Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 79

STUNTING -

(Baca : stanting)
APA ITU ?
Oleh : Prof.Soekirman
GB Em. IPB/ GB Tidak Tetap
FK-UKI Jakarta
Kunjungan Presiden Joko Widodo Bersama Presiden World Bank
ke Posyandu Kenanga 2 di Bogor, 4 Juli 2018.

ARAHAN PRESIDEN
UNTUK PENANGANAN
STUNTING

Presiden Jokowi menekankan


pentingnya menurunkan angka
stunting di Indonesia melalui berbagai
rencana aksi dan program yang
melibatkan sebanyak mungkin
kementerian dan lembaga yang
terkait.


BAN KI MOON
UN SECRETARY GENERAL

Nutrition is both a maker and a marker of


development. Improved nutrition is the
platform or progress in health, education,
employment, empowerment of women
and the reduction of poverty and
inequality, and can lay the foundation for
peaceful, secure and stable societies
STUNTING: THE FACE OF POVERTY
SRI MULYANI INDRAWATI,
MANAGING DIRECTOR WORLD BANK

 Globally, 165 million children under age 5 suffer from chronic malnutrition – also
known as stunting, or low height for age. Much of this damage happens in
pregnancy and the first two years of a child’s life. It means a child has failed to
develop in full and it is essentially irreversible – which means that the child will
have little hope of ever achieving her full potential.

 The evidence tells us that malnutrition costs lives, perpetuates poverty, and
slows economic growth. We now know that nearly half of all child deaths
globally are attributed to malnutrition. I have seen in my own country,
Indonesia, how stunting caused by malnutrition has diminished too many
children’s futures before they even begin. Malnourished children are more
likely to perform poorly in school and drop out earlier than their better-
nourished peers, limiting their future earnings.
THE RELEVANCE OF NUTRITION WITH SDGs

1. Akses pangan
2. Stunting
3. Malnutrisi
4. Produktivitas Pertanian
5. Pertanian Berkelanjutan
6. Keragaman Genetik
7. Investasi pertanian
8. Pasar pertanian
9. Pasar komoditas pangan
11 SDGs CENTERS

Padjajaran Jember Bengkulu Mataram

PENTINGNYA SDGs
DAN
IPB ITB UNHAS UNRI UNAND PENANGANAN
STUNTING DI
UNIVERSITAS
SDGs HUB

UNIVERSITAS INDONESIA
DI SARIKAN DARI
RINGKASAN BUKU
100 KABUPATEN
PRIORITAS
DITAMBAH
BEBERAPA INFO TTG
STUNTING DAN
1000 HPK

Diterbitkan oleh :
Sekretariat Kantor Wakil Presiden RI,
Jakarta, Agustus 2018
STANTING ASLINYA BHS INGGRIS
“STUNTING”
ADALAH KONDISI GAGAL TUMBUH
PADA ANAK BALITA (BAYI DI BAWAH
LIMA TAHUN)
akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga
anak terlalu pendek untuk usianya.

Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam


kandungan dan pada masa awal setelah
bayi lahir akan tetapi, kondisi
stunting baru nampak setelah bayi berusia 2
Umur Sama Tapi Lebih Pendek
STANTING

3,5 tahun 3,7 tahun


98cm 85,7cm
stanting

UMUR SAMA – kelas 1-2 SD, tinggi beda


Ya kenape-
kenape

Emangnye kenape
Kalau stunted
Gagal Tumbuh /Stunting

• Sampai dewasa tetap


Tumbuh Optimal lebih pendek dari yang
Tinggi Badan Ideal: tigginya normal sejak
• Lebih cerdas balita
• Sekolahnya tidak maju
• Maju Sekolahnya • Lebih mudah sakit
• Lebih Sehat • Lebih beresiko mudah
• Jarang Sakit jadi gemuk dan obesitas
• Lebih beresiko menderita
• Dewasa – lapangan kerja baik sakit Gula, Darah Tinggi,
→ Bagi negara : penduduk sehat, Jantung, Stroke dan
produktif, maju Kanker
→ Menjadi beban negara
NORMAL
STATUS GIZI BAIK
STANTING RINGAN

