Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 121

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU “IW” UMUR 23 TAHUN

MULTIGRAVIDA DARI KEHAMILAN TRIMESTER


III SAMPAI DENGAN MASA NIFAS
DAN NEONATUS UMUR 28 HARI

Kasus ini diambil di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Utara


Tahun 2016

Oleh:
I GUSTI AYU WIDYA ANANDA PUTRI
NIM. P07124013009

KEMENTERIAN KESEHATAN R. I.
POLTEKKES DENPASAR JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
DENPASAR
2016
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU “IW” UMUR 23 TAHUN
MULTIGRAVIDA DARI KEHAMILAN TRIMESTER
III SAMPAI DENGAN MASA NIFAS
DAN NEONATUS UMUR 28 HARI

Kasus ini diambil di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Utara


Tahun 2016

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Menyelesaikan Pendidikan Diploma III
Program Studi DIII Kebidanan

Oleh:
I GUSTI AYU WIDYA ANANDA PUTRI
NIM. P07124013009

KEMENTERIAN KESEHATAN R. I.
POLTEKKES DENPASAR JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
DENPASAR
2016

i
ii
iii
iv
MIDWIFERY CARE TOWARDS Mrs. “IW” 23 YEARS OLD MULTIGRAVID
OF PREGNANCY TRIMESTER III UNTIL POSTPARTUM
AND NEONATUS AGED 28 DAYS

Coaching case held in working area Puskesmas II Denpasar Utara in 2016

ABSTRACT

Health services of a country is determined by the ratio of high and low


maternal mortality and perinatal mortality. Indonesia Demographic and Health
Survey (IDHS) result in 2012 stated that Mother Mortality Rate (MMR) increased
to become 359 per 100,000 live births and Infant Mortality Rate (IMR) of 32 per
1,000 live births compared with the Demographic and Health Survey of 2007 that
MMR at 228 per 100,000 live births and IMR of 34 per 1,000 live births
(Kemenkes RI, 2014). Midwives are expected to play a role in reducing the MMR
and IMR in Indonesia by providing comprehensive care to women throughout the
life cycle of providing care to pregnant women until the postpartum period. The
purpose of this paper is to determine the midwifery care of the mother "IW" age
23 years multigravida third trimester of pregnancy until the neonatus during
childbirth and 28 days old. Development of the condition during pregnancy runs
physiologically. Fetal well-being is well marked with good fetal heart rate and
active fetal movement. The delivery prosses took place in gestational age of 39
weeks and three days. The process of labor lasted physiological. The process of
involution, lochea ejection, and lactation in a normal puerperal phase. Babies
born immediately burst into tears and good muscle tone with a birth weight of
3,100 grams. The addition of the neonatus weight of 1000 grams at 28 days. Can
be in conclude that the development of the pregnancy, the process of labor, and
neonatus age 28 days as well as 42 daypostpartum walked physiological.

Keywords: Pregnancy, labor, postpartum, neonatus.

v
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU “IW” UMUR 23 TAHUN
MULTIGRAVIDA DARI KEHAMILAN TRIMESTER III SAMPAI DENGAN
MASA NIFAS DAN NEONATUS UMUR 28 HARI

Kasus ini diambil di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Utara


Tahun 2016

ABSTRAK

Pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan perbandingan tinggi


rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian perinatal. Hasil Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012 menyatakan AKI
mengalami kenaikan menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar
32 per 1000 kelahiran hidup dibandingkan dengan hasil SDKI tahun 2007 yaitu
AKI sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 34 per 1000
kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2014). Bidan diharapkan ikut berperan dalam
menurunkan AKI dan AKB di Indonesia dengan cara memberikan asuhan
komprehensif pada perempuan sepanjang siklus kehidupannya yaitu memberikan
asuhan pada ibu hamil sampai dengan masa nifas. Perkembangan kondisi pada
masa kehamilan berjalan secara fisiologis. Kesejahteraan janin baik ditandai
dengan denyut jantung janin baik dan gerak janin dirasakan aktif. Persalinan
berlangsung saat umur kehamilan 39 minggu tiga hari. Proses persalinan ibu
berlangsung fisiologis. Proses involusi, pengeluaran lochea, dan proses laktasi
pada masa nifas normal. Bayi lahir segera menangis dan tonus otot baik dengan
berat badan lahir 3.100 gram. Penambahan berat badan neonatus sebesar 1000
gram pada umur 28 hari. Dapat disimpulkan bahwa perkembangan kehamilan,
proses persalinan, dan neonatus umur 28 hari serta 42 hari postpartum berjalan
fisiologis.

Kata kunci : kehamilan, persalinan, nifas, neonatus.

vi
RINGKASAN PENULISAN

Asuhan Kebidanan pada Ibu “IW” Umur 23 Tahun Multigravida


dari Kehamilan Trimester III sampai dengan Masa Nifas
dan Neonatus Umur 28 Hari

Kasus ini diambil di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Utara Tahun 2016

Oleh : I GUSTI AYU WIDYA ANANDA PUTRI (NIM : P07124013009)

Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012
menyatakan AKI mengalami kenaikan menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup
dan AKB sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup dibandingkan dengan hasil SDKI
tahun 2007 yaitu AKI sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar
34 per 1000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2014). Kematian ibu di Indonesia
masih di dominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan, HDK,
dan infeksi. Namun pada tahun 2013 penyebab tertinggi kematian ibu yaitu kasus
non obstetri sebesar 40,8 %.
Masa kehamilan adalah masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya
bayi melalui proses persalinan dan kelahiran dilanjutkan dengan masa nifas
sampai dengan alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
kehamilan, persalinan dan masa nifas merupakan hal fisiologis yang terjadi pada
seorang wanita. Tidak semuanya berjalan fisiologis bisa saja menjadi patologis,
untuk itu perlu pendampingan oleh bidan atau tenaga kesehatan.
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui asuhan kebidanan pada ibu
“IW” umur 23 tahun multigravida dari kehamilan trimester III sampai dengan
masa nifas dan neonatus umur 28 hari. Penulisan ini dapat dijadikan pengalaman
dan pedoman dalam memberikan asuhan kebidanan komprehensif serta dapat
menerapkan asuhan kebidanan sesuai dengan standar asuhan kebidanan,
kewenangan bidan dan standar pelayanan kebidanan.
Pada awal kehamilan telah dilakukan pemeriksaan seperti anamnesis
riwayat kesehatan ibu dan skrining TT, pengukuran tinggi badan 150 cm, dan

vii
pengukuran lingkar lengan atas ibu (LILA) sebesar 25 cm. Setiap kunjungan
bidan “S” melakukan asuhan seperti mengkaji keluhan yang dialami, pemeriksaan
fisik lengkap, tekanan darah, pemeriksaan abdomen, pendokumentasian hasil
pemeriksaan, tata laksana kasus dan temu wicara. Asuhan yang diberikan
mengacu pada standar 10 T. Pemeriksaan kehamilan dilakukan secara rutin oleh
ibu “IW” sebanyak 12 kali, 11 kali di bidan “S” dan 1 kali di dr. SpOG. Ibu
melalukan pemeriksaan hemoglobin saat memasuki kehamilan trimester II dan
trimester III. Hasil pemeriksaan penunjang ibu meliputi golongan darah B, reduksi
urin negatif, protein urin negatif, PPIA non reaktif, sifilis negatif. Kadar
hemoglobin ibu pada saat kehamilan trimester III sebesar 11, 4 gram %. Selama
kehamilan ibu sudah mendapatkan tablet besi sesuai standar pelayanan kebidanan.
Tanggal 18 Mei 2016 ibu memasuki persalinan. Kala I berlangsung selama
4 jam 33 menit. Persalinan kala II berlangsung selama 10 menit. Persalinan kala
III berlangsung selama 12 menit. Bayi lahir spontan belakang kepala, segera
menangis, tangis kuat, gerak aktif, jenis kelamin laki-laki. Setelah dilakukan
penilaian, bayi dalam kondisi fisiologis dan segera dilakukan Inisiasi Menyusu
Dini (IMD). Plasenta lahir lengkap tidak ada klasifikasi. Ibu sepakat
menggunakan IUD pasca plasenta, lalu bidan “S” memasang IUD tersebut.
Setelah dilakukan pemeriksaan, ibu mengalami robekan perinium laseasi grade I,
yaitu pada mukosa vagina, kemudian dilakukan heacting dengan teknik penjahitan
satu-satu. Melakukan pemantauan kala IV dengan memantau tekanan darah, nadi,
TFU, kontraksi, kandung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit pada satu jam
pertama, dan setiap 30 menit pada jam kedua, mengukur suhu setiap satu jam.
Hasil pemeriksaan masih dalam batas normal, hasil pemantauan kala IV terlampir.
Perkembangan kondisi ibu “IW” dan bayi selama proses persalinan berjalan
fisiologis. Asuhan persalinan yang diberikan sesuai dengan standar pelayanan
kebidanan.
Perkembangan masa nifas ibu “IW” berlangsung secara fisiologis dipantau
dari dua jam postpartum, satu hari postpartum, tujuh hari postpartum dan 42 hari
postpartum. Pada setiap kunjungan nifas ibu mengatakan tidak ada keluhan yang
mengarah ke patologis. Asuhan yang diberikan sesuai dengan standar pelayanan
kebidanan.

viii
Perkembangan kondisi neonatus hingga umur 28 hari berjalan fisiologis
dipantau dari segera setelah bayi lahir, neonatus umur enam jam, neonatus umur 1
hari, neonatus umur tujuh hari dan saat neonatus umur 28 hari. Asuhan yang
diberikan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan. Total peningkatan berat
badan neonatus selama 28 hari yaitu 1000 gram. Kenaikan berat badan bayi
tergolong normal. Bayi diberikan ASI on demand dan ASI ekslusif. Asuhan pada
bayi setelah dilakukan IMD yaitu pemberian salep mata oxytetracycline 1% untuk
mencegah terjadinya infeksi pada mata yang disebabkan oleh paparan atau
kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan dan memberikan injeksi
vitamin K dosis 1 mg per IM pada paha kiri 1/3 bagian atas anterolateral untuk
mencegah terjadinya perdarahan, dan memberikan imunisasi Hepatitis B 0,5 cc
per IM pada paha kanan bagian 1/3 atas anterolateral untuk mencegah penularan
penyakit hepatitis B dari ibu ke bayi. Tidak terdapat reaksi alergi pada bayi
setelah dilakukan tindakan pemberian salep mata, injeksi vitamin K dan imunisasi
HB-0. Asuhan yang diberikan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan.
Kehamilan, persalinan, masa nifas dan masa neonatus berjalan secara
fisiologis. Asuhan yang diberikan kepada ibu “IW” selama masa kehamilan,
persalinan, masa nifas dan masa neonatus ada yang belum memenuhi standar.
Untuk itu diharapkan hasil penulisan ini dijadikan masukan bagi tenaga kesehatan
untuk menerapkan asuhan kebidanan sesuai dengan standar pelayanan.

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya, serta kerja sama dan bantuan berbagai pihak, penulis
dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Asuhan kebidanan
pada ibu “IW” Umur 23 Tahun Multigravida dari Kehamilan Trimester III Sampai
dengan Masa Nifas dan Neonatus Umur 28 Hari” ini dapat diselesaikan. Laporan
Tugas Akhir ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan
pendidikan Diploma III Poltekkes Kemenkes Denpasar Jurusan Kebidanan.
Penulis menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini tidak akan berhasil tanpa
bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya
dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. Dalam kesempatan ini, penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Anak Agung Ngurah Kusumajaya, SP., MPH selaku Direktur Poltekkes
Kemenkes Denpasar.
2. Ni Gusti Kompiang Sriasih, SST., M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Denpasar.
3. Ni Wayan Ariyani, SST., M.Keb selaku Ketua Program Studi Diploma III
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Denpasar dan pembimbing utama dalam
penyusunan laporan tugas akhir ini.
4. Dra. I Gusti Ayu Surati, M.Kes selaku pembimbing pendamping dalam
penyusunan laporan tugas akhir ini.
5. Gusti Ayu Marhaeni, SKM., M.Biomed selaku penguji utama dalam
penyusunan laporan tugas akhir ini.
6. Ni Ketut Somoyani, SST., M.Biomed selaku anggota penguji dalam
penyusunan laporan tugas akhir ini.
7. dr. Emilia Sabirudin selaku kepala Puskesmas II Denpasar Utara yang telah
mengizinkan untuk mengadakan penelitian di wilayah kerja Puskesmas II
Denpasar Utara.
8. Ibu “IW” dan keluarga selaku responden yang telah bersedia berpartisipasi.
9. Seluruh staf Poltekkes Kemenkes Denpasar Jurusan Kebidanan yang telah
banyak membantu dalam penyusunan laporan tugas akhir ini.

x
10. Keluarga tercinta Alm. I Gst Ngurah Saputra, Dra. I Gst A. Budi Suryati, I
Gst Ayu Oka Swastika, I Gst Bgs Bayu Pratama Putra dan I Gst Ayu Ratnawati
yang telah mendukung penulis selama ini baik dari motivasi maupun nasihat yang
diberikan. Terima kasih juga atas doa yang selalu dipanjatkan.
11. I Gusti Agung Bagus Adinata Nugraha dan Sahabat-sahabat Widnyani Dewi,
Andriyani, Dwi Rahayu, Erna, Erma, Irma atas persahabatan dan semangatnya
selama ini sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan penyusunan laporan
tugas akhir ini.
12. Rekan-rekan mahasiswi Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Denpasar
Angkatan XVI serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang telah memberikan bantuan, masukan, serta dukungan dalam penyusunan
laporan tugas akhir ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran
yang sifatnya membangun untuk penyempurnaan penulisan ini. Penulis berharap
semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Denpasar, Mei 2016

Penulis

xi
xii
xiii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iii

ABSTRACT .......................................................................................................... iv

ABSTRAK .......................................................................................................... v

RINGKASAN PENULISAN .............................................................................. vi

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ix

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ................................................... xi

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 5

C. Tujuan Penulisan .............................................................................................. 5

D. Manfaat Penulisan ............................................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka .............................................................................................. 8

1. Kehamilan Trimester III ................................................................................... 8

2. Persalinan ......................................................................................................... 17

3. Nifas ................................................................................................................. 25

4. Bayi Baru Lahir ................................................................................................ 31

B. Landasan Teori ................................................................................................. 34

C. Kerangka Pikir .................................................................................................. 37

xiv
BAB III INFORMASI KLIEN/KELUARGA

A. Informasi Klien/Keluarga ................................................................................. 38

B. Rumusan Masalah Diagnosa Kebidanan .......................................................... 45

C. Kegiatan Pembinaan Kasus .............................................................................. 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil.................................................................................................................. 47

B. Pembahasan ...................................................................................................... 74

BAB V PENUTUP

A. Simpulan........................................................................................................... 93

B. Saran ................................................................................................................. 93

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran1 : Lembar Naskah Persetujuan Setelah Penjelasan

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)

Lampiran 3 : Surat Izin Memberikan Asuhan di Wilayah Puskesmas II Denpasar

Utara

Lampiran 4 : Surat Keterangan Telah Memberikan Asuhan di Wilayah Puskesmas

II Denpasar Utara

Lampiran 5 : Lembar Observasi Persalinan Kala I Fase Laten

Lampiran 6 : Lembar Pemantauan Kala IV

Lampiran 7 : Partograf

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan perbandingan tinggi

rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian perinatal. Di Indonesia angka

kematian ibu masih tinggi sehingga memerlukan perbaikan yang bersifat

menyeluruh dan lebih bermutu. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) pada tahun 2012 menyatakan AKI mengalami kenaikan menjadi 359 per

100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup

dibandingkan dengan hasil SDKI tahun 2007 yaitu AKI sebesar 228 per 100.000

kelahiran hidup dan AKB sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI,

2014). Dinas Kesehatan Provinsi Bali menyebutkan pada tahun 2014 sebesar 70,5

per 100.000 kelahiran hidup mengalami penurunan dari tahun 2013 yaitu 72,1 per

100.000 kelahiran hidup sementara AKB tahun 2013 sebesar 5,5 per 1.000

kelahiran hidup dan tahun 2014 terjadi peningkatan menjadi 5,9 per 1.000

kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2014).

Program kesehatan ibu dan anak (KIA) untuk menurunkan AKI dan AKB

telah banyak dilakukan. Program tersebut antara lain Safe Motherhood. Program

ini di Indonesia dituangkan dalam bentuk program Keluarga Berencana (KB),

pelayanan pemeriksaan dan perawatan kehamilan, persalinan sehat dan aman,

serta pelayanan obstetri esensial di pusat layanan kesehatan masyarakat. Faktor-

faktor yang menyebabkan tingginya AKI dan AKB di Indonesia adalah aspek

geografis, ekonomi, sosiokultural, yang diperberat oleh kelemahan dalam

mendeteksi, memutuskan tindakan, merujuk dan keterlambatan dalam menangani

1
keluarga sakit atau bermasalah setelah sampai di tempat pelayanan kesehatan

komprehensif.

Lima penyebab kematian ibu terbesar yaitu perdarahan, hipertensi dalam

kehamilan (HDK), infeksi, partus lama atau macet, dan abortus. Kematian ibu di

Indonesia masih di dominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu

perdarahan, HDK, dan infeksi. Namun pada tahun 2013 penyebab tertinggi

kematian ibu yaitu kasus non obstetri sebesar 40,8 %. Pada kasus perdarahan

sebesar 30,3 %, kasus HDK sebesar 27,1 % dan kasus infeksi sebesar 7,3 %

(Kemenkes RI, 2014).

Pada tahun 2012 SDKI kembali mencatat kenaikan AKI yang signifikan,

yakni dari 228 menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Oleh

karena itu, pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan meluncurkan program

Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka menurunkan

angka kematian ibu dan neonatal sebesar 25%. Program ini dilakukan untuk

menurunkan angka kematian ibu di Indonesia secara signifikan. Upaya penurunan

angka kematian ibu dan angka kematian neonatal melalui program EMAS

dilakukan dengan 2 cara. Cara yang pertama yaitu meningkatkan kualitas

pelayanan emergensi obstetri dan bayi baru lahir minimal di 150 rumah sakit

Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) dan 300

puskesmas/balkesmas Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar (PONED).

Sedangkan cara yang kedua yaitu memperkuat sistem rujukan yang efisien dan

efektif antar puskesmas dan rumah sakit (Profil Kesehatan Indonesia, 2014).

Pemerintah bersama masyarakat juga bertanggung jawab untuk menjamin

akses terhadap pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, mulai dari saat hamil,

2
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, perawatan pasca persalinan

bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi,

memperoleh cuti hamil dan melahirkan, serta akses terhadap keluarga berencana.

Pentingnya melakukan intervensi lebih ke hulu, yakni kepada kelompok remaja

dan dewasa muda dalam upaya mempercepat penurunan AKI (Profil Kesehatan

Indonesia, 2014).

Dinas Kesehatan Provinsi Bali telah melakukan serangkaian upaya dalam

rangka menurunkan AKI diantaranya yaitu menerapkan Program Perencanaan

Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) pada semua ibu hamil,

memantapkan pelaksanaan PONED dan PONEK, pemenuhan Unit Transfusi

Darah pada semua RSUD kabupaten/kota, meningkatkan kemitraan Bidan dengan

Bidan, pelayanan Keluarga Berencana yang berkualitas, pemenuhan sumber daya

manusia kesehatan yang kompeten dan berkualitas, meningkatkan pelayanan

Antenatal Care (ANC) yang berkualitas dan terpadu serta tindakan berencana

dalam mengatasi masalah kesehatan ibu dan bayi baru lahir, melakukan

monitoring-evaluasi dan supervisi fasilitatif berjenjang, pelaksanaan Audit

Maternal Perinatal (AMP) terus dilakukan pada setiap kasus kematian, serta

mengupayakan regionalisasi sistem rujukan (Profil Kesehatan Provinsi Bali,

2014).

Puskesmas II Denpasar Utara merupakan salah satu puskesmas PONED

yang ada di kota Denpasar. Khusus pada pelayanan KIA/KB, setiap pasien yang

datang diberikan asuhan sesuai standar asuhan kebidanan. Setiap ibu hamil yang

datang telah dilakukan pemeriksaan PPIA yang bertujuan untuk mengetahui status

HIV/AIDS. Cakupan pelayanan KIA tahun 2015 di Puskesmas II Denpasar Utara

3
meliputi akses pelayanan ibu hamil (K1) sebesar 100%, cakupan pelayanan ibu

hamil (K4) sebesar 98,11%, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan (Pn) sebesar 92,46%, cakupan kunjungan ibu nifas (KF) sebesar

91,34% dan cakupan kunjungan neonatus lengkap (KNL) sebesar 95,20%. Target

standar pelayanan minimal tahun 2015 yaitu K1 100%, K4 95%, Pn 90%, KF

90%, KNL 90%. Jika dibandingkan dengan target standar pelayanan minimal

tahun 2015 semua cakupan sudah mencapai target.

Masa kehamilan adalah masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya

bayi melalui proses persalinan dan kelahiran dilanjutkan dengan masa nifas

sampai dengan alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa

kehamilan, persalinan dan masa nifas merupakan hal fisiologis yang terjadi pada

seorang wanita. Tidak semuanya berjalan fisiologis bisa saja menjadi patologis,

untuk itu perlu pendampingan oleh bidan atau tenaga kesehatan. Bidan sebagai

salah satu tenaga kesehatan yang memiliki hubungan dekat dengan perempuan

sepanjang siklus kehidupan perempuan yang menjadi ujung tombak dalam

memberikan asuhan komprehensif sesuai standar asuhan kebidanan dan standar

pelayanan kebidanan KEPMENKES NO 938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang

standar asuhan kebidanan menyatakan standar asuhan kebidanan adalah acuan

dalam proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan

sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya. Kewenangan bidan yang

tercantum dalam PERMENKES NOMOR 1464/MENKES/PER/X/2010 yaitu

bidan berwenang memberikan asuhan pada kasus fisiologis dan kegawatdaruratan

dilanjutkan dengan perujukan.

4
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan asuhan

kebidanan secara komprehensif sesuai wewenang bidan pada ibu “IW” umur 23

tahun multigravida dari kehamilan trimester III sampai dengan masa nifas dan

neonatus umur 28 hari”. Selain itu, ibu bertempat tinggal di Denpasar sehingga

memudahkan penulis dalam memberikan asuhan dan melakukan deteksi dini

adanya komplikasi atau faktor yang mungkin terjadi dan dapat mengancam jiwa

ibu serta bayi.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penulisan ini yaitu “Bagaimana asuhan kebidanan pada

ibu “IW” umur 23 tahun multigravida dari kehamilan trimester III sampai dengan

masa nifas dan neonatus umur 28 hari?”

C. Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini dibagi menjadi dua yaitu

tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan Umum

Mengetahui perkembangan asuhan kebidanan pada ibu “IW” umur 23 tahun

multigravida dari kehamilan trimester III sampai dengan masa nifas dan neonatus

umur 28 hari.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai yaitu :

a. Memantau kondisi kesehatan ibu selama kehamilan trimester III dan

kesejahteraan janin.

5
b. Mengamati dan membantu kelancaran proses persalinan yang mencakup

kesehatan ibu, kemajuan persalinan dan kesejahteraan janin.

c. Memantau perkembangan trias nifas pada ibu meliputi proses involusi, laktasi,

lochea dan proses adaptasi psikologis ibu sampai 42 hari postpartum.

d. Memantau proses adaptasi neonatus dan kebutuhan neonatus setelah dilahirkan

meliputi adaptasi fisiologis dan keberhasilan proses IMD

D. Manfaat Penulisan

Manfaat yang diharapkan dalam penulisan ini dibagi menjadi dua yaitu

manfaat praktis dan manfaat teoritis.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penulisan ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian untuk penulis

berikutnya yang berhubungan dengan asuhan kebidanan kehamilan sampai dengan

masa nifas dan neonatus umur 28 hari serta dapat dimanfaatkan di masa

mendatang bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam asuhan kebidanan yang

komprehensif.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi institusi kesehatan

Hasil penulisan ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan

kebidanan dan bahan masukan bidan di institusi pelayanan kesehatan dalam

memberikan informasi asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi

baru lahir secara komprehensif.

6
b. Bagi petugas kesehatan

Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi

bagi tenaga kesehatan khususnya bidan dalam memberikan asuhan kebidanan

yang komprehensif yaitu dari masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru

lahir.

c. Bagi penulis selanjutnya

Hasil penulisan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk

penulisan berikutnya yang berhubungan dengan asuhan kebidanan pada ibu hamil,

bersalin, nifas, dan bayi baru lahir secara komprehensif.

d. Bagi keluarga dan ibu “IW”

Hasil penulisan ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman tentang

perawatan asuhan kehamilan, persalinan, nifas dan menyusui, serta keluarga dapat

memberikan motivasi, dukungan, dan memenuhi peran pendamping bagi ibu

“IW” dan bayinya.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Kehamilan Trimester III

a. Pengertian Kehamilan

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan

didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan

dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga

lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu.

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilitasi atau penyatuan dari spermatozoa

dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat

fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal berlangsung dalam 40 minggu

atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan dibagi

menjadi 3 trimester dimana trimester pertama berlangsung dalam 12 minggu,

trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga minggu ke-27), dan trimester

ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga minggu ke-40) (Varney, 2006).

b. Perubahan Fisiologis pada Kehamilan Trimester III

Menurut Bobak (2005), beberapa perubahan fisiologis yang terjadi pada

kehamilan trimester III yaitu:

a) Vagina dan vulva

Vagina dan vulva akibat hormon estrogen juga mengalami perubahan.

Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah

dan kebiru-biruan (tanda Chadwicks). Pada bulan terakhir kehamilan, cairan

vagina mulai meningkat dan lebih kental.

8
b) Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan

memberikan Air Susu Ibu (ASI) pada laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat

dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan, yaitu estrogen, progesteron, dan

somatomammotropin. Pada kehamilan 12 minggu ke atas, dari puting susu dapat

keluar cairan berwarna putih agak jernih disebut kolostrum.

c) Sirkulasi darah

Setelah kehamilan di atas 30 minggu, terdapat kecenderungan peningkatan

tekanan darah. Sama halnya dengan pembuluh darah yang lain, vena tungkai juga

mengalami distensi, karena terjadi obstruksi aliran balik vena akibat tingginya

tekanan darah vena yang kembali dari uterus dan akibat tekanan mekanik dari

uterus pada vena cava. Keadaan ini menyebabkan varises pada vena tungkai (dan

kadang-kadang pada vena vulva) pada wanita yang rentan.

d) Sistem respirasi

Pada kehamilan 33-36 minggu, banyak ibu hamil akan merasa susah

bernafas karena bayi yang berada di bawah diafragma menekan paru-paru ibu.

Tapi setelah kepala bayi turun ke rongga panggul, biasanya 2-3 minggu sebelum

persalinan, ibu akan merasa lega dan lebih mudah bernafas. Selain itu juga rasa

terbakar di dada (hearthburn) biasanya akan ikut hilang, karena tekanan bagian

tubuh bayi di bawah tulang iga ibu sudah berkurang.

e) Sistem Pencernaan

Pengaruh estrogen menyebabkan pengeluaran asam lambung meningkat

yang dapat menyebabkan pengeluaran air liur berlebihan (hipersalivasi), daerah

lambung terasa panas, morning sickness, dan mual muntah. Peningkatan

9
progesteron menyebabkan kehilangan tonus otot dan penurunan peristaltik

(konstipasi) yang menyebabkan absorpsi air di usus besar meningkat.

f) Sistem perkemihan

Pada akhir kehamilan, muncul keluhan urinary frequency, yaitu peningkatan

sensitivitas kandung kemih karena pembesaran uterus yang menekan kandung

kemih, menimbulkan rasa ingin berkemih walaupun kandung kemih hanya berisi

sedikit urin.

c. Perubahan Psikologis pada Kehamilan Trimester III

Kehamilan trimester III sering disebut sebagai periode penantian dengan

penuh kewaspadaan. Ada perasaan was-was mengingat bayi yang dapat lahir

kapanpun. Pada periode ini ibu merasa takut akan proses persalinannya, mulai

timbul perasaan khawatir apabila bayi tidak lahir tepat waktu dan khawatir bayi

akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal. Perasaan sedih juga muncul karena

ibu merasa akan terpisah dengan bayinya dan hilangnya perhatian khusus atau hak

istimewa selama hamil. Wanita akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik

yang semakin kuat menjelang akhir kehamilan, seperti merasa canggung, jelek,

berantakan dan memerlukan dukungan yang sangat besar dari pasangannya.

(Varney, 2006).

d. Kebutuhan Ibu Hamil Trimester III

Saifuddin (2012) dan Varney (2006) menyebutkan, kebutuhan ibu hamil

trimester III yaitu:

1) Kebutuhan energi, untuk ibu hamil 2500 kkal per hari.

2) Personal hygiene, kebersihan diri merupakan salah satu kebutuhan yang perlu

diperhatikan oleh ibu hamil. Hal ini berkaitan dengan pencegahan penularan

10
infeksi atau penyakit lainnya dari ibu ke bayi. Ibu hamil mengalami perubahan

anatomik pada bagian perut, paha, genitalia dan daerah lipatan lainnya menjadi

lebih lembab. Apabila kebersihan diri tidak dijaga dengan baik akan memicu

pertumbuhan kuman dan mikroorganisme.

3) Olahraga, ibu hamil disarankan untuk tetap melakukan olahraga atau aktivitas

fisik selama kehamilan. Senam hamil dapat dilakukan ibu mulai trimester II

hingga trimester III. Selain itu, olahraga ringan seperti yoga dan renang dapat

dilakukan ibu selama kehamilan.

4) Istirahat, ibu hamil terutama yang sudah menginjak kehamilan trimester III

dianjurkan untuk tidur cukup dengan posisi miring ke kiri. Posisi ini akan

mencegah berat janin menekan vena cava.

5) Kebutuhan suplemen gizi bagi ibu hamil trimester III antara lain:

a) Protein, kebutuhannya bertambah saat masa kehamilan. Peningkatan tersebut

akan digunakan dalam pembentukan produk konsepsi dan pertumbuhan jaringan

maternal. Sumber protein yang dianjurkan untuk dikonsumsi oleh ibu hamil yaitu

daging, telur, susu, keju dan kacang-kacangan.

b) Kalsium, mineral ini dibutuhkan tubuh selama kehamilan dalam proses

pembentukan tulang dan gigi janin. Kalsium juga dibutuhkan ibu untuk

mineralisasi gigi dan mempertahankan kekuatan tulang khususnya memasuki

trimester akhir kehamilan. Kandungan kalsium tinggi dapat diperoleh dengan

mengkonsumsi susu.

c) Zat besi, bermanfaat untuk menjaga konsentrasi hemoglobin ibu hamil tetap

pada batas normal. Kekurangan zat besi dapat mengakibatkan terjadi anemia pada

kehamilan.

11
d) Kalsium berfungsi untuk pertumbuhan tulang dan gigi janin diberikan sejak

usia kehamilan 13 sampai 32 minggu.

6) Imunisasi TT, Imunisasi tetanus toxoid diberikan saat ibu hamil kunjungan

pertama. Selanjutnya imunisasi ulangan diberikan lagi sesuai dengan status

imunisasi TT ibu. Tujuan pemberian imunisasi ini adalah untuk melindungi ibu

dan janin dari penyakit tetanus.

7) Persipan persalinan, adapun yang perlu disiapkan ibu hamil trimester akhir

untuk proses persalinannya nanti adalah penolong dan tempat bersalin, biaya

persalinan, transportasi, calon pendonor darah, pendamping persalinan serta

pakaian ibu dan bayi.

8) Persiapan laktasi, pada sebagian ibu hamil trimester III biasanya sudah

menghasilkan ASI pada payudaranya. Penting bagi ibu untuk merawat

payudaranya agar tetap bersih sehingga proses inisiasi menyusu dini pada saat

bayi lahir dapat berjalan dengan baik.

e. Ketidaknyamanan dan Cara Mengatasi selama Kehamilan Trimester III

Menurut Varney (2006) beberapa ketidaknyaman selama kehamilan

trimester III dan cara mengatasinya sebagai berikut:

1) Konstipasi, keluhan ini biasanya dialami ibu mulai kehamilan trimester II

hingga trimester III. Hal tersebut berkaitan dengan konsumsi zat besi yang

mengakibatkan konsistensi feses lebih pekat. Penanganannya dapat dilakukan

dengan mengkonsumsi makanan tinggi serat seperti buah dan sayur.

2) Hemorhoid, hindari konstipasi, hindari mengejan, mandi berendam air hangat

atau kompres es untuk mengurangi hemoroid.

12
3) Kram otot betis, kram terjadi akibat bertambahnya tumpuan pada betis ketika

memasuki kehamilan trimester akhir. Penanganannya dapat dilakukan dengan

perbanyak makanan yang mengandung kalsium dan pospor, serta membenahi

posisi tidur dengan meninggikan kaki sedikit untuk melancarkan peredaran darah.

4) Sering buang air kecil, di trimester akhir kehamilan kejadian ini dipicu oleh

penekanan bagian terendah janin pada kandung kemih saat akan mencari jalan

lahir. Penanganannya yaitu mengosongkan kandung kemih saat ada dorongan

ingin kencing. Selain itu pemilihan jenis minuman juga akan memberikan

pengaruh. Hindari minuman kafein, serta perbanyak minum di siang hari tanpa

mengurangi kebutuhan minum minimal 8 gelas per hari.

5) Mudah lelah, dengan beristirahat dan tidak melakukan pekerjaan yang terlalu

berat dapat membantu mengurangi keluhan yang dirasakan ibu.

f. Tanda-tanda Bahaya Kehamilan Trimester III

Tanda bahaya kehamilan trimester III adalah perdarahan pervaginam,

Preeklampsia (ditandai dengan sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur,

tekanan darah sistolik 20-30 mmHg dan diastolik 10-20 mmHg diatas normal,

proteinuria diatas positif 3, edema menyeluruh), nyeri hebat di daerah abdomen,

ketuban pecah dini atau sebelum waktunya, gerakan janin berkurang (Saifuddin,

2012).

g. Standar Pelayanan pada Ibu Hamil

Berdasarkan buku Standar Pelayanan Kebidanan yang diterbitkan oleh Pusat

Pengurus IBI pada tahun 2006, terdapat enam standar pelayanan antenatal, yaitu:

13
1) Standar 3 : Identifikasi ibu hamil

Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat

secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan motivasi ibu, suami dan

keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini

dan teratur dengan harapan ibu dapat memahami tanda dan gejala kehamilan, ibu

dan suami serta keluarga menyadari manfaat pemeriksaan dini secara teratur dan

meningkatkan cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri ke pelayanan

kesehatan.

2) Standar 4 : Pemeriksaan dan pemantauan antenatal

Bidan memberikan sedikitnya empat kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan

meliputi anamnesis dan pemantaun ibu dan janin dengan seksama, melakukan

pemeriksaan fisik untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal.

Bidan juga harus mengenal kehamilan resiko tinggi atau kelainan, khususnya

anemia, kurang gizi, hipertensi, penyakit menular seksual dan juga memfasilitasi

ibu untuk melakukan pemeriksaan laboratorium, pemenuhan tablet zat besi,

memberikan pelayanan imunisasi pada ibu hamil, konseling dan penyuluhan

kesehatan terkait kehamilan ibu. Bidan harus mencatat data yang tepat pada setiap

kunjungan. Apabila ditemukan kelainan, bidan harus mampu mengambil tindakan

selanjutnya.

3) Standar 5 : Palpasi abdominal

Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan

palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, memeriksa posisi janin, bagian

terendah janin, masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul dan untuk

mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu. Pemeriksaan abdominal

14
dilakukan dengan teknik leopold dimulai pada usia kehailan 36 minggu. Sebelum

palpasi leopold, dilakukan pengukuran tinggi fundus uteri menggunakan teknik

Mc. Donald, yaitu mengetahui pertumbuhan janin dengan cara mengikuti

pertumbuhan rahim dan ukuran rahim ditentukan dalam cm. Berdasarkan hasil

pemeriksaan bidan selanjutnya menegakkan diagnosa dan masalah yang tepat agar

dapat merencanakan asuhan dan mengimplementasikannya.

4) Standar 6 : Pengelolaan anemia pada kehamilan

Tujuan dari standar ini adalah bidan mampu menemukan anemia pada

kehamilan secara dini dan melakukan tindak lanjut untuk mengatasi anemia

sebelum persalinan. Contoh tindakan yang dilakukan bidan dalam hal ini yaitu

memeriksa kadar Hb semua bu hamil pada kunjungan pertama dan di setiap

trimester, memberikan tablet Fe pada semua ibu hamil sedikitnya 1 tablet setiap

hari selama 90 hari, penyuluhan gizi dan pentingnya konsumsi makanan yang

mengandung zat besi dengan harapan jika ada ibu hamil dengan anemia dapat

segera dirujuk, penurunan jumlah ibu melahirkan dengan anemia dan penurunan

jumlah bayi baru lahir dengan anemia atau berat bayi lahir rendah.

5) Standar 7 : Pengelolaan hipertensi pada kehamilan

Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada

kehamilan dan mengenal tanda serta gejala pre-eklampsia lainnya, serta

mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya. Tindakan yang dilakukan bidan

adalah mengukur tekanan darah ibu dalam setiap pemeriksaan kehamilan,

melakukan pemeriksaan urine pada setiap trimester kehamilan, segera rujuk jika

tekanan darah diatas 160/110 mmHg, ada edema, berkurangnya air seni, terdapat

15
protein urine dan kenaikan tekanan darah secara tiba-tiba. Catat semua temuan di

buku KIA dan kartu ibu.

6) Standar 8 : Persiapan persalinan

Bidan memberikan saran yang tepat pada ibu, suami serta keluarganya pada

trimester III untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman

serta suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik. Bidan

melakukan kunjungan rumah untuk hal ini. Contoh kegiatan yang difasilitasi oleh

bidan dalam rangka peningkatkan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat

dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi

pada ibu hamil termasuk perencanaan kontrasepsi adalah melalui Program

Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Melalui P4K maka

setiap ibu hamil akan tercatat dan terpantau secara tepat. Stiker P4K berisi tentang

nama ibu hamil, taksiran persalinan, penolong persalinan, tempat persalinan,

pendamping persalinan, transportasi yang akan digunakan dan calon donor darah.

Melalui P4K juga digunakan mengetahui mengenai dana persalinan dan metode

kontrasepsi setelah melahirkan. Bidan juga harus mengenali kondisi ibu hamil

yang harus dirujuk untuk bersalin di rumah sakit

h. Standar 10 T dalam Antenatal Care

Dalam melaksanakan pelayanan antenatal care, ada sepuluh standar

pelayanan yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang dikenal

dengan 10 T. Pelayanan atau asuhan standar minimal 10 T adalah sebagai berikut

(Kemenkes RI, 2010) :

1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

2) Pemeriksaan tekanan darah

16
3) Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)

4) Pemeriksaan tinggi fundus uteri

5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

6) Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

bila diperlukan

7) Pemberian Tablet zat bezi minimal 90 tablet selama kehamilan

8) Test laboratorium (rutin dan khusus)

9) Tata laksana kasus

10) Temu wicara (konseling), termasuk Program Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K serta KB pasca persalinan).

i. Kebijakan Program Kunjungan Kehamilan

Kemenkes RI (2010)menyatakan, pemeriksaan kehamilan dilakukan paling

sedikit empat kali kunjungan antara lain minimal satu kali kunjungan pada

trimester I, minimal satu kali kunjungan pada trimester II, dan minimal dua kali

kunjungan pada trimester III.

2. Persalinan

a. Pengertian Persalinan

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pegeluaran janin yang terjadi

pada kehamilan cukup bulan (37 sampai 42 minggu) lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada bayi

(Saifuddin, 2009). Persalian adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput

ketuban keluar dari uterus ibu, terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah

37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (JNPK-KR, 2008).

17
b. Tahapan-tahapan Persalinan

1) Kala I Persalinan

Menurut JNPK-KR (2008), kala I persalinan dimulai sejak terjadinya

kontraksi uterus teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga

serviks membuka lengkap (10 cm).

Kala I persalinan terdiri dari 2 fase yaitu fase laten dan fase aktif.

a) Fase laten berlangsung pada pembukaan kurang dari 4 cm dan berlangsung

sekitar 8 jam.

b) Fase aktif berlangsung pada pembukaan 4 cm hingga pembukaan lengkap (10

cm) dan berlangsung sekitar 6 jam.

Fase-fase persalinan

a) Fase akselerari berlangsung sekitar 2 jam, pembukaan 3 cm hingga 4 cm.

b) Fase dilatasi maksimal berlangsung sekitar 2 jam, pembukaan 4 cm hingga 9

cm.

c) Fase deselerasi berlangsung sekitar 2 jam, pembukaan 9 cm hingga pembukaan

lengkap (10 cm).

2) Kala II Persalinan

Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm)

dan berakhir dengan kelahiran bayi.

a) Gejala dan tanda kala II

(1) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi

(2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan darah pada rektum atau

vaginanya

(3) Perinium menonjol

18
(4) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka

(5) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.

Tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam. Hasilnya adalah

pembukaan serviks telah lengkap dan terlihatnya bagian kepala bayi melalui

introitus vagina (JNPK-KR, 2008).

3) Kala III Persalinan

Kala III persalinan sering disebut juga kala uri atau kala pengeluaran

plasenta. Kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya

plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

Manajemen aktif Kala III terdiri dari :

a) Pemberian oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir

Memberikan oksitosin 10 unit IM pada sepertiga bagian atas paha bagian

luar untuk merangsang uterus berkontraksi.

b) Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT)

PTT hanya dilakukan selama uterus berkontraksi. Pada saat melakukan PTT

perlu memperhatikan proses pelepasan dan pengeluaran plasenta.

c) Masase fundus uteri

Masase uterus dilakukan secara lembut dan menggerakkan tangan dengan

arah memutar selama 15 detik pada fundus uteri agar berkontraksi (JNPK-KR,

2008).

4) Kala IV Persalinan

Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir setelah dua jam dari

kelahiran plasenta.

19
Beberapa hal yang dipantau selama dua jam pertama pasca persalinan

adalah :

a) Tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih, dan darah yang keluar

setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama satu jam

kedua pasca persalinan.

b) Masase uterus setiap 15 menit selama satu jam pertama 30 menit selama jam

kedua.

c) Pantau suhu tubuh setiap satu jam dalam dua jam pertama pasca persalinan

(JNPK-KR, 2008).

c. Faktor – faktor yang mempengaruhi Persalinan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persalinan yang sering disebut

dengan 5 P (Bobak, dkk., 2005) yaitu :

1) Tenaga (power) meliputi :

a) Kekuatan primer yaitu kontraksi involuter ialah frekuensi, waktu antara awal

suatu kontraksi dan awal kontraksi berikutnya, durasi, dan intensitas (kekuatan

kontraksi).

b) Kekuatan sekunder yaitu segera setelah bagian bawah janin mencapai panggul,

sifat kontraksi berubah, yakni bersifat mendorong keluar, dan ibu merasa ingin

mengedan. Usaha untuk mendorong ke bawah inilah yang disebut dengan

kekuatan sekunder.

2) Jalan lahir (Passage) yaitu panggul ibu, yang meliputi tulang yang padat, dasar

panggul, vagina, introitus (lubang luar vagina).

3) Passanger yang meliputi janin dan plasenta.

20
4) Faktor psikologis ibu, yaitu pengalaman sebelumnya, kesiapan emosional

terhadap persiapan persalinan, dukungan dari keluarga maupun lingkungan yang

berpengaruh terhadap proses persalinan.

5) Faktor posisi ibu, mengubah posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa

nyaman, dan memperbaiki sirkulasi.

d. Perubahan Fisiologis Ibu selama Persalinan

Menurut Varney (2007) beberapa perubahan fisiologis selama persalinan

yaitu:

1) Tekanan darah, selama kontraksi disertai peningkatan sistolik rata-rata 15 (10-

20) mmHg dan diastolik rata-rata 5-10 mmHg. Nyeri, rasa takut, dan

kekhawatiran dapat semakin meningkatkan tekanan darah.

2) Metabolisme, peningkatan aktivitas metabolik terlihat dari peningkatan suhu

tubuh 0,5-10C, denyut nadi, pernafasan, curah jantung, dan cairan yang hilang.

3) Perubahan pada ginjal, poliuria sering terjadi selama persalinan yang

diakibatkan peningkatan lebih lanjut curah jantung selama persalinan dan

kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal.

4) Perubahan pada saluran cerna, motilitas dan absorpsi lambung terhadap

makanan padat jauh berkurang. Apabila kondisi ini diperburuk oleh penurunan

lebih lanjut sekresi asam lambung selama persalinan, maka saluran cerna bekerja

dengan lambat sehingga waktu pengosongaan lambung menjadi lebih lama.

Makanan yang diberikan selama periode menjelang persalinan atau fase laten

persalinan cenderung akan tetap berada di dalam lambung selama persalinan.

Mual dan muntah umum terjadi selama fase transisi, yang menandai akhir fase

21
pertama persalinan. Untuk itu dianjurkan mengkonsumsi makanan yang mudah

dicerna seperti susu, teh hangat, roti.

5) Perubahan hematologi, hematologi meningkat rata-rata 1,2 gm/100 mL selama

persalinan dan kembali ke kadar sebelum persalinan pada hari pertama

pascapartum jika tidak ada kehilangan darah yang abnormal.

e. Perubahan Psikologis Ibu Selama Persalinan

Perubahan psikologis pada ibu bersalin, perubahan psikologis keseluruhan

seorang wanita yang sedang mengalami persalinan sangat bervariasi. Salah satu

upaya untuk pemenuhan kebutuhan psikologis wanita dalam persalinan adalah

dengan memberikan asuhan sayang ibu (JNPK-KR, 2008).

f. Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin

Menurut JNPK-KR (2008) kebutuhan dasar ibu bersalin yaitu:

1) Dukungan emosional

Dukung dan anjurkan suami dan anggota keluarga yang lain untuk

mendampingi ibu selama persalinan dan proses kelahiran bayinya. Anjurkan

suami dan anggota keluarga yang lain untuk berperan aktif dalam mendukung dan

mengenali berbagai upaya yang mungkin sangat membantu untuk kenyamanan

ibu.

2) Mengatur posisi

Anjurkan ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman selama persalinan

dan melahirkan bayi serta anjurkan suami dan pendamping lainnya untuk

membantu ibu berganti posisi.

22
3) Pemberian cairan dan nutrisi

Anjurkan ibu untuk mendapat asupan (makanan ringan dan minum air)

selama persalinan dan proses kelahiran bayi. Anjurkan anggota keluarga sesering

mungkin menawarkan minum dan makanan ringan selama proses persalinan.

4) Kamar mandi

Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin selama

persalinan. Ibu harus berkemih sedikitnya setiap 2 jam, atau lebih sering jika ibu

merasa ingin berkemih atau kandung kemih terasa penuh. Anjurkan dan antarkan

ibu untuk berkemih di kamar mandi.

5) Pencegahan infeksi

Menjaga lingkungan tetap bersih merupakan hal penting dalam mewujudkan

persalinan yang bersih dan aman bagi ibu dan bayinya.

g. Standar Pelayanan pada Persalinan

Berdasarkan buku Standar Pelayanan Kebidanan yang diterbitkan oleh Pusat

Pengurus IBI pada tahun 2006, terdapat empat standar pelayanan persalinan,

yaitu:

1) Standar 9 : Asuhan persalinan kala I

Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian

memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan

kebutuhan klien selama proses persalinan berlangsung. Mengijinkan ibu memilih

pendamping persalinan, melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan tetap

memperhatikan kenyamanan ibu. Melakukan pemeriksaan dalam, jangan lakukan

periksa dalam jika ada perdarahan abnormal dari vagina ibu. Memantau denyut

jantung janin, kontraksi dalam 10 menit, penurunan kepala, tekanan darah, suhu,

23
nadi sesuai waktu yang ditetapkan kemudian mencatat semua temuan pada kartu

ibu dan partograf. Penuhi kebutuhan hidrasi dan nutrisi ibu selama proses

persalinan. Beri dukungan moril, perlakuan yang baik, penuhi kebutuhan nutrisi

ibu dan peka terhadap kebutuhan ibu. Jelaskan proses persalinan pada ibu dan

keluarga, lakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman.

2) Standar 10 : Persalinan kala II yang aman

Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman dengan sikap sopan

dan penghargaan terhadap ibu serta memperhatikan tradisi setempat. Pastikan

ruangan hangat dan bersih untuk bersalin, selalu lakukan pencegahan infeksi dan

bantu ibu memilih posisi yang nyaman selama proses persalinan. Pada kala dua

anjurkan ibu meneran jika terjadi kontraksi, dengarkan denyut jantun janin setiap

5 menit setelah kontraksi berakhir. Hindari peregangan vagina secara manual,

bantu kepala janin lahir perlahan. Segera setelah lahir periksa keadaan bayi,

letakkan di perut ibu, selimuti dan keringkan bayi lalu ganti dengan handuk baru.

3) Standar 11 : Penatalaksanaan aktif persalinan kala III

Bidan melakukan penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga ini untuk

membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap

sehingga mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan kala tiga, mencegah

terjadinya atonia uteri, retensio plasenta dan memperpendek waktu persalinan kala

tiga. Setelah bayi lahir, bidan memeriksa fundus untuk memastikan kehamilan

ganda, jika tidak ada lakukan manajemen aktif kala III untuk membantu

menghindari terjadinya perdarahan pada saat persalinan. Jika plasenta belum lepas

setelah 15 menit, ulangi suntik oksitosin dosis kedua, periksa kandung kemih dan

kosongkan, lakukan lai penatalaksankaan aktif kala tiga selama 15 menit.

24
4) Standar 12 : Penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi

Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II yang

lama dan segara melakukan episiotomi dengan aman untuk memperlancar

persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum. Tujuan dilakukan standar ini

adalah mempercepat persalinan dengan melakukan episiotomi jika ada tanda-

tanda gawat janin pada saat kepala janin meregangkan perineum.

3. Nifas

a. Pengertian Masa Nifas

Menurut Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas

Padjadjaran, masa nifas (puerperium) adalah masa yang terjadi setelah persalinan

hingga 6 minggu postpartum atau 42 hari. Pada masa ini terjadi pengembalian dan

pemulihan ibu yang mengalami perubahan selama proses kehamilan dan

persalinan.

Masa nifas berawal sejak dua jam setelah plasenta lahir sampai dengan 42

hari postpartum. Pada masa ini ibu memerlukan perhatian dan perawatan khusus

seperti pencegahan dan pengobatan penyakit yang mungkin terjadi, pelayanan

pemberian ASI eksklusif, nutrisi ibu dan pelayanan kontrasepsi (Saifuddin, 2012).

b. Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas

Menurut Bobak (2005), perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas

yaitu :

1) Perubahan Involusi

Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan

disebut involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasesnta keluar akibat

kontraksi otot-otot uterus. Pada akhir tahap persalinan, uterus berada di garis

25
tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada

promontorium sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang

lebih 1 cm di atas umbilikus. Dalam beberapa hari kemudian, perubahan involusi

berlangsung dengan cepat. Fundus turun kira-kira 1 sampai 2 cm setiap 24 jam.

Pada hari ke-6 masa nifas fundus normal akan berada dipertengahan antara

umbilikus dan simfisis pubis. Uterus tidak teraba pada hari ke-9 masa nifas

(Bobak, 2005).

2) Perubahan Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea

mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus.

Lochea terdiri dari atas empat tahapan yaitu lochea rubra / merah ini muncul pada

hari pertama sampai hari keempat postpartum. Cairan yang keluar berwarna

merah karena berisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak

bayi, lanugo (rambut bayi) dan mekonium. Lochea sanguinolenta cairan yang

berwarna merah kecoklatan dan berlendir berlangsung dari hari ke-4 sampai hari

ke-7 postpartum. Lochea serosa berwarna kuning kecoklatan karena mengandung

serum, leukosit, dan robekan/laserasi plasenta muncul pada hari ke-7 sampai hari

ke-14 postpartum. Lochea alba/ putih mengandung leukosit, sel desidua, sel

epitel, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba bisa bisa

berlangsung selama 2 sampai dengan 6 minggu postpartum. Lochea purulenta

yaitu terjadi infeksi seperti keluar cairan nanah yang berbau busuk. Lochea statis

adalah pengeluaran lochea yang tidak lancar.

26
3) Perubahan pada serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus. Warna serviks

sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. Muara serviks

yang berdilatasi 10 cm pada waktu persalinan, menutup secara bertahap. Setelah

bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim setelah dua jam dapat dimasuki

2-3 jari, pada minggu ke-enam postpartum serviks akan menutup.

c. Fisiologi Laktasi

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi

sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Masa laktasi mempunyai tujuan

meningkatkan pemeberian ASI eksklusif dan meneruskan pemberian ASI sampai

anak berumur 2 tahun secara baik dan benar serta anak mendapatkan kekebalan

tubuh secara alami. Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat

tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih di hambat oleh kadar estrogen

yang tinggi. Hari kedua atau ketiga pasca persalinan kadar estrogen dan

progesteron turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada

saat inilah mulai terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah prolaktin oleh

hipofise dan sekresi ASI semakin lancar. Dua refleks pada ibu yang sangat

penting dalam proses laktasi yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran timbul

akibat perangsangan puting susu oleh hisapan bayi.

d. Perubahan Psikologis pada Masa Nifas

Berdasarkan buku Kesehatan Ibu dan Anak yang diterbitkan oleh

Kementerian Kesehatan RI tahun 2014, proses adaptasi psikologis yang terjadi

pada masa nifas adalah sebagai berikut.

27
1) Taking In, fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari

hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada tahap ini ibu merasa

khawatir pada tubuhnya, ibu masih pasif dan memerlukan bantuan dari orang

terdekatnya.

2) Taking hold : terjadi pada hari ke-3 sampai ke-10 setelah melahirkan. Pada fase

ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam

merawat bayi. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah tersinggung dan

memerlukan dukungan dari orang-orang terdekatnya dalam merawat diri dan

bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri.

3) Letting go: terjadi setelah ibu di rumah berlangsung 10 hari setelah melahirkan.

Pada fase ini, ibu sudah menerima tanggung jawab akan peran barunya. Ibu sudah

mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.

4) Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

Kebutuhaan dasar pada ibu masa nifas menurut Saifuddin (2009) meliputi :

1) Kebersihan diri

Mengajarkan kepada ibu mengenai teknik membersihkan daerah kelamin,

mengganti pembalut setidaknya dua kali sehari, dan merawat luka jahitan

perineum dengan tidak membasuh dengan menggunakan air hangat.

2) Istirahat

Ibu nifas membutuhkan istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan

berlebihan. Kurangnya istirahat dapat menyebabkan jumlah ASI yang diproduksi

berkurang, memperlambat proses involusi, dan menyebabkan depresi dan

ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.

28
3) Latihan

Latihan yang diberikan berupa senam nifas. Senam nifas bertujuan untuk

mengembalikan kekuatan otot –otot terutama pada rahim, vagina dan kandung

kemih.

4) Gizi

Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan nutrisi dengan

mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, protein, mineral dan vitamin yang

cukup. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu minum setiap kali

menyusui) dan minum kapsul vitamin A (200.000 unit).

5) Hubungan perkawinan atau rumah tangga

Melakukan hubungan seksual secara fisik aman dimulai apabila darah

merah sudah berhenti dan tidak ada rasa nyeri ketika diamasukkan satu atau dua

jari kedalam vagina. Keputusan tetap pada pasangan yang bersangkutan yang

mengutamakan kesiapan ibu.

6) Keluarga Berencana

Idealnya pasangan memiliki keturunan lagi minimal berjarak 2 tahun dari

kelahiran anak sebelumnya. Wanita biasanya tidak akan menghasilkan sel telur

sebelum ia mendapatkan menstruasi lagi selama menyusui. Oleh karena itu

metode amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama kembali. Sebelum

pasangan menentukan metode KB perlu diberikan informasi mengenai evektifitas

metode dalam mencegah kehamilan, kelebihan dan kekurangan, efek samping,

dan waktu metode tersebut digunakan untuk wanita pascasalin yang menyusui.

29
5) Program dan Kebijakan Teknis Masa Nifas

Menurut Kemenkes RI (2012), pelayanan nifas yang diperoleh, yaitu:

1) Kunjungan nifas pertama (KF 1), diberikan pada enam jam sampai tiga hari

setelah persalinan. Asuhan yang diberikan berupa pemeriksaan tanda-tanda vital

(tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu), pemantauan jumlah darah yang keluar,

pemeriksaan cairan yang keluar dari vagina, pemeriksaan payudara dan anjuran

ASI eksklusif enam bulan, pemberian kapsul vitamin A dua kali (satu kapsul

segera setelah melahirkan dan satu kapsul setelah 24 jam pemberian kapsul vit. A

pertama), minum tablet tambah darah setiap hari, dan pelayanan KB pasca

persalinan.

2) Kunjungan nifas kedua (KF 2) diberikan pada hari ke-4 sampai hari ke-28

setelah persalinan. Pelayanan yang diberikan adalah pemeriksaan tanda-tanda vital

(tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu), pemantuan jumlah darah yang keluar,

pemeriksaan cairan yang keluar dari vagina, pemeriksaan payudara dan anjuran

ASI eksklusif enam bulan, minum tablet tambah darah setiap hari, dan pelayanan

KB pasca persalinan.

3) Kunjungan nifas lengkap (KF 3), pelayanan yang dilakukan hari ke-29 sampai

hari ke-42 setelah persalinan. Asuhan pelayanan yang diberikan sama dengan

asuhan pada KF2.

6) Standar Asuhan Masa Nifas

Berdasarkan buku Standar Pelayanan Kebidanan yang diterbitkan oleh Pusat

Pengurus IBI pada tahun 2006, terdapat standar pelayanan persalinan, yaitu:

30
1) Standar 13 : Perawatan bayi baru lahir

Bidan melakukan pemeriksaan dan penilaian kepada bayi baru lahir untuk

memastikan pernapasan spontan untuk mencegah hipoksia dan mencegah bayi

mengalami hipotermi.

2) Standar 14 : Penanganan pada dua jam setelah persalinan

Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi

dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan.

Bidan juga harus memberika penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat

pulihnya kesehatan ibu dan membantu untuk memulaipemberian ASI.

3) Standar 15: Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas

Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah

pada hari ketiga, minggu kedua dan minggu keenam setelah persalinan, untuk

proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar,

penemuan dini penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada

masa nifas, sertamemberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum,

kebersihan perorangan, makanan berigizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian

ASI, imunisasi dan KB.

4. Bayi Baru Lahir

a. Pengertian

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu

sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai 4000 gram (JNPK-

KR, 2008).

Bayi baru lahir harus memenuhi sejumlah tugas perkembangan untuk

memperoleh dan mempertahankan eksistensi fisik secara terpisah dari ibunya.

31
Perubahan fisiologis dan psikososial yang besar yang terjadi pada saat bayi lahir

memungkinkan transisi dari lingkungan intrauterin ke lingkungan ekstrauterin

(Bobak, 2005).

b. Penilaian Segera Bayi Baru Lahir

Segera setelah bayi lahir, jaga kehangatan bayi dan lakukan penilaian bayi

yaitu untuk menjawab usia gestasi cukup bulan atau tidak, warna ketuban, nafas

dan tangan bayi, tonus otot bayi. Asuhan bayi baru lahir normal diberikan pada

bayi dengan kondisi umur cukup bulan, air ketuban jernih, bayi menangis, dan

tonus otot baik (JNPK-KR, 2008).

c. Adaptasi BBL Terhadap Lingkungan Luar

Segera setelah lahir, BBL harus beradaptasi dari keadaan yang sangat

tergantung menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan yang akan

dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna (dalam

kandungan ibu) yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi (oksigen dan

nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin dan segala

kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya. Saat

dilahirkan, bayi baru lahir memiliki prilaku dan kesepian interaksi sosial (Bobak,

2005).

d. IMD (Inisiasi Menyusu Dini)

Inisiasi Menyusu Dini adalah proses membiarkan bayi menyusu sendiri

setelah kelahiran. Bayi diletakan di dada ibu dan bayi secara mandiri mencari

puting untuk segera menyusu. Jangka waktunya adalah segera setelah bayi lahir.

Jaga kehangatan bayi dengan menutup kepala bayi menggunakan topi dan

memberikan bayi selimut. Melakukan IMD dapat memberi kesempatan terjadinya

32
kontak kulit, merangsang oksitosin dan prolaktin yang memberikan keuntungan

bagi ibu dan bayi. Oksitosin dapat menurunkan resiko perdarahan dan

merangsang pengeluaran kolostrum. Prolaktin dapat meningkatkan produksi ASI

serta menunda ovulasi. Keuntungan IMD bagi bayi adalah mendapatkan

kolostrum secara segera sehingga bayi mendapatkan kekebalan pasif, selain itu

membantu bayi melatih koordinasi kemampuan isap, telan, dan nafas. Kontak

kulit yang terjadi selama IMD dapat menjadi mekanisme pencegahan kehilangan

panas (JNPK-KR, 2008).

e. Tatalaksana Bayi Baru Lahir

Menurut Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir (2010), tatalaksana

bayi baru lahir meliputi:

1) Asuhan bayi baru lahir pada 0 – 6 jam, yaitu asuhan bayi baru lahir normal

dilaksanakan segera setelah lahir, dan diletakkan di dekat ibunya dalam ruangan

yang sama, asuhan bayi baru lahir dengan komplikasi dilaksanakan satu ruangan

dengan ibunya atau di ruangan khusus dan pada proses persalinan, ibu dapat

didampingi suami.

2) Asuhan bayi baru lahir pada 6 jam sampai 28 hari, yaitu pemeriksaan neonatus

pada periode ini dapat dilaksanakan di puskesmas/ pustu/ polindes/ poskesdes dan

atau melalui kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan, pemeriksaan neonatus

dilaksanakan di dekat ibu, bayi didampingi ibu atau keluarga pada saat diperiksa

atau diberikan pelayanan kesehatan.

f. Pelayanan Kesehatan Neonatus

Menurut Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir tahun 2010

pelayanan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan

33
oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali selama

periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun

kunjungan rumah.

Pelaksanaan Kunjungan neonatal :

1) Kunjungan neonatal I (KN1) pada 6 jam sampai dengan 48 jam setelah lahir

2) Kunjungan neonatal II (KN2) pada hari ke 3 s/d 7 hari

3) Kunjungan neonatal III (KN3) pada hari ke 8 – 28 hari

Pelayanan kesehatan diberikan oleh dokter/bidan/perawat, dapat

dilaksanakan di puskesmas atau melalui kunjungan rumah. Pelayanan yang

diberikan mengacu pada pedoman Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) pada

algoritma bayi muda (Manajemen Terpadu Bayi Muda/MTBM) termasuk ASI

ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, perawatan tali pusat,

penyuntikan vitamin K1 dan imunisasi HB-0 diberikan pada saat kunjungan

rumah sampai bayi berumur 7 hari (bila tidak diberikan pada saat lahir) (Panduan

Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir, 2010).

B. Landasan Teori

Masa kehamilan adalah masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya

bayi melalui proses persalinan dan kelahiran dilanjutkan dengan masa nifas

sampai dengan alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa

kehamilan, persalinan dan masa nifas merupakan hal fisiologis yang terjadi pada

seorang wanita. Tidak semuanya berjalan fisiologis bisa saja menjadi patologis,

untuk itu perlu pendampingan oleh bidan atau tenaga kesehatan. Bidan sebagai

salah satu tenaga kesehatan yang memiliki hubungan dekat dengan perempuan

34
sepanjang siklus kehidupan perempuan yang menjadi ujung tombak dalam

memberikan asuhan komprehensif sesuai standar asuhan kebidanan dan standar

pelayanan kebidanan. KEPMENKES NO 938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang

standar asuhan kebidanan menyatakan standar asuhan kebidanan adalah acuan

dalam proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan

sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya. Kewenangan bidan yang

tercantum dalam PERMENKES NOMOR 1464/MENKES/PER/X/2010 yaitu

bidan berwenang memberikan asuhan pada kasus fisiologis dan kegawatdaruratan

dilanjutkan dengan perujukan.

Asuhan kebidanan yang komprehensif sangat diperlukan untuk membantu

ibu memenuhi kebutuhan dan mengatasi ketidaknyamanannya, selain itu asuhan

kebidanan yang sesuai standar dapat mendeteksi dini terjadinya komplikasi

selama masa kehamilanan, persalinan maupun masa nifas. Terdapat enam

standar asuhan kebidanan dan 24 standar asuhan pelayanan kebidanan yang

digunakan sebagai acuan dalam proses pengambilan keputusan dan tindakan

yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup

praktiknya. Enam standar asuhan kebidanan meliputi pengkajian, perumusan

diagnosa dan atau masalah kebidanan, perencanaan, implementasi, evaluasi, dan

pencatatan asuhan kebidanan. 24 standar asuhan pelayanan kebidanan meliputi

dua standar pelayanan umum, enam standar pelayanan antenatal, empat standar

pertolongan persalinan, tiga standar pelayanan nifas, dan sembilan standar

penanganan kegawatdaruratan obstetri-neonatal. Dengan asuhan kebidanan

sesuai standar yang bersifat komprehensif diharapkan selama proses kehamilan,

35
persalinan nifas dan bayi umur 28 hari dapat berjalan secara fisiologis tanpa ada

komplikasi.

36
C. Kerangka Pikir

Asuhan Kebidanan sesuai Standar

Kehamilan Trimester III

Persalinan

Masa Nifas

Bayi Baru Lahir

Fisiologis Patologis

Gambar 1
Bagan Kerangka Pikir

37
BAB III
INFORMASI KLIEN/KELUARGA

Berdasarkan data dari rekam medik pasien yaitu pada buku Kesehatan Ibu

dan Anak (KIA) ibu “IW” yang dilakukan pada tanggal 8 April 2016, di dapatkan

data sebagai berikut :

A. Informasi Klien/Keluarga

1. Data subyektif (tanggal 8 April 2016 pukul 17.00 WITA)

a) Identitas

Ibu Suami

Nama : Ibu “IW” : Bp. “PS”

Umur : 23 tahun : 31 tahun

Suku, bangsa : Bali, Indonesia : Bali, Indonesia

Agama : Hindu : Hindu

Pendidikan : SMA : SMA

Pekerjaan : Swasta (pegawai toko bunga) : Swasta (Security)

Penghasilan : Rp 1.500.000,- : Rp 1.700.000,-

Alamat rumah : Jalan Kusuma Bangsa II Gatot Suroto Barat Denpasar Utara

No. Tlp : 082339655xxx

b) Riwayat menstruasi

Ibu mengalami menstruasi pada usia 15 tahun dengan siklus haid 28-35 hari

teratur setiap bulannya. Selama satu hari 3 kali mengganti pembalut, lama haid 3-

4 hari, saat haid tidak mengalami dismenorhea, spoting, menorhagia,

premenstrual syndrome. Hari pertama haid terakhirnya (HPHT) tanggal 15-08-

2015 (Tafsiran persalinan berdasarkan HPHT tanggal 22-05-2016).

38
c) Riwayat perkawinan sekarang

Menikah secara sah agama dan catatan sipil. Ini merupakan perkawinan

pertama dengan usia perkawinan 4 tahun.

d) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Ibu memiliki seorang anak laki-laki usia 3 tahun 1 bulan lahir tanggal 26-

02-2013 secara spontan di bidan, pada saat persalinan tidak mengalami

komplikasi dan dalam kondisi baik. Anak lahir dengan berat badan 2800 gram.

Ibu menyusui bayinya sampai usia anak 2 bulan, selanjutnya diberikan susu

formula karena ibu bekerja.

e) Riwayat hamil ini

Ini merupakan kehamilan yang kedua dan tidak pernah mengalami

keguguran. Setiap bulan ibu selalu memeriksakan kehamilannya di bidan dan

melakukan USG satu kali di dokter SpOG. Berat badan ibu sebelum hamil yaitu

47 kg. Keluhan yang pernah dialami pada trimester I yaitu mual di pagi hari tetapi

tidak sampai muntah atau mengganggu aktifitasnya serta mengeluh pusing.

Keluhan ibu pada trimester II dan III yaitu nyeri bagian bawah perut. Ibu sudah

merasakan gerakan janin pada usia kehamilan 16 minggu dan gerakan janin

kurang lebih 20 kali sehari. Ibu tidak memiliki perilaku yang membahayakan

kehamilan seperti merokok, minum-minuman keras, minum jamu yang

membahayakan kehamilan, narkoba, kontak dengan hewan peliharaan maupun di

urut dukun di bagian perut.

f) Ictisar pemeriksaan sebelumnya

Berdasarkan Buku KIA ibu didapatkan hasil pemeriksaan kehamilan :

39
Tabel 1
Perkembangan Kondisi Kesehatan Ibu “IW” dan Janin pada Masa Kehamilan

Tanggal,
No Subjektif Objektif Analisis Penatalaksanaan
Tempat
1 2 3 4 5 6
1 5 Oktober Keluhan BB 48 kg, G2P1001 1. Terapi suplemen
2015 di mual dan TD 110/60 UK 7 penambah darah berupa
BPM “S” muntah mmHg, minggu 2 ramabion (vitamin B12
TFU belum hari 10 mcg, vitamin C 50
teraba dan mg, Ferrous Fumarate
belum 91 mg, Asam folat 400
terdengar mcg), 1x1 dan B6 1x50
DJJ, mg, masing-masing
tidak ada XXX tablet
oedema 2. Memberikan KIE
mengenai kesehatan ibu
hamil halaman 1-7
3. Menyepakati
kunjungan ulang 1
bulan kemudian yaitu
tanggal 5 November
2015.
2 5 Keluhan BB 46 kg, G2P1001 1. Terapi suplemen
November mual, TD 110/70 UK 11 penambah darah berupa
2015 di muntah mmHg, minggu 5 ramabion (vitamin B12
BPM “S” dan pusing TFU 3 jari hari 10 mcg, vitamin C 50
di atas mg, Ferrous Fumarate
symfisis, 91 mg, Asam folat 400
dan belum mcg), 1x1 dan B6 1x50
terdengar mg, masing-masing XV
DJJ, tablet
tidak ada 2. Memberikan KIE

40
1 2 3 4 5 6
oedema mengenai kesehatan ibu
hamil halaman 1-7
3. Menyepakati
kunjungan ulang 2
minggu kemudian yaitu
tanggal 19 November
2015.
3 19 Tidak ada BB 46,5 kg, G2P1001 1. Memberikan
November keluhan TD 110/70 UK 13 imunisasi tetanus toxoid
2015 mmHg, minggu 5 2. Terapi suplemen
di BPM TFU 3 jari hari penambah darah berupa
“S” di atas ramabion (vitamin B12
symfisis, 10 mcg, vitamin C 50
dan DJJ mg, Ferrous Fumarate
positif, 91 mg, Asam folat 400
tidak ada mcg), 1x1 dan kalsium
oedema, 1x500 mg, masing-
kadar masing XXX tablet
hemoglobin 3. Memberikan KIE
10,2 mengenai kesehatan ibu
gram%, hamil halaman 1-7
golongan 4. Menyepakati
darah B, kunjungan ulang 1
reduksi urin bulan kemudian yaitu
negatif, tanggal 19 Desember
protein urin 2015.
negatif,
PPIA non
reaktif,
sifilis
negatif.

41
1 2 3 4 5 6
4 20 Tidak ada BB 47 kg, G2P1001 1. Terapi suplemen
Desember keluhan TD 110/80 UK 18 penambah darah berupa
2015 di mmHg, minggu 1 ramabion (vitamin B12
BPM “S” TFU 3 jari hari 10 mcg, vitamin C 50
di bawah mg, Ferrous Fumarate
pusat, dan 91 mg, Asam folat 400
DJJ positif, mcg), 1x1 dan kalsium
tidak ada 1x500 mg, masing-
oedema masing XXX tablet
2. Memberikan KIE
mengenai nutrisi pada
ibu hamil
3. Menyepakati
kunjungan ulang 1
bulan kemudian yaitu
tanggal 20 Januari
2016.
5 20 Januari Keluhan BB 51 kg, G2P1001 1. Terapi suplemen
2016 di nyeri TD 110/70 UK 22 penambah darah berupa
BPM “S” bagian mmHg, minggu 4 ramabion (vitamin B12
bawah TFU 1 jari hari 10 mcg, vitamin C 50
perut di bawah mg, Ferrous Fumarate
pusat, TFU 91 mg, Asam folat 400
menggunak mcg), 1x1 dan kalsium
an pita ukur 1x500 mg, masing-
yaitu 18 cm, masing XXX tablet
DJJ positif, 2. Memberikan KIE
tidak ada mengenai kesehatan ibu
oedema hamil dari halaman 1-7
3. Menyepakati
kunjungan ulang 1

42
1 2 3 4 5 6
bulan kemudian yaitu
tanggal 20 Februari
2016.
6 22 Keluhan BB 51,5 kg, G2P1001 1. Terapi suplemen
Februari nyeri pada TD 110/70 UK 27 penambah darah berupa
2016 bokong mmHg, minggu 2 ramabion (vitamin B12
di BPM TFU 1 jari hari 10 mcg, vitamin C 50
“S” di atas mg, Ferrous Fumarate
pusat, TFU 91 mg, Asam folat 400
menggunak mcg), 1x1 dan kalsium
an pita ukur 1x500 mg, masing-
yaitu 21 cm, masing XXX tablet
DJJ positif, 2. Memberikan KIE
tidak ada mengenai kesehatan ibu
oedema hamil dari halaman 4-7
3. Menyepakati
kunjungan ulang 1
bulan kemudian yaitu
tanggal 22 Maret 2016.
7 12 Maret Keluhan BB 53,5 kg, G2P1001 1. Terapi suplemen
2016 nyeri TD 120/70 UK 29 penambah darah berupa
di BPM bagian mmHg, minggu 6 ramabion (vitamin B12
“S” bawah TFU 3 jari hari 10 mcg, vitamin C 50
perut di atas mg, Ferrous Fumarate
pusat, TFU 91 mg, Asam folat 400
menggunak mcg), 1x1 dan kalsium
an pita ukur 1x500 mg, masing-
yaitu 24 cm, masing XV tablet
DJJ positif, 2. Memberikan KIE
tidak ada mengenai kesehatan ibu
oedema hamil dari halaman 4-7

43
1 2 3 4 5 6
3. Menyepakati
kunjungan ulang 2
minggu kemudian yaitu
tanggal 26 Maret 2016.
8 7 April Tidak ada BB 56 kg, G2P1001 1. Terapi suplemen
2016 keluhan TD 110/70 UK 33 penambah darah berupa
di BPM mmHg, minggu 4 hufabion (ferrous
“S” TFU 4 jari hari fumarate 250 mg,
di bawah ascorbic acid 50 mg,
px, TFU cyanocobalamin 10
menggunak mcg), 1x1 dan kalsium
an pita ukur 1x500 mg, masing-
yaitu 28 cm, masing XV tablet
DJJ positif, 2. Memberikan KIE
tidak ada mengenai kesehatan ibu
oedema hamil dari halaman 4-7
Kadar 3. Menyepakati
hemoglobin kunjungan ulang 2
11,4 gram% minggu kemudian yaitu
tanggal 21 April 2016.
Sumber : data sekunder dari dokumnetasi Buku KIA

Pemeriksaan kehamilan tanggal 5 Oktober 2015 LILA 25 cm dan tinggi 150

cm. Ibu memeriksakan kehamilannya satu kali di dokter kandungan. Berdasarkan

hasil USG pada tanggal 18 Januari 2016, diketahui janin ibu tunggal, DJJ dalam

batas normal, insersi plasenta di fundus uteri, jenis kelamin laki-laki dan tidak

ditemukan kelainan pada janin. TP USG : 20-5-2016.

g) Riwayat penyakit yang pernah diderita oleh ibu/riwayat operasi

Ibu tidak pernah mengalami atau tidak sedang menderita penyakit

kardiovaskuler, hipertensi, asma, epilepsi, torch, diabetes mellitus (DM),

44
tuberculosis (TBC), Hepatitis, penyakit menular seksual (PMS). Ibu juga tidak

ada riwayat penyakit ginekologi seperti infertilitas, cervisitis cronis,

endrometriosis, myoma, polip serviks, kanker kandungan, operasi kandungan.

h) Riwayat penyakit keluarga

Ibu mengatakan keluarganya tidak ada riwayat penyakit seperti kanker,

asma, hipertensi, DM, penyakit jiwa, kelainan bawaan, hamil kembar, epilepsi,

alergi, penyakit menular, penyakit hati, TBC, dan PMS.

i) Riwayat ginekologi

Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit ginekologi seperti infertilitas,

cervisitis cronis, endrometriosis, myoma, polip serviks, kanker kandungan,

operasi kandungan, perkosaan, dan lain-lain.

j) Riwayat Kontrasepsi

Metode kontrasepsi yang pernah digunakan yaitu kontrasepsi IUD selama 2

tahun dengan keluhan sering nyeri dan kram pada perut serta suami mengeluh

nyeri ketika melakukan hubungan seksual.

k) Pengetahuan Ibu

Ibu sudah mengetahui tanda bahaya kehamilan trimester III dan tanda-tanda

persalinan. Ibu belum mengetahui tentang senam hamil dan belum melengkapi

P4K yaitu calon pendonor darah.

B. Rumusan Masalah Diagnosa Kebidanan

Berdasarkan pengkajian data subyektif, maka didapatkan diagnosa yaitu ibu

“IW” umur 23 tahun G2P1001 UK 33 minggu 5 hari T/H intrauterin

45
Masalah :

1. Ibu belum mengetahui senam hamil

2. Ibu belum melengkapi P4K yaitu calon pendonor darah

C. Kegiatan Pembinaan Kasus

Dalam pembuatan laporan tugas akhir ini, penulis telah melakukan

kegiatan yang dimulai dari Bulan Maret 2016 sampai Bulan Juli 2016 yang terdiri

dari penyusunan proposal, pengurusan ijin pengambilan kasus, pelaksanaan

asuhan, seminar hasil asuhan dan publikasi.

46
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Perkembangan Kondisi Kesehatan Ibu “IW” dan Janin pada Masa

Kehamilan Trimester III

Riwayat pengkajian data fokus, data subjektif dan objektif serta pemberian

asuhan yang diberikan oleh penulis selama masa kehamilan trimester III

dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin di BPM “S”.

Ibu melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 11 kali di bidan. Pada kehamilan

trimester I ibu melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 2 kali, pada

kehamilan trimester II ibu melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 4 kali,

pada kehamilan trimester III sebanyak 5 kali. Ibu pernah melakukan pemeriksaan

kehamilan di dr.SpOG sebanyak 1 kali yaitu pada kehamilan trimester II. Berikut

catatan perkembangan ibu “IW” dari kehamilan trimester III :

Tabel 2
Perkembangan Kondisi Kesehatan Ibu “IW” dan Janin pada Masa Kehamilan
Trimester III

Tanggal,
TTD dan
No. Jam, Catatan Perkembangan
Nama
Tempat
1 2 3 4
1 21 April 1. Data Subjektif (Bidan “S”)
2016, pukul Ibu mengatakan tidak ada keluhan, gerakan (Widya
17.00 janin dirasakan aktif, dan ibu belum Ananda Putri)

WITA di mengetahui persiapan persalinan sesuai P4K

BPM “S” 2. Data Objektif


Keadaan umum baik, kesadaran compos
mentis, BB 57 kg, TD 110/70 mmHg, N 78

47
1 2 3 4
kali/menit, S 36,60C, R 20 kali/menit.
Pemeriksaan fisik dilakukan dari head to toe.
Pada pemeriksaan kepala yaitu kepala bersih,
simetris dan tidak ada benjolan. Pemeriksaan
muka simetris, tidak ada oedema, tidak pucat,
dan tidak ada kloasma. Mata simetris,
konjungtiva merah muda, sklera putih dan
tidak ada pengeluaran sekret. Hidung bersih
dan tidak ada penegeluaran cairan. Telinga
bersih dan tidak ada pengeluaran serumen.
Mulut dan gigi, mukosa bibir lembab, tidak
ada karies gigi dan tidak ada gigi berlubang.
Leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
tidak ada pembengkakan kelenjar limfe, dan
tidak ada bendungan vena jugularis. Pada
dada : mamae simetris, puting susu bersih dan
menonjol, aerola hiperpigmentasi dan sudah
ada pengeluaran kolustrum.
Pada palpasi abdominal ditemukan hasil
pengukuran tinggi fundus uteri (TFU)
menggunakan pita ukur yaitu 29 cm dan
ditemukan TFU 2 jari di bawah procecus
xifoideus (px), DJJ 140 kali/menit teratur.
3. Analisis
Diagnosis : G2P1001 UK 35 minggu 4 hari
tunggal hidup intrauterin
Masalah : ibu belum mengetahui persiapan
persalinan sesuai P4K
4. Penatalaksanaan :
a. Menginformasikan hasil pemeriksaan
kepada ibu dan suami, ibu dan suami
menerima dengan baik

48
1 2 3 4
b. Memberikan Komunikasi Informasi
Edukasi (KIE) mengenai :
1) program perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi (P4K), ibu dan
suami mengerti dan akan
menggunakan kontrasepsi IUD pasca
plasenta dan belum mengetahui calon
pendonor darah.
2) pemenuhan nutrisi ibu hamil dan pola
istirahat yang cukup, ibu mengerti
c. Memberikan suplemen berupa SF
1x200 mg (XV), kalk 1x500 mg (XV)
ibu bersedia untuk mengkomsumsinya
d. Menyepakati kunjungan ulang 1
minggu kemudian atau sewaktu-waktu
bila ibu mengalami keluhan dan atau
tanda bahaya, ibu dan suami
menyepakati.
2 29 April 1. Data Subjektif (Bidan “S”)
2016 pukul Ibu mengeluh sering kencing pada malam (Widya
17.25 hari, frekuensi BAK bertambah ± 9 kali Ananda Putri)

WITA di sehari.

BPM “S” 2. Data Objektif


Keadaan umum baik, kesadraan compos
mentis, BB 57,4 kg, TD 120/80 mmHg, N 82
kali/menit, S 36,40 C, R 20 kali/menit. Pada
palpasi abdominal ditemukan TFU 2 jari di
bawah px, bagian terendah adalah kepala,
sudah masuk sebagian ke pintu atas panggul
(PAP), dan punggung berada di bagian kanan
perut ibu. Hasil pengukuran TFU
menggunakan pita ukur yaitu 29 cm, Tafsiran
Berat Badan Janin (TBBJ) 2790 gram, DJJ
144 kali/menit teratur.
3. Analisis
Diagnosis : G2P1001 UK 36 minggu 5 hari

49
1 2 3 4
preskep U puka tunggal hidup intrauterin
Masalah : Ibu mengeluh sering kencing pada
malam hari
4. Penatalaksanaan :
a. Menginformasikan hasil pemeriksaan
kepada ibu dan suami, ibu dan suami
mengerti dan paham
b. Memberikan KIE mengenai :
1) sering kencing disebabkan oleh penurunan
bagian terendah janin dan merupakan hal
yang fisiologis dan meminta ibu untuk
mengosongkan kandung kemih saat ada
dorongan ingin kencing, ibu mengerti
2) tanda-tanda bahaya kehamailan trimester
III seperti perdarahan, oedema, pecah
ketuban, gerakan janin berkurang, ibu
mengerti
c. Mengingatkan ibu untuk melanjutkan
mengkonsumsi obat yang masih ada. Ibu
mengerti dan bersedia mengkonsumsinya
d. Menyepakati kunjungan ulang 1 minggu
kemudian atau sewaktu-waktu bila ibu
mengalami keluhan dan atau tanda
bahaya, ibu dan suami menyepakati.
3 8 Mei 2016 1. Data Subjektif (Bidan “S”)
pukul 17.00 Ibu mengeluh sakit perut hilang timbul sejak (Widya
WITA kemarin (7 Mei 2016), rasa mulas datang Ananda Putri)

di BPM “S” setiap 2-3 kali dalam sehari dengan jarak


waktu yang jauh dan tidak teratur.
2. Data Objektif
Keadaan umum baik, kesadaran compos
mentis, BB 58 kg, TD 120/80 mmHg, N 80
kali/menit, S 36,50 C, R 22 kali/menit. Pada
palpasi abdominal ditemukan TFU 3 jari di
bawah px bagian terendah adalah kepala,
sudah masuk sebagian ke pintu atas panggul

50
1 2 3 4
(PAP), dan punggung berada di bagian kanan
perut ibu. Hasil pengukuran TFU
menggunakan pita ukur yaitu 30 cm, TBBJ
2945 gram, tidak ada nyeri tekan, DJJ 138
kali/menit teratur.
3. Analisis
Diagnosis : G2P1001 UK 38 minggu preskep
U puka tunggal hidup intrauterin.
Masalah : ibu mengeluh perut mulas
4. Penatalaksanaan
a. Menginformasikan hasil pemeriksaan
kepada ibu dan suami, ibu dan suami
menerima dengan baik
b. Memberikan KIE mengenai perut mulas
dengan jarak waktu yang jauh dan tidak
teratur merupakan hal yang fisiologis pada
ibu hamil trimester III dan meminta ibu
untuk melakukan tekhnik relaksasi setiap
ibu merasakan mulas, ibu memahami dan
bersedia melakukannya.
c. Memfasilitasi pemberian suplemen berupa
SF 1x200 mg (X), dan vitamin B1 1x50 mg
(X), ibu bersedia untuk mengkomsumsi
suplemen yang diberikan
d. Menyepakati kunjungan ulang 1 minggu
kemudian atau sewaktu-waktu bila ibu
mengalami keluhan dan atau tanda bahaya,
ibu dan suami menyepakati.
Sumber : Data primer penulis saat melakukan pemeriksaan dan data sekunder
dari dokumnetasi Buku KIA

51
Berikut grafik pemantauan kesehatan ibu dan janin selama kehamilan :

1. Kesehatan Ibu

a. Berat badan

Peningkatan berat badan ibu “IW” selama kehamilan yaitu 11 kg. Hasil

pemantauan berat badan tersaji dalam grafik 1.

Berat Badan
70
60
50
Axis Title

40
30
20
10
0
7 11 13 18 22 27 29 33 35 36
sebel 38
ming ming ming ming ming ming ming ming ming ming
um ming
gu 2 gu 5 gu 5 gu 1 gu 4 gu 2 gu 6 gu 4 gu 4 gu 5
hamil gu
hari hari hari hari hari hari hari hari hari hari
BB 47 48 46 46.5 47 51 51.5 53.5 56 57 57.4 58

Grafik 1
Perkembangan Berat Badan

Data pada grafik 1 menunjukkan peningkatan berat badan selama masa

kehamilan. Ibu mulai diasuh oleh penulis sejak umur kehamilan 33 minggu 4 hari.

b. Tanda-tanda vital

1) Tekanan darah

Hasil pemantauan tekanan darah ibu “IW” selama penulis memberikan

asuhan pada trimester III tersaji pada grafik 2.

52
Tekanan Darah
140
120
100
80
60
40
20
0
35 minggu 4 hari 36 minggu 5 hari 38 minggu
Sistolik 110 120 120
Diastolik 70 80 80

Grafik 2
Perkembangan Tekanan Darah Ibu

Data pada grafik 2 menunjukkan tekanan darah ibu selama diberikan asuhan

kehamilan dan dilakukan setiap kunjungan. Hasil pengukuran tekanan darah

dalam batas normal dan tidak ada penurunan atau peningkatan tekanan darah yang

memicu pada kondisi patologis.

2) Perkembangan nadi, suhu, dan respirasi

Nadi, Suhu, Respirasi


100

80 78 82 80
60 Nadi

40 Suhu
36.6 36.4 36.5
22 Respirasi
20 20 20
0
35 minggu 4 hari 36 minggu 5 hari 38 minggu

Grafik 3
Perkembangan nadi, suhu, dan respirasi

Data pada grafik 3 menunjukkan perkembangan nadi, suhu, dan respirasi

dalam batas normal. Nadi berkisar 80 kali permenit, suhu berkisar 360C, dan

respirasi berkisar 20 kali permenit.

53
2. Kesejahteraan janin

Kesejahteraan janin ditinjau dari perkembangan tinggi fundus uteri, letak

janin, DJJ, dan gerakan janin.

1) Perkembangan tinggi fundus uteri (TFU)

TFU
30.5
30
29.5
TFU
29
28.5
35 minggu 4 hari 36 minggu 5 hari 38 minggu

Grafik 4
Perkembangan Tinggi Fundus Uteri

Data pada grafik 4 menunjukkan perkembangan TFU ibu “IW” selama

diberikan asuhan. TFU tetap dan terjadi peningkatan TFU pada umur kehamilan

38 minggu sebesar 1 cm dari kunjungan sebelumnya.

2) Perkembangan DJJ

DJJ
146
144
142
140
DJJ
138
136
134
35 minggu 4 hari 36 minggu 5 hari 38 minggu

Grafik 5
Perkembangan DJJ

Data pada grafik 5 menunjukkan frekuensi DJJ masih dalam batas normal, kuat

dan teratur. DJJ berkisar 130-150 kali/menit.

54
2. Perkembangan Proses Persalinan Ibu “IW”

Pada tanggal 18 Mei 2016 ibu datang ke BPM “S” pukul 07.25 WITA

mengeluh sakit perut hilang timbul sejak pukul 02.00 WITA dan tidak ada keluar

lendir bercampur darah, tidak ada keluar air ketuban, dan gerakan janin dirasakan

masih aktif. Ibu datang di dampingi oleh suami dan ibu sudah membawa

persiapan persalinan lengkap, meliputi perlengkapan ibu dan bayi. Berikut catatan

perkembangan persalinan ibu “IW” :

Tabel 3
Perkembangan Masa Persalinan Ibu “IW”

Tanggal,
TTD dan
No. Jam, Catatan Perkembangan
Nama
Tempat
1 2 3 4
1 18 Mei 1. Data Subjektif (Bidan “S”)
2016 pukul Ibu datang dengan keluhan sakit perut hilang (Widya
07.25 timbul sejak pukul 02.00 WITA dan tidak ada Ananda
WITA keluar lendir bercampur darah, tidak ada Putri)
di BPM “S” keluar air ketuban, dan gerakan janin
dirasakan masih aktif. Makan terakhir pukul
20.00 WITA (17 Mei 2016) dengan porsi
cukup, minum terakhir pukul 06.00 WITA (18
Mei 2016) dengan jumlah ± 200 cc air putih.
Ibu BAK setiap ingin BAK dan terakhir pukul
20.30 WITA (17 Mei 2016) dengan jumlah ±
50 cc, dan sudah BAB pada pukul 05.30
WITA (18 Mei 2016). Ibu bisa beristirahat di
sela-sela kontraksi dengan relaksasi
pernapasan dan kondisi fisik masih kuat.
Ibu merasa siap dan bahagia menyambut
kelahiran bayinya serta suami kooperatif

55
1 2 3 4
membantu memenuhi kebutuhan ibu dan
senantiasa mendukung ibu. Perlengkapan ibu
dan bayi sudah siap, ayah kandung ibu
sebagai calon donor juga telah mendampingi.
2. Data Objektif
Keadaan umum baik, kesadaran compos
mentis, TD 120/80 mmHg, N 78 kali/menit, S
36,90 C, R 20 kali/menit. Pemeriksaan fisik
dalam batas normal, pada palpasi abdominal
bagian terendah adalah kepala sudah masuk
PAP dengan punggung janin berada di bagian
kanan perut ibu, perlimaan 3/5, TFU 3 jari
bawah px, hasil pengukuran TFU
menggunakan pita ukur yaitu 31 cm, TBBJ
3100 gram, his dua kali dalam 10 menit durasi
30 detik, dan DJJ 132 kali/menit teratur. Hasil
pemeriksaan dalam, pada vulva tidak
ditemukan pengeluaran berupa lendir
bercampur darah, tidak ada keluar air, tidak
ada varises, tidak ada oedema, tidak ada tanda
infeksi seperti merah, bengkak, dan nyeri,
pada vagina tidak nyeri, tidak ada masa,
portio lunak dilatasi 3 cm, penipisan
(efficement) 25%, selaput ketuban utuh,
presentasi kepala denominator belum jelas,
moulase 0, penurunan di hodge II, tidak teraba
bagian kecil dan tali pusat, kesan panggul
normal, pada anus tidak ada hemoroid. Pada
ekstrimitas tidak ditemukan oedema, dan
reflex patella positif di kedua tungkai.

56
1 2 3 4
3. Analisis
Diagnosis : G2P1001 UK 39 minggu 3 hari
preskep U puka tunggal hidup intrauterin +
partus kala I fase laten
4. Penatalaksanaan
a. Menginformasikan tentang hasil
pemeriksaan, ibu dan suami menerima
hasil pemeriksaan
b. Memberikan informed consent atas asuhan
yang diberikan, ibu dan suami menyetujui
informed consent.
c. Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan ibu
bersalin:
1) Membantu mengurangi rasa nyeri dengan
memandu ibu melakukan pernapasan dan
relaksasi, ibu merasa relaks dan nyaman
2) Memenuhi kebutuhan nutrisi, ibu minum
± 150 cc teh manis hangat
3) Memastikan kandung kemih tidak penuh,
ibu buang air kecil ± 50 cc dan kandung
kemih tidak penuh
4) Memfasilitasi kebutuhan mobilisasi dan
istirahat, ibu tidur miring kiri.
2 18 Mei 1. Data Subjektif (Bidan “S”)
2016 pukul Ibu mengeluh sakit perut semakin sering (Widya
11.25 2. Data Objektif Ananda
Keadaan umum baik, kesadaran compos
WITA Putri)
mentis, TD 120/80 mmHg, N 80 kali/menit, S
di BPM “S”
36,50 C, R 20 kali/menit. Pemeriksaan fisik
dalam batas normal, pada palpasi abdominal
bagian terendah adalah kepala sebagian besar
sudah masuk PAP dengan punggung janin
berada di bagian kanan perut ibu, perlimaan
2/5, TFU 3 jari bawah px, hasil pengukuran
TFU menggunakan pita ukur yaitu 31 cm,
TBBJ 3100 gram, his tiga kali dalam 10 menit

57
1 2 3 4
durasi 35 detik, dan DJJ 140 kali/menit
teratur. Hasil pemeriksaan dalam, pada vulva
ditemukan pengeluaran berupa lendir
bercampur darah, tidak ada keluar air, tidak
ada varises, tidak ada oedema, tidak ada tanda
infeksi seperti merah, bengkak, dan nyeri,
pada vagina tidak ada skibala, tidak nyeri,
tidak ada masa, portio lunak dilatasi 7 cm,
penipisan (efficement) 75%, selaput ketuban
utuh, presentasi kepala UUK kanan depan,
tidak ada moulase, penurunan di hodge III,
tidak teraba bagian kecil dan tali pusat, kesan
panggul normal, pada anus tidak ada
hemoroid.
3. Analisis
Diagnosis : G2P1001 UK 39 minggu 3 hari
preskep U puka tunggal hidup intrauterin +
partus kala I fase aktif
Masalah : ibu merasakan sakit perut hilang
timbul semakin keras
4. Penatalaksanaan
a. Menginformasikan tentang hasil
pemeriksaan, ibu dan suami menerima
hasil pemeriksaan
b. Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan ibu
bersalin :
1) Membantu mengurangi rasa nyeri dengan
memandu ibu melakukan pernapasan dan
relaksasi, ibu merasa relaks dan nyaman
2) Memenuhi kebutuhan nutrisi, ibu minum
± 100 cc teh hangat
c. Menyiapkan peralatan, obat, bahan
persalinan, alat pelindung diri (APD), dan
alat kegawatdaruratan serta lingkungan,
semua disiapkan dengan lengkap.

58
1 2 3 4
d. Memantau kesejahteraan ibu dan janin
serta kemajuan persalinan dengan
partograf WHO, hasil terlampir dalam
partograf.
3 18 Mei 1. Data Subjektif (Bidan “S”)
2016 pukul Ibu mengatakan sakit perut ingin mengedan (Widya
11.58 seperti BAB. Ananda
WITA 2. Data Objektif Putri)
Perineum menonjol, vulva dan vagina
di BPM “S”
membuka, dan terdapat pengeluaran lendir
campur darah yang lebih banyak. Keadaan
umum baik, kesadaran compos mentis, TD
110/80 mmHg, N 78 kali/menit, S 36,60 C, R
20 kali/menit. His empat kali dalam 10 menit
durasi 45 detik, dan DJJ 140 kali/menit
teratur. Hasil pemeriksaan dalam, pada vulva
ditemukan pengeluaran berupa lendir
bercampur darah, vulva dan vagina normal,
portio tidak teraba, pembukaan lengkap,
selaput ketuban utuh, presentasi kepala UUK
depan, tidak ada moulase, penurunan di hodge
III, tidak teraba bagian kecil dan tali pusat,
kesan panggul normal.
3. Analisis
Diagnosis : G2P1001 UK 39 minggu 3 hari
preskep U puka tunggal hidup intrauterin +
partus kala II
4. Penatalaksanaan
a. Memberikan informasi tentang hasil
pemeriksan, ibu dan suami menerima hasil
pemeriksaan
b. Memeriksa kelengkapan alat, obat, bahan,
dan alat kegawatdaruratan, semua telah
siap

59
1 2 3 4
c. Menyiapkan ibu dalam posisi bersalin, ibu
memilih posisi setengah duduk dibantu
oleh suami
d. Melakukan amniotomi diantara kontraksi,
air ketuban pecah jumlah cukup warna
jernih
e. Memeriksa DJJ, DJJ dalam batas normal
142 kali/menit teratur
f. Memimpin persalinan saat kepala bayi
tampak membuka vulva dan vagina 5-6
cm, ibu mengedan efektif, bayi lahir pada
tanggal 18 Mei 2016 pada pukul 12.08
WITA, segera menangis, gerak aktif, jenis
kelamin laki-laki
g. Mengeringkan bayi di atas perut ibu, bayi
telah kering
4 18 Mei 1. Data Subjektif (Bidan “S”)
2016 pukul Ibu merasa senang dan lega karena bayinya (Widya
12.08 telah lahir dan merasa mules pada perutnya Ananda
WITA 2. Data Objektif Putri)
Keadaan umum baik, kesadaran compos
di BPM “S”
mentis, tidak ada janin kedua, TFU setinggi
pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih
tidak penuh, tidak ada perdarahan aktif.
3. Analisis
Diagnosis : G2P1001 partus spontan belakang
kepala (P. Spt. B) + partus kala III
4. Penatalaksanaan
a. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada
ibu dan suami, ibu dan suami menerima
dengan senang
b. Melakukan informed consent untuk
tindakan pemberian injeksi oksitosin 10
IU, ibu dan suami menyetujui
c. Melakukan injeksi oksitosin 10 IU secara
IM di paha luar 1/3 bagian atas, tidak ada
reaksi alergi
d. Melakukan penjepitan dan pemotongan

60
1 2 3 4
tali pusat, tali pusat bayi telah terpotong
e. Membimbing ibu teknik Inisiasi Menyusu
Dini (IMD), bayi sudah berada di atas
dada ibu dengan posisi menyerupai katak
dan sedang mencari puting susu ibu
f. Melakukan Penegangan Tali Pusat
Terkendali (PTT), terdapat tanda-tanda
pelepasan plasenta, plasenta lahir spontan
lengkap pukul 12.20 WITA. Klasifikasi
tidak ada, insersi tali pusat sentralis.
g. Melakukan masase fundus uteri selama 15
detik, kontraksi uterus baik.
5 18 Mei 1. Data Subjektif (Bidan “S”)
2016 pukul Ibu merasa lega karena plasenta telah lahir. (Widya
12.20 2. Data Objektif Ananda
Keadaan umum baik, kesadaran compos
WITA Putri)
mentis, TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi
di BPM “S”
uterus baik, kandung kemih tidak penuh,
laserasi grade I, jumlah perdarahan ± 100 cc
dan tidak ada perdarahan aktif.
3. Analisis
Diagnosis : P2002 P.Spt.B + partus kala IV +
laserasi grade I
4. Penatalaksanaan
a. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada
ibu dan suami, ibu dan suami menerima
b. Melakukan informed consent secara lisan
pemasangan IUD pasca plasenta, ibu
bersedia
c. Melakukan pemasangan IUD pasca
plasenta, IUD pasca plasenta sudah
terinsersi di fundus
d. Melakukan penjahitan luka perinium
(heacting) dengan teknik penjahitan satu-
satu, robekan terpaut dengan baik dan
tidak ada perdarahan aktif
e. Membersihkan ibu, mendekontaminasi
alat dan merapikan lingkungan, ibu

61
1 2 3 4
merasa nyaman, alat telah
didekontaminasi dan lingkungan bersih
dan rapi
f. Mengajarkan ibu dan suami menilai
kontraksi uterus dan melakukan masase
fundus uteri, ibu dan suami dapat
melakukannya
g. Melakukan pemantauan kala IV dengan
memantau tekanan darah, nadi, TFU,
kontraksi, kandung kemih, dan perdarahan
setiap 15 menit pada satu jam pertama,
dan setiap 30 menit pada jam kedua,
mengukur suhu setiap satu jam, hasil
terlampir dalam partograf
h. Memantau kemajuan IMD, dalam 20
menit pertama bayi diam dan sesekali
matanya terbuka lebar melihat ke muka
ibu, setelah 30 menit bayi mencium dan
menjilat tangan, mengeluarkan air liur,
dan setelah 1 jam bayi sudah berhasil
mencapai puting susu ibu.
i. Memfasilitasi ibu memenuhi kebutuhan
nutrisi dan eliminasi, ibu makan roti dan
air putih
6 18 Mei 1. Data Subjektif (Bidan “S”)
2016 pukul Ibu mengatakan mules pada perut sudah (Widya
14.20 berkurang, ibu merasa bahagia dapat Ananda
WITA menjalani persalinan dengan lancar dan Putri
di BPM bahagia atas kehadiran bayinya. Ibu sudah

“S” makan nasi dan minum air putih ± 200 cc, ibu
belum BAK, dan sudah mobilisasi miring kiri
dan miring kanan. Ibu belum mengetahui
tentang tanda-tanda bahaya pada ibu nifas,
perawatan BBL, dan tanda-tanda bahaya
BBL.
2. Data Objektif
Keadaan umum baik, kesadaran compos

62
1 2 3 4
mentis, TD 120/80 mmHg, N 80 kali/menit, S
36,60 C, R 20 kali/menit, wajah tidak pucat,
konjungtiva merah muda, mukosa bibir
lembab, kolostrum keluar lancar, TFU 2 jari
dibawah pusat dengan kontraksi uterus baik,
kandung kemih tidak penuh, perdarahan tidak
aktif, pengeluaran lochea rubra, tidak ada
oedema pada ekstrimitas.
3. Analisis
Diagnosis : P2002 P.Spt.B 2 jam postpartum
4. Penatalaksanaan
a. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada
ibu dan suami, ibu dan suami menerima
hasil pemeriksaan
b. Membimbing ibu untuk memeriksa
kontraksi uterus dan cara melakukan
masase fundus uteri, mobilisasi dini
berupa miring kiri dan miring kanan, ASI
on demand, teknik menyusui posisi tidur
dan cara menyendawakan bayi, ibu
mengerti dan bersedia melakukannya
c. Memfasilitasi pemberian suplemen
penambah darah 1x200 mg (XX),
Amoxicilin 3x500 mg (XX), asam
mefenamat 3x500 mg (XX), vitonal ASI
3x1 (XX), dan vitamin A 1x200.000 IU
sebanyak dua tablet serta memberitahu
cara minumnya, ibu bersedia
mengkonsumsi sesuai informasi yang
diberikan
d. Memindahkan ibu dan bayi ke ruang nifas,
ibu dan bayi rooming in.
Sumber : Data primer penulis saat melakukan pemeriksaan dan data sekunder dari
dokumnetasi Buku KIA

63
3. Perkembangan Masa Nifas Ibu “IW”

Pada tanggal 19 Mei 2016 merupakan satu hari postpartum ibu “IW”.

Permeriksaan yang dikaji yaitu trias nifas meliputi proses involusi, laktasi, dan

lochea. Pemantauan masa nifas dilakukan sampai 42 hari postpartum, meliputi

kunjungan nifas pertama (KF 1), kunjungan nifas kedua (KF 2), dan kunjungan

nifas ketiga (KF 3). Berikut catatan perkembangan masa nifas ibu “IW” :

Tabel 4.
Perkembangan Masa Nifas Ibu “IW”

Tanggal,
TTD dan
No. Jam, Catatan Perkembangan
Nama
Tempat
1 2 3 4
1 18 Mei 1. Data Subjektif (Bidan “S”)
2016 pukul Ibu merasa senang atas kelahiran bayinya (Widya
18.20 2. Data Objektif Ananda Putri
Keadaan umum baik, kesadaran compos
WITA
mentis, TD 110/70 mmHg, N 78 kali/menit, S
di BPM
36,70 C, R 20 kali/menit, kontraksi uterus ibu
“S”
baik, TFU 2 jari di bawah pusat, puting susu
tidak ada lecet, ASI keluar lancar, kontraksi
utreus baik, luka jaritan terawat, tidak ada
perdarahan aktif, pengeluaran lochea rubra,
kandung kemih tidak penuh, ibu sudah BAK.
3. Analisis
Diagnosis : P2002 P.Spt.B 6 jam postpartum
Masalah :
a. Ibu belum mengetahui tanda bahaya masa
nifas
b. Ibu belum mengetahui perawatan BBL
c. Ibu belum mengetahui tanda bahaya BBL
4. Penatalaksanaan
a. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada

64
1 2 3 4
ibu dan suami, ibu dan suami menerima
hasil pemeriksaan
b. Memberikan KIE tentang :
1) tanda bahaya masa nifas meliputi sakit
perut yang hebat, perdarahan terus
menerus, nyeri hebat pada perut, ibu dan
suami dapat memahami dan bersedia
waspada dan segera memanggil bidan bila
menemukan tanda bahaya tersebut
2) perawatan BBL meliputi menjaga
kehangatan, menyusui on demand,
menjaga kebersihan tali pusat, dan
kebersihan bayi, ibu dan suami mengerti
dan menerima
3) tanda bahaya BBL meliputi hipotermi,
ikterus, febris, ibu dan suami dapat
memahami dan bersedia waspada dan
segera memanggil bidan bila menemukan
tanda bahaya tersebut.
c. Memfasilitasi ibu menyusui, ibu menyusui
dengan posisi duduk dengan posisi
menyusui yang benar dan bayi dapat
menyusu efektif.
2 KF 1 1. Data Subjektif (Bidan “S”)
19 Mei Ibu mengatakan tidak ada keluhan dan sudah (Widya
2016 pukul BAB satu kali terhitung setelah melahirkan, Ananda Putri)

16.00 sudah memenuhi kebutuhan nutrisinya, serta

WITA sudah melakukan senam nifas dua kali. Ibu

di BPM “S” tidur ± 4 jam karena ibu merasa harus siaga


menjaga bayinya. Ibu menyusui secara on
demand atau setiap dua jam bila bayi tertidur.
Bayi sudah BAB tiga kali terhitung semenjak
kelahirannya, sudah BAK enam kali. Ibu dan
bayi sudah boleh pulang.
2. Data Objektif
Keadaan umum baik, kesadaran compos
mentis, TD 120/80 mmHg, N 80 kali/menit, S

65
1 2 3 4
37,10 C, R 20 kali/menit, wajah tidak pucat,
konjungtiva merah muda, mukosa bibir
lembab, ASI keluar lancar, tidak ada puting
lecet, TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi
uterus baik, kandung kemih tidak penuh,
perdarahan tidak aktif, pengeluaran lochea
rubra, jaritan perinium terpaut utuh, tidak ada
oedema pada ekstremitas.
3. Analisis
Diagnosis : P2002 P.Spt.B 1 hari postpartum
Masalah : ibu kurang istirahat tidur
4. Penatalaksanaan
a. Menginformasikan hasil pemeriksaan
kepada ibu dan suami, ibu dan suami
menerima hasil pemeriksaan
b. Memberikan KIE mengenai :
1) kebutuhan istirahat, ibu dan suami
memahami pentingnya memenuhi
kebutuhan istirahat untuk mempercepat
pemulihan, dan ibu bersedia mengikuti
pola tidur bayi
2) personal hygiene dan merawat jaritan
perinium, ibu dapat mengerti dengan
penjelasan yang diberikan
c. Membimbing ibu teknik senam nifas hari
pertama hingga hari ketiga. Ibu dapat
melakukan teknik senam nifas hari
pertama dengan benar dan bersedia untuk
melakukan teknik senam nifas hingga hari
ketiga
d. Menginformasikan bahwa ibu dan bayi
sudah boleh pulang, ibu dan suami
menerima dan bersedia melengkapi
administrasi serta menyiapkan barang
yang akan dibawa pulang
e. Menyepakati kunjungan ulang dua hari
lagi pada tanggal 21 Mei 2016 di BPM

66
1 2 3 4
“S” untuk kontrol nifas, neonatus, dan
imunisasi BCG dan polio 1 atau sewaktu-
waktu bila ibu atau bayi mengalami
keluhan atau tanda bahaya, ibu dan suami
bersedia datang.
3 KF 2 1. Data Subjektif (Widya
25 Mei Ibu mengatakan tidak ada keluhan. Ananda Putri)
2016 pukul 2. Data Objektif
Keadaan umum baik, kesadaran compos
17.30
mentis, TD 120/70 mmHg, S 37,10 C, R 18
WITA di
kali/menit, N 80 kali/menit, payudara bersih,
rumah ibu
bentuk tetap simetris, tidak ada lecet, ASI
“IW”
keluar lancar, tidak ada payudara bengkak,
TFU pertengahan pusat simfisis, tidak ada
nyeri tekan, pengeluaran lokia serosa, dan
pada perineum tidak ada oedema, tidak ada
tanda infeksi, serta ekstrimitas tidak ada
oedema.
3. Analisis
Diagnosis : P2002 P.Spt.B tujuh hari
postpartum
4. Penatalaksanaan
a. Menginformasikan hasil pemeriksaan, ibu
dan suami menerima hasil pemeriksaan
b. Membimbing ibu untuk melakukan teknik
senam nifas hari ketujuh sampai hari
kesepuluh. Ibu dapat melakukan senam
nifas hari ketujuh dengan baik, serta
bersedia untuk melanjutkan senam nifas
sampai hari kesepuluh
c. Memberikan KIE mengenai pentingnya
melakukan senam nifas secara teratur,
pemenuhan istirahat dan pemenuhan
nutrisi masa nifas, dan tanda bahaya nifas.
Ibu dan suami mengerti dan bersedia
melakukannya

67
1 2 3 4
d. Memberikan ibu dukungan untuk tetap
menyusui bayinya secara on demand pada
kedua payudara, ibu mengerti dan paham.
4 KF 3 1. Data Subjektif (Widya
29 Mei Ibu mengatakan tidak ada keluhan. Ananda Putri)
2016 pukul 2. Data Objektif
Keadaan umum baik, kesadaran compos
17.00
mentis, TD 110/80 mmHg, S 36,50 C, R 20
WITA di
kali/menit, N 80 kali/menit, payudara bersih,
rumah ibu
bentuk tetap simetris, tidak ada lecet, ASI
“IW”
keluar lancar, tidak ada payudara bengkak,
TFU tidak teraba, tidak ada pengeluaran lokia,
kandung kemih tidak penuh, tidak ada oedema
pada ekstremitas.
3. Analisis
Diagnosis : P2002 P.Spt.B 42 hari postpartum
4. Penatalaksanaan
a. Menginformasikan hasil pemeriksaan, ibu
dan suami menerima hasil pemeriksaan
b. Mengingatkan ibu untuk tetap
memberikan ASI saja pada bayinya secara
on demand sampai bayi berumur 6 bulan,
ibu mengerti dan paham.
Sumber : Data primer penulis saat melakukan pemeriksaan dan data sekunder
dari dokumnetasi Buku KIA

4. Perkembangan Bayi Baru Lahir (BBL) Ibu “IW” sampai Neonatus Umur

28 Hari

Pada tanggal 18 Mei 2016 pukul 13.08 WITA dilakukan penilaian satu jam

pertama pada bayi, seperti diberikan salep mata, injeksi vitamin K, imunisasi

Hepatitis B 0. Lalu setelah 6 jam dilakukan pemeriksaan fisik lengkap pada bayi.

Pemantauan pada bayi dilakukan sampai bayi berumur 28 hari. Pelayanan

kesehatan neonatus sedikitnya 3 kali meliputi kunjungan neonatus pertama (KN

68
1), kunjungan neonatus kedua (KN 2), dan kunjungan neonatus ketiga (KN 3).

Berikut catatan perkembangan pada BBL sampai bayi umur 28 hari ibu “IW” :

Tabel 5
Perkembangan Bayi Baru Lahir (BBL) Ibu “IW” sampai Bayi Umur 28 Hari

Tanggal,
TTD dan
No. Jam, Catatan Perkembangan
Nama
Tempat
1 2 3 4
1 18 Mei 2016 1. Data Subjektif (Bidan “S”)
pukul 13.08 Ibu merasa senang dengan kelahiran bayinya. (Widya
WITA Ibu menatap ke arah bayi, memberikan Ananda
di BPM “S” sentuhan, dan mengajak bayi bicara pada saat Putri)
IMD. Evaluasi IMD dalam 20 menit pertama
bayi diam dan sesekali matanya terbuka lebar
melihat ke muka ibu, setelah 45 menit bayi
mencium dan menjilat tangan, mengeluarkan
air liur, dan setelah 1 jam bayi sudah berhasil
mencapai puting susu ibu. Bayi belum BAB
dan BAK.
2. Data Objektif
Keadaan umum bayi baik, tangis kuat, gerak
aktif, kulit kemerahan, HR 140 kali/menit, R
50 kali/menit, S 37,2 0 C, BB 3100 gram, tidak
ada perdarahan tali pusat.
3. Analisis
Diagnosis : Bayi ibu “IW” lahir Spt. B umur
satu jam neonatus aterm vigorous baby dalam
masa adaptasi.
4. Penatalaksanaan
a. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada
ibu dan suami, ibu dan suami menerima
hasil pemeriksaan
b. Memberikan informed consent bahwa bayi

69
1 2 3 4
akan diberikan salep mata, injeksi vitamin
K, imunisasi Hepatitis B 0, ibu dan suami
memahami
c. Memberikan salep mata antibiotika
oxytetrasiklin 1% pada kedua mata bayi,
tidak ada reaksi alergi
d. Memberikan injeksi vitamin K 1 mg per
IM di paha kiri 1/3 bagian atas
anterolateral, tidak ada reaksi alergi
e. Memberikan imunisasi Hepatitis B 0,5 cc
per IM pada paha kanan bagian 1/3 atas
anterolateral, tidak ada reaksi alergi setelah
pemberian
f. Melakukan perawatan tali pusat, tali pusat
bersih dan kering terbungkus kasa steril
g. Menjaga kehangatan dengan memakaikan
pakaian dan memberikan bayi di dekat ibu,
bayi terjaga kehangatannya.
2 18 Mei 2016 1. Data Subjektif (Bidan “S”)
pukul 18.08 Ibu mengatakan tidak ada keluhan pada (Widya
WITA bayinya. Bayi sudah BAB satu kali Ananda
di BPM “S” konsistensi lembek warna kehitaman, BAK Putri)
dua kali warna kuning jernih. Bayi diberikan
ASI dan bayi tidak ada muntah.
2. Data Objektif
Bayi tangis kuat, gerak aktif, kulit kemerahan,
turgor kulit baik, panjang badan (PB) 51 cm,
lingkar kepala (LK) 32 cm, lingkar dada (LD)
33 cm, heart rate (HR) 145 kali/menit, R 44
kali/menit, suhu 370 C. Pemeriksaan fisik
meliputi pemeriksaan kepala yaitu bentuk
simetris, ubun-ubun datar, sutura terpisah,
tidak ada cepal hematoma, dan tidak ada
caput suksedanium. Wajah bentuk simetris,
tidak pucat, tidak oedema. Kedua mata
simetris, konjungtiva merah muda, sclera

70
1 2 3 4
putih, bola mata simetris, reflek glabella
positif, tidak ada tanda-tanda infeksi. Hidung
bentuk simetris, lubang hidung ada dua, tidak
ada pengeluaran, dan tidak ada kelainan.
Mukosa bibir lembab, palatum ada, reflek
rooting positif, reflek sucking positif, dan
reflek swallowing positif. pemeriksaan dada
yaitu bentuk simetris, puting susu datar, tidak
ada benjolan pada payudara, tidak ada
kelainan. Abdomen tidak ada kelainan, tidak
ada distensi, tidak ada perdarahan tali pusat,
dan tidak ada tanda-tanda infeksi. Punggung
bayi simetris, tidak ada kelainan. Pemeriksaan
genetalia pada jenis kelamin laki-laki skrotum
dua, lubang penis ada, tidak ada kelainan.
Pemeriksaan anus yaitu terdapat lubang anus
dan tidak ada kelainan. Ekstremitas atas
berwarna kemerahan, bentuk simetris, jumlah
jari masing-masing lima pada kedua tangan,
gerak aktif, tidak ada kelainan, reflek graps
positif. ekstremitas bawah warna kemerahan,
bentuk simetris, jumlah jari masing-masing
lima pada kedua kaki, gerak aktif, tidak ada
kelainan, reflek babynski positif.
3. Analisis
Diagnosis : Bayi ibu “IW” lahir Spt. B umur
enam jam neonatus aterm vigorous baby
dalam masa adaptasi.
4. Penatalaksanaan
a. Menginformasikan hasil pemeriksaan, ibu
dan suami menerima hasil pemeriksaan
b. Memfasilitasi ibu menyusui bayi, ibu dapat

71
1 2 3 4
menyusui dalam posisi duduk dengan
teknik yang benar dan bayi dapat menyusu
dengan efektif
c. Mencegah bayi muntah dengan
membimbing ibu menyendawakan bayi
setelah selesai menyusu, bayi tidak ada
muntah.
3 KN 1 1. Data Subjektif (Bidan “S”)
19 Mei 2016 Ibu mengatakan bayinya tidak mengalami (Widya
pukul 16.00 keluhan. Bayi sudah BAB dan BAK. Ibu dan Ananda
WITA bayi sudah boleh pulang. Putri)
di BPM “S” 2. Data Objektif
Bayi tangis kuat, gerak aktif, kulit kemerahan,
HR 148 kali/menit, R 45 kali/menit, S 37,0 C,
mata bersih, sklera putih, tidak ada napas
cuping hidung, mukosa bibir lembab, tidak
ada retraksi otot dada, perut tidak distensi,
tidak ada perdarahan tali pusat, tali pusat
bersih dan kering.
3. Analisis
Diagnosis : Bayi ibu “IW” lahir Spt. B umur
satu hari neonatus aterm vigorous baby dalam
masa adaptasi.
4. Penatalaksanaan
a. Menginformasikan hasil pemeriksaan, ibu
dan suami menerima hasil pemeriksaan
b. Memberikan KIE tentang kebutuhan
istirahat, ibu dan suami memahami
pentingnya memenuhi kebutuhan istirahat
untuk mempercepat pemulihan, dan ibu
bersedia mengikuti pola tidur bayi
c. Menginformasikan bahwa ibu dan bayi
sudah boleh pulang, ibu dan suami
menerima dan bersedia melengkapi
administrasi serta menyiapkan barang yang
akan dibawa pulang

72
1 2 3 4
d. Menyepakati kunjungan ulang dua hari
lagi pada tanggal 21 Mei 2016 di BPM “S”
untuk kontrol nifas, neonatus, dan
imunisasi BCG dan polio 1 atau sewaktu-
waktu bila ibu atau bayi mengalami
keluhan atau tanda bahaya, ibu dan suami
bersedia.
4 KN 2 1. Data Subjektif (Widya
25 Mei 2016 Ibu mengatakan tidak ada keluhan pada Ananda
pukul 17.30 bayinya. Bayi hanya diberikan ASI secara on Putri)
WITA demand.

di BPM “S” 2. Data Objektif


Bayi tangis kuat, gerak aktif, kulit kemerahan,
BB 3300 gram, PB 51 cm, HR 140 kali/menit,
R 40 kali/menit, S 36,80 C, mata bersih, sklera
putih, tidak ada napas cuping hidung, mukosa
bibir lembab, tidak ada retraksi otot dada,
perut tidak distensi, tidak ada perdarahan tali
pusat, tali pusat bersih dan kering.
3. Analisis
Diagnosis : Bayi ibu “IW” lahir Spt. B umur
tujuh hari neonatus sehat
4. Penatalaksanaan
a. Menginformasikan hasil pemeriksaan, ibu
dan suami menerima hasil pemeriksaan
b. Memberikan KIE kepada ibu untuk tetap
menyusui secara on demand, ibu
memahami dan bersedia melakukannya.
5 KN 3 1. Data Subjektif (Widya
15 Juni 2016 Ibu mengatakan tidak ada keluhan pada Ananda
pukul 17.30 bayinya. Bayi hanya diberikan ASI secara on Putri)
WITA demand.

di BPM “S” 2. Data Objektif


Bayi tangis kuat, gerak aktif, kulit kemerahan,
BB 4100 gram, PB 53 cm, HR 142 kali/menit,

73
1 2 3 4
R 40 kali/menit, S 36,70 C, mata bersih, sklera
putih, tidak ada napas cuping hidung, mukosa
bibir lembab, tidak ada retraksi otot dada,
perut tidak distensi, tali pusat telah lepas
3. Analisis
Diagnosis : Bayi ibu “IW” lahir Spt. B umur
28 hari neonatus sehat
4. Penatalaksanaan
a. Menginformasikan hasil pemeriksaan, ibu
dan suami menerima hasil pemeriksaan
b. Memberikan KIE pada ibu menjaga
kebersihan bayi dengan cara mencuci
pakaian bayi menggunakan deterjen tanpa
pengharum, tetap menjaga sirkulasi udara
agar tidak panas, jadwal imunisasi, ASI on
demand, ibu mengerti dan paham.
Sumber : Data primer penulis saat melakukan pemeriksaan dan data sekunder
dari dokumnetasi Buku KIA

B. Pembahasan

1. Perkembangan Kondisi Kesehatan Ibu “IW” dan Janin pada Masa

Kehamilan Trimester III

a. Kondisi Ibu

Ibu “IW” melakukan pemeriksaan kehamilan di bidan “S” sesuai dengan

jadwal. Setiap kali kunjungan ibu “IW” mendapatkan pelayanan antenatal yang

dikenal dengan 10 T. Pelayanan atau asuhan standar minimal 10 T meliputi

timbang berat badan dan ukur tinggi badan, pemeriksaan tekanan darah, nilai

status gizi (ukur lingkar lengan atas), pemeriksaan tinggi fundus uteri, tentukan

presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), skrining status imunisasi tetanus

dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan, pemberian tablet zat

bezi minimal 90 tablet selama kehamilan, test laboratorium (rutin dan khusus),

74
tata laksana kasus, temu wicara (konseling), termasuk Program Perencanaan

Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K serta KB pasca persalinan)

(Kemenkes RI, 2010). Pengukuran tinggi badan dan LILA dilakukan pada saat

kunjungan pertama saja. Pada setiap kunjungan bidan “S” melakukan

pemeriksaan fisik lengkap (head to toe) untuk mendeteksi adanya kelainan atau

komplikasi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan janin.

Pemeriksaan kehamilan dilakukan secara rutin oleh ibu “IW”. Ibu

melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 12 kali, 11 kali di bidan “S” dan 1

kali di dr. SpOG. Di Bidan “S” pada kehamilan trimester I ibu melakukan

pemeriksaan kehamilan sebanyak 2 kali, pada kehamilan trimester II ibu

melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 4 kali, dan pada kehamilan trimester

III sebanyak 5 kali. Asuhan pada ibu hamil secara komprehensif diberikan

sebanyak 4 kali, yaitu 1 kali pada trimrster I, 1 kali pada trimester II, dan 2 kali

pada trimester III (Kemenkes RI, 2010). Pada kunjungan kehamilan ibu sudah

sesuai standar dalam melakukan pemeriksaan kehamilannya, yaitu minimal

sebanyak 4 kali.

Selama pemeriksaan kehamilan terjadi peningkatan berat badan sebesar 11

kg dari BB sebelum hamil 47 kg menjadi 58 kg. Metode yang baik untuk

mengkaji peningkatan berat badan normal pada masa kehamilan adalah dengan

menggunakan Body Mass Index (BMI). BMI didapatkan dari membagi berat

badan (dalam kilogram) dengan tinggi badan (dalam meter) pangkat dua.

Pemeriksaan tinggi badan didapatkan 150 cm dan berat badan sebelum hamil

yaitu 47 kg. Hasil dari penghitungan BMI yaitu 20,88. Menurut Bobak (2005)

rentan peningkatan berat badan total untuk wanita hamil normalnya yaitu BMI

75
19,8-26, serta peningkatan berat badan sebesar 11,5 – 16 kg. Peningkatan berat

badan ibu kurang 0,5 kg, untuk menjadi 11,5 kg. Hal ini disebabkan

kemungkinan karena nutrisi yang dimakan ibu selama kehamilan kurang. Selama

kehamilan ibu tidak mengkonsumsi susu ibu hamil dikarenakan ibu merasa mual

ketika minum susu ibu hamil.

Kunjungan pertama ibu dilakukan di bidan “S” pada tanggal 5 Oktober

2016. Hasil pengukuran tinggi bada ibu “IW” adalah 150 cm. Pengukuran tinggi

badan pada ibu hamil dilaksanakan hanya satu kali pada kunjungan antenatal yang

pertama. Tujuan pengukuran tinggi badan pada ibu hamil yaitu untuk mendeteksi

faktor resiko yang mungkin terjadi. Faktor resiko terhadap kehamilan yang sering

berhubungan dengan tinggi badan adalah keadaan rongga panggul. Sering

dijumpai pada ibu yang pendek, rongga panggulnya sempit (Mandriwati, 2011).

Tinggi minimal pada ibu hamil yaitu 145 cm, apabila tinggi badan ibu hamil

kurang dari 145 cm dapat membahayakan pada saat persalinan. Tinggi badan ibu

yaitu 150 cm, tinggi badan ibu “IW” sudah melebihi standar minimal.

Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) juga diukur pada kunjungan

pertama kehamilan. Hasil pengukuran LILA ibu “IW” yaitu 25 cm. LILA

digunakan sebagai indikator untuk menilai status gizi ibu hamil. Ukuran lingkar

lengan yang normal yaitu 23,5 cm. Bila ditemukan pengukuran kurang dari 23,5

cm berarti status gizi ibu kurang. Dari hasil pengukuran tersebut ibu “IW”

tergolong berstatus gizi baik, yaitu melebihi 23,5 cm.

Pada pemeriksaan terakhir ibu pada tanggal 18 Mei 2016 pada usia

kehamilan 39 minggu 3 hari hasil pengukuran tinggi fundus uteri menggunakan

pita ukur yaitu 31 cm. Pemantauan pertumbuhan janin dapat dilakukan dengan

76
cara mengukur tinggi fundus uteri menggunakan pita ukur. Pengukuran tinggi

fundus uteri dengan teknik McDonald adalah cara mengukur tinggi fundus uteri

menggunakan alat ukur panjang mulai dari tepi atas simfisis pubis sampai dengan

fundus uteri atau sebaliknya. TFU dicatat dalam sentimeter (cm) dari umur

kehamilan 22 minggu sampai dengan 35 minggu, yang harus sama dengan umur

kehamilan dalam minggu yang ditentukan berdasarkan HPHT. Apabila hasil

pengukuran berbeda 1-2 cm, masih dapat ditoleransi, tetapi jika deviasi lebih kecil

2 cm dari umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin,

sedangkan bila deviasi lebih besar 2 cm, kemungkinan terjadi bayi kembar,

polihidramnion, atau janin besar (Mandriwati, 2011). Berdasarkan hasil tersebut

ibu “IW” berbeda 8 cm dari usia kehamilan. Hasil ini kemungkinan dapat

menunjukkan keadaan pertumbuhan janin mengalami hambatan karena tidak

ditemukan adanya peningkatan yang optimal, namun keadaan ini belum bisa

ditegakkan secar pasti karena ditemukan pada saat umur kehamilan mendekati

aterm dimana kemungkinan kepala janin sudah memasuki pintu atas panggul dan

juga karena faktor pemeriksa yang berbeda.

Dari usia kehamilan 36 minggu hingga ada tanda-tanda persalinan, untuk

menghitung taksiran berat janin yang dikombinasi dengan teori Johnson dan

Tausack. Cara perhitungannya adalah jika bagian terendah janin sudah masuk ke

dalam PAP, hasil penghitungan TFU dalam cm dikurangin 11 dikalikan 155

(Mandriwati, 2011). Maka didapatkan taksiran berat janin pada tanggal 21 April

2016 yaitu 2.790 gram, 29 April 2016 adalah 2.790 gram, dan tanggal 8 Mei 2016

adalah 2.945 gram. Taksiran berat badan janin ibu “IW”pada tanggal 18 Mei 2016

77
adalah 3100 gram. Berat badan janin masih dapat dikatakan normal pada akhir

masa kehamilan.

Pemeriksaan Denyut Jantung Janin (DJJ) ibu berkisar 130-150 kali

permenit. Pemeriksaan auskultasi pada ibu hamil adalah periksa dengar pada

bagian abdomen ibu hamil menggunakan funduskup atau doppler. Tujuan

dilakukan pemeriksaan DJJ yaitu mendengar bunyi jantung bayi dalam

kandungan, mendengarkan irama dan menghitung frekuensi bunyi jantung bayi,

serta untuk menentukan area terdengarnya denyut jantung janin yang paling keras

(punktum maksimum) sehingga dapat dipastikan presentasi janin dalam

kandungan. Di samping itu, melalui pemeriksaan ini dapat diketahui apakah janin

di dalam kandungan tunggal atau kembar (Mandriwati, 2011). Jumlah denyut

jantung janin normal antara 120-160 kali per menit. Berdasarkan hasil DJJ ibu

tergolong normal.

Dalam kehamilan ini, berdasarkan skrining TT oleh petugas kesehatan ibu

sudah TT5, hal ini didapatkan dari ibu lahir tahun 1992. Skrining TT yang

dimaksud adalah pada bangku Sekolah Dasar (SD) sudah mendapatkan imunisasi

TT sebanyak tiga kali (T3), satu kali pada saat kehamilan yang pertama (T4), dan

1 kali pada saat kehamilan ini (T5). Menurut Mandriwati (2011), tujuan imunisasi

TT adalah memberi kekebalan terhadap penyakit tetanus terhadap ibu dan janin

yang dikandungnya, sehingga pada saat dilahirkan ibu dan bayi terhindar dari

penyakit tetanus. Jika dikaitkan dengan teori, status TT ibu “IW” lengkap.

Tanggal 19 November 2016 pada usia kehamilan 13 minggu 5 hari ibu

melakukan pemeriksaan penunjang yaitu kadar hemoglobin 10,2 gram%,

golongan darah B, reduksi urin negatif, protein urin negatif, PPIA non reaktif,

78
sifilis negatif. Menurut WHO kadar hemoglobin antara 8-11 gram% tergolong

anemia ringan. Mandriwati (2011) menyatakan ibu yang aktif bekerja

membutuhkan zat besi yang lebih banyak karena zat besi dikeluarkan bersamaan

dengan kalori. Asuhan yang diberikan penulis dengan didampingi bidan “S” yaitu

memberikan KIE mengenai nutrisi dan pola istirahat serta memberikan tablet zat

besi yang telah sesuai dengan standar pelayanan kebidanan yaitu standar enam.

Standar enam menyebutkan bahwa pengelolaan anemia pada kehamilan dengan

tujuan menemukan anemia pada kehamilan secara dini dan melakukan tindak

lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum persalinan berlangsung

(Ikatan Bidan Indonesia, 2006). Pemeriksaan hemoglobin yang kedua dilakukan

pada umur kehamilan 33 minggu 4 hari yaitu pada tanggal 7 April 2016. Hasil

pemeriksaan kadar hemoglobin ibu yaitu 11,4 gram%. Hal ini menunjukkan kadar

hemoglobin ibu sudah normal, yaitu melebihi 11 gram%.

Keluhan yang dialami selama kehamilan yaitu mengeluh sering kencing

sehingga tidur ibu terganggu pada malam hari. Kondisi yang dialami ibu sesuai

dengan pendapat Varney (2006) yang menyatakan bahwa kondisi yang susah

tidur diakibatkan dari kondisi yang lebih sering buang air kecil karena penurunan

kepala yang sudah mulai memasuki pintu atas panggul (PAP). Ketidaknyamanan

ini merupakan hal fisiologis yang bisa dialami oleh setiap ibu hamil, oleh karena

itu penulis dan didampingi bidan “S” memberikan KIE bahwa keadaan ini adalah

hal yang fisiologis dan meminta ibu untuk mengosongkan kandung kemih saat

ada dorongan ingin kencing. Selain itu pemilihan jenis minuman juga akan

berpengaruh. Hindari minuman kafein, serta perbanyak minum di siang hari tanpa

mengurangi kebutuhan minum minimal 8 gelas per hari.

79
2. Perkembangan Proses Persalinan Ibu “IW”

Tanggal 18 Mei 2016 ibu memasuki proses persalinan pada usia kehamilan

39 minggu 3 hari. Berdasarkan konseling P4K, perencanaan persalinan dilakukan

di BPM “S”. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pegeluaran janin yang

terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 sampai 42 minggu) lahir spontan dengan

presentasi belakang, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada bayi

(Saifuddin, 2009). Berasarkan hal tersebut kehamilan ibu tergolong dalam

kehamilan cukup bulan.

Faktor yang mempengaruhi persalinan ada 5, yang sering disebut dengan 5

P yaitu power, passage, passanger, psikologis ibu, dan posisi ibu. Tenaga ibu

(power) juga mempengaruhi proses persalinan. Waktu antara awal suatu kontraksi

dan awal kontraksi berikutnya, durasi, dan intensitas (kekuatan kontraksi).

Kontraksi ibu meningkat secara teratur hingga menjelang persalinan. Dilihat dari

awal kontraksi 2 kali dalam 10 menit durasi 30 detik dan terus meningkat

menjelang persalinan menjadi 4 kali dalam 10 menit durasi 45 detik. Disela-sela

kontraksi ibu minum teh manis untuk pemenuhan kebutuhan cairan sehingga ibu

terhindar dari dehidrasi dalam persalinan. Cara meneran yang efektif juga

merupakan faktor pendukung kelancaran proses persalinan. Pada saat menjelang

persalinan terdapat dorongan ingin mengedan. Jalan lahir (passage) yaitu panggul

ibu normal, hal tersebut dapat dilihat dari pemeriksaan dalam dan riwayat ibu

melahirkan anak pertama secara normal. Passanger yang meliputi janin dan

plasenta. Ini dilihat dari pemeriksaan palpasi abdominal didapatkan presentasi

80
kepala dengan bagian terbawah janin sudah masuk PAP. Pada pemeriksaan USG

didapatkan insersi plasenta di fundus uteri. Faktor psikologis ibu yaitu ibu sudah

pernah melahirkan anak pertamanya secara normal, ibu sudah menyiapkan P4K,

serta semua keluarga dan suami sangat mendukung ibu dalam proses persalinan.

Hal ini dapat dilihat dari suami ibu yang selalu mendampingi pada saat proses

persalinan dan orang tua suami maupun orang tua ibu “IW” hadir dan memberi

semangat dan dukungan kepada ibu “IW”. Pada saat menjelang persalinan ibu

memilih posisi setengah duduk di bantu oleh suami, ibu merasa nyaman dengan

posisi yang dipilihnya.

Ibu datang ke BPM “S” pukul 07.25 wita dengan keluhan sakit perut hilang

timbul sejak pukul 02.00 WITA dan tidak ada keluar lendir bercampur darah,

tidak ada keluar air ketuban, dan gerakan janin dirasakan aktif. Menurut JNPK-

KR (2008), kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus teratur dan

meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10

cm).

Pada tanggal 18 Mei 2016 pukul 07.25 WITA ibu datang di dampingi suami

ke BPM “S”. Hasil pemeriksaan dalam yang dilakukan bidan “S” adalah vulva

vagina normal, portio lunak, pembukaan 3 cm, penipisan (efficement) 25%,

selaput ketuban utuh, presentasi kepala denominator belum jelas, moulase 0,

penurunan sejajar dengan bidang Hodge I terletak setinggi bagian bawah simfisis

(Hodge II), tidak teraba bagian kecil dan tali pusat, kesan panggul normal. Hasil

pemeriksaan tersebut menyatakan bahwa ibu memasuki masa persalinan kala I

fase laten. Menurut JNPK-KR (2008), Fase laten berlangsung pada pembukaan

kurang dari 4 cm dan berlangsung sekitar 8 jam.

81
Pemantauan pada kala I fase laten yaitu dengan cara pencatatan pada lembar

observasi, yaitu pemantauan kesejahteraan ibu dan janin, serta pemantauan

kemajuan persalinan. Kesejahteraan ibu meliputi pemantauan tekananan darah,

suhu, nadi, respirasi, hidrasi dan eliminasi. Pemantauan kesejahteraan janin

meliputi pemeriksaan denyut janjung janin, pemeriksaan penyusupan kepala janin,

dan pemeriksaan selaput ketuban setiap 4 jam atau melakukan pemeriksaan dalam

dan bila ada indikasi. Pemantauan kemajuan persalinan yang dilakukan adalah

pembukaan dan penurunan yang dilakukan setiap 4 jam. Hasil tersebut terlampir

pada lembar observasi kala I fase laten.

Kala I yang dihitung dari ibu datang hingga ada tanda dan gejala kala II

berlangsung selama empat jam 33 menit. Proses persalinan kala I berlangsung

fisiologis sesuai dengan pendapat JNPK-KR (2008), yang menyatakan kala I

persalinan dibagi menjadi dua fase yaitu fase laten berlangsung pada pembukaan

kurang dari 4 cm dan berlangsung sekitar 8 jam dan fase aktif berlangsung pada

pembukaan 4 cm hingga pembukaan lengkap (10 cm) dan berlangsung sekitar 6

jam. Berdasarkan asuhan persalinan kala I yang diberikan sesuai dengan standar 9

yakni bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian

memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan

kebutuhan klien selama proses persalinan berlangsung (Ikatan Bidan Indonesia,

2006).

Pada pukul 11.58 WITA ibu mengatakan sakit perut ingin mengedan seperti

BAB. Hasil pemeriksaan yaitu his empat kali dalam 10 menit durasi 45 detik, dan

DJJ 140 kali/menit teratur. Pemeriksaan inspeksi tampak tekanan pada anus,

perinium menonjol, dan vulva membuka, serta dilakukan pemeriksaan dalam dan

82
pembukaan lengkap. Menurut JNPK-KR (2008) menyatakan perhitungan

kecepatan pembukaan serviks pada nullipara atau primigravida rata-rata 1 cm per

jam atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm pada multipara.

Persalinan kala II berlangsung selama 10 menit. Pada primigravida proses

persalinan berlangsung selama 120 menit dan 60 menit pada multigravida (JNPK-

KR, 2008). Cara meneran yang efektif dan posisi melahirkan setengah duduk

membuat ibu merasa nyaman merupakan faktor pendukung kelancaran proses

persalinan.

Bayi ibu “IW” lahir normal presentasi belakang kepala pada usia kehamilan

39 minggu 3 hari segera menangis, kulit kemerahan, gerak aktif, jenis kelamin

laki-laki. Asuhan yang diberikan yaitu melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

Evaluasi setelah 1 jam dilakukan IMD, bayi sudah berhasil mencapai puting susu

ibu. IMD adalah proses membiarkan bayi menyusu sendiri setelah kelahiran. Bayi

diletakkan di dada ibu dan bayi secara mandiri mencari puting untuk segera

menyusu. Jangka waktunya adalah segera setelah bayi lahir. Jaga kehangatan bayi

dengan menutup kepala bayi menggunakan topi dan memberikan bayi selimut.

Melakukan IMD dapat memberi kesempatan terjadinya kontak kulit, merangsang

oksitosin dan prolaktin yang memberikan keuntungan bagi ibu dan bayi. Hormon

oksitosin dapat menurunkan resiko perdarahan dan merangsang pengeluaran

kolostrum. Hormon prolaktin dapat meningkatkan produksi ASI serta menunda

ovulasi. Keuntungan IMD bagi bayi adalah mendapatkan kolostrum secara segera

sehingga bayi mendapatkan kekebalan pasif, selain itu membantu bayi melatih

koordinasi kemampuan isap, telan, dan nafas. Kontak kulit yang terjadi selama

IMD dapat menjadi mekanisme pencegahan kehilangan panas (JNPK-KR, 2008).

83
Persalinan kala III berlangsung selama 12 menit, plasenta lahir lengkap

pukul 12.20 WITA tidak ada klasifikasi. Kala III persalinan sering disebut juga

kala uri atau kala pengeluaran plasenta. Kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan

berakhir dengan lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit

(JNPK-KR, 2008). Asuhan yang diberikan yaitu manajemen aktif kala III,

meliputi pemeriksaan adanya janin kedua, jika tidak ada melanjutkan

menyuntikkan oksitosin 10 unit IM pada sepertiga bagian atas paha bagian luar

untuk merangsang uterus berkontraksi dalam satu menit pertama setelah bayi

lahir, melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT), dan masase fundus uteri

setelah plasenta lahir selama 15 detik

Asuhan yang diberikan sudah sesuai pada standar 11 penatalaksanan aktif

persalinan kala III yaitu bidan melakukan penatalaksanaan aktif persalinan kala III

ini untuk membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara

lengkap sehingga mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan kala tiga,

mencegah terjadinya atonia uteri, retensio plasenta dan memperpendek waktu

persalinan kala III. Setelah bayi lahir bidan memeriksa fundus untuk memastikan

kehamilan ganda, jika tidak ada lakukan manajemen aktif kala III untuk

membantu menghindari terjadinya perdarahan pada saat persalinan. Jika plasenta

belum lepas setelah 15 menit, ulangi suntik oksitosin dosis kedua, periksa

kandung kemih dan kosongkan, lakukan lagi penatalaksanaan aktif kala III selama

15 menit (Ikatan Bidan Indonesia, 2006).

Berdasarkan konseling P4K ibu “IW” menyetujui untuk dilakukan

pemasangan IUD pasca plasenta. Setelah 10 menit plasenta lahir Bidan “S”

melakukan pemasangan IUD pasca plasenta. IUD pasca plasenta sudah terinsersi

84
di fundus. Setelah dilakukan pemeriksaan ibu mengalami robekan perinium

laseasi grade I, yaitu pada mukosa vagina. Laserasi dapat terjadi karena gagalnya

asuhan yang diberikan pada saat keluarnya janin. Penatalaksanaan yang diberikan

yaitu melakukan heacting dengan teknik penjahitan satu-satu serta mengajarkan

ibu menilai kontraksi uterus dan melakukan masase fundus uteri.

Melakukan pemantauan kala IV dengan memantau tekanan darah, nadi,

TFU, kontraksi, kandung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit pada satu jam

pertama, dan setiap 30 menit pada jam kedua, mengukur suhu setiap satu jam.

Hasil pemeriksaan masih dalam batas normal, hasil pemantauan kala IV terlampir.

3. Perkembangan Masa Nifas Ibu “IW”

Masa nifas berawal sejak dua jam setelah plasenta lahir sampai dengan 42

hari postpartum. Pada masa ini ibu memerlukan perhatian dan perawatan khusus

seperti pencegahan dan pengobatan penyakit yang mungkin terjadi, pelayanan

pemberian ASI eksklusif, nutrisi ibu dan pelayanan kontrasepsi (Saifuddin, 2012).

Penulis didampingi bidan melakukan pemeriksaan enam jam postpartum untuk

mengetahui kondisi dan perkembangan ibu. Penulis melalukan kunjungan 3 kali

dalam masa nifas yaitu pada satu hari postpartum (KF 1), tujuh hari postpartum

(KF 2), dan 42 hari postpartum (KF 3).

Pada enam jam postpartum penurunan tinggi fundus uteri (TFU) didapatkan

dua jari di bawah pusat, saat tujuh hari postpartum TFU mengalami penurunan

menjadi pertengahan pusat simfisis, penurunan terus berlangsung hingga hari ke

sembilan postpartum TFU tidak teraba di atas simpisis dan 42 hari postpartum

TFU sudah tidak teraba. Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil

setelah melahirkan disebut involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasesnta

85
keluar akibat kontraksi otot-otot uterus. Pada akhir tahap persalinan, uterus berada

di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus. Dalam waktu 12 jam, tinggi

fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Dalam beberapa hari

kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan cepat. Fundus turun kira-kira 1

sampai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari ke-6 masa nifas fundus normal akan berada

dipertengahan antara umbilikus dan simfisis pubis. Uterus tidak teraba pada hari

ke-9 masa nifas (Bobak, 2005). Proses involusi tergolong berlangsung normal.

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Perubahan lochea

ibu “IW” pada enam jam postpartum dan hari pertama postpartum mengeluarkan

lochea rubra, pemeriksaan satu minggu postpartum didapatkan pengeluaran

berupa lochea serosa, dan pada kunjungan 42 hari postpartum sudah tidak ada

pengeluaran dari genetalia. Lochea terdiri dari empat tahapan yaitu lochea rubra /

merah ini muncul pada hari pertama sampai hari keempat postpartum. Lochea

sanguinolenta cairan yang berwarna merah kecoklatan dan berlendir berlangsung

dari hari ke-4 sampai hari ke-7 postpartum. Lochea serosa berwarna kuning

kecoklatan karena mengandung serum, leukosit, dan robekan/laserasi plasenta

muncul pada hari ke-7 sampai hari ke-14 postpartum. Lochea alba/ putih

mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks dan serabut

jaringan yang mati. Lochea alba bisa berlangsung selama 2 sampai dengan 6

minggu postpartum (Bobak, 2005).

Proses laktasi hari pertama postpartum kolostrum keluar sedikit pada kedua

payudara, pada hari ketiga pengeluaran ASI mulai lancar. Pada hari kedua atau

ketiga kadar estrogen dan progesteron turun drastis sehingga pengaruh prolaktin

lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Menyusukan lebih

86
dini menyebabkan terjadi rangsangan pada puting susu, yang merangsang

pengeluaran hormon prolaktin oleh hipofisis anterior yang memacu alveoli untuk

memproduksi air susu. Rangsangan puting susu juga mempengaruhi hipofisis

posterior hingga merangsang pengeluaran hormon oksitosin. Hormon ini

berfungsi memacu kontraksi otot polos yang ada di dinding alveoli dan dinding

saluran sehingga ASI dipompa keluar.

Perubahan psikologi yang dialami ibu yaitu periode taking in merupakan

periode ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua

setelah melahirkan. Ibu merasa khawatir pada tubuhnya, ibu masih pasif dan

memerlukan bantuan dari orang terdekatnya untuk merawat bayinya. Periode

taking hold terjadi pada hari ke-3 sampai ke-10 setelah melahirkan. Pada periode

ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam

merawat bayi. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah tersinggung dan

memerlukan dukungan dari orang-orang terdekatnya dalam merawat diri dan

bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri. Perubahan psikologi yang terakhir

yaitu letting go, terjadi setelah ibu di rumah berlangsung 10 hari setelah

melahirkan. Pada periode ini, ibu sudah menerima tanggung jawab akan peran

barunya. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.

Satu hari postpartum (KF 1) ibu masih berada di BPM “S”. Ibu mengatakan

tidak ada keluhan dan sudah BAB satu kali terhitung setelah melahirkan. Penulis

di dampingi bidan “S” melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, memeriksa

payudara, pemantauan jumlah darah yang keluar, pemeriksaan cairan yang keluar

dari vagina, memeriksa jaritan perinium dan memeriksa KB IUD pasca plasenta.

Pemeriksaan tersebut dalam batas normal. Setalah melahirkan ibu mengkonsumsi

87
vitamin A 1 x 200.000 IU, dan mengkonsumsi vitamin A 1 x 200.000 IU kembali

24 jam pasca pemberian vitamin A yang pertama dan suplemen penambah darah

1x200 mg sebanyak XX tablet. Pemberian vitamin A bertujuan untuk mencegah

infeksi akibat perlukaan jalan lahir. Asuhan yang diberikan yaitu membimbing ibu

melakukan senam nifas hari pertama dan memberikan KIE tentang tanda bahaya

masa nifas meliputi sakit perut yang hebat, perdarahan terus menerus, nyeri hebat

pada perut, perawatan BBL meliputi menjaga kehangatan, menyusui on demand,

menjaga kebersihan tali pusat, dan kebersihan bayi, tanda bahaya BBL meliputi

hipotermi, ikterus, febris. Menurut Kemenkes RI (2012) kunjungan nifas pertama

(KF 1), diberikan pada enam jam sampai tiga hari setelah persalinan. Asuhan yang

diberikan berupa pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, pernapasan,

suhu), pemantauan jumlah darah yang keluar, pemeriksaan cairan yang keluar dari

vagina, pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif enam bulan, pemberian

kapsul vitamin A dua kali (satu kapsul segera setelah melahirkan dan satu kapsul

setelah 24 jam pemberian kapsul vitamin A pertama), minum tablet tambah darah

setiap hari, dan pelayanan KB pasca persalinan.

Penulis melakukan kunjungan nifas kedua (KF 2) pada hari ketujuh

postpartum. Ibu mengatakan tidak ada keluhan, hasil pemeriksaan tanda-tanda

vital dalam batas normal, penurunan TFU, dan pengeluaran lochea selama masa

nifas normal. Pemeriksaan payudara dan pemantauan kelangsungan laktasi,

dimana ibu berencana memberikan ASI eksklusif dan menyusui anaknya hingga

umur dua tahun. Asuhan yang diberikan yaitu membimbing senam nifas hari ke-7

sampai dengan hari ke-10 dan memberikan KIE mengenai pentingnya melakukan

senam nifas secara teratur, pemenuhan istirahat dan pemenuhan nutrisi masa nifas,

88
dan tanda bahaya nifas, serta memberikan ibu dukungan untuk tetap menyusui

bayinya secara on demand pada kedua payudara. Menurut Kemenkes RI (2012)

mengatakan KF 2 diberikan pada hari ke-4 sampai hari ke-28 setelah persalinan.

Pelayanan yang diberikan adalah pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah,

nadi, pernapasan, suhu), pemantuan jumlah darah yang keluar, pemeriksaan cairan

yang keluar dari vagina, pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif enam

bulan, minum tablet tambah darah setiap hari, dan pelayanan KB pasca persalinan.

Kunjungan nifas yang ketiga (KF 3) dilakukan pada saat 42 hari postpartum.

Ibu mengatakan tidak ada keluhan. Asuhan yang diberikan sama dengan

kunjungan KF 2. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas normal, TFU

tidak teraba, tidak ada pengeluaran lochea, payudara bersih tidak ada lecet, ASI

keluar lancar. Penulis mengingatkan ibu untuk tetap memberikan ASI saja pada

bayinya secara on demand sampai bayi berumur 6 bulan. Menurut Kemenkes RI

(2012) mengatakan kunjungan nifas lengkap (KF 3), pelayanan yang dilakukan

hari ke-29 sampai hari ke-42 setelah persalinan.

4. Perkembangan Bayi Baru Lahir (BBL) Ibu “IW” sampai Neonatus Umur

28 Hari

Bayi ibu “IW” lahir normal presentasi belakang kepala pada usia kehamilan

39 minggu 3 hari segera menangis, kulit kemerahan, gerak aktif, jenis kelamin

laki-laki. Asuhan yang diberikan yaitu melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

Evaluasi setelah 1 jam dilakukan IMD, bayi sudah berhasil mencapai puting susu

ibu. IMD adalah proses membiarkan bayi menyusu sendiri setelah kelahiran. Bayi

diletakan di dada ibu dan bayi secara mandiri mencari puting untuk segera

menyusu. Jangka waktunya adalah segera setelah bayi lahir. Jaga kehangatan bayi

89
dengan menutup kepala bayi menggunakan topi dan memberikan bayi selimut.

Melakukan IMD dapat memberi kesempatan terjadinya kontak kulit, merangsang

oksitosin dan prolaktin yang memberikan keuntungan bagi ibu dan bayi. Hormon

oksitosin dapat menurunkan resiko perdarahan dan merangsang pengeluaran

kolostrum. Hormon prolaktin dapat meningkatkan produksi ASI serta menunda

ovulasi. Keuntungan IMD bagi bayi adalah mendapatkan kolostrum secara segera

sehingga bayi mendapatkan kekebalan pasif, selain itu membantu bayi melatih

koordinasi kemampuan isap, telan, dan nafas. Kontak kulit yang terjadi selama

IMD dapat menjadi mekanisme pencegahan kehilangan panas (JNPK-KR, 2008).

Tatalaksana bayi baru lahir meliputi asuhan bayi baru lahir pada 0 – 6 jam,

yaitu asuhan bayi baru lahir normal dilaksanakan segera setelah lahir, dan

diletakkan di dekat ibunya dalam ruangan yang sama, asuhan bayi baru lahir

dengan komplikasi dilaksanakan satu ruangan dengan ibunya atau di ruangan

khusus dan pada proses persalinan, ibu dapat didampingi suami. Selanjutnya

asuhan bayi baru lahir pada 6 jam sampai 28 hari, yaitu pemeriksaan neonatus

pada periode ini dapat dilaksanakan di puskesmas/ pustu/ polindes/ poskesdes

dan/atau melalui kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan, pemeriksaan neonatus

dilaksanakan di dekat ibu, bayi didampingi ibu atau keluarga pada saat diperiksa

atau diberikan pelayanan kesehatan (Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru

Lahir, 2010).

Bayi Ibu “IW” lahir normal dengan presentasi belakang kepala pada umur

kehamilan 39 minggu tiga hari dengan berat badan lahir 3100 gram. Bayi baru

lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu

90
dan berat badan lahir 2500 gram sampai 4000 gram (JNPK-KR, 2008).

Berdasarkan data tersebut bayi dalam keadaan normal.

Asuhan pada bayi setelah dilakukan IMD yaitu pemberian salep mata

oxytetracycline 1% untuk mencegah terjadinya infeksi pada mata yang

disebabkan oleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses

persalinan dan memberikan injeksi vitamin K dosis 1 mg per IM pada paha kiri

1/3 bagian atas anterolateral untuk mencegah terjadinya perdarahan, dan

memberikan imunisasi Hepatitis B 0,5 cc per IM pada paha kanan bagian 1/3

atas anterolateral untuk mencegah penularan penyakit hepatitis B dari ibu ke

bayi. Tidak terdapat reaksi alergi pada bayi setelah dilakukan tindakan

pemberian salep mata, injeksi vitamin K dan imunisasi HB-0. Komponen

asuhan bayi baru lahir yaitu pencegahan infeksi, penilaian segera setelah lahir,

pencegahan kehilangan panas, asuhan tali pusat, IMD, manajemen laktasi,

pencegahan infeksi mata, injeksi Vitamin K, pemberian imunisasi hepatitis B-0,

pemeriksaan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2008).

Tanggal 19 Mei 2016 ibu “IW” diperbolehkan pulang karena ibu dan bayi

dalam keadaan fisiologis. Pada saat pagi hari penulis di dampingi oleh bidan “S”

melakukan tindakan untuk memandikan bayi. Penulis mengingatkan kembali

cara memandikan yang benar, mengajarkan ibu untuk melakukan pijat bayi

sebelum bayi dimandikan, serta mengajarkan ibu untuk merawat tali pusat.

Memberikan KIE mengenai perawatan bayi baru lahir (BBL), tanda bahaya BBL

serta meyusui secara on demand. Ibu juga diberikan KIE mngenai imunisasi

untuk bayinya pada hari sabtu tanggal 21 Mei 2016 untuk imunisasi BCG dan

91
polio 1. Imunisasi BCG bertujuan untuk mencegah tuberkulosis dan imunisasi

polio untuk mencegah penyakit polio atau lumpuh (Prawirohardjo, 2012).

Pada saat bayi berumur 8 hari, tali pusat bayi pupus. Hal ini tergolong

fisiologis karena tali pusat dirawat dengan baik. Tali pusat tidak diberikan apa-

apa, dan apabila tali pusat basah ibu selalu mengeringkannya terlebih dahulu

kemudian membungkusnya dengan kasa steril.

Hasil pengukuran berat badan bayi selama dilakukan pemantaun, total

peningakatan berat badan bayi sejak lahir hingga umur 28 hari adalah 1.000 gram.

Peningkatan berat badan minimal bayi selama satu bulan pada bulan pertama

dalam buku KIA adalah 800 gram dan tidak dibawah atau diatas garis hijau

(JNPK-KR, 2008).

Asuhan yang telah diberikan penulis pada bayi Ibu “IW” diantaranya, telah

melakukan kunjungan neonatal sebanyak tiga kali pada masa neonatus.

Kunjungan pertama (KN 1) dilakukan pada saat bayi berumur 1 hari, KN 2

dilakukan saat bayi berumur 7 hari dan KN 3 dilakukan pada saat bayi berumur 28

hari. Tujuan asuhan yang diberikan adalah untuk mencegah, mendeteksi dini, dan

melakukan penatalaksanaan terhadap masalah yang mungkin terjadi sesuai dengan

standar asuhan kebidanan. Sehingga pertumbuhan dan perkembangan kondisi bayi

ibu “IW” berjalan secara fisiologis.

92
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan mengenai

asuhan kebidanan pada ibu “IW” Umur 23 Tahun Multigravida dari Kehamilan

Trimester III Sampai dengan Masa Nifas dan Neonatus Umur 28 sebagai berikut:

1. Pemantauan kondisi kesehatan ibu selama kehamilan trimester III dan

kesejahteraan janin berjalan fisiologis.

2. Membantu kelancaran proses persalinan yang mencakup kesehatan ibu,

kemajuan persalinan dan kesejahteraan janin berjalan fisiologis.

3. Pemantauan perkembangan trias nifas pada ibu meliputi proses involusi,

laktasi, lochea dan proses adaptasi psikologis ibu sampai 42 hari postpartum

berjalan fisiologis.

4. Pemantauan proses adaptasi neonatus dan kebutuhan neonatus setelah

dilahirkan meliputi adaptasi fisiologis dan keberhasilan proses IMD berhasil dan

berjalan fisiologis.

B. Saran

1. Petugas Kesehatan

Diharapkan dapat mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas

pelayanan dalam memberikan asuhan kebidanan yang komprehensif sesuai

dengan standar pelayanan kebidanan.

93
2. Penulis Selanjutnya

Penulis selanjutnya diharapkan dapat melakukan pengkajian lebih dalam

agar data yang didapatkan lebih akurat dan asuhan yang diberikan sesuai dengan

standar untuk mendeteksi secara dini komplikasi sehingga dapat dilakukan

penatalaksanaan sesuai dengan prosedur.

3. Bagi Keluarga dan Ibu “IW”

Diharapkan ibu dapat mengaplikasikan asuhan kebidanan yang diberikan,

dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman tentang bayi baru lahir serta

keluarga ibu dapat memberikan dukungan psikologis terhadap ibu agar mampu

menjalankan peran dan fungsi keluarga, serta membantu memenuhi kebutuhan

ibu.

94
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.


Ostetri Fisiologi. Bandung: FK Universitas Padjadjaran

Bobak, dkk. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4.Jakarta: EGC

Dinas Kesehatan Provinsi Bali. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2014.
(online).http://www.baliprov.go.id/files/subdomain/diskes/Info%20Jibang/P
rofil%20Kesehatan/Profil%20Kesehatan%202014.pdf (2 Februari 2016)

Depkes RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2014. Departemen kesehatan


Indonesia. Jakarta.

IBI. 2006. Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta: Pengurus Pusat IBI.

JNPK-KR. 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Depkes


RI.

Kemenkes RI. 2010. Panduan Pelayanan kesehatan Bayi Baru Lahir Berbasis
Perlindungan Anak. Jakarta: Direktorat Kesehatan Anak Khusus.

______. 2012. Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil. Jakarta: Kementerian


Kesehatan RI.

Mandriwati. G. A. 2011. Asuhan Kebidanan Antenatal Edisi. Jakarta: EGC

Manuaba. I.B.G. 2008. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC

Saifuddin. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka.

Saifuddin. A.B. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal


Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saifuddin. A.B. 2012, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal


Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Varney H. dkk. 2006.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 1. Jakarta:


EGC

______. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC.

Winknjosastro. H. 2007. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Jakarta: Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Lampiran 1

NASKAH PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

Bapak dan Ibu yang terhormat, saya dari Politeknik Kesehatan Kemenkes
Denpasar Jurusan kebidanan akan melakukan pembinaan kasus dengan judul
”ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU “IW” UMUR 23 TAHUN
MULTIGRAVIDA DARI KEHAMILAN TRIMESTER III SAMPAI
DENGAN MASA NIFAS DAN NEONATUS UMUR 28 HARI”.

Pembinaan kasus ini bertujuan untuk mengetahui hasil asuhan kebidanan sesuai
dengan standar pada ibu “IW” dari kehamilan trimester III, persalinan, nifas dan
neonatus umur 28 hari.

Partisipasi bapak dan ibu bersifat sukarela tanpa ada paksaan dan bila tidak
berkenan dapat menolak atau sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri tanpa
sanksi apapun. Saya akan menjaga kerahasiaan dan keamanan informasi yang
diberikan.

Apabila bapak dan ibu membutuhkan penjelasan lebih lanjut mengenai pembinaan
kasus ini, dapat dihubungi :

Nama : I Gusti Ayu Widya Ananda Putri


Alamat : Jl. Akasia Gang IX No 13 Denpasar
No HP : 081236316775
Lampiran 5

Lembar Observasi Persalinan Kala I Fase Laten

Waktu Kontraksi DJJ (kali/menit) Keterangan


08.25 2x 10’ ~ 30” 136 kali/menit,
WITA kuat dan teratur
09.25 3x 10’ ~ 30” 148 kali/menit, S 36,6 0 C, N 82 kali/menit, R
WITA kuat dan teratur 20 kali/menit
Hidrasi ± 100 ml, eliminasi ± 50
ml
10.25 3x 10’ ~ 30 - 140 kali/menit,
WITA 35” kuat dan teratur
11.25 3x 10’ ~ 35” 138 kali/menit, VT : Vulva vagina normal,
WITA kuat dan teratur porsio lunak, efficement 75%,
pembukaan 7 cm, selaput
ketuban utuh, presentasi kepala
UUK kanan depan, tidak ada
moulase, penurunan sejajar
dengan bidang Hodge I terletak
setinggi bagian bawah simfisis
(Hodge II +), tidak teraba
bagian kecil dan tali pusat,
kesan panggul normal
Sumber : Dokumentasi ibu “IW” di BPM “S”
Lampiran 6
Lembar Pemantauan Kala IV
Tinggi Darah
Jam Kontraksi Kandung
Waktu TD Nadi Suhu Fundus yang
ke- Uterus Kemih
Uteri Keluar
1 12.35 120/ 82 36,70 2 jari Baik Tidak Tidak aktif
80 C bawah penuh
pusat
12.50 120/ 82 2 jari Baik Tidak Tidak aktif
80 bawah penuh
pusat
13.05 120/ 82 2 jari Baik Tidak Tidak aktif
80 bawah penuh
pusat
13.20 120/ 82 2 jari Baik Tidak Tidak aktif
80 bawah penuh
pusat
2 13.50 110/ 80 36,50 2 jari Baik Tidak Tidak aktif
80 C bawah penuh
pusat
14.20 110/ 80 2 jari Baik Tidak Tidak aktif
80 bawah penuh
pusat
Sumber : Dokumentasi ibu “IW” di BPM “S”

You might also like