Professional Documents
Culture Documents
26 109 1 PB PDF
26 109 1 PB PDF
26 109 1 PB PDF
ABSTRACT
Capsicum. Beberapa jenis cabai telah sebagai tanaman hias karena keragaman
Tantri Swandari et al. : Penggunaan Alat Sensor Warna untuk Menduga Derajat……………..…….
(Djarwaningsih, 2005). Warna buah cabai subjektif (Murakami, et. al., 2005).
karakter yang sangat penting dalam atau lebih akan terlihat sama walaupun
warna bertingkat dari kuning, jingga instrumen analisis warna yang dikenal
sampai merah juga coklat sebagai dengan istilah sensor warna. Penggunaan
kombinasi dari warna merah dan hijau. sensor warna dapat mendefinisikan
Warna buah cabai belum masak bervariasi perbedaan warna sebagai perbandingan
dari kuning, hijau, ungu muda sampai numerik antara warna sampel
ungu gelap (Smith, 1950). Warna pada dengan standar (Almegakm, 2015).
senyawa klorofil, karotenoid, dan dianggap lebih mudah dan murah pada
Analisis warna secara visual pada (Seelye et. al., 2011). Penelitian ini
nitrogen daun, akumulasi senyawa dan pada buah cabai hasil persilangan.
Tantri Swandari et al. : Penggunaan Alat Sensor Warna untuk Menduga Derajat……………..…….
Banguntapan pada bulan Maret 2013 polibag. Media tanam berupa campuran
sampai Mei 2014. Tanaman cabai yang tanah dan pupuk kompos dengan
adalah dua genotipe cabai hias (Capsicum ialah NPK Mutiara dengan dosis 10g/L.
dibagian batang, daun, bunga, dan buah. diberikan sesuai intensitas serangan
Pada tahap ini, empat genotipe cabai tetua CR-400 sehingga akan diperoleh nilai
dilakukan yaitu A×BR dan A×CP beserta warna kuning). Pengukuran kuantitatif
Tantri Swandari et al. : Penggunaan Alat Sensor Warna untuk Menduga Derajat……………..…….
L*a*b* akan menunjukkan nilai Chroma berdasarkan rumus Petr dan Frey (1966)
buah tersebut. Nilai chroma meningkat hp = potensi rasio, F1 = rata-rata nilai F1,
maka warna akan terang, sedangkan jika HP = rata-rata tetua tertinggi, MP = nilai
nilai chroma turun menunjukkan warna tengah kedua tetua. Berdasarkan nilai
sedang jika hue bernilai ≤ 90˚ (dominansi atau resesif penuh),0 < hp <1
Pengukuran warna buah cabai tetua memiliki warna buah fase muda hijau,
persilangan dan populasi keturunan F1 fase sedang jingga, dan fase tua merah.
maupun F1R (resiprokal) pada fase buah Persilangan antara tetua A dan CP
sensor warna menunjukkan koordinat memiliki warna buah yang identik dengan
L*a*b yang berbeda walaupun secara kedua tetuanya. Nilai koordinat warna
identik. Berdasarkan gambar 2, dapat memiliki warna hijau yang lebih terang
diketahui bahwa tanaman tetua A dan CP (cerah) sedang tetua CP memiliki warna
44
Tantri Swandari et al. : Penggunaan Alat Sensor Warna untuk Menduga Derajat……………..…….
buah hijau pekat. Hal ini bisa diamati merah terang daripada CP. Warna buah
berdasarkan nilai chroma, tetua A chroma fase muda dan fase matang pada populasi
32,37 dan tetua CP bernilai 18,04. keturunan F1 (A×CP) dan F1R (CP×A)
Demikian pula warna buah tetua A dan menunjukkan nilai L*a*b, chroma, dan
CP pada fase buah matang secara hue yang tidak beda nyata sehingga
subjektif menunjukkan warna identik diduga tidak ada efek tetua betina
Tabel 1. Rerata nilai koordinat L*a*b*, chroma, dan hue warna buah cabai
Koordinat Warna
L a b Chroma Hue Warna subjektif
Populasi M T M T M T M T M T M T
A
(C.frutescens) 36,62 38,77 -14,93 50,97 35,65 35,92 32,37 62,36 113,98 8,09 hijau merah
CP
(C.annuum) 31,97 35,36 -15,63 41,52 23,87 41,50 18,04 58,71 127,51 32,68 hijau merah
A x CP 28,57 21,72 -21,67 30,44 29,36 19,13 19,81 35,95 132,28 1,17 hijau merah
CP x A 26,08 18,97 -19,40 30,07 27,47 19,10 19,45 35,62 130,46 1,20 hijau merah
T-hit 1,21 1,62 -1,54 0,16 0,97 0,02 (ns pada koordinat warna L, a, dan b)
Keterangan: Deskripsi warna menggunakan L* a* b* CIELAB, dengan L* (cerah atau gelap) berkisar antara hitam (0) sampai putih (100); a*
keberadaan warna merah (a* > 0) atau hijau (a* < 0); b* keberadaan warna kuning (b* > 0) atau biru (b* < 0). Chroma (saturasi atau
tingkatan terang), saat nilai chroma meningkat maka warna akan lebih terang sedang saat nilai chroma menurun maka warna akan
pudar. Hue (ketipisan warna) sebagai hasil pengukuran sudut yang jika bernilai 0⁰ = merah dan 90⁰ = kuning. M= fase buah muda,
T= fase buah tua. Signifikasi (p < 0,05).
Nilai chroma dari buah cabai fase gen tetua yang terwariskan kepada
kisaran warna yang lebih luas untuk potensi yang disajikan dalam bentuk
Tantri Swandari et al. : Penggunaan Alat Sensor Warna untuk Menduga Derajat……………..…….
Gambar 1. Skema posisi relatif sifat warna populasi F1 dan F1R terhadap kedua tetua persilangan
populasi keturunan pertama (F1; A×CP) nilai hue, populasi keturunan pertama
dan resiprokal (F1R; CP×A) memiliki (F1; A×CP) dan keturunan resiprokal
nilai potensi rasio kecerahan yang (F1R;CP×A) memiliki nilai potensi rasio
mendekati tetua cabai CP. Hal ini yang melebihi kedua tetuanya, sehingga
bahwa buah fase muda pada populasi F1 cabai keturunan F1 dan F1R memiliki
maupun F1R memiliki kecerahan warna warna buah yang lebih hijau daripada
1 2
Gambar 2. Buah tanaman tetua cabai dan keturunan F1 maupun F1R. 1) Persilangan cabai A dan
CP, 2) Persilangan cabai A dan BR
46
Tantri Swandari et al. : Penggunaan Alat Sensor Warna untuk Menduga Derajat……………..…….
Tabel 2. Rerata nilai koordinat L*a*b*, chroma, dan hue warna buah cabai.
Populasi Koordinat warna
L a b Chroma Hue Warna subjektif
M T M T M T M T M T M T
A 36,62 38,77 -14,93 50,97 35,65 35,92 32,37 62,36 113,98 8,09 hijau merah
(C. frutescens)
BR 51,18 40,18 20,47 47,87 -8,88 35,90 18,44 59,84 335,51 13,61 ungu merah
(C .annuum)
A x BR 13,96 23,06 -3,32 32,02 10,57 21,04 10,04 38,32 201,72 2,81 hijau merah
keunguan
BR x A 16,38 21,84 -1,44 31,10 8,89 21,26 8,77 37,67 202,90 6,19 hijau merah
keunguan
T-hit -1,17 0,66 -1,54 0,55 0,89 -0,10 (ns pada koordinat warna L, a, dan b)
Keterangan: Deskripsi warna menggunakan L* a* b* CIELAB, dengan L* (cerah atau gelap) berkisar antara hitam (0) sampai putih (100); a*
keberadaan warna merah (a* > 0) atau hijau (a* < 0); b* keberadaan warna kuning (b* > 0) atau biru (b* < 0). Chroma (saturasi
atau tingkatan terang), saat nilai chroma meningkat maka warna akan lebih terang sedang saat nilai chroma menurun maka warna
akan pudar. Hue (ketipisan warna) sebagai hasil pengukuran sudut yang jika bernilai 0⁰ = merah dan 90⁰ = kuning. M= fase buah
muda, T= fase buah tua. Signifikasi (p < 0,05).
Secara subjektif tetua A memiliki buah transisi (Gambar 2). Buah cabai fase tua
Persilangan kedua tetua cabai tersebut tetua A relatif lebih merah daripada buah
menghasilkan keturunan F1 dan F1R tetua BR (Tabel 2). Warna buah cabai
keunguan. Buah cabai fase tua pada tetua resiproknya menunjukkan nilai chroma
A, BR, keturunanan F1 dan F1R dan hue yang relatif sama yaitu termasuk
identik yaitu merah. Berdasarkan nilai Nilai potensi rasio kecerahan warna buah
chroma dan hue, buah cabai muda tetua A cabai keturunan F1 dan F1R
memiliki kisaran warna hijau cerah menunjukkan efek dominan lebih, dengan
sedangkan tetua BR menunjukkan kisaran nilai chroma warna buah cabai keturunan
warna ungu gelap yang akan berangsur- F1 dan F1R lebih kecil daripada kedua
angsur menjadi ungu cerah pada fase tetuanya. Nilai hue warna buah cabai
47
Tantri Swandari et al. : Penggunaan Alat Sensor Warna untuk Menduga Derajat……………..…….
dengan nilai hue berada diantara kedua dapat digunakan untuk menduga derajat
tetuanya (Gambar 3). Dengan demikian, dominansi sifat warna pada buah cabai.
Gambar 3. Skema posisi relatif sifat warna populasi F1 dan F1R terhadap kedua tetua persilangan
Hasil ini didukung dengan pengamatan karena akumulasi zat warna antosianin
anatomis buah hasil persilangan tetua A pada vakuola lapisan sel eksokarp
dan BR yang menunjukkan tidak adanya maupun mesokarp buah muda. Warna
warna transisi. Peristiwa ini diduga ungu pada bagian buah diatur oleh gen
dari salah satu tetua bersifat dominan diidentifikasi memiliki homologi dengan
cabai tanaman tetua A memiliki warna berperan sebagai faktor transkripsi untuk
hijau karena mengandung zat warna mengatur ekspresi gen dalam siklus
klorofil dan karotenoid. Tanaman tetua biosintesis antosianin (Cheng, L., et. al.,
Gambar 4. Irisan melintang buah cabai hasil persilangan tetua A dan BR. 1) irisan buah fase muda, 2) irisan
buah fase matang, a) akumulasi antosianin, b) akumulasi klorofil, c) akumulasi kromoplas.
48
Tantri Swandari et al. : Penggunaan Alat Sensor Warna untuk Menduga Derajat……………..…….
Populasi keturunan pertama (F1; yaitu termasuk dalam kisaran warna hijau
F1R memiliki kecerahan warna buah sensor warna dapat digunakan untuk
yang relatif mendekati tingkat kecerahan menduga derajat dominansi sifat warna
tetua cabai CP. Buah cabai muda pada buah cabai hasil persilangan
keturunan F1 dan keturunan resiprok dari walaupun masih perlu dilakukan analisis
DAFTAR PUSTAKA
Oancea, S., dan L.Oprean. 2011.
Anthocyanins from Biosynthesis
Almegakm. 2015. Mengidentifikasi
in Plants to Human Health
Perbedaan Warna Menggunakan
Benefits. Acta Universitatis
Koordinat L*a*b* atau
Cibiniensis Series E.Food
L*C*h*.http://analisawarna.com
Technology. Vol. XV (2011)
/2015/08/17/mengidentifikasi-
No.1.
perbedaan-warna menggunakan-
lab-atau-lch-koordinat/
Murakami, P.F., M.R. Turner, A.K. van
den Berg, P.G.Schaberg. 2005.
Cheng, L., Yanjun Xu, E. Grotewold,
An Instructional Guide for Leaf
Zhiping Jin, F. Wu, C.Fu, D.
Color Analysis using Digital
Zhao. 2007. Characterization of
Imaging Software. General
Anthocyanidin Synthase (ANS)
technical Report NE-327.
Gene and Anthocyanidin in Rate
United States Department of
medicinal Plant. Plant Cell Tiss
Agriculture. Northeastern
Organ Cult (2007) 87: 63-73.
Research Station.
Djarwaningsih, Tutie. 2005. Capsicum
Seelye, M.,G. S. Gupta, D. Bailey. 2011.
spp (cabai): Asal, Persebaran
Low Cost Colour Sensors for
dan Nilai Ekonomis.
Monitoring Plant Growth in a
Biodiversitas. Volume 6, No. 4,
Laboratory. School of
Hal. 292-296.
Engineering and Advance
Technology (SEAT), Massey
49
Tantri Swandari et al. : Penggunaan Alat Sensor Warna untuk Menduga Derajat……………..…….