Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

JOURNAL

Journal OF ECONOMIC
Of Economic MANAGEMENT
Management & No.
& Business - Vol. 14, BUSINESS
4, Oktober 2013 465
Volume 14, Nomor 4, Oktober 2013
ISSN: 1412 – 968X
Hal. 465-472

ANALISIS KONTRIBUSI DAN PENGARUH PAJAK


HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP
PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
(PAD) KOTA LHOKSEUMAWE

Umaruddin Usman
Dosen pada Fakultas Ekonomi, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe

The growth rate of hotel tax and tax Lhokseumawe City restaurants for 8 years
is pretty good and should be maintained, this is evidenced by the growth in average
85.30% to 132.44% tax on hotel and restaurant tax, for restaurant tax, both of kind
this tax, enable to increase it’s contribution of PAD 53.04% average by 9(nine) years.
The purpose of research to know the contribution tax on hotel and restaurant tax on
revenue (PAD) Lhokseumawe and know the influence of tax on hotel and restaurant
tax on revenue (PAD) Lhokseumawe. The study uses secondary data , with a model
of multiple linear regression analysis of the data. The survey results revealed the
influence of hotel tax and restaurant tax to PAD Lhokseumawe town can be seen
from the results of the test data showed coefficient of 7912 which means that if the
observation variables constant, a 1% hotel tax and restaurant tax would increase
Revenue (PAD) Lhokseumawe by 79.12%. Hotel tax variable coefficient of 30 890,
which means that an increase in hotel taxes increased 1%, the revenue (PAD) Lhok-
seumawe will be increased by 30.89). Variable coefficients restaurant tax for 3907,
which means that if an increase in improved 1% restaurant tax, the revenue (PAD)
Lhokseumawe will increase by 39.07%. The amount of the tax effects of the hotel
and restaurant tax revenue (PAD) Lhokseumawe it is understood that the hotel tax
and restaurant tax is part of the revenue sources.

Keywords: Hotel Tax, Restaurant Tax, Improvement, Revenue


466 Umaruddin Usman

Latar Belakang patkan dana dari pemerintah tingkat atas (Widjaja,


2001:24).
Dalam upaya mendukung pelaksanaan pem- Menurut data Dinas Pengelola Keuangan
bangunan nasional, pemerintah memberikan Dan Aset Daerah (DPKAD) Kota Lhokseu-
kesempatan untuk menyelenggarakan otonomi mawe (2011), realisasi penerimaan PAD Kota
daerah dengan megeluarkan Undang-Undang No Lhokseumawe selama periode tahun 2003 hingga
22 Tahun 1999 dan diperbaharui dengan Undang- 2011 berfluktuasi, dengan rata-rata realisasi per-
Undang No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan tumbuhannya selama 9 tahun sebesar 26,83%.
daerah dan Undang Undang No. 25 tahun 1999 Realisasi penerimaan PAD Kota Lhokseumawe
yang diperbaharui dengan Undang-Undang No. mengalami peningkatan selama periode tahun
33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan 2003 hingga tahun 2007. Akan tetapi kemundu-
antara pemerintah pusat dan daerah. ran terjadi pada tahun 2008 dimana target PAD
Seiring dengan diberlakukannya otonomi dae- Rp 25.404.571.421,- justru yang terealisasi hanya
rah, maka dikenal pula istilah desentralisasi fiskal. mencapai Rp 20.604.686.381,- dengan tingkat
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun pertumbuhan -18,85% dari tahun 2007, kema-
2004 tentang Pemerintah Daerah, desentralisasi langan yang sama juga dialami pada tahun 2011
fiskal adalah penyerahan wewenang pemerintahan dimana target PAD Rp 33.100.405.000,- ternyata
oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom un- realisasi hanya mencapai Rp 30.506.475.000,-
tuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dengan tingkat pertumbuhan -7,83%, kemundu-
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indo- ran realisasi PAD dari target yang telah ditetapkan
nesia. Dengan diberlakukannya kebijakan desen- pada tahun 2007 sampai dengan 2011 disebabkan
tralisasi fiskal, maka daerah diberikan kebebasan oleh beberapa faktor, diantaranya terdapat bebe-
untuk mengatur sistem pembiayaan dan pemban- rapa dunia usaha yang sebelum ini merupakan sa-
gunan daerahnya sesuai dengan potensi dan kapa- lah satu sumber pajak di Kota Lhokseumawe telah
sitasnya masing-masing. berhenti beroperasi, tingkat pengangguran yang
Untuk mendukung pelaksanaan otonomi yang meningkat tajam akibat berakhirnya masa tugas
maksimal pemerintah mengeluarkan kebijaksan- Badan Rekontruksi dan Rehabilitasi (BRR) Aceh
aan dibidang penerimaan daerah yang berorientasi dan Nias pasca Tsunami pada tahun 2009 dan fak-
pada peningkatan kemampuan daerah untuk mem- tor-faktor lainnya.
biayai urusan rumah tangganya sendiri dan dipri- Salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah
oritaskan pada penggalian dana sumber-sumber (PAD) adalah pajak daerah yang memiliki kon-
daerah. Sumber pendapatan daerah menurut Un- tribusi yang sangat penting dalam membiayai
dang-Undang No. 33 tahun 2004 adalah: pemerintahan dan pembangunan daerah karena
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) pajak daerah bermanfaat dalam meningkatkan ke-
2. Dana Perimbangan. mampuan penerimaan PAD dan juga mendorong
3. Pinjaman daerah laju pertumbuhan ekonomi daerah. Berkenaan
4. Lain-lain pendapatan daerah yang sah. dengan hal tersebut, Pemerintah Daerah Kota
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan Lhokseumawe yang merupakan daerah otonom
salah satu indikator yang menentukan derajat mencoba untuk memaksimalkan penerimaan pa-
kemandirian suatu daerah. Semakin besar pene- jak daerah, dalam UU No 34 Tahun 2000 pajak
rimaan PAD suatu daerah maka semakin rendah daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh
tingkat ketergantungan pemerintah daerah terse- pribadi/ badan kepala daerah tampa imbalan lang-
but terhadap pemerintah pusat. Sebaliknya, sema- sung yang seimbang (Prakosa, 2003:13). Adapun
kin rendah penerimaan PAD suatu daerah maka jenis jenis pajak daerah menurut Undang Undang
semakin tinggi tingkat ketergantungan pemerintah No. 34 tahun 2000 adalah :
daerah tersebut terhadap pemerintah pusat. Penda- 1. Pajak Hotel
patan Asli Daerah (PAD) merupakan usaha daerah 2. Pajak Restoran
guna memperkecil ketergantungan dalam menda- 3. Pajak Hiburan
Journal Of Economic Management & Business - Vol. 14, No. 4, Oktober 2013 467

4. Pajak Reklame nyelenggarakan pemerintahan (Sukardji, 2003:1)


5. Pajak Penerangan Jalan Maka dapat disimpulkan bahwa pajak adalah
6. Pajak Bahan Galian C iuran kepada Negara yang dapat dipaksakan, yang
7. Pajak Parkir. terutang oleh wajib pajak membayarnya menurut
peraturan dengan tidak mendapat imbalan kem-
Dari ke tujuh jenis pajak diatas, maka pajak bali yang dapat ditunjuk secara langsung.
hotel dan pajak restoran merupakan dua jenis Tujuan pajak menurut Amin (1995:3), adalah
pajak yang memberikan kontribusi terhadap pe- untuk memberikan kemakmuran, kesejahteraan
ningkatan penerimaan PAD Kota Lhokseumawe, kepada rakyat yang merata, dalam hal ini yang di-
selama 9 tahun rata-rata kontribusi pajak hotel ter- tuju adalah masyarakat adil dan makmur spiritual
hadap PAD hanya sebesar 0.76% dengan rata-rata maupun materil, maka dari itu untuk mencapai tu-
pertumbuhan sebanyak 85,30%, begitu juga hal- juan masyarakat, negara meakukan pembangunan.
nya dengan pajak restoran kontribusi rata-rata ter- Ardhiyansyah (2005), meneliti dengan judul
hadap PAD selama 9 tahun hanya sebesar 3.04% Analisis Kontribusi Pajak Hotel dan Restoran
dengan tingkat rata-rata pertumbuhan 132.44%. Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Pur-
Pajak daerah merupakan iuran wajib yang worejo, menyimpulkan bahwa Jumlah hotel dan
dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepala restoran berpengaruh positif signifikan, tingkat in-
daerah tanpa imbalan langsung dan seimbang, flasi berpengaruh positif tidak signifikan dan jum-
yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan pe- lah wisatawan nusantara tidak signifikan tehadap
rundang-undangan yang berlaku, yang digunakan realisasi pajak hotel dan restoran.
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah Syukmawati (2008), meneliti dengan judul
daerah dan pembangunan daerah. Kontribusi Penerimaan Pajak Terhadap Pendapa-
Menurut Rochmat Soemitro dalam Waluyo tan Asli Daerah Kota Lhokseumawe, menyimpul-
(2002: 5) pajak adalah iuran rakyat kepada kas kan bahwa kontribusi pajak terhadap Pendapatan
negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat Asli Daerah senantiasa berfluktuatif, rata-rata
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal besar kontribusinya yang diberikan 76,75% per-
(kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan tahun dan variabel pajak mempunyai hubungan
dan digunakan utk membayar pengeluaran umum. yang positif terhadap PAD, hal ini terlihat dari
Pajak merupakan sarana yang digunakan pe- besaran koefisien regresi pajak (X) sebesar 1,338.
merintah untuk memperoleh dana dari rakyat. Ini menjelaskan setiap peningkatan variabel pajak
Hasil penerimaan pajak tersebut untuk mengisi sebesar Rp 1.000.000,- akan diikuti oleh pening-
anggaran Negara sekaligus membiayai keper- katan PAD sebesar Rp 1.338.000,- dengan asumsi
luan belanja Negara (belanja rutin dan belanja variabel-variabel lain tetap. Pengaruh pajak terha-
pembangunan). Untuk itu, Negara memerlukan dap PAD signifikan pada tingkat 95%.
dana yang cukup besar guna membiayai kegiatan Kurniawan (2011), meneliti dengan judul Pen-
pembangunan yang berlangsung secara terus me- garuh Penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah
nerus dan berkesinambungan. Disamping sebagai Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah di
sumber dana untuk mengisi anggaran Negara, Kabupaten Ponorogo, menyimpulkan bahwa pa-
Pajak juga digunakan sebagai sumber kebijakan jak dan retribusi daerah di Kabupaten Ponorogo
di bidang moneter dan investasi yang berdam- berpangaruh terhadap peningkatan pendapatan
pak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi se- asli daerah. Ini menunjukkan bahwa keduanya
hingga kesejahteraan rakyat semakin baik. Pajak sama-sama berperan untuk meningkatkan pening-
adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksa- katan pendapatan asli daerah.
kan) yang terutang menurut peraturan-peraturan,
dengan tidak mendapat prestasi kembali yang METODE PENELITIAN
langsung dapat ditunjuk dan gunanya adalah un-
tuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum Lokasi penelitian ini adalah di Kota Lhok-
yang berhubungan dengan tugas negara untuk me- seumawe, sedangkan ruang lingkup penelitian ini
468 Umaruddin Usman

terbatas pada masalah kontribusi Pajak Hotel dan (2001:236) dapat dirumuskan sebagai berikut :
Pajak Restoran serta pengaruh keduanya terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kota Lhokseumawe, oleh Y = a + b1X1 + b2X2 + e
karena itu variabel yang diteliti hanya terbatas
pada Pajak Hotel, Pajak Restoran dan Pendapatan Dimana :
Asli Daerah. Y = Pendapatan Asli Daerah
Dalam penelitian ini menggunakan data time a = Konstanta (intercept)
series selama 9 tahun yang dimulai dari tahun b = Koefisien Regresi
2003 sampai dengan 2011. Dalam usaha mem- X1 = Pajak Hotel
peroleh data, penulis hanya menggunakan data X2 = Pajak Restoran
sekunder yang diperoleh dari Dinas Pengelola e = Error Term
Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Kota Lhok-
seumawe. HASIL DAN PEMBAHASAN
Metode analisis yang digunakan peneliti
adalah Analisis Kontribusi dan analisis regresi. Perkembangan kontribusi pajak hotel dan
Analisis kontribusi yaitu suatu alat analisis yang pajak restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah
digunakan untuk mengetahui seberapa besar kon- (PAD) Kota Lhokseumawe dapat kita lihat pada
tribusi yang dapat disumbangkan dari penerimaan Tabel 1.
pajak hotel dan pajak restoran terhadap pening-
Tabel 1
katan Pendapatan Asli Daerah di Kota Lhokseu- Kontribusi Pajak Hotel dan Pajak Restoran
mawe, Rumus yang digunakan untuk menghitung terhadap (PAD) Kota Lhokseumawe
kontribusi sebagai berikut: (Dinas Pendapatan, Peroide 2003-2011
2007 dalam Syukmawati, 2008:24). Tahun Kontribusi Pajak Restoran dan
Hotel untuk PAD (%)
QX 2003 1.55
Pn = x 100% 2004 7.7
QY
2005 20.76
Dimana : 2006 39.27
2007 49.85
P = Kontribusi penerimaan Pajak Hotel atau
2008 88.25
Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli 2009 81.53
Daerah 2010 69.81
QX = Jumlah penerimaan Pajak Hotel atau Pajak 2011 67.92
Rata-rata 53.04
Restoran
Sumber: Hasil Pengujian Data SPSS (2011)
QY = Jumlah penerimaan Pendapatan Asli Dae-
rah
n = Tahun (periode) tertentu. Pada tahun 2003 dan 2004 pertumbuhan dan
kontribusi pajak hotel terhadap PAD relatif baik
Sedangkan analisis regresi berganda meru- dan mengalami peningkatan. Hal tersebut ber-
pakan peralatan statistika yang digunakan untuk langsung terus hingga tahun 2008. di tahun 2009,
mengetahui besarnya pengaruh antara variabel in- walapun kontribusinya pajak hotel terhadap PAD
dependent dengan variabel dependen dalam pene- masih positif, namun pencapaian target negatif
litian ini, seberapa besar pengaruh pajak hotel dan dari apa yang telah ditargetkan. Hal tersebut di-
pajak restoran sebagai variabel independen terha- karenakan penentuan target tidak melihat realitas
dap pendapatan asli daerah sebagai variabel de- kondisi dan potensi kunjungan hotel yang ada.
penden, pengujian data dilakukan dengan meng- Kondisi daerah yang tidak kondusif ber-
gunakan program SPSS (Statistical Package for pengaruh negatif terhadap perkembangan dan
Sosial Science). pertumbuhan usaha kecil seperti restoran yang
Adapun persamaan regresi linear berganda notabenenya adalah kegiatan yang memberikan
(Multiple linear regression) menurut Supranto pelayanan jasa kepada masyarakat. Hal ini nam-
Journal Of Economic Management & Business - Vol. 14, No. 4, Oktober 2013 469

pak jelas pada Kontribusi pajak restoran di ta- Berdasarkan Tabel 2, dapat diformulasikan ke-
hun 2003 dan 2004 dimana target penerimaan dalam persamaan regresi sebagai berikut:
pajak restoran hanya sebesar 1.55% ditahun 2003
dan 7.70% tahun 2004. Selanjutnya pemerintah Y = 97795 + 2.328X1 + 12.123X2
kota Lhokseumawe melakukan pengkajian lebih
mendalam tentang potensi pajak restoran di kota Dari formulasi model di atas maka variabel
Lhokseumawe. Pada tahun 2005 kondisi kea- konstanta penelitian mempunyai koefisien sebe-
manan yang mulai kondusif dan kegiatan ekonomi sar 97795 yang berarti bahwa apabila variabel-
masyarakat di bidang restoran pun berkembang variabel observasi konstan, maka peningkatan 1%
dengan pesat, dan pencapaiannya pun menunjuk- Pajak hotel dan pajak restoran akan meningkatkan
kan nilai yang positif dengan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Lhokseu-
PAD 20.76% hal ini berlanjut terus hingga tahun mawe sebesar 97795%. Sementara koefisien vari-
2010. Berdasarkan uraian di atas, pemerintah abel Pajak Hotel sebesar 2.328 yang berarti bah-
kota Lhokseumawe seharusnya memberikan ru- wa apabila peningkatan Pajak Hotel ditingkatkan
ang gerak dan kesempatan kepada pengembangan 1%, maka Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota
usaha-usaha kecil yang berbasis kerakyatan ka- Lhokseumawe akan meningkat sebesar 23.28%.
rena diakui atau tidak usaha riil lah yang mem- Koefisien variabel Pajak Restoran sebesar 12.123
berikan kontribusi positif dan mampu bertahan yang berarti bahwa apabila peningkatan Pajak
terhadap badai krisis finansial yang sering terjadi. Restoran ditingkatkan 1%, maka Pendapatan Asli
Fakta dilapangan, kalau diamati potensi pajak Daerah (PAD) Kota Lhokseumawe akan mening-
Restoran yang riil sangatlah besar, hal ini dapat kat sebesar 12.123%.
dilihat dari jumlah warung kopi, rumah makan Besarnya pengaruh pajak hotel dan pajak
dan restoran yang tersebar disetiap pelosok dae- restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
rah, khususnya di kota Lhokseumawe. Sehing- Kota Lhokseumawe dapat dipahami bahwa pajak
ga upaya yang harus dilakukan adalah dengan hotel dan pajak restoran merupakan bagian dari
mengintensifkan petugas pemungutan lapangan sumber-sumber PAD. Sehingga apabila pajak ho-
dalam melakukan operasionalnya. tel dan pajak restoran mengalami perubahan baik
Sedangkan hasil uji data diketahui bahwa dari itu peningkatan maupun penurunan tentu ber-
hasil pengolahan data regresi memenuhi asumsi dampak terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
normalitas dan tidak terjadi heterokedastisitas. Kota Lhokseumawe.
Hasil penelitian nilai Variance Inflation Factor Pengujian data dengan uji asumsi klasik dalam
(VIF) pada tabel 2 menunjukkan hal yang sama penelitian ini terbukti tidak terjadi heterokedasti-
dimana Pajak Hotel (X1) dan restoran (X) yaitu sitas. Dari tabel 2. diperoleh hasil penelitian nilai
sebesar 5.019 yang menunjukkan tidak memiliki Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjuk-
nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan kan hal yang sama dimana Pajak Hotel (X1) dan
bahwa tidak ada multikolonieritas antara variabel restoran (X) yaitu sebesar 5.019 yang menunjuk-
independen dlm model regresi pada penelitian ini. kan tidak memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi
Tabel 2.
Hasil Olahan Data
Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients t Sig. Statistics
B Std. Error Beta VIF
(Constant) 97795996 30562 3.200 .019
Pajak Hotel 2.328 33.655 .037 .069 .947 5.019
Pajak Restoran 12.123 8.456 .774 1.434 .202 5.019
R = 0.807
R Square = 0.652
Durbin-Watson = 1.836
F = 5.616
Sumber: Data diolah
470 Umaruddin Usman

dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikoloni- PAD sebesar 53.04%. Terjadi peningkatan kontri-
eritas antar variabel independen. Sedangkan untuk busi dari Tahun 2003 sebesar 1.55% sampai Ta-
uji autokorelasi terbebas tidak terjadi autokore- hun 2008 sebesar 88.28% , tetapi mengalami pe-
lasi yang dibuktikan dengan hasil Durbin-Watson nurunan pada Tahun 2009 sebesar 81.53% sampai
sebesar 1.836. Dengan jumlah variabel 2 dan Tahun 2011 sebesar 67.92%
jumlah sampel 9, diperoleh nilai dl sebesar 0.408 Besarnya pengaruh pajak hotel dan pajak
dan du­sebesar 1.389, dengan demikian dapat di- restoran terhadap PAD kota Lhokseumawe da-
simpulkan 0.408 ≤ 1.836 ≤ 1.389 yaitu nilai DW pat diketahui dari hasil pengujian data yang men-
terletak di di atas dl dan batas atas du. unjukkan koefisien sebesar 97795 yang berarti
Berdasarkan hasil pengujian, ditemukan ni- bahwa apabila variabel-variabel observasi kon-
lai R2 sebesar 0.652 yang berarti bahwa pening- stan, maka peningkatan 1% pajak hotel dan pajak
katan Pajak hotel dan pajak restoran, memiliki restoran akan meningkatkan Pendapatan Asli Dae-
pengaruh dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) rah (PAD) Kota Lhokseumawe sebesar 97795%.
Kota Lhokseumawe (Y) sebesar 0. 652 (65.2%) Koefisien variabel Pajak Hotel sebesar 2.328 yang
sedangkan sisanya sebesar 0.348 (34.8%) lainnya berarti bahwa apabila peningkatan Pajak Hotel
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak di- ditingkatkan 1%, maka Pendapatan Asli Daerah
masukkan dalam model penelitian. (PAD) Kota Lhokseumawe akan meningkat sebe-
Sedangkan untuk melihat hubungan antara Pa- sar 23.28%. Koefisien variabel Pajak Restoran
jak hotel dan pajak restoran terhadap Pendapatan sebesar 12.123 yang berarti bahwa apabila pen-
Asli Daerah (PAD) Kota Lhokseumawe (Y) den- ingkatan Pajak Restoran ditingkatkan 1%, maka
gan melihat R Berdasarkan hasil pengujian, dite- Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Lhokseu-
mukan nilai R sebesar 0.807 yang berarti bahwa mawe akan meningkat sebesar 121.23%.
peningkatan Pajak hotel dan pajak restoran, me- Besarnya pengaruh dari peningkatan pajak ho-
miliki pengaruh dengan Pendapatan Asli Daerah tel dan pajak restoran terhadap Pendapatan Asli
(PAD) Kota Lhokseumawe (Y) sebesar 0.807 Daerah (PAD) Kota Lhokseumawe dapat direspon
(80.7%) sedangkan sisanya sebesar 0.145 (14.5%) positif oleh pemerintah dan terus meningkatan
lainnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang kualitas pelayanan retribusi dan perpajakan se-
tidak dimasukkan dalam model penelitian. hingga memudahkan bagi para wajib pajak.
Berdasarkan Tabel 2. Fhitung sebesar 5.616 > Untuk meningkatkan pajak hotel dan pajak
Ftabel 2.44, dengan demikian pengujian ini telah restoran di kota Lhokseumawe perlu dilakukan
memenuhi syarat untuk menolak hipotesis null langkah kebijakan peningkatan kualitas pelay-
(Ho) dan menerima hipotesis alternatif (Hi). Di- anan dan memperluas jangkauan wilayah pelay-
mana pajak hotel dan pajak restoran secara ser- anan pajak diseluruh kota kecamatan yang ada di
empak mempengaruhi PAD kota Lhokseumawe. kota Lhokseumawe. Diperlukannya sistem pem-
Sedangkan dari hasil uji t disimpulkan bahwa pa- bayaran pajak yang lebih baik agar mampu men-
jak hotel dan pajak restoran mempengaruhi PAD goptimalkan potensi pendapatan asli daerah dari
kota Lhokseumawe. sektor pajak di kota Lhokseumawe.
Di masa yang akan datang pemerintah kota
KESIMPULAN Lhokseumawe mampu menciptakan keadaan
ekonomi masyarakat yang stabil dan membuka
Kontribusi pajak hotel terhadap Pendapatan peluang datangnya wisatawan baik dari dalam
Asli Daerah terlihat bahwa selama 9 (sembilan) maupun luar negeri, sehingga dengan sendirinya
tahun periode Tahun 2003-2011 yang ditampilkan akan menyebabkan bertahannya usaha hotel dan
dengan rata-rata kontribusinya untuk peningkatan restoran serta munculnya usaha baru yang sejenis.
Journal Of Economic Management & Business - Vol. 14, No. 4, Oktober 2013 471

Referensi

Anggraeni, Rima (2009), Judul Analisis Penerimaan Pajak Daerah dalam Peningkatan Pendapatan
Asli Daerah dan Kesejahteraan Hidup Masyarakat Kota Malang, Skripsi Universitas Negeri
Malang.

Ardhiyansyah, Indra, Widhi (2005), Judul Analisis Kontribusi Pajak Hotel dan Restoran Terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Purworejo, Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta

Bratakusumah, D, Supriady dan Solihin, Dadang (2003), Otonomi Penyelenggaraan Pemerintah


Daerah, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Djumhana, Muhamad (2007), Pengantar Hukum Keuangan Daerah, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung

Ghozali, Imam, (2006), Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Universitas Dipene-
goro, Semarang.

Hamdan, Aini (1993), Perpajakan, Bumi Aksara, Jakarta

Kesumawati, Lili (2006), Analisis Kontribusi Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah
Kabupate Pidie, Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe.

Kurniawan, S. Dwi (2011), Pengaruh Penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah Terhadap Pening-
katan Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Ponorogo, Skripsi Fakultas Tarbiyah Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang.

Muhammad, Husin (2004), Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Penerimaan


Pajak Hotel dan Restoran (Studi Kasus Pada Pemkot Surabaya), Skripsi Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Indonesia, Yogjakarta.

Prakoso, K, Bambang (2003), Pendapatan Dan Retribusi Daerah, Ull Press, Yogyakarta.

Qanun Kota Lhokseumawe Nomor : 01 Tahun 2007, Tentang Pajak Restoran, (http://linkpdf.com)
diakses tanggal Senin, 18 April 2011

Qanun Kota Lhokseumawe Nomor : 02 Tahun 2006 Tentang Pajak Hotel, (http://linkpdf.com) diakses
tanggal Senin, 18 April 2011

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, Tentang Pemerintahan Daerah, Pustaka
Pergaulan, Jakarta.

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 33 Tahun 2004, Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah, Pustaka Pergaulan, Jakarta.

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 34 Tahun 2000, Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Dae-
rah, Sinar Grafika, Jakarta.
472 Umaruddin Usman

Ruswandi, R. Rahmawati ( 2009), Judul Analisis Pengaruh Pajak Daerah Terhadap Pendapatan
Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Sumedang, Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut
Pertanian Bogor

Saragih, J, Panglima, (2003), Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah Dalam Otonomi, Ghalia
Indonesia, Jakarta.

Sinaga, B. M. dan H. Siregar, (2005), Dampak Kebijakan Desentralisasi Fiskal Terhadap Pembangu-
nan Ekonomi Daerah di Indonesia. Direktorat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, Di-
rektorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sukarji, Untung (2003), Pajak Pertambahan Nilai, Cetakan keempat, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.

Supranto, J (2001), Statistik (Teori dan Aplikasi), PT. Erlangga, Jakarta

Syukmawati, Dessi, (2008), Judul Kontribusi Penerimaan Pajak Terhadap Pendapatan Asli Dae-
rah Kota Lhokseumawe, skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe.

Waluyo, B. Ilyas, dan Wirawan (2002), Perpajakan Indonesia, Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta.

Widarjono, Agus (2004), Ekonometrika, Ekonosia, Yogyakarta

Widjaja, (2001), Titik Berat Otonomi, CV Rajawali press, Jakarta.

Widjaja, Amin (1995), Pelaksanaan Pajak Penghasilan Perorangan, Rineka Cipta, Jakarta

You might also like