ID Tinjauan Penerapan Sistem Manajemen Kese

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

TINJAUAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN

KESEHATAN KERJA (SMK3)


(Studi kasus: Pembangunan Gedung Living World Pekanbaru)
Fitri Amalia Pesa1), Hendra Taufik2)
1)
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, 2)Dosen Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Riau, Pekanbaru 28293
E-mail : fitri.amalia@student.unri.ac.id / hendra.taufik@lecturer.unri.ac.id

ABSTRACT
Pekanbaru is the capital city of the Riau province where it’s heading to metropolis, so
development both hospitals, hotels and shopping malls city are growth rapidly. The
construction of the Living World Pekanbaru, located in Soekarno-Hatta street, by lifting the
concept of lifestyle center. This project has a number of employees more than 400 people, and
the number of works that is four times larger than minimum the government regulations which
increased the risk of workplace accidents. In order to reduce this risk, it is necessary
implemented SMK3 in the project. The research method is using quantitative method and then
the univariate analysis descriptive method and qualitative method. Questionnaire was taken
from 400 workers and 27 staff of the projects with reference to Government Rule number 50 of
2012. As a result, The implementation SMK3 reached 71,49% included in the category GOOD.
SMK3 audit assessment for building project Living World Pekanbaru has reached 94 % and is
at SATISFY category. Audit SMK3 which produces 3 criteria do not correspond minor and 6
major criteria for inappropriate. The Calculation of cost analysis tools and equipment
procurement project K3 is equal to Rp.88.009.203,00 or 0,0002% of the entire value of the
project contract. In addition, the implementation SMK3 have an inhibiting factor such as tiring,
sleepless and work pressure from management.
Keywords: Living World Pekanbaru, Risk, SMK3, Audit, Inhibiting factor

A. PENDAHULUAN menggunakan alat berat akan meningkatkan


risiko terjadinya kecelakaan kerja. Demi
Kota pekanbaru adalah ibu kota memperkecil angka risiko tersebut maka perlu
provinsi yang mempunyai peranan utama dilakukan penerapan SMK3 pada proyek
sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, Living World tersebut. Berdasarksn survey
pendidikan dan sebagai pusat pelayanan bagi pendahuluan yang dilakukan di Proyek Living
kawasan disekitarnya. World Pekanbaru dijumpai masih ada pekerja
yang tidak menggunakan Alat Pelindung Dirir
Demi terwujudnya kota Pekanbaru
(APD) dengan lengkap, sehingga terjadi
sebagai kota metropolitan, pembangunan terus
kecelakaan kecil saat bekerja, karena itu penulis
dilakukan. Salah satunya yaitu pembngunan
tertarik untuk melakukan penelitian tentang
gedung Living World Pekanbaru yang berlokasi
peerapan SMK3 di Proyek Pembangunan
di Jalan Tuanku Tambusai Tangkerang Barat
Gedung Living World Pekanbaru tersebut.
kecamatan Marpoyan Damai Pekanbaru.
Adapun tujuan yang diharapkan dari
Proyek pembangunan gedung ini
penelitian ini adalah:
memiliki jumlah pekerja sebanyak 400 pekerja,
dengan pekerja yang empat kali lipat besar dari
standar minimum dan lingkungan kerja yang

