Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

ISSN: 2502 – 4205 Jurnal Perencanaan Wilayah │Vol. 4 │ No.

1 │April 2019

ANALISIS SPASIAL SEBARAN IPAL RS DI WILAYAH KOTA KENDARI


BERDASARKAN EFEKTIVITAS PENGELOLAANNYA
Desy Rahmawati 1), M. Tufaila Hemon 2), Nani Yuniar 3)
1)
Mahasiswa Perencanaan Wilayah Pascasarjana UHO, 2016
2)
Dosen Fakultas Pertanian dan Pascasarjana UHO
3)
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Pascasarjana UHO
Email: m.tufailahemon@yahoo.co.id; HP

ABSTRACT

This study aims to determine the quality of hospital wastewater that has gone through processing, to
know the effectiveness of Hospital Wastewater Treatment Plants in Kendari City, to know the distribution of
Hospital Wastewater Treatment Plants based on the quality of their wastewater and develop management
strategies. This type of research is qualitative descriptive with a survey approach. In this study, samples
were taken in the inlet pipe section and the hospital wastewater treatment plant with BOD 5, COD and Total
Coliform test parameters. The results showed that based on the COD and BOD 5 parameters of 8 (eight)
hospitals that have only 1 (one) hospital wastewater treatment plant whose test results exceeded the quality
standard based on KepmenLH no.05 of 2014. Total Coliform parameters were 8 (eight ) hospitals that have
a Waste Water Treatment Plant have 2 (two) hospitals whose test results exceed the quality standards based
on KepmenLH no.05 of 2014. Effectiveness of hospital wastewater treatment plants based on BOD5 test
parameters which have effectiveness between > 67-100% there are 6 (six) hospitals, the effectiveness
between > 34 - 67% there is 1 (one) hospital and the effectiveness between 0 - 34% there is 1 ( one) hospital.
Effectiveness based on COD parameters, effectiveness between > 67-100% there are 5 (five) hospitals,
effectiveness between > 34 - 67% there is 1 (one) hospital and effectiveness between 0 - 34% there are 2
(two) hospitals. Effectiveness based on total coliform parameters, effectiveness between > 67-100% there
are 3 (three) hospitals, effectiveness between > 34-67% there are 3 (three) hospitals and effectiveness
between 0 - 34% there are 2 (two) hospitals. 2 (two) hospitals cannot evaluate their effectiveness because
IPAL is not functioning / not functioning. Strategies that need to be carried out include management
strategies, technical strategies and monitoring strategies

Keywords: Spatial Analysis, Management Effectiveness of Hospital Waste Water Treatment Plants

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit di wilayah Kota Kendari,
yang memiliki tujuan untuk mengetahui kualitas limbah cair di bagian inlet dan outlet dari IPAL rumah sakit
tersebut, ditinjau dari penurunan parameter uji, efektivitasnya dan penyusunan strategi pengelolaannya.
Metode pada penelitian ini adalah dengan mengambil sampel limbah cair di bagian inlet dan outlet pada
IPAL tersebut, kemudian sampel tersebut dilakukan analisa di laboratorium dengan parameter kunci yang
sudah ditetapkan, seperti BOD5, COD, dan total koliform. Berdasarkan hasil pengujian laboratorium,
terhadap kualitas IPAL di 8 (delapan) rumah sakit di wilayah Kendari diperoleh hasil pada parameter uji
COD dan BOD5 yang memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan berdasarkan KepmenLH no.05 tahun
2014 terdapat 7 (tujuh) rumah sakit dan 1 (satu) rumah sakit melewati baku mutu yang telah ditetapkan.
Sedangkan parameter total coliform ada 2 (dua) yang belum memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan.
Efektivitas IPAL rata rata untuk penurunan kadar COD sebesar 84%, BOD 5 sebesar 91% dan Total Coli
sebesar 41%. Hasil FGD dengan pihak RS diperoleh permasalahan yang sering muncul adalah kurangnya
tenaga sanitarian, tidak adanya SPO dan anggaran untuk pemeliharaan IPAL RS. Sehingga dapat disusun
strategi pengelolaan dengan strategi manajemen, strategi teknis dan strategi monitoring. Kesimpulan yang
diperoleh masih ada RS yang kualitas air limbah yang keluar ke badan air melebihi nilai baku mutu hal ini
dikarenakan kurangnya kontrol dan pengawasan pada pengolahan IPAL. Kurangnya dukungan manajemen
1
ISSN: 2502 – 4205 Jurnal Perencanaan Wilayah │Vol. 4 │ No. 1 │April 2019

berupa penyiapan peraturan atau kebijakan, SPO dan anggaran. Kurangnya tenaga sanitasi dan rendahnya
kesadaran pihak RS dalam upaya sanitasi limbah cair RS. Disarankan kepada pihak rumah sakit untuk lebih
mengoptimalkan kinerja dan pengawasan terhadap IPAL dalam menurunkan beban pencemar yang
dihasilkan.

Kata kunci : IPAL RS di wilayah Kota Kendari,Kualitas Limbah Cair, Efektivitas IPAL

PENDAHULUAN Rumah Sakit yaitu pada pasal 7 dan pasal 11


mengenai kewajiban memiliki IPAL.
Undang-Undang Kesehatan RI Nomor
36 Tahun 2009 menyatakan bahwa upaya Berdasarkan laporan tahunan bidang
kesehatan lingkungan ditujukan untuk pelayanan kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi
mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik Sulawesi Tenggara tahun 2017 dari 12 rumah
fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang sakit yang terdapat di wilayah Kota Kendari
memungkinkan setiap orang mencapai derajat hanya 8 (delapan) rumah sakit yang telah
kesehatan yang setinggi-tingginya. memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL).