STANTING SEDANG
94.5
STANTING BERAT
170,9
89.5 18 tahun
85.3
81,2
TINGGI BADAN 3 tahun
18 TAHUN

TINGGI BADAN
3 TAHUN

STUNTING DIBAWA SAMPAI DEWASA


( UNICEF, 2014, Promoting Child Nutrition in Asia)
Normal Rata2
Dunia
Rata2 Indonesia
Banyak stanting
banaba

Soekirman, UKI
DAMPAK STUNTING PADA
KECERDASAN DAN
EKONOMI NEGARA
SEBERAPA BANYAK DAN LUASNYA
STANTING DI DUNIA DAN INDONESIA
PETA STUNTING DUNIA,
SEBAGAIAN BESAR DINEGARA BERKEMBANG DAN MISKIN (MERAH)
APA FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA STUNTING :

Sebab LANGSUNG :
Menyangkut remaja perempuan, ibu hamil,
bayi, anak, dan ibu / pengasuh anak

Terfokus
pada 1000 Hari Pertama Kehidupan :
Kehamilan sampai Anak Usia 2 tahun
Sebab TIDAK LANGSUNG , berkaitan dengan Keluarga
dan Lingkungannya, Masyarakat dan Lingkungannya, yang
berpengaruh pada 1000 HPK, terutama :

▪ Pola Hidup Bersih, Pendidikan Keluaraga Terutama Ibu


Termasuk Pengsuhan Anak , Gizi Anak Dan Ibu, Dan
Kesehatan Keluarga

▪ Tersedia air bersih, jamban keluarga, pembuangan


sampah, serta kemampuan ekonomi keluarga

▪ Adat Dan Kebiasaan Negatif Seperti Menikahkan


Anak Perempuan Usia Terlalu Muda
1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN

270 (KEHAMILAN)
+365 (0 – 12 BULAN)
+ 365 (12-23 BULAN)
_______________________
= 1000 HARI
Penyebab Stunting dimulai sejak remaja perempuan dan
“catin”

Remaja Perempuan : stanting, kurang giz (kurus, anemi)i,


nikah usia terlalu muda (belum siap jadi ibu)

Kehamilan : terlambat pemeriksaan kehamilan di


Puskesmas, kurang gizi, polusi udara (asap), sering sakit, makan
obat tanpa nasehat dokter, kerja keras (termasuk mengurus anak
banyak), stress, dan kemiskinan

Bayi lahir dg Berat Badan Rendah


(< 2500 gram)
Bayi 0 – 6 bulan: tidak diberi ASI Eksklusif

Bayi 6 – 24 bulan : MPASI tidak cukup bergizi


seimbang

Peyanan kesehatan bayi dan anak di Posyandu dan


Puskesmas, seperti imunisai, pemantauan BB kurang
memadai

Pengasuhan Bayi/Anak tidak baik


Lingkungan hidup tidak cukup air bersih, kotor,
Ibu kurang pendidikan yang cukup
Pelayanan Kesehatan Kehamilan

Masih terbatasnya layanan


kesehatan termasuk layanan
ANC-Ante Natal Care (pelayanan
kesehatan untuk ibu selama
masa kehamilan) dan pasca
kelahiran
Kebersihan Lingkungan , Air Bersih, Jamban Keluarga

Kebersihan Lingkungan dan


Sanitasi, terutama Air Bersih,
Jamban Keluarga, Pembuangan
Sampah , Mencuci Tangan dengan
Sabun dan Pendidikan Hidup Bersih
lainnya, SANGAT PENTING untuk
mencegah Stanting.
Penyebab Stunting :
Multi faktor dan multi sektoral
FAKTOR PENYEBAB STANTING BUKAN HANYA SOAL GIZI,
TETAPI JUGA SOAL AIR BERSIH, JAMBAN KELUARGA,
PENDIDIKAN , KESETARAAN GENDER , KEBERSIHAN
LINGKUNGAN SERTA FAKTOR-FAKTOR PEMBANGUNAN EKONOMI
DAN PEMBANGUNAN MANUSIA LAINNYA

HARUS MENJADI BAGIAN TAK TERPISAHKAN DARI


TUJUAN PEMBANGUNAN GLOBAL DAN NASIONAL
DALAM SDGs/TPB (Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan)

PENYEBAB STANTING MULTI FAKTOR SALING TERKAIT


YANG RUMIT/KOMPLEK.MENJADI TANGGUNG JAWAB MULTI SEKTOR
TIDAK HANYA SATU ATAU DUA SEKTOR
INTERVENSI SPESIFIK DAN INTERVENSI
SENSITIF : APA ITU ?
UNTUK MEMUDAHKAN PEMAHAMAN KITA AKAN KOMPLEKSITAS
FAKTOR PENYEBAB STUNTING,DALAM PENYUSUNAN KEBIJAKAN
DAN PROGRAM INTERVENSINYA, SECARA GLOBAL DAN NASIONAL
DIBAGI MENJADI DUA KELOMPOK INTERVENSI, YAITU :

INTERVENSI LANGUNG KEPADA SASARAN 1000 HPK YANG


BERSIFAT KHUSUS DISEBUT INTERVENSI SPESIFIK, dan

INTERVESI TIDAK LANSUNGYANG DISEBUT INTERVENSI SENSITIF,


KARENA SIFATNYA YANG MEMPERKUAT KUWALITAS DAN
KELANGGENGAN ATAU KEBERLANJUTAN (SUSTAINABILITY)
TERHADAP KUWALITAS HASIL INTERVENSI SPESIFIK
Kerjasama Lintas Sektor Dalam Intervensi
Gizi Sensitif
Contoh Kegiatan Intervensi Gizi Sensitif

1. Menyediakan dan Memastikan


Akses pada Air Bersih melalui
program PAMSIMAS
(Penyediaan
Air Bersih dan Sanitasi berbasis
Masyarakat)
2. Menyediakan dan Memastikan Akses
pada Sanitasi melalui Kebijakan Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM)
yang pelaksanaanya dilakukan oleh
Kementerian Kesehatan (Kemenkes)
bersama dengan Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat
(KemenPUPERA).
3. Melakukan Fortifikasi Bahan
Pangan (Garam, Terigu, dan
Minyak Goreng),
dilakukan oleh Kementerian
Perindustrian, Kesehatan,
Perdagangan, BPOM
4. Menyediakan Akses kepada Layanan Kesehatan dan
Keluarga Berencana (KB) melalui 2 program:

1). Program KKBPK (Kependudukan, Keluarga Berencana


dan
Pembangunan Keluarga) oleh BKKBN

2). Program Layanan KB dan Kesehatan Seksual serta


Reproduksi (Kespro) oleh LSM & Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia (PKBI).
5. Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN)
6. Menyediakan Jaminan Persalinan Universal
(Jampersal)
7. Memberikan Pendidikan Pengasuhan pada Orang tua
8. Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Universal
9. Memberikan Pendidikan Gizi Masyarakat
10. Memberikan Edukasi Kesehatan Seksual, Reproduksi
& Gizi pada Remaja
11. Menyediakan Bantuan dan Jaminan Sosial bagi Keluarga
Miskin
12. Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Gizi melalui Program
Ketahanan Pangan & Gizi yang dilaksanakan Lintas K/L yaitu
Kementerian Pertanian, Kementerian Koperasi, Kemendagri.
PENUTUP
TINGGI BADAN RATA-RATA
PENDUDUK DEWASA SEBAGAI
INDIKATOR KEMAJUAN BANGSA

MAKIN TINGGI MAKIN MAJU


• Negara yang rata-rata penduduknya berbadan
tinggi, terdapat di negara lebih kaya dan lebih sehat
penduduknya.
• Selama satu abad 19 dan 20 terjadi kenaikan rata-rata
tinggi badan penduduk dunia, akibat kemajuan ekonomi
dan kesehatan.
• Negara-negara yang miskin dan belum maju, seperti Sub-
Sahara Afrika, sebagian negara Timur Tengah dan Asia
Selatan, tidak terjadi perkembangan tinggi badan rata-
rata penduduknya.
• Pada awal abad ke-19 penduduk Amerika dan Eropa dan
negara maju lainnya, tinggi badan rata-rata
penduduknya tercatat antara 160-165 cm. Pada akhir
abad ke-20 meningkat menjadi 170-175 cm.
• Negara-negara lain yang ekonominya tidak maju tinggi
badan rata-rata penduduk stagnan sekitar 160-165 cm.
• Perbandingan perkembangan tinggi badan rata-rata
pemuda usia 18 tahun 1914-2014 dari USA, Cina,
Jepang, dan Korea Selatan, menunjukkan angka
yang menarik.
• Pada tahun 1910, tinggi badan rata-rata pemuda USA 11,9
cm jauh di atas pemuda Cina, Jepang dan Korea
Selatan. Seabad kemudian perbedaan tinggi menyempit
menjadi 3,1 cm.
• Tinggi badan pemuda Cina, Jepang, dan Korea Selatan
pada tahun 2010 hampir sama tinggi pemuda Amerika
yaitu sekitar 175-177 cm.
• Data Horton dan Steckel (2013) menunjukkan hal yang
sama untuk beberapa negara Asia. Tinggi badan rata-rata
tentara Jepang waktu menjajah Indonesia tahun 1942
tercatat 163 cm, tidak jauh berbeda dengan bangsa Cina,
Korea Selatan, India, Indonesia dan bangsa Asia lainnya
• Setengah abad kemudian diawal abad ke-21 ini, tinggi
badan rata-rata pemuda Jepang, Cina, dan Korea
Selatan melejit mendekati 170-173 cm seiring dengan
kemajuan tingkat hidup mereka.
• Tinggi badan bangsa Asia lain, rata-
rata masih sekitar 160-165 cm, kecuali Malaysia, Thailand
dan Singapore yang rata-rata lebih tinggi (169-171 cm).
• Tinggi badan rata-rata pemuda Korea Selatan, 3-8 cm
lebih tinggi dari Korea Utara yang tingkat ekonominya
dibawah Korea Selatan. Human Development Index (HDI)
Korea Utara tahun 2014 diperingkat 188 dari 195 negara.
Sedangkan HDI Korea Selatan mencapai peringkat ke-15
(Hadazy, 2015).
• Menurut data Kementerian Kesehatan 2013, rata-
rata tinggi pemuda Indonesia usia 18 tahun 158
cm, termasuk normal menurut standar tinggi badan
penduduk dunia WHO 2006 (150-175 cm).

• Itulah sebabnya mengapa Pembangunan


berkelanjutan ingin membebaskan negara dari
Anak stunting agar pada tahun emas Indonesia,
2045, rata-rata penduduk dewasa tingginya sama
atau diatas 170cm sesuai usia, sebagai salah satu
indicator tercapainya negara maju, adil dan
makmur
TANTANGAN DALAM UPAYA CEGAH STUNTING

1. 1. Belum efektifnya program-program pencegahan stunting.


2. 2. Belum optimalnya koordinasi penyelenggaraan intervensi gizi spesifik dan
sensitif di semua tingkatan- terkait dengan perencanaan dan
penganggaran, penyelenggaraan, dan pemantauan dan evaluasi.
3. 3. Belum efektif dan efisiennya pengalokasian dan pemanfaatan sumber
daya dan sumber dana.
4. 4. Keterbatasan kapasitas dan kualitas penyelenggaraan program.
5. 5. Masih minimnya advokasi, kampanye, dan diseminasi terkait stunting,
dan berbagai upaya pencegahannya.
6. 6. Masalah ketersediaan data stunting dan profil keluarga
7. 7. Belum efektifnya sistem pemantauan dan evaluasi untuk perbaikan dan
kebijakan program
KENDALA DI TINGKAT MASYARAKAT
1. Istilah stunting belum dikenal dengan baik di tingkat masyarakat
2. Pendek dianggap bukan sebagai sebuah masalah, factor keturunan
lebih dominan
3. Penanganan stunting masih dianggap sebagai tanggungjawab
sektor kesehatan
4. Di beberapa tempat terdapat budaya atau mitos yang mempunyai
pengaruh negatif, seperti Ibu Hamil dilarang makan cumi, colostrum
yang dibuang, anak baru lahir diberi madu dll.
5. Perubahan prilaku tidaklah mudah, butuh waktu untuk
melakukannya
PENTINGNYA STRANAS STUNTING

1. Stranas Stunting disusun berdasarkan bukti-bukti dan pengalaman


Indonesia dan global terkait dengan upaya pencegahan stunting.
2. Stranas Stunting bertujuan untuk memastikan agar semua
sumber daya diarahkan dan dialokasikan untuk mendukung dan
membiayai kegiatan-kegiatan prioritas, terutama meningkatkan
cakupan dan kualitas pelayanan gizi pada rumah tangga 1.000 HPK
(ibu hamil dan anak usia 0-2 tahun).
3. Stranas Stunting disusun agar semua pihak di semua tingkatan
dapat bekerja sama untuk mempercepat pencegahan stunting.
4. Penyusunan Stranas Stunting melibatkan: K/L, akademisi dan
organisasi profesi, masyarakat madani, dunia usaha, dan
mitra pembangunan/donor.
23 Kementerian/Lembaga Berkolaborasi untuk
Percepatan Pencegahan Stunting

KEMENTERIAN KOORDINATOR KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN


BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN USAHA KECIL DAN MENENGAH
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

SEKRETARIAT KABINET
REPUBLIK INDONESIA
LANGKAH KONVERGENSI DI PUSAT

1. Menentukan Sasaran :
 Sasaran Priroitas: Ibu Hamil, Ibu Menyusui dan Anak Usia 0 –
23 bulan (Rumah Tangga 1000 HPK)
 Sasaran penting: remaja Putri dan Wanita Usia Subur
2. Menentukan jenis Intervensi Prioritas
 IntervensiSpesifik Gizi baik untuk sasaran prioritas maupun
sasaran penting
 Intervensi Sensitif Gizi
3. Bekerja di lokasi prioritas yang telah diidentifikasi
dengan menyasar kelompok sasaran yang sama

Mendorong intervensi spesifik dan sensitive


dilaksanakan di lokasi prioritas secara konvergen
Pemerintah menetapkan Kab/Kota prioritas: 100
(2018), 160 (2019), dan sisanya akan diselesaikan
hingga 2023 → 260 (2020); 360 (2021); 460 (2022);
514 (2023)
LANGKAH KONVERGENSI DI PUSAT (2)

4. Memastikan intervensi prioritas dibiayai dan dilaksanakan di lokasi prioritas:


1. Tagging dan Tracking Anggaran, serta evaluasi kinerja anggaran
2. Pengalokasian DAK khusus untuk stunting (Fisik, Non Fisik dan Oprasional)

5. Perbaikan/Penguatan Design dan Pelaksanaan Program (Peningkatan kualitas dan


cakupan terutama di sasaran prioritas 1000HPK)
1) PAUD lebih sensitive gizi bagi anak 0-2 thn serta mencakup seluruh desa
2) BPNT lebih sensitive gizi dan mencakup seluruh lokasi prioritas
3) Kampanye Perubahan Prilaku dilakukan di tingkat Nasional dan Kab/Kota
4) Sanitasi dan Air minum focus di rumah tangga 1000 HPK
5) Sinergitas antar program
LANGKAH KONVERGENSI DI PUSAT (3)

6. Memperbaiki system pemantauan dan evaluasi


 Pengembangan Result Monitoring Framework untuk memantau Stranas
 Pendataan stunting tahunan melalui Integrasi SUSENAS dan mini-anthopometry
 Penyusunan Indeks untuk menilai konvergensi stunting di level rumah tangga dan
Kabupaten
 Pelaksanaan study terkait stunting
 Penyusunan Pedoman dan Pelaksanaan evaluasi kinerja konvergensi
 Penyusunan dan pengisian score card Desa
 Pelaksanaan Base Line and End line Survey
LANGKAH KONVERGENSI DI KABUPATEN & KOTA

 Komitmen Pimpinan Kab/Kota


 Penyusunan panduan konvergensi
percepatan pencegahan stunting di
Kab/kota
 Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi
Percepatan Pencegahan Stunting
 Penyediaan bantuan teknis bagi
Kab/Kota dalam melakukan aksi
konvergensi percepatan pencegahan
stunting
 Penyediaan dana BOK untuk Konvergensi
melalui DAK
 Penyusunan peraturan dan pelaksanaan
Kampanye Perubahan Perilaku
 Evaluasi pelaksanaan konvergensi
LANGKAH KONVERGENSI DI DESA

 Dana Desa dapat digunakan untuk percepatan pencegahan stunting


 Sudah disusun beberapa panduan:
1. Pedoman KPM
2. Fasilitasi Konvergensi, untuk memastikan kelopon sasaran menerima
5 paket layanan:
1) Kesehatan Ibu dan Anak
2) Konseling Gizi Terpadu
3) Perlindungan Sosial
4) Air Bersih dan Sanitasi
5) PAUD

3. Fasilitasi Rumah Desa Sehat


 Pelaporan Score Card
PERAN PENTING PT
1. Ikut menjaga sustainibilitas program
2. Memberikan bukti ilmiah pada pelaksanaan program Pemda
(melalui penelitian dan publikasi).
3. Pendampingan dalam pengembangan model-model intervensi
stunting yang efektif dan efisien
4. Evaluasi model yang telah ada sebagai bahan pembelajaran
praktik baik (best practices).
5. Bekerjasama dan memperkuat kapasitas pemerintah kab/kota,
kecamatan dan desa untuk perencanaan, implementasi, monitoring
dan evaluasi program, bukti ilmiah melalui penelitian, transfer
pengetahuan, juga sebagai bagian dari pengabdian masyarakat
untuk menurunkan angka stunting di daerah lokus stunting terdekat
dengan PT
PERAN PERGURUAN TINGGI
DALAM MELAKSANAKAN
TRIDAMA PERGURUAN TINGGI
PERAN DAN MANFAAT BIDANG PENDIDIKAN

a. Menambah dan meng-update pengetahuan mahasiswa


dan dosen, tentang masalah gizi, khususnya tentang
masalah gizi nasional dan global terkini tentang stunting,
1000 HPK, dan dampaknya (beban ganda).

b. Memperluas pengetahuan dosen dan mahasiswa tentang


perlunya pendekatan multi dan trans disiplin dalam
pencegahan dan penanggulangan stunting yang
memerlukan intervensi gizi spesifik dan sensitif.
PERAN DAN MANFAAT BIDANG PENDIDIKAN

c. Menambah pengetahuan tentang berbagai metode


komunikasi, informasi dan edukasi yang efektif untuk mendidik
masyarakat agar berperilaku hidup sehat dan mencegah
stunting.
d. Menambah kesempatan mahasiswa untuk implementasi
keilmuannya dan belajar dari pengalaman lapangan.
e. Menambah kesempatan mahasiswa untuk bekerja sama
dengan profesi yang berbeda (kolaborasi interprofesional).
PERAN DAN MANFAAT BIDANG PENELITIAN

a. Menyediakan kesempatan dan lapangan penelitian bagi


mahasiswa S3, S2, S1 dan program vokasi.
b. Menyediakan kesempatan dan lapangan penelitian bagi
dosen dalam membuat skema penelitian terintegerasi
yang pembiayaannya oleh Kemristekdikti.
c. Memberi kesempatan untuk mempeluas bidang dan
subjek penelitian dengan tahap-tahap 1000 HPK mulai dari
remaja/calon pengantin, pra-konsepsi, kehamilan, bayi 0-
12 bulan, anak 13-24 bulan.
........PERAN DAN MANFAAT BIDANG PENELITIAN
d. Memberi kesempatan kepada dosen dan mahasiswa untuk
mengimplentasikan roadmap penelitian dalam bentuk penelitian
jangka panjang yang multi dan trans disiplin.

e. Memberi kesempatan untuk mempraktekkan berbagai metodologi


riset tentang stunting sesuai yang didapat dari pendidikan

f. Memberi kesempatan untuk memperbanyak publikasi ilmiah baik


untuk perorangan (mahasiswa atau dosen) ke jurnal nasional
terakreditasi dan internasional yang terindeks.

g. Menambah pengetahuan tentang berbagai metodologi penelitian


untuk mendalami masalah gizi khususnya stunting dengan
berbagai aspek epidemiologisnya.
PERAN DAN MANFAAT BIDANG PENGABDIAN
MASYARAKAT

a. Membantu pengumpulan/menyediakan data dasar terkait


stunting yang valid.
b. Memastikan data yang tersedia untuk memudahkan
program intervensi spesifik dan sensitif terkonvergensi.
c. Membantu pemerintah menyebarluaskan pengertian
stunting dengan bahan awam/rakyat (apa, mengapa,
akibat dan mencegah).
PERAN DAN MANFAAT BIDANG PENGABDIAN
MASYARAKAT

d. Membantu pelaksanaan intervensi spesifik dan bila mungkin sensitif


untuk mencegah dan menanggulangi stunting.
e. Membantu monitoring proses intervensi dan pengukuran ulang
stunting
f. Membantu evaluasi pengukuran dampak tahunan dari program
intervensi terhadap penurunan stunting.
g. Membantu memberikan edukasi mengenai stunting baik dalam
bentuk penyuluhan, maupun kuliah kerja nyata (KKN) bertema
stunting.
TERIMA KASIH
STANTING DI ASIA TENGGARA ,
INDONESIA TERGOLONG TINGGI PREVALENSINYA
Luasnya stanting
di Indonesia dan
daerah-daerah
TINGGINYA ANGKA STANTING TERKAIT DENGAN
ANGKA BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)
(RISKESDAS TAHUN 2007)

Sumber: Riskesdas, 2007

22 Soekirman, UKI
CURRICULUM VITAE
• Nama : Prof. Dr. Soekirman, MS
Tanggal lahir : 2 Agustus 1936
• Pendidikan :
❑ Sarjana Kesehatan Masyarakat FKM UI (1969)
❑ Master of Professional Studies di bidang International Development (MPS-ID) 1974
❑ PhD dibidang International Nutrition di Cornell University,Ithaca, New York (1983)
• Karir :
❑ (1960-1965) : Ahli gizi masyarakat propinsi Daerah Istimewa Aceh di Kutaraja
❑ (1976-1996) : Staf perencanaan di Bappenas
❑ (1988-1996) : Deputi Ketua Bappenas bidang SDM
❑ (2006-sekarang) : Dosen Tetap di IPB, dosen tamu di UGM, UNHAS
• Jabatan :
❑ (Juli 1991 – Sekarang) Guru Besar Emeritus bidang Ilmu Gizi di Departemen Gizi Masyarakat IPB Bogor, Jawa
Barat
❑ Direktur Indonesian Foundation for Food Fortification Development (KFI)
❑ (2011- Sekarang) Guru Besar pada Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

You might also like