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 1


1. Menganalisis sesuai Peraturan Pemerintah bahaya yang akan terjadi di ruang lingkup
Nomor 50 Tahun 2012 gambaran pekerjaannya (Sugiyono, 2015).
pelaksanaan SMK3.
2. Menganalisis faktor penghambat pekerja Sistem Manajemen Keselamatan dan
baik itu prikologis dan lingkungan dalam Kesehatan Kerja (SMK3)
penerapan aturan SMK3 di lingkungan Sistem manajemen keselamatan dan
proyek. kesehatan kerja adalah sebagai bagian dari
3. Menganalisis pelaksanaan penerapan sistem di perusahaan, dimana perencanaan
Sistem Manajemen Keselamatan dan
dan keputusan-keputusan manajerial dan
Kesehatan Kerja (SMK3) dan persentasi
biaya penerapan K3 terhadap biaya proyek organisasi secara keseluruhan tidak terlepas
berdasarkan PP No. 50 Tahun 2012. dari lingkungan kerjanya. Manajemen
Beberapa penelitian sebelumnya yang keselamatan kerja pada dasarnya mencari
membahas tentang Penerapan Sistem dan mengungkapkan kelemahan
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja operasional yang memungkinkan terjadinya
(SMK3) yaitu: (Efpridawati, 2015) pada proyek kecelakaan (Rikardo, 2015). Berdasarkan
pembangunan gedung Telkomsel Pekanbaru Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012
dengan Hutama Karya sebagai kontraktor disebutkan setiap perusahaan yang
proyek merujuk pada PP No.50 Tahun 2012 mempekerjakan 100 orang pekerja atau lebih
dengan tingkat pencapaian 77,80% dan wajib menerapkan SMK3 di area perusahaan
tergolong tingkat penerapan baik. (Rikardo, tersebut disebutkan setiap perusahaan wajib
2015) pada proyek pembangunan Hotel menerapkan SMK3 di perusahaannya. SMK3
Novotel Pekanbaru dengan PT. Visi Karya Jaya diterapkan untuk perusahaan yang mempunyai
selaku kontraktor proyek merujuk pada PP tingkat risiko bahaya yang tinggi dalam
No.50 Tahun 2012 menghasilkan nilai sebesar pekerjaan.
66,57 % dengan tingkat penerapan baik. Hasan PP No. 50 Tahun 2012 menjelaskan
(2012) dengan PT. Gading Megah Jaya & PT. bahwa tujuan dan penerapan dari SMK3 adalah:
Median Cipta Graha selaku kontraktor
pelaksana merujuk pada Peraturan Menteri 1. Berguna untuk dapat meningkatkan
Tenaga Kerja dan Transmigrasi efektifitas perlindungan keselamatan dan
No.01/MEN/1980 dengan hasil Penerapan kesehatan kerja dengan cara terencana,
SMK3 Proyek Menara Dang Merdu Bank Riau terukur, terstruktur dan terintegrasi.
Kepri lebih baik dari Proyek The Peak Hotel 2. Dapat mencegah kecelakaan kerja dan
and Apartement Pekanbaru dimana nilai dapat mengurangi penyakit akibat kerja,
perbandingan rata-rata kedua proyek 93,61% dengan melibatkan manajemen perusahaan,
dan 59,17%. (Restu, 2016) pada proyek tenaga kerja atau pekerjanya dan serikat
pembangunan gedung Living World Pekanbaru pekerja.
dengan PT. PP (Persero) sebagai kontraktor 3. Manajemen perusahaan lebih bisa
merujuk pada PP No. 50 Th 2012 dengan hasil mengontrol pekerjanya.
yaitu 60,13 % dan tergolong kategori Baik.
Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun
menunjukkan bahwa penerapan SMK3 sudah 2012 merupakan standar SMK3 nasional yang
baik namun belum maksimal. memiliki langkah penerapan SMK3 yang
sistematis, pada pasal 6 PP No. 50 Tahun 2012
B. METODOLOGI PENELITIAN disebutkan bahwa penerapan SMK3 meliputi
Adapun metodologi penelitian dapat dilihat sebagai berikut.
dibawah ini. 1. Penetapan kebijakan K3
2. Perencanaan K3
Keselamatan dan Kesehatan Kerja 3. Pelaksanaan Rencana K3
4. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3
Pengertian dasar dari keselamatan kerja 5. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja
yaitu memberikan perlindungan kepada pekerja SMK3.
dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja Audit SMK3 berdasarkan PP No. 50
selama mengerjakan pekerjaannya, dengan Tahun 2012 dilakukan elemen/kriteria
usaha-usaha mengendalikan seluruh risiko penilaian sebagai berikut.

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 2


1. untuk perusahaan besar atau perusahaan pengertian kepada pemerintah,
dengan tingkat risiko tinggi sebanyak 166 kurang terampil, salah mengartikan
elemen/kriteria, standar prosedur yang ada sehingga
2. untuk perusahaan sedang atau perusahaan mengakibatkan kesalahan pemakaian
dengan tingkat risiko sedang sebanyak 122 alat kerja.
elemen/kriteria,
c. Melakukan pekerjaan tanpa
3. untuk perusahaan kecil atau perusahaan
dengan tingkat risiko rendah sebanyak 64 mempunyai kewenangan.
elemen/kriteria. d. Menjalankan pekerjaan yang tidak
sesuai dengan keahlian yang dimiliki.
Keberhasilan penerapan Sistem e. Pemakaian APD (Alat Pelindung
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Diri) hanya karna berpura-pura.
(SMK3) di tempat kerja dapat diukur menurut f. Melakukan pekerjaan yang memiliki
Peraturan pemerintah No.50 Tahun 2012 yaitu beban berlebihan.
sebagai berikut. g. Terlalu berlebihan dalam bekerja atau
1. Untuk tingkat pencapaian 0-59 % tingkat bekerja melebihi jam kerja.
penilaian penerapan Kurang.
2. Faktor lingkungan, penyebabnya antara
2. Untuk tingkat pencapaian 60-84 % tingkat
lain:
penilaian penerapan Baik.
a. Peralatan kerja yang sudah tidak
3. Untuk tingkat pencapaian 85-100 % tingkat
penilaian penerapan Memuaskan.
layak,
b. Ada api di tempat kerja,
Kecelakaan Kerja c. Pengamanan yang kurang dari standar
yang berlaku,
Menurut teori domino Heinrich, suatu d. Tingkat kebisingan yang tinggi,
kejadian kecelakaan bukanlah peristiwa e. Penerangan dan ventilasi yang
tunggal, kecelakaan merupakan hasil dari berlebihan atau kurang,
berbagai serangkaian penyebab yang saling f. Suhu lingkungan yang
berhubungan. Jika satu domino jatuh maka membahayakan,
domino ini akan menimpa domino lainnya g. Keadaan pengamanan yang
yang berarti kecelakaan. berlebihan,
Jika domino domino yang menjadi h. Sistem peringatan di lokasi proyek
penyebab dihilangkan, maka tidak akan ada yang kurang,
kecelakaan layaknya bila diberlakukan i. Sifat pekerjaan yang memiliki risiko
dengan tindakan keselamatan kerja yang bahaya yang tinggi.
benar (Suaeb, 2009). Menurut Putera (2014), untuk
memperkecil tingkat kecelakaan kerja pada
Penyebab dan Upaya Pencegahan
proyek dilakukan beberapa hal yaitu:
Kecelakaan Kerja a. Meletakkan personil khusus yang ahli
Menurut Sebastianus (2015), terdapat untuk bertanggung jawab mengatur
2 (dua) faktor penyebab terjadinya tingkat kecelakaan, kesehatan dan
kecelakaan kerja yaitu faktor manusia dan kebersihan lingkungan kerja atau disebut
faktor lingkungan. dengan K3.
1. Faktor manusia, penyebabnya antara b. Memasang peringatan atau rambu-
lain: rambu di lingkungan pekerjaan, seperti
a. Ketidakseimbangan fisik tenaga awas kepala yang diletakkan ditangga,
kerja, seperti posisi tubuh yang awas listrik bertegangan tinggi dan lain
menyebabkan mudah lelah, cacat sebagainya.
fisik, cacat sementara, kepekaan indra c. Selalu menggunakan alat pelindung diri
berkurang. bila berada di lokasi proyek.
b. Kurang pendidikan, seperti
kurangnya pengalaman, salah

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 3


d. Melakukan identifikasi dan Fungsinya adalah melindungi kepala dari
mengklasifikasikan terhadap hal yang benturan, kejatuhan benda dari atas,
mengandung resiko. menghindari benda tajam, bahan kimia dan
api serta bila terjadi suhu yang ekstrim.
Manajemen Risiko Jenisnya yaitu berupa helm pengaman, topi
atau tudung, jaring rambut dan lain-lain.
(Joni, 2012) menyebutkan risiko secara 2. Alat pelindung mata dan wajah
umum didefinisikan sebagai kemungkinan Fungsinya adalah melindungi organ mata
terjadinya peristiwa diluar apa yang diharapkan. dan wajah dari paparan sinar yang
Manajemen risiko adalah organisasi yang berlebihan, dari bahan kimia, melindungi
bertujuan untuk mengidentifikasi serta dari debu, percikan benda kecil, panas,
mengukur risiko dan pengembangan, seleksi benturan dan lain-lain. Jenis alatnya yaitu
dan pemilihan serta aktifitas yang menangani berupa kacamata pengaman, tameng muka,
risiko tersebut. masker dan lain-lain.
3. Alat pelindung telinga
(Norman & Flagnan, 1993) Fungsinya adalah melindungi alat
menyebutkan resiko-resiko dalam proyek pendengaran dari tingkat kebisingan atau
konstruksi antara lain: tekanan yang berlebihan. Jenisnya adalah
1. Kegagalan yang terjadi dalam suatu proyek penyumbat telinga (ear plug) dan penutup
untuk memperoleh gambar perencanaan, telinga (ear muff).
detail perencanaan/izin dengan waktu yang 4. Alat pelindung pernapasan
tersedia. Fungsinya adalah untuk melindungi bagian
2. Penyelesaian yang gagal sesuai dengan hidung sebagai indra penciuman dengan
desain yang sudah ditentukan/penetapan cara menyaring udara yang lebih sehat dari
waktu konstruksi. pencemaran akibat bahan kimia, partikel-
3. Aksi mogok tenaga kerja. partikel debu, kabut dan lain sebagainya.
4. Kondisi tanah di proyek yang tak terduga. Jenisnya yaitu masker, respirator, tangki
5. Cuaca yang buruk. selam dan regulator, dan lain sebagainya.
6. Kenaikan upah tenaga kerja serta harga 5. Alat pelindung tangan
bahan material yang tak terduga. Berfungsi untuk melindungi organ tubuh
7. Kecelakaan yang terjadi dilokasi proyek. yang berupa tangan dari benda-benda tajam,
8. Kerusakan pada struktur akibat metode suhu panas, suhu dingin, terinfeksi zat
kerja yang tidak sesuai. patogen dan lain-lain. Jenisnya adalah
9. Kejadian yang tidak terduga seperti banjir, berupa sarung tangan yang terbuat dari
gempa bumi dan lain lain. bermacam-macam bahan, seperti dari kulit,
10. Kegagalan dalam menyelesaikan proyek kain, kanvas dan lain sebagainya.
dengan budget yang telah ditetapkan. 6. Alat pelindung kaki
11. Klaim dari kontraktor akibat keterlambatan Berfungsi untuk melindungi kaki dari
produksi karena detail desain oleh tim timpaan benda jatuh, benturan, benda-benda
desain. yang tajam, dari suhu yang ekstrim dan lain
sebagainya. Jenisnya berupa sepatu
Alat Pelindung Diri
keselamatan untuk pekerjaan peleburan,
Alat pelindung diri merupakan kontruksi bangunan, pengecoran logam,
peralatan keselamatan (upaya terakhir) bahaya listrik dan lai-lain.
melindungi diri dalam meminimalkan bahaya. 7. Pakaian pelindung
Kewajiban menggunakan APD sudah Berfungsi sebagai pelindung badan secara
disepakati pemerintah melalui Departemen keseluruhan ataupun sebagian dari bahaya
Tenaga Kerja Republik Indonesia dengan suhu yang ekstrim, api, percikan bahan
industri selaku pelaku usaha. kimia, benturan, dan lain sebagainya.
Jenisnya adalah berupa rompi, jaket,
Jenis-jenis alat pelindung diri dan celemek dan pelindung lainnya yang
penanggulangannya diantaranya sebagai menutupi sebagian atau keseluruhan badan.
berikut: 8. Alat pelindung jatuh perorangan
1. Alat pelindung kepala Alat ini berfungsi untuk melindungi pekerja
agar tidak mendekati area tempat yang

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 4


berbahaya seperti jatuh dan menjaga pekerja sedang terjadi. Kualitatif merupakan cara
agar tetap berada pada posisi bekerja yang menyajikan suatu permasalahan. Jadi
tepat baik itu dalam keadaan miring ataupun pengertian metode deskriptif kualitatif ialah
tergantung. Jenisnya adalah berupa sabuk menggambarkan kegiatan berikut
pengaman tubuh, tali koneksi, tali pengelolaan dan penerapan SMK3 pada
pengaman, alat penjepit tali dan lain proyek secara menyeluruh.
sebagainya.
9. Pelampung Perhitungan nilai pencapaian akan
Berfungsi sebagai pelindung untuk dibagi menjadi tiga kategori tingkat sesuai PP
penggunanya yang memiliki pekerjaan nomor 50 Tahun 2012, yaitu kategori tingkat
diatas air ataupun dipermukaan air sehingga awal, lanjut dan akhir. Perhitungan dengan
terhidar dari risiko tenggelam dan dapat menggunakan Rumus 1 seperti dibawah ini:
ΣNilaiPemenuhan
mengatur keterapungan pengguna agar tidak
166 Kriteria
 100% = Persentase
berada pada posisi tenggelam. Jenisnya yaitu Tingkat Pencapaian (1)
berupa jaket keselamatan, rompi
keselamatan, rompi pengatur keterapungan
dan lain-lain. Analisis Average Index (Nilai Indeks
Rata-Rata)
Penentuan Sampel
Tujuan dari melakukan analisa indeks
Jumlah responden yang akan rata-rata ialah untuk mengetahui seberapa besar
diwawancarai pada survey kuisioner ditentukan skala rating yang diperoleh dari hasil rata-rata
berdasarkan jumlah total populasi responden jawaban dari seluruh responden dengan acuan
yang ada di proyek pembangunan Gedung skala rating tertentu. Besaran nilai frekuensi
Living World Pekanbaru. yang muncul dari jawaban responden dalam
Metode yang digunakan dalam kuisioner erat hubungannya dengan analisa
penelitian ini adalah: indeks rata-rata ini. Nilai indeks rata-rata (IR)
tiap variabel dihitung dengan menggunakan
1. Metode kuantitatif dan analisis univariat Rumus 2 seperti dibawah ini (Satriyo, 2011):
 a1x1
Tujuan digunakannya metode ini adalah
untuk mengetahui tingkat keberhasilan Indeks rata  rata ( IR)  (2)
Pelaksanaan Penerapan dan Penetapan  xi
Kriteria Audit tiap tingkat pencapaian Dimana:
penerapan SMK3. Dari metode ini akan a1 = nilai konstanta atau nilai skala ke-i
diperoleh data berupa jawaban dari pekerja x = variabel yang diteliti untuk i = 1,2,3,4,5,....n
konstruksi, staff proyek dan Top
Management terhadap butir-butir Tabel klasifikasi berdasarkan skala
pertanyaan yang diajukan berdasarkan rating pada kuisioner penelitian dapat dilihat
Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012. pada Tabel 1 berikut ini.
Metode Analisis Univariat merupakan Tabel 1. Klasifikasi berdasarkan skala rating
analisis terhadap satu variabel yang sudah pada kuisioner penelitian
diklasifikasikan berdasarkan kriteria Skala Rating Nilai Indeks Rata-
tertentu sehingga diperoleh jumlah dan Rata
rata-rata persentase. Sedangkan metode
kuantitatif merupakan pengukuran Sangat Penting 1,00 ≤ IR≤ 1,80
berdasarkan teori yang sudah ada.
Penting 1,81 ≤ IR ≤ 2,60
2 Metode deskriptif kualitatif
Metode ini digunakan untuk mengetahui Cukup Penting 2,61 ≤ IR ≤ 3.40
gambaran pelaksanaan penerapan SMK3
pada Proyek Pembangunan Gedung Living Kurang Penting 3,41≤ IR ≤ 4,20
World Pekanbaru. Deskriptif merupakan
Tidak Penting 4,21 ≤ IR ≤ 5,00
penggambaran terhadap suatu
permasalahan, dimana metode penelitian (Sumber: Satriyo, 2011)
ini dirancang untuk mengumpulkan
informasi tentang situasi atau keadaan yang

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 5


C. HASIL DAN PEMBAHASAN pengertian dan pemahaman kepada para pekerja
Adapun hasil dan pembahasan adalah dan staff proyek tentang pentingnya
sebagai berikut: memperhatikan masalah kesehatan dan
keselamatan lingkungan serta kewajiban
Data Umum Proyek memakai APD di tempat kerja masing-masing
Proyek pembangunan gedung Living untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja.
World Pekanbaru terletak di Jalan Soekarno- Saftey talk dilaksanakan untuk memberikan
Hatta Pekanbaru. Pemilik proyek ini adalah PT. pengertian dan pemahaman kepada para pekerja
Tiga Dua Delapan dengan PT. Total Bangun dan staff proyek tentang masalah keselamatan
Persada selaku kontraktor pelaksana. dan kesehatan lingkungan kerja. Pelaksanaan
safety patroll dilakukan bersama dengan para
Gambaran Pelaksanaan SMK3 di pelaksana / mandor yang bertujuan untuk dapat
Proyek Gedung Living World dilakukannya pengontrolan agar para pekerja
Pekanbaru mentaati peraturan keselamatan dan pemakaian
1. Penetapan Kebijakan K3 APD. Safety meeting dilaksanakan bersama
Proyek Living Worl Pekanbaru juga dengan seluruh staff proyek, perwakilan
dibuat suatu Sistem Manajemen Keselamatan mandor dan sub kontarktor untuk membahas
dan Kesehatan Kerja (SMK3). SMK3 masalah masalah penerapan prosedur
merupakan wujud komitmen perusahaan dalam keselamatan dan kesehatan kerja yang ada di
hal ini PT. Total Bangun Persada untuk proyek, kendala yang dihadapi dan solusi yang
meningkatkan efektifitas perlindungan bagi diambil.
tenaga kerjanya sehingga tempat kerja yang
aman, nyaman dan produktif dapat terwujud 3. Pelaksanaan Rencana K3
sesuai dengan Peraturan Pemerintah. No 50 Pelaksanaan rencana K3 di Proyek
Tahun 2012. Living World Pekanbaru diantaranya
PT. Total Bangun Persada Tbk selaku melaksanakan safety patrol setiap hari sesuai
kontraktor yang menangani proyek Gedung dengan jadwal yang telah dibuat perusahaan.
Living World Pekanbaru menerapkan konsep Safety talk dilaksanakan seminggu sekali dan
CARE dalam pelaksanaan pembangunan materi yang dibicarakan diantaranya pemakaian
proyeknya, yang mana CARE ini merupakan alat pelindung diri, aspek keselamatan dalam
bagian dari suatu komitmen besar yang bekerja, pencegahan dan penanggulangan
terbentuk dari Sistem Manajemen Keselamatan kebakaran serta kebersihan dan kesehatan. Di
dan Kesehatan Kerja. lingkungan proyek juga dilaksanakan safety
meeting sesuai dengan jadwal yang telah
2. Perencanaan K3
ditetapkan dalam rapat koordinasi proyek.
Perencanaan K3 disusun dan diteteapkan
Safety meeting ini membahas akar-akar
berdasarkan kebijakan K3. Perencanaan K3
permasalahan yang menyangkut penerapan K3
bertujuan untuk mencapai tujuan dan sasaran
di lokasi proyek beserta rencana tindak
K3.
lanjutnya. Pekerja yang tidak memakai APD
a. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko
secara lengkap tidak dikenai denda atau sanksi
(IBPR)
hanya saja diberi teguran oleh mandor dan
IBPR merupakan prosedur terdokumentasi
kepala K3.
yang mempertimbangkan identifikasi bahaya
dan penilaian resiko. Pihak K3 akan
4. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3
memberikan solusi atau langkah pengendalian
1. Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan
behaya berdasarkan hasil penilaian resiko
Kesehatan Kerja (SMK3)
tersebut. Identifikasi bahaya, penilaian dan
Audit SMK3 dilaksanakan secara berkala
pengendalian resiko dilakukan untuk
untuk mengetahui keefektifan penerapan
mengetahui seberapa besar potensi bahaya
SMK3. Metode pelaksanaan audit SMK3
dilokasi pekerjaan.
dilakukan dengan meninjau, verifikasi dan
b. Aktivitas Pembinaan dan Pelaksanaan K3
observasi. Untuk proyek pembangunan gedung
di proyek
Living World Pekanbaru pelaksanaan audit
Aktifitas berupa Safety Induction, Safety
SMK3 dilaksanakan setiap 1 bulan sekali. Hasil
Talk, Safety Patrol dan Safety Meeting. Safety
audit tersebut selanjutnya dilaporkan ke
induction dilaksanakan untuk memberikan
Disnaker.