Salah satu lingkungan yang memiliki Hasil pengamatan awal secara langsung
potensi cukup besar untuk tercemar oleh unsur- yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Maret
unsur yang dapat menimbulkan dampak terhadap 2018 pada 3 (tiga) rumah sakit yang berada
kesehatan masyarakat adalah lingkungan rumah diwilayah Kota Kendari yaitu rumah sakit tipe B,
sakit. Rumah sakit dalam memberikan pelayanan rumah sakit tipe C dan rumah sakit tipe D. Pada
kesehatan kepada masyarakat secara langsung rumah sakit tipe B peneliti menemukan bahwa
akan menghasilkan limbah. Salah satu limbah pengolahan limbah cair yang dilakukan telah
rumah sakit yang memiliki dampak potensial memiliki pengolahan yang lengkap mulai dari
adalah limbah cair. Limbah cair yang berasal dari primary treatment plant sampai dengan tertiary
rumah sakit mengandung senyawa organik dan treatment plant selain itu pula dilengkapi dengan
anorganik yang cukup tinggi, senyawa kimia, kolam indikator. Untuk rumah sakit tipe C
mikroorganisme pathogen yang dapat peneliti menemukan bahwa Instalasi Pengolahan
menyebabkan penyakit terhadap kesehatan air Limbah sudah tersedia hanya saja tidak
masyarakat. Oleh sebab itu, pengolahan terhadap berfungsi secara maksimal hal ini ditandai dengan
air limbah sangat penting untuk dilakukan agar tidak adanya sirkulasi air buangan dan tidak
lingkungan sebagai penerima limbah cair yang adanya kolam indikator. Untuk rumah sakit tipe D
dihasilkan dari kegiatan pelayanan kesehatan peneliti menemukan Instalasi Pengolahan Air
tidak mengakibatkan penurunan kualitas Limbah masih menggunakan pengolahan secara
lingkungan, serta tidak mengakibatkan dampak sederhana berupa bak septik dimana prosesnya
penyakit kepada masyarakat sekitarnya. belum lengkap dan tidak terlihat sirkulasi air
buangan.
Pentingnya Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) bagi sebuah rumah sakit dapat Kandungan limbah B3 dari limbah
dilihat dari regulasi atau peraturan yang ada, rumah sakit merupakan pollutant toksin
diantaranya adalah Undang-undang 32 tahun (beracun), patogen (berbahaya), dan bersifat
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan infeksius (menular), serta apabila masuk kedalam
Lingkungan Hidup pasal 20 yang menyatakan lingkungan, maka lama kelamaan akan
bahwa setiap orang diperbolehkan untuk terbioakumulasi dalam rantai makanan, sehingga
membuang limbah ke media lingkungan hidup akan mencemari lingkungan sekitar, baik itu bagi
dengan persyaratan memenuhi baku mutu tumbuhan, hewan dan termasuk manusia. Hal
lingkungan hidup, PP No.82/2001 tentang tersebut tentu saja mengakibatkan lingkungan
pengelolaan kualitas air dan pengendalian tersebut akan rusak, kualitas baku mutu
pencemaran air, UU 44 tahun 2009 tentang lingkungan juga menurun, dan terjadinya
kerusakan sumber daya alam serta dapat
membahayakan lingkungan juga kesehatan
2
ISSN: 2502 – 4205 Jurnal Perencanaan Wilayah │Vol. 4 │ No. 1 │April 2019

masyarakat sekitar dari rumah sakit tersebut. pengolahan air limbah Rumah Sakit di Wilayah
Kurangnya penanganan air limbah rumah sakit Kota Kendari ditinjau dari penurunan BOD5,
yang berasal dari hasil aktifitas rumah sakit COD, dan Total koliform, sebaran IPAL RS
tersebut serta lemahnya manajemen rumah sakit berdasarkan efektivitasnya dan strategi
dikhawatirkan dapat menyebabkan penurunan pengelolaan IPAL RS.
kualitas lingkungan dan penyebaran penyakit di
masyarakat atau terjadinya infeksi nosokomial. METODE PENELITIAN

Sebelum limbah rumah sakit dibuang Waktu dan Tempat Penelitian


kedalam badan sungai, maka terlebih dahulu Penelitian ini dilaksanakan di Rumah
harus diolah (treatment), dengan menyesuaikan Sakit Umum Daerah dan Swasta yang ada di
analisis dari outlet limbah (air limbah setelah wilayah Kota Kendari dengan waktu penelitian
diolah), dengan standart baku mutu limbah cair selama 3 (tiga) bulan, dari Bulan September 2018
rumah sakit yang tertuang dalam KepmenLH sampai dengan Bulan November 2018.
No.05 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah
Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif
Dampak yang ditimbulkan limbah rumah dengan pendekatan survey yaitu untuk
sakit akibat pengelolaannya yang tidak baik atau memperoleh informasi mengenai pengelolaan
tidak saniter dapat berupa : (a) Merosotnya mutu instalasi pengolahan air limbah di wilayah Kota
lingkungan rumah sakit yang dapat mengganggu Kendari.
dan menimbulkan masalah kesehatan bagi
masyarakat yang tinggal dilingkungan rumah Populasi dan Sampel
sakit maupun masyarakat luar; (b) Limbah medis
Populasi yang diteliti pada penelitian ini
yang mengandung berbagai macam bahan kimia
adalah limbah cair pada bagian inlet dan keluaran
beracun, buangan yang terkena kontaminasi serta
IPAL (outlet) semua Rumah Sakit yang ada di
benda - benda tajam dapat menimbulkan
wilayah Kota Kendari, dengan parameter kunci
gangguan kesehatan berupa kecelakaan akibat
yang sudah ditetapkan yaitu BOD5, COD dan
kerja atau penyakit akibat kerja; (c) Limbah
total coliform. Jumlah sampel dalam penelitian
medis yang berupa partikel debu dapat
ini adalah 36 sampel, yang terdiri dari 16 sampel
menimbulkan pencemaran udara yang akan
limbah cair pada bagian inlet dan 20 sampel
menyebabkan kuman penyakit menyebar dan
keluaran pada bagian outlet dari IPAL rumah
mengkontaminasi peralatan medis ataupun
sakit.
peralatan yang ada; (d) Pengelolaan limbah medis
yang kurang baik akan menyebabkan estetika
Variabel Penelitian
lingkungan yang kurang sedap dipandang
Pada penelitian ini juga terdapat 2 (dua)
sehingga mengganggu kenyamanan pasien,
variable, yakni variable bebas dan variable
petugas, pengunjung serta masyarakat sekitar; (e)
terikat. Variable bebas adalah limbah cair pada
Limbah cair yang tidak dikelola dengan baik
bagian inlet dan keluaran (outlet) pada IPAL
dapat menimbulkan pencemaran terhadap sumber
rumah sakit tersebut tersebut, dimana
air permukaan tanah atau lingkungan dan menjadi
menggunakan parameter kunci yang sudah
media tempat berkembang biaknya
ditetapkan. Variable terikat adalah instalasi
mikroorganisme pathogen, serangga yang dapat
pengolahan air limbah (IPAL).
menjadi transmisi pernyakit terutama kholera,
disentri, thypus abdominalis.(Kusnoputranto,
Alat dan Bahan
1986).
Alat yang digunakan dalam penelitian
Bertitik tolak dari penjabaran yang adalah : botol sampling, botol steril, kertas etiket/
sudah dikemukakan diatas, maka dari penelitian spidol , set peralatan analisa parameter uji
ini dapat diharapkan yakni mengetahui kualitas kualitas limbah cair rumah sakit (BOD5, COD
limbah cair di bagian outlet dari instalasi dan MPN Coli). Bahan yang digunakan dalam

3
ISSN: 2502 – 4205 Jurnal Perencanaan Wilayah │Vol. 4 │ No. 1 │April 2019

penelitian ini : sampel limbah cair rumah sakit di Di Kecamatan Mandonga terdapat 3
bagian inlet, dan outlet. (tiga) rumah sakit. Kecamatan Baruga terdapat 3 (
tiga ) rumah sakit. Kecamatan Poasia terdapat 1 (
Cara Kerja satu ) rumah sakit. Kecamatan Kambu terdapat 1
Pada penelitian ini, sampel yang diambil ( satu ) rumah sakit. Kecamatan Kendari Barat
adalah limbah cair pada bagian inlet dan outlet terdapat 2 ( dua ) rumah sakit. Kecamatan
pada Instalasi Pengolahan Air Limbah Cair di Puuwatu terdapat 1 ( satu ) rumah sakit.
rumah sakit masing masing sebanyak 500 ml Kecamatan Kadia terdapat 1 ( satu ) rumah sakit.
untuk pemeriksaan BOD5 dan COD dan 500 ml Data hasil penelitian terdiri dari data
untuk pemeriksaan MPN Coli, sampel diambil sekunder dan data primer. Data sekunder yaitu
satu kali dengan menggunakan botol sampling. data yang diperoleh dari laporan tahunan Dinas
Botol sampling tersebut kemudian diberi Kesehatan Propinsi Sulawesi Tenggara dan Data
tanda, kemudian dikirim ke laboratorium untuk BPS Kota Kendari 2017. Sedangkan data primer
dianalisis, sesuai dengan parameter yang telah diperoleh dari hasil pemeriksaan Laboratorium
distandartkan, berdasarkan KepmenLH No.05 UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Daerah
tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan. parameter uji.
Data hasil penelitian terdiri dari data
Pengumpulan dan Analisis Data sekunder dan data primer. Data sekunder yaitu
Laporan hasil uji dari laboratorium data yang diperoleh dari laporan tahunan Dinas
untuk masing – masing parameter kunci, Kesehatan Propinsi Sulawesi Tenggara dan Data
kemudian ditabulasi, lalu data – data tersebut BPS Kota Kendari 2017. Sedangkan data primer
diolah dengan menggunakan program MS. diperoleh dari hasil pemeriksaan Laboratorium
Excell, dan untuk analisis data sebagai berikut: UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Daerah
Analisis data outlet akan dianalisis berdasarkan Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan
regulasi Pemerintah Indonesia yakni KepmenLH parameter uji.
No.05 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Proses pengolahan limbah cair di Instalasi
Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Dan dilihat Pengolahan Air Limbah (IPAL) rumah sakit di
penurunannya antara data inlet dan data outlet wilayah Kota Kendari bervariasi,dengan metode
untuk mengetahui efektivitasnya menggunakan biofilter anaerob, biofilter anaerob-aerob dan
rumus berikut (Soeparman dan Suparmin, 2001) proses sedimentasi dengan menggunakan bak
: septik.
Efektivitas IPAL Data yang diperoleh diolah secara
kualitatif dan disajikan dalam bentuk tabel.
= (parameter INLET – parameter OUTLET) x 100%
Variabel yang telah diteliti adalah kadar BOD5,
(parameter INLET) COD dan total Coliform yang berasal dari inlet
dan outlet IPAL rumah sakit yang ada di wilayah
Penyusunan strategi berdasarkan hasil Kota Kendari.
focus group discussion (FGD) dianalisis dengan Rumah Sakit “A” memiliki jumlah tempat
menggunakan diagram fishbone. tidur sebanyak 210 Tempat Tidur dengan
menggunakan sumber air bersih berasal dari
Sumur Bor. Data yang didapatkan dari Rumah
Sakit “A” diketahui bahwa belum mempunyai
HASIL DAN PEMBAHASAN sarana instalasi pengolahan limbah sehingga
Rumah sakit merupakan fasilitas peneliti hanya mengambil sampel air pada pipa
pelayanan kesehatan rujukan untuk masyarakat di out let yang langsung dibuang ke lingkungan.
Kota Kendari yang berjumlah sebanyak 12 (dua Rumah Sakit “B” memiliki jumlah
belas) rumah sakit yang tersebar di beberapa tempat tidur sebanyak 75 Tempat Tidur. dengan
Kecamatan di wilayah Kota Kendari. Dari 12 ( menggunakan sumber air bersih berasal dari
dua belas ) rumah sakit yang diteliti, 2 ( dua ) sumur bor. Berdasarkan hasil penelitian
rumah sakit tidak bersedia diteliti.
4
ISSN: 2502 – 4205 Jurnal Perencanaan Wilayah │Vol. 4 │ No. 1 │April 2019

didapatkan bahwa Rumah Sakit “B” telah kolam indikator yang akan di buang ke
mempunyai sarana pembuangan air limbah, akan lingkungan.
tetapi instalasi perpipaan yang menyambung ke Rumah Sakit “G” memiliki jumlah
Instalasi pengolahan tersebut tidaklah berfungsi. tempat tidur sebanyak 42 tempat tidur. Sumber air
Rumah Sakit “C” memiliki jumlah bersih yang digunakan berasal dari perusahaan
tempat tidur sebanyak 66 tempat tidur. Sumber air daerah air minum dan sumur bor. Berdasarkan
bersih berasal dari perusahaan daerah air minum hasil penelitian diketahui bahwa Rumah Sakit
dan sistem perpipaan air pegunungan. “G” mempunyai sarana instalasi pengolahan air
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa limbah secara sederhana hanya berupa bak
Rumah Sakit “C” telah mempunyai sarana ekualisasi/ penampung dengan satu bak, sehingga
instalasi pengolahan air limbah secara sederhana peneliti mengambil sampel dari air limbah pada
dengan menggunakan proses biofilter anaerob- bak pertama masuknya air limbah dan pada pipa
aerob, peneliti mengambil sampel dari air limbah out let setelah melalui bak tersebut yang akan ke
pada bak pertama masuknya air limbah dan pada lingkungan.
pipa out let setelah melalui bak pengolahan Rumah Sakit “H” memiliki jumlah
limbah yang akan di buang ke lingkungan. tempat tidur sebanyak 53 tempat tidur. Air bersih
Rumah Sakit “D” memiliki jumlah yang digunakan bersumber dari sumur bor.
tempat tidur sebanyak 70 Tempat Tidur. Sumber Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
air bersih yang digunakan dari perusahaan daerah Rumah Sakit “H” telah mempunyai sarana
air minum dan sumur bor. Berdasarkan hasil instalasi pengolahan air limbah secara sederhana
penelitian diketahui bahwa Rumah Sakit “D” dengan menggunakan proses biofilter an-aerob,
telah mempunyai sarana instalasi pengolahan air peneliti mengambil sampel dari air limbah pada
limbah secara sederhana dengan menggunakan bak pertama masuknya air limbah dan pada pipa
proses biofilter an-aerob. Peneliti mengambil out let setelah melalui bak pengolahan limbah
sampel dari air limbah pada bak pertama yang akan di buang ke lingkungan.
masuknya air limbah dan pada pipa out let setelah Rumah Sakit “I” memiliki jumlah
melalui bak pengolahan limbah yang akan di tempat tidur sebanyak 85 tempat tidur. Sumber air
buang ke lingkungan. bersih yang digunakan berasal dari perusahaan
Rumah Sakit “E” memiliki jumlah daerah air minum dan sumur bor. Berdasarkan
tempat tidur sebanyak 37 tempat tidur yang hasil penelitian diketahui bahwa Rumah Sakit “I”
menggunakan sumber air bersih dari sumur bor telah mempunyai sarana instalasi pengolahan air
dan PDAM. Berdasarkan hasil penelitian limbah dengan menggunakan proses biofilter
diketahui bahwa Rumah Sakit “E” telah anaerob – aerob, peneliti mengambil sampel dari
mempunyai sarana instalasi pengolahan air air limbah pada bak pertama masuknya air limbah
limbah dengan menggunakan proses biofilter an- dan pada pipa outlet setelah melalui bak
aerob, peneliti mengambil sampel dari air limbah pengolahan limbah yang akan di buang ke
pada bak pertama masuknya air limbah dan pada lingkungan.
pipa out let setelah melalui bak pengolahan Rumah Sakit “J” memiliki jumlah
limbah yang akan di buang ke lingkungan. tempat tidur sebanyak 45 tempat tidur. Sumber air
Rumah Sakit “F” memiliki jumlah bersih yang digunakan berasal dari Perusahaan
tempat tidur sebanyak 457 tempat tidur. Sumber Daerah Air Minum dan Sumur Bor. Berdasarkan
air bersih yang digunakan berasal dari Perusahaan hasil penelitian diketahui bahwa Rumah Sakit “J”
Daerah Air Minum dan Sumur Bor. Berdasarkan telah mempunyai sarana instalasi pengolahan air
hasil penelitian diketahui bahwa rumah sakit “F” limbah secara sederhana dengan menggunakan
telah mempunyai sarana instalasi pengolahan air proses biofilter anaerob, peneliti mengambil
limbah dengan menggunakan proses biofilter sampel dari air limbah pada bak pertama
anaerob aerob, sehingga peneliti mengambil masuknya air limbah dan pada pipa out let setelah
sampel dari air limbah pada bak pit kontrol melalui bak pengolahan limbah yang akan di
sebelum masuk ke bak ekualisasi dan pada pipa buang ke lingkungan.
out let setelah melalui bak pengolahan limbah dan

5
ISSN: 2502 – 4205 Jurnal Perencanaan Wilayah │Vol. 4 │ No. 1 │April 2019

Tabel.1 Hasil Pemeriksaan Uji Kimia Lingkungan Dan Mirkobiologi

NAMA PARAMETER SATUAN INLET OUTLET BAKU MUTU SPESIKASI METODE


NO
RS UJI
1 A COD mg/l 89,1 80 TITRIMETRI

BOD mg/l 28,7 50 BOD METER

COLIFORM MPN/100 ml 7398 5000 TABUNG GANDA

2 B COD mg/l 110,6 80 TITRIMETRI

BOD mg/l 43,7 50 BOD METER

COLIFORM MPN/100 ml 2 5000 TABUNG GANDA

3 C COD mg/l 707,6 38,7 80 TITRIMETRI

BOD mg/l 360,3 8,9 50 BOD METER

COLIFORM MPN/100 ml 37 22 5000 TABUNG GANDA

4 D COD mg/l 659,7 69,6 80 TITRIMETRI

BOD mg/l 310,1 18,7 50 BOD METER

COLIFORM MPN/100 ml 6582 2168 5000 TABUNG GANDA

5 E COD mg/l 54,7 39,6 80 TITRIMETRI

BOD mg/l 12,7 10,3 50 BOD METER

COLIFORM MPN/100 ml 294 166 5000 TABUNG GANDA

6 F COD mg/l 120,2 77,5 80 TITRIMETRI

BOD mg/l 50,2 16,8 50 BOD METER

COLIFORM MPN/100 ml 3781 4 5000 TABUNG GANDA

7 G COD mg/l 375,1 68,3 80 TITRIMETRI

BOD mg/l 156,3 12,7 50 BOD METER

COLIFORM MPN/100 ml 7526 5389 5000 TABUNG GANDA

8 H COD mg/l 960,8 54,2 80 TITRIMETRI

BOD mg/l 510,6 11,6 50 BOD METER

COLIFORM MPN/100 ml 6898 494 5000 TABUNG GANDA

9 I COD mg/l 867,8 330,7 80 TITRIMETRI

BOD mg/l 380,1 98,5 50 BOD METER

COLIFORM MPN/100 ml 7826 5934 5000 TABUNG GANDA

10 J COD mg/l 980,4 48,7 80 TITRIMETRI

BOD mg/l 590,4 10,8 50 BOD METER

COLIFORM MPN/100 ml 5639 294 5000 TABUNG GANDA

Sumber : Laporan Hasil Uji Kimia Lingkungan Balai Laboratorium Kesehatan Prov. Sultra 2018

6
ISSN: 2502 – 4205 Jurnal Perencanaan Wilayah │Vol. 4 │ No. 1 │April 2019

Gambar 1. Peta Sebaran Efektifitas IPAL RS Berdasarkan Parameter BOD 5 di Wilayah Kota Kendari

Gambar 2. Peta Sebaran Efektifitas IPAL RS Berdasarkan Parameter Total Coliform


di Wilayah Kota Kendari

7
ISSN: 2502 – 4205 Jurnal Perencanaan Wilayah │Vol. 4 │ No. 1 │April 2019

Gambar 3. Peta Sebaran Efektifitas IPAL RS Berdasarkan Parameter COD di Wilayah Kota Kendari

Gambar 4. Peta Sebaran Tingkat Efektifitas Pengelolaan IPAL RS di Wilayah Kota Kendari

8
ISSN: 2502 – 4205 Jurnal Perencanaan Wilayah │Vol. 4 │ No. 1 │April 2019

Parameter COD yang telah pemeriksaan kualitas air limbah pada hasil
memenuhi syarat baku mutu ada 7 (tujuh) pembuangan dari kegiatan Rumah Sakit yang
rumah sakit. 1 (satu) rumah sakit tidak dibuang ke saluran perkotaan. Adapun
memenuhi syarat baku mutu. Parameter BOD5 parameter yang diukur adalah BOD5, COD
yang telah memenuhi syarat baku mutu ada 7 dan MPN Coli, yang dilakukan di
(tujuh) rumah sakit. 1 (satu) rumah sakit tidak Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi
memenuhi baku mutu.Parameter total coliform Sulawesi Tenggara.
yang tidak memenuhi baku mutu ada 2 (dua)
rumah sakit. Biological Oxygen Demand (BOD)
BOD atau kebutuhan biokimia akan
Efektivitas IPAL RS berdasarkan oksigen adalah banyaknya oksigen yang
parameter COD yaitu RS “C” 95%, RS “D” dibutuhkan untk menguraikan zat-zat organic
89%, RS “E”, 28%, RS “F” 36%, RS “G” dalam keadaan aerobik secara sempurna.
82%, RS “H” 94%, RS “I” 62% dan RS “J” Dalam menguraikan zat-zat organik tersebut
95%. Efektivitas IPAL RS berdasarkan dibutuhkan bantuan mikroorganisme dan juga
parameter BOD5 yaitu RS “C” 98%, RS “D” oksigen yang cukup pada waktu tertentu.
94%, RS “E” 19%, RS “F” 67%, RS “G” Semakin sulit zat-zat organik yang berada
92%, RS “H” 98%, RS “I” 74% dan RS “J” dalam air limbah untuk diuraikan maka
98%. Efektivitas IPAL RS berdasarkan kebutuhan akan oksigen akan semakin tinggi
parameter total coliform yaitu RS”C” 41%, yang berarti oksigen di dalam air limbah
RS”D” 67%, RS “E” 44%, RS “F” 99%,RS semakin berkurang, sehingga BOD dalam air
“G” 28%, RS “H” 74%, RS “I” 24% dan RS limbah menjadi tinggi (Daud,2005).
“J” 85%. Dari hasil pemeriksaan laboratorium
terhadap kadar Biological Oxygen Demand
PEMBAHASAN (BOD) dengan menggunakan metode BOD
Rumah sakit merupakan fasilitas Meter pada titik inlet di peroleh kandungan
pelayanan kesehatan rujukan untuk BOD air limbah di Rumah Sakit diperoleh
masyarakat di Kota Kendari yang berjumlah rata-rata 296,3 mg/l pada inlet dan pada outlet
sebanyak 12 (dua belas) rumah sakit yang diperoleh 26,07 mg/l. Berdasarkan pada
tersebar di beberapa Kecamatan di wilayah Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 05
Kota Kendari. Dari 12 ( dua belas ) rumah tahun 2014 bagi limbah cair kegiatan rumah
sakit yang diteliti, 2 ( dua ) rumah sakit tidak sakit dikatakan memenuhi syarat jika
bersedia diteliti. kandungan BOD5 tidak lebih dari 50 mg/l.
Di Kecamatan Mandonga terdapat 3 Sedangkan kandungan BOD5 yang diperoleh
(tiga) rumah sakit. Kecamatan Baruga terdapat selama penelitian tidak semua yang melebihi
3 (tiga) rumah sakit. Kecamatan Poasia syarat dari Keputusan Menteri Lingkungan
terdapat 1 (satu) rumah sakit. Kecamatan Hidup No. 05 tahun 2014 yaitu ≤50 mg/l.
Kambu terdapat 1 (satu) rumah sakit. Hanya terdapat 1 (satu) rumah sakit yang tidak
Kecamatan Kendari Barat terdapat 2 (dua) memenuhi syarat, ini dikarenakan kurang
rumah sakit. Kecamatan Puuwatu terdapat 1 dikontrolnya kebersihan inlet dan outlet
(satu ) rumah sakit. Kecamatan Kadia terdapat sebagai bak penampung akhir dalam
1 (satu) rumah sakit. RS tipe B sebanyak 2 menurunkan kandungan BOD5 hingga
(dua) RS, RS tipe C sebanyak 5 (lima) RS, RS mencapai titik normal atau memenuhi syarat
tipe D sebanyak 4 (empat) RS dan non tipe yaitu 50 mg/l. Selain itu adanya perbaikan
sebanyak 1 (satu) RS. pada IPAL yang dimiliki rumah sakit juga
Berdasarkan hasil survei diketahui mengakibatkan tidak maksimalnya proses
bahwa Rumah Sakit di wilayah Kota Kendari penurunan kandungan bahan prncemar dalam
memiliki beberapa saluran pembuangan air air limbah.
limbah untuk mengalirkan limbah cair ke
IPAL sebelum dibuang kesaluran perkotaan. Berdasarkan perhitungan efektivitas
Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan terhadap IPAL RS untuk parameter BOD5
9
ISSN: 2502 – 4205 Jurnal Perencanaan Wilayah │Vol. 4 │ No. 1 │April 2019

yang memiliki efektivitas antara 0 – 33% ada mikroorganisme menyebabkan kandungan


1 (satu) RS, efektivitas antara 34 – 67% ada 1 COD lebih tinggi.
(satu) RS dan efektivitas antara 68 – 100%
ada 6 (enam) RS. Berdasarakan perhitungan efektivitas
IPAL RS. Efektivitas antara 0-33% ada 2
Masih adanya IPAL dengan (dua) RS, efektivitas antara 34-67% ada 1
efektivitas dibawah 68% ini mengindikasikan (satu) RS dan efektivitas 68-100% ada 5
tidak maksimalnya IPAL dalam menurunkan (lima) RS. Masih adanya IPAL RS dengan
bahan pencemar dalam air limbah disebabkan efektivitas rendah dan sedang
oleh kurangnya pemeliharaan pada IPAL mengindikasikan kinerja IPAL yang dimiliki
sehingga kinerja IPAL yang dimiliki tidak tidak bekerja dengan optimal.
bekerja dengan optimal.
Dampak COD Terhadap Manusia dan
Chemical Oxygen Demand (COD) Lingkungan; (a) Terhadap kesehatan manusia
Chemical Oxygen Demand (COD) secara umum, konsentrasi COD yang tinggi
adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk dalam air menunjukkan adanya bahan
mengurai seluruh bahan organik yang pencemar organik dalam jumlah yang banyak.
terkandung dalam air (Boyd, 1990). Sejalan dengan hal ini jumlah mikro
Pengukuran kekuatan limbah dengan COD organisme, baik yang merupakan patogen
adalah bentuk lain pengukuran kebutuhan maupun tidak patogen juga banyak. Adapun
oksigen dalam air limbah. Metode ini lebih mikroorganisme patogen dapat menimbulkan
singkat waktuya dibandingkan dengan analisis berbagai macam penyakit bagi manusia.
BOD. Pen-gukuran ini menekankan kebutuhan Karena itu, dapat dikatakan bahwa konsentrasi
oksigen akan kimia dimana senyawa-senyawa COD yang tinggi didalam air
yang diukur adalah bahan-bahan yang tidak dapat menyebabkan berbagai penyakit
dipecah secara biokimia (Ginting, 2007). bagi manusia; (b). Terhadap Lingkungan,
Berdasarkan hasil pemeriksaan konsentrasi COD yang tinggi menyebabkan
laboratorium kadar Chemical Oxygen Demand kandungan oksigen terlarut di dalam air
(COD) dengan menggunakan metode menjadi rendah, bahkan habis sama sekali.
Titrimeter pada pada inlet diperoleh Akibatnya oksigen sebagai sumber kehidupan
kandungan COD air limbah di Rumah Sakit di bagi makhluk air (hewan dan tumbuh –
wilayah Kota Kendari, pada inlet rata-rata tumbuhan) tidak dapat terpenuhi sehingga
diperoleh 590,79 mg/l dan pada outlet makhluk air tersebut menjadi mati.
diperoleh 92,7 mg/l.
Nilai dari COD dapat bernilai sama
Berdasar pada Keputusan Menteri dengan nilai BOD, tetapi nilai BOD tidak bisa
Lingkungan Hidup No. 05 tahun 2014 bagi lebih besar dari COD, jadi nilai COD dapat
limbah cair kegiatan rumah sakit dikatakan menggambarkan jumlah total bahan organik
memenuhi syarat jika kandungan COD tidak yang ada. Nilai BOD tidak bisa lebih besar
lebih dari 80 mg/l. Kandungan COD yang dari COD karena senyawa kompleks
diperoleh selama penelitian rata rata tidak anorganik yang ada di perairan yang dapat
melebihi syarat dari Keputusan Menteri teroksidasi juga akan ikut dalam reaksi
Lingkungan Hidup No. 05 tahun 2014. Hanya pengujian. Nilai BOD hanya terpengaruh pada
1 (satu) RS yang melebihi persyaratan baku jumlah TSS dan juga zat organik yang ada
mutu yaitu 330,7 mg/l. Kondisi ini dalam air. Sedangkan COD adalah total
dikarenakan kurang dikontrolnya kebersihan keseluruhan dari pengotor TSS, Zat Organik,
inlet dan outlet sebagai bak penampung Mineral bervalensi rendah, ditambah dengan
akhir dalam menurunkan kandungan COD zat kimia yang memakan oksigen (Oxygen
hingga mencapai titik normal atau memenuhi scavanger).
syarat yaitu 80 mg/l. Adanya bahan organik
lain pada inlet dan outlet yang sulit diurai oleh
10
ISSN: 2502 – 4205 Jurnal Perencanaan Wilayah │Vol. 4 │ No. 1 │April 2019

Total Coliform duga menyebabkan proses pengolahan


Total Coliform merupakan indikator tersebut menjadi tidak efisien. Kondisi fungsi
adanya cemaran tinja pada air dan dapat alat pengolahan telah menurun akibat
menyebabkan diare jika jumlah Coliform permasalahan yang terjadi pada pengoperasian
dalam air melebihi ambang batas yang IPAL, seperti pada komponen penghasil
ditentukan oleh KepmenLH no.05 tahun 2014 limbah, limbah yang berasal dari dapur masih
yaitu 5000 per 100 ml. Metode yang mengandung sisa sisa makanan dan lemak
digunakan dalam pengukuran adalah metode yang dapat membeku pada udara yang dingin
tabung ganda. dapat menyebabkan penyumbatan pada
saluran IPAL. Komponen limbah non-B3 yang
Berdasarkan perhitungan berasal dari radiologi, kamar operasi dan
efektivitasnya diperoleh hasil untuk IPAL RS limbah kimia laboratorium dapat
dengan efektivitas antara 0-33% ada 2 (dua) mempengaruhi proses anaerobik pada
RS, efektivitas 34-67% ada 3 (tiga) RS dan pengolahan limbah. Komponen
efektivitas 68-100% ada 3 (tiga) RS. pemipaan,terjadinya penyumbatan pada sistem
pemipaan menuju IPAL, air limbah tidak
Dari hasil penelitian yang dilakukan
dapat mengalir lancar menuju bak inlet. Hal
peneliti kemungkinan disebabkan karena
tersebut dapat diakibatkan oleh limbah yang
keefektifan klorinasi terutama tergantung pada
berasal dari dapur dan sampah yang masuk
konsentrasi C (mg/l) dan waktu kontak T
seperti plastik, pembalut yang berasal dari
(menit). Bila konsentrasi klor dikurangi, maka
kamar mandi atau WC. Sehingga harus
waktu kontak antara klor dengan organisme
senantiasa dijaga dari kerusakan dan diperiksa
pada air limbah harus diperpanjang untuk
secara periodik.
meyakinkan pemusnahan, begitupula
sebaliknya. Hal yang penting mengetahui Komponen IPAL, terjadinya
waktu kontak dan tipe sisa klor yang kerusakan pada salah satu komponen, akan
digunakan dan konsentrasi yang tepat harus mempengaruhi proses akhir buangan IPAL
diberikan. Faktor lain yang mempengaruhi sehingga akan berpengaruh terhadap
keefektifan klorinasi adalah temperatur air tercapainya syarat standart baku mutu. Faktor
limbah yang lebih rendah, daya bunuh lain yang dapat mempengaruhi hasil penelitian
cenderung lebih rendah, karena klorinasi lebih kemungkinan karena adanya keterbatasan
efektif pada temperatur yang lebih tinggi. pH penelitian. Keterbatasan waktu, tenaga, dan
air limbah juga dapat mempengaruhi aksi materi. Cara pengambilan sampel yang kurang
desinfeksi klor, jika pH air limbah tinggi maka tepat. Peralatan pengambilan sampel yang
dosis klor harus dinaikkan untuk masih kurang, tempat laboratorium yang
mempertahankan kadar yang efektif. berbeda dengan tempat lokasi pengambilan
Kekeruhan pada air limbah yang disebabkan sampel sehingga membutuhkan waktu
partikel partikel kotoran kecil dan suspensi zat transportasi yang dapat mempengaruhi jumlah
pengotor lainnya akan menghalangi kontak coliform, suhu sekitar juga dapat
dan melindumgi mikroorganisme terhadap mempengaruhi replikasi jumlah coliform.
daya desinfeksi. Oleh karena itu agar klorinasi
berjalan efektif, kekeruhan harus dihilangkan. Suhu
Berdasarkan pengukuran di lapangan
Kemungkinan sebab lainnya adalah rata rata suhu limbah cair RS setelah melalui
karena pengambilan sampel yang dilakukan IPAL sebesar 27,60C. Suhu adalah variabel
pada waktu-waktu debit air meningkat dimana lingkungan penting untuk organisme akuatik
aktifitas pemakaian air seperti mandi, mencuci karena suhu dapat mempengaruhi aktivitas
pakaian, alat makan, dan peralatan pasien makan ikan, metabolisme, gas (oksigen)
lainnya, hampir semua dilakukan pada waktu terlarut dan proses reproduksi ikan.
pagi hari, sehingga masa tinggal air limbah
dalam proses pengolahan berkurang yang di
11
ISSN: 2502 – 4205 Jurnal Perencanaan Wilayah │Vol. 4 │ No. 1 │April 2019

Pada suhu yang sangat rendah, enzim pH


tidak benar-benar rusak tetapi aktivitasnya Berdasarkan data sekunder rata rata
sangat banyak berkurang (Gaman pH limbah cair rumah sakit yang telah melalui
&Sherrington, 1994). Enzim memiliki suhu IPAL adalah 6,8. Derajat keasaman
optimum yaitu sekitar 180-230C atau maksimal merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion
400C, pada suhu 450C enzim akan hidrogen dalam perairan. Secara umum nilai
terdenaturasi karena merupakan salah satu pH menggambarkan seberapa besar tingkat
bentuk protein. (Tranggono & Setiadji,1989). keasaman atau kebasaan suatu perairan.
Perairan dengan nilai pH = 7 adalah netral,
Total Dissolved Solid (Zat Padat pH < 7 dikatakan kondisi perairan bersifat
Terlarut) asam, sedangkan pH > 7 dikatakan kondisi
TDS merupakan parameter dari perairan bersifat basa (Effendi, 2003). Adanya
jumlah material yang dilarutkan dalam air. karbonat, bikarbonat dan hidroksida akan
Material ini dapat mencakup karbonat, menaikkan kebasaan air, sementara adanya
bikarbonat, klorida, sulfat, fosfat, nitrat, asam asam mineral bebas dan asam karbonat
kalsium, magnesium, natrium, ion-ion menaikkan keasaman suatu perairan. Sejalan
organik, dan ion-ion lainnya. Perubahan dalam dengan pernyataan tersebut Mahida (1993)
konsentrasi TDS dapat berbahaya karena menyatakan bahwa limbah buangan industri
densitas (masa jenis) air menentukan aliran air dan rumah tangga dapat mempengaruhi nilai
masuk dan keluar dari sel-sel organisme. pH perairan. pH mengindikasikan apakah air
Namun, jika konsentrasi TDS terlalu tinggi tersebut netral, basa atau asam. pH merupakan
atau terlalu rendah, pertumbuhan kehidupan variabel kualitas air yang dinamis dan
banyak air dapat dibatasi, dan kematian dapat berfluktuasi sepanjang hari.
terjadi.
TDS konsentrasi tinggi juga dapat FGD
mengurangi kejernihan air, memberikan Berdasarkan diagram fishbone hasil
penurunan secara signifikan pada proses FGD ( focus group discussion ) di sepuluh
fotosintesis, serta gabungan dengan senyawa rumah sakit yang diteliti menunjukkan
beracun dan logam berat, dan menyebabkan permasalahan yang sering muncul adalah
peningkatan suhu air. kurangnya jumlah tenaga sanitasi, kurangnya
penganggaran untuk pemeliharaan IPAL,
Dampak terhadap lingkungan, SPO (standart prosedur operasional) dan
kandungan TDS dapat berdampak buruk pada kebijakan terkait pengelolaan IPAL RS masih
lingkungan terutama dapat menghambat belum dianggap penting.
resapan air dalam tanah dengan cara menutupi
pori-pori. Padatan tersuspensi akan Kegiatan monitoring masih dianggap
mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam bukan suatu hal yang penting dalam
air, yaitu mempengaruhi regenerasi oksigen pengelolaan IPAL di rumah sakit.
serta fotosintesis. Berdasarkan standar pengelolaan IPAL,
monitoring adalah suatu kegiatan yang
Dampak terhadap kesehatan, TDS dilakukan untuk memantau proses IPAL yang
tidak berdampak langsung pada kesehatan dilakukan secara terus menerus, dan dilakukan
karena efek kandungan TDS di dalam air secara berkala dalam periode tertentu per
adalah memberi rasa pada air, yaitu air satuan waktu seperti mingguan, bulanan dan
menjadi seperti garam. Sehingga jika air yang tahunan. Hal ini sangat bergantung pada
tidak sengaja mengandung TDS terminum, seberapa besar pengaruh aspek yang dimonitor
maka akan terjadi akumulasi garam di dalam tersebut terhadap keberlangsungan proses
ginjal manusia dalam waktu lama. Sehingga IPAL. Aspek yang perlu dilakukan monitoring
lama kelamaan akan mempengaruhi fungsi dari IPAL ini meliputi monitoring terhadap
fisiologis ginjal. sistem, kondisi dan fungsi peralatan IPAL

12
ISSN: 2502 – 4205 Jurnal Perencanaan Wilayah │Vol. 4 │ No. 1 │April 2019

yang merupakan satu kesatuan yang saling monitoring rutin ini dapat menjaga agar sistem
mempengaruhi. tetap berjalan secara optimal.

Kegiatan monitoring IPAL ini secara Pelaksanaan evaluasi kinerja IPAL


teknis dan manajemen pengelolaan meliputi; dapat dilakukan terhadap sistem, kondisi dan
Monitoring Kualitas Air Limbah, dalam fungsi peralatan. Beberapa pendekatan
monitoring kualitas air limbah IPAL evaluasi dimaksud meliputi; (1)
sebaiknya memperhatikan hal-hal sebagai Membandingkan kualitas air limbah dengan
berikut; gunakan laboratorium lingkungan baku mutu air limbah; (2) Membandingkan
rujukan (diakui BPLHD/Dinas LH/Dinas kondisi sistem IPAL dengan standar
Kesehatan Provinsi/Kabupaten) Misal : Lab. teknis/kriteria desain IPAL; (3)
Dinkes, Lab. BTKL, Lab. BPLHD, Lab. Membandingkan kondisi dan fungsi peralatan
Swasta yang terakreditasi. Pengambilan IPAL dengan data teknis yang tercantum
sampel harus sesuai dengan standar yang dalam manual alat; (4) Analisis
berlaku atau SPO pengambilan sampel limbah kecenderungan atas fluktuasi debit, efisiensi,
cair (untuk memudahkan komparasi dan beban cemaran dan satuan produksi air
perhitungan efesiensi), gunakan parameter limbah.
standar limbah RS secara nasional atau
yang berlaku di daerah setempat, frekuensi Dampak Pengelolaan Limbah Rumah
sampling dan analisis minimal 1 kali/bulan, Sakit
baku mutu air limbah mengacu pada baku Pengelolaan limbah rumah sakit akan
mutu nasional sesuai dengan Keputusan memberikan dampak positif terhadap
MenLH No. 05 Tahun 2014 atau baku mutu kesehatan masyarakat, lingkungan dan rumah
wilayah yang ditetapkan pemerintah Daerah sakit itu sendiri, seperti : (a) Meningkatkan
setempat. pemeliharaan kondisi yang bersih dan rapi,
juga meningkatkan pengawasan pemantauan
Jenis monitoring kualitas air limbah dan peningkatan mutu rumah sakit sekaligus
IPAL meliputi; (1) Monitoring Berkala; akan dapat mencegah penyebaran penyakit
Monitoring yang dimaksud adalah melakukan infeksi nosokomial; (b) Keadaan lingkungan
pengambilan sampel air limbah pada inlet dan yang saniter serta esetetika yang baik akan
outlet IPAL untuk dilakukan pemeriksaan di menimbulkan rasa nyaman bagi pasien,
laboratorium lingkungan guna memenuhi petugas dan pengunjung rumah sakit tersebut;
ketentuan yang berlaku. Monitoring berkala (c) Keadaan lingkungan yang bersih juga
ini dilakukan dengan frekuensi minimal 1 kali mencerminkan keberadaan sosial budaya
setiap bulan, dengan parameter mengacu pada masyarakat disekitar rumah sakit; (d) Dengan
Kep. MenLH No.5 Tahun 2014 tentang Baku adanya pengelolaan limbah yang baik maka
Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah akan berkurang juga tempat berkembang
Sakit, atau mengikuti baku mutu limbah cair biaknya serangga dan tikus sehingga populasi
sesuai dengan peraturan daerah setempat yang kepadatan vektor sebagai mata rantai
berlaku; (2) Monitoring Rutin (swapantau); penularan penyakit dapat dikurangi.
Monitoring yang dimaksud adalah melakukan
pengukuran lapangan (in situ) setiap hari pada Dampak yang ditimbulkan limbah
kualitas air limbah yang bertujuan untuk rumah sakit akibat pengelolaannya yang tidak
memonitoring kinerja sistem IPAL guna baik atau tidak saniter dapat berupa : (a)
memudahkan melakukan tindakan dini (early Merosotnya mutu lingkungan rumah sakit
warning) dalam perbaikan sistem tersebut. yang dapat mengganggu dan menimbulkan
Parameter yang dipantau biasanya pH, suhu, masalah kesehatan bagi masyarakat yang
Amonia, Dissolved Oxygen (DO), KMnO 4 , tinggal dilingkungan rumah sakit maupun
TSS, dan debit air limbah dengan frekuensi masyarakat luar; (b) Limbah medis yang
harian. Lokasi monitoring pada outlet, inlet mengandung berbagai macam bahan kimia
dan pada tangki aerasi. Secara umum beracun, buangan yang terkena kontaminasi
13
ISSN: 2502 – 4205 Jurnal Perencanaan Wilayah │Vol. 4 │ No. 1 │April 2019

serta benda - benda tajam dapat menimbulkan Monitoring; Melaksanakan Kerjasama


gangguan kesehatan berupa kecelakaan akibat monitoring dengan Laboratorium Pemeriksa
kerja atau penyakit akibat kerja; (c) Limbah Sampel Air/ Lingkungan yang Terakreditasi,
medis yang berupa partikel debu dapat Pembentukan Tim/Tenaga Pengawas Intern
menimbulkