Efek Pemberian Pre-Emptive Fentanyl 25 G Terhadap Kejadian Batuk Setelah Bolus Fentanyl 2 G/KG IV (Fentanyl Induced Cough)

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Jurnal Anestesiologi Indonesia

PENELITIAN
Efek Pemberian Pre-emptive Fentanyl 25 µg terhadap Kejadian Batuk
Setelah Bolus Fentanyl 2 µg/kg IV(Fentanyl Induced Cough)
The Effect of Pre-emptive Fentanyl 25 µg to Fentanyl Induced Cough after
Fentanyl 2 µg/kg IV
Taufiq Agus Siswagama*, Hari Bagianto*, Ristiawan Muji Laksono*
*Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Unibraw/ RSUD dr. Saiful Anwar, Malang

ABSTRACT
Background : Fentanyl is a potent synthetic opioid which has so many advantages,
that makes fentanyl frequently used as premedication and induction agent in general
anesthesia. Fentanyl induce cough (FIC) is an unexpected event in particular surgery
which makes FIC should be avoided. So many researches had been done but show
inefficient results. This research tried to give pre-emptive fentanyl dose to decrease
incident of FIC.
Objectives: To analyze effect of preemptive fentanyl 25 µg intravenously related to
fentanyl induce cough after fentanyl 2 µg/kgBW given intravenously.
Methods: Forty patients which had been scheduled for surgery were chosen randomly
in this research. They were splited into two groups, the first one (20 patients) obtained
0,5 mL normal saline injection intravenously followed by fentanyl 2 µg/kgBW in 2
second. And the other got fentanyl 25 µg before fentanyl induction. Mann-Whitney and
Spearman test was performed to compare and determine both groups.
Results: Pre-emptive fentanyl showed significant result (p=0,183) in cough incident
compared to the group which had obtained normal saline only but had negative
correlation in both groups related to cough and insignificant (p=0,08). In level of
cough, the result showed significant (p=0,043), but also had negative correlation (-
0,326) in significant value (p=0,04).
Conclusion: Pre-emptive fentanyl 25 µg might decrease the FIC incidence but
statistically insignificant. In the future, the following research must show better results
of precise preemptive fentanyl dose and the alternative methods in order to decrease
FIC incidence.

Keywords: pre-emptive fentanyl, cough, fentanyl induce cough

ABSTRAK
Latar belakang: Fentanyl merupakan opioid sintetik yang poten, dengan berbagai
kelebihannya sehingga fentanyl dijadikan pilihan utama agen premedikasi dan induksi
anestesi umum. Kejadian batuk setelah pemberian bolus fentanyl intravena/ fentanyl
induce cough (FIC) merupakan sesuatu yang tidak diharapkan pada kasus
pembedahan tertentu sehingga pencegahan FIC haruslah dilakukan. Beberapa

Volume V, Nomor 1, Tahun 2013 1


Jurnal Anestesiologi Indonesia

penelitian telah dilakukan namun kurang efisien, oleh karenanya pada penelitian ini
dilakukan pemberian pre-emptive fentanyl dosis 25 µg untuk menurunkan FIC.
Tujuan: Mengetahui efek pemberian pre-emptive fentanyl 25 µg intravena terhadap
insiden batuk setelah bolus fentanyl 2 µg/kgBB intravena.
Metode: Empat puluh pasien yang menjalani operasi dengan anestesi umum dipilih
secara acak untuk diikutkan dalam penelitian. Dibagi menjadi dua kelompok,
kelompok pertama (20 pasien) mendapat injeksi intravena normal salin 0,5 ml dan
diikuti fentanyl 2 µg/kgBB dalam 2 detik, dan kelompok sisanya mendapatkan injeksi
intravena fentanyl 25 µg sebelum fentanyl induksi. Digunakan tes Mann-Whitney dan
uji korelasi Spearman untuk membandingkan dan menilai hubungan variabel.
Hasil: Pemberian pre-emptive fentanyl menunjukkan nilai signifikansi 0.183 pada
timbulnya batuk dibandingkan kelompok yang mendapat normal saline namun
berkorelasi negatif. Hubungan insiden batuk diantara kedua kelompok bernilai tidak
signifikan (p=0,08). Dari derajat batuknya, berbeda signifikan (p=0,043), dengan
nilai koefisien korelasi negatif (-0,326) dan nilai yang signifikan (p=0,04).
Simpulan : Pemberian pre-emptive fentanyl 25 µg dapat menurunkan insiden FIC
namun secara statistik tidak bermakna.Perlu penelitian selanjutnya untuk mengetahui
rentang dosis pre-emptive fentanyl yang tepat serta teknik lainnya sebagai alternatif
untuk menurunkan insiden FIC

Kata kunci: pre-emptive fentanyl, batuk, fentanyl induce cough

PENDAHULUAN

Fentanyl merupakan suatu opioid bolus fentanyl intravena/ fentanyl induce


sintetik berupa larutan yang berikatan cough (untuk selanjutnya disebut FIC)
dengan sitrat. Karena sifat analgesia telah dilaporkan berkisar antara 28
yang baik, onset yang cepat dan durasi sampai 65 persen kasus. Batuk yang
yang singkat, sedikit mendepresi muncul saat induksi anestesi merupakan
kardiovaskular serta tidak menyebabkan sesuatu yang tidak diharapkan, terutama
pelepasan histamin, maka fentanyl pada kasus dengan peningkatan tekanan
seringkali menjadi pilihan utama sebagai intrakranial, peningkatan tekanan
agen premedikasi dan induksi dalam intraocular, open eye injury, retinal
anestesi umum. Fentanyl merupakan detachment peningkatan tekanan intra
suatu agonis reseptor mu (µ) dan sifat abdomen, aneurisma aorta,
analgetiknya 100 kali lebih poten dari pneumothoraks, hiperreaktivitas jalan
morfin. Fentanyl umumnya diberikan napas dan sebagainya. Pada kasus diatas
secara intravena walaupun dapat juga pencegahan FIC haruslah dilakukan.3
diberikan intramuscular, intra tekal dan
epidural.1,2 Tweed dan Dakin melaporkan adanya
batuk yang bersifat eksplosif serta
Kejadian reflek batuk setelah pemberian spasmodik yang cukup berat akibat FIC

2 Volume V, Nomor 1, Tahun 2013


Jurnal Anestesiologi Indonesia

pada anak laki-laki berusia 7 tahun, kamar operasi, dapat pula mengurangi
sehingga menyebabkan petekie yang kekerapan FIC. Pada kelompok ini
luas pada konjungtiva dan periorbita.4 kelompok kontrol yang mengalami FIC
sebesar 28% dengan dosis fentanyl 2 µg/
Beberapa hipotesa dikemukakan untuk
kg.8 Lin dan kawan-kawan melaporkan
menjelaskan mekanisme terjadinya FIC.
bahwa terjadi insiden FIC sebesar 55%
Diantaranya adalah aktivasi C-fiber,
dengan fentanyl 5 µg/kg IV dan hal ini
inhibisi central sympathetic outflow
dapat dikurangi dengan pemberian
yang menyebabkan dominasi refleks
lidokain 2 µg/kg IV atau efedrin 5 mg
vagal dan stimulasi reseptor-reseptor
intravena.9
iritan pada dinding trakheobronkial yang
mengalami deformasi, sehingga Kemudian Pandey dan kawan-kawan
terjadilah bronkokonstriksi serta batuk. menemukan terjadinya FIC sebesar 34%
dan 35% pada pemberian fentanyl 3 µg/
Studi mengenai FIC pertama kali
kg IV, dan dapat dihindari dengan
dilaporkan oleh Bohrer dan kawan-
pemberian lidokain 0,5 dan 1,5 mg/kg.10
kawan yang mendapatkan 46% pasien
dalam penelitian mereka mengalami Tahun 2007, Lin dan kawan-kawan
batuk setelah pemberian fentanyl meneliti keefektifan deksametason 10
dengan dosis 7 µg/kg melalui kateter mg untuk menurunkan kekerapan FIC.
vena sentral.5 Phua dan kawan-kawan Didapatkan angka kejadian FIC sebesar
mendapatkan ada 28% pasien yang 21% pada kelompok kontrol dengan
mengalami batuk setelah pemberian 1,5 dosis fentanyl kurang lebih 2 µg/kg.11
µg/KgBB fentanyl yang diberikan
Namun metode-metode tersebut kurang
melalui kateter vena perifer.6 Studi ini
efisien dan kurang ekonomis, disebabkan
memperlihatkan efektivitas pencegahan
diperlukannya obat-obatan lain serta alat
FIC dengan premedikasi morfin 0,2 mg/
yang digunakan cukup terbatas
kgBB intramuskular yang diberikan satu
ketersediaannya. Karenanya, kali ini
jam sebelum pemberian fentanyl. Studi
peneliti akan mengajukan penelitian
yang lainnya oleh Lui dan kawan-kawan
dengan metode sederhana yang mungkin
mendemonstrasikan efektivitas inhalasi
efektif untuk menurunkan kekerapan
terbutalin sebagai β-adrenergik selektif
FIC. Yaitu dengan meneliti pemberian
yang dapat menekan refleks batuk akibat
pre-emptive fentanyl dosis 25 µg untuk
fentanyl 5 µg/kg intravena. Didapatkan
menurunkan kekerapan batuk akibat
43% pasien batuk pada kelompok
injeksi intravena fentanyl (FIC)
kontrol.7
METODE
Studi oleh Agarwal dan kawan-kawan
melaporkan bahwa dengan inhalasi Penelitian ini merupakan uji klinis acak
salbutamol, beclometason atau natrium tersamar ganda, bersifat eksperimental
kromoglikat 15 menit sebelum masuk dan ditujukan untuk menguji keefektifan

Volume V, Nomor 1, Tahun 2013 3


Jurnal Anestesiologi Indonesia

pemberian pre-emptive fentanyl 25 µg diikuti fentanyl 2 µg/kgBB (kelompok I)


intravena sebelum bolus fentanyl 2 µg/ serta injeksi intravena fentanyl 25µg,
kgBB intravena dalam hal mengurangi diikuti fentanyl 2 µg/kgBB (kelompok
kekerapan Fentanyl Induce Cough II). Setibanya di kamar operasi, dipasang
(FIC). Sampel diambil dari pasien yang saturasi oksigen, elektrokardiografi,
menjalani operasi elektif dengan tekanan darah sistolik dan diastolik
anestesia umum di Ruang Bedah Sentral dengan alat ukur tekanan darah non
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Saiful invasif, dihitung laju nadi per menit dan
Anwar Malang yang memenuhi kriteria laju nafas per menit
penerimaan, penolakan dan pengeluaran.
Kelompok I mendapat injeksi intravena
Penelitian ini menggunakan random
normal salin 0,5 ml dan diikuti fentanyl
sampling yang dibagi menjadi dua
2 µg/kgBB dalam 2 detik, kelompok II
kelompok yaitu kelompok pertama yang
mendapatkan injeksi intravena fentanyl
mendapat injeksi intravena fentanyl
25 µg, diikuti fentanyl 2 µg/kgBB dalam
sebelum induksi, dan kelompok kedua
2 detik. Setiap insiden batuk dihitung
sebagai kontrol plasebo. Dari
sebagai sekali batuk. Untuk
perhitungan jumlah total sampel adalah
mengantisipasi sulitnya menghitung
40 orang. Kriteria penerimaan meliputi
batuk yang jaraknya berdekatan/ sangat
usia 18-50 tahun, berat badan antara 50-
cepat, dilakukan dokumentasi dengan
75 kg, status fisik ASA I dan II. Kriteria
video kamera ponsel. Derajat beratnya
penolakan yaitu pasien telah
batuk didasarkan atas berapa kali insiden
mendapatkan premedikasi sebelumnya,
batuk (ringan 1-2 kali batuk, sedang 3-4
memiliki riwayat asma, menderita
kali batuk, dan berat 5 kali batuk atau
batuk/ batuk kronis, perokok, menderita
lebih). Induksi anestesi dilakukan segera
infeksi saluran napas atas dalam 2
setelah batuk menghilang (60 detik
minggu terakhir, dalam medikasi ACE
setelah injeksi fentanyl 2 µg/kgBB).
inhibitor, bronkodilator atau
kortikosteroid, menderita hipertensi, Data yang dikumpulkan dari kedua
pasien operasi mata, bedah saraf, bedah kelompok akan dimasukkan ke dalam
thoraks dan bedah jantung, Pasien tabel induk, setelah diolah dilakukan
dengan peningkatan tekanan intra tabulasi dan disajikan secara tekstual dan
abdomen, telah terpasang pipa tabular. Perhitungan statistik dilakukan
endotrakheal atau kanul trakeostomi. dengan program SPSS. Untuk
membandingkan perbedaan kedua
Pasien yang telah memenuhi kriteria
kelompok data sample digunakan uji t
penerimaan dirandomisasi sederhana
dan Mann Whitney U. Sedangkan untuk
dengan menggunakan kertas undian
menilai adanya hubungan dari variabel
yang telah dibuat menjadi 2 kelompok
digunakan uji korelasi Spearman.
yaitu kelompok yang akan mendapat
Diterima atau tidaknya suatu hipotesis
injeksi intravena normal salin 0,5 ml dan
dari penelitian ini adalah ditentukan oleh

4 Volume V, Nomor 1, Tahun 2013


Jurnal Anestesiologi Indonesia

nilai p, dengan ketentuan p < 0,05 jika ASA yang tidak berbeda signifikan.
menunjukkan perbedaan yang
Berdasarkan Grafik 1 di atas
bermakna secara statistik, bila p > 0,05
menunjukkan bahwa dari 20 orang
jika tidak menunjukkan perbedaan yang
pasien pada kelompok Ns (kelompok I),
bermakna secara statistik.
terdapat 12 orang pasien yang tidak
HASIL batuk, dan 8 orang pasien mengalami
batuk dengan kata lain angka kejadian
Karakteristik dari sampel penelitian ini
batuknya 40%. Sedangkan dari 20 orang
sesuai tabel 1 untuk mengetahui
pasien pada kelompok Fentanil
distribusi pasien. Berdasarkan hasil
(kelompok II), terdapat 17 orang pasien
pengujian dari ke-9 data demografi
yang tidak batuk, dan 3 orang pasien
pasien pada kelompok Ns dan
mengalami batuk yang artinya angka
kelompok yang menggunakan fentanyl
kejadian batuknya 15%. Dari hasil uji
menunjukkan nilai signifikansi yang
statistik dengan Mann whitney (Tabel 2)
lebih besar dari alpha 0.05 (p>0.05),
menunjukkan nilai signifikansi 0.183
yang dapat diartikan bahwa pasien pada
yang lebih besar dari alpha 0.05 (
kelompok Ns dan kelompok yang
=5%). Sehingga dapat diambil
menggunakan fentanyl mempunyai
kesimpulan bahwa ada atau tidaknya
usia, BB, Nadi, TDS, TDD, Saturasi,
batuk pada pasien kelompok kontrol
Laju Respirasi (RR), jenis kelamin, dan
(NS) dan kelompok yang diberi

Volume V, Nomor 1, Tahun 2013 5


Jurnal Anestesiologi Indonesia

6 Volume V, Nomor 1, Tahun 2013


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Fentanyl tidak berbeda signifikan. (Tabel 5) menunjukkan nilai koefisien


Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman korelasi sebesar -0.326 dengan nilai
di tabel 3 menunjukkan nilai koefisien signifikansi 0.040 (p<0.05), sehingga
korelasi sebesar -0.280 dengan nilai tolak Ho, dan dapat disimpulkan bahwa
signifikansi 0.080 (p>0.05), sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara
terima Ho, dan dapat disimpulkan derajat batuk dengan dua kelompok yang
bahwa terdapat hubungan yang tidak diuji (kelompok Ns dan Fentanyl). Arah
signifikan antara insiden batuk dengan korelasi bernilai negatif, yang dapat
dua kelompok yang diuji (kelompok Ns diartikan bahwa pemberian Fentanyl
dan Fentanyl). Arah korelasi bernilai pada pasien cenderung akan semakin
negatif, yang dapat diartikan bahwa menurunkan derajat batuk mereka,
pemberian Fentanyl pada pasien dibandingkan dengan derajat batuk pada
cenderung akan semakin menurunkan kelompok Ns.
insiden batuk mereka, dibandingkan
PEMBAHASAN
dengan insiden batuk pada kelompok
Ns. Namun, hal ini tidak bersifat nyata Reflek batuk yang muncul setelah
(signifikan), karena nilai signifikansi pemberian bolus fentanyl intravena
dari hasil uji korelasi menunjukkan > (FIC /fentanyl Induce cough) walaupun
0.05. bersifat singkat dan swasirna, namun
pada kasus-kasus tertentu dapat
Pada Grafik 2 di atas menunjukkan
meningkatkan angka morbiditas saat
bahwa dari 20 orang pasien pada
induksi anestesia. Penelitian ini
kelompok Ns, terdapat 12 orang pasien
menunjukkan bahwa pemberian fentanyl
yang tidak batuk (60%), 2 orang
2 µg/kgBB intravena dapat
mengalami batuk ringan (10%), dan 6
menimbulkan FIC sebesar 40%. Dimana
orang yang mengalami batuk sedang
penelitian terdahulu menunjukkan bahwa
(30%). Sedangkan dari 20 orang pasien
angka kejadian FIC berkisar antara 28-
pada kelompok Fentanyl, terdapat 17
65%.3
orang pasien yang tidak batuk (85%), 3
orang mengalami batuk ringan (15%), Dosis pre-emptive fentanyl yang
dan tidak ada pasien yang mengalami diberikan adalah sebesar 25 µg, karena
batuk sedang (0%). Dari hasil evaluasi menurut teori yang disampaikan K.C.
statistik dengan uji Mann whitney (tabel Hung, rentang dosis 0,3-0,5 µg/kgBB
4) menunjukkan nilai signifikansi 0.043 sudah cukup untuk menekan pusat batuk
yang lebih kecil dari alpha 0.05 (=5%). di medulla, sehingga efek batuk dapat
Sehingga dapat diambil kesimpulan ditekan.12 Dengan rata-rata berat badan
bahwa derajat batuk pada pasien sampel penelitian adalah 60 kg maka
kelompok Ns dan kelompok yang diberi peneliti mengambil dosis 25 µg sebagai
fentanyl berbeda signifikan. dosis pre-emptive fentanyl yang
Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman diberikan pada penelitian. Data yang

Volume V, Nomor 1, Tahun 2013 7


Jurnal Anestesiologi Indonesia

diperoleh dari penelitian ini pengambilan sampel dapat sesuai dengan


menunjukkan, pada kelompok plasebo yang direncanakan pada cara kerja
(Ns) setelah diberikan injeksi intravena penelitian yang sudah disusun
fentanyl 2 µg/kgBB, kejadian batuk baru sebelumnya.
muncul berkisar antara 15 sampai
Dalam penelitian ini pemberian pre-
dengan 20 detik berikutnya. Data ini
emptive fentanyl 25 µg intravena satu
sesuai dengan penelitian yang pernah
menit sebelum bolus intravena fentanyl 2
dilakukan Yeh pada 2007 dan Oshima
µg/kgBB walaupun menunjukkan
2006. Secara teori hal ini dikarenakan
kecenderungan menurunkan kejadian
setelah 15 sampai 20 detik, fentanyl
FIC akan tetapi secara statistik tidak
yang diberikan telah mencapai reseptor
dapat menekan terjadinya FIC secara
yang terdapat di perifer seperti di
signifikan. Pemberian pre-emptive
tracheobronkial, reseptor C fiber Juxta,
fentanyl yang menunjukkan
merangsang pelepasan histamin oleh
kecenderungan menurunkan FIC ini
mast cell di paru ataupun telah mencapai
dapat dijelaskan melalui beberapa
pusat batuk di medulla. Konsentrasi
mekanisme. Diantaranya adalah dengan
fentanyl yang meningkat cepat di dalam
pemberian pre-emptive fentanyl 25 µg,
plasma sehingga mencapai batas
peningkatan tiba-tiba konsentrasi
ambang rangsang (threshold) untuk
fentanyl dalam plasma yang dapat
terjadinya reflek batuk akibat fentanyl
merangsang treshold FIC dapat di cegah.
(FIC) di medulla diperkirakan
Selain itu pemberian pre-emptive
mendasari terjadinya hal tersebut.13,14
fentanyl 25 µg dapat menurunkan
Oleh karena pentingnya rentang waktu pelepasan neurotransmiter di ujung saraf
pemberian obat, maka pada penelitian yang pada akhirnya dapat mengurangi
ini betul betul dicermati saat yang tepat rangsangan terjadinya FIC. Seperti di
pemberian pre-emptive fentanyl ataupun jelaskan dalam tinjauan pustaka, FIC
plasebonya. Sehingga diharapkan faktor dapat terjadi karena pemberian fentanyl
perancu berupa ketidak seragaman dapat menstimulasi reseptor serabut C
waktu memasukkan obat yang sangat (biasa juga disebut J-fiber reseptor),
mempengaruhi terjadinya efek batuk merangsang konstriksi otot polos
dapat dihindarkan. Setiap memasukkan trakhea, menstimulasi reseptor iritant di
obat selalu dilakukan pengontrolan trakheobronkial. Pemberian
dengan pemantau waktu (timer). Faktor bronkodilator selektif β2-adrenergik atau
kecepatan dan kelancaran jalur intravena NMDA-antagonis seperti ketamin yang
juga merupakan perhatian saat akan dilaporkan dapat menurunkan insiden
memulai memasukkan obat, karena hal FIC, memperkuat teori bronkokonstriksi
ini dapat pula mempengaruhi kecepatan yang menyebabkan terjadinya FIC.
masuknya obat yang diberikan. Dengan Begitu pula teori pelepasan histamin oleh
upaya-upaya ini diharapkan proses sel mast di paru yang didasari oleh

8 Volume V, Nomor 1, Tahun 2013


Jurnal Anestesiologi Indonesia

penelitian yang menyatakan pemberian emptive fentanyl yang tepat untuk dapat
inhalasi sodium kromoglikat (yang menurunkan insiden FIC (Fentanyl
diketahui dapat mencegah degranulasi Induce Cough). Pada penelitian
sel mast) ternyata dapat menurunkan selanjutnya juga perlu diteliti mengenai
FIC. Yang terakhir adalah teori teknik dan agen lainnya sebagai
terjadinya adduksi tiba-tiba dari pita alternatif lain dalam mengurangi insiden
suara atau area supraglotis yang FIC serta mekanisme FIC dan faktor-
disebabkan oleh kejadian rigiditas otot faktor lain yang mempengaruhi
akibat pemberian opioid (fentanyl). terjadinya FIC.
Penelitian ini menunjukkan efek pre-
emptive fentanyl yang tidak signifikan DAFTAR PUSTAKA
secara statistik dalam menurunkan 1. Egan TD. Opioids. In : Miller RD, Pardo MC,
insiden FIC. Hal ini berbeda dengan editors. Basics of Anesthesia 6th ed.
Philadelphia: Elsevier; 2011. p.115-25
hasil penelitian terdahulu oleh K.-C.
Hung, dimungkinkan hal ini 2. Coda BA. Opioids. In : Barash PG, Cullen
BF, Stoelting RK, editors. Clinical
dikarenakan dosis pre-emptive fentanyl Anesthesia 5th ed. Philadelphia: Lippincott
yang digunakan dalam penelitian ini Williams & Wilkins; 2006. p.353-83
perlu diperbesar, selain itu faktor jumlah 3. Ambesh SP, Singh N, Gupta DA, Singh U.
sampel juga dapat mempengaruhi hasil Huffing manoeuvre, immediately before
induction of anaesthesia, prevent fentanyl-
penelitian secara statistik.12 induced coughing: A prospective, randomized
and controlled study. Br J Anaesth 2010 ;
Penelitian ini tidak mengevaluasi efek 104 : 40-3
samping dari pemberian pre-emptive 4. Tweed WA, Dakin D. Explosive coughing
fentanyl yang diberikan satu menit after bolus fentanyl injection. Anesth Analg,
2001; 92: 1442-3
sebelum bolus intravena fentanyl, akan
tetapi selama proses penelitian tidak 5. Bohrer H, Fleischer F, Werning P. Tussive
effect of a fentanyl bolus administration
ditemukan adanya efek samping yang through a central venous catheter.
muncul dari fentanyl. Tidak ada sampel Anaesthesia, 1990; 45: 18-21
yang terpaksa dikeluarkan dari 6. Phua WT, Teh BT, Jong W, Lee TL, Tweed
penelitian akibat efek samping yang WA. Tussive effect of a fentanyl bolus. Can J
mempengaruhi penelitian. Anaesth, 1991; 38: 330-4

7. Lui PW. Hsing CH, Chu YL. Terbutalin


SIMPULAN inhalation Supprsses Fentanyl-Induced
Coughing. Can J. Anaesth 1999; 43: 1217-9
Pemberian pre-emptive fentanyl 25 µg
8. Agarwal A, Azim A, Ambesh S, Bose N,
dapat menurunkan insiden FIC Dhiraj S, Sahu D, et al. Salbutamol,
(Fentanyl Induce Cough) namun secara beclomethasone or sodium cromoglicate
suppress coughing induced by IV fentanyl.
statistik tidak bermakna. Perlu dilakukan Can J Anaesth 2003; 50(3): 297-300
penelitian berikutnya dengan dosis pre-
9. Lin CS, Sun WZ, Chan WH, Lin CJ, Yen
emptive fentanyl yang berbeda untuk HM, Mok MS. Intravenous lidocaine and
lebih mengetahui rentang dosis pre- ephedrine, but not propofol, suppress fentanyl

Volume V, Nomor 1, Tahun 2013 9


Jurnal Anestesiologi Indonesia

-induced cough. Can J Anaesth 2004; 51: 654 minimal dose fentanyl on fentanyl-induced
-9 coughing. Journal of Association of Anesth.
Of Great Britain and Ireland 2010; 65: 4-7
10. Pandey CK, Raza M, Ranjan R, et al.
Intravenous lidocaine 0,5 mgkg-1 effectively 13. Yeh CC, Wu CT, Huh BK, Lee MS, Lin SL,
suppress fentanyl-induced cough. Can J Sheen MJ. Premedication with intravenous
Anaesth 2005; 52: 172-5 low dose ketamin suppresses fentanyl-induce
cough. Journal of Clinical Anesthesia 2007;
11. Lin JA, Fe Chang Chen, Lee MS, Horng HC, 19: 53-6
Cherng CW, Yeh CC. Intravenous
dexamethasone pretreatment reduces fentanyl 14. Oshima T, Kasuya Y, Okumura Y, Murakami
-induced cough. J Formos Med Assoc 2007; T, Dohi S. Identification of Idependent Risk
106: 649-55 Factors for Fentanyl-Induced Cough. Can J
Anaesth 2006; 53(8); 753-8
12. Hung KC, Chen CW, Lin VCH, Weng HC,
Hsieh SW. The effect of pre-emptive use of

10 Volume V, Nomor 1, Tahun 2013

You might also like