Professional Documents
Culture Documents
Potensi Konflik Perkawinan Lintas Budaya Perempuan Indonesia Dan Laki-Laki Bule
Potensi Konflik Perkawinan Lintas Budaya Perempuan Indonesia Dan Laki-Laki Bule
Abstract
The intercultural marriages are frequently encountered by many problems and conflicts. One of the
causes is the cultural background differences. This kind of marriage occurs between Indonesian women
and the foreigner, the mixing between different cultural background, western and eastern culture. This
research was aimed at identifying and recognizing the conflict that caused by the intercultural marriages
of the Indonesian women and the caucasians. This research is one part of a broader scope of research
using a phenomenological approach,in terms of particular symbolic interaction and social construction
theory of reality. Methods of data collection include in-depth interviews and observations of seven
Indonesian women who married caucasian and domiciled in Jakarta. The results show some dominant
conflict-causing differences in cross-cultural marriages between Indonesian women and male
caucasians. The differences include language – context differences, communication style, perceptions on
family concepts, and perceptions about privacy. In the end, cross-cultural marriage couples find a
pattern of settlement in responding the cultural differences they find in everyday life. Over time, sharing
the differences that exist together, the Indonesian .Finally, women and foreign husbands reach the a point
where they start sharing the same values and worldviews.
Abstrak
Perkawinan lintas budaya seringkali menghadapi banyak masalah dan konflik, diantaranya disebabkan
perbedaan latar belakang budaya. Dalam perkawinan lintas budaya antara perempuan Indonesia dan laki-
laki bule, terjadi pertemuan antara dua latar budaya yang berbeda, yakni budaya Timur dan budaya Barat.
Riset ini bertujuan untuk menyelidiki dan mengkaji perbedaan yang berpotensi konflik dalam perkawinan
lintas budaya antara perempuan Indonesia dan laki-laki bule. Kajian ini merupakan salah satu bagian dari
sebuah penelitian yang lebih luas cakupannya dengan menggunakan pendekatan fenomenologi,
khususnya interaksi simbolis dan teori konstruksi sosial atas realitas. Metode pengumpulan data meliputi
wawancara mendalam dan observasi terhadap tujuh perempuan Indonesia yang bersuamikan bule dan
berdomisili di Jakarta. Terdapat beberapa perbedaan penyebab konflik yang dominan dalam perkawinan
lintas budaya antara perempuan Indonesia dan laki-laki bule, yakni perbedaan konteks bahasa, gaya
berkomunikasi, persepsi tentang konsep keluarga, dan persepsi tentang ruang privasi. Pada akhirnya,
pasangan perkawinan lintas budaya menemukan pola penyelesaian dalam menghadapi perbedaan-
perbedaan budaya yang muncul dalam kehidupan sehari-hari, baik yang berpotensi konflik maupun tidak.
Sejalan dengan waktu, berbagi perbedaan-perbedaan yang ada bersama-sama, perempuan Indonesia dan
suami bule akan mencapai titik di mana mereka mulai berbagi nilai-nilai dan cara pandang yang sama.
© 2017 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA)
Benazir Bona Pratamawaty: Potensi Konflik dalam Perkawinan…│ 2
© 2017 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA)
3│ Volume 7, Nomor 1, Januari-Juni 2017, hal.1-14
© 2017 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA)
Benazir Bona Pratamawaty: Potensi Konflik dalam Perkawinan…│ 4
© 2017 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA)
5│ Volume 7, Nomor 1, Januari-Juni 2017, hal.1-14
© 2017 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA)
Benazir Bona Pratamawaty: Potensi Konflik dalam Perkawinan…│ 6
pribadinya. Bahasa memungkinkan orang budaya yang tajam pada gilirannya akan
untuk mengembangkan perasaan mengenai menghasilkan perbedaan cara pandang atau
diri dan untuk berinteraksi dengan orang persepsi yang berpotensi konflik.
