Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 8

RELATIONSHIP OF CLIMATIC ELEMENTS TO DENGUE

HEMORRHAGIC FEVER (DHF) CASES IN PADANG CITY, 2014 - 2018


Robet Triarjunet ¹, Khairul Nizam¹ , Roma Yuliana 2 , Delvalianggi 2
1
Geography Study Program, Padang State University,Padang
2
Faculty of Public Health, Andalas University ,Padang
robertriarjunet@gmail.com ,

ABSTRACT

Padang City is an endemic area of Dengue Hemorrhagic Fever ( DHF ) with the highest incidence rate in West
Sumatra Province from 2014-2018. This study aims to determine the spatial and temporal of increasing DHF cases and
to know the relationship of climatic elements with DHF cases in Padang city 2014-2018. This study used ecology design
with type of the Time Series Study. Sampel in this study was all the data DHF cases had recorded by Padang health
department and climate element data hade recorded by BMKG Teluk Bayur in 2014-2018. Data were analyzed by using
spatial analysis with ArcGIS and linear regression correlation analysis. The results of study was showed the average
number of DHF cases in Padang city in 2014-2018 was 66 cases, rainfall average was 364.50 mm, temperature average
was 27.31 0C, humidity was 79.23%, solar radiation was 4.60 hours and wind speed was 1.23 knots. Spatially known that
Kuranji district is the highest risk area of DHF, while temporally the number of DHF cases increased in August - March.
The result between the relationship of DHF cases with climatic elements was rainfall (pv = 0.124, R = 0.201) ,
temperature (pv = 0.0001, R = 0.461) , duration of solar radiation (pv = 0.382, R = 0.115) , humidity (pv = 0.084 , R =
0.225) , and wind speed (pv = 0.275, R = 0.143). Based on the results of the research showed that temperature is a risk
factor that most influence on the DHF case. It is recommended to Padang Health to improve the prevention and control
of DHF such as eliminate mosquito breeding, larvacide, counseling, and fogging focus in August - March, and focused in
Kuranji district.

Keywords: DHF, Ecology, Climatic Elements , Temperature

HUBUNGAN UNSUR IKLIM DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE


(DBD) DI KOTA PADANG TAHUN 2014 – 2018
Robet Triarjunet¹, Khairul Nizam¹, Roma Yuliana2, Delvalianggi2
¹Program Studi Geografi, Universitas Negeri Padang,Padang
2
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Andalas,Padang
robertriarjunet@gmail.com ,

ABSTRAK

Kota Padang merupakan daerah endemis penyakit Demam Beradarah Dengue (DBD) dengan insiden rate tertinggi
di Provinsi Sumatra Barat dari tahun 2014-2018. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran spasial dan
temporal peningkatan kasus DBD serta mengetahui hubungan unsur iklim dengan kejadian DBD di Kota Padang tahun
2014-2018. Metode yang digunakan adalah studi ekologi dengan jenis Time Series Study. Sampel dalam penelitian ini
adalah seluruh data DBD yang tercatat di Dinas Kesehatan Kota Padang dan data unsur iklim yang tercatat di BMKG
Teluk Bayur tahun 2014 sampai 2018. Pengolahan data mengunakan analisis spasial dengan ArcGis dan analisi korelasi
linear.Hasil penelitian menunjukan rata rata perbulan jumlah kasus DBD di kota padang tahun 2014-2018 adalah 66
kasus,rata rata curah hujan 364.50 mm, suhu 27.310c, kelembaban 79.23 %, lama penyinaran matahari 4.60 jam dan
kecepatan angin 1,23 knots.Secara spasial Kecamatan Koto Tangah merupakan daerah resiko tinggi penyakit DBD,
sedangkan secara temporal jumlah kasus DBD meningkat pada bulan Agustus - Maret. Hasil analisis kejadian DBD
dengan unsur iklim yaitu curah hujan (pv= 0.124, R=0.201), suhu (pv=0.0001, R=0.461), lama penyinaran matahari (pv=
0.382, R=0.115), kelembaban (pv=0.084, R=0.225), dan kecepatan angin (pv= 0.275, R=0.143). Dari hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahawa suhu memiliki hubungan yang erat dengan kejadian DBD. Disarankan kepada Dinas
Kesehatan Kota Padang untuk meningkatkan upaya pencegahan dan pengendalian DBD seperti pemberantasan sarang
nyamuk, larvasidasi, penyuluhan, dan fogging fokus terutama pada Kecamatan Koto Tangah.

Kata Kunci: DBD, Ekologi, Unsur Iklim,Suhu


Pendahuluan

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah kasus dengan jumlah kematian 1.071 orang (IR 50.75 per
penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan 100.000 penduduk dan CFR 0.83%). Hal ini belum
(1)
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini mencapai target Renstra Kementerian Kesehatan untuk
mempunyai perjalanan yang sangat cepat dan sering angka kesakitan DBD pada tahun 2015 yaitu <49 per
menjadi fatal karena banyak pasien yang meninggal 100.000 penduduk.(4)
akibat terlambatnya penanganan.(2) Menurut WHO, 50
Salah satu propinsi di Indonesia yang hampir
juta infeksi Dengue terjadi di seluruh dunia setiap
seluruh Kabupaten/Kota memiliki daerah endemis DBD
tahunnya dan 2.5 miliar orang berisiko terkena penyakit
adalah Sumatera Barat. Berdasarkan data Dinas
DBD. Selain itu, 500.000 orang yang terkena penyakit
Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, pada tahun 2014
DBD memerlukan rawat inap setiap tahunnya dan 90%
terdapat sebanyak 2.282 kasus (IR= 45.75 per
diantaranya adalah anak-anak berusia kurang dari lima
(5)
100.000 ) .pada tahun 2015 terdapat sebanyak 3.886
tahun. Penyakit yang awalnya banyak terjadi di daerah
kasus(IR= 74,78 per 100.000 penduduk )(belum dikasi no)
.
perkotaan ini kini telah menyebar ke daerah pedesaan.(3)
pada tahun 2016 terdapat sebanyak 3,952 kasus (IR=
Kawasan Asia Tenggara terkena dampak paling 75,13 per 100.000 penduduk). pada tahun 2017 terdapat
serius terhadap penyakit DBD. Sebanyak 1.3 miliar orang sebanyak 3952 kasus (IR= 74,26 per 100.000 penduduk).
hidup di daerah endemis DBD. Sejak tahun 1985 sampai dan pada tahun 2018 terdapat sebanyak Permasalahan
dengan tahun 2009 jumlah kasus DBD menunjukkan yang dihadapi dalam pengendalian penyakit DBD antara
angka yang fluktuatif setiap tahunnya. Selama 3 sampai 5 lain kurangnya perhatian sebagian masyarakat terhadap
tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah kasus DBD kebersihan lingkungan khususnya Pemberantasan Sarang
dengan epidemi yang berulang terutama di Negara Nyamuk (PSN) penular DBD, angka bebas jentik yang
Thailand, Indonesia dan Myanmar, akan tetapi angka masih rendah yaitu <95% dan adanya perubahan iklim. (6)
kematian kasus DBD sejak tahun 1985 yang cenderung
Kota Padang adalah penyumbang kasusu DBD
menurun dapat dikaitkan dengan manajemen kasus yang
terbayak di Sumatera Barat, dengan menduduki peringkat
lebih baik.(3)
teratas dari semua kabupate kota di sumatera Barat.
Penyakit DBD sejak dilaporkan pertama kali pada Berdasarkan data laporan dari Dinas Kesehatan Kota
tahun 1968 di Jakarta dan Surabaya, jumlah kasus DBD Padang pada tahun 2014 jumlah kasus DBD sebanya 666
terus bertambah seiring dengan meluasnya daerah kasus, dengan jumlah kematian 4 orang (IR 75,95 per
(1)
endemis DBD. Pada tahun 2014 jumlah kasus DBD 100,000 penduduk, dan CFR 0,9%). pada tahun 2015
dilaporkan sebanyak 100.347 kasus dengan Incidence terdapat sebanyak 1.126 kasus, dengan jumlah kematian 8
Rate (IR) 39.80 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2015 orang (IR 124,77 per 100.000 penduduk, dan CFR 0,7%).
terjadi peningkatan jumlah kasus DBD sebanyak 129.650 Pada tahun 2016 terdapat sebanyak 911 kasus, dengan
jumlah kematian 11 orang (IR 99,56
per 100.000 penduduk, dan CFR 1,2%). pada tahun 100.000 penduduk, dan CFR 0.5%). Meskipun mengalami
2017 terdapat sebanyak 604 kasus dengan jumlah penurunan kasus di tahun 2014 dan 2015, namun angka
kematian 4 orang (IR 65,15 per 100.000 penduduk, dan kematian DBD mengalami peningkatan pada tahun 2016
CFR 0,6%). dan pada tahun 2018 terdapat sebanyak 568 yang melewati target CFR yaitu 1%, dan kembali turun
kasus, dengan jumlah kematian 3 orang ( IR 60,48 per pada tahun 2017 dan 2018.
Metode

Saat ini telah terjadi perubahan lingkungan yang Penelitian ini menggunakan rancangan studi ekologi
nyata, bukan hanya dalam skala kecil di lingkungan rumah, dengan jenis time series study. Studi ekologi digunakan
melainkan secara mendunia yaitu pemanasan global yang untuk melihat hubungan antara unsur iklim dengan
menyebabkan perubahan iklim di seluruh dunia. Secara kejadian DBD. Populasi dalam penelitian ini adalah
tidak langsung perubahan tersebut mempengaruhi seluruh kejadian DBD yang tercatat di Dinas Kesehatan
distribusi, populasi, serta kemampuan nyamuk dalam Kota Padang dari tahun 2014-2018. Seluruh populasi ini
beradaptasi, sehingga terjadi peningkatan penyakit dijadikan sampel dalam penelitian ini.
menular seperti DBD.(9) Peningkatan kasus DBD dapat
Data sekunder tentang jumlah kejadian penyakit
dipengaruhi oleh perubahan iklim yang cenderung
DBD per bulan diukur dengan telaah dokumen. Hasil
menambah jumlah habitat vektor DBD dan infrastruktur
laporan dan rekapitulasi data kejadian DBD di Dinas
penyediaan air bersih yang tidak memadai.(5)
Kesehatan Kota Padang dari tahun 2014-2018 digunakan
Penelitian yang dilakukan oleh Wirayoga di Kota sebagai alat ukur. Data sekunder tentang unsur iklim yang
Semarang menunjukkan adanya hubungan bermakna terdiri dari suhu, curah hujan,, lama penyinaran matahari,
sedang antara suhu udara (r = -0.439), curah hujan (r = kelembapan udara, dan kecepatan angin tahun 2014-2018
0.403), dan kelembaban (r = 0.533) dengan kejadian DBD. diperoleh dari pencatatan data bulanan stasiun BMKG
Tidak terdapat hubungan antara kecepatan angin (r = 0.057) Sicincin. Hasil pencatatan dan rekapitulasi data iklim
dengan kejadian DBD.(10) Penelitian yang dilakukan oleh tersebut dijadikan alat ukur.
Zambrano dkk di Honduras pada tahun 2010 juga
Hasil
menunjukkan adanya hubungan curah hujan (r2 = 0.6556),
hari hujan (r2 = 0.5173), dan kelembapan (r2 = 0.5151) Berdasarkan gambaran spasial Incidence Rate (IR)
dengan kasus DBD.(11) Penelitian yang dilakukan oleh penyakit DBD di Kota Padang selama tahun 2014-2018
Dini dkk di Kabupaten Serang pada tahun 2009 diketahui bahwa Kecamatan Kuranji selalu termasuk
menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna daerah dengan risiko tinggi penyakit DBD. Sementara itu
antara lama penyinaran matahari dengan insiden DBD (r = pergerakan kasus DBD di 11 kecamatan, di kota Padang
(12)
-0.109). memliliki pergerakan naik turun, dimana puncak
meningkatnya kasus DBD secara signifikan pada tahun
Melihat kecenderungan/trend kejadian penyakit
2015 dan 2016, dan kembali turun pada tahun
DBD yang berfluktuatif dalam beberapa tahun terakhir
2017-2018.Berdasarkan trend kejadian DBD di Kota
dengan Incidence Rate yang terus meningkat, serta kondisi
Padang tahun 2014-2018 diketahui bahwa persentase
iklim di Kota Padang, penulis tertarik melakukan
jumlah kejadian DBD pada 11 Kecamatan di Kota Padang
penelitian lebih lanjut mengenai “Hubungan Unsur Iklim
selama tahun 2014-2018 dari yang tertinggi ke terendah
dengan Kejadian DBD di Kota Padang Tahun 2014-2018”.
berturut-turut adalah
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
spasial dan temporal kejadian Demam Berdarah Dengue Tabel 1. Jumlah Kasus dan Presentase DBD
(DBD), serta mengetahui hubungan unsur iklim dengan perkecamata Kota Padang tahun
kejadian DBD di Kota Padang tahun 2014-2018. 2014-2018
Gambara kejadian DBD
padang padang padang padan koto
nangalo perbulan yang telah terjadi
utara selatan timur g barat tangah
dengan dinamis dan berubah
jumlah
275 169 238 153 820 278 ubah setiap bulannya di kota
kasus
Padang selam 5 tahun yaitu
% 7,35% 4,51% 6,36% 4,08% 21,91% 7,43%
mulai tahun 2014-2018, itu
terbukti dari hasil pencatatn kasus DBD di dinas Kota
Padang. Pada bulan Januari 2014 sampai bulan Mei 2015
jumlah kasus DBD berada di angka 50-87 Kasus setiap
bulannya, sedangkan pada bulan
lubuak lubuak
kuranji pauah bungus Juni 2015 sampai bulan April
kilangan bagalung
Berdasarkan trend kejadian 2016 jumlah kasus DBD
jumlah
DBD di Kota Pariaman tahun 225 835 338 298 112 mengalami kenaikan yaitu
kasus
2014-2018 diketahui bahwa berada pada angak 92-138 kasus
% 6,01% 22,32% 9,03% 8,01% 3,21%
persentase jumlah kejadian setiap bulannya, dan jumlah
DBD pada 11 Kecamatan di Kota Padang selama tahun kasus DBD kembali turun pada bulan Mei 2016 samapai
2014-2018 dari yang tertinggi ke terendah berturut-turut bulan Desember 2018 berkisar antara 35-84 kasus setiap
adalah Kecamatan Padang Utara yaitu 275 kasus bulannya
(7,35%),Kecamatan Padang Selatan yaitu 169 kasus
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kejadian DBD perbulan
(4,51%),Kecamatan Padang Timur yaitu 238 kasus
Kota Padang Tahun 2014-2018
(6,36%),Kecamatan Padang Barat yaitu 153 kasus
(4,08%),Kecamatan Koto Tangah 820 kasus
Rata Rata Max Min SD
(22,12%),Kecamatan Nanggalo yaitu 278 kasus
(7,43%),Kecamatan Lubuak Kilangan yaitu 225 kasus DBD 66,20 138 34
(6,11%),Kecamatan Kureanji yaitu 835 kasus
(22,32%),Kecamatan Pauah yaitu 338 kasus
(9,03%),Kecamatan Lubuak Bagaluang yaitu 298 kasus Distribusi frekuensi dari kejadian DBD per bullan di
(7,96%), dan Kecamatan Bungus sebanyak 112 kasus kota padang dari tahun 2014-2018 menujukan rata rata
(3,04%)Berdasarkan analisis diketahui bahwa terjadi kejadian DBD yaitu 66,20 kasus,jumlah kasus DBD
peningkatan jumlah kasus DBD yang signifikan pada tetingi terjad pada bulan Februari 2016 dengan jumlah
semua Kecamatan di Kota Padang dari tahun 2015 ke kasus sebanyak 138 kasus,sedangkan kasus terendah
tahun 2016. Berdasarkan rata-rata kejadian DBD per bulan berada pada bulan juni 2017 yaitu 34 kasus.
selama tahun 2014-2018 didapatkan pola yang
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Curah Hujan Kota Padang
berfluktuatif pada bulan Januari – Mei. Peningkatan
Tahun 2014-2018
kejadian DBD terjadi pada bulan Agustus – Mei

Rata Rata Max Min SD

Curah
Distribusi Frekuensi Kejadian DBD 364.50 951.00 82.00
Hujan
Unsur iklim terdiri dari Curah Rata Rata Max Min SD
Hujan,Suhu,Kelembaban, Lama Penyinaran Matahari,dan
Kecepatan Angin. distribusi frekuensi dari curah hujan Lama P M 4.61 7.41 0.25

perbulan kota Padang tahun 2014-2018 menujukan rata


rata curah hujan kota padang tahun 2014-2018 adalah
364,50 mm. Curah hujan teringgi terjadi pada bulan Distribusi frekuensi lama penyinaran matahari
November 2017 yaitu 951 mm. Dan curah hujan terendah perbulan kota Padang tahun 2014-2018 menujukan rata
terjadi pada bulan Oktober 2015 yaitu 82 mm/bln. rata lama penyinaran matahariKota Padang tahun
2014-2018 adalah 4,61 jam. lama penyinaran matahari
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Suhu Kota Padang tahun
tertinggi terjadi pada bulan Juli 2015 yaitu 7,41 jam. lama
2014-2018
penyinaran matahari terendah terjadi pada bulan januari
2014 yaitu 0,25 jam.
Rata Rata Max Min SD
Tabel 7. Distrbusi Frekuensi Kecepatan Angin Kota
Suhu 27.31 28.19 26.14
Padang Tahun 2014-2018

Rata Rata Max Min SD


Distribusi frekuensi dari suhu perbulan kota padang
tahun 2014-2018 menujukan rata rata Suhu kota padang Kecepatan Angin 1.23 1.75 0.61

tahun 2014-2018 adalah 27,310C. suhu teringgi terjadi


pada bulan April 2016 yaitu 28,19 0C .suhu terrendah
terjadi pada bulan Oktober 2018 yaitu 26,14 0C. Dan distribusi frekuensi keceopatan anggin perbulan
kota Padang menujukan rata rata kecepatan anggin Kota
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kelembaban Udara Kota
Padang tahun 2014-2018 adalah 1,23 Knots. Kecepatan
Padang tahun 2014-2018
anggin tertinggi terjadi pada bulan September 2014 yaitu
2,17 Knots. dan kecepatananggin terrendah terjadi pada
Rata
Max Min SD bulan Oktober 2018 yaitu 0,61 Knots
Rata
Pembahasan
Kelembaban 79.23 84.90 67.46
Curah Hujan dengan Kejadian DBD. Penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Distribusi frekuensi kelembaban udara kota padang Mangguang di Kota Padang menunjukkan tidak ada
tahun 2014-2018 menujukan presentase Kelembaban rata hubungan yang bermakna antara curah hujan dengan
rata Kota Padang 2014-2018 adalah 79,23%. kelembaban kejadian DBD yaitu (p = 0.163).(16) Penelitian lain yang
tertinggi terjadi pada bulan Oktober 2018 yaitu 84,90%. dilakukan oleh Mangguang di Tanah Datar juga
dan Kelembaban terendah terjadi pada bulan Februari menunjukkan tidak terdapat hubungan antara curah hujan
2014 yaitu 67,46%. dengan kejadian DBD yaitu (p = 0.465).(17) Selain itu,
penelitian yang dilakukan oleh Dini dkk di Kabupaten
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Lama Penyinaran Matahari
Serang juga menunjukkan tidak ada hubungan antara
Kota Padang tahun 2014-2018
curah hujan dengan angka insiden DBD yaitu (p =
0.114).(12)
Pada dasarnya, curah hujan mempunyai pengaruh Berdasarkan analisis korelasi antara hubungan unsur
yang bervariasi terhadap vektor nyamuk. Hal ini iklim dengan kejadian DBD di Kota Padang tahun
(18)
tergantung dari banyaknya hujan dan kondisi fisik tanah. 2014-2018 diketahui bahwa terdapat hubungan yang
Menurut Sulasmi, curah hujan yang tinggi mempengaruhi bermakna antara suhu dengan kejadian DBD (pv=0.0001),
ketersediaan air bagi perkembangbiakan nyamuk Aedes memiliki kekuatan yang erat ( R=0.461), dengan arah
aegypti sebagai vektor penyakit DBD, sehingga dapat positif. Menurut asumsi peneliti terdapat hubungan antara
mempengaruhi kemampuan penularan penyakit DBD dari suhu dengan kejadian DBD di kota Padang
(19)
penderita ke orang sehat.
Suhu mempunyai hubungan erat dengan dengan
Berdasarkan analisis korelasi antara hubungan unsur siklus perkembangan nyamuk, dan berpengaruh langsung
iklim dengan kejadian DBD di Kota Padang tahun terhadap perkembangan parasit dalam tubuh nyamuk.
2014-2018 diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang Menurut Kementerian Kesehatan RI, rata-rata suhu
bermakna antara curah hujan dengan kejadian DBD (pv= optimum untuk perkembangbiakan vektor berkisar antara
0.124,), memiliki kekuatan lemah ( R=0.201) dengan arah 25-27°C, dan memerlukan rata-rata selama 12 hari. Pada
positif. suhu diatas optimum (32-35°C) siklus hidup nyamuk
Aedes menjadi lebih pendek (7 hari), potensi frekuensi
Curah hujan di Kota padang tahun 2014-2018 dengan
makan menjadi lebih sering, ukuran tubuh nyamuk
rata-rata 364,50 mm seharusnya dapat mempengaruhi
menjadi lebih kecil dari ukuran normal sehingga
ketersediaan air bagi perkembangbiakan nyamuk dan
pergerakan nyamuk menjadi lebih agresif. Perubahan
mempengaruhi penularan penyakit DBD. Upaya
tersebut menimbulkan risiko penularan menjadi 3 kali lipat
masyarakat Kota Padang dalam melakukan pemberantasan
lebih tinggi.(15)
sarang nyamuk sebelum ataupun sesudah turunnya hujan
dapat menyebabkan tidak bermaknanya hubungan curah
hujan dengan kejadian DBD di Kota Pardang.
Lama Penyinaran Matahari dengan Kejadian
Suhu dengan Kejadian DBD. Penelitian ini sejalan DBD
dengan penelitian yang dilakukan oleh Dini dkk di
Kabupaten Serang yang menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara suhu dengan insiden
DBD yaitu (p = 0.321).(12) Penelitian yang dilakukan oleh
Djati dkk Kabupaten Gunung Kidul juga menunjukkan
tidak ada hubungan bermakna antara suhu dengan kejadian
DBD yaitu (p = 0.606).(13) Begitu juga dengan penelitian
yang dilakukan oleh Zubaidah di Kota Banjarbaru
menunjukkan bahwa suhu udara memberikan kontribusi
negatif (-1%) terhadap kejadian DBD, sehingga suhu
udara tidak memberikan pengaruh terhadap kejadian DBD
di Kota Banjarbaru.(14)
Kelembapan Udara dengan Kejadian DBD.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Ariati dan Musadad di Kota Batam yang
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara kelembapan dengan kejadian DBD yaitu
(r = 0.11).(20) Begitu juga dengan penelitian yang
dilakukan oleh Mangguang di Tanah Datar menunjukkan
tidak ada hubungan yang bermakna antara kelembapan
dengan kejadian DBD yaitu (p = 0.20) dan (r = 0.14).(17)
Penelitian lain yang dilakukan oleh di Mangguang Kota
Padang juga menunjukkan tidak ada hubungan yang
signifikan antara kelembaban udara dengan kasus DBD (p
= 0.100).(16)

Secara teori, kelembapan dapat mempengaruhi


distribusi dan lama hidup nyamuk.(18) Suhu yang
meningkat disertai dengan kelembapan tertentu
menyebabkan perilaku nyamuk semakin meningkat untuk
melakukan perkawinan. Setelah mengadakan perkawinan,
perilaku nyamuk menggigit manusia atau binatang
semakin meningkat. Kelembapan optimal bagi kehidupan
nyamuk adalah 70-80%.(12)

Kelembapan udara di Kota Padang berkisar antara


67,46% – 84,90%, Menurut asumsi peneliti, tidak
bermaknanya hubungan antara kelembapan udara dengan
kejadian DBD di Kota Pariaman tahun 2007-2016 dapat
disebabkan karena kelembapan udara di Kota Padang
berada pada batas atas kelembapan optimal bagi
kehidupan nyamuk. Selain itu, kelembapan udara juga erat
kaitannya dengan suhu. Pola kenaikan suhu yang tidak
ekstrim yaitu tidak melebihi 1°C per bulannya dapat
menyebabkan ketidakbermaknaan hubungan antara
kelembapan udara dengan kejadian DBD di Kota Padang
tahun 2014-2018.

Kecepatan Angin dengan Kejadian DBD.


Kesimpulan

Berdasarkan gambaran spasial diketahui Kecamatan


Kuranji merupakan daerah dengan risiko tinggi penyakit
DBD selama tahun 2014 - 2018. Berdasarkan analisis
temporal diketahui bahwa pola kejadian DBD di Kota
Padang tahun 2014 - 2018 mengalami peningkatan pada
bulan Agustus - Mei, sedangkan rata-rata kejadian DBD
tertinggi terjadi pada bulan Juni 2015 sampai bulan April
2016. Variabel , curah hujan, kelembapan udara Lama
penyinaran matahari dan kecepatan angin tidak memiliki
hubungan yang bermakna atau hubungan yang lemah arah
positif dengan kejadian DBD di Kota Padang tahun
2014-2018. sedangka suhu memiliki hubungan kekuatan
sedang dengan arah positif dengan kejadian DBD di Kota
Padang tahun 2014-2018.

You might also like