Teks Khutbah Jum'At

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 15

‫‪TEKS KHUTBAH JUM’AT‬‬

‫‪MENGGAPAI KEBERKAHAN HIDUP‬‬

‫ُُ‬
‫ه‬ ‫ْن‬‫ِي‬‫َع‬‫نسْت‬ ‫ََ‬‫ه و‬ ‫دُ‬‫َُ‬‫ْم‬‫نح‬‫ّلِلِ َ‬
‫د َِّ‬ ‫َْ‬
‫َم‬‫الح‬ ‫ن ْ‬ ‫َِّ‬
‫إ‬
‫ْر‬
‫ِ‬ ‫ُو‬‫ْ شُر‬ ‫ِن‬‫ِاهللِ م‬ ‫ُ ب‬ ‫ُوذ‬ ‫ََ‬
‫نع‬ ‫ه و‬ ‫ُْ‬
‫ِر‬‫ْف‬ ‫َغ‬‫نسْت‬‫ََ‬‫و‬
‫ْ‬
‫من‬ ‫َا‪َ ،‬‬ ‫لن‬‫َاِ‬ ‫ْم‬ ‫َع‬‫َاتِ أ‬ ‫ْ سَيِئ‬‫ِن‬ ‫َم‬‫َا و‬ ‫ِن‬‫ُس‬‫نف‬‫َْ‬‫أ‬
‫َالَ‬ ‫ْ ف‬ ‫ِل‬‫ْل‬‫يض‬‫ْ ُ‬ ‫من‬ ‫ََ‬‫ه و‬ ‫َّ َلُ‬‫ِل‬ ‫َالَ ُ‬
‫مض‬ ‫ِ هللاُ ف‬‫ِه‬‫هد‬‫يْ‬‫َ‬
‫ِالَّ هللاُ‬
‫ه إ‬ ‫َِلَ‬‫ن الَ إ‬ ‫َْ‬ ‫د أ‬ ‫هُ‬‫َشَْ‬
‫َأ‬‫ه‪ .‬و‬ ‫ِيَ َلُ‬ ‫هاد‬ ‫َ‬
‫دا‬‫ًَّ‬ ‫َم‬‫مح‬ ‫ن ُ‬ ‫ََّ‬
‫د أ‬ ‫هُ‬ ‫َشَْ‬
‫َأ‬ ‫ه و‬ ‫يكَ َلُ‬ ‫ِْ‬ ‫ه الَ شَر‬ ‫دُ‬‫َْ‬‫َح‬‫و‬
‫ُْلُ‬
‫ه‪.‬‬ ‫َسُو‬
‫َر‬‫ه و‬ ‫دُ‬‫ُْ‬‫َب‬‫ع‬
‫ِ‬
‫ِه‬‫ْب‬ ‫َح‬‫َص‬‫ِ و‬ ‫له‬ ‫لى آِ‬ ‫ََ‬‫َع‬ ‫ٍ و‬‫َّد‬‫َم‬‫مح‬‫لى ُ‬ ‫ََ‬‫ِ ع‬ ‫َل‬
‫َّ ص‬ ‫هم‬ ‫َ َّ‬
‫للُ‬ ‫ا‬
‫ينِ‪.‬‬ ‫ِْ‬‫ِ الد‬ ‫ْم‬‫يو‬‫َِلى َ‬ ‫ْسَانٍ إ‬ ‫إح‬ ‫ْ ب‬
‫ِِ‬ ‫هم‬‫َُ‬
‫ِع‬‫تب‬ ‫ْ َ‬ ‫من‬‫ََ‬‫و‬
‫اما بعـد‬
‫قال هللا تعالى‪ :‬اعوذباهلل من الشيطان‬
‫الر جيم‬
‫َّ‬
‫َق‬ ‫ُوا هللاَ ح‬ ‫ُوا َّ‬
‫اتق‬ ‫ءاَ‬
‫من‬ ‫َ َ‬ ‫ين‬‫ِْ‬
‫الذ‬‫َ َّ‬ ‫يها‬ ‫َُّ‬
‫يا أ‬ ‫َ‬
‫ن‪.‬‬ ‫َْ‬‫ُو‬‫ِم‬ ‫مسْل‬ ‫ْ ُّ‬‫ُم‬‫َنت‬ ‫َأ‬ ‫َّ إ‬
‫ِالَّ و‬ ‫تن‬‫ُْ‬‫ُو‬
‫تم‬ ‫َالَ َ‬ ‫ِ و‬ ‫ِه‬‫َات‬ ‫تق‬‫ُ‬
‫ِيْ‬‫الذ‬ ‫ُ َّ‬ ‫ُم‬‫بك‬‫ََّ‬
‫ْا ر‬ ‫ُو‬
‫اتق‬‫َّاسُ َّ‬ ‫ها الن‬ ‫يَ‬ ‫َُّ‬
‫يا أ‬ ‫َ‬
‫ها‬ ‫َْ‬‫ِن‬ ‫َ م‬ ‫لق‬‫ََ‬‫َخ‬‫ٍ و‬ ‫َاحَِ‬
‫دة‬ ‫ْسٍ و‬‫نف‬ ‫ْ َ‬ ‫ْ م‬
‫ِن‬ ‫ُم‬‫َك‬‫لق‬‫ََ‬‫خ‬
‫ِسَآً‬
‫ء‬ ‫َن‬‫ًا و‬ ‫ْر‬‫ِي‬‫َث‬‫َاالً ك‬ ‫َا ر‬
‫ِج‬ ‫هم‬‫ُْ‬ ‫َّ م‬
‫ِن‬ ‫بث‬‫ََ‬
‫ها و‬ ‫ََ‬‫ْج‬‫َو‬‫ز‬
‫َ‬
‫َام‬ ‫ْح‬‫ْألَر‬ ‫َا‬‫ِ و‬ ‫ِه‬‫ن ب‬ ‫َْ‬‫ءُلو‬ ‫تسَآَ‬ ‫ِيْ َ‬ ‫ُوا هللاَ َّ‬
‫الذ‬ ‫َ َّ‬
‫اتق‬ ‫و‬
‫ها‬‫يَ‬ ‫َُّ‬
‫يا أ‬ ‫ًا‪َ .‬‬ ‫ْب‬ ‫َق‬
‫ِي‬ ‫ْ ر‬ ‫ُم‬‫ْك‬ ‫ََ‬
‫لي‬ ‫ن ع‬ ‫َاَ‬‫ن هللاَ ك‬ ‫َِّ‬
‫إ‬
‫ْالً‬‫َو‬‫ْا ق‬ ‫ُْلو‬ ‫ُو‬‫َق‬‫ُوا هللاَ و‬ ‫ُوا َّ‬
‫اتق‬ ‫من‬ ‫ءاَ‬‫َ َ‬ ‫ين‬‫ِْ‬ ‫َّ‬
‫الذ‬
‫ْ‬
‫ِر‬‫ْف‬ ‫يغ‬ ‫ََ‬‫ْ و‬ ‫ُم‬ ‫َ َ‬
‫الك‬ ‫ْم‬‫َع‬
‫ْ أ‬ ‫ُم‬‫ْ َلك‬‫ِح‬‫ْل‬ ‫يص‬‫دا‪ُ .‬‬ ‫يً‬‫ِْ‬‫سَد‬
َْ
‫د‬ ‫َق‬ ُ‫َْل‬
‫ه ف‬ ‫َسُو‬
‫َر‬‫ِ هللاَ و‬
‫ِع‬ ُ ْ
‫يط‬ ََ
‫من‬ ‫ْ و‬‫ُم‬
‫بك‬َْ
‫نو‬ُُ ‫ُم‬
‫ْ ذ‬ ‫َلك‬
.‫ًا‬
‫ْم‬ ‫َظ‬
‫ِي‬ ‫ًا ع‬‫ْز‬‫َو‬
‫َ ف‬
‫َاز‬‫ف‬
Hadirin Jamaah Sholat Jumat yang dimuliakan Allah

Dari mimbar khutbah jumat ini khatib mengajak kepada diri khatib dan jamaah sekalian
untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Peningkatan iman
yang terus dilakukan dengan peningkatan amal sholeh. Karena derajat kemuliaan
seorang hamba di sisi Allah hanyalah dinilai dengan ketakwaannya. Allah berfirman:

‫ُم‬
ْ ‫َاك‬
‫تق‬َْ َّ ‫د‬
‫اّلِلِ أ‬ َْ
‫ِن‬ ‫ُم‬
‫ْ ع‬ ََ
‫مك‬ ‫َك‬
‫ْر‬ َِّ
‫ن أ‬ ‫إ‬
Artinya: “Sesungguhnya orang yang paling bertakwa di sisi Allah adalah orang yang
paling bertakwa”.

Hadirin Jama’ah Jum’at yang dimuliakan Allah

Masyarakat yang berkah adalah masyarakat yang jauh dari dosa-dosa dan maksiat.
Sebaliknya masyarakat yang penuh dengan dosa-dosa dan kemaksiatan adalah
masyarakat yang rentan. Ibarat tubuh penuh dengan penyakit dan kotoran yang
menjijikkan. Maka ia tidak produktif dan bahkan tidak bisa diharapkan darinya
kebaikan.
Keberkahan suatu masyarakat itu mempunyai syarat khusus yang telah dipatok oleh Al-
Quran sehingga dengan mewujudkannya akan terwujudlah masyarakat yang
mendapatkan keberkahan, sebagaimana firman Allah:

‫َو‬
‫ْا‬ َّ َ
‫اتق‬ ‫ُوا و‬‫من‬َ‫َى آ‬‫ُر‬ ْ َ
‫الق‬ ‫هل‬َْ
‫ن أ‬ ََّ
‫ْ أ‬‫ََلو‬
‫و‬
ِ‫َا‬
‫ء‬ ‫َ السَّم‬ ‫َاتٍ م‬
‫ِن‬ ‫َك‬ َ ْ
‫بر‬ ‫ِم‬‫ْه‬
‫لي‬ََ
‫َا ع‬ ‫ْن‬‫َح‬
‫َت‬‫َلف‬
‫َا‬
‫ِم‬‫ْ ب‬‫هم‬ َ‫ذ‬
ُ‫نا‬ ‫َخ‬
َْ ‫َأ‬
‫بوا ف‬ُ‫ذ‬ََّ
‫ْ ك‬‫ِن‬‫ََلك‬
‫ض و‬ ِْ‫َاألر‬
‫و‬
. ‫ن‬ َ‫ُو‬‫ِب‬‫ْس‬
‫يك‬َ ‫انوا‬ ُ َ‫ك‬
Artinya: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah
Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”.
(Al-A’rof: 96)

Ustadz Sayyid Qutb mengomentari ayat ini sebagaimana yang ditulisnya dalam tafsir
zhilal, beliau mengatakan: “Berkah-berkah yang dijanjikan Allah kepada orang-orang
yang beriman dan bertakwa secara tegas dan meyakinkan itu, bermacam-macam jenis
dan ragamnya. Juga tidak diperinci dan tidak ditentukan batas-batanya oleh nash ayat
itu. Isyarat yang diberikan nash Al-Quran itu menggambarkan limpahan yang turun dari
semua tempat, bersumber dari semua lokasi, tanpa batas, tanpa perincian, dan tanpa
penjelasan. Maka ia adalah berkah dengan segala macam warnanya, dengan segala
gambaran dan bentuknya. Keberkahan yang dijanjikan kepada orang beriman dan
bertakwa ialah bahwa keberberkahan itu kadang-kadang menyertai sesuatu yang
jumlahnya sedikit, tetapi memberikan manfaat yang banyak serta diiringi dengan
kebaikan, keamanan, kerelaan, dan kelapangan hati. Berapa banyak bangsa yang kaya
dan kuat, tetapi hidup dalam penderitaan, tidak ada rasa aman, penuh goncangan dan
krisis, bahkan menunggu kehancuran.”

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah

Ketika kehidupan berjalan secara sinergis antara unsur-unsur pendorong dan


pengekangnya, dengan bekerja di bumi sambil memandang ke langit, terbebas dari
hawa nafsu, menghambakan diri dan tunduk kepada Allah. Berjalan dengan baik
menuju ke arah yang diredoin oleh Allah, maka sudah tentu kehidupan model ini akan
diliputi dengan keberkahan, dipenuhi dengan kebaikan dan dinaungi dengan
kebahagian.
Berkah yang diperoleh bersama iman dan takwa adalah berkah yang meliputi segala
sesuatu. Berkah yang terdapat di dalam jiwa, dalam perasaan, dan dalam kehidupan
bermasyarakat. Juga berkah yang mengembangkan kehidupan dan meninggikan
mutunya dalam setiap waktu. Jadi bukan semata-mata melimpahnya kekayaan namun
dibarengi dengan penderitaan, kesengsaraan, kerusakan bahkan kegersangan jiwa.
Tuntutan keberkahan yang dapat diambil dari tuntunan ayat di atas adalah:
merealisasikan keimanan dalam keseharian, meningkatkan ketaqwaan dalam setiap
amalan. Maka sebaliknya, hal-hal yang akan menghilangkan keberkahan itu adalah
karena mendustakan ajaran dan ayat-ayat Allah, kemudian terperosoknya seseorang
bahkan masyarakat ke dalam kubangan kemaksiatan.
Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyah dalam salah satu bukunya “Al jawaabul Kaafii liman
Sa’ala ‘anid Dawaaisy Syaafii” menyebutkan beberapa bahaya dan pengaruh dosa
terhadap kehidupan pribadi dan masyarakat yang akan membawa pada hilangnya
keberkahan. Di antaranya pengaruh buruk dosa dan kemaksiatan itu adalah:
Pertama: Dosa memperlemah kesadaran akan keagungan Allah dalam hati.
Seorang yang penuh dengan dosa-dosa tidak akan lagi bersungguh-sungguh
mengagungkan Allah. Kaki akan terasa malas dan berat berat untuk melangkah ke
masjid dan menghadiri pengajian. Badan terasa sulit untuk bangun pada waktu fajar
melaksanakan shalat subuh. Telinga tidak suka lagi mendengarkan ayat-ayat Al Qur’an,
lama kelamaan hati menjadi keras seperti batu bahkan bisa lebih keras dari pada itu.
Maka ia hilanglah rasa sensitive terhadap suatu dosa, tidak bergetar lagi hatinya ketika
keagungan Allah disebut. Allah berfirman:

َ‫ِي‬ ‫َه‬‫ِكَ ف‬‫َل‬‫د ذ‬ِْ


‫بع‬َ ْ‫ِن‬ ‫ْ م‬ ‫ُم‬‫بك‬ُ‫لو‬ ُُ
‫ْ ق‬‫َسَت‬‫َّ ق‬‫ثم‬ ُ
َ
‫ِن‬‫ن م‬َِّ
‫َإ‬‫ة و‬ ‫َسْو‬
ًَ ‫د ق‬ َُّ‫َش‬
‫ْ أ‬ ‫َو‬‫ِ أ‬‫َة‬‫َار‬ ْ َ
‫الحِج‬ ‫ك‬
َِّ
‫ن‬ ‫َإ‬‫ُ و‬‫هار‬ َْ‫األ‬
َ‫ن‬ ْ ‫ه‬ ُْ ‫ُ م‬
‫ِن‬ ‫َج‬
‫َّر‬ ‫َف‬ َ ‫َا‬
‫يت‬ ‫ِ َلم‬‫َة‬
‫َار‬ ْ
‫الحِج‬
ُ‫َا‬
‫ء‬ ْ ‫ه‬
‫الم‬ ُْ‫ِن‬
‫ُ م‬‫ُج‬ ‫َي‬
‫َخْر‬ ‫ُ ف‬ ‫َّق‬
‫يشَّق‬
َ ‫َا‬ ‫ها َلم‬ َْ‫ِن‬ ‫م‬
‫ما‬ََ َّ ِ
‫اّلِلِ و‬ ‫َة‬‫َشْي‬‫ْ خ‬ ‫ُ م‬
‫ِن‬ ‫ِط‬
‫هب‬ ْ‫ي‬ َ ‫َا‬ ‫ها َلم‬ َْ
‫ِن‬‫ن م‬ َِّ
‫َإ‬ ‫و‬
. ‫ن‬َ‫لو‬ َُ
‫ْم‬ ‫تع‬ َ ‫َّا‬‫َم‬‫ٍ ع‬‫ِل‬‫َاف‬‫ِغ‬ َّ
‫اّلِلُ ب‬
Artinya: “Kemudian setelah itu hati kalian menjadi keras seperti batu, bahkan lebih
keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai
daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah, lalu keluarlah mata air
daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada
Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-
Baqoroh: 74)
Kedua: Dosa membuat seseorang tidak mempunyai rasa malu.
Seseorang yang biasa berbuat dosa, lama-kelamaan tidak merasa berdosa lagi. Bahkan
ia tidak merasa malu berbuat dosa di depan siapapun. Bila rasa malu hilang maka
hilanglah kebaikan. Rosulullah saw bersabda: “Rasa malu itu semuanya baik”. Maksud
dari hadist ini adalah: bahwa semakin kuat rasa malu dalam diri seseorang akan semakin
menyebar darinya kebaikan. Dengan demikian masyarakat yang mempunyai rasa malu
adalah masyarakat yang baik pula dan penuh nuansa kemanusiaan.
Ketiga: Dosa menghilangkan keberkahan dan nikmat serta menggantikannya dengan
bencana.
Allah swt. selalu menceritakan bahwa diazabnya umat-umat terdahulu adalah karena
mereka berbuat dosa. Dalam surat Al Ankabuut ayat 40 Allah SWT berfirman:

‫َا‬
‫لن‬ ‫َر‬
َْ‫ْس‬ ‫ْ أ‬ َ ْ
‫من‬ ‫هم‬ُْ‫ِن‬‫َم‬
‫ِ ف‬ ‫ِه‬
‫نب‬ َ‫نا ب‬
ْ‫ِذ‬ َْ
َ‫ذ‬ ‫َخ‬ ‫ُا‬
‫ال أ‬ ‫َك‬
‫ف‬
َُ
‫ة‬ ‫َّي‬
‫ْح‬ ‫ه الص‬ ُ‫ت‬ ََ
ْ‫ذ‬ َ
‫ْ أخ‬ ‫من‬َ ْ ‫هم‬ُْ
‫ِن‬‫َم‬
‫ًا و‬ ‫ِب‬‫َاص‬‫ِ ح‬‫ْه‬
‫لي‬ََ
‫ع‬
ْ َ ْ
‫من‬ ُْ
‫هم‬ ‫َم‬
‫ِن‬ ‫األَر‬
‫ْضَ و‬ ْ ِ ‫ِه‬ ‫َا ب‬ ‫َسَف‬
‫ْن‬ ‫ْ خ‬ َ ْ
‫من‬ ‫هم‬ُْ
‫ِن‬‫َم‬
‫و‬
ْ
‫ِن‬‫ََلك‬
‫ْ و‬‫هم‬َُ
‫ِم‬‫ْل‬
‫َظ‬‫لي‬ َّ ‫ن‬
ِ ُ‫اّلِل‬ َ‫َا‬‫ما ك‬ ََ‫َا و‬‫ْن‬ ‫ْر‬
‫َق‬ ‫َغ‬
‫أ‬
. ‫ن‬ َ‫ُو‬‫ِم‬ ‫ْل‬ َ ْ
‫يظ‬ ‫هم‬َُ‫ُس‬
‫نف‬َْ
‫انوا أ‬ُ َ‫ك‬
Artinya:“Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di
antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara
mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang
Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan,
dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang
menganiaya diri mereka sendiri.” (QS. An-Ankabut: 40)
Dalam ayat yang lain Allah berfirman

ْ
‫ِن‬‫ْ م‬ ‫ِه‬
‫ِم‬ ‫َب‬
‫ْل‬ ‫ْ ق‬‫ِن‬‫َا م‬‫ْن‬‫لك‬َ‫ه‬َْ
‫ْ أ‬‫َم‬
‫ْا ك‬ ‫َو‬
‫ير‬ َ ْ َ
‫ألم‬
ْ
‫ِن‬‫َك‬ ُ ْ
‫نم‬ ‫ما َلم‬ َ ‫ض‬ ‫األَر‬
ِْ ْ ‫ِي‬ ‫ْ ف‬
‫هم‬ُ‫َّا‬‫َّن‬
‫مك‬ ‫َر‬
َ ٍ‫ْن‬ ‫ق‬
‫َار‬
‫ًا‬ ‫در‬ِْ
‫ْ م‬‫ِم‬‫ْه‬ ََ
‫لي‬ ‫ء ع‬َ‫َا‬‫َا السَّم‬‫لن‬َْ‫ْس‬ َ
‫َأر‬ ‫ْ و‬ ‫َلك‬
‫ُم‬
ْ ‫ِه‬
‫ِم‬ ‫ْت‬
‫تح‬َ ْ‫ِن‬‫ِي م‬‫ْر‬‫تج‬َ َ‫هار‬ َْ‫األ‬
َ‫ن‬ ْ ‫َا‬ َْ
‫لن‬ ‫َج‬
‫َع‬ ‫و‬
ْ
‫ِن‬‫نا م‬َْ َْ
‫نشَأ‬ ‫َأ‬
‫ْ و‬‫ِم‬‫ِه‬‫نوب‬ ُ‫ْ ب‬
ُ‫ِذ‬ ‫هم‬ُ‫َا‬‫ْن‬ َ‫ه‬
‫لك‬ َْ
‫َأ‬‫ف‬
. َ‫ِين‬ ‫َر‬‫ءاخ‬َ ‫نا‬ًْ‫َر‬‫ْ ق‬ ‫ِم‬
‫ِه‬‫ْد‬
‫بع‬َ
Artinya:“Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyaknya generasi-generasi
yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu), telah Kami
teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami
berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan
sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena
dosa mereka sendiri, dan kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain.”
(QS. An-an’am: 6)

Kaum muslimin jamaah sholat jumat yang dimuliakan Allah

Keberkahan yang kita inginkan dari kehidupan bermasyarakat dan bernegara ini tidak
akan terwujud hanya dengan teori-teori dan arahan tanpa adanya kesadaran untuk saling
mengingatkan dan keinginan untuk mau mendengarkan dan menerima kebenaran, serta
adanya kepedulian untuk saling menghargai, saling mencintai, saling membantu dan
memenuhi hak dan kewajiban. Oleh sebab itulah Rasulullah berpesan kepada istri-
istrinya untuk memperbanyak kuah masakan untuk dibagikan kepada tetangga-
tetangganya.
Memperbanyak kuah sebagaimana dimaksud oleh Rasulullah adalah, kepedulian kepada
tetangga dan masyarakat dalam arti luas. Apabila seorang memiliki kelebihan rezeki
janganlah ia melupakan tetangga kiri dan kanan, mungkin di antara mereka ada yang
tidak memiliki makanan untuk hari itu, atau mungkin anaknya sedang sakit namun ia
malu meminjam uang untuk berobat. Bisa pula kepedulian ini dalam bentuk non
makanan, misalnya kesehatan dan biaya pendidikan. Siapakah yang paling memahami
kesulitan bersosial seseorang selain tetangganya?
Pentingnya kepedulian ini sehingga di akhirat nanti Allah akan mempertanyakannya
kepada kita masing-masing tentang kepedulian kita kepada sesama, Imam Muslim
dalam kitab shohihnya meriwayat hadist Qudsi:
‫ُ اه‬
‫َّللِ صلى‬ ‫َ ر‬
‫َسُول‬ ‫َ َقال‬ ‫َة َقال‬
َ‫ير‬ َْ
‫هر‬ُ ‫ِى‬ ‫َب‬‫ْ أ‬‫َن‬‫ع‬
‫ُول‬
ُ ‫َق‬‫ه ي‬‫َل‬ ‫ه و‬
‫َج‬ ‫َز‬ ‫ه اه‬
‫َّللَ ع‬ ‫ِن‬‫هللا عليه وسلم « إ‬
‫َم‬
ْ ‫َل‬‫ُ ف‬ ‫ْت‬
‫ِض‬‫مر‬
َ َ‫َم‬‫َ آد‬ ْ‫َا ا‬
‫بن‬ ‫ِ ي‬‫مة‬َ‫ِيَا‬ ْ َ
‫الق‬ ‫ْم‬‫يو‬َ
َ
‫نت‬َْ‫َأ‬‫َ و‬‫دك‬ُ‫ُو‬‫َع‬
‫َ أ‬‫ْف‬‫َي‬ ‫َبِ ك‬‫َا ر‬‫َ ي‬ ‫ َقال‬.‫ِى‬ ُْ
‫دن‬ ‫تع‬َ
‫َن‬
‫ه‬ ‫َ أ‬ ِْ
‫مت‬ ‫َل‬
‫َا ع‬ ‫َم‬ ‫َ أ‬‫ َقال‬.َ ‫ِين‬ َ ‫الع‬
‫َالم‬ ْ ُّ ‫َب‬‫ر‬
َ
‫مت‬ِْ‫َل‬‫َا ع‬ ‫َم‬
‫ه أ‬ُ‫د‬ُْ
‫تع‬َ ْ ‫َم‬‫َل‬‫ِضَ ف‬
‫مر‬َ ‫نا‬ ًَ‫ُال‬
‫ِى ف‬ ‫ْد‬‫َب‬‫ع‬
َ
‫بن‬ْ‫َا ا‬ ‫ه ي‬ُ‫د‬َْ
‫ِن‬‫ِى ع‬ َ‫د‬
‫تن‬ َْ ‫ه َلو‬
‫َج‬ ُ‫ت‬َ‫د‬
ُْ‫ْ ع‬ ‫نكَ َلو‬‫َه‬‫أ‬
‫َا‬‫َ ي‬ ‫ َقال‬.‫ِى‬ ‫من‬ ‫تطْع‬
ِْ ُ ْ‫َم‬‫َل‬
‫ُكَ ف‬‫مت‬ ‫َطْع‬
َْ ‫َ اسْت‬ ‫َم‬‫آد‬
.َ‫ِين‬ َ ‫الع‬
‫َالم‬ ْ ُّ ‫َ ر‬
‫َب‬ َْ
‫نت‬ ‫َأ‬‫ُكَ و‬
‫ِم‬‫ُطْع‬
‫َ أ‬ ‫ْف‬‫َي‬‫َك‬‫َبِ و‬‫ر‬
‫ِى‬‫ْد‬ ‫َكَ ع‬
‫َب‬ ‫َطْع‬
‫َم‬ ‫ه اسْت‬ ُ‫ن‬‫َه‬
‫َ أ‬‫مت‬ِْ‫َل‬
‫َا ع‬ ‫َم‬‫َ أ‬‫َقال‬
‫نكَ َلو‬
ْ ‫َه‬
‫َ أ‬‫مت‬ِْ
‫َل‬‫َا ع‬ ‫َم‬‫ه أ‬ ِْ
ُ‫م‬ ‫تطْع‬
ُ ْ ‫َم‬‫َل‬‫ٌ ف‬‫ُالَن‬
‫ف‬
‫َم‬
َ ‫َ آد‬ ‫بن‬ْ‫َا ا‬ ‫ِى ي‬‫ْد‬‫ِن‬ ‫ِكَ ع‬‫َل‬
‫َ ذ‬‫دت‬َْ ‫ه َلو‬
‫َج‬ َُ‫مت‬ ‫َطْع‬
َْ ‫أ‬
ِ‫َب‬‫َا ر‬ ‫َ ي‬‫ َقال‬.‫ِى‬ ‫ِن‬ َ ْ
‫تسْق‬ ‫َم‬‫َل‬‫ُكَ ف‬‫ْت‬‫َي‬‫َسْق‬
‫اسْت‬
‫َ َقال‬
َ ‫ِين‬ َ ‫الع‬
‫َالم‬ ْ ُّ ‫َ ر‬
‫َب‬ ‫نت‬َْ
‫َأ‬‫ِيكَ و‬‫َسْق‬
‫َ أ‬ ‫ْف‬‫َي‬
‫ك‬
‫َم‬
‫َا‬‫ِ أ‬‫ِه‬ َ ْ
‫تسْق‬ ‫َل‬
‫َم‬ ‫ُالَن‬
‫ٌ ف‬ ‫ِى ف‬ ‫ْد‬
‫َب‬‫َ ع‬‫َاك‬‫َسْق‬‫اسْت‬
» ‫ِى‬‫ْد‬
‫ِن‬ ‫َل‬
‫ِكَ ع‬‫َ ذ‬ َْ
‫دت‬ ‫َج‬‫ه و‬َُ ‫َي‬
‫ْت‬ ‫ْ سَق‬‫نكَ َلو‬‫ِه‬
‫إ‬
Dari Abu Hurairoh ra, Rosulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah swt berfirman
pada hari kiamat: “Wahai anak adam! Aku sakit kenapa engkau tidak menjengukku, ia
berkata:”Wahai Tuhanku, bagaimana mungkin aku menjengukmu, sedangkan engkau
adalah Tuham semesta alam.” Allah berfirman: “Engkau tahu bahwa seorang hamba-Ku
sakit di dunia akan tetapi engkau tidak menjenguknya, seandainya engkau
menjenguknya sungguh engkau akan dapati Aku di sisinya.” Wahai anak adam, Aku
meminta makan kepadamu, kenapa engkau tidak memberiku?” Orang itu berkata:
“Wahai Tuhanku, bagaimana mungkin aku member-Mu makan, sedangkan engkau
adalah Tuhan semesta alam? Allah berfirman: “Engkau mengetahui ada dari hamba-Ku
yang kelaparan dan engkau tidak memberinya makan, sekiranya engkau memberinya
makan, niscaya engkau dapati Aku di sisinya. Wahai anak adam Aku meminta minum
padamu, sedang engkau enggan memberik-Ku minum.” Ia berkata: “Wahai Tuhanku,
bagaimana aku memberi-Mu minum sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam?”
Allah menjawab: “Seseorang meminta minum padamu dan engkau tak memberinya,
sekiranya engkau memberinya minum niscaya engkau dapati Aku di sisinya.” (HR.
Muslim)

Kaum muslimin jamaah jumat yang dimuliakan Allah

Kesimpulan yang dapat kita tarik dari khutbah yang singkat ini adalah: bahwa tidak
mungkin individu yang kotor, yang hidup di alam dosa, akan melahirkan masyarakat
yang baik. Oleh karena itu, jalan satu-satunya untuk membangun masyarakat yang
bersih dan beradab, penuh dengan nuansa tolong-menolong dalam kebaikan dan
ketaqwaan, yang jauh dari kerjasama dalam keburukan dan dosa, adalah hanya dengan
kembali bersungguh-sungguh mentaati Allah dan mengagungkan-Nya. Kembali
meramaikan masjid, mengajak keluarga, anak-anak untuk menunaikan sholat sebagai
kewajiban kita kepada Allah yang tak boleh dilalaikan apapun kondisinya, membaca
dan memahami Al-Quran, menerapkan pengetahuan tentang islam yang sudah
diketahui, mengendalikan nafsu dari dosa-dosa dan sesuatu yang mendatangkan murka
Allah serta tidak melupakan untuk saling peduli dan saling mengingatkan sesama
saudara dan tetangga.
Semoga Allah menjadikan masyarakat dan bangsa kita bangsa yang mendapatkan
keberkahan, mengumpulkan kita dalam umat Rosulullah yang terbaik dan terjauhkan
dari ketergelinciran ke dalam jurang kemaksiatan. Amiin ya Rabbal ‘alamin.

،ِ‫ْم‬
‫ِي‬‫َظ‬ ْ ِ‫ْآن‬
‫الع‬ ‫ُر‬ ْ ‫ِي‬
‫الق‬ ‫ْ ف‬‫ُم‬‫ََلك‬‫ِيْ و‬‫َ هللاُ ل‬‫َك‬ َ
‫بار‬
ِ‫يات‬َ‫ْآل‬
‫َ ا‬‫ِن‬
‫ِ م‬‫ْه‬‫ِي‬ ‫َا ف‬ ‫ِم‬‫ْ ب‬‫ُم‬
‫ياك‬ ‫َإ‬
َِّ ‫َن‬
‫ِيْ و‬ ‫َع‬ ‫نف‬ََ
‫و‬
‫ُم‬
ْ ‫ْك‬
‫ِن‬‫َم‬
‫ِيْ و‬
‫ِن‬‫َّ هللاُ م‬
‫َل‬ ‫َب‬
‫تق‬ََ
‫ و‬،ِ ‫ْم‬‫ِي‬‫َك‬ ْ ِ
‫الح‬ ‫ْر‬ ‫ِك‬‫َالذ‬
‫و‬
.ُ‫ْم‬
‫ِي‬‫َل‬ ْ ُ
‫الع‬ ‫ْع‬
‫ِي‬‫َ السَّم‬ ُ ‫ه‬
‫هو‬ ُ‫ن‬َِّ
‫ إ‬،‫ه‬ ُ‫ت‬ََ
‫ِالَو‬ ‫ت‬
‫ُم‬
‫ْ‬ ‫ََلك‬‫ِيْ و‬ ‫ُ هللاَ ل‬‫ِر‬‫ْف‬
‫َغ‬‫َسْت‬
‫َأ‬‫ذا ‪ .‬و‬ ‫هَ‬
‫ِيْ َ‬ ‫ْل‬‫َو‬‫ل ق‬ ‫ُْ‬ ‫َق‬
‫ُو‬ ‫أ‬
‫ر‬ ‫ِ‬
‫ئ‬ ‫ا‬‫َ‬‫ِس‬‫ل‬ ‫َ‬
‫و‬ ‫ْ‬
‫م‬ ‫ُ‬
‫ك‬ ‫َ‬
‫ل‬‫َ‬‫و‬ ‫ِي‬‫ل‬ ‫َ‬
‫م‬ ‫ْ‬
‫ي‬ ‫ِ‬
‫ظ‬ ‫َ‬
‫ع‬ ‫ْ‬
‫ال‬ ‫َ‬‫هللا‬ ‫ُ‬
‫ر‬ ‫ِ‬
‫ف‬ ‫ْ‬
‫غ‬‫َ‬‫ت‬‫ْ‬‫س‬‫َ‬‫َأ‬
‫و‬
‫ِ‬ ‫ْ‬
‫َ‬
‫ْن‬‫ِي‬‫ِن‬‫ْم‬‫ُؤ‬ ‫َ ْ‬
‫الم‬ ‫َاتِ و‬ ‫ِم‬‫ُسْل‬ ‫َ ْ‬
‫الم‬ ‫َ و‬ ‫ْن‬
‫ِيِم‬ ‫ُسْل‬ ‫ْ‬
‫الم‬
‫َاتِ‬ ‫مو‬‫ْألَْ‬
‫َا‬‫ْ و‬‫هم‬ ‫ُْ‬‫ِن‬‫ء م‬‫َاِ‬‫ْي‬‫ْألَح‬
‫َاتِ ا‬ ‫ِن‬ ‫ْم‬‫ُؤ‬ ‫َ ْ‬
‫الم‬ ‫‪.‬و‬
‫ُ‬
‫ْم‬‫َّحِي‬
‫ُ الر‬ ‫ْر‬‫ُو‬ ‫َف‬ ‫َ ْ‬
‫الغ‬ ‫ه ُ‬
‫هو‬ ‫نُ‬‫َِّ‬
‫ه‪ ،‬إ‬ ‫ُْ‬ ‫ُو‬‫ِر‬‫ْف‬‫َغ‬‫َاسْت‬‫ف‬

‫‪KHUTBAH KEDUA‬‬

‫ا َ ْل َح ْمد ّ هُلِلّ َح ْمدًا َكثّي ًْرا َك َمااَ َم َر‪َ .‬وا َ ْش َهدُا َ ْن الَاّلهَ اّالَّهللُ َو ْحدَه الَش َّري َْك لَهُ‪.‬‬
‫س ْولُهُ‬ ‫س ّيهدَنَا ُم َح َّمدًا َع ْبدُهُ َو َر ُ‬ ‫ا ّْرغَا ًما ّل َم ْن َج َحدَ ّب ّه َو َكفَ َر‪َ .‬وا َ ْش َهدُا َ َّن َ‬
‫ص ْحبّ ّه‬ ‫لى ا َ ّل ّه َو َ‬ ‫س ّيه ّدنَا ُم َح َّم ٍد َو َع َ‬ ‫لى َ‬ ‫س ّله ْم َع َ‬ ‫ص ّهل َو َ‬ ‫س ّيهدُاْ ّال ْن ّس َو ْالبَش َّر‪ .‬اَلله ُه َّم َ‬ ‫َ‬
‫ظ ٍر َواُذُ ٌن بّ َخبَ ٍر‬ ‫ت َعي ٌْن بّنَ َ‬ ‫صلَ ْ‬ ‫َماات َّ َ‬
‫ط ْن‪.‬‬ ‫ظ َه َر َو َما َب َ‬ ‫ش َما َ‬ ‫اح َ‬ ‫الى‪َ .‬وذَ ُر ْ‬
‫والفَ َو ّ‬ ‫اس !! اّتَّقُوهللااَ ت َ َع َ‬ ‫ا َ َّما بَ ْعدُ ‪ :‬فَيَاا َ يُّ َهاالنَّ ُ‬
‫ض ْو ّر ْال ُج ْم َع ّة َو ْال َج َما َع ّة‪َ .‬وا ْعلَ ُم ْواا َ َّن هللااَ ا َ َم َر ُك ْم‬ ‫الطا َع ّة َو ُح ُ‬ ‫لى َّ‬ ‫ظ ْوا َع َ‬ ‫َو َحافّ ُ‬
‫ع ّل ْي ًما‪ :‬ا َّّن‬ ‫الى َولَ ْم َيزَ ْل قَائّالً َ‬ ‫ّبأ َ ْم ٍر َبدَأَفّ ْي ّه ّبنَ ْف ّس ّه‪َ .‬وثَنَّى ّب َمالَئّ َك ّة قُ ْد ّس ّه‪ .‬فَقَا َل ت َ َع َ‬
‫صلُّ ْوا َعلَ ْي ّه‬‫لى النَّ ّب ْى َيا َ يُّ َهاالَّ ّذيْنَ آ َمنُ ْوا َ‬ ‫صلُّ ْونَ َع َ‬ ‫هللااَ َو َمالَ ّئ َكتَهُ يُ َ‬
‫س ّيه ّدنَا ُم َح َّمدٍ‪.‬‬‫لى ا َ ّل َ‬ ‫س ّيه ّدنَا ُم َح َّم ٍد َو َع َ‬
‫لى َ‬ ‫س ّله ْم َع َ‬ ‫ص ّهل َو َ‬ ‫س ّله ُم ْوات َ ْس ّل ْي ًما‪ .‬اَلله ُه َّم َ‬
‫َو َ‬
‫سيّه ّدنَا اّب َْرا ّهي َْم‪ .‬في ّْالعَالَ ّميْنَ اّنَّ َك‬ ‫لى ا َ ّل َ‬ ‫سيّه ّدنَا اّب َْرا ّهي َْم َو َع َ‬ ‫لى َ‬ ‫ْت َع َ‬ ‫صلَّي َ‬ ‫َك َما َ‬
‫َح ّم ْيدٌ َم ّج ْيدٌ‬
‫عثْ َمانَ َو َع ّل ه‬
‫يٍ‬ ‫ع َم َر َو ُ‬ ‫سيه ّدنَا ا َ ّبى َب ْك ٍر َو ُ‬ ‫الرا ّش ّديْنَ َ‬ ‫اء َّ‬ ‫ض َع ّن ْال ُخلَفَ ّ‬ ‫ار َ‬ ‫اَلله ُه َّم َو ْ‬
‫ب نَبّيّه َك ا َ ْج َم ّعيْنَ َو َع ّن التَّا ّب ّعيْنَ َوتَا ّب ّعى التَّا ّب ّعيْنَ َو َم ْن‬ ‫ص َحا ّ‬ ‫سا ّئ ّرا َ ْ‬ ‫َو َع ْن َ‬
‫ّلى َي ْو ّم ال ّدهي ّْن‬‫ان ا َ‬ ‫س ٍ‬‫ت َ ّب َع ُه ْم ّبا ّْح َ‬
‫ت َو ْال ُمؤْ ّمنّيْنَ َو ْال ُمؤْ ّمنَا ّ‬
‫ت اْالَ ْحيَ ّ‬
‫اء ّم ْن ُه ْم‬ ‫اَلله ُه َّم ا ْغ ّف ْر ّل ْل ُم ْس ّل ّميْنَ َو ْال ُم ْس ّل َما ّ‬
‫االغَالَ َء َو ْال َوبَا َء َو ّ ه‬
‫الزنَا‬ ‫عنَّ ْ‬ ‫ب ْال َع ّطيَّاتّ‪ .‬اَلله ُه َّم ا ْدفَ ْع َ‬ ‫ت ّب َر ْح َمتّ َك يَ َاوا ّه َ‬ ‫َواْالَ ْم َوا ّ‬
‫صةً‬ ‫طنَ َع ْن َبلَ ّدنَا َهذَاخَا َّ‬ ‫ظ َه َر ّم ْن َها َو َما َب َ‬‫س ْو َء ْال ّفت َ ّن َما َ‬‫الزالَ ّز َل َو ْال ّم َحنَ ‪َ .‬و ُ‬ ‫َو َّ‬
‫سنَةً‬‫اربَّ ْال َعالَ ّميْنَ ‪َ .‬ربَّنَاا َ ّتنَا ّفى الدُّ ْن َيا َح َ‬ ‫سا ّئ ّر َبالَد ّْال ُم ْس ّل ّميْنَ َعا َّمةً َي َ‬ ‫َو َع ْن َ‬
‫اب النَّ ّ‬
‫ار‬ ‫سنَةً َوقّنَا َعذَ َ‬ ‫َوفّى اْالَ ّخ َرةّ َح َ‬
‫اءذِى ا ْلقُ ْربَى َويَ ْن َهى ع َِن‬ ‫ان َواِ ْيت َ ِ‬ ‫س ِ‬ ‫ِعبَادَهللا ا َِّن هللاَ يَأ ْ ُم ُر ِبا ْلعَ ْد ِل َواْ ِال ْح َ‬
‫ظ ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم تَذَك َُّر ْو َن فَا ْذك ُُروهللاَ ا ْلعَ ِظ ْي ِم يذكركم‬ ‫َاء َوا ْل ُم ْنك َِر َوا ْلبَ ْغ ِى يَ ِع ُ‬ ‫ا ْلفَ ْحش ِ‬
‫َلى نِعَ ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم‪َ .‬ولَ ِذك ُْرهللاِ ا َ ْكبَ ُر‬‫ش ُك ُروهُ ع َ‬ ‫َوا ْ‬

‫‪[Khutbah Jumat] Sebab-sebab Lapangnya Hati‬‬

‫‪Pembicara: Ustadz Dzulqarnain Abu Muhammad Al-makassary‬‬


‫]‪Transkrip: ‘Ammar [Dikirim via email oleh Al Akh Rofiq sragen‬‬
Khutbah Pertama
Hadirin sholat jum’at yang kami hormati.
Hiruk pikuk kehidupan manusia dengan segala aktifitas yang terus bergulir tanpa henti
adalah yang sering menimbulkan hambatan yang melahirkan berbagai macam problema dan
permasalahan bagi manusia di muka bumi ini, dan kadang pada akhirnya menimbulkan
perasaan yang tidak tenang, ada yang terasa sempit dan menyebabkan seseorang hilang rasa
tenang dan bahagia di dalam kehidupannya.
Karena itulah kelapangan dada dan ketenangan hati merupakan salah satu nikmat dan
merupakan dambaan setiap insan yang ingin hidup di dunia dalam keadaaan baik dan penuh
anugrah serta kebarokahan dari Allah.
Sungguh di dalam syriat islam telah diterangkan oleh Allah sebab-sebab yang menyebabkan
seorang hamba memiliki hati yang lapang dan bersinar dan akhirnya dada seorang hamba
menjadi lapang, sunguh Allah telah menyebutkan hal ini sebagai nikmat yang besar yang Allah
ingatkan kepada NabiNya bahwa itu adalah anugrah dan nikmat yang diberikan
kepadanya,Allah berfirman:

‫صد َْركَ لَكَ نَش َْرحْ أَلَ ْم‬


َ
“Bukankah aku telah melapangkan dadamu(wahai rosul/muhamad)” (QS. Al insyiroh:1)
Yaitu bukankah Kami telah membuat di dalamnya lapang, terus bercahaya dan bersinar penuh
dengan ketenangan dan kesejukan dan ini adalah nikmat yang sangat agung dan luar biasa
karena pentingnya nikmat ini dalam kehidupan, bahkan ini adalah permohonan Nabi Musa
kepada Allah setelah beliau diangkat menjadi rosul yang diutus menuju Fir’aun, beliau berdoa
yang diterangkan dalam surat Thaha:

‫ب قَا َل‬ ِ ‫( أ َ ْم ِري ِلي َو َي‬26


َ (25) ‫س ْر‬
ِ ‫صد ِْري ِلي اش َْرحْ َر‬
“Wahai tuhanku, lapangkanlah dadaku dan jadikanlah perkaraku menjadi mudah”
Maka kita bisa memahami besarnya nikmat ini, dan Alqur’an serta Sunah menjelaskan
sejumlah sebab yang mengantarkan hamba kedalam ketenangan hati kelapangannya dan
bersinarnya hati tersebut, diantaranya Allah berfirman:

‫َللاُ ش ََر َح أَفَ َمن‬


َّ ُ‫صد َْره‬
َ ‫الم‬
ِ ‫س‬ ِ ‫علَى فَ ُه َو ِل‬
ْ ‫إل‬ َ ‫َّربِه ِمن نُور‬
“Bukankah seseorang yang yang hatinya lapang di dalam menerima islam maka hati itu terus
menerus berada dalam cahaya dari robbnya.” (QS. Zumar: 22)
Juga firmanNya:
َّ ‫صد َْرهُ يَش َْرحْ يَ ْه ِديَهُ أَن‬
‫َللاُ يُ ِر ِد فَ َمن‬ َ ‫سالَ ِم‬ ِ ‫صد َْرهُ يَجْ عَ ْل يُ ِضلَّهُ أَن يُ ِر ْد َو َمن ِل‬
ْ ‫إل‬ َ ‫َكأَنَّ َما َح َر ًجا‬
َ ‫ض ِيقًا‬
‫صعَّ ُد‬
َّ َ‫س َماء فِي ي‬َّ ‫َللاُ يَجْ عَ ُل َكذَ ِلكَ ال‬
َّ ‫س‬ ِ ‫علَى‬
َ ْ‫الرج‬ َ َ‫يُ ْؤ ِمنُون الَ الَّ ِذين‬
“Barang siapa yang dikehendaki Allah mendapat petunjuk maka Allah melapangkan dadanya
menerima islam, dan barang siapa yang Allah kehendaki kesesatan maka Allah akan
menjadilkan hatinya berat dan sempit seakan-akan seolah dia mendaki langit, dan
demikianlah Allah menjadikan kehinaan kepada orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Al-
An’am: 125)
Maka keimanan adalah sebab yang dengannya hati seseorang hamba menjadi lapang dan
bersinar, kalau Ia beriman dengan keimanan yang yang benar kepada Allah, beriman akan
adanya Allah, RububiyahNya, UluhiyahNya, nama-nama dan sifat-sifatNya dan beriman pula
kepada para rasulNya, kitab-kitabNya,para nabiNya dan hari akhir dan juga pada takdir berupa
takdir buruk atau jelek dan dia menjaga keimanannya di atas tauhid.
Allah berfirman:

‫صالَتِي إِنَّ قُ ْل‬ ُ ُ‫اي َون‬


َ ‫س ِكي‬ ِ ‫ا ْلعَالَ ِمينَ َر‬
َ َ‫ب ِِلِ َو َم َماتِي َو َمحْ ي‬
“katakan, sesungguhnya sholatku ibadahku,hidupku dan matiku semuanya milik Allah
penguasa alam semesta” (Q.s: Al an’am 162)
Menunjukan bahwasanya kebahagiaan ialah ketika hati hanya terfokus kepada Yang Maha satu
Dialah Allah pencipta langit dan bumi, maka dengan keimanan padanya akan tercipta ketengan
dan ketentraman dan kesejukan, cahaya sekaligus petunjuk yang senantiasa menerangi
kehidupannya.
Allah berfirman:

ُ ‫ُّم ْهت َ ُدونَ َو ُهم األ َ ْمنُ لَ ُه ُم أ ُ ْو َل ِئكَ ِب‬


ُ ‫ظ ْلم ِإي َمانَ ُهم َي ْل ِب‬
َ‫سواْ َولَ ْم آ َمنُواْ الَّ ِذين‬
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur keimanannya dengan kedholiman maka
mereka akan mendapat ketenangan dan dia termasuk orang-orang yang mendapatkan
petunjuk.” (Q.s Al-An’am: 82)
Kedholiman di sini berarti kesyirikan dan telah sah keterangan dari rosulullah tentangnya.
Dari sini kita memahami bahwasanya kesyirikan menyebabkan ketidak amanan dalam
kehidupan dunia, dengan kesyirikan kehidupan hamba akan tidak terarah, serta akan
menghancurkan,sekaligus menodai sehingga menyebabkan hati menjadi sempit walaupun
mungkin berenang dalam lautan kemewahan dunia. Sedang bahaya syirik di akhirat
menyebabkan pelakunya kekal di neraka.
Keamanan di sini yaitu mereka mendapatkan di dunia dan di akhirat, keamanan di dalam
tubuh, keamanan di dalam keluarga dan segala sesuatu yang ia ingin mendapatkan
keamanannya di dalamnya, keamanan yang menyebabkan dia akan selamat dari berbagai
gangguan dan bahaya yang datang dari manusia atau selainnya.
Dia mendapat pentunjuk di dunia dan di akhirat,di dunia Allah menunjukan kepada
kebahagian,dia bisa menetapi jalan yang benar dan di akhirat dia ditunjukan jalan yang menuju
kebahagian abadi yaitu Al-Jannah.
Namun sebaliknya siapa yang menodai kehidupannya dengan kesyirikan, menyembah selain
Allah, ia memohon kepada selain Allah, datang ke kuburan meminta hajat, datang ke tempat
yang keramat atau melempar sesajian ke lautan atau melakukan bentuk kesyirikan dengan
berdoa selain Allah, menyembelih untuk selain Allah, bernadzar untuk selain Allah, bernadzar
kepada selain Allah dan bentuk kesyirikan yang lain, maka dengan kesyirikan hamba akan
sempit hatinya, di liput dengan duka, dan malapetaka, Allah berfirman:

َّ ‫س َماء ِمنَ َخ َّر فَ َكأَنَّ َما ِب‬


‫اِلِ يُش ِْر ْك َو َمن‬ َّ ‫الري ُح بِ ِه ت َ ْه ِوي أ َ ْو ال‬
َّ ‫طي ُْر فَت َ ْخ َطفُهُ ال‬ ِ ‫س ِحيق َمكَان فِي‬
َ
“Barang siapa yang berbuat kesyirikan maka seolah dia jatuh dari langit, maka burung
menyambarnya atau tertiup angin, maka dia terhempas ke tempat yang sangat jauh.” (Q.s Al-
Hajj 31)
Bahkan dengan kesyirikan dia akan mendapatkan kehancuran, dengan adanya syirik akan
tersebar bahaya yang senantiasa mengintai kepada dirinya bahkan masyarakat, Negara,
bahkan seluruh manusia, Allah mengingatkan dalam firmanNya:

‫الرحْ َمنُ ات َّ َخذَ َوقَالُوا‬


َّ ‫ش ْيئ ًا ِجئْت ُ ْم َلقَ ْد َو َلدًا‬
َ ‫اواتُ تَكَا ُد إِدًّا‬ َّ ‫ط ْرنَ ال‬
َ ‫س َم‬ َّ َ‫ق ِم ْنهُ يَتَف‬ ُ ‫َوت َ ِخ ُّر األ َ ْر‬
َ ‫ض َوتَن‬
ُّ ‫ش‬
‫لرحْ َم ِن َدع َْوا أَن َهدًّا ا ْل ِجبَا ُل‬
َّ ‫لرحْ َم ِن يَنبَ ِغي َو َما َولَدًا ِل‬ َّ ‫َولَدًا يَت َّ ِخذَ أَن ِل‬
“Mereka mengatkan bahwa Allah yang maha penyayang memiliki anak, sungguh kalian telah
melakukan sesuatu yang sangat mungkar, maka hampir saja langit pecah, bumi terbelah dan
gunung hampir runtuh ketika mereka mengatkan Allah punya anak, dan tidaklah Allah yang
penyayang memiliki anak.” (Q.s: Maryam: 88-92)
Kemudian Allah mensucikan diriNya:

‫ت فِي َمن ُك ُّل ِإن‬ ِ ‫اوا‬


َ ‫س َم‬ ِ ‫الرحْ َم ِن آتِي إِالَّ َواأل َ ْر‬
َّ ‫ض ال‬ َّ ‫ع ْبدًا‬ َ ْ‫ع َّد ُه ْم أَح‬
َ ‫صا ُه ْم لَقَ ْد‬ َ ‫يَ ْو َم آتِي ِه َو ُكلُّ ُه ْم‬
َ ‫عدًّا َو‬
‫فَ ْردًا ا ْل ِقيَا َم ِة‬
“Tidak ada yang ada di langit dan bumi kecuali datang kepada Allah dengan sebagai hamba
sungguh Allah menghitung mereka dengan hitungan yang teliti, dan semuanya datang
kepadaNya dalam keadaan sendiri-sendiri. (QS. Maryam: 93-94)
Maka bagi siapa yang ingin dilapangkan hatinya maka supaya memurnikan ibadah hanya
kepada Allah semata,sehingga kehidupannya menjadi indah dan ini bisa terwaujud jika dia
benar-benar bertawakal dengan sebenar-benarnya tawakal, hasilnya rizkinya akan di tanggung
oleh Allah seperti dalam sabda Rosulullah:

‫علَى ت َ َو َّك ْلت ُ ْم أَنَّ ُك ْم لَ ْو‬


َ ِ‫َللا‬
َّ ‫ق‬َّ ‫ق َك َما لَ َر َزقَ ُك ْم ت َ َو ُّك ِل ِه َح‬ َّ ‫صا ت َ ْغدُو ال‬
ُ ‫طي َْر يَ ْر ُز‬ ُ ‫ِب َطانًا َوت َ ُرو‬
ً ‫ح ِخ َما‬
“Jika sekirannya kalian tawakal dengan sebenar-benarnya tawakal sungguhAllah akan
memberi rizki kepada kalian seperti Allah memberi rizki kepada burung yang dalam keadaan
lapar di waktu pagi tapi ketika dia pulang ke sarang waktu sore dia sudah dalam keadaan
kenyang.” [H.R Ahmad, Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu Majah, dll ]
Perhatikanlah burung dia tidak memiliki simpanan makanan tidak punya gudang makanan juga
tidak ada uang yang di Bank namun ketika dia berangkat dalam keadaan perut kosong di pagi
hari saat menjelang sore dia telah memenuhi perutnya dengan makanan,ini semua karena
bimbingan Allah dan rizkinya, dan ini akan di berikan kepada mereka yang bertawakal kepaNya
dengan sebenar-benarnya, maka tidak rugi orang yang mentauhidkan Allah, berbakti padaNya
dan tidak durhaka kepada Allah dengan melakukan kesyirikan, hasilnya dia mendapat
ketenangan jiwa, keluasan hati, penuh cahaya, dan barokah dalam kehidupannya, yaitu
dengan komitmen menjalani kehidupan dengan berdasarkan bimbingan Allah yang Dia
turunkan berupa Alqur’an dan wahyu yang di berikan kepada Rosulnya berupa Alhadits, Allah
telah mempertegas dalam firmanNya:

‫ض َو َم ْن‬َ ‫ب قَا َل أ َ ْع َمى ا ْل ِقيَا َم ِة يَ ْو َم َونَحْ ش ُُرهُ ضَنكًا َم ِعيشَةً لَهُ فَ ِإنَّ ِذك ِْري عَن أَع َْر‬
ِ ‫أ َ ْع َمى َحش َْرتَنِي ِل َم َر‬
ً ‫سى ا ْليَ ْو َم َو َكذَ ِلكَ فَنَسِيت َ َها آيَاتُنَا أَتَتْكَ َكذَ ِلكَ قَا َل بَ ِص‬
‫يرا كُنتُ َوقَ ْد‬ َ ‫تُن‬
“Barang siapa yang berpaling dari peringatanku(Alqur’an)maka baginya kehidupan yang
sempit dan Kami akan membangkitkannya di hari kiamat dalam keadaan buta, dia bertanya:
wahai robku, kenapa Engkau bangkitkan saya dalam keadaan buta, padahal kami dulu bisa
melihat, maka Allah menjawab, demikianlah kami datankan kepada kalian ayat-ayat kami
namun engkau melalaikannya, demikianlah hari ini engkau dilupakan.” (Q.s: Thaha: 124-126)
Ini adalah jaminan dari Allah yaitu barang siapa yang mengikuti alqur’an dan As-sunnahdalam
seluruh sisi kehidupannya maka Allah menjamin ketenangan dan kebahagian, sebaliknya yang
berpaling dan Alquar’an dan sunah maka Allah menjadikan kehidupan yang penuh
kesempitan. Maka seseorang hendaknya menjaga dirinya dalam jalur Alqur’an dan assunnah.
Sebab yang lain yang menyebabkan hatinya menjadi lapang adalah dia mencintai Allah dengan
cinta yang paling besar di banding dengan yang lain siapapun dia, disebutkan dalam hadits
dalam bukhori muslim yaitu menjelaskan tiga perkara yang siapa mendapatkan 3 perkara ini
maka dia akan merasakan manisnya keimanan di dalam hatinya, yaitu:
1. Dia mencintai Allah dan rosulNya dengan kcintaan yang paling tinggi.
2. ia mencintai seseorang karena Allah.
3. ia benci di kembalikan ke dalam kekafiran seperti bencinya jika dia dilempar ke dalam
neraka.
Allah dan rosulNya paling didengar dan ditaati, kepentingan apapun jika bertentangan dengan
kepentingan Allah Rosul maka dia mendahulukan Allah dan ROsul sebagai bukti cinta
kepadanya, dengan kecintaan seperti ini akan menciptakan kesejukan di dalam hatinya, betapa
nikmat jika ia mendahulukan Allah dan rosulnya, maka jik ia mencintaiNya dengan menempuh
sebab kecintaan maka dia akan dicintai Allah, hasilnya, bersabda Rosulullah:
“Barang siapa yang menyakiti waliku maka sungguh dia telah membuka peperangan
denganKu, dan sesuatu yang paling Aku cintai yang dengannya hamba mendekat kepadaku
adalah hamba melaksanakan yang Aku wajibkan kepadanya, dan jika hamba selalu melakukan
amalan yang sunah untuk mendekatkan kepadaKu sampai Aku mencintai hamba tersebut, jika
Aku sudah mencintainya maka Aku menjadi penengarannya yang dia mendenger dengannya
dan Aku menjadlimata yang dia gunakan untuk melihat dan aku menjadi tangannya yang dia
mengunakannya, dan Aku menjadi kakinya yang dia berjalan dengannya”
Maksudnya Allah bersamanya dalam setiap keaadaanya, yaitu dengan menolong dan
mengawasinya, (bukan berarti Allah bersama menyatu dengan hamba dan ini adalah salah)
Khutbah kedua
Hadirin sholat jum’at yang yang saya hormati dan saya mulyakan.
Diantara sebab yang menjadikan hati hamba menjadi lapang yaitu hendaklah
seseorangmemperbanyak dzikir kepada Allah, sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah:

‫َللاَ ا ْذك ُُروا آ َمنُوا الَّ ِذينَ أَيُّ َها يَا‬ ً ِ‫َكث‬
َّ ‫يرا ِذك ًْرا‬
“Wahai orang-orang yang beriman berdzikirlah kepada Allah dengan dzikir yang banyak, dan
sucikan dia di setiap pagi dan siang” (Q.s: al ahzab:41)
Dan firmanNya:

َ‫َللاِ بِ ِذك ِْر أَال‬


َّ ُّ‫وب ت َ ْط َمئِن‬
ُ ُ‫ا ْلقُل‬
“Ingatlah dengan dzikir hati akan menjadi tenang” (QS. Ar-Ra’ad: 28 )
Juga firmanNya:

‫شك ُُرواْ أ َ ْذك ُْر ُك ْم فَا ْذك ُُرونِي‬ ِ ‫ت َ ْكفُ ُر‬


ْ ‫ون َوالَ ِلي َوا‬
“Ingatlah, berdzikirlah kepadaku maka aku akan mengingatmu, dan bersyukurlah kepadaku
dan jangan ingkar kepadaKu” (Q.s Al-Baqarah: 152)
Perhatikanlah kalau seseoran senantiasa mengingat Allah, maka dia akan selalu mengingatnya
sehingga jika dia mengalami masalah, Dia akan membantunya menyelesaikannya dan
membuang dan Allah mengganti yang lebih baik dengan yang lebih baik sehingga hatinya
menjadi lapang.
Mengangungkan membesarkan dan memuji Allah adalah kehidupan seorang muslim yang
hendaknya dipahami, maka seluruh hidupnya bisa dimanfaatkan dengan berdzikir kepada
Allah, dzikir adalah kalimat yang sangat ringan diucapkan dalam lisan dan sangat berat di
timbangan amal, bahkan alqur’an dimudahkan untuk berdzikir:
‫ل آيَةً ت َّ َر ْكنَاهَا َولَقَد‬
ًْ ‫ُّم َّدكِرً مِ ن فَ َه‬
“Dan sungguh alqur’an kami mudahkan untuk berdzikir, maka adakah orang yang mau
berdzikir.”(QS. Al Qomar: 17)
Diantara sebab yang menjadikan hati menjadi lapang adalah ia banyak bertaubat dan
mensucikan diri, tidak diragukan manusia dalam kehidupannya pasti terjatuh dalam
kesalahan, kelalaian, kelupaan, bahkan dosa. Jangankan kita, rosulullah yang telah diampuni
dosa yang telah dilakukan dan belum dilakukan sewaktu hidupnya, beliau memperbanyak
bertaubat dan beristiqfar dalam sehari sebanyak 100x maka kita hendaknya lebih butuh lagi
untuk meminta ampun mengingat banyaknya dosa yang kita lakukan. Dengan istigfar Allah
menjanjikan kelapangan hati bahkan dibukakan menfaat dan keutamaan yang lain, Allah
menerangkan dalam firmannya:

ُ‫ست َ ْغ ِف ُروا فَقُ ْلت‬ َ ‫س ِل‬


ً َّ‫غف‬
ْ ‫ارا كَانَ إِنَّهُ َربَّ ُك ْم ا‬ َّ ‫علَ ْيكُم ال‬
ِ ‫س َماء يُ ْر‬ ً ‫َويَجْ عَل َو َبنِينَ بِأ َ ْم َوال َويُ ْم ِد ْد ُك ْم ِمد َْر‬
َ ‫ارا‬
‫ار لَّ ُك ْم َويَجْ َعل َجنَّات لَّ ُك ْم‬ ً ‫أ َ ْن َه‬
“Minta ampunlah kepada robb kalian sesungguhnya dia maha pengampun, dia akan
menurunkan dari langit untuk kalian hujan yang lebat, dan Dia akan menjadikan kebun dan
sungai-sungai yang deras mengalir.” (Q.s Nuh: 10-12 )
Ayat di atas merupakan janji dari Allah, sedang para Nabi mengajak dan mengabarkan:

‫ست َ ْغ ِف ُرواْ قَ ْو ِم َو َيا‬


ْ ‫س ِل إِلَ ْي ِه تُوبُواْ ث ُ َّم َربَّ ُك ْم ا‬ َّ ‫علَ ْيكُم ال‬
ِ ‫س َماء يُ ْر‬ ً ‫َوالَ قُ َّوتِ ُك ْم إِلَى قُ َّوةً َويَ ِز ْد ُك ْم ِمد َْر‬
َ ‫ارا‬
ْ‫ُمجْ ِر ِمينَ تَت َ َولَّ ْوا‬
“Wahai kaumku mintalah ampun kalian kepada robb kalian dan bertaubatlah padaNya, dia
akan mencurahkan hujan dari langit dan dia akan menambah kekuatan kalian berlipat-lipat,
dan janganlah mengasihi(menjadikan wali) orang-orang kafir.”
Ini di abadikan oleh Allah dalam surat Hud ayat: 52.
Maka dari sini kita fahami pentingnnya beristigfar dan bertaubat kepada Allah dalam
kehidupan ini, dan pentingnya introspeksi diri lalu memperbaiki diri dan senantiasa bertaubat
kepada Allah. Mensucikan diri adalah dengan melakukan amalan-amalan yang dulunya
ditinggalkan dari kebaikan, dan membersihkan diri dari dari kemaksiatan dan dosa yang di
lakukan, dan Allah menjanjikan keberuntungan:

‫اب َوقَ ْد‬ َّ ‫َزكَّا َها َمن أ َ ْفلَ َح قَ ْد َد‬


َ ‫سا َها َمن َخ‬
“Sungguh beruntung orang-orang yang mensucikan diri, dan sungguh celaka orang yang terus
mengotori dirinya.”
Dan Allah menyebutkan keutamaan orang-orang yang mendapatkan surga yang mengalir
dibawahnya sungai-sungai:

‫ت ع َِم َل قَ ْد ُم ْؤ ِمنًا يَأْتِ ِه َو َم ْن‬ َّ ‫عدْن َجنَّاتُ ا ْلعُلَى الد ََّرجَاتُ لَ ُه ُم فَأ ُ ْولَئِكَ ال‬
ِ ‫صا ِل َحا‬ ُ ‫األ َ ْن َه‬
َ ‫ار تَحْ تِ َها ِمن تَجْ ِري‬
َ‫ت َ َزكَّى َمن َج َزاء َوذَ ِلكَ ِفي َها َخا ِل ِدين‬
“Barang siapa yang menghadap Allah dengan keadaan beriman dan berbuat kebaikan maka
mereka mendapatkan derajat yang tinggi berupa surga yang mengalir di bawahnya sungai-
sungai dari bawahnya, mereka kekal di dalamnya dan itu ba;asan bagi orang yang mensucikan
diri.” (Q.s Taha 75-76 )
Karena itu mensucikan diri dan bertaubat kepada Allah adalah hal yang sangat penting,
khususnya di hari ini di mana banyak musibah yang menjadi peringatan bagi kita semua.
Mudah-mudahan kita dijadikan orang yang selalu bertaubat sehingga termasuk hamba yang
mensucikan diri, sehingga kita semua selamat dari musibah di dunia dan lebih-lebih di akhirat:

َّ ‫يه ْم َوأَنتَ ِليُعَ ِذبَ ُه ْم‬


‫َللاُ كَانَ َو َما‬ َّ ‫ست َ ْغ ِف ُرونَ َو ُه ْم ُمعَ ِذبَ ُه ْم‬
ِ ِ‫َللاُ كَانَ َو َما ف‬ ْ َ‫ي‬
“Tidaklah Allah menyilksa kaumNya sedang engkau wahai Muhamad berada di sisi mereka,
dan Allah tidaklah menyiksa mereka dalam keadaan mereka beristiqfar.” (Q.s Al-Anfal 33)
Juga dengan istigfar akan menyebabkan datangnya rahmat dari Allah:
“Andaikata kalian beristiqfar kepada Allah niscaya kalian akan dirahmatiNya.”
Mudah-mudahah kita dijadikan orang yang selalu beriman kepada Allah bertakwa kepadaNya
bertauhid, dan menjadi hamba yang banyak beristiqfar dan bertaubat, sungguh dosa kita, dan
kesalahan kita sangatlah banyak, dan Allah masih merahmati kita dengan menjalani hari- hari
sebagai bukti rahmatNya, mudah-mudah hari yang tersisa yang akan kita lewati kita bisa
menggunakan untuk selalu bertaubat dan beristilqfar kepadaNya, karena dekatnya kematian
yang akan kita temui, dan kita tahu kapan tapi kita yakin akan datangnya:

‫شيَّدَة بُ ُروج فِي كُنت ُ ْم َولَ ْو ا ْل َم ْوتُ يُد ِْرك ُّك ُم تَكُونُواْ أ َ ْينَ َما‬
َ ‫ُّم‬
“Dimanapun kalian berada sungguh kematian akan menemuai kalian walaupun engkau
bersembunyi di balik dinding yang sangat tinggih lagi kokoh.”
Semoga kita diampuni oleh Allah dan diberi manfaat dari segala kemanfaatan baik yang kita
ketahui atau tidak , dan mudah-mudahan Dia tidak menjadikan malapetaka bagi kita
semua.Wallahuta’ala a’lam bishowab.

You might also like