rho yang dilakukan tanggapnya pihak pondok pesantren


dengan menggunakan SPSS dalam penanganan kejadian skabies

(Statistical Package for the Social maka akan semakin cepat masalah ini

Sciences) versi 16.0, diperoleh hasil (ρ dapat teratasi, karena penyakit skabies

= 0,000 < α = 0,05) maka H0 ditolak menular dengan cepat pada suatu

dan H1 diterima yang artinya bahwa komunitas, sehingga dalam

ada hubungan dukungan pengasuh penanganannya harus dilakukan

tentang PHBS santri dengan secara serentak dan menyeluruh pada

pencegahan skabies di Pondok semua santri yang terserang skabies

Pesantren Darul Dakwah Kecamatan agar tidak tertular kembali (Lathifa,

Sooko Kabupaten Mojokerto. 2014).

Didapatkan bahwa dari 54 KESIMPULAN


responden yang mendapat dukungan Ada hubungan antara

pengasuh, sebanyak 41 responden dukungan pengasuh tentang PHBS

(76,0%) pencegahan skabiesnya baik, santri dengan pencegahan skabies di

sedangkan dari 17 responden yang Pondok Pesantren Darul Dakwah

tidak mendapatkan dukungan yang dibuktikan dengan nilai p value

pengasuh, sebanyak 11 responden (0,000) <α (0,05) Dari hasil

(64,7%) pencegahan skabiesnya Correlation diperoleh nilai korelasi

kurang. Dengan adanya dukungan Spearman’s antara dukungan


pengasuh tentang PHBS santri Brunner dan Suddarth. 2001. Buku
Ajar Keperawatan Medikal-
dengan pencegahan skabies sebesar
Bedah ed.8. Jakarta : EGC
0,764, berarti ada korelasi sangat
Harahap, Marwali.2000. Ilmu Penyakit
kuat dan searah, atau dengan kata lain Kulit.Jakarta : Hipokrates.
semakin baik dukungan pengasuh
Hilma dan Ghozali. 2014. Faktor –
tentang PHBS santri, maka semakin Faktor yang Mempengaruhi
baik pencegahan skabies santri. Kejadian Skabies di Pondok
Pesantren Mlangi Nogotirto
DAFTAR PUSTAKA Gamping Sleman Yogyakarta.
Didapat dari
Akmal, Suci Chairiya, dkk. 2013. (http://jurnal.uii.ac.id) (Diakses
Hubungan Personal Hygiene pada 16 November 2015).
dengan Kejadian Skabies di
Pondok Pendidikan Islam Ismihayati, Siti Nor. 2013. Hubungan
Darul Ulum, Palarik Air Perilaku Pencegahan Penyakit
Pacah, Kecamatan Koto Skabies Santriwati Dengan
Tangah Padang Tahun 2013. Kejadian Skabies Di Asrama
Didapat dari Al-Kholiliyah Pondok
(http://jurnal.fk.unand.ac.id/ind Pesantren Darul Ulum
ex.php/jka/article/view/159/154 Peterongan Jombang. Jurnal
) (Diakses pada 14 November Metabolisme Vol. 2 No. 2 April
2015). 2013 2.2. didapat dari
Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011. (http://www.stikespemkabjomb
Keperawatan Lanjut Usia. ang.ac.id/ejurnal/index.php/Apr
Yogyakarta: Graha Ilmu. il2013/article/view/22/38)
(Diakses pada 01 Desember
Azizah, Umi. 2013. Hubungan Antara 2015).
Pengetahuan Santri Tentang
Phbs Dan Peran Ustadz Dalam Iswanto.2007. Pola Hidup Bersih dan
Mencegah Penyakit Skabies Sehat Dalam Keluarga. Klaten
Dengan Perilaku Pencegahan : PT Macanan Jaya Cemerlang.
Penyakit Skabies (Studi pada
Santri di Pondok Pesantren Al- Kumalasari, Fani, dkk. 2012.
Falah Kecamatan Silo Hubungan antara dukungan
Kabupaten Jember). Didapat sosial dengan penyesuaian diri
dari remaja di panti asuhan. Jurnal
(http://repository.unej.ac.id/han Psikologi. Didapat dari
dle/123456789/5588) (Diakses (http://jurnal.umk.ac.id/index.p
pada 01 Desember 2015). hp/PSI/article/view/33/32)
(Diakses pada 01 Desember 3015.pdf) (Diakses pada 14
2015). Januari 2016).

Lathifa, Mushallina. 2014. Faktor - Ratna, Ina, dkk. 2013. Hubungan


Faktor yang Berhubungan Tingkat Pengetahuan dan
dengan Suspect Skabies Pada Perilaku Santri dengan
Santriwati Pondok Pesantren Kejadian Skabies di Pondok
Modern Diniyyah Pasia ,Kec. Pesantren Sukahideng
Ampek angkek , Kab. Agam, Kabupaten Tasikmalaya
Sumatera Barat Tahun 2014. Periode Januari – Desember
Didapat dari 2013. Didapat dari:
(http://repository.uinjkt.ac.id/ds (http://karyailmiah.unisba.ac.id
pace/bitstream/123456789/256 /index.php/dokter/article/view/
06/1/Mushallina%20Lathifa%2 840/pdf) (Diakses pada 16
0-%20fkik.pdf) (Diakses pada Agustus 2015).
14 Januari 2016).
santrock (2003). Adolescence
Mubarak, W. 2007. Promosi (perkembangan remaja).
Kesehatan Sebuah Pengantar Didapat dari :
Proses Belajar Mengajar (https://books.google.co.id/boo
DalamPendidikan. Yogyakarta ks?id=Z3LWSxbTv4C&pg=P
: Graha Ilmu. A222&dq=usia+siswa+kelas+I
X&hl=en&sa=X&redir_esc=y#
Muzakir. 2008. Faktor Yang v=onepage&q=usia%20siswa%
Berhubungan Dengan 20kelas%20IX&f=false).
Kejadian Penyakit Skabies (diakses pada 20 Mei 2016).
Pada Pesantren di Kabupaten
Aceh Besar Tahun 2007. Susanto, R Clevere. 2013. Penyakit
Didapat dari Kulit dan Kelamin.
(http://repository.usu.ac.id/bitst Yogyakarta: Nuha Medika.
ream/123456789/6797/1/04702

You might also like