Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 37

18 TANDA BACA DALAM AL-QUR’AN

TANDA
NO ARTI TANDA BACA CONTOH
BACA
1. Wajib berhenti ؕ   
‫ط‬    
  
    

ۘ
Wajib berhenti ‫ك‬
      

Wajib berhenti  ‫ﻗﻒ‬   


   
‫قف‬   
 
Wajib berhenti     

‫ء–ع‬   ‫ ٴ‬  


    
   
Utamakan berhenti     

ۗ
   
   
  
 
‫؞؞‬
‫سـ‬
‫ال‬ Jangan berhenti, harus terus      
    
     
   
‫هـ‬
   

ۗ
Utamakan terus
     
    
Sebaiknya terus     

‫ص‬    ؕ


 
Sebaiknya terus ‫ ز‬    
     
‫ز‬ 

‫ق‬
Sebaiknya terus     ‫؞‬ 
Boleh terus atau berhenti    
‫ج‬     
 
Hukumnya berhenti sambil    
berniat sujud tilawah     
۩     
  
Harus jelas membacanya    ؕ     
‫ن‬ dan cepat (idzhar)
    
 

Wajib menukar nun mati  ؕ   


‫م‬ dengan mim (iqlab)
     
  
‫ك‬
Maad …… dibaca dua      
harakat      
‫ے‬     
 
DAFTAR TUGAS KELOMPOK
NO KELOMPOK HARI/JAM TUGAS
1 1 Shalat subuh, salah seorang ma’mum masbuq
pada saat imam sujud pada raka’at terakhir
dan seorang ma’mum lain masbuq pada saat
imam ruku’ pada raka’at pertama
2 2 Shalat dzuhur, pada raka’at kedua sebelum
tasyahud awal salah seorang ma’mum batal
dan meninggalkan shaf untuk wudhu lalu
kembali lagi pada saat imam berdiri pada
raka’at ketiga, seorang ma’mum lain masbuq
Selasa, 17 Juli 2014
saat imam berdiri setelah raka’at pertama
09.00-10.00
3 3 Shalat ashar, salah seorang ma’mum masbuq
pada saat imam sujud pada raka’at terakhir
dan seorang ma’mum lain masbuq pada saat
imam ruku’ pada raka’at pertama
4 4 Jama’ dan qashor shalat maghrib dan isya
5 5 Shalat isya, di tengah shaf kedua ada yang
kosong dan imam lupa satu raka’at, setelah
raka’at ketiga langsung tasyahud akhir dan
salam
6 1 Kelas VII : Ayat al-Qur’an dan Hadist tentang
7 2 puasa dan artikel hubungan puasa dengan
8 3 kesehatan
Selasa, 17 Juli 2014
9 4 Kelas IX : Ayat al-Qur’an dan Hadist tentang
10.00-11.00
10 5 puasa dan zakat fitrah dan artikel tentang
hubungan puasa dan zakat fitrah dengan
kehidupan sosial masyarakat
LEMBAR PENGAMATAN

KELOMPOK 1
Shalat subuh, salah seorang ma’mum masbuq pada saat imam sujud pada raka’at terakhir dan
seorang ma’mum lain masbuq pada saat imam ruku’ pada raka’at pertama
NO KEGIATAN YA TIDAK B/S
1. Ma’mum yang masbuq pada saat imam sujud pada raka’at
terakhir langsung melakukan takbiratul ikhram lalu ikut sujud
mengikuti imam, setelah imam salam langsung berdiri dan
menyempurnakan shalat satu raka’at
2. Ma’mum yang masbuq pada saat imam sujud pada raka’at
terakhir, setelah imam salam langsung berdiri dan melakukan
shalat dua raka’at
3. Ma’mum yang masbuq pada saat imam sujud pada raka’at
terakhir, langsung melakukan takbiratul ikhram
menyempurnakan satu raka’at, lalu ikut sujud dan ikut salam
setelah imam pada raka’at terakhir
4. Ma’mum yang masbuq pada saat imam ruku’ pada raka’at
pertama melakukan takbiratul ikhram lalu ikut ruku’ mengikuti
imam dan salam mengikuti imam setelah tasyahud akhir
5. Ma’mum yang masbuq pada saat imam ruku’ pada raka’at
pertama melakukan takbiratul ikhram lalu ikut ruku’ mengikuti
imam dan setelah imam salam langsung berdiri dan
menyempurnakan shalat satu raka’at
6. Kedua ma’mum yang masbuq langsung melakukan takbiratul
ikhram lalu melakukan shalat dua raka’at tanpa mengikuti imam
KELOMPOK 2
Shalat dzuhur, pada raka’at kedua sebelum tasyahud awal salah seorang ma’mum batal dan
meninggalkan shaf untuk wudhu lalu kembali lagi pada saat imam berdiri pada raka’at ketiga,
seorang ma’mum lain masbuq saat imam berdiri setelah raka’at pertama
NO KEGIATAN YA TIDAK B/S
1. Ma’mum yang batal dan kembali ikut shalat, langsung
melakukan takbiratul ikhram lalu mengikuti kegiatan imam
sampai salam, setelah imam salam langsung berdiri
menyempurnakan shalat satu raka’at lalu duduk tasyahud awal
dan menyempurnakan shalat dua raka’at lagi.
2. Ma’mum yang batal dan kembali ikut shalat, langsung
melakukan takbiratul ikhram lalu mengikuti kegiatan imam
sampai salam, setelah imam salam langsung berdiri
menyempurnakan shalat tiga raka’at lalu duduk tasyahud akhir
dan salam
3. Ma’mum yang batal dan kembali ikut shalat tanpa mengikuti
imam
4. Ma’mum yang berada disebelah kiri ma’mum yang
meninggalkan shaf karena batal, bergeser kekanan mengisi shaf
yang kosong diikuti ma’mum sebelah kirinya lagi sampai shaf
rapat
5. Ma’mum yang masbuq saat imam berdiri setelah raka’at
pertama, langsung melakukan takbiratul ikhram lalu mengikuti
kegiatan imam sampai salam, setelah imam salam langsung
berdiri menyempurnakan shalat satu raka’at
6. Ma’mum yang masbuq saat imam berdiri setelah raka’at
pertama, langsung melakukan takbiratul ikhram
menyempurnakan shalat raka’at pertama lalu mengikuti kegiatan
imam dan salam bersama imam pada raka’at terakhir
7. Kedua ma’mum yang masbuq langsung melakukan takbiratul
ikhram lalu melakukan shalat empat raka’at tanpa mengikuti
imam
KELOMPOK 3
Shalat ashar, salah seorang ma’mum masbuq pada saat imam sujud pada raka’at terakhir dan
seorang ma’mum lain masbuq pada saat imam ruku’ pada raka’at pertama
NO KEGIATAN YA TIDAK B/S
1. Ma’mum yang masbuq pada saat imam sujud pada raka’at
terakhir, langsung melakukan takbiratul ikhram lalu mengikuti
kegiatan imam sampai salam, setelah imam salam langsung
berdiri menyempurnakan shalat satu raka’at lalu duduk tasyahud
awal dan menyempurnakan shalat dua raka’at lagi.
2. Ma’mum yang masbuq pada saat imam sujud pada raka’at
terakhir, langsung melakukan takbiratul ikhram lalu mengikuti
kegiatan imam sampai salam, setelah imam salam langsung
berdiri menyempurnakan shalat tiga raka’at lalu duduk tasyahud
akhir dan salam
3. Ma’mum yang masbuq pada saat imam ruku’ pada raka’at
pertama melakukan takbiratul ikhram lalu ikut ruku’ mengikuti
imam dan salam mengikuti imam setelah tasyahud akhir
4. Ma’mum yang masbuq pada saat imam ruku’ pada raka’at
pertama melakukan takbiratul ikhram lalu ikut ruku’ mengikuti
imam dan setelah imam salam langsung berdiri dan
menyempurnakan shalat satu raka’at
5. Kedua ma’mum yang masbuq langsung melakukan takbiratul
ikhram lalu melakukan shalat dua raka’at tanpa mengikuti imam
KELOMPOK 4
Jama’ dan qashor shalat maghrib dan isya
NO KEGIATAN YA TIDAK B/S
1. Imam dan ma’mum shalat maghrib 3 raka’at dan kemudian
shalat isya 4 raka’at
2. Imam dan ma’mum shalat maghrib 2 raka’at dan kemudian
shalat isya 2 raka’at
3. Imam dan ma’mum shalat maghrib 3 raka’at dan kemudian
shalat isya 2 raka’at
KELOMPOK 4
Shalat isya, di tengah shaf kedua ada yang kosong dan imam lupa satu raka’at, setelah raka’at ketiga
langsung tasyahud akhir dan salam
NO KEGIATAN YA TIDAK B/S
1. Ma’mum pada shaf kedua membiarkan ada tempat di tengah
yang kosong sampai shalat berakhir
2. Ma’mum yang berada disebelah kiri shaf yang kosong, bergeser
kekanan mengisi shaf yang kosong diikuti ma’mum sebelah
kirinya lagi sampai shaf rapat
3. Diantara ma’mum ada yang tahu kalau imam lupa satu raka’at,
tetapi membiarkan saja tanpa memberi isyarat/tanda kepada
imam, lalu salam setelah imam pada raka’at terakhir
4. Diantara ma’mum ada yang tahu kalau imam lupa satu raka’at,
tetapi membiarkan saja tanpa memberi isyarat/tanda kepada
imam, setelah imam salam ma’mum tersebut berdiri
menyempurnakan satu raka’at lagi, kumudian sujud dua kali dan
salam
5. Diantara ma’mum ada yang tahu kalau imam lupa satu raka’at,
lalu memberi isyarat/tanda kepada imam, setelah salam imam
berdiri kembali memimpin ma’mum menyempurnakan satu
raka’at lagi, kumudian sujud dua kali dan salam
6. Diantara ma’mum ada yang tahu kalau imam lupa satu raka’at,
lalu memberi isyarat/tanda kepada imam, setelah salam, imam
dan ma’mum berdiri kembali menyempurnakan satu raka’at lagi
secara sendiri-sendiri, kumudian sujud dua kali dan salam
7. Diantara ma’mum ada yang tahu kalau imam lupa satu raka’at,
tetapi membiarkan saja tanpa memberi isyarat/tanda kepada
imam, lalu salam setelah imam pada raka’at terakhir, kemudian
ma’mum tersebut mengulang shalat isya 4 raka’at sendirian

Petunjuk:
Berilah skor pada setiap kolom dengan cara memberi angka (1, 2, 3, 4) sesuai dengan kriteria berikut :
4 = selalu 3 = sering 2 = kadang-kadang 1 = tidak pernah

KELOMPOK : RUANG :
KERJA MEMBERIKAN TANGGUNG JUMLAH
NO NAMA AKTIF
SAMA PENDAPAT JAWAB SKOR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Bandung, 15 Juli 2014


Ketua Kelompok

______________________________
HUKUM MASBUQ (MAKMUM YANG TERTINGGAL)

1. Pendapat sebagian ulama : apabila seorang makmum masbuq pada saat imam sujud maka
hendaklah ia melakukan takbiratul ihram dan langsung ikut sujud, namun ini tidak terhitung satu
raka’at. Jadi setelah imam mengucapkan salam, makmum tersebut harus menyempurnakan raka’at
yang tertinggal sendirian, Nabi Muhamad saw bersabda;
“Apabila seseorang diantara kamu datang untuk shalat sewaktu kami sujud, hendaklah ikut sujud
dan janganlah kamu hitung itu satu raka’at. Barang siapa yang mendapati ruku; bersama imam,
maka ia telah mendapat satu raka’at.” (HR Abu Daud)
Perihal bacaan al-Fatihahnya, menurut pendapat mayoritas ulama, ditanggung oleh imam.
2. Sebagian ulama berpendapat, masbuq tidak mendapat satu raka’at apabila tidak membaca al-
Fatihah sebelum imam ruku’. Pendapat ini bersandarkan pada hadits;
“Bagaimana keadaan imam ketika kamu dapati, hendaklah kamu ikut. Dan apa yang ketinggalan
olehmu, hendaklah kamu sempurnakan (lengkapi),” (HR Muslim)

SUJUD SAHWI
1. Sujud sahwi adalah sujud yang dilakukan karena lupa mengerjakan sesuatu atau ragu-ragu akan
jumlah bilangan raka’at shalat yang dilakukan.
2. Bacaan sujud sahwi:
(dibaca 3x) ‫هو‬
ْ ‫َ الَ ي‬
ُْ‫َس‬ ‫َام‬
‫ُ و‬ ‫ين‬َ َ‫ْ ال‬
‫من‬َ َ ‫ْح‬
‫َان‬ ‫سُب‬
3. Cara melakukannya, ada dua pendapat ulama;
a. Setelah membaca bacaan tahiyatul akhir, sebelum salam, sujud dua kali dengan didahului
takbir. Sesudah itu salam.
“Apabila salah seorang diantara kamu ragu-ragu tentang shalatnya, dia lupa sudah dapat
berapa raka’at, apakh tiga atau empat, maka hendaklah ia tinggalkan keraguan itu dan harus
yakin. Lalu hendaklah sujud dua kali sebelum salam. Apabila dia shalat lima raka’at, maka
sujud itu menggenapkan shalatnya. Dan apabila ia sudah shalat dengan sempurna, maka
kedua sujud itu sebagai penghinaan bagi setan.” (HR Muslim dari Abu Sa’id al-Khudiri ra)
b. Setelah membaca bacaan tahiyatul akhir dan membaca salam, sujud dua kali dengan didahului
takbir. Sesudah itu salam
“Bahwasanya Nabi saw sujud dua sujud sahwi sesudah kalam dan salam” (HR Muslim)
“Barangsiapa yang ragu-ragu pada shalatnya, maka hendaklah ia sujud dua sujud sesudah ia
memberi salam.” (HR Abu Daud, Ahmadn dan Nasa’i)

JAMA’ DAN QASHAR


Shalat isya yang dikerjakan pada waktu shalat maghrib dilakukan dengan jama’ taqdim
1. Dikerjakan shalat maghrib terlebih dahulu dan niat jama’ dilalukan pada raka’at pertama, bacaan
niatnya:
َ
‫(و‬ ‫ًا‬
‫ْع‬‫مو‬
ُْ ‫مج‬َ ٍ‫َات‬‫َع‬
‫َك‬ ‫َ ر‬ ‫َالَث‬ ‫ْر‬
‫ِّبِّ ث‬ َ‫َرضَ ال‬
‫مغ‬ ‫ِّى ف‬ ‫ُص‬
‫َل‬ ‫أ‬
‫َك‬
‫ْبَر‬ ‫ هللاُ أ‬،‫َلى‬
‫تع‬َ ِّ‫ء هلل‬ ‫َد‬
ً‫َا‬ ‫ء أ‬ ُ‫ِّشَا‬
‫ِّ الع‬
‫ْه‬‫َِّلي‬
‫ًا) إ‬‫ْر‬
‫ُو‬‫ْص‬
‫َق‬‫م‬
2. Berturut-turut pelaksanaannya, usai shalat maghrib langsung berdiri melakukan shalat isya, tidak
boleh diselingi dengan shalat sunnah atau wirid terlebih dahulu
3. Shalat maghrib tidak bisa di qashar jadi dilakukan tiga raka’at dan shalat isya bisa diqashar jadi
dilakukan dua raka’at lalu salam

Panduan kegiatan dikelas:


1. Setiap kelompok mempraktekkan tugas kelompoknya, 4 kelompok yang lain memperhatikan
sambil mencatat hal-hal yang dilakukan kelompok tersebut, ini dilakukan sampai ke-5 kelompok
memprakktekan tugas mereka.
2. Setelah semua kelompok mempraktekkan tugas mereka, masing masing kelompok berkumpul
untuk mengisi lembar pengamatan yang telah disediakan. Kolom ya/tidak diisi dengan men-ceklist
salah satu sesuai pengamatan kelompok, kolom B/S diisi dengan jawaban B (benar) jika menurut
mereka, yang dilakukan kelompok tersebut benar, dan S (salah) jika menurut mereka salah.P
3. Guru membacakan nomor-pernomor kegiatan kelompok di lembar pengamatan, pada setiap nomor,
masing-masing kelompok diminta untuk mengemukakan jawaban mereka, jika mereka S pada
kolom B/S, maka mereka diminta untuk mengajukan jawaban yang benar dan alasannya.
4. Diakhir kegiatan guru dapat memberikan tambahan atau pembetulan jika ada kegiatan kelompok
yang masih belum benar berdasarkan panduan materi.
AYAT AL-QURAN DAN HADITS TENTANG PUASA

Ayat al-Qur’an :
   
   
    
    
     
     
   
     
     
     

183. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,
184. (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau
dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang
ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya
(jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang miskin. Barangsiapa
yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan[114], Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan
berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

[114] Maksudnya memberi Makan lebih dari seorang miskin untuk satu hari.
(QS al-Baqarah:183-184)

Hadits:
“Nabi saw bersabda: “Telah datang bulan Ramadhan, bulan yng diberkahi. Allah SWT telah
mewjibkan kalian berpuasa di dalamnya”. (HR Nasai dan Baihaqi)

“Rasulullah saw bersabda: “Siapa yang tidak berpuasa sehari pada bulan Ramadhan, tanpa
halangan yang diizinkan Allah atau sakit, maka tidak dapat dibayar sepanjang masa, meskipun
dilaksanakannya” (HR Abu Daud, Nasai, Tirmidzi, Baihaqi, dan Ibnu Huzaimah)

AYAT AL-QURAN DAN HADITS TENTANG ZAKAT

Ayat al-Qur’an :
   ….
  
    
  
78….., Maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia
adalah Pelindungmu, Maka Dialah Sebaik-baik pelindung dan sebaik- baik penolong.
(QS al-Hajj:78)

  


  
  
56. dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi
rahmat.
(QS an-Nur:56)

   


  
     
     
103. ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan[658] dan
mensucikan[659] mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

[658] Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan
kepada harta benda
[659] Maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan
memperkembangkan harta benda mereka.
(QS at-Taubah:103)

Hadits :

Dari Ibnu Umar ra., Ia berkata: “ Muhamad Rasullah saw mewajibkan zakat fitrah sebanyak satu sho’
(3,1 liter/2,5 kg) dari kurma atau gandum atas hamba sahaya, orang merdeka, lelaki, perempuan,
anak-anak, dan orang dewasa kaum muslimin. Dan Rasul memerintahkan agar zakat fitrah ditunaikan
sebelum orang-orang shalat ied.” (Muttafaq ‘alaih)

Ibnu Abbas ra. Mengabarkan; “Rasulullah saw telah mewajibkan zakat fitrah untuk membersihkan
orang-orang yang berpuasa dari perkataan yang tidk berguna dan kotor, serta menjadikan makanan
bagi fakir miskin. Bagi siapa yang menunaikan sebelum shalat hari raya, maka hal itu adalah zkat
fitrah yang diterima. Sebaliknya barang siapa yang mengeluarkannya setelah shalat, maka hal itu
menjdi sedekh biasa.” (HR Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban)

Panduan kegiatan dikelas:


1. Perwakilan setiap kelompok mempresentasikan tugas yang telah diberikan sebelumnya, kelompok
yang lain menyimak dan memperhatikan;
2. Setelah semua kelompok mempresentasikan tugasnya, masing-masing kelompok mendiskusikan
informs yng telah mereka terima;
3. Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk bertanya kepda kelompok lain;
4. Setelah kegiatan selesai, masing-masing perwakilan kelompok menyampaikan kesimpulan dikusi
kelompoknya;
5. Diakhir kegiata guru dapat memberikan kesempatan pada para siswa untuk menanyakan hal-hal
yang belum mereka pahami dan memberikan informasi tambahan.
TANDA BACA DALAM AL-QUR’AN
NO TANDA BACA ARTI DAN CONTOH
Boleh berhenti atau boleh diteruskan, contoh (QS al-Israa:87) :
    
1 ‫ج‬    
 
Dilarang berhenti, harus terus, contoh (QS Ali-“Imraan:174) :
 
   
2 ‫ال‬   
  
    
 
Lebih baik diteruskan, contoh (QS al-Baqarah:39) :
 



3
 
‫صلى‬    
  
Utamakan berhenti, contoh (QS an-Nisaa:123) :
  

4 /ۗ 

 
 


 
‫قلى‬     
   

Wajib menukar nun mati dengan mim (iqlab), contoh (QS al-Baqarah:10) :
  
   
5 ‫م‬   
  

Hukumnya berhenti sambil berniat sujud tilawah, contoh (QS an-Nahl:15)
:
   
 
 
6 ۩  
  
Bagi yang mendengar atau membaca ayat al-Qur’an pada ayat sajadah,
disunnahkan melakukan sujud tilawah dengan membaca :
َُ
‫ه‬ ‫َو‬
‫َّر‬ ‫َ ص‬ َُ
‫ه و‬ ََ
‫لق‬ ‫ِي خ‬ َّ‫ِي ل‬
‫ِلذ‬ ‫ْه‬‫َج‬ ََ
‫د و‬ ‫سَج‬
َ
‫ِ و‬
‫له‬ِْ
‫َو‬‫ِح‬
‫ه ب‬َُ‫َر‬
‫بص‬َ َ
‫ه و‬َُ
‫ْع‬ ‫َ شَق‬
‫َّ سَم‬ ‫و‬
ُ ‫َح‬
‫ْسَن‬ ‫هللا أ‬ َ
‫َك‬ ‫َب‬
‫َار‬ ‫َت‬‫ِ ف‬
‫ِه‬ ‫ُو‬
‫َّت‬ ‫ق‬
َ
‫ْن‬‫ِي‬ ِ‫الخَا‬
‫لق‬
Apabila tidak menghendaki melakukan sujud, maka hendaklah membaca :
َ‫ِل‬
‫ه‬ ‫َ الَ إ‬ ُْ
‫د هللِ و‬ ‫َم‬
‫ن هللاِ و الح‬ َ‫َا‬‫ْح‬‫سُب‬
َ‫َ ال‬‫ل و‬َْ
‫َو‬‫ُ الَ ح‬ ‫ْب‬
‫َر‬ ‫َك‬ ُ‫ِالَّ هللاُ و ا‬
‫للُ أ‬ ‫إ‬
‫ْم‬
ِ ‫َظ‬
‫ِي‬ ‫ِيِ الع‬ ‫َل‬ ‫ِالَّ ب‬
‫ِاهللِ الع‬ ‫ة إ‬ ‫ُو‬
ََّ ‫ق‬
Maad shilah qashirah dibaca dua harakat, contoh (QS al-Fathiir:2) :
    
    
7 ‫ے‬    
    
  
Maad shilah thawilahah dibaca dua harakat atau lima harakat, contoh
(QS al-Kahfi:14) :
 
  
8 ᷈‫ے‬   
  
  
   
  
Wajib berhenti, contoh (QS al-Israa 111) :
   

ۘ
   
9    
   
   
  
Berhenti sejenak dalam bernafas, contoh (QS al-Kahfi:1) :
  
10
ۘ 





  
 Masih ada beberapa tanda baca yang ada dalam al-Qur’an, tapi tanda-tanda baca tersebut diatas
yang sering kita jumpai;
 Setiap kelompok diminta untuk membuka surat al-Israa ayat 104-111 kemudian masing-masing
kelompok membaca ayat-ayat tersebut dengan memperhatikan tanda-tanda baca dalam al-Qur’an
yang mereka temukan;
 Setelah kegiatan membaca selesai, perwakilan setiap kelompok menyebutkan tanda baca yang
mereka temui;
 Guru meminta setiap kelompok untuk meyebutkan arti tanda baca tersebut (dapat dilakukan setiap
kelompok satu tanda baca) dan mempraktekan cara menggunakan tanda baca tersebut;
 Guru dapat memberikan informasi tambahan dari tanda baca yang belum diketahu siswa;
 Setiap kelompok diminta mencari ayat al-Qur’an yang lain yang memilki tanda baca yang
berbeda (satu tanda /beberapa tanda baca dalam satu ayat) kemudian mempraktekannya.

QS al-Israa 104-111
  
 
  
  
  
 
 
   
  
 
  
  
  
    
   
  
  
 
  
 
   
  
 
 
   
  
  
   
  
   
  
   
   
   
   
   
   
  

TUGAS KELOMPOK
KAMIS, 17 JULI 2014
MENCARI SEBAB TURUNNYA AYAT
AL-QUR’AN , DAN KISAH DIBALIK
AYAT-AYAT TERSEBUT
KELOMPOK TUGAS
1 Al-Fiil (ayat 1-5)
2 Al-Baqarah (ayat 67-73)
3 Huud (ayat 36-39)
4 Al-Naml(ayat 20-30)
5 Al-A’raaf (ayat 163-166)

PRAKTEK IBADAH
KELOMPOK TUGAS
1 SHALAT IDUL ADHA/FITRI
2 SHALAT JENAZAH
3 SHALAT ISTISQA
4 SHALAT TASBIH
5 SHALAT KHUSUF/GERHANA

 Berilah tanda chek-list ( √ )pada kotak yang disediakan jika kegiatan tersebut
dilakukan, dan tanda silang ( x )jika kegiatan tersebut tidak dilakukan !
 Seluruh anggota kelompok membaca bacaan shalat secara jahr (keras)

KELOMPOK 1 : SHALAT IDUL ADHA/FITRI


Niat, membaca :
‫ْح‬
‫َى‬ ‫ِ األَض‬
‫ْد‬‫ِي‬
‫لع‬ِ /ِ‫ْر‬
‫ِط‬‫ِ الف‬‫ْد‬
‫ِي‬ ِ ‫ة‬
‫لع‬ ََّ
‫ِى سُن‬ ‫ُص‬
‫َل‬ ‫أ‬
َ َ
‫الى‬‫تع‬َ ِ‫لل‬ ًْ
ِٰ ‫ما‬ ُْ
‫مو‬ َ/‫ما‬
‫مأ‬ ً‫ما‬َِ
‫ْنِ إ‬‫َي‬
‫َت‬‫ْع‬
‫َك‬‫ر‬
Takbiratul ihram 7 kali pada raka’at pertama, menbaca bacaan tasbih setelah takbir kedua
sampai ketujuh :
ُ‫ِالَّ هللا‬
‫ه إ‬ ‫َ الَ إ‬
َ‫ِل‬ ُْ
‫د هللِ و‬ ‫َم‬ َ‫َا‬
‫ن هللاِ و الح‬ ‫ْح‬
‫سُب‬
‫َر‬
ُ ‫َك‬
‫ْب‬ ‫للُ أ‬
ُ‫و ا‬
Membaca surat al-Fatihah

Disunnahkan membaca surat Qaaf atau al-‘Alaa pada raka’at pertama

Ruku’ kemudian berdiri untuk i’tidal

Sujud dua kali dan duduk diantara dua sujud


Takbiratul ihram 5 kali pada raka’at kedua, menbaca bacaan tasbih setelah takbir pertama
sampai kelima
Membaca surat al-Fatihah

Disunnahkan membaca surat al-Qamar atau al-‘Ghasiyah pada raka’at kedua

Ruku’ kemudian berdiri untuk i’tidal

Sujud dua kali dan duduk diantara dua sujud

Duduk tasyahud akhir

Salam

Khutbah dua kali setelah shalat

KELOMPOK 2 : SHALAT JENAZAH


Niat, membaca :
‫َة‬
ِ ‫َيِت‬
‫ِ الم‬
‫ِه‬‫هذ‬/ِ‫َيِت‬
‫ذا الم‬ َ‫لى ه‬ ََ‫ِى ع‬ ‫ُص‬
‫َل‬ ‫أ‬
َ‫َا‬
‫ية‬ ‫ْضَ الك‬
‫ِف‬ ‫َر‬
‫َاتٍ ف‬
‫ْر‬ ‫ْب‬
‫ِي‬ ‫تك‬َ َ
‫بع‬ ‫َر‬
َْ ‫أ‬
َ َ
‫الى‬ َ ِ‫لل‬
‫تع‬ ًْ
ِٰ ‫ما‬ ُْ
‫مو‬ َ/‫ما‬
‫مأ‬ ً‫ما‬َِ‫إ‬
Takbiratul ihram

Membaca surat al-Fatihah


Takbir kedua, lalu membaca shalawat atas Nabi saw :
ََ
‫لى‬ ‫َ ع‬ ٍَّ
‫د و‬‫َم‬ َ‫َّد‬
ُ ‫ِنا‬
‫مح‬ ََ
‫لى سَي‬ ‫َل‬
‫ِ ع‬ ‫َّ ص‬
‫هم‬ ٰ َ
ُ‫لل‬ ‫ا‬
‫لى‬ ‫ََ‬‫َ ع‬ ‫ْت‬ ‫لي‬‫ََ‬ ‫َا ص‬ ‫َم‬
‫ٍ ك‬‫َّد‬
‫َم‬‫مح‬‫ِنا ُ‬‫َّدَ‬
‫ِ سَي‬ ‫آل‬
‫ِنا‬‫َّدَ‬ ‫ِ سَي‬ ‫لى آل‬ ‫ََ‬
‫َ ع‬‫َ و‬‫ْم‬‫ِي‬‫َاه‬ ‫ِْ‬
‫بر‬ ‫ِنا إ‬‫َّدَ‬‫سَي‬
‫ْ علي محمد وعلي أل‬ ‫ِك‬‫َ وبار‬ ‫ْم‬
‫ِي‬‫َاه‬ ‫بر‬‫ِْ‬‫إ‬
‫محمد كما باركت علي إبراهيم وعلي‬
‫أل إبراهيم في العالمين إنك حميد‬
‫مجيد‬
‫‪Takbir ketiga, lalu membaca minimal :‬‬
‫ه‪/‬‬‫ُْ‬‫َم‬ ‫ْح‬ ‫َ ار‬ ‫ها و‬ ‫ه َ‬
‫‪/‬لَ‬ ‫َْلُ‬‫ِر‬‫ْف‬
‫َّ اغ‬‫هم‬ ‫َ ٰ‬
‫للُ‬ ‫ا‬
‫ُ‬‫ْف‬ ‫َ اع‬ ‫ها و‬ ‫َِ‬ ‫َاف‬‫ٖ‪ /‬ع‬‫ِه‬‫َاف‬ ‫َ ع‬‫ها و‬ ‫َْ‬‫َم‬‫ْح‬‫ار‬
‫ها‬‫َْ‬
‫َن‬‫ه‪/‬ع‬ ‫ُْ‬‫َن‬‫ع‬
‫‪Adapun bacaan lengkapnya :‬‬
‫ُ‬
‫ْف‬ ‫َاع‬ ‫ِ و‬ ‫ِه‬ ‫َاف‬ ‫َع‬ ‫ه و‬ ‫ُْ‬ ‫َم‬ ‫َار‬
‫ْح‬ ‫ه و‬‫ْ َلُ‬ ‫ِر‬‫ْف‬
‫َّ اغ‬‫هم‬ ‫ا َّ‬
‫للُ‬
‫ه‪،‬‬ ‫لُ‬ ‫ََ‬ ‫دخ‬ ‫مْ‬
‫ْ َ‬ ‫ِع‬‫َس‬ ‫َو‬ ‫ه‪ ،‬و‬‫َُلُ‬
‫نز‬‫ْ ُ‬ ‫ِم‬ ‫َك‬
‫ْر‬ ‫َأ‬
‫ه‪ ،‬و‬ ‫ُْ‬‫َن‬‫ع‬
‫ِ‪،‬‬ ‫َد‬ ‫َر‬ ‫الب‬‫َ ْ‬ ‫لجِ و‬ ‫َّْ‬ ‫َالث‬‫ء و‬‫َاِ‬ ‫ه ب ْ‬
‫ِالم‬ ‫ْسْ‬
‫ِلُ‬ ‫َاغ‬ ‫و‬
‫َ‬‫ْب‬ ‫َّو‬‫َ الث‬ ‫ْت‬‫َّي‬‫نق‬ ‫َا َ‬ ‫َم‬
‫يا ك‬ ‫َاَ‬ ‫َ ْ‬
‫الخَط‬ ‫ِ م‬
‫ِن‬ ‫ِه‬‫نق‬‫ََ‬‫و‬
‫ًا‬ ‫دار‬ ‫ه َ‬ ‫ِلُ‬‫بدْ‬ ‫َْ‬ ‫َأ‬
‫نسِ‪ ،‬و‬‫الدَ‬
‫َّ‬ ‫َ‬
‫ِن‬‫َضَ م‬‫بي‬‫ْألَْ‬
‫ا‬
‫ْ‬
‫ِن‬ ‫ًا م‬ ‫ْر‬ ‫َي‬‫هالً خ‬ ‫َْ‬‫َأ‬
‫ِ‪ ،‬و‬ ‫ِه‬‫دار‬ ‫ْ َ‬ ‫ًا م‬
‫ِن‬ ‫ْر‬‫َي‬‫خ‬
‫ِ‪،‬‬‫ْجِه‬ ‫َو‬ ‫ْ ز‬ ‫ِن‬ ‫ًا م‬‫ْر‬‫َي‬
‫ًا خ‬ ‫ْج‬‫َو‬
‫َز‬‫ِ‪ ،‬و‬ ‫ِه‬‫هل‬‫َْ‬‫أ‬
‫ذابِ‬ ‫ََ‬‫ْ ع‬ ‫ِن‬ ‫ه م‬ ‫ِذُ‬ ‫َعْ‬‫َأ‬
‫ة‪ ،‬و‬ ‫ََّ‬
‫َن‬ ‫ه ْ‬
‫الج‬ ‫دخْ‬
‫ِلُ‬ ‫َْ‬‫َأ‬‫و‬
‫َّار‬
‫ِ‬ ‫ذابِ الن‬ ‫ََ‬
‫َع‬‫ِ و‬‫ْر‬‫َب‬ ‫ْ‬
‫الق‬
‫‪Takbir keempat, lalu membaca minimal :‬‬
‫َالَ‬‫ها و‬ ‫ََ‬‫ْر‬ ‫َج‬ ‫ه‪ /‬أ‬ ‫َُ‬
‫ْر‬‫َج‬
‫َا أ‬ ‫من‬ ‫ِْ‬
‫ْر‬ ‫َّ الَ َ‬
‫تح‬ ‫هم‬‫َٰلُ‬‫ا‬
‫َا و‬
‫َ‬ ‫ْ َلن‬ ‫ِر‬ ‫ْف‬‫ها اغ‬ ‫َْ‬
‫دَ‬ ‫ه‪َ /‬‬
‫بع‬ ‫دُ‬‫َْ‬
‫بع‬‫َّا َ‬‫ِن‬‫ْت‬‫تف‬‫َ‬
‫ها‬ ‫ه َ‬
‫‪/‬لَ‬ ‫َلُ‬
‫‪Salam‬‬

‫‪KELOMPOK 3 : SHALAT ISTISQAA‬‬


‫‪Niat, membaca :‬‬
‫َي‬
‫ْنِ‬ ‫ْع‬
‫َت‬ ‫َك‬
‫ء ر‬‫َاِ‬‫ِسْق‬‫ة االسْت‬‫ََّ‬ ‫َل‬
‫ِى سُن‬ ‫ُص‬
‫أ‬
‫َ َ‬
‫الى‬ ‫للِ َ‬
‫تع‬ ‫ما ِٰ‬‫ًْ‬ ‫ُْ‬
‫مو‬ ‫ما‪َ/‬‬
‫مأ‬ ‫ماً‬‫َِ‬
‫إ‬
‫‪Takbiratul ihram 7 kali pada raka’at pertama, menbaca bacaan tasbih setelah takbir kedua‬‬
‫‪sampai ketujuh :‬‬
ُ‫ِالَّ هللا‬
‫ه إ‬ ‫َ الَ إ‬
َ‫ِل‬ ُْ
‫د هللِ و‬ ‫َم‬ َ‫َا‬
‫ن هللاِ و الح‬ ‫ْح‬
‫سُب‬
‫َر‬
ُ ‫َك‬
‫ْب‬ ‫للُ أ‬
ُ‫و ا‬
Membaca surat al-Fatihah

Disunnahkan membaca surat Qaaf atau al-‘Alaa pada raka’at pertama

Ruku’ kemudian berdiri untuk i’tidal

Sujud dua kali dan duduk diantara dua sujud


Takbiratul ihram 5 kali pada raka’at kedua, menbaca bacaan tasbih setelah takbir pertama
sampai kelima
Membaca surat al-Fatihah

Disunnahkan membaca surat al-Qamar atau al-‘Ghasiyah pada raka’at kedua

Ruku’ kemudian berdiri untuk i’tidal

Sujud dua kali dan duduk diantara dua sujud

Duduk tasyahud akhir

Salam
Khutbah dua kali setelah shalat, pada khutbah pertama disunnahkan membaca istighfar 9 kali
dan pada khutbah kedua 7 kali.Pada saat berdoa di khutbah yang kedua, khatib menghadap
kiblat membelakangi makmum sambil mengangkat tangan setinggi-tingginya

KELOMPOK 4 : SHALAT TASBIH


Niat, membaca :
‫َع‬
/ٍ‫َات‬ ‫َك‬
‫َ ر‬
‫بع‬ ‫َر‬
َْ ‫ْحِ أ‬
‫ِي‬‫َسْب‬
‫الت‬ ََّ
‫ة‬ ‫ِى سُن‬‫َل‬‫ُص‬
‫أ‬
َ َ
‫الى‬ َ
‫تع‬ ‫َي‬
ِٰ ِ‫ْن‬
ِ‫لل‬ ‫ْع‬
‫َت‬ ‫َك‬
‫ر‬
Takbiratul ihram

Membaca surat al-Fatihah

Membaca salah satu surat al-Qur’an


Membaca tasbih 15 kali :
ُ‫ِالَّ هللا‬
‫ه إ‬ ‫َ الَ إ‬
َ‫ِل‬ ُْ
‫د هللِ و‬ ‫َم‬ َ‫َا‬
‫ن هللاِ و الح‬ ‫ْح‬
‫سُب‬
‫َر‬
ُ ‫َك‬
‫ْب‬ ‫للُ أ‬
ُ‫و ا‬
Saat ruku’, setelah usai membaca doa ruku membaca tasbih 10 kali

Saat i’tidal, usai membaca doa i’tidal membaca tasbih 10 kali


Saat sujud pertama, usai membaca doa sujud membaca tasbih 10 kali
Saat duduk antara dua sujud, usai membaca doa duduk antara dua sujud membaca tasbih 10
kali
Saat sujud kedua, usai membaca doa sujud membaca tasbih 10 kali

Usai sujud kedua pada raka’at pertama, duduk sebentar membaca tasbih 10 kali
Kegiatan raka’at selanjutnya sama (4 raka’at, dengan ketentuan jika dikerjakan pada siang
hari cukup sekali salam, dan jika dikerjakan pada malam hari dijadikan dua kali salam
Saat duduk tasyahud akhir, usai membaca doa tasyahud akhir membaca tasbih 10 kali

Salam
Shalat tasbih diilaksanakan tanpa berjama’ah tetapi sendiri-sendiri dan boleh secara serempak oleh
orang banyak dalam waktu dan tempat yang sama, asalkan tidak ada imam dan tidak ada makmum.

KELOMPOK 5 : SHALAT KHUSUF (GERHANA BULAN)/KUSUF


(GERHANA MATAHARI)
Niat, membaca :
‫َي‬
ِ‫ْن‬ ‫ْع‬
‫َت‬ ‫ة الخُسُوفِ ر‬
‫َك‬ ََّ ‫َل‬
‫ِى سُن‬ ‫ُص‬
‫أ‬
َ َ
‫الى‬ ‫تع‬َ ِ‫لل‬ ًْ
ِٰ ‫ما‬ ُْ
‫مو‬ َ/‫ما‬
‫مأ‬ ً‫ما‬َِ
‫إ‬
Takbiratul ihram

Membaca surat al-Fatihah


Disunnahkan membaca salah satu surat al-Qur’an yang panjang (100 ayat surat Al-Baqarah
pada raka’at pertama dan 70 ayat surat Al-Baqarah pada raka’at kedua)
Ruku’, kemudian berdiri untuk i’tidal

Setelah i’tidal, berdiri kembali membaca al-Fatihah

Kemudian ruku’ dan membaca i’tidal kembali


Disunnahkan membaca salah satu surat al-Qur’an yang panjang (80 ayat surat Al-Baqarah
pada raka’at pertama dan 50 ayat surat Al-Baqarah pada raka’at kedua))
Sujud dua kali dan duduk diantara dua sujud

Kegiatan yang sama dilakukan pada raka’at kedua

Duduk tasyahud akhir

Salam
KISAH PASUKAN PENUNGGANG GAJAH, KISAH DI BALIK SURAT AL-
FIIL

Kisah ini diterangkan dalam Surat Al-Fiil, terjadi pada bulan Muharrom, lima
puluh atau lima puluh lima hari sebelum kelahiran Nabi Muhammad Sholallohu ’Alaihi
wa Sallam, atau tepatnya pada akhir bulan Februari atau awal bulan Maret 571 masehi.
Peristiwa ini merupakan prolog yang dibukakan Alloh untuk nabi Muhammad
Sholallohu ’Alaihi wa Sallam.

Dikisahkan bahwa Abrahah Ash-Shabbah Al-Habsy, gubernur yang berkuasa di


Yaman dari Najasy membangun sebuah gereja yang sangat besar di Shan’ a (Yaman)
yang disebut ka’bah Yaman. Karena dia melihat bangsa Arab yang melaksanakan haji
di Ka’bah. Dengan adnya gereja yang sangat besar itu, dia menginginkan untuk
mengalihkan pusat kegiatan haji kesana dan menghancurkan Baitulloh di Mekkah.
Seseorang dari Bani Kinanah(salah satu suku Arab) mendengar niat Abrahah ini,maka
saat tengah malam,secara diam-diam dia melumuri pusat kiblatnya dengan kotoran.
Tentu saja hal ini membuat Abrahah amat murka. Raja yang menyerang Ka’bah,
Abrahah bertekad untuk memindahkan haji bangsa Arab ke gereja tersebut sebagaimana
mereka selama ini berhaji ke Ka’bah di makkah. Kaum Quraisy benar-benar murka
karenanya, sehingga sebagian dari mereka ada yang mendatangi gereja itu dan
memasukinya pada malam hari kemudian menghancurkan isi di dalamnya. Tentu saja
ini membuat Abrahah berang. Abrahah pun bersumpah akan pergi ke baitullah di
Makkah dan menghancurkannya berkeping-keping.

Dengan membawa pasukan yang jumlahnya mencapai 60 ribu prajurit, dia


menuju Ka’bah untuk menghancurkannya. Untuk kendaraannya dia memilih seekor
gajah yang paling besar, belum ada seekor gajah pun sebelumnya yang terlihat seperti
itu. Nama gajah itu adalah Mahmud. Ada juga pendapat yang menyebutkan, bersama
Abrahah terdapat delapan gajah. Ada juga yang menyatakan dua belas gajah. Wallahu
a’lam.

Maka setelah merasa gajahnya telah siap dan pasukannya telah siaga, Abrahah
dan pasukannya pun menuju Makkah. Tetapi tiba-tiba, gajah yang begitu dibanggakan
oleh Abrahah duduk berderum dan tak mau bangkit. Pasukan Abrahah memukul-mukul
gajah agar verdiri, mereka bahkan memukul kepala gajah itu dengan kapak, tetapi gajah
itu enggan berdiri. Kemudian mereka memasukkan tongkat mereka yang berujung
lengkung ke belalainya, lalu menariknya supaya ia mau berdiri, tetapi gajah itu tetap
menolak. Saat mereka mengarahkannya kembali ke Yaman, maka gajah itu berdiri dan
berjalan cepat. Saat mereka mengarahkannya ke Syam, maka ia melakukan hal yang
sama. Lalu mereka mengarahkannya ke timur, maka ia melakukan hal yang sama, yakni
berjalan cepat. Kemudian mereka mengarahkannya ke Makkah, maka gajah itu pun
kembali duduk menderum. Lalu, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengirimkan kepada
mereka burung dari lautan yang mirip dengan burung alap-alap. Pada masing-masing
burung membawa tiga batu: satu batu di paruhnya dan dua batu lainnya di kedua
kakinya, batu sebesar biji kedelai dan biji adas, yang tidak seorang pun dari mereka
yang terkena batu tersebut melainkan akan binasa. Enam puluh ribu prajurit tidak
kembali ke negerinya, bahkan prajurit yang kembali dalam keadaan sakit yang akhirnya
mati.

Tentang Abrahah sendiri,Alloh mengirimkan penyakit kepadanya, sehingga


sendi-sendi tulangnya terlepas dengan sendirinya. Setibanya di Shan’a dia menjadi
seperti anak burung. Dadanya terbelah hingga menampakkan jantungnya, lalu diapun
mati. Sedangkan saat itu orang-orang Quraisy berpencar-pencar mengungsi keatas
gunung, karena takut terhadap invasi pasukan Abrahah. Setelah pasukan Abrahah
mengalami kejadian ini, merekapun kembali lagi kerumah dalam keadaan selamat dan
aman.

Kabar tentang peristiwa ini cepat tersebar kewilayah –wilayah yang suda maju
dizaman itu. Habasyah saat itu mempunyai hubungan yang kuat dengan bangsa
Romawi. Sementara bangsa Persia juga masih
memiliki akar yang kuat, mereka selalu mengintai
apapun yang dilakukan bangsa Romawi dan
sekutu-sekutunya. Dua pemerintahan ini (persi dan
Romawi) merupakan dua kekuatan yang maju dan
beradab didunia saat itu. Maka peristiwa ini
langsung mengalihkan perhatian dunia dan
sekaligus menunjukkan kemuliaan Baitulloh, yang
telah Alloh pilih untuk sebuah pensucian dan pertanda akan munculnya manusia mulia
sebagai nabi penutup bagi seluruh umat manusia, yaitu nabi Muhammad Sholallohu
’Alaihi wa Sallam.

UMAT NABI MUSA DAN KISAH SAPI BETINA, KISAH DI BALIK SURAT
AL- BAQARAH AYAT 67-73

Kisah ini merupakan satu dari beragam kisah Israiliyat. Namun, penyebutannya
dalam Alquran membuat kisah ini benar adanya. Jika Anda membaca al-Baqarah, inilah
kisah di balik surah kedua kitabullah tersebut.

Pada zaman dahulu kala di zaman Bani Israil hidup sorang hartawan yang
kekayaannya luar biasa berlimpah. Namun, ia tak satu pun memiliki anak yang akan
mewarisi harta tersebut. Alhasil, banyak kerabat yang menginginkan dan menanti
warisan.

Hal yang ditunggu mereka pun terjadi, sang hartawan ditemukan tewas di depan
sebuah rumah penduduk. Kerabat sang hartawanlah yang kali pertama menemukan
mayatnya pada pagi hari. Maka, gemparlah seluruh desa atas kematian sang hartawan.
Masing-masing dari mereka bertanya-tanya, siapa gerangan yang membunuhnya?

Asumsi-asumsi pun bermunculan. Ada yang bilang, sang kerabat yang


menemukanlah yang membunuhnya. Yang lain mengatakan, si pemilik rumah yang
didepannya ditemukan jasad si hartawanlah pelakunya. Di tengah keributan tersebut,
datang seorang salih yang cerdas. Ia pun menengahi warga. “Mengapa kalian berkelahi?
Bukankah di antara kita ada Musa, sang rasul Allah? Mari kita tanyakan perihal ini
kepada beliau,” ujarnya. Maka, mereka pun segera berbondong-bondong menemui
Musa.

Mendengar kisah dari penduduk desa, Nabi Musa segera memanjatkan doa. Ia
memohon wahyu dari Allah agar menunjukkan rahasia di balik kematian sang hartawan.
Maka, Allah pun memerintahkan Musa agar menyuruh umatnya menyembelih seekor
sapi. “Hai Musa, apakah kau ingin menjadikan kami bahan ejekan?” ujar mereka, Nabi
Musa pun dengan sabar menjawab, “Aku berlindung dari Allah agar aku tak termasuk
orang-orang yang bodoh. Aku berlindung kepada Allah untuk tidak mengatakan sesuatu
yang bukan firman-Nya,” ujar Musa. Namun, tetap saja Bani Israil enggan menaati
perintah Musa. Mereka bermalas-malasan menyembelih seekor sapi. Pasalnya, sapi
merupakan binatang yang dihormati oleh mereka.

Saat Musa menanyakan perihal sapi tersebut, mereka pun terlihat amat malas.
Mereka justru mencari-cari pertanyaan yang dapat menunda mereka menyembelih sapi.
“Beri kami spesifikasi, berapa usia sapi itu?” ujar mereka. Nabi Musa pun menjawab,
“Tidak muda, tidak pula tua, melainkan pertengahan saja. Kerjakanlah apa yang
diperintahkan Allah kepada kalian,” perintah Musa. Lagi-lagi, mereka tak juga
menjalankan perintah itu. Setiap kali Musa menanyakannya, mereka menanyakan
spesifikasi sapi yang akan disembelih. “Apa warna sapi itu?” tanya mereka. Dengan
sabar, Musa pun menjawab, “Warnanya kuning tua, setiap kali orang memandangnya
maka akan senang melihatnya,” jawab Nabiyullah.

Bukan mencari, keesokan hari justru mereka bertanya kembali. “Beri tahu kami
bagaimana kondisi sapi itu sehingga kami dapat mencarinya,” kata mereka. Kesabaran
Musa begitu diuji, beliau pun menjawab dengan rincian yang banyak. “Sapi itu tak
pernah digunakan untuk membajak sawah atau memberi air bagi tanaman. Sapi itu pun
sangat bersih, tidak memiliki cacat,” ujar Musa. Semakin banyak bertanya, mereka
justru semakin sulit mendapatkan sapi itu. Andai mereka menurut saat perintah pertama,
mereka bebas memilih sapi manapun. Namun, sifat membangkang justru membuat
mereka semakin sulit. Setelah banyak pertanyaan, mereka justru harus mendapatkan
sapi yang sempurna. Rupanya mereka menyadari kebodohan mereka itu. Akhirnya,
mereka pun mencukupkan pertanyaan dan mulai mencari jenis sapi yang elok itu.
“Sekarang kamu menerangkan sapi itu dengan lengkap,” kata mereka.

Setelah kesulitan yang sangat mencari sapi tersebut, akhirnya mereka pun
mendapatkannya. Hampir saja mereka menyerah karena nyaris tak ada sapi yang
sesempurna itu. Sapi itu pun didapatkan dengan harga yang sangat mahal. Sapi tersebut
merupakan milik seorang yatim yang usianya masih
belia. Sapi tersebut merupakan satu-satunya warisan
sang ayah. Atas wasiat sang ayah, sapi itu tak
diizinkan bekerja dan hanya dirawat sedemikian
rupa. Kulitnya juga berwarna kuning tua yang sangat
elok. Seluruh kriteria yang Nabi Musa sebutkan ada
pada sapi tersebut.

Sapi itu pun didatangkan ke hadapan Nabi


Musa. Setelah disembelih, nabiyullah Musa mengambil sebagian anggota tubuh sapi,
kemudian memukulkannya pada jenazah tersebut. Dengan izin Allah, mayat si hartawan
hidup kembali. Nabi Musa pun segera bertanya kepada si mayat hidup. “Siapakah yang
telah membunuhmu?” Sang hartawan pun menunjuk salah serang kerabatnya. “Dia!”
ujarnya. Setelah itu, si hartawan kembali menjadi mayat dengan izin Allah.

Ternyata, sang pembunuh merupakan kerabat yang selalu menginginkan warisan


sang hartawan. Dia pula yang berpura-pura menemukan mayat sang hartawan yang dia
bunuh dan diletakkan di depan salah satu rumah penduduk desa. Namun, meski telah
terang fakta, si kerabat tetap saja menyangkal bahwa ia yang membunuhnya. “Demi
Allah, bukan aku yang membunuhnya,” ujarnya tanpa takut menyebut asma Allah
sebagai penjamin kesaksiannya. Itulah memang watak Bani Israil.

KISAH NABI NUH, KISAH DIBALIK SURAT HUUD 36-39

Nabi Nuh adalah Nabi keempat sesudah Nabi Adam. Ia keturunan kesembilan dai Nabi
Adam As. Nabi Nuh meneima wahyu kenabian dalam masa kekosongan antara dua
Rasul. Dalam masa kekosongan itu biasanya manusia secara berangsur-angsur
melupakan ajaran agama Allah. Mereka kembali menjadi musyrik, meninggalkan
kebajikan, melakukan kemungkaran dan kemaksiatan. Nabi Nuh diutus ke tengah-
tengah masyarakat yang sedang menyembah berhala. Berhala itu sebenarnya adalah
patung-patung buatan mereka sendiri. Menurut mereka berhala mempunyai kekuatan
ghaib di atas manusia. Dan mereka menamakannya sesuai dengan selera mereka sendiri.
Kadang-kadang mereka namakan Wadd dan Suwa kadang Yaguts dan kadang Ya’uq
dan Nasr.
Nabi Nuh adalah orang yang cerdas dan sabar. Ia mengajak kaumnya untuk
berpikir. Ia mengajak kaumnya melihat alam semesta ciptaan Allah. Langit dengan
bulan, bintang dan mataharinya. Bumi dengan kekayaan yang ada di atas dan di
bawahnya, berupa hewan, tumbuhan dan air yang mengalir. Pergantian siang dan
malam, semua itu menjadi bukti dan tanda kekuasaan dan keesaan Allah. Nabi Nuh juga
memberikan kabar akan adanya ganjaran berupa surge dan kenikmatannya bagi mereka
yang beramal shaleh, dan balasan siksa neraka bagi mereka yang membangkang atas
perintah Allah, yaitu mereka yang mungkar dan bergemilang dalam dosa dan
kemaksiatan. Dakwah Nabi Nuh dilakukan dengan giat siang dan malam. Baik secara
sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Beliau termasuk orang yang cerdas, fasih
berbicara, tajam pemikirannya, pandai berdiskusi, bersifat sabar dan tenang. Nabi Nuh
diangkat menjadi Rasul ketika berusia 450 tahun dan wafat pada usia 950 tahun, dengan
demikian Nabi Nuh berdakwah kepada umatnya selama lima abad atau 500 tahun.
Meski demikian pengikut Nabi Nuh yang beriman hanya sedikit yaitu kurang dari
seratus orang.

Umat Nabi Nuh banyak yang ingkar, jika Nabi Nuh mengajak beribadah kepada
Allah dan menegakkan Tauhid umatnya malah selalu menentang dan mengejeknya.
Para pengikut Nabi Nuh kebanyakan hanya para fakir miskin atau golongan ekonomi
yang lemah. Para bangsawan, orang-orang kaya dan terpandang di masyarakat malah
memusuhinya. Pada suatu ketika orang-orang kafir hendak menipu Nabi Nuh. Mereka
mengatakan bersedia mengikuti Nabi Nuh asalkan Nabi Nuh mau mengusir para
pengikutnya yang terdiri dari orang-orang miskin. Namun nabi Nuh dengan tegas
menolak permintaan orang-orang kaya itu.

Kecerdasan dan kefasihan Nabi Nuh mengalahkan segala hujah orang-orang


kafir. Akhirnya orang-rang kafir itu jengkel dan menantang Nabi Nuh. Mereka berkata :
Hai Nuh ! Sesungguhnya kamu telah membantah dengan kami, dan kamu tlah
memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami jika kamu
termasuk orang-orang yang benar. Nabi Nuh menjawab : “Hanya Allah yang akan
mendatangkan azab itu kepadamu jika Dia menghendaki, dan kamu sekali-kali tidak
akan dapat melepaskan diri. Tidaklah bermanfaat nasihatku kepadamu jika Allah
ternyata hendak menyesatkan kamu. Dia adalah Tuhanmu, dan Kepada-Nyalah kamu
dikembalikan.

Demikian keterlaluannya Kaum Nabi Nuh itu mengingkari ajaran Tuhan.


Mereka bahkan mengejek dan menghina Nabi Nuh sebagai orang bodoh dan gila.
Namun Nabi Nuh sebagai utusan Allah tetap melaksanakan tugasnya. Dan orang-orang
kafir makin keras menentangnya. Mereka bahkan mengancam membunuh Nabi Nuh.
“Sesungguhnya jika kamu tidak mau berhenti berdakwah, “kata mereka : “Maka kami
akan merajammu beramai-ramai.” Nabi Nuh Berputus Asa dari Kaumnya

Setelah dakwah yang disampaikan menemui jalan buntu. Dan pengikutnya tidak
bertambah maka Nabi Nuh mengadukan kaumnya itu kepada Tuhan : Berdoa Nabi Nuh
: “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun diantara oang-orang kafir itu
tinggal di atas permukaan bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal,
niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirka
selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir. Allah mengabulkan doa Nabi Nuh,
Allah member petunjuk agar Nabi Nuh membuat kapal yang sangat besar. Dengan kapal
itu Nabi Nuh dan kaumnya yang beriman akan selamat. Sedang kaumnya yang ingkar
akan dtenggelamkan dengan banjir yang sangat besar, sehingga tak seorang pun dari
mereka ada yang selamat. Semua akan binasa.

Selagi Nabi Nuh dan pengikutnya membuat kapal di atas bukit kaumnya yang
ingkar mengolok-ngolok dan mengejeknya. “Lihat ! Nuh semakin gila saja, masak
musim kemarau panas begini membuat perahu, di atas bukit lagi. Sungguh dia sudah
miring otaknya.” Di antara mereka bahkan ada yang berani buang kotoran di dalam
kapal yang belum selesai dibuat itu. Tentu hal itu mereka lakukan ketika Nabi Nuh dan
pengikutnya sedang tidak ada di tempat pembuatan kapal. Namun akibatnya perut
mereka yang buang kotoran itu menjadi sakit. Tak seorang pun bias menyembuhkannya.
Dengan merengek-rengek mereka minta Nabi Nuh untuk mengobatinya. Nab Nuh
hanya menyuruh mereka membersihkan kapal yang mereka kotori itu. Sesudah itu
mereka pun sembuh dari sakit perutnya. Banjir Besar Memusnahkan Orang-orang Kafir

Sesuai dengan Wahyu Allah, Nabi Nuh mengajak kaumnya memasuki kapal
yang telah selesai dibuat. Nabi Nuh juga membawa berbagai pasang binatang dalam
kapalnya itu. Tidak berapa lama sesudah Nabi Nuh dan pengikutnya yang beriman
memasuki kapal maka langit yang tadinya cerah berubah menjadi hitam pekat.
Mendung tampak tebal sekali diiringi angin kencang yang mulai berhembusan.
Bersamaan dengan turunnya hujan lebat, air dari dalam bumi memancar pula ke
permukaan.

Hujan turun dengan lebatnya, belum pernah ada hujan turun selebat itu.
Bagaikan dicurahkan dari atas langit. Rumah-rumah mulai terendam air, angin kencang
dan badai menambah kepanikan semua orang. Dari kejauhan Nabi Nuh melihat salah
satu seorang putranya yaitu Kan’an sedang berlari-lari menuju puncak gunung. Nabi
Nuh memanggil anaknya itu. “Hai anakku, kemarilah, naiklah ke kapalku maka kau
akan selamat !”. Tidak ! Aku akan berlari ke atas bukit sana, aku pasti akan selamat !.
“anakku ! Pada hari ini tidak seorang pun dapat menyelamatkan diri dari azab Allah !”.

Tapi Kan’an dengan sombongnya terus berlari, ia tidak menghiraukan panggilan


ayahnya. Ia mengira banjir itu hanya bencana alam biasa yang segera reda, maka ia
terus berlari mendaki puncak gunung. Memang Kan’an tidak mau mengikuti ajaran
Nabi Nuh. Ia lebih suka hidup bersama orang-orang kafir, karena itu ia tak mau
menumpang kapal Nabi Nuh !. Nabi Nuh merasa sedih, bagaimana pun Kan’an adalah
putranya sendiri. Maka ia berdoa kepada Allah agar Kan’an diselamatkan. Namun Allah
menolak permintaan Nabi Nuh, sebab Kan’an itu walaupun putra Nabi Nuh sendiri, ia
anak yang durhaka tidak mau beriman. Berdasarkan suatu riwayat kapal yang membawa
Nabi Nuh dan para pengikutnya itu berlayar selama 40 hari, sesudah itu banjir mereda
dan Nabi Nuh diperintahkan turun dari kapalnya. Dengan demikian binasalah orang-
orang kafir yang menentang Nabi Nuh. Hanya para pengikut Nabi Nuh yang hdup dan
menempati bumi sebagai penghuninya.
NABI SULAIMAN AS, BURUNG HUD HUD, DAN RATU BILQIS, KISAH
DIBALIK SURAT AN-NAML AYAT 20-30

Nabi Sulaiman adalah seorang nabi dan raja yang saleh. Allah memberi mukjizat
kepadanya sehingga dapat memahani bahasa binatang dan menundukkan bangsa jin.
Beliau sangat berwibawa dan ditakuti semua anak buahnya.

Suatu ketika, Nabi Sulaiman mengumpulkan seluruh tentaranya yang terdiri dari
manusia, binatang, dan para jin. Mereka semua berkumpul memenuhi undangan sang
Raja di balairung. Semua jenis binatang, besar dan kecil datang menghadiri pertemuan
itu. Setelah semua diperiksa, maka Nabi Sulaiman mengetahui bahwa burung Hud-hud
ternyata tidak hadir.

Sebenarnya burung hud-hud ini adalah mata-mata pasukan Nabi Sulaiman, yang
bertugas mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang apa saja yang patut diketahui
oleh Nabi Sulaiman. Melihat keterlambatan burung hud-hud ini, Nabi Sulaiman terlihat
agak jengkel sambil bertanya,"Di manakah burung Hud-hud, mengapa belum kelihatan.
Padahal tugasnya sangat penting, yakni mencari sumber mata air baru." Melihat hal ini,
semua pasukan yang hadir tidak berani menjawab.

Manakala Raja Sulaiman berhenti bicara, tiba-tiba burung Hud-hud datang.


Tampaknya ia habis terbang jauh dan dengan kecepatan tinggi, hingga ia tersengal-
sengal. "Wahai Hud-hud, tidakkah kau sadari kesalahanmu. Apakah kau tidak tahu
kalau sekarang aku mengadakan pertemuan? Tapi kau datang terlambat!"

"Ampun baginda raja. Sesungguhnya aku baru saja mengadakan perjalanan jauh
sampai ke suatu negeri yang engkau tidak pernah mengetahuinya. Negeri ini bernama
kerajaan Saba'. Kerajaan ini diperintah oleh seorang wanita. Keadaan negeri ini sangat
makmur. Namun sayang, mereka menyembah matahari," kata burung hud-hud
menceritakan pengalamannya.

Tetapi Raja Sulaiman tidak serta merta mempercayai kabar tersebut. Untuk
membuktikan kebenaran dari ucapan burung hud-hud, Nabi Sulaiman menuliskankan
surat, dan meminta burung hud-hud untuk mengirimkannya kepada sang ratu penguasa
negeri Saba yang bernama Balqis. Karena untuk bisa sampai ke negeri Saba. burung
hud-hud harus menerjang hembusan angin yang sangat kencang, maka burung hud-hud
meminta kepada Raja Sulaiman untuk membungkus surat itu dalam sampul emas yang
tahan terhadap angin. Dan akhirnya terbanglah burung hud-hud menuju negeri Saba.

Tibalah burung hud-hud di negeri Saba. Sesampainya di sana, diam-diam


burung hud-hud menjatuhkan surat itu tepat mengenai kepala sang ratu hingga
membuatnya terbangun. Ia membuka sampul surat itu dan membacanya. "Surat ini dari
Sulaiman dan sesungguhnya surat berbunyi,'Dengan Nama Allah, Maha Pemurah dan
Maha Penyayang.' Bahwa janganlah kamu sekalian sombong terhadapku dan datanglah
kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri." (QS An-Naml: 30-31).

Itulah kalimat awal pembuka yang ditulis Sulaiman. Selanjutnya sang Raja
menambahkan untuk mengajak ratu Balqis untuk masuk Islam dan menghentikan cara
ibadah menyembah matahari. Setelah membaca surat itu, Ratu Balqis mengadakan
pertemuan dengan para menterinya, untuk membicarakan bagaimana menghadapi sikap
raja lain yang berani mencegah kerajaan Saba' menyembah matahari. Semua itu
diperhatikan oleh burung hud-hud tanpa tertinggal sedikitpun, dan ia jadikan sebagai
bahan laporan untuk Raja Sulaiman.

Kembalilah burung hud-hud ke Sulaiman. Melihat burung hud-hud kelelahan


akibat terbang dalam jarak jauh, Nabi Sulaiman pun menjulurkan tangannya sehingga
burung hud-hud bisa hinggap di tangan Nabi Sulaiman. Beliau kemudian berkata,"Hai
hud-hud, sampaikanlah laporanmu kepadaku!"

Kemudian burung hud-hud menceritakan semuanya dari mulai sang ratu


membuka surat hingga mengumpulkan semua menterinya untuk membicarakan langkah
apa yang akan diambil sehubungan surat Nabi Sulaiman tersebut. Sang ratu meminta
saran yang terbaik dari para menterinya. Rupanya sang ratu merasa khawatir, bila
Sulaiman beserta bala tentaranya akan menyerang negeri Saba. Untuk itu, Ratu Balqis
berkeinginan untuk mengirimkan seorang utusan kepada Nabi Sulaiman sambil
membawa hadiah-hadiah yang menarik. Mendengar cerita hud-hud, Nabi Sulaiman pun
tersenyum.

Akhirnya utusan dari negeri Saba pun pergi ke kerajaan Sulaiman. Utusan itu
disambut dengan ramah tamah oleh Nabi Sulaiman. Setelah mendengar uraian utusan
itu, maka Raja Sulaiman pun berkata,"Kembalilah kamu dengan hadiah-hadiah ini
kepada ratumu. Katakanlah kepadanya bahwa Allah telah memberiku rezeki dan
kekayaan yang melimpah ruah dan mengaruniaiku nikmat yang tidak diberikan kepada
makhluk-Nya yang lain. Selain itu aku telah diutus sebagai nabi dan rasul-Nya dan
dianugerahi kerajaan yang luas serta kekuasaanku meliputi jin dan binatang-binatang."

Utusan Ratu Balqis segera kembali ke negerinya dan langsung menemui


ratunya. Sementara sang Ratu terperanjat mendengarkan cerita tentang kerajaan
Sulaiman dan utusannya. Diam-diam Ratu Balqis sangat ingin melihat dari dekat
bagaimana kerajaan Sulaiman.Dalam hatinya ingin menaklukkan dan menguasai
kerajaan itu.

Pada saat yang ditentukan, Ratu Balqis membawa laskarnya yang terpilih.
Mereka berangkat menuju kerajaan Sulaiman. Sementara itu mata-mata kerajaan
Sulaiman yang terdiri dari para jin memberitahukan kepada sang raja bahwa tak lama
lagi Ratu Balqis akan datang bersama laskar pilihannya. Maka Raja Sulaiman
mengumpul para jin dengan maksud memberi tugas penting. "Siapa yang bisa
memindahkan singgsana Ratu Balqis?" tanya Nabi Sulaiman. "Saya sanggup
memindahkannya, sebelum Tuan berdiri dari tempat duduk,"jawab jin Ifrit. "Kalau saya
sanggup memindahkannya sebelum mata Tuan berkedip," kata orang saleh dari kaum
Nabi Sulaiman. Pada saat itu juga singgasana Ratu Balqis sudah berada di depan Nabi
Sulaiman. Melihat hal itu, Nabi Sulaiman langsung bersungkur sujud dan bersyukur
kepada Allah atas kekuasaan Allah yang telah diperlihatkan kepadanya.

Beliau pun memerintahkan bangsa jin untuk membangun sebuah istanaa yang
sangat indah. Lantainya terbuat dari kristal bening. Dindingnya dari kayu cendana yang
harum. Atapnya terbuat dari kaca sehingga cahaya matahari dapat dibiaskan menjadi
tujuh warna. Beliau memerintahkan agar pembangunan istana itu diselesaikan sesegera
mungkin sebelum Ratu Balqis datang.

Tak lama kemudian, tibalah Ratu Balqis di kerajaan Sulaiman. Ia menyarankan


agar para laskar yang mengawalnya cukup berhenti di luar kota untuk menjaga hal-hal
yang tidak diinginkan. Ratu Balqis hanya dikawal beberapa orang pembesar memasuki
istana Raja Sulaiman. Ia benar-benar takjub dengan kemegahan dan kemewahan
kerajaan tersebut. Berkali-kali mulutnya berdecak kagum dan kepala bergeleng-geleng.
Ratu Balqis dipersilahkan duduk di singgasana yang telah dipersiapkan. "Wah, rasanya
seperti singgasana di kerajaanku?" gumam Balqis terkagum-kagum. "Benarkah?", tanya
Raja Sulaiman. "Ya, ini benar-benar persis seperti singgasanaku."

"Ketahuilah bahwa singgasana ini memang benar-benar milikmu. Singgasana ini


kupindahkan ke mari sebelum engkau datang," Nabi Sulaiman menjelaskan. Ratu Balqis
semakin heran dengan kemukjizatan Sulaiman.
Akhirnya di saat itulah dia menyatakan beriman
kepada Allah dan meninggalkan cara lama,
yakni kebiasaan menyembah matahari.
Mendengar pernyataan ini, Raja Sulaiman senag
hatinya. Ia lalu mengajak Ratu Balqis
berkeliling-keliling istana. Lagi-lagi ratu dibuat
takjub ketika memasuki lantai kaca yang
dikiranya air, sehingga ia buru-buru mengangkat gamis (baju panjangnya). "Tak usah
mengangkat gamismu, ini bukan air, tetapi hanya lantai kaca" kata Sulaiman sambil
tersenyum. Semenjak itulah antara kerajaan Saba dan kerajaan Sulaiman bekerja sama
dengan baik, karena seiman/seagama. Ratu Balqis mengharuskan rakyatnya memeluk
agama nabi Sulaiman Alaihis Salam (Islam). Akhirnya Ratu Balqis yang cantik itu pun
diperistri oleh Nabi Sulaiman, dan kerajaan dijadikan satu.

KISAH ASHABUS SABTI - ORANG-ORANG YANG MELANGGAR


LARANGAN HARI SABTU, KISAH DIBALIK SURAT AL-A’RAAF
AYAT 163-166

Umat Nabi Musa as pada hari Sabtu merupakan hari pantangan untuk
menangkap ikan atau bekerja. Pada hari Sabtu tersebut, mereka dianjurkan untuk
beribadah kepada Allah SWT. Bagi yang membangkang, maka akan menerima azab.

Dikisahkan dalam Al Qur'an bahwa Bani Israil merupakan umat Nabi Musa as.
Saat itu Bani Israil tinggal di daerah pantai sehingga sebagian besar mata
pencahariannya adalah sebagai nelayan. Allah SWT memberikan kewajiban kepada
Bani Israil untuk taat dan patuh melalui rasul-Nya. Melalui Nabi Msa as, Bani Israil
diperintahkan untuk beribadah pada hari Sabtu. Pada hari itu, tidak boleh ada aktivitas
mencari nafkah atau berburu ikan di laut. Pada hari itu hanya digunakan untuk
menyembah kepada Allah SWT. Sedangkan untuk menangkap ikan, Bani Israil
diperbolehkan pada hari-hari yang lain, kecuali hari Sabtu. "Baiklah, kami taat
kepadamu Musa karena engkau adalah nabi kami," kata Bani Israil. Hari Sabtu
Dimuliakan.

Sejak saat itu, hari Sabtu menjadi hari yang dimuliakan oleh Bani Israil. Mereka
mengisi hari tersebut dengan beribadah pada Allah SWT. Segala aktivitas baik berupa
pencarian ikan di laut atau perniagaan berhenti semua pada hari itu. Meskipun pada hari
itu ikan-ikan di laut terlihat sangat banyak dan muncul di permukaan laut, tetapi mereka
tetap patuh. Saat itulah iblis mulai menggoda Bani Israil. Mereka menanamkan sesuatu
yang buruk di hati Bani Israil tersebut. "Inilah kesempatanku untuk menggoda mereka,"
tutur iblis dengan hati senang. Sesaat kemudian, iblis menyamar dan mendatangi Bani
Israil. Ia pun duduk dan berbaur dengan orang-orang yang gelisah membicarakan
hilangnya ikan.

Setelah berbicara panjang lebar, iblis pun menawarkan suatu ide cemerlang.
"Kawan-kawan, bagaimana kalau kita tetap melaut dan mencari ikan pada hari Sabtu.
Ingatlah bahwa ada hari itu ikan-ikan ramai berdatangan di perairan kita. Di lain hari
Sabtu, ikan-ikan menghilang entah kemana.Jadi, kita harus menangkap dan menjaring
ikan tersebut pada hari Sabtu saja," penuturan iblis kepada Bani Israil yang gelisah.
Terjadilah perdebatan panjang dari Bani Israil. Mereka tak yakin dengan usulan iblis.
Namun, iblis cukup cerdik dan akhirnya ia berhasil meyakinkan argumentasi untuk
menguatkan godaannya. "Jangan ragu-ragu, kita akan makan apa jika kita jatuh miskin.
Bagaimana dengan nasib anak-anak dan istri kita. Aku yakin, Musa pasti tidak tega jika
kita menderita," tegas iblis menguatkan godaannya. "Baiklah, kita sepakat dengan
usulmu. Kita tetap akan berlayar mencari ikan meskipun itu hari Sabtu," jawab Bani
Israil dengan serempak.

Peringatan Allah SWT. Ketika hari Sabtu tiba, banyak kalangan Bani Israil
yang menolak beribadah. Mereka tetap melaut untuk mencari ikan. "Kenapa hanya
sedikit Bani Israil yang datang beribadah di hari Sabtu ini?" tanya Nabi Musa as. Salah
seorang penduduk yang masih taat pada Allah menjawab, "Wahai Nabi kami, kaum
Bani Israil banyak yang melaut pada hari ini. Alasannya, ikan-ikan saat hari Sabtu
sangat banyak, sedangkan di hari lain ikannya sangatlah sedikit."

"Ya Allah, kenapa mereka tetap tidak taat kepada-Mu, padahal mereka telah aku
tolong dari berbagai bahaya yang mengancam. Dari itu, berikanlah peringatan kepada
mereka," ucap nabi Musa as sambil berdoa kepada Allah SWT. Ternyata Allah SWT
mengabulkan doa Nabi Musa as. Seluruh Bani Israil yang tidak beribadah di hari Sabtu,
dilaknat berubah menjadi monyet. Mereka pun tidak memiliki keturunan hingga mereka
mati.
Kisah Ashabus Sabti - Orang-orang Yang Melanggar Larangan Hari Sabtu, Al-Ustadz
Abu Muhammad Harits Abrar Thalib

Sepenggal kisah perjalanan bangsa Yahudi yang terkenal dengan tipu muslihat dan
makarnya. Mudah-mudahan menjadi pelajaran bagi kaum muslimin.

Sepenggal kisah perjalanan bangsa Yahudi yang terkenal dengan tipu muslihat dan
makarnya. Mudah-mudahan menjadi pelajaran bagi kaum muslimin.

Negeri Aylah1

Kota yang terletak di tepi laut antara negeri Mesir dan Makkah. Ibnu Katsir
rahimahullahu dalam Al-Bidayah wan Nihayah menambahkan, antara Madyan dan
Thur. Negeri yang subur dengan kurma dan hasil laut berupa ikan yang berlimpah. Kota
ini merupakan batas pertama wilayah Hijaz. Penduduknya terdiri dari berbagai ras. Kota
ini termasuk batas kerajaan Romawi zaman dahulu. Negeri ini pula yang diisyaratkan
oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firman-Nya:
َ‫عا َويَ ْو َم لَ يَسْبتُون‬ ُ ‫سبْته ْم‬
ً ‫ش َّر‬ َ ‫سبْت إ ْذ ت َأْتيه ْم حيت َانُ ُه ْم يَ ْو َم‬
َّ ‫َت َحاض َرة َ ْالبَحْ ر إ ْذ يَ ْعدُونَ في ال‬
ْ ‫عن ْالقَ ْريَة الَّتي َكان‬
َ ‫َواسْأ َ ْل ُه ْم‬
َ‫سقُون‬ُ ‫لَ ت َأْتيه ْم َكذَلكَ نَ ْبلُو ُه ْم ب َما َكانُوا َي ْف‬

“Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika
mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan
(yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang
bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba
mereka disebabkan mereka berlaku fasik. ” (Al-A’raf 163)

Dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan Nabi-Nya menanyai orang-
orang Yahudi di Madinah, tentang saudara-saudara mereka yang dahulu menyelisihi
perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga mereka diterpa azab tiba-tiba karena
perbuatan dan tipu muslihat (hiyal) mereka dalam menyelisihi, serta men-tahdzir
mereka agar jangan menyembunyikan sifat-sifat beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang tercantum dalam kitab mereka, agar mereka tidak terkena apa yang telah dialami
oleh para pendahulu mereka.

Mereka adalah penduduk Aylah. Demikian uraian Ibnu Katsir rahimahullahu dalam
Tafsir-nya.

Dahulu, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan mereka mencurahkan tenaga,


pikiran dan waktu untuk hari Jum’at. Tapi mereka mengatakan: “Kami akan berusaha
untuk hari Sabtu, karena Allah selesai mencipta pada hari Sabtu. “

Akhirnya ditetapkanlah bagi mereka hari Sabtu.

Konon, mereka masih berpegang dengan ajaran Taurat dalam menghormati hari Sabtu
di masa itu. Waktu itu, mereka diharamkan melakukan usaha dalam bentuk apapun.
Sementara ikan-ikan banyak berenang dari laut ke tempat mereka dengan tenang dan
aman tanpa diganggu sedikitpun. Tapi pada selain hari Sabtu, ikan-ikan itu tidak pernah
datang lagi.

Melihat hal ini, merekapun melakukan tipu muslihat agar dapat menangkap ikan-ikan
tersebut. Mereka memasang tali, jaring dan perangkap serta menggali lubang ke arah
tempat air yang sudah mereka buat untuk menampung ikan-ikan yang dihanyutkan oleh
air laut. Sehingga kalau ikan-ikan itu sudah berada di dalam lubang itu, mereka tidak
dapat keluar lagi untuk kembali ke laut.

Mereka pun memasangnya pada hari Jum’at. Ketika ikan-ikan datang dan terperangkap
pada hari Sabtu, mereka menutup jalur menuju laut sehingga ikan-ikan itu terperangkap.
Setelah lewat hari Sabtu, mereka mengambil ikan-ikan tersebut.

Akhirnya Allah Subhanahu wa Ta’ala murka dan melaknat mereka karena perbuatan
yang mereka lakukan untuk melanggar perintah-Nya serta apa yang diharamkan-Nya
dengan sebuah tipu muslihat (hiyal). Secara kasat mata, seolah-olah mereka tidak
berbuat apa-apa, padahal mereka telah melakukannya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman mengisahkan kejadian tersebut: ‫( ﮫ‬Dan
tanyakanlah kepada mereka), yakni Bani Israil, ‫َت َحاض َرة َ ْال َبحْ ر‬ ْ ‫عن ْالقَ ْر َية الَّتي َكان‬ َ (tentang
negeri yang terletak di dekat laut); di tepi pantai, tentang pelanggaran yang mereka
lakukan serta hukuman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang ditimpakan atas mereka, ‫إ ْذ‬
‫سبْت‬
َّ ‫( َي ْعدُونَ في ال‬ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu), padahal Allah
Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan mereka agar mengagungkan dan
menghormati hari tersebut dan jangan berburu apapun juga. Lalu Allah Subhanahu wa
Ta’ala uji mereka dengan datangnya ikan-ikan kepada mereka ‫عا‬ ُ ‫سبْته ْم‬
ً ‫ش َّر‬ َ ‫( َي ْو َم‬terapung-
apung di permukaan air di hari Sabtu itu), demikian berlimpah, terapung di permukaan
laut. ‫( َويَ ْو َم لَ يَسْبتُونَ ﯠ‬dan di hari-hari yang bukan Sabtu), ‫( لَ ت َأْتيه ْم ﯣ‬ikan-ikan itu tidak
datang kepada mereka), mereka berenang di dalam laut hingga tidak terlihat seekor
ikanpun. َ‫سقُون‬ ُ ‫( َكذَلكَ نَ ْبلُو ُه ْم ب َما َكانُوا يَ ْف‬Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan
mereka berlaku fasik). Jadi, kefasikan merekalah yang menyebabkan mereka diuji Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Seandainya mereka tidak melanggar ketaatan kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala maafkan mereka, tidak
menghadapkan mereka kepada bala dan kejelekan.

Akhirnya, mereka melakukan tipu muslihat untuk menangkapnya.

Setelah ada sebagian dari mereka menangkap ikan-ikan tersebut, terpecahlah mereka
menjadi tiga; sebagian melakukannya, sebagian lagi mengingkari perbuatan mereka itu,
dan yang lain tidak mengerjakan, tidak pula mencegah, tapi mereka mengingkari
perbuatan tersebut. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang mereka:

‫عذَابًا شَديدًا‬ ُ ‫ت أ ُ َّمة م ْن ُه ْم ل َم ت َع‬


َ ‫ظونَ قَ ْو ًما للاُ ُم ْهل ُك ُه ْم أ َ ْو ُمعَذبُ ُه ْم‬ ْ َ‫َوإ ْذ قَال‬

Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: “Mengapa kamu menasihati
kaum yang Allah akan membinasakan atau mengazab mereka dengan azab yang amat
keras?” (Al-A’raf: 164)

Seolah-olah mereka hendak menyampaikan kepada orang-orang yang mencegah itu:


“Apa gunanya nasihat/peringatan buat orang yang melanggar apa yang diharamkan oleh
Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak mau memerhatikan (nasihat) orang yang memberi
nasihat? Bahkan terus-menerus dalam pelanggaran serta sikap melampaui batasnya,
karena Allah Subhanahu wa Ta’ala tentu mengazab mereka, apakah dengan
membinasakan mereka atau dengan siksaan yang berat. “

Orang-orang yang mencegah perbuatan tersebut berkata: “Kami menasihati dan


melarang mereka itu:

َ‫َم ْعذ َرة ً إلَى َرب ُك ْم َولَ َعلَّ ُه ْم يَتَّقُون‬

“Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Rabb kamu. ” (Al-
A’raf: 164)

Yaitu terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada kami dalam ber-amar ma’ruf dan
nahi munkar, karena takut akan azab-Nya. َ‫( َولَ َعلَّ ُه ْم يَتَّقُون‬Dan supaya mereka bertakwa),
yakni agar mereka mau meninggalkan kemaksiatan yang mereka lakukan tersebut
sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala melindungi mereka dari azab-Nya dan memaafkan
mereka kalau mereka bertaubat, serta menunjuki mereka lalu beramal sesuai dengan
perintah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫سوا َما ذُك ُروا بﮫ‬


ُ َ‫فَلَ َّما ن‬

“Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka. ” (Al-A’raf:
165)

Yakni tatkala mereka tidak mau memerhatikan orang-orang yang melarang mereka dari
perbuatan buruk tersebut, bahkan terus menerus tenggelam dalam penyelewengan dan
pelanggaran,

‫سوء‬ َ َ‫أ َ ْن َج ْينَا الَّذينَ يَ ْن َه ْون‬


ُّ ‫عن ال‬

“Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat. ” (Al-A’raf: 165)

Yaitu orang-orang yang melakukan amar ma’ruf nahi munkar; Kami selamatkan dari
azab. Demikianlah ketetapan (sunnah) Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap hamba-
hamba-Nya; apabila siksaan itu turun, selamatlah orang-orang yang melakukan amar
ma’ruf nahi munkar.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:


َ َ‫َوأ َ َخ ْذنَا الَّذين‬
‫ظلَ ُموا‬

“Dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim. ” Yaitu mereka yang melakukan
pelanggaran di hari Sabtu tersebut.

‫بعَذَاب بَئيس‬

“Siksaan yang keras,” yang menyakitkan.

ُ ‫ب َما َكانُوا يَ ْف‬


َ‫سقُون‬

“Disebabkan mereka selalu berbuat fasik. “

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala terangkan azab yang ditimpakan kepada mereka
itu dengan firman-Nya:

َ‫ع ْنﮫُ قُ ْلنَا لَ ُه ْم ُكونُوا ق َردَة ً خَاسئين‬


َ ‫ع ْن َما نُ ُهوا‬ َ ‫فَلَ َّما‬
َ ‫عت َْوا‬

“Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang mereka dilarang
mengerjakannya, Kami katakan kepadanya: ‘Jadilah kamu kera yang hina’. ” (Al-A’raf:
166)
Adapun kelompok lain yang menegur orang-orang yang mencegah/melarang perbuatan
itu sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
ُ ‫ت أ ُ َّمة م ْن ُه ْم ل َم ت َع‬
‫ظونَ قَ ْو ًما للاُ ُم ْهل ُك ُه ْم‬ ْ َ‫َوإ ْذ قَال‬

“Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: ‘Mengapa kamu menasihati
kaum yang Allah akan membinasakan mereka?’. “

Para ulama berbeda pendapat tentang kelompok ini, apakah mereka selamat atau juga
ikut binasa. Ada yang mengatakan mereka termasuk yang selamat dari azab Allah
Subhanahu wa Ta’ala, adapula yang mengatakan mereka juga menerima azab. Secara
lahiriah, mereka selamat. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala khususkan kebinasaan itu
hanya menimpa orang-orang yang zalim, dan Dia tidak menyatakan bahwa mereka
adalah orang-orang yang zalim. Sehingga ini menegaskan bahwa hukuman itu hanya
khusus menimpa orang-orang yang melanggar larangan di hari Sabtu. Di samping itu,
karena amar ma’ruf nahi munkar hukumnya fardhu kifayah; jika sudah ada yang
menjalankan maka gugurlah dari yang lain. Jadi, mereka mencukupkan diri karena
sudah adanya peringatan dan nasihat dari yang lain. Bahkan ternyata, mereka juga
mengingkari perbuatan tersebut, melalui ucapan mereka dalam ayat ini:

َ ‫ظونَ قَ ْو ًما للاُ ُم ْهل ُك ُه ْم أ َ ْو ُم َعذبُ ُه ْم‬


‫عذَابًا شَديدًا‬ ُ ‫ل َم ت َع‬

“Mengapa kamu menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau
mengazab mereka dengan azab yang amat keras?”

Mereka tampakkan kemarahan terhadap para pelaku maksiat itu, di mana sikap ini
menegaskan betapa besar kebencian mereka terhadap perbuatan orang-orang itu, bahwa
Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menghukum mereka dengan hukuman yang sangat
berat.

Demikian pula menurut Ibnu Katsir rahimahullahu, yang benar adalah pendapat
pertama, bahwa kelompok yang hanya mengingkari saja, juga selamat. Kepada
pendapat inilah Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma rujuk, setelah dia berdiskusi dengan
maula-nya, ‘Ikrimah rahimahullahu.

Ceritanya, ketika ‘Ikrimah menemui Ibnu ‘Abbas, dia melihat Ibnu ‘Abbas sedang
menangis. Lalu dia bertanya apa yang menyebabkannya menangis. Ibnu ‘Abbas
radhiyallahu ‘anhuma menunjukkan ayat-ayat ini kepadanya seraya berkata: “Tahukah
engkau negeri Aylah?”

“Ya,”kata ‘Ikrimah.

Kata Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma: “Ada segolongan Yahudi di sana, datang
kepada mereka ikan yang banyak pada hari Sabtu, gemuk-gemuk. Tapi di luar hari
Sabtu, mereka tidak mampu menangkapnya kecuali dengan susah payah. Ketika mereka
dalam keadaan demikian, setan membisikkan bahwa mereka dilarang memakannya
hanya pada hari Sabtu, maka tangkaplah pada hari itu dan makanlah di hari yang lain. “
Akhirnya, satu kelompok berpendapat seperti ini, dan yang lain melarang dan
mencegah: “Kalian itu dilarang untuk menangkap dan memakannya pada hari Sabtu. “

Setelah itu Ibnu Katsir rahimahullahu menguraikan kisah seputar tipu muslihat yang
mereka lakukan lalu berkata: “Kemudian Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhumamembaca
ayat ini:
َ َ‫سوء َوأ َ َخ ْذنَا الَّذين‬
‫ظلَ ُموا ب َعذَاب بَئيس‬ َ َ‫سوا َما ذُك ُروا بﮫ أ َ ْن َج ْينَا الَّذينَ يَ ْن َه ْون‬
ُّ ‫عن ال‬ ُ َ‫فَلَ َّما ن‬

“Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami
selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada
orang-orang yang zalim siksaan yang keras. ” (Al-A’raf: 165)

Lalu beliau radhiyallahu ‘anhumaberkata: “Saya lihat, orang-orang yang melarang itu
selamat, tapi saya tidak melihat yang lain disebut-sebut. Sementara kita juga melihat
banyak hal yang kita ingkari dan tidak mengatakan apa-apa. “

Sayapun berkata: “Semoga Allah jadikan aku tebusanmu. Tidakkah engkau lihat bahwa
mereka juga membenci dan menyelisihi apa yang dilakukan orang-orang yang
melanggar tersebut? Bahkan mereka mengatakan (sebagaimana dalam firman Allah
Subhanahu wa Ta’ala tersebut):
ُ ‫ل َم ت َع‬
‫ظونَ قَ ْو ًما للاُ ُم ْهل ُك ُه ْم‬

“Mengapa kamu menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka?”

Kemudian, Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhumamemberinya dua helai kain tebal.


Demikian pula riwayat Mujahid dari beliau. Sekian uraian Ibnu Katsir rahimahullahu.

(Bersambung, insya Allah)

1 Inilah yang masyhur, meskipun sebagian ulama ada yang tidak memastikan bahwa
nama negeri itu adalah Aylah. Yang jelas, dia adalah sebuah kota pantai (di Laut
Merah). Sekarang lebih dikenal dengan nama Teluk Aqabah. Wallahu a’lam.

You might also like