Professional Documents
Culture Documents
Nobilis) Hasil Okulasi Pada Berbagai Media Tanam: Pertumbuhan Bibit Jeruk Keprok (Citrus
Nobilis) Hasil Okulasi Pada Berbagai Media Tanam: Pertumbuhan Bibit Jeruk Keprok (Citrus
Nobilis) Hasil Okulasi Pada Berbagai Media Tanam: Pertumbuhan Bibit Jeruk Keprok (Citrus
Oleh
ANANDA DIAN PUSPITA SARI
A24080118
Abstract
The objective of this research was to study Citrus nobilis budding seed development on
various growing medium and age of Citrus jambhiri Lush rootstock. The research was conducted
in BPTP experimental garden, Cipaku, Bogor from November 2011 to May 2012. The research
was consisted of two experiment, i.e. experiment before budding and experiment after budding.
The design of experiment was complete randomized groups with two factors and three
replications. The first factor was the growing medium that consists of soil, charcoal husk,
sheep’s manure, compost, and vermi-compost. The second factor was the age of Rough Lemon
citrus rootstock i.e. 8 , 11, and 14 months. The results showed that the highest wet and dry
weight of root were found in the plant which planted in the growing media of (soil: charcoal
husk: compost or vermicompost) mixture. The best weight of wet and dry root were found in the
age of citrus rootstock 8 months. The best height and diameter of Rough Lemon rootstock were
found in the age of citrus rootstock 11 months. The growing media of (soil: charcoal husk:
vermicompost) mixture was the best media to Citrus nobilis scion budding development. The best
Citrus nobilis scion budding development were found in the age of citrus rootstocks 11 months
which adapted during 3 months in the growing media. The best percentage of sprout bud,
percentage of dormant bud, increase of length bud, length of bud, length of leaves, and width of
leaves were found in the age of citrus rootstock 11 months which adapted during 3 months in the
growing media of (soil: charcoal husk: vermicompost) mixture.
RINGKASAN
batang bawah umur 8 bulan baik untuk bobot basah dan bobot kering akar bibit
batang bawahRough Lemon.
Hasil percobaan kedua menunjukkan bahwa komposisi media tanam
(tanah: arang sekam: kascing 1: 1: 1 V/V) memberikan pengaruh baik terhadap
pertumbuhan tunas okulasi jeruk Keprok Garut (Citrus nobilis). Komposisi media
tanam (tanah: arang sekam: pupuk kandang domba 1: 1: 1 V/V) cenderung
menghasilkan nilai paling rendah pada sebagian besar parameter yang diamati
dibandingkan dua media lainnya. Umur bibit batang bawah Rough Lemon terbaik
pada percobaan kedua ialah umur (5 + 3) bulan dalam menghasilkan jumlah tunas
dan waktu tumbuh tunas tercepat, namun pertumbuhan tunas hasil perbanyakan
okulasi terbaik dihasilkan dari batang bawah umur (11 + 3) bulan.
Bibit batang bawah umur (5 + 3) bulan yang ditanam pada komposisi
media tanam tanah: arang sekam: kascing (1: 1: 1) menghasilkan pertambahan
tinggi batang bawah RL terbaik, persentase okulasi hidup tertinggi, dan waktu
tumbuh tunas terbaik. Bibit batang bawah umur (11 + 3) bulan yang ditanam pada
komposisi media tanam (tanah: arang sekam: kascing 1: 1: 1 V/V) menghasilkan
persentase okulasi bertunas, persentase okulasi dorman, pertambahan panjang
tunas, panjang tunas, panjang daun, dan lebar daun terbaik
PERTUMBUHAN BIBIT JERUK KEPROK (Citrus
nobilis)HASIL OKULASI PADA BERBAGAI MEDIA TANAM
DANUMUR BATANG BAWAH ROUGH LEMON
(Citrus jambhiri Lush)
Menyetujui,
Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga penelitian yang berjudul ‘Pertumbuhan Bibit Jeruk
Keprok (Citrus nobilis)Hasil Okulasi pada Berbagai Media Tanam danUmur
Batang Bawah Rough Lemon (Citrus jambhiri Lush)’ dapat diselesaikan dengan
baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepadaDr. Tatiek Kartika Suharsi, MS
selaku dosen pembimbing skripsi dan pembimbing akademik, yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penelitian dan
penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan juga kepada Dr.
Ir. Ketty Suketi, MSi dan Juang Gema Kartika, SP. MSi selaku dosen penguji,
yang telah memberikan saran terhadap skripsi saya. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada staff kebun percobaan BPTP Cipaku, Bogor yang telah
memberikan bantuan selama pelaksanaan penelitian. Kepada kedua orang tua
yang telah memberikan doa serta dukungan baik secara moril maupun materil,
penulis menyampaikan rasa terima kasih sedalam-dalamnya. Semoga hasil
penelitian ini dapat berguna bagi yang memerlukan.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... vii
PENDAHULUAN .................................................................................. 1
Latar Belakang ................................................................................. 1
Tujuan .............................................................................................. 3
Hipotesis .......................................................................................... 4
Pembahasan
Percobaan 1. Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Umur Bibit
Batang Bawah Rough Lemon terhadap Pertumbuhan Bibit Batang
Bawah ................................................................................................ 37
Percobaan II. Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Umur Bibit
Batang Bawah Rough Lemon terhadap Pertumbuhan Tunas Jeruk
Keprok Garut (Citrus nobilis) Hasil Okulasi ..................................... 39
Nomor Halaman
Nomor Halaman
19. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadappersentase bibit okulasi hidup .............................................. 55
20. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadappersentase bibit okulasi bertunas ......................................... 55
21. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadappersentase okulasi dorman ................................................... 56
22. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadapwaktu tumbuh tunas ............................................................. 56
23. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadappertambahan panjang tunas okulasi pada 5 MSO ................ 57
24. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadappertambahan panjang tunas okulasi pada 6 MSO ................ 57
25. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadappertambahan panjang tunas okulasi pada 7 MSO ................ 58
26. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadappertambahan panjang tunas okulasi pada 8 MSO ................ 58
27. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadappertambahan panjang tunas okulasi pada 9 MSO ................ 59
28. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadap pertambahan panjang tunas okulasi pada 10 MSO ............. 59
29. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadap pertambahan panjang tunas okulasi pada 11 MSO ............. 59
30. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadap pertambahan panjang tunas okulasi pada 12 MSO ............. 60
31. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadap panjang tunas okulasi pada 12 MSO ................................... 60
32. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadap diameter tunas okulasi pada 12 MSO ................................. 60
33. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadap jumlah tunas okulasi pada 12 MSO .................................... 61
34. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadap jumlah daun pada tunas okulasi saat 12 MSO .................... 61
35. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadap panjang daun pada tunas okulasi saat 12 MSO .................... 61
36. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadap lebar daun pada tunas okulasi saat 12 MSO ........................ 62
37. Keragaan bibit jeruk Keprok Garut (Citrus nobilis) hasil
perbanyakan okulasi pada ketiga media tanam dan umur
batang bawah perlakuan ................................................................... 62
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peranan jeruk sebagai tanaman hortikultura makin hari makin terasa penting
bagi petani karena nilai ekonomisnya yang tinggi. Buah jeruk merupakan salah
satu jenis buah yang banyak digemari oleh masyarakat. Buah jeruk selalu tersedia
sepanjang tahun karena tanaman jeruk tidak mengenal musim berbunga yang
khusus. Di samping itu tanaman jeruk dapat ditanam di mana saja, baik di dataran
rendah maupun di dataran tinggi.
Prospek pemasaran buah jeruk di dalam negeri sangat cerah. Jumlah
penduduk yang terus bertambah diikuti dengan pendapatan yang semakin baik
akan meningkatkan permintaan pasar dalam negeri. Pertumbuhan impor jeruk
sebesar 11% tiap tahun dalam sepuluh tahun ini membuat Indonesia menjadi
pangsa pasar yang menjanjikan bagi negara lain dalam memasarkan produknya
(Hanif dan Zamzami, 2011). Tingginya nilai impor menunjukkan bahwa
permintaan pasar dalam negeri belum mampu dipenuhi oleh produsen dalam
negeri.
Produksi jeruk di Indonesia pada tahun 2010 mencapai 2,028,904 ton.
Produksi jeruk mengalami penurunan pada tahun 2011 sehingga menjadi
1,807,808ton (Badan Pusat Statistik, 2011). Produksi jeruk di Indonesia
cenderung menurun sedangkan konsumsi jeruk di Indonesia cenderung selalu
meningkat sehingga produksi jeruk di Indonesia masih belum mampu
mengimbangi kebutuhan untuk konsumsi, sehingga impor jeruk semakin
meningkat dengan cepat. Salah satu penyebabnya adalah belum terdapatnya
teknologi pembibitan yang cepat dan menjamin keseragaman dan kestabilan hasil
untuk memenuhi kebutuhan bibit unggul jeruk di Indonesia.
Pembudidayaan tanaman jerukmemerlukan bibityang berkualitas, artinya
bibit berasal dari pohon induk yang mempunyai sifat unggul, oleh karena itu,
sebelum menanam, pemilihan bibit dari pohon yang baik mutlak diperlukan.
Perbanyakanjeruk dapat dengan biji, cangkok, budding atau okulasi, grafting,
kultur jaringan atau micro grafting dan rekayasa genetik/transgenik. Permasalahan
perbanyakan jeruk dengan biji hasilnya kurang memuaskan, waktu berbuah relatif
2
lama 6 – 7 tahun, dan sifat – sifat yang tidak bagus dari induknya dapat
diwariskan pada generasi berikutnya. Bibit cangkokan, waktu berbuah umurnya
lebih pendek, masalahnya diperlukan cabang yang banyak, sehingga merusak
pohon induk serta tidak dapat memenuhi permintaan bibit dalam jumlah yang
banyak. Kelemahan dari bibit hasil micrografting ialah tenaga ahli bioteknologi
masih terbatas di balai penelitian atau perguruan tinggi, biaya mahal, penangkar
bibit di Kabupaten dan Kotabelum optimal serta masyarakat masih rendah minat
dan daya belinya karena dianggap relatif mahal (Prasetyo, 2009).
Perbanyakan dengan okulasi dan grafting dapat dilakukan pada tanaman
yang perbanyakannya tidak dapat melalui stek, cangkok, organ pembiakan
khusus, atau metode perbanyakan vegetatif lainnya. Alasan penggunaan okulasi
atau grafting diantaranya memperoleh keuntungan dari batang bawah yang
digunakan, mengubah kultivar tanaman, mempercepat terjadinya periode
reproduktif pada tanaman, memperoleh kondisi pertumbuhan yang sesuai
keinginan, memperbaiki tanaman yang rusak, dan mempelajari penyakit atau virus
tanaman (Hartmann et. al., 1990). Selain itu, perbanyakan okulasi dan grafting
relatif lebih murah dan membutuhkan bahan tanaman induk yang tidak terlalu
banyak serta dapat menghasilkan bibit yang yang banyak.
Batang bawah sangat menentukan pertumbuhan batang atas tanaman jeruk,
karena bagian bawah mempunyai kemampuan dalam mengeksploitasi kondisi
lingkungan yang tidak menguntungkan, yaitu kekeringan, kelebihan air, dan
ketahanan terhadap hama dan penyakit tertentu (Devy dan Jati, 2008).
Pemilihan media tanam yang tepat juga perlu diperhatikan untuk menunjang
pertumbuhan batang bawah tanaman jeruk. Menurut Hartmannet al. (1990), media
tanam yang baik merupakan media yang cukup kuat untuk menahan pertumbuhan
dan kelembaban, sistem dan drainase yang baik, bebas dari penyakit, serta
memiliki kadar salinitas yang rendah. Tanaman jeruk tumbuh baik pada kisaran
pH tanah antara 5-6, pada pH tanah yang lebih tinggi sering terjadi defisiensi hara
terutama unsur mikro Zn, Cu, Mn, dan Fe (Ashari, 2006).
Komposisi media tanam yang tepat akan menentukan tingkat keberhasilan
okulasi pada tanaman jeruk. Media tanam yang sering dipakai oleh petani
biasanya sudah berupa campuran beberapa media tanam karena setiap media
3
Tujuan
Hipotesis
Lingkungan hidup alami dari tanaman jeruk membentang dari India dan
Cina selatan hingga Australia utara dan Kaledonia baru. Pembudidayaan jeruk
dimulai di Cina dari tahun 2200 SM (Verheij andStone, 1992). Penghasil jeruk
Keprok atau mandarin di dunia ialah Jepang, Spanyol, Brazilia, Italia, dan
Amerika Serikat, (Ashari, 1992).
Iklim, tanah, dan air merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan jeruk. Di daerah ekuator, jeruk dapat ditanam
dari permukaan laut sampai ke ketinggian 2000 m. Kebutuhan air untuk jeruk
1900 – 2400 mm per tahun. Di daerah – daerah produsen jeruk terkenal, beriklim
kering namun diberi irigasi (Harjadi, 1989).
Terdapat enam spesies utama dari jeruk, yaitu lime, pummelo, citron,
grapefruit, mandarin, dan sweet orange. Tanaman jeruk Keprok termasuk pada
kelompok mandarin atau spesies Citrus reticulata Blanco (Verheij andStone,
1992).
Tanaman jeruk Keprok berbentuk pohon kecil berduri dengan ranting yang
ramping. Jeruk Keprok atau jeruk mandarin memiliki ciri kulit buahnya mudah
dikupas dan memiliki rasa asam pada beberapa kultivar dan sangat manis pada
kultivar lainnya. Daging buahnya berwarna oranye hingga merah-oranye jika
sudah masak penuh, tiap ruang (septa buah) mudah dipisahkan, dan berbiji kecil
(Ashari, 1992).
Salah satu dari lima kultivar penting yang ada di Indonesia diantaranya
‘Keprok Siem’ yang paling banyak ditanam dan paling disukai; kultivar ini
memiliki kulit yang lebih menempel pada buah. Kultivar yang kulit buahnya
mudah dikupas diantaranya ‘Keprok Garut’ (persilangan ‘Ponkan’), ‘Keprok
Batu’, ‘Keprok Madura’, dan ‘Keprok Tejakula’. Semua kultivar tersebut diberi
nama daerah tempat kultivar tersebut banyak dibudidayakan dan terkenal (Ashari,
1992).
Manner et al. (2006) menyatakan tanaman jerukdapat tumbuh baik di
daerah tropis maupun subtropis. Di daerah tropis tanaman jeruk dapat tumbuh
6
dengan baik pada ketinggian kurang dari 1,600 m dpl. Suhu optimal harian yang
cocok untuk pertumbuhan tanaman jeruk adalah 25-30°C dan masih dapat tumbuh
pada suhu 43°C. Tanaman jeruk dapat tumbuh pada tanah dengan pH 5- 8, namun
akan tumbuh optimal pada tanah dengan pH 6-7. Tanaman jeruk dapat tumbuh
dengan baik pada kondisi pencahayaan penuh maupun pencahayaan kurang atau
ternaungi, namun tanaman jeruk lebih menyenangi kondisi pencahayaan penuh
untuk pertumbuhannya. Tanaman jeruk akan tumbuh dan berbuah baik sekali di
daerah yang tipe iklimnya agak kering asalkan tersedia cukup air.
Di Indonesia kelembaban udara berkisar antara 50-80%. Di daerah yang
kurang hujan, udara tidak lembab, penguapan air dari daun dan buah sangat besar.
Di daerah seperti ini hasil buah akan bermutu tinggi kalau air tanahnya dangkal
(Nia, 1993).
sepotong akar atau tanaman utuh. Bila batang atas hanya terdiri dari satu mata
tunggal disebut tempelan atau budding (okulasi) (Harjadi, 1989).
Tautan sambungan merupakan dasar sambungan yang terbentuk dari
bersatunya dan jalin menjalinnya jaringan kalus yang dihasilkan kambium batang
atas dan batang bawah sebagai tanggap atas pelukaan. Kambium adalah jaringan
meristematik yang berada diantara xilem dan floem. Jaringan kalus terdiri dari sel-
sel parenkhimatik. Dengan adanya kambium, berdiferensiasilah jaringan kalus
menjadi jaringan kambium baru. Kambium baru ini berdiferensiasi menjadi xilem
dan floem yang menjadi penghubung hidup yang tumbuh antara batang atas dan
batang bawah (Harjadi, 1989).
Syarat batang bawah yang baik diantaranya tinggi derajat
poliembrioninya, serasi dengan batang atas, mampu tumbuh di segala jenis tanah,
toleran penyakit virus, toleran penyakit cendawan, toleran nematoda, tumbuh baik
di pembibitan, dan tahan kekeringan serta angin. Entres atau batang atas
sebaiknya diambil dari pohon induk yang sehat, bebas virus, cabang harus bulat
dan coklat, bukan bersudut dan hijau (Harjadi, 1989).
Media Tanam
Media perakaran yang baik adalah media yang cukup kuat dan padat,
mengandung bahan yang dapat menahan kelembaban, mempunyai sistem aerasi
dan drainase yang baik, salinitasnya rendah, bebas dari penyakit dan dapat
disterilkan tanpa mempengaruhi unsur-unsur yang terkandung di dalam media
tanam (Hartmann et al., 1990).
Media tumbuh sangat penting untuk pertumbuhan dan produksi tanaman
optimal. Kondisi media tanam yang ideal bisa didapatkan dari kombinasi antara
bahan organik dan bahan anorganik. Bahan organik dapat berupa cacahan pakis,
kompos, humus, serbuk gergaji, arang sekam, dan cocopeat. Bahan anorganik
dapat berupa tanah, pasir, pasir malang, batu kerikil, dan hydrogel. Media tanam
terdiri dari dua tipe yaitu campuran tanah (soil-mixes) yang mengandung tanah
alami dan campuran tanpa tanah (soilles-mixes) yang tidak mengandung tanah
(Harjadi, 1989).
8
Tanah
Tanah mempunyai pengertian yang luas dan arti yang berbeda sesuai
dengan peruntukannya. Tanah dapat diartikan sebagai bagian atas kulit bumi yang
telah mengalami pelapukan yang didalamnya terdapat aktivitas biologi. Lapisan
tanah bagian atas pada umumnya mengandung bahan organik yang lebih tinggi
dibandingkan lapisan tanah di bawahnya. Lapisan tanah atas biasanya berwarna
gelap karena terakumulasinya bahan organik dan merupakan lapisan tanah yang
subur sehingga merupakan bagian tanah yang sangat penting dalam mendukung
pertumbuhan tanaman (Islami dan Utomo, 1995).
Tanah harus cukup kuat sebagai penunjang tegaknya tanaman agar
tanaman dapat berdiri dengan kokoh dan tidak mudah roboh. Pada sisi lain, tanah
harus cukup lunak sehingga akar tanaman dapat berkembang dan menjalankan
fungsinya tanpa mengalami hambatan yang berarti. Tanah juga harus memiliki
kedalam efektif yang cukup sehingga akar tanaman tidak hanya terpusat pada
lapisan atas yang dapat menyebabkan tanaman akan peka terhadap kondisi
kekurangan air dan unsur hara, dan mudah tumbang oleh terpaan angin (Islami
dan Utomo, 1995).
Buckman dan Braddy (1989) menyatakan bahwa terdapat 13 unsur hara
esensial yang diperoleh dari tanah, diantaranya N, P, K, Ca, Mg, S, Fe, Mn, B,
Mo, Cu, Zn, dan Cl. Dari 13 unsur hara esensial yang diperoleh tanaman dari
tanah, secara relatif 6 diperlukan dalam jumlah banyak. Keenam unsur tersebut
ialah N, P, K, Ca, Mg, dan S, yang merupakan unsur hara makro dan 7 unsur hara
lainnya merupakan unsur hara mikro. Pertumbuhan tanaman akan terhambat bila
unsur hara esensial kurang tersedia dalam tanah, terlalu lambat tersedia, atau tidak
diimbangi oleh unsur-unsur lainnya. Terkadang ketiga faktor tersebut bekerja
pada saat bersamaan dan sering terjadi pada unsur N.
Arang Sekam
Arang sekam adalah sekam atau kulit padi yang dibakar dengan teknik
sedemikian rupa sehingga menghasilkan sekam yang menjadi arang. Sekam
adalah lapisan keras yang membungkus kariopsis butir gabah yang terdiri atas dua
9
belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan (Departemen
Pertanian, 2008).
Arang sekam dapat digunakan sebagai media karena memiliki sifat ringan
(bobot jenis = 0.2 kg/l), kasar (banyak pori) sehingga sirkulasi udara tinggi,
berwarna cokelat kehitaman sehingga dapat mengabsorbsi sinar matahari dengan
efektif, serta dapat mengurangi penyakit khususnya bakteri (Wuryaningsih dan
Darliah, 1994). Media arang sekam dapat meningkatkan C-organik, N total, pH
dan P tersedia sehingga dapat menjadikan media tanam ini gembur tapi cenderung
mudah lapuk (Husniati, 2010).Arang sekam memiliki porositas yang baik bagi
perkembangan akar dan memiliki daya pegang air yang tinggi. Media arang
sekam memiliki kandungan C-Organik 15.23% dan Nitrogen 1.08 %. Arang
sekam dapat meningkatkan permeabilitas udara dan perkolasi air (Nurbaity et al.,
2009).
Kompos
Pupuk Kandang
Kascing
Batang Bawah
Batang bawah merupakan batang yang berupa pohon pangkal yang akan
ditempelkan mata tunas dari pohon yang menjadi batang atas sumber entres.
Pohon pangkal dapat diperoleh dengan cara menyemai biji atau benih dari buah-
buahan yang mempunyai perakaran kuat dan tahan terhadap serangan penyakit
akar.
12
Bibit okulasi dapat tumbuh menjadi tanaman yang sehat jika tanaman
batang bawah dirawat dengan baik. Perawatan batang bawah seperti pemupukan,
pengendalian hama dan penyakit, serta penyiraman perlu diperhatikan agar batang
bawah tumbuh subur dan sehat. Petumbuhan yang subur dan sehat memudahkan
pengelupasan kulit dan kayunya karena sel-sel kambium berada dalam keadaan
aktif membelah diri. Proses pembentukan kalus atau penyembuhan luka
berlangsung dengan baik, sehingga keberhasilan okulasinya juga tinggi (Prastowo
et al., 2006).
Rough Lemon (Citrus jambhiri Lush) berasal dari bagian Timur Laut
India, yang mungkin hasil dari persilangan yang terjadi secara alami karena
memiliki derajat poliembrioni yang tinggi dibandingkan dengan spesies lemon
lainnya. Jeruk Rough Lemon memiliki kulit buah yang kasar dan tidak cocok
untuk dijadikan kultivar batang atas. Kultivar ini sering digunakan sebagai batang
bawah pada banyak negara lainnya termasuk Indonesia (Davies and Albrigo,
1994).
Kultivar Sweet Orange, Grapefruit, Mandarin, danLemon yang dijadikan
batang atas dari batang bawah Rough Lemon memiliki vigor yang sangat baik dan
sangat produktif dibandingkan dengan batang bawah lainnya yang pernah dicoba,
terutama jika ditanam pada tanah berpasir yang dalam. Secara konsisten, pohon
dewasa yang berbatang bawah Rough Lemon juga sangat toleran dengan
kekeringan. Batang bawah Rough Lemon cukup toleran pada kadar garam tinggi.
Batang bawah Rough Lemon mampu beradaptasi pada kisaran pH tanah yang
cukup luas. Namun batang bawah Rough Lemon sangat rentan pada penyakit
busuk akar (Phytopthora), faktor ini yang menjadi pembatas penggunaan batang
bawah Rough Lemon pada beberapa wilayah (Davies and Albrigo, 1994).
Vigor yang terlalu tinggi yang dihasilkan pada batang atas dengan batang
bawah Rough Lemon pada umumnya menghasilkan buah berkualitas rendah.
Padatan terlarut total (PTT) dan Total asam tertitrasi (TAT) cenderung rendah
pada buah yang dihasilkan dari pohon berbatang bawah Rough Lemon. Selain itu,
kulit buah menjadi lebih tebal dan membengkak (Davies and Albrigo, 1994).
BAHAN DAN METODE
Metode Penelitian
Εijk = galat percobaan media tanam ke-i, umur batang bawah ke-j, dan
kelompok ke-k
Uji statistik yang digunakan adalah analisis ragam (uji-F)sedangkan uji
lanjut yang digunakan adalah uji wilayah berganda Duncan (DMRT) pada taraf
kesalahan 5% atau selang kepercayaan 95% apabila dalam uji-F menunjukan hasil
yang berpengaruh nyata.
Pelaksanaan Penelitian
Media tanam yang digunakan antara lain tanah, arang sekam, pupuk
kandang domba,kompos, danpupuk kascing. Komposisi media tanam yang terdiri
dari arang sekam, tanah, dan bahan organik masing-masing memiliki
perbandingan 1 : 1 : 1 (V/V) pada setiap perlakuan. Setiap bahan media tanam
dicampur sesuai dengan perlakuan dan ditempatkan pada polybag yang telah
disiapkan sebelumnya. Media tanam yang telah dicampur sesuai perlakuan dapat
dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Komposisi media tanam yang digunakan dalam percobaan I dan II,
(M1) (tanah: arang sekam: pupuk kandang domba 1: 1: 1 V/V); (M2)
(tanah: arang sekam: kompos 1: 1: 1 V/V); (M3) (tanah: arang sekam:
pupuk kascing 1: 1: 1 V/V)
mata tunas atau entres yang digunakan berasal dari pohon jeruk Keprok yang
sudah menghasilkan dan sehat. Sebelum diokulasi, batang bawah yang akan
digunakan ditanam didalam kombinasi media tanam yang sesuai dengan
perlakuan selama 3 bulan. Sehingga batang bawah yang dipersiapkan umurnya 5,
8, dan 11 bulan agar saat diokulasi umurnya sesuai dengan perlakuan yang telah
direncanakan.
Mata tunas yang akan ditempel pada batang bawah harus segar dan segera
ditempel agar tidak mati. Pemotongan kulit batang pohon untuk mengambil mata
tunas dilakukan dengan menggunakan pisau yang tajam supaya hasil potongannya
baik.
Pemeliharaan
17
Pengamatan
4. Waktu tumbuh tunas (HSO atau Hari Setelah Okulasi), diamati pada hari
saat tanaman pecah tunas setelah okulasi. Pengamatan dilakukan sejak 1
MSO hingga 12 MSO.
5. Jumlah tunas, diukur dari banyaknya tunas yang tumbuh dari mata tunas
hasil okulasi yang ukurannya lebih dari 0.5 cm pada setiap tanaman.
Pengamatan dilakukan pada 12 MSO.
19
6. Pertambahan panjang tunas dan panjang tunas (cm), tunas diamati dari
pangkal tunas sampai titik tumbuh tunas. Pengamatan pertambahan
panjang tunas dilakukan sejak tanaman mengalami pecah tunas hingga
akhir percobaan II dan diamati setiap minggu. Sedangkan pengamatan
panjang tunas hanya dilakukan pada akhir percobaan II, yaitu pada
12 MSO.
7. Diameter tunas (mm), diukur pada lingkar tunas 2 cm dari pangkal tunas.
Pengukuran dilakukan pada akhir percobaan II, yaitu pada 12 MSO.
8. Jumlah daun tunas (helai), dihitung dari banyaknya daun yang tumbuh
pada tunas hasil okulasi dan sudah terbuka sempurna. Penghitungan
dilakukan pada akhir percobaan II, yaitu pada 12 MSO.
9. Panjang daun tunas (cm), diamati pada daun ketiga yang sudah membuka
sempurna dan diukur memanjang dari pangkal daun ke ujung daun.
Pengukuran dilakukan pada akhir percobaan II, yaitu pada 12 MSO.
10. Lebar daun tunas (cm), diamati pada daun ketiga yang sudah membuka
sempurna dan diukur melintang pada permukaan daun terlebar.
Pengukuran dilakukan pada akhir percobaan II, yaitu pada 12 MSO.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kondisi Umum
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 hingga Mei 2012,
dimana temperatur rata-rata pada saat pelaksanaan penelitian adalah 25.9°C yang
merupakan temperatur sesuai untuk pertumbuhan tanaman jeruk. Manner et al.
(2006) menyatakan bahwa temperatur optimal untuk pertumbuhan tanaman jeruk
berkisar antara 25-30°C. Curah hujan rata-rata pada bulan November 2011 sampai
dengan Mei 2012 adalah 334.79 mm, dengan kelembaban udara rata-rata selama
penelitian 84%, kondisi tersebut merupakan kondisi yang masih dapat mendukung
pertumbuhan meskipun sedikit tidak optimal untuk pertumbuhan tanaman jeruk.
Tanaman jeruk dapat tumbuh optimal pada kisaran kelembaban udara antara 50-
80%. Tanaman jeruk masih dapat tumbuh baik pada daerah dengan iklim kering
asalkan ketersediaan air cukup. Data iklim yang diperoleh merupakan data iklim
lokasi penelitian secara makro, data tabel iklim makro pada Lampiran 1. diperoleh
dari Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika, Stasiun Klimatologi
Darmaga, Bogor.
Manner et al. (2006) menyatakan bahwa tanaman jeruk dapat tumbuh
dengan baik pada pH antara 5-8. Ketiga bahan organik yang digunakan pada
penelitian ini memiliki pH yang berbeda-beda dan pupuk kandang domba
memiliki pH sedikit lebih basa dari kisaran pH yang dianjurkan untuk
pertumbuhan tanaman jeruk. Namun arang sekam dan tanah yang digunakan
memiliki pH yang netral sehingga diharapkan dapat mendukung pertumbuhan
tanaman jeruk. Kandungan unsur Karbon (C), nitrogen (N), fosfor (P), Kalium
(K), dan pH dalam media tanam yang digunakan pada penelitian telah dianalisis
di Laboratorium Kimia Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya
Lingkungan, Institut Pertanian Bogor. Kelima bahan penyusun komposisi media
tanam yang digunakan memiliki sifat kimia dan fisik yang berbeda. Komposisi
media tanam(tanah: arang sekam: pupuk kandang domba 1: 1: 1 V/V) merupakan
media yang paling cepat kering dibandingkan dengan kedua komposisi media
lainnya dan komposisi media tanam (tanah: arang sekam: kascing 1: 1: 1
21
N- P
C-org K pH 1:1 Sifat
Bahan media total [Bray l]
(me/100g) (KCl) kemasamana
% (ppm)
diameter awal bibt batang bawah umur 5, 8, dan 11 bulan sebesar 2.67 mm, 3.48
mm, dan 5.11 mm. Sedangkan untuk rata-rata jumlah daun pada bibit batang
bawah umur 5, 8, dan 11 bulan adalah sebesar 15 helai, 23 helai, dan 35 helai.
Jumlah bibit batang bawah RL yang bertahan hidup pada setiap perlakuan
media tanamdi percobaan I berbeda – beda. Jumlah bibit yang bertahan hidup
pada media tanam (tanah: arang sekam: pupuk kandang domba 1: 1: 1 V/V)
sebanyak 67%, bibit yang bertahan hidup pada media (tanah: arang sekam:
kompos 1: 1: 1 V/V) sebanyak 90%, dan bibit yang bertahan hidup pada media
tanam (tanah: arang sekam: kascing 1: 1: 1 V/V) sebanyak 90%.
Okulasi dilakukan pada pagi hari dan saat hari cerah. Bibit batang bawah
RL yang telah diokulasi dengan mata tempel jeruk Keprok Garut ditempatkan
pada lapangan terbuka tanpa naungan dan disesuaikan dengan rancangan yang
digunakan. Kondisi tempat pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat padaGambar 2.
Looping (pembengkokan bibit batang bawah) dilakukan setelah 4 MSO dengan
tujuan mempercepat pecah tunas.
akar berwarna kehitaman ketika tanaman dicabut dari media tanam terlihat seperti
Gambar 3. Penyakit busuk akar disebabkan karena kondisi media yang terlalu
lembab dan aerasi media yang kurang baik sehingga media jenuh air saat curah
hujan cukup tinggi.
Tanaman yang telah diokulasi (percobaan II), terserang hama kutu daun
sebanyak 10% danterserang hama pengorok daun sebanyak 25%, serangan terjadi
pada saat mata tempel mulai pecah tunas. Gejala serangan hama kutu daun ialah
daun-daun muda berubah bentuk menjadi pilinan dan menggulung, pada tunas dan
daun muda terdapat koloni kutu.Gejala serangan hama pengorok daun diketahui
dengan ciri daun jeruk berkerut dan menggulung lalu mengering. Pada tunas-
tunas muda, di daun yang terserang terdapat kotoran kutu berupa benang-benang
putih seperti spiral seperti yang terlihat pada Gambar 4. Hama lain yang berada di
sekitar lokasi penelitian adalah belalang, semut, dan siput.
Gulma yang ditemui di area penelitian antara lain jukut pahit (Axonophus
compresus), patikan (Euphorbia hirta), putri malu (Mimosa pudica), babadotan
(Ageratum conizoides), dan keladi (Caladium bicolor). Pengendalian gulma
dilakukan rutin setiap minggu secara manual.
Tabel 3. Pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadaptinggi (cm) batang bawah Rough Lemon
Umurbatangbawah
Komposisi media tanam Rataan
5bulan 8bulan 11bulan
.... Tinggi 0 MST (cm)....
Tanah: arangsekam: pukandomba 20.48 33.20 48.15 33.94
Tanah: arangsekam: kompos 26.31 38.40 61.11 41.94
Tanah: arangsekam: kascing 20.42 37.10 53.49 37.00
Rataan 22.40c 36.23b 54.25a
.... Tinggi 2 MST (cm)....
Tanah: arangsekam: pukandomba 20.17 29.42 47.92 32.50b
Tanah: arangsekam: kompos 25.90 38.08 59.23 41.07a
Tanah: arangsekam: kascing 20.51 37.08 46.76 34.78b
c b a
Rataan 22.19 34.86 51.30
.... Tinggi 4 MST (cm)....
Tanah: arangsekam: pukandomba 20.35 28.05 47.89 32.10b
Tanah: arangsekam: kompos 25.51 38.88 60.10 41.50a
Tanah: arangsekam: kascing 20.78 37.37 46.83 34.99b
c b a
Rataan 22.21 34.77 51.61
.... Tinggi 6 MST (cm)....
Tanah: arangsekam: pukandomba 21.25 27.18 47.67 32.03b
Tanah: arangsekam: kompos 24.52 39.20 58.97 40.90a
Tanah: arangsekam: kascing 21.93 37.18 47.18 35.43ab
c b a
Rataan 22.57 34.52 51.27
.... Tinggi 8 MST (cm) ....
Tanah: arangsekam: pukandomba 21.63 26.49 48.37 32.16b
Tanah: arangsekam: kompos 24.42 39.46 58.33 40.74a
Tanah: arangsekam: kascing 22.35 37.85 47.62 35.94ab
c b a
Rataan 22.80 34.60 51.44
.... Tinggi 10 MST (cm)....
Tanah: arangsekam: pukandomba 14.70 24.82 49.04 31.37
Tanah: arangsekam: kompos 23.10 39.69 56.19 39.66
Tanah: arangsekam: kascing 22.72 37.79 47.80 36.10
c ab a
Rataan 20.86 34.10 51.01
.... Tinggi 12 MST (cm)....
Tanah: arangsekam: pukandomba 14.47 21.64 49.69 30.37b
Tanah: arangsekam: kompos 25.47 41.56 56.25 41.09a
Tanah: arangsekam: kascing 23.08 40.94 48.46 37.49ab
c b a
Rataan 21.82 34.71 51.47
Keterangan : MST = Minggu Setelah Tanam
Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada waktu pengamatanyang sama
tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%
pengukuran hanya dilakukan pada batang bawah RL yang masih berwarna hijau.
Kekeringan bagian pucuk tanaman menunjukkan bahwa tanaman mengalami
stress selama ditransportasikan dari tempat budidaya ke tempat penelitian.
Pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah serta
interaksinya terhadap diameter batang bawah jeruk RL dicantumkan pada Tabel 4.
Interaksi antara komposisi media tanam dan umur batang bawah terhadap
diameter batang bawah berpengaruh nyata pada 0 MST, sedangkan interaksi
kedua faktor tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap diameter pada 2, 4, 6, 8,
10 dan 12 MST. Bibit batang bawah yang berumur 11 bulan yang ditanam pada
media tanam (tanah: arang sekam: kompos 1: 1: 1 V/V) menghasilkan diameter
terbesar (5.67 mm) dibandingkan dengan semua kombinasi perlakuan pada 0
MST dan tidak berbeda nyata dengan bibit batang bawah yang berumur 11 bulan
yang ditanam pada komposisi media tanam (tanah: arang sekam: kascing)
(5.17 mm).
Komposisi media tanam (tanah: arang sekam: kompos 1: 1: 1 V/V) pada
2, 4, 6 dan 8 MST nyata menghasilkan diameter terbesar (3.93; 4.02; 4.20; dan
4.26 mm) dibandingkan kedua media tanam lainnya. Bibit batang bawah umur
11 bulan menghasilkan diameter terbesar pada 0, 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 MST (5.11;
4.94; 5.00; 5.07; 5.10; 5.31; dan 5.56 mm) serta berbeda nyata dengan bibit umur
8 dan 5 bulan.
Bibit batang bawah RL mengalami penurunan ukuran diameter pada
2 MST disebabkan oleh stress yang dialami tanaman selama transportasi bibit dari
tempat budidaya (Garut) ke tempat penelitian (Bogor). Ukuran diameter mulai
tumbuh normal sejak 4 hingga 12 MST.
28
Tabel 4. Pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadap diameter (mm) batang bawah Rough Lemon
Umur batang bawah
Komposisi media tanam Rataan
5 bulan 8 bulan 11 bulan
....Diameter 0 MST (mm)....
Tanah: arangsekam: pukandomba 2.72de 3.61c 4.50b 3.61
Tanah: arangsekam: kompos 2.50e 3.61c 5.67a 3.93
de cd
Tanah: arangsekam: kascing 2.78 3.22 5.17a 3.72
Rataan 2.67c 3.48b 5.11a
....Diameter 2 MST (mm)....
Tanah: arangsekam: pukandomba 2.53 3.19 4.41 3.38b
Tanah: arangsekam: kompos 2.58 3.66 5.57 3.93a
Tanah: arangsekam: kascing 2.46 3.24 4.83 3.51b
Rataan 2.52c 3.36b 4.94a
.... Diameter 4 MST (mm)....
Tanah: arangsekam: pukandomba 2.43 3.41 4.56 3.47b
Tanah: arangsekam: kompos 2.70 3.76 5.60 4.02a
Tanah: arangsekam: kascing 2.65 3.51 4.86 3.67ab
Rataan 2.59c 3.56b 5.00a
.... Diameter 6 MST (mm)....
Tanah: arangsekam: pukandomba 2.48 3.36 4.53 3.46b
Tanah: arangsekam: kompos 2.78 4.08 5.76 4.20a
Tanah: arangsekam: kascing 2.84 3.55 4.93 3.78ab
Rataan 2.70c 3.66b 5.07a
....Diameter 8 MST (mm) ....
Tanah: arangsekam: pukandomba 2.60 3.32 4.65 3.52b
Tanah: arangsekam: kompos 2.83 4.12 5.84 4.26a
Tanah: arangsekam: kascing 2.99 3.61 4.81 3.81b
Rataan 2.81c 3.68b 5.10a
.... Diameter 10 MST (mm)....
Tanah: arangsekam: pukandomba 2.88 3.62 4.90 3.91
Tanah: arangsekam: kompos 2.97 4.21 5.92 4.37
Tanah: arangsekam: kascing 3.60 4.10 5.12 4.27
c b
Rataan 3.18 3.98 5.31a
.... Diameter 12 MST (mm)....
Tanah: arangsekam: pukandomba 3.05 3.43 5.33 4.05
Tanah: arangsekam: kompos 3.11 4.81 6.07 4.66
Tanah: arangsekam: kascing 3.88 4.35 5.29 4.51
c b
Rataan 3.38 4.20 5.56a
Keterangan : MST = Minggu Setelah Tanam
Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada waktu pengamatan yang sama tidak
berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%
29
Pengaruh interaksi faktor komposisi media tanam dan umur batang bawah
terhadap bobot basah dan bobot kering akar dicantumkan pada Tabel 5. Bobot
basah akar terkecil dihasilkan oleh bibit batang bawah umur 8 bulan yang ditanam
pada komposisi media tanam (tanah: arang sekam: pupuk kandang domba 1: 1: 1
V/V) (1.37 g). Sedangkan bobot basah akar terbesar dihasilkan oleh bibit batang
bawah berumur 8 bulan yang ditanam pada komposisi media tanam (tanah: arang
sekam: kompos atau kascing 1: 1: 1 V/V) (24.12 dan 25.26 g).
Tabel 5. Pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah
terhadap bobot basah dan kering (g) akar batang bawah Rough
Lemon
Komposisi media tanam Umur batang bawah Rataan
5 bulan 8 bulan 11 bulan
.........Bobot basah akar (g)..........
Tanah: arang sekam: pukan domba 1.84cd 1.37d 17.90ab 7.69b
Tanah: arang sekam: kompos 9.90bc 24.12a 16.47ab 16.83a
bc a
Tanah: arang sekam: kascing 9.63 25.26 12.05abc 15.65a
Rataan 7.78b 16.91a 15.48a
..........Bobot kering akar (g)..........
Tanah: arang sekam: pukan domba 1.67cd 0.56d 8.77abc 3.92b
Tanah: arang sekam: kompos 4.34bc 10.89a 6.96abc 7.39a
Tanah: arang sekam: kascing 4.53bc 10.05ab 5.66abc 6.75a
Rataan 3.74 7.16 7.13
Keterangan : MST = Minggu Setelah Tanam
Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada parameter pengamatanyang sama
tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%
Tolok ukur bobot kering akar memiliki kecenderungan yang sama dengan
tolok ukur bobot basah akar. Bobot kering akar terendah dihasilkan oleh bibit
berumur 8 bulan yang ditanam pada komposisi media tanam (tanah: arang sekam:
pupuk kandang domba 1: 1: 1 V/V) (0.56 g). Bobot kering akar terbesar
dihasilkan oleh bibit berumur 8 bulan yang ditanam pada komposisi media tanam
(tanah: arang sekam: kompos atau kascing 1: 1: 1 V/V) (10.89 dan 10.05 g).
Faktor tunggal komposisi media tanam (tanah: arang sekam: pupuk kandang
domba 1: 1: 1 V/V) menghasilkan bobot kering akar terendah (3.92 g)
dibandingkan komposisi media tanam lainnya.
30
Percobaan II. Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Umur Bibit Batang
BawahRough Lemon terhadap Pertumbuhan Tunas Jeruk Keprok Garut
(Citrus nobilis) Hasil Okulasi
Keberhasilan Okulasi
Pengaruh interaksi antara faktor komposisi media tanam dan umur bibit
batang bawah terhadap parameter keberhasilan okulasi dicantumkan pada Tabel
7.Komposisi media tanam dan umur batang bawah secara nyata mempengaruhi
persentase okulasi hidup. Persentase okulasi hidup berkisar antara 37-100%.
Batang bawah umur (5 + 3) bulan yang ditanam pada media tanam (tanah:
arang sekam: kascing 1: 1: 1 V/V) menghasilkan persentase okulasi hidup terbaik
sebesar 100% dan tidak berbeda nyata dengan batang bawah umur (11 + 3) bulan
yang ditanam pada media tanam (tanah: arang sekam: kascing1: 1: 1 V/V) yang
menghasilkan persentase okulasi hidup 98%. Batang bawah umur(11 + 3) bulan
yang ditanam pada media (tanah: arang sekam: pupuk kandang domba 1: 1: 1
V/V) menghasilkan persentase okulasi hidup terendah, yaitu sebesar 37%.
Faktor tunggal komposisi media tanam (tanah: arang sekam: pupuk
kandang domba 1: 1: 1 V/V) menghasilkan persentase okulasi hidup terkecil,
diikuti oleh media tanam (tanah: arang sekam: kompos 1: 1: 1 V/V), dan media
tanam (tanah: arang sekam: kascing 1: 1: 1 V/V) menghasilkan persentase okulasi
hidup terbesar.
32
Tabel 7. Pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah
Rough Lemon terhadap keberhasilan okulasi batang atas jeruk
Keprok (Citrus nobilis)
Komposisi media tanam Umur batang bawah (bulan) Rataan
5+3 8+3 11 + 3
........Persentase okulasi hidup.........
Tanah: arang sekam: pukan domba 86.00bc 84.00c 37.00d 69.00c
Tanah: arang sekam: kompos 86.00bc 92.00abc 84.00c 87.00b
a abc ab
Tanah: arang sekam: kascing 100.00 96.00 98.00 98.00a
Rataan 91.00a 91.00a 73.00b
.........Persentase okulasi bertunas.......
Tanah: arang sekam: pukan domba 76.00b 80.00ab 33.00c 63.00c
Tanah: arang sekam: kompos 82.00ab 84.00ab 82.00ab 83.00b
a ab a
Tanah: arang sekam: kascing 98.00 90.00 98.00 95.00a
Rataan 86.00a 85.00a 71.00b
......Persentase okulasi dorman (%).......
Tanah: arang sekam: pukan domba 9.80 3.92 3.92 6.00
Tanah: arang sekam: kompos 3.92 7.84 1.96 4.67
Tanah: arang sekam: kascing 1.96 5.88 0.00 2.67
Rataan 5.33 6.00 2.00
......Waktu tumbuh tunas (HSO).......
Tanah: arang sekam: pukan domba 54 54 56 55
Tanah: arang sekam: kompos 53 54 57 54
Tanah: arang sekam: kascing 50 57 58 55
b b a
Rataan 52 55 57
Keterangan : HSO = Hari Setelah Okulasi
Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada parameter pengamatanyang sama
tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%
Pengaruh interaksi antara komposisi media tanam dan umur bibit batang
bawah RL terhadap pertambahan panjang tunas dicantumkan pada Tabel 8.
Interaksi antara komposisi media tanam dan umur batang bawah mempengaruhi
pertambahan panjang tunas pada 9 MSO, sedangkan pada minggu ke 5, 6, 7, 8.
10, 11, dan 12 tidak berpengaruh. Faktor tunggal umur bibit mempengaruhi
pertambahan panjang tunas pada 10 dan 11 MSO.
Pertambahan panjang tunas terbesar pada 9 MSO dihasilkan oleh bibit
berumur (5 + 3) bulan yang ditanam pada komposisi media tanam (tanah: arang
sekam: kascing 1: 1: 1 V/V) (3.29 cm) sedangkan pertambahan panjang tunas
terendah dihasilkan dari bibit berumur (5 + 3) bulan yang ditanam pada media
(tanah: arang sekam: kompos atau pupuk kandang domba 1: 1: 1 V/V) (1.94 dan
1.85 cm).
Komposisi media tanam (tanah: arang sekam: kascing 1: 1: 1 V/V)
menghasilkan pertambahan panjang tunas terbesar pada 10, 11, dan 12 MSO
(4.12; 3.71; 1.90 cm) diikuti dengan komposisi media tanam (tanah: arang sekam:
kompos 1: 1: 1 V/V) dan komposisi media tanam (tanah: arang sekam: pupuk
kandang domba 1: 1: 1 V/V). Pertambahan panjang tunas yang cukup besar
cenderung dihasilkan dari batang bawah jeruk RL yang ditanam pada komposisi
34
media tanam (tanah: arang sekam: kascing 1: 1: 1 V/V) pada akhir-akhir minggu
pengamatan.
Tabel 8. Pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah
Rough Lemon terhadap pertambahan panjang tunas (cm) batang
atas jeruk Keprok (Citrus nobilis) hasil okulasi
Komposisi media tanam Umur batang bawah (bulan) Rataan
5+3 8+3 11 + 3
..Pertambahan panjang tunas 5 MSO (cm)..
Tanah: arang sekam: pukan domba 0.40 1.32 0.00 0.57
Tanah: arang sekam: kompos 0.22 0.60 0.08 0.30
Tanah: arang sekam: kascing 1.35 0.20 0.13 0.56
Rataan 0.66 0.71 0.07
..Pertambahan panjang tunas 6 MSO (cm)..
Tanah: arang sekam: pukan domba 0.81 2.67 2.67 1.11
Tanah: arang sekam: kompos 1.02 1.11 0.71 0.95
Tanah: arang sekam: kascing 1.50 1.00 0.77 1.09
Rataan 1.11 1.46 0.58
..Pertambahan panjang tunas 7 MSO (cm)..
Tanah: arang sekam: pukan domba 2.21 1.87 2.10 2.06
Tanah: arang sekam: kompos 2.16 1.26 1.20 1.54
Tanah: arang sekam: kascing 1.87 1.49 0.82 1.39
Rataan 2.08 1.54 1.37
..Pertambahan panjang tunas 8 MSO (cm)..
Tanah: arang sekam: pukan domba 1.53 0.97 2.30 1.60
Tanah: arang sekam: kompos 1.36 2.32 1.97 1.88
Tanah: arang sekam: kascing 1.70 2.27 1.20 1.72
Rataan 1.53 1.85 1.82
..Pertambahan panjang tunas 9 MSO (cm)..
Tanah: arang sekam: pukan domba 1.85c 2.03bc 2.93ab 2.27
bc abc
Tanah: arang sekam: kompos 1.94 2.61 2.40abc 2.32
a abc
Tanah: arang sekam: kascing 3.29 2.34 2.10bc 2.58
Rataan 2.36 2.33 2.48
..Pertambahan panjang tunas 10 MSO (cm).
Tanah: arang sekam: pukan domba 1.93 2.50 3.63 2.69b
Tanah: arang sekam: kompos 2.11 3.36 3.87 3.11b
Tanah: arang sekam: kascing 3.79 3.90 4.66 4.12a
Rataan 2.61c 3.25b 4.05a
..Pertambahan panjang tunas 11 MSO (cm).
Tanah: arang sekam: pukan domba 1.19 1.92 2.63 1.91b
Tanah: arang sekam: kompos 1.26 2.56 3.75 2.52b
Tanah: arang sekam: kascing 2.61 4.09 4.42 3.71a
Rataan 1.69c 2.86b 3.60a
..Pertambahan panjang tunas 12 MSO (cm).
Tanah: arang sekam: pukan domba 1.45 1.14 1.07 1.22b
Tanah: arang sekam: kompos 1.32 1.36 2.38 1.69ab
Tanah: arang sekam: kascing 1.22 2.05 2.45 1.90a
Rataan 1.33 1.52 1.97
Keterangan : MSO = Minggu Setelah Okulasi
Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada parameter pengamatan yang sama
tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%
35
nitrogen dan air yang cukup tersedia pada media tanam dapat meningkatkan tinggi
tanaman karena laju pertumbuhan pada meristem apikal berlangsung cepat.
Bibit batang bawah yang menghasilkan bobot basah dan kering akar
terbesar adalah bibit batang bawah RL yang ditanam pada komposisi media tanam
(tanah: arang sekam: kompos atau kascing 1: 1: 1 V/V) (Tabel 5). Hal ini diduga
disebabkan oleh pH media tanam kompos dan kascing cenderung mendekati
netral dibandingkan dengan media pupuk kandang domba sehingga unsur hara
menjadi lebih tersediauntuk tanaman. Menurut Lakitan (2011), sistem perakaran
tanaman lebih dikendalikan oleh sifat genetis dari tanaman yang bersangkutan,
tetapi sistem perakaran tanaman juga dipengaruhi oleh kondisi tanah atau media
tumbuh tanaman. Faktor yang menyebabkan pola penyebaran akar antara lain
adalah penghalang mekanis, suhu tanah, aerasi, ketersediaan air, dan ketersediaan
unsur hara. Berdasarkan hasil penelitian Andiani (2012) media tanam (tanah:
arang sekam: kompos 2: 1: 1) memperlihatkan bobot kering akar terbesar pada
tanaman Sansevieria hasil perbanyakan stek.
Media tanam yang memiliki kandungan unsur hara N dan P tertinggi pada
percobaan ini adalah kascing sedangkan media tanam yang memiliki kandungan
unsur hara K tertinggi adalah pupuk kandang domba (Tabel 1). Menurut Lakitan
(2011), nitrogen merupakan komponen penyusun dari banyak senyawa essensial
bagi tumbuhan, misalnya asam-asam amino. Setiap molekul protein tersusun dari
asam-asam amino dan setiap enzim adalah protein, nitrogen juga merupakan
unsur penyusun protein dan enzim.Fosfor merupakan bagian yang essensial dari
berbagai gula fosfat yang berperan dalam reaksi-reaksi pada fase gelap
fotosintesis, respirasi, dan berbagai proses metabolisme lainnya. Unsur hara N dan
P merupakan unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman pada saat pertumbuhan
vegetatif sehingga terpenuhinya kebutuhan unsur hara N dan P dapat
menstimulasi pertambahan tinggi pada batang bawah jeruk RL.Selain kandungan
unsur hara N dan P yang lebih tinggi, kascing juga mengandung zat perangsang
pertumbuhan tanaman. Menurut Nagavallemma et al. (2006), kascing
mengandung banyak mikroba dan hormon perangsang pertumbuhan tanaman. Zat
pengatur tumbuh bekerja dengan berbagai cara, seperti mengatur pertumbuhan
akar, batang, serta daun.
39
Percobaan II. Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Umur Bibit Batang
Bawah Rough Lemon terhadap Pertumbuhan Tunas Jeruk Keprok Garut
(Citrus nobilis) Hasil Okulasi
unsur nitrogen, besi, mangan, borium, tembaga, dan seng relatif sedikit
ketersediaannya untuk tanaman sehingga pertumbuhan tanaman pada kondisi ini
biasanya terganggu.
Bibit yang ditanam pada media tanam (tanah: arang sekam: kascing 1: 1: 1
V/V) mampu menghasilkan rata–rata lebar daun tunas terbesar (2.42 cm)
dibandingkan dengan bibit okulasi yang ditanam pada media tanam lainnya(Tabel
9). Hal ini diduga karena kandungan unsur hara nitrogen yang terkandung pada
kascing adalah yang tertinggi dibandingkan dengan media lainnya. Menurut Sarief
(1985), pada umumnya nitrogen diambil oleh tanaman dalam bentuk amonium
(NH4+) dan nitrat (NO3-), tetapi nitrat yang terisap segera tereduksi menjadi
amonium melalui enzim yang mengandung molibdinum. Ion-ion amonium dan
beberapa karbohidrat mengalami sintesis dalam daun dan diubah menjadi asam
amino, terutama terjadi dalam hijau daun. Dengan demikian, apabila unsur
nitrogen yang tersedia lebih banyak daripada unsur lainnya, dapat dihasilkan
protein lebih banyak dan daun dapat tumbuh lebih lebar sehingga proses
fotosintesis akan lebih baik dan fotosintat akan lebih banyak yang dihasilkan.
Oleh sebab itu diduga lebarnya daun yang tersedia bagi proses fotosintesis secara
kasar sebanding dengan jumlah nitrogen yang diberikan.
Faktor tunggal umur batang bawah berpengaruh sangat nyata terhadap
parameter persentase okulasi hidup, persentase okulasi bertunas, waktu tumbuh
tunas, pertambahan panjang tunas pada 10 dan 11 MSO, panjang tunas, panjang
daun, dan lebar daun, serta berpengaruh nyata terhadap parameter diameter tunas.
Hal ini diduga disebabkan oleh adanya perbedaan potensi tumbuh yang berbeda-
beda pada setiap umur batang bawah yang dipengaruhi oleh cadangan makanan
dan hormon endogen yang dimiliki oleh tanaman tersebut. Menurut Gardner et al.
(1991), faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan terbagi menjadi faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal meliputi iklim, edafik (tanah), dan
biologis. Faktor internal meliputi ketahanan terhadap faktor eksternal; laju
fotosintetik, respirasi; pembagian hasil asimilasi dan N; klorofil, karoten, dan
kandungan pigmen lainnya; tipe dan letak meristem; kapasitas untuk menyimpan
cadangan makanan; aktivitas enzim; pengaruh langsung gen; dan diferensiasi.
42
Kesimpulan
Saran
Ashari, S. 1992. Citrus reticulata Blanco, p. 135 – 138. In E. W.M. Verheij and
R. E. Coronel (Eds). Plant Resources of South East Asia 2. Edible fruits and
nuts. Prosea Foundation. Bogor.
Buckman, H and N. C. Braddy. 1989. Sifat dan Ciri Tanah I. (diterjemahkan dari:
The Nature and Properties of Soils, penerjemah: Soepardi, G.) Departemen
Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 560 hal.
Campbell, N. A., J. B. Reece, dan L. G. Mitchell. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid
2. Erlangga. Jakarta. 422 hal.
Devy, N. F. dan Jati. 2008. Perbanyakan 13 Jenis Batang Bawah serta 5 Jenis
Jeruk Asal Pasang Surut Secara In Vitro. Prosiding Seminar Nasional Jeruk
2007. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian. Malang. Hal 168 – 180.
Hanif, Z. dan L. Zamzami. 2011. Trend Jeruk Impor dan Posisi Indonesia sebagai
Produsen Jeruk Dunia. Prosiding Workshop Rencana Aksi Rehabilitasi
Agribisnis Jeruk Keprok SoE yang Berkelanjutan untuk Subtitusi Impor.
Badan Litbang Pertanian, Dirjen Hortikulutra dan ACIAR. Malang.
Hal 107-114.
Hutapea, I. 2006. Kompatibilitas Berbagai Jenis Jeruk Batang Atas dan Model
Sambung terhadap Batang Bawah Rough Lemon (Citrus jambhiri Lush).
Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Borobudur. Jakarta. 73 hal.
Ihsan, F. dan Sukarmin. 2011. Teknik pengujian umur batang bawah terhadap
keberhasilan dan pertumbuhan rambutan hasil okulasi. Buletin Teknik
Pertanian16(1): 28-30.
Islami, T dan Utomo W. H. 1995. Hubungan Tanah, Air, dan Tanaman. IKIP
Semarang Press. Semarang. 297 hal.
Prasetyo, H. 2009. Kajian umur batang bawah pada dua macam sistem
perbanyakan tanaman jeruk. Agritek 17(5):908-917.
Riyanti, Y. 2009. Pengaruh Jenis Media Tanam terhadap Pertumbuhan Bibit Sirih
Merah (Piper crocatum Ruiz and Pav.) Skripsi. Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 42 hal.
Lampiran 3. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah
terhadaptinggi bibit batang bawah pada 0 MST
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F-hit Pr>f Koefisien
keragaman bebas kuadrat tengah keragaman
Ulangan 2 25.96 12.98 0.31 0.738
Perlakuan 10 4983.93 498.39 11.91 <0.0001
Media 2 293.05 146.53 3.50 0.055
Umur 2 4590.90 2295.45 54.84 <0.0001 17.19
M*U 4 74.01 18.50 0.44 0.777
Galat 16 669.69 41.86
Umum 26 5653.62
51
Lampiran 4. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah
terhadap tinggi bibit batang bawah pada 2 MST
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F-hit Pr>f Koefisien
keragaman bebas kuadrat tengah keragaman
Ulangan 2 15.10 7.55 0.22 0.804
Perlakuan 10 4331.63 433.16 12.72 <0.0001
Media 2 354.35 177.18 5.20 0.018
Umur 2 3835.01 1917.51 56.29 <0.0001 16.16
M*U 4 127.16 31.79 0.93 0.469
Galat 16 545.00 34.06
Umum 26 4876.63
Lampiran 5. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah
terhadap tinggi bibit batang bawah pada 4 MST
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F-hit Pr>f Koefisien
keragaman bebas kuadrat tengah keragaman
Ulangan 2 11.53 5.76 0.17 0.848
Perlakuan 10 4509.30 450.93 13.07 <0.0001
Media 2 417.18 208.59 6.05 0.011
Umur 2 3915.98 1957.99 56.74 <0.0001 16.23
M*U 4 164.61 41.15 1.19 0.352
Galat 16 552.09 34.51
Umum 26 5061.39
Lampiran 6. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah
terhadap tinggi bibit batang bawah pada 6 MST
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F-hit Pr>f Koefisien
keragaman bebas kuadrat tengah keragaman
Ulangan 2 3.06 1.53 0.05 0.954
Perlakuan 10 4278.02 427.80 13.25 <0.0001
Media 2 360.12 180.06 5.58 0.015
Umur 2 3741.50 1870.75 57.94 <0.0001 15.73
M*U 4 173.35 43.34 1.34 0.297
Galat 16 516.58 32.29
Umum 26 4794.60
Lampiran 7. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah
terhadap tinggi bibit batang bawah pada 8 MST
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F-hit Pr>f Koefisien
keragaman bebas kuadrat tengah keragaman
Ulangan 2 2.61 1.30 0.04 0.960
Perlakuan 10 4258.28 425.83 13.29 <0.0001
Media 2 332.40 166.20 5.19 0.018
Umur 2 3728.79 1864.40 58.21 <0.0001 15.60
M*U 4 194.48 48.62 1.52 0.244
Galat 16 512.49 32.03
Umum 26 4770.77
52
Lampiran 8. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah
terhadap tinggi bibit batang bawah pada 10 MST
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F-hit Pr>f Koefisien
keragaman bebas kuadrat tengah keragaman
Ulangan 2 71.57 35.79 0.62 0.551
Perlakuan 10 4583.22 458.32 7.93 0.0002
Media 2 285.56 142.78 2.47 0.118
Umur 2 4051.38 2025.69 35.07 <0.0001 21.18
M*U 4 174.70 43.68 0.76 0.570
Galat 15 866.51 57.78
Umum 25 5449.72
Lampiran 9. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah
terhadaptinggi bibit batang bawah pada 12 MST
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F-hit Pr>f Koefisien
keragaman bebas kuadrat tengah keragaman
Ulangan 2 199.52 99.76 1.56 0.243
Perlakuan 10 4909.94 490.99 7.66 0.0003
Media 2 467.90 233.94 3.65 0.051
Umur 2 3909.89 1954.94 30.50 <0.0001 21.91
M*U 4 332.64 83.16 1.30 0.315
Galat 16 961.59 64.11
Umum 26 5871.53
Lampiran 10. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah
terhadap diameter bibit batang bawah pada 0 MST
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F-hit Pr>f Koefisien
keragaman bebas kuadrat tengah keragaman
Ulangan 2 0.15 0.07 0.57 0.578
Perlakuan 10 30.54 3.05 23.17 <0.0001
Media 2 0.46 0.23 1.75 0.206
Umur 2 27.91 13.95 105.86 <0.0001 9.68
M*U 4 2.02 0.51 3.84 0.023
Galat 16 2.11 0.13
Umum 26 32.65
Lampiran 11. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah
terhadap diameter bibit batang bawah pada 2 MST
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F-hit Pr>f Koefisien
keragaman bebas kuadrat tengah keragaman
Ulangan 2 0.31 0.15 1.23 0.318
Perlakuan 10 29.81 2.98 23.95 <0.0001
Media 2 1.52 0.76 6.13 0.011
Umur 2 27.04 13.52 108.61 <0.0001 9.78
M*U 4 0.94 0.24 1.90 0.160
Galat 16 1.99 0.12
Umum 26 31.80
53
Lampiran 12. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah
terhadap diameter bibit batang bawah pada 4 MST
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F-hit Pr>f Koefisien
keragaman bebas kuadrat tengah keragaman
Ulangan 2 0.31 0.16 1.11 0.353
Perlakuan 10 28.83 2.88 20.35 <0.0001
Media 2 1.40 0.70 4.93 0.022
Umur 2 26.49 13.24 93.48 <0.0001 10.12
M*U 4 0.63 0.16 1.11 0.386
Galat 16 2.27 0.14
Umum 26 31.09
Lampiran 13. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah
terhadap diameter bibit batang bawah pada 6 MST
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F-hit Pr>f Koefisien
keragaman bebas kuadrat tengah keragaman
Ulangan 2 0.06 0.03 0.15 0.860
Perlakuan 10 29.11 2.91 15.35 <0.0001
Media 2 2.53 1.26 6.66 0.008
Umur 2 25.67 12.83 67.67 <0.0001 11.42
M*U 4 0.86 0.21 1.13 0.378
Galat 16 3.03 0.19
Umum 26 32.14
Lampiran 14. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah
terhadap diameter bibit batang bawah pada 8 MST
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F-hit Pr>f Koefisien
keragaman bebas kuadrat tengah keragaman
Ulangan 2 0.25 0.13 0.69 0.515
Perlakuan 10 28.11 2.81 15.53 <0.0001
Media 2 2.53 1.26 6.98 0.007
Umur 2 24.13 12.06 66.65 <0.0001 11.01
M*U 4 1.21 0.30 1.67 0.206
Galat 16 2.90 0.18
Umum 26 31.01
Lampiran 15. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah
terhadap diameter bibit batang bawah pada 10 MST
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F-hit Pr>f Koefisien
keragaman bebas kuadrat tengah keragaman
Ulangan 2 0.12 0.06 0.21 0.811
Perlakuan 10 23.13 2.31 8.08 0.0002
Media 2 0.91 0.45 1.59 0.236
Umur 2 20.51 10.25 35.84 <0.0001 12.75
M*U 4 1.59 0.40 1.39 0.286
Galat 15 4.29 0.29
Umum 25 27.42
54
Lampiran 16. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah
terhadap diameter bibit batang bawah pada 12 MST
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F-hit Pr>f Koefisien
keragaman bebas kuadrat tengah keragaman
Ulangan 2 0.28 0.14 0.54 0.595
Perlakuan 10 26.11 2.61 10.09 <0.0001
Media 2 1.59 0.80 3.08 0.076
Umur 2 21.49 10.74 41.54 <0.0001 11.51
M*U 4 2.75 0.69 2.66 0.074
Galat 15 3.88 0.26
Umum 25 29.99
Lampiran 17. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah
terhadap bobot basah akar batang bawahRough lemon *
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F-hit Pr>f Koefisien
keragaman bebas kuadrat tengah keragaman
Ulangan 2 0.818 0.409 0.55 0.587 24.823
(48.92) (24.462) (0.69) (0.516) (44.278)
Perlakuan 10 39.04 3.904 5.25 0.002
(1666.12) (166.612) (4.69) (0.003)
Media 2 13.403 6.702 9.02 0.002
(424.024) (212.012) (5.97) (0.012)
Umur 2 7.494 3.747 5.04 0.020
(414.27) (707.14) (5.83) (0.013)
M*U 4 17.326 4.332 5.83 0.004
(778.897) (194.724) (5.48) (0.006)
Galat 16 11.889 0.743
(568.05) (35.503)
Umum 26 50.932
(2234.173)
Keterangan : *angka perhitungan didapatkan setelah data ditransformasi √ .
Angka didalam tanda kurung merupakan data asli sebelum ditransformasi.
55
Lampiran 18. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah
terhadap bobot kering akar batang bawah Rough Lemon*
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F-hit Pr>f Koefisien
keragaman bebas kuadrat tengah keragaman
Ulangan 2 0.258 0.129 0.44 0.652
(7.333) (3.666) (0.64) (0.540)
Perlakuan 10 15.110 1.511 5.16 0.002
(296.691) (29.691) (5.18) (0.002)
Media 2 4.461 2.230 7.61 0.005
(62.076) (31.038) (5.42) (0.016)
Umur 2 2.860 1.430 4.88 0.022 22.513
(69.184) (34.592) (6.04) (0.011) (39.79)
M*U 4 7.531 1.883 6.43 0.003
(158.319) (39.579) (6.91) (0.002)
Galat 16 4.689 0.293
(91.664) (5.729)
Umum 26 19.798
(388.576)
Keterangan : *angka perhitungan didapatkan setelah data ditransformasi√ .
Angka didalam tanda kurung merupakan data asli sebelum ditransformasi.
Lampiran 19. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah
terhadap persentase bibit okulasi hidup
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F-hit Pr>f Koefisien
keragaman bebas kuadrat tengah keragaman
Ulangan 2 0.0219 0.011 2.37 0.125
Perlakuan 10 0.883 0.088 19.15 <0.0001
Media 2 0.388 0.194 42.04 <0.0001
Umur 2 0.185 0.092 20.05 <0.0001 8.01
M*U 4 0.289 0.072 15.65 <0.0001
Galat 16 0.074 0.005
Umum 26 0.957
Lampiran 20. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah
terhadap persentase bibit okulasi bertunas
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F-hit Pr>f Koefisien
keragaman bebas kuadrat tengah keragaman
Ulangan 2 0.005 0.003 0.29 0.754
Perlakuan 10 0.893 0.089 10.12 <0.0001
Media 2 0.465 0.232 26.33 <0.0001
Umur 2 0.118 0.059 6.68 0.008 11.664
M*U 4 0.305 0.076 8.65 0.001
Galat 16 0.141 0.009
Umum 26 1.035
56
Lampiran 21. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah
terhadap persentase bibit okulasi dorman*
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F-hit Pr>f Koefisien
keragaman bebas kuadrat tengah keragaman
Ulangan 2 0.003 0.001 0.98 0.398
(0.007) (0.003) (1.00) (0.390)
Perlakuan 10 0.013 0.001 0.92 0.537
(0.030) (0.003) (0.90) (0.551)
Media 2 0.002 0.001 0.81 0.461
(0.005) (0.003) (0.76) (0.484)
Umur 2 0.004 0.002 1.27 0.308 5.008
(0.008) (0.004) (1.24) (0.316) (129.904)
M*U 4 0.004 0.001 0.78 0.554
(0.010) (0.003) (0.76) (0.566)
Galat 16 0.022 0.001
(0.053) (0.003)
Umum 26 0.035
(0.084)
Keterangan : *angka perhitungan didapatkan setelah data ditransformasi√ .
Angka didalam tanda kurung merupakan data asli sebelum ditransformasi.
Lampiran 22. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah
terhadap waktu tumbuh tunas
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F-hit Pr>f Koefisien
keragaman bebas kuadrat tengah keragaman
Ulangan 2 60.996 30.498 5.72 0.013
Perlakuan 10 206.353 20.635 3.87 0.008
Media 2 3.016 1.508 0.28 0.757
Umur 2 97.412 48.706 9.14 0.002 4.226
M*U 4 44.930 11.232 2.11 0.127
Galat 16 85.260 5.329
Umum 26 291.614
57
Lampiran 23. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah
terhadap pertambahan panjang tunas okulasi pada 5 MSO*
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F-hit Pr>f Koefisien
keragaman bebas kuadrat tengah keragaman
Ulangan 2 0.792 0.396 6.22 0.010
(4.34) (2.17) (6.12) (0.011)
Perlakuan 10 1.921 0.192 3.02 0.024
(10.74) (1.074) (3.03) (0.023)
Media 2 0.075 0.038 0.59 0.566
(0.427) (0.214) (0.60) (0.560)
Umur 2 0.427 0.214 3.36 0.061 27.05
(2.232) (1.116) (3.15) (0.071) (124.670)
M*U 4 0.627 0.157 2.47 0.087
(3.740) (0.935) (2.64) (0.073)
Galat 16 1.018 0.064
(5.677) (0.355)
Umum 26 2.938
(16.417)
Keterangan : *angka perhitungan didapatkan setelah data ditransformasi√ .
Angka didalam tanda kurung merupakan data asli sebelum ditransformasi.
Lampiran 24. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah
terhadap pertambahan panjang tunas okulasi pada 6 MSO*
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F-hit Pr>f Koefisien
keragaman bebas kuadrat tengah keragaman
Ulangan 2 0.747 0.374 3.05 0.076
(4.965) (2.482) (3.23) (0.066)
Perlakuan 10 1.722 0.172 1.40 0.263
(12.635) (1.263) (1.65) (0.181)
Media 2 0.004 0.002 0.02 0.984
(0.147) (0.074) (0.10) (0.909)
Umur 2 0.587 0.293 2.39 0.123 29.494
(3.516) (1.758) (2.29) (0.134) (83.450)
M*U 4 0.384 0.096 0.78 0.552
(4.008) (1.002) (1.30) (0.310)
Galat 16 1.962 0.123
(12.286) (0.768)
Umum 26 3.684
(24.921)
Keterangan : *angka perhitungan didapatkan setelah data ditransformasi√ .
Angka didalam tanda kurung merupakan data asli sebelum ditransformasi.
58
Lampiran 25. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah
terhadap pertambahan panjang tunas okulasi pada 7 MSO*
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F-hit Pr>f Koefisien
keragaman bebas kuadrat tengah keragaman
Ulangan 2 0.259 0.129 0.69 0.518
(1.611) (0.805) (0.59) (0.565)
Perlakuan 10 1.322 0.132 0.70 0.712
(7.445) (0.744) (0.55) (0.832)
Media 2 0.309 0.154 0.82 0.459
(2.209) (1.105) (0.81) (0.461)
Umur 2 0.479 0.239 1.27 0.308 30.702
(2.456) (1.228) (0.90) (0.425) (70.112)
M*U 4 0.276 0.069 0.37 0.830
(1.169) (0.292) (0.21) (0.926)
Galat 16 3.019 0.189
(21.760) (1.36)
Umum 26 4.341
(29.205)
Keterangan : *angka perhitungan didapatkan setelah data ditransformasi√ .
Angka didalam tanda kurung merupakan data asli sebelum ditransformasi.
Lampiran 26. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah
terhadap pertambahan panjang tunas okulasi pada 8 MSO*
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F-hit Pr>f Koefisien
keragaman bebas kuadrat tengah keragaman
Ulangan 2 0.065 0.033 0.22 0.803
(0.382) (0.191) (0.15) (0.866)
Perlakuan 10 0.849 0085 0.58 0.810
(6.517) (0.652) (0.50) (0.868)
Media 2 0.052 0.026 0.18 0.840
(0.355) (0.177) (0.14) (0.875)
Umur 2 0.045 0.022 0.15 0.861 26.383
(0.566) (0.281) (0.22) (0.808) (66.020)
M*U 4 0.687 0.172 1.17 0.362
(5.214) (1.304) (0.99) (0.439)
Galat 16 2.355 0.147
(20.997) (1.320)
Umum 26 3.204
(27.514)
Keterangan : *angka perhitungan didapatkan setelah data ditransformasi√ .
Angka didalam tanda kurung merupakan data asli sebelum ditransformasi.
59
Lampiran 27. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah
terhadap pertambahan panjang tunas okulasi pada 9 MSO
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F-hit Pr>f Koefisien
keragaman bebas kuadrat tengah keragaman
Ulangan 2 7.096 3.548 12.77 0.001
Perlakuan 10 12.712 1.271 4.58 0.004
Media 2 0.487 0.244 0.88 0.435
Umur 2 0.117 0.059 0.21 0.812 22.07
M*U 4 5.011 1.253 4.51 0.013
Galat 16 4.445 0.273
Umum 26 17.157
Lampiran 28. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah
terhadap pertambahan panjang tunas okulasi pada 10 MSO
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F-hit Pr>f Koefisien
keragaman bebas kuadrat tengah keragaman
Ulangan 2 4.211 2.106 5.86 0.123
Perlakuan 10 24.695 2.469 6.88 0.0004
Media 2 9.695 4.848 13.50 0.0004
Umur 2 9.454 4.727 13.17 0.0004 18.13
M*U 4 1.333 0.333 0.93 0.472
Galat 16 5.744 0.359
Umum 26 30.439
Lampiran 29. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah
terhadap pertambahan panjang tunas okulasi pada 11 MSO
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F-hit Pr>f Koefisien
keragaman bebas kuadrat tengah keragaman
Ulangan 2 13.178 6.589 15.18 0.0002
Perlakuan 10 46.123 4.612 10.63 <0.0001
Media 2 14.926 7.463 17.20 0.0001
Umur 2 16.779 8.390 19.33 <0.0001 24.265
M*U 4 1.240 0.310 0.71 0.594
Galat 16 6.943 0.434
Umum 26 53.066
60
Lampiran 30. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah
terhadap pertambahan panjang tunas okulasi pada 12 MSO*
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F-hit Pr>f Koefisien
keragaman bebas kuadrat tengah keragaman
Ulangan 2 0.102 0.051 1.23 0.318
(0.727) (0.364) (1.09) (0.361)
Perlakuan 10 0.912 0.091 2.20 0.077
(7.697) (0.770) (2.30) (0.066)
Media 2 0.298 0.149 3.59 0.052
(2.199) (1.100) (3.29) (0.064)
Umur 2 0.196 0.098 2.36 0.126 14.235
(1.932) (0.966) (2.89) (0.085) (36.062)
M*U 4 0.316 0.079 1.90 0.159
(2.839) (0.710) (2.12) (0.125)
Galat 16 0.664 0.042
(5.349) (0.334)
Umum 26 1.576
(13.046)
Keterangan : *angka perhitungan didapatkan setelah data ditransformasi√ .
Angka didalam tanda kurung merupakan data asli sebelum ditransformasi.
Lampiran 31. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah
terhadap panjang tunas okulasi pada 12 MSO
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F-hit Pr>f Koefisien
keragaman bebas kuadrat tengah keragaman
Ulangan 2 32.375 16.187 6.20 0.0102
Perlakuan 10 173.893 17.389 6.66 0.0005
Media 2 78.496 39.248 15.03 0.0002
Umur 2 46.313 23.156 8.87 0.0026 13.895
M*U 4 16.709 4.177 1.60 0.223
Galat 16 41.778 2.611
Umum 26 215.671
Lampiran 32. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah
terhadap diameter tunas okulasi pada 12 MSO
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F-hit Pr>f Koefisien
keragaman bebas kuadrat tengah keragaman
Ulangan 2 1.731 0.865 14.95 0.0002
Perlakuan 10 3.848 0.385 6.65 0.0005
Media 2 1.252 0.626 10.82 0.0011
Umur 2 0.573 0.287 4.95 0.0212 10.05
M*U 4 0.292 0.073 1.26 0.3261
Galat 16 0.926 0.058
Umum 26 4.774
61
Lampiran 33. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah
terhadap jumlah tunas okulasi pada 12 MSO
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F-hit Pr>f Koefisien
keragaman bebas kuadrat tengah keragaman
Ulangan 2 0.042 0.021 0.52 0.602
Perlakuan 10 0.296 0.030 0.73 0.685
Media 2 0.149 0.074 1.85 0.190
Umur 2 0.007 0.003 0.08 0.921 15.438
M*U 4 0.098 0.024 0.61 0.663
Galat 16 0.644 0.040
Umum 26 0.940
Lampiran 34. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah
terhadap jumlah daun pada tunas okulasi saat 12 MSO
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F-hit Pr>f Koefisien
keragaman bebas kuadrat tengah keragaman
Ulangan 2 1.925 0.962 0.49 0.623
Perlakuan 10 28.982 2.898 1.47 0.238
Media 2 20.630 10.316 5.22 0.018
Umur 2 2.965 1.483 0.75 0.488 11.925
M*U 4 3.460 0.865 0.44 0.780
Galat 16 31.605 1.975
Umum 26 60.587
Lampiran 35. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah
terhadap panjang daun pada tunas okulasi saat 12 MSO
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F-hit Pr>f Koefisien
keragaman bebas kuadrat tengah keragaman
Ulangan 2 2.483 1.242 11.05 0.001
Perlakuan 10 11.174 1.117 9.95 <0.0001
Media 2 3.948 1.974 17.57 <0.0001
Umur 2 3.572 1.786 15.90 0.0002 8.085
M*U 4 1.171 0.293 2.61 0.075
Galat 16 1.797 0.112
Umum 26 12.971
62
Lampiran 36. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah
terhadap lebar daun pada tunas okulasi saat 12 MSO
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F-hit Pr>f Koefisien
keragaman bebas kuadrat tengah keragaman
Ulangan 2 0.733 0.367 9.54 0.0019
Perlakuan 10 2.772 0.277 7.22 0.0003
Media 2 0.928 0.464 12.08 0.0006
Umur 2 0.736 0.368 9.58 0.0018 9.031
M*U 4 0.376 0.094 2.44 0.0888
Galat 16 0.614 0.038
Umum 26 3.387
Lampiran 37. Keragaan bibit jeruk Keprok Garut (Citrus nobilis) hasil
perbanyakan okulasi pada ketiga media tanam dan umur
batang bawah perlakuan.