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 6


2. Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sedangkan diagram hasil analisa
Pemeriksaan atau inspeksi dilaksanakan penerapan sistem SMK3 oleh responden (Staff
oleh petugas yang berkompeten dan berwenang Proyek) dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini.
yang telah memperoleh pelatihan mengenai Penetapan
identifikasi bahaya. Inspeksi ini berfokus pada kebijaka
penerapan SMK3 serta bahaya kecelakaan baik
dari pekerja, peralatan kerja dan lingkungan. perncanaan
3. Tindakan Perbaikan dan Pencegahan 22% 21% k3
Hasil temuan dari pelaksanaan pemantauan
pelaksanaan
dan evaluasi kinerja serta audit SMK3 harus
rencana
didokumentasikan dan digunakan untuk
tindakan perbaikan dan pencegahan. 21% pemantauan
18% dan evaluasi
18%
5. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja
SMK peninjauan
Peninjauan yang dilakukan terhadap ulang dan
manajemen perusahaan diantaranya tentang peningkatan
evaluasi kepatuhan terhadap persyaratan Gambar 1. Diagram Hasil Analisa Penerapan
peraturan, kinerja K3, pencapaian sasaran K3, Sistem SMK3 oleh Staff Proyek
komunikasi yang terjalin dengan pihak luar (Sumber : Hasil Pengolahan Data,2016)
berkaitan dengan kritik dan saran yang
membangun, status penyelidikan IBPR serta Berdasarkarkan Gambar 1 diatas
persyaratan perundang-undangan yang terkait persentase tertinggi untuk penilaian penerapan
dengan K3. SMK3 oleh staff proyek terdapat pada bagian
peninjauan ulang dan peningkatan kinerja K3
Pembahasan Tingkat Penilaian yaitu sebesar 22%. Hal ini menunjukkan bahwa
Keberhasilan Penerapan SMK3 Proyek peninjauan penting dilakukan untuk menjamin
Living World Pekanbaru kesesuaian dan efektifitas penerapan SMK3.
Peninjauan dan peningkatan kinerja juga
1. Pembahasan Tingkat Penilaian dilakukan sebagai tindakan perbaikan baik
Penerapan SMK3 (Staff Proyek) dalam hal hasil kajian kecelakaan kerja,
Dari keseluruhan persentase kusioner perubahan struktur oraganisasi pekerjaan,
yang telah ditanyakan kepada para Staff proyek adanya pelaporan maupun masukan dari
gedung Living World Pekanbaru tentang sistem pekerja proyek itu sendiri.
Penerapan SMK3 di atas maka untuk
2. Pembahasan Tingkat Penilaian
mengetahui persentase tertinggi dapat dilihat
Penerapan SMK3 (Pekerja Proyek)
pada Tabel 2 berikut ini:
Tabel 2. Hasil Analisa Penerapan SMK3 oleh
Para Staf Proyek. Dari keseluruhan persentase kuisioner
Rata- yang telah ditanyakan kepada para pekerja
Item tentang sistem Penerapan SMK3 di atas maka
rata
untuk mengetahui persentase tertinggi dapat
Penetapan Kebijakan K3 62,0% dilihat pada Tabel 3 berikut ini:
Perencanaan K3 61,1%
Pelaksanaan Rencana K3 50,6%
Pemantauan dan evaluasi kinerja
50,9%
K3
Peninjauan ulang dan
63,0%
Peningkatan Kinerja K3
Total 287,7 %
(Sumber: Hasil Pengolahan Data,2016)

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 7


Tabel 3. Hasil Analisa Penerapan SMK3 oleh menggunakan rumus ukuran pemusatan. Hasil
Para Pekerja Proyek analisa dapat dideskripsikan sebagai berikut.
Item Rata- rata
Penetapan Kebijakan k3 84,00% 1. Total Hasil Analisa Penetapan
Kebijakan K3
Perencanaan K3 84,96%
Pelaksanaan Rencana k3 83,12% Jumlah distribusi responden untuk
Pemantauan dan evaluasi penetapan kebijakan K3 oleh staff proyek dapat
90,00% dilihat pada Tabel 4.2 yaitu sebesar 62%.
kinerja k3
Peninjauan ulang dan Sedangkan jumlah distribusi responden untuk
85,17% penetapan kebijakan K3 oleh pekerja proyek
Peningkatan Kinerja SMK3
yaitu sebesar 84%.
Total 426,77%
(Sumber: Hasil Pengolahan Data,2016) Total Rata-rata Penetapan Kebijakan k3 =
62% + 84%
2
= 73,02%
Penetapan
Kebijakan k3
2. Total Hasil Analisa Perencanaan K3

Perencanaan Jumlah distribusi responden untuk


K3 perencanaan K3 oleh staff proyek dapat dilihat
20% 20%
pada Tabel 4.2 yaitu sebesar 61,1%.
Pelaksanaan Sedangakan jumlah distribusi responden untuk
Rencana k3 perancanaan K3 oleh pekerja proyek yaitu
sebesar 84,96%.
61,1%+ 84,96%
Pemantauan Total Rata-rata Perencanaan K3 =
21% 2
20% dan evaluasi = 73,04%
19% kinerja k3
Peninjauan 3. Total Hasil Analisa Pelaksanaan
ulang dan Rencana K3
Peningkatan
Kinerja SMK3 Jumlah distribusi responden untuk
Gambar 2. Diagram Hasil Analisa Penerapan pelaksanaan rencana K3 oleh staff proyek dapat
Sistem SMK3 oleh Pekerja Proyek dilihat pada Tabel 4.2 yaitu sebesar 50,6%.
(Sumber : Hasil Pengolahan Data,2016) Sedangkan jumlah distribusi responden untuk
pelaksanaan rencana K3 oleh pekerja proyek
Berdasarkan Gambar 2 diatas dapat yaitu sebesar 83,12%.
dilihat bahwa persentase tertimggi untuk
penilaian penerapan sistem SMK3 oleh pekerja Total Rata-rata Pelaksanaan Rencana K3
50,6% + 83,12%
proyek terdapat pada elemen Pemantauan dan = 2
= 66,87%
Evaluasi Kinerja K3 yaitu sebesar 21%. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan berkomitmen 4. Total Hasil Analisa Pemantauan dan
untuk melakukan pemantauan dan evaluasi Evaluasi Kinerja K3
kinerja K3 sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Dengan adanya Jumlah distribusi responden untuk
pemantauan dan evaluasi diharapkan sasaran pemantauan dan evaluasi kinerja K3 oleh staff
dan tujuan penerapan K3 dapat tercapai. proyek dapat dilihat pada Tabel 4.2 yaitu
sebesar 50,9%. Sedangkan jumlah distribusi
responden untuk pemantauan dan evaluasi
Pembahasan Hasil Penelitian untuk
kinerja K3 oleh pekerja proyek yaitu sebesar
Tingkat Penerapan SMK3 90%.
Untuk mengetahui seberapa besar nilai
kategori tingkat penerapan SMK3 yang sesuai Total Rata-rata Pemantauan dan Evaluasi
dengan Undang-Undang No. 50 Tahun 2012. 50,9% + 90%
Kinerja K3= 2
= 70,46%
Hasil analisa data diperoleh dari hasil rata-rata
nilai jawaban seluruh responden dengan

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 8


0
5. Total Hasil Analisa Peninjauan dan Persentase(Minor) : 64  100% = 0,00%
Peningkatan Kinerja SMK3
Tingkat Penerapan : MEMUASKAN
Jumlah distribusi responden untuk
peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3 oleh Kemudian tingkat penerapan SMK3
staff proyek yaitu sebesar 63%. Sedangkan untuk kategori tingkat awal disajikan dalam
jumlah distribusi responden untuk peninjauan bentuk diagram pie chart seperti pada Gambar
dan peningkatan kinerja SMK3 oleh pekerja 3 berikut ini.
proyek yaitu sebesar 85,17%.
2%0%
Total Rata-rata Peninjauan dan Peningkatan Sesuai
63% + 85,17%
Kinerja SMK3 =
2 Ketidaksesuaian
Mayor
= 74,07% 98% Ketidaksesuaian
Maka keberhasilan penerapan SMK3 Minor
pada proyek pembangunan Gedung Living
World Pekanbaru dapat diketahui dengan
perhitungan sebagai berikut. Gambar 3. Diagram Hasil Analisa Kriteria
TotalRata-rata Audit Tingkat Awal
73,02%+73,04%+66,87%+70,46%+74,07% (Sumber : Hasil Pengolahan Data,2016)
= 5
2. Kategori Tingkat Transisi
= 71,49 %
Pembahasan Hasil Penelitian untuk Total Sesuai : 116 Kriteria
Penilaian Hasil Audit
Total Tidak Sesuai Mayor : 3 Kriteria
Kuisioner yang berisikan mengenai
penetapan kriteria audit tiap tingkat pencapaian Total Tidak Sesuai Minor : 3 Kriteria
116
penerapan SMK3 oleh responden yaitu Top Tingkat Pencapaian : 122  100% = 95,08%
Management yang mempunyai wewenang 3
dalam membuat kebijakan K3 proyek Persentase (Mayor) : 122  100% = 2,46%
3
pembangunan Gedung Living World Persentase (Minor) : 122  100% = 2,46%
Pekanbaru. Di dalam kuisioner tersebut Tingkat Penerapan : MEMUASKAN
ditanyakan beberapa item tentang kriteria audit
berdasarkan PP. No. 50 Tahun 2012 yang Kemudian tingkat penerapan SMK3
memuat 12 kriteria induk kemudian untuk kategori tingkat transisi disajikan dalam
berkembang menjadi 166 kriteria. Kriteria bentuk diagram pie chart seperti pada Gambar
induk tersebut terdiri atas 3 tingkatan yaitu: 4 berikut ini.
Penilaian Tingkat Awal, Penilaian Tingkat
Transisi dan Penilaian Tingkat Lanjut.
Dari hasil checklist Kusioner,
dilakukan perhitungan penilaian hasil Audit
SMK3 berdasarkan PP Nomor 50 Tahun 3% 2%
2012 berdasarkan levelnya. Didapatkan Sesuai
hasil sebgai berikut: Ketidak sesuaian
Mayor
Ketidaksesuaian
1. Kategori Tingkat Awal Minor
Total Sesuai : 63 Kriteria
95%
Total Tidak Sesuai Mayor : 1 Kriteria
Total Tidak Sesuai Minor : 0 Kriteria
63 Gambar 4. Diagram Hasil Analisa Kriteria
Tingkat Pencapaian : 64  100% = 98,44% Audit Tingkat Transisi
1
Persentase (Mayor) : 64100% = 1,56%
(Sumber : Hasil Pengolahan Data,2016)

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 9


3. Kategori Tingkat Lanjutan
Total Sesuai : 157 Kriteria 20% 26%
Total Tidak Sesuai Mayor : 3 Kriteria
Total Tidak Sesuai Minor : 6 Kriteria
157
Tingkat Pencapaian:  100% = 94,58%
166
3
Persentase (Mayor) : 166  100% = 1,81% 54%
6
Persentase (Minor) : 166  100% = 3,61%
Tingkat Penerapan : MEMUASKAN kelelahan saat bekerja
Tekanan terhadap waktu
Kemudian tingkat penerapan SMK3
untuk kategori tingkat lanjutan disajikan dalam Kurang tidur
bentuk diagram pie chart seperti pada Gambar Gambar 6. Diagram Faktor-Faktor yang
5 berikut ini. Menghambat Penerapan SMK3
(Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2016)

D. KESIMPULAN DAN SARAN


2%4%
Kesimpulan
Kesesuaian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Ketidaksesuaian
Mayor
dilakukan di Proyek Pembangunan Gedung
94% Ketidaksesuaian Living World Pekanbaru, maka dapat diambil
Minor kesimpulan sebagai berikut.
1. Gambaran pelaksanaan SMK3 pada
Gambar 5. Diagram Hasil Analisa Kriteria pembangunan Gedung Living World
Audit Tingkat Lanjutan Pekanbaru memiliki beberapa program
(Sumber : Hasil Pengolahan Data,2016) yang mencakup kriteria PP No. 50 Tahun
2012 yang terdiri dari 5 elemen dan sudah
Pembahasan Faktor-Faktor yang diterapkan secara BAIK.
Menghambat Penerapan SMK3 2. Berdasarkan faktor lingkungan dan
psikologi pekerja, maka faktor-faktor yang
Berdasarkan hasil analisa terhadap menghambat penerapan hanya terdapat
penilaian penerapan SMK3 di proyek pada faktor psikologi pekerja yaitu pekerja
pembangunan Gedung Living World sering mengalami kelelahan dalam bekerja
Pekanbaru, untuk hasil penilaian kuisioner yang (26%), pekerja sering mengalami kurang
ditujukan kepada pekerja proyek terdapat tidur (20%) dan pekerja sering berada
beberapa variabel yang menjadi faktor dibawah tekanan dalam mengejar batas
penghambat dalam penerapan SMK3 di proyek waktu (54%).
tersebut yaitu: 3. Hasil penilaian audit SMK3 berdasarkan PP
1. Faktor psikologi: pekerja sering mengalami No. 50 Tahun 2012 pada Proyek Gedung
kelelahan dalam bekerja, pekerja berada Living World Pekanbaru yaitu 94% dan
dibawah tekanan dalam mengejar batas tergolong tingkat penerapan
waktu. MEMUASKAN. Didalam penilaian hasil
Berdasarkan persentase diatas audit ditemukan 3 kriteria tidak sesuai
dijabarkan beberapa hal yang menjadi minor dan 6 kriteria tidak sesuai mayor.
penghambat penerapan SMK3 pada Berdasarkan analisa hasil perhitungan
pembangunan gedung Living World Pekanbaru biaya pengadaan dan peralatan K3, maka
yang dapat dilihat pada Gambar 6 sebagai total seluruh biaya pengadaan peralatan K3
berikut: yaitu Rp.88.009.203 atau 0,00073% dari
total keseluruhan nilai kontrak proyek.

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 10


Saran London: Universitas Cambridge:
1. Manajemen Perusahaan mempertahankan Universitas Press, Blackwell Science.
dan lebih meningkatkan lagi penerapan
SMK3 di lingkungan kerjanya sesuai Joni, I. G. (2012). Resiko Manajemen Proyek.
dengan syarat dan peraturan perundang- Denpasar: Universitas Udayana: Jurnal
undangan yang berlaku. Ilmial Teknik Sipil Vol 16 No. 1.
2. Pekerja diharapkan mematuhi aturan K3
Satriyo. (2011). Tingkat Penerapan Manajemen
yang berlaku seperti taat memakai APD
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
saat bekerja.
(SMK3) Terhadap Peningkatan
3. Pekerja diharapkan lebih meningkatkan
Produktivitas Pekerja Konstruksi.
pemahamannya mengenai program K3
Pekanbaru: Universitas Riau: Skripsi
yang diberlakukan di lingkungan proyek.
Teknik Sipil.
4. Perlu dilakukan pengawasan yang lebih
baik terhadap penerapan SMK3 yang Efpridawati, N. (2015). Tinjauan Penerapan
diberlakukan di lingkungan proyek. Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) Pada Proyek
DAFTAR PUSTAKA
Pembangunan Gedung (Studi Kasus
Efridawati, N. (2015). Tinjauan Penerapan Gedung Telkomsel Pekanbaru).
Sistem Keselamatan dan Kesehatan Pekanbaru: Universitas Riau: Skripsi
Kerja (SMK3) Pada Proyek Teknik Sipil.
Pembangunan Gedung (Studi Kasus
Gedung Telkomsel Pekanbaru). Rikardo, A. (2015). Tingkat Penerapan
Pekanbaru: Universitas Riau: Skripsi Manajemen Keselamatan dan
Teknik Sipil. Kesehatan kerja (SMK3) Terhadap
Peningkatan Produktivitas Pekerja.
Sepang, B. A. (2013). Manajemen Risiko
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pekanbaru: Universitas Riau: Skripsi
(K3) Pada Proyek Pembangunan Ruko Teknik Sipil.
Orlens Fashion. Manado: Universitas
Sam Ratulangi: Jurnal Teknik Sipil.

Septiani, D. R. (2014). Persepsi Tenaga Kerja


Tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) dan Pedoman Penerapan
SMK3 di PT Barata Indonesia
(Persero) Unit Usaha Mandiri Tegal.
Semarang: Universitas Diponegoro:
Jurnal Teknik Sipil.

Hinze. (1997). Construction Safety. New


Jersey, USA: Practice Hall Inc.

PP No. 50 Th 2012. Penerapan Sistem


Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Jakarta.

Napitupulu. (1989). Keselamatan Kerja


Terpadu Dalam Sistem Manajemen,
Modul III. Jakarta: Institut Manajemen
Proteksi Indonesia: GBMPE.

Norman, G., & Flagnan, R. (1993). Risk


Management and Construction.

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 11

You might also like