lainnya dalam sebuah komunitas (West &
Turner, 2008). Kajian ini mengarah pada potensi
konflik yang terjadi dari proses komunikasi
Teori di atas, menekankan interaksi dan interaksi yang terjadi antara perempuan
antar individu yang memungkinkan Indonesia dan laki-laki bule dalam sebuah
terbentuknya sebuah “dunia” yang nyata, perkawinan lintas budaya. Perbedaan latar
bagaimana setiap individu bereaksi belakang budaya yang tajam antara
terhadap individu lain berdasarkan interaksi perempuan Indonesia dan laki-laki bule
yang mereka lakukan sehari-hari. Dalam hal berpotensi menghasilkan konflik yang tidak
ini, produk yang dihasilkan dari interaksi dapat dihindarkan. Kajian ini membahas
adalah simbol-simbol yang menghasilkan bagaimana perbedaan-perbedaan yang ada
bahasa. Proses pemaknaan diri dan tindakan menghasilkan konflik dan bagaimana
diri dalam pengalaman menjalani pasangan perkawinan lintas budaya
perkawinan lintas budaya mungkin didapat menghadapi dan mengatasi konflik tersebut.
melalui interaksi dengan individu lain, baik
itu dengan pasangan sendiri, anak-anak, METODE PENELITIAN
maupun dengan orang-orang yang ada
Penelitian ini menggunakan
disekitarnya. Bahwa bahasa yang dihasilkan
pendekatan fenomenologi. Fenomenologi
dari interaksi tersebut dapat digunakan oleh
bertujuan untuk mengetahui dunia dari
subjek penelitian untuk berinteraksi dengan
sudut pandang orang yang mengalami
diri sendiri dalam rangka memproduksi
secara langsung atau berkaitan dengan sifat-
makna. Selain itu, disebutkan pula bahwa
sifat alami pengalaman manusia, dan makna
bahasa yang dihasilkan memungkinkan
yang ditempelkan kepadanya. Dalam hal
individu mengembangkan perasaan
ini, Schutz berpandangan bahwa objek
mengenai dirinya. Maka pemaknaan yang
penelitian ilmu sosial pada dasarnya
diberikan individu mengenai perkawinan
berhubungan dengan interpretasi terhadap
lintas budaya yang dijalani secara tidak
realitas.
langsung mempengaruhi perasaan
mengenai dirinya. Sebagai peneliti sosial, interpretasi
terhadap realitas yang diamati memgang
Perkawinan lintas budaya antara
peranan penting. Dalam melakukan
perempuan Indonesia dan laki-laki bule
penelitian, harus mampu menggunakan
menimbulkan interaksi simbolik yang
metode interpretasi yang sama dengan
melibatkan pertukaran makna dalam
orang yang diamati, sehingga peneliti bisa
berbagai aspek kehidupan. Dalam proses
masuk ke dalam dunia interpretasi orang
pertukaran simbol yang terjadi antara
yang dijadikan objek penelitian (Kuswarno,
pasangan, masing-masing individu
2009).
kemudian memberikan makna atas perilaku,
sikap, dan persepsi pasangannya. Makna Data penelitian didapatkan dengan
yang diberikan kemudian menjadi patokan melakukan wawancara mendalam terhadap
berperilaku dalam berinteraksi dengan tujuh orang informan, yakni perempuan
pasangan. Namun demikian, perilaku dari Indonesia yang menikah dengan laki-laki
setiap individu ditopang oleh latar belakang bule, dan melakukan observasi terhadap
budaya yang dimilikinya, di mana komunikasi dan interaksi sehari-hari
didalamnya meliputi nilai-nilai, norma, dan mereka dengan pasangan masing-masing.
sistem kepercayaan. Dalam perkawinan Peneliti mendapatkan informan pertama
lintas budaya antara perempuan Indonesia dari perkenalan yang peneliti lakukan
dan laki-laki bule, perbedaan latar belakang melalui forum Komunitas Kawin Campur
© 2017 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA)
7│ Volume 7, Nomor 1, Januari-Juni 2017, hal.1-14
di jejaring sosial Facebook. Informan berbeda, misalnya saat di kafe dan saat di
pertama berperan sebagai gatekeeper bagi rumah yang mengacu pada kecenderungan
peneliti. Gatekeeper tersebut kemudian seseorang merasa aman dan nyaman saat
memperkenalkan peneliti kepada informan berada di zona nyamannya (rumah sendiri).
berikutnya, dan dengan informan
berikutnya, dan seterusnya hingga tujuh Semua hasil wawancara dan
informan. pengamatan tersebut kemudian dirangkum
dalam bentuk transkrip wawancara dan
Wawancara mendalam dilakukan catatan observasi. Kedua data tertulis inilah
empat hingga lima kali pertemuan dengan yang dipergunakan dalam menganalisis dan
setiap informan. Proses wawancara menjabarkan hasil temuan. Metode
dilakukan di rumah tinggal informan dan di fenomenologi yang digunakan sangat
lokasi lain yang disepakati bersama. Ketika membantu dalam memandang isu
wawancara dilakukan di rumah informan, penelitian ini dari sudut pandang orang
maka tampaklah interaksi dan komunikasi pertama, yakni sudut pandang informan.
yang berlangsung antara informan dan Selanjutnya berusaha menempatkan diri
pasangannya. Kegiatan pengamatan tidak secara subjektif, dari sudut pandang orang
hanya berhenti pada bagaimana informan pertama agar dapat mengkonstruksi makna
berinteraksi dengan suami, anak-anak, dan sesuai dengan realitas yang ada.
teman-temannya, tapi juga pada bahasa non
verbal informan saat berinteraksi dan HASIL DAN PEMBAHASAN
menjawab pertanyaan yang diajukan. Selain
Inti dari pemaknaan perkawinan
itu wawancara juga dilakukan dengan
lintas budaya bagi perempuan Indonesia
suami dari setiap informan. Seperti yang
yang menikahi laki-laki bule terletak pada
ditekankan oleh Moustakas (1994)
interaksinya dengan suami dan anak-anak.
mengenai pentingnya pemberian ijin oleh
Perlakuan suami terhadapnya, pemahaman
informan untuk merekam jalannya
tingkah laku suami, pemahaman terhadap
wawancara, maka merekam setiap kegiatan
perbedaan yang ada dengan suami,
wawancara dengan sebuah camera pocket
semuanya membentuk makna dalam diri
atas sepengetahuan informan juga
informan mengenai perkawinan lintas
dilaksanakan beserta pengumpulan
budaya yang dijalaninya. Dua orang yang
informasi sekunder, seperti bertanya pada
bertemu, menikah, dan membentuk
teman informan mengenai hubungan
keluarga disebut oleh Makalew (2013)
informan dengan suaminya di mata teman-
sebagai sebuah pelembagaan, dalam hal ini
teman informan. Teknik pemilihan
keluarga inti yang terdiri dari suami, isteri,
informan menggunakan snowball sampling.
dan anak-anak.
Guna mencapai keabsahan data
Perbedaan-perbedaan yang terjadi
yang diinginkan, digunakan sebuah teknik
dalam sebuah perkawinan lintas budaya,
untuk mencari tahu apakah apa yang
tentu saja lahir dari adanya perbedaan latar
dikatakan oleh informan adalah keadaan
belakang budaya yang membedakan diri
yang sebenarnya, yakni dengan mengajukan
(self) sang suami dan isterinya. Sobur
pertanyaan yang sama pada kesempatan
(2013) menjelaskan bahwa diri atau self
yang berbeda. Kemudian diberikan jeda
adalah semua ciri, jenis kelamin,
satu minggu untuk setiap pertemuan
pengalaman, sifat-sifat, latar belakang
wawancara, kemudian dalam dua
budaya, pendidikan, dan sebagainya, yang
pertemuan berikutnya ditanyakan
melekat pada seseorang. Semakin dewasa
pertanyaan yang sama, guna memastikan
dan semakin tinggi kecerdasan seseorang,
kebenaran data. Tidak hanya bergantung
semakin mampu dia menggambarkan
pada waktu, tapi juga mengajukan
dirinya sendiri. Diri (self) dapat pula
pertanyaan yang sama pada situasi yang
© 2017 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA)
Benazir Bona Pratamawaty: Potensi Konflik dalam Perkawinan…│ 8
© 2017 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA)
9│ Volume 7, Nomor 1, Januari-Juni 2017, hal.1-14
diri sendiri. Dengan demikian, penting bagi berusaha memahami dari kedua belah
perempuan Indonesia yang menikah dengan pihak. Keinginan untuk selalu
bule untuk memahami sepenuhnya budaya mengkomunikasikan kesalahpahaman yang
suami agar konflik akibat perbedaan ada merupakan kunci utama menghadapi
konteks bahasa dapat dihindari. Begitu juga perbedaan tersebut.
dengan suami, penting untuk memahami
budaya isteri – budaya Indonesia – untuk Terdapat perbedaan persepsi tentang
dapat memahami dengan baik maksud konsep keluarga dalam pandangan orang
penggunaan konteks bahasa yang bule yang individualis dan orang Indonesia
digunakan oleh isteri sebagai pengguna yang kolektivis. Erni, mengeluhkan
bahasa asing. perbedaan pandangan tentang konsep
keluarga, sering dia susah memberikan
Selain konteks bahasa, gaya penjelasan kepada suami. Misalnya,
berkomunikasi yang berbeda juga turut mengenai pentingnya melibatkan keluarga
menjadi kendala. Gaya berkomunikasi besar dalam membuat keputusan-keputusan
orang bule yang senantiasa terang-terangan besar. Suami menganggap bahwa keluarga
mengutarakan maksudnya tanpa mereka adalah privasi mereka dan tidak
memperhatikan situasi dan kondisi bagi penting keluarga besarnya tahu mengenai
orang Indonesia terkesan kasar. Sedangkan keputusan-keputusan besar yang mereka
di sisi lain, orang bule tidak menyukai gaya buat. Sedangkan bagi Erni, di Indonesia hal
berkomunikasi orang Indonesia yang seperti itu tidak berlaku. Dalam budaya
senang berbasa-basi dan cenderung Indonesia, keterlibatan keluarga sangat
berputar-putar. Erni mengakui bahwa besar artinya. Selain itu, suami Erni merasa
kesalahpahaman dengan suami akibat tidak perlu membangun hubungan dekat
perbedaan gaya berkomunikasi ini tidak dengan keluarga besar Erni, menurutnya
dapat dielakkan, bahkan juga terjadi antara selama dia membangun hubungan baik
dia dan keluarga suami. Namun, di sisi lain dengan orang tua dan saudara kandung Erni
Erni merasa bahwa hal tersebut merupakan itu sudah cukup. Disini Erni menemukan
bagian dari proses belajar. Erni juga kesulitan untuk memberikan suaminya
mengakui bahwa banyaknya perbedaan pengertian mengenai peran penting
malah justru membuatnya banyak belajar keluarga besar dalam budayanya.
dari perbedaan yang ada dengan suaminya.
Hal yang sama juga diakui oleh informan Kondisi yang sama juga terjadi pada
lain. Rini – bersuamikan bule Australia – yang
kesulitan menghadapi sikap individualis
Meskipun informan mengaku telah suami. Dalam budaya Indonesia meskipun
terbiasa dengan gaya suami yang selalu seseorang telah menikah, keluarganya
berterus terang dalam berbicara, namun hal selalu terlibat dalam hidupnya. Walaupun
tersebut tidak kemudian membuat mereka Rini telah menikah, saat saudaranya atau
kebal dan tidak tersakiti oleh perkataan saudara jauh ibunya mengalami kesulitan,
suami. Suami informan juga sering mereka pasti melibatkan Rini. Selain itu,
meminta informan untuk lebih terbuka dan suami Rini kerap kali merasa terganggu
berterus terang jika berbicara dengannya. dengan ketergantungan finansial keluarga
Informan yang lahir dan besar dalam Rini terhadapnya. Rini juga tidak pernah
lingkungan yang berkomunikasi dengan memaksa suaminya untuk memberikan
gaya high-context kemudian berusaha uang setiap keluarganya membutuhkan,
menyesuaikan diri dengan gaya namun ada kondisi-kondisi tertentu yang
berkomunikasi suami yang low-context. memang harus melibatkan campur tangan
Untuk menghindari terciptanya konflik suaminya, seperti ketika keponakannya
karena perbedaan gaya berkomunikasi kesulitan dana untuk meneruskan sekolah.
tersebut diperlukan keinginan untuk Rini mengakui bahwa jika diberikan
© 2017 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA)
Benazir Bona Pratamawaty: Potensi Konflik dalam Perkawinan…│ 10
© 2017 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA)
11│ Volume 7, Nomor 1, Januari-Juni 2017, hal.1-14
© 2017 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA)
Benazir Bona Pratamawaty: Potensi Konflik dalam Perkawinan…
12
© 2017 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA)
13│ Volume 7, Nomor 1, Januari-Juni 2017, hal.1-14
© 2017 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA)
Benazir Bona Pratamawaty: Potensi Konflik dalam Perkawinan…│ 14
© 2017 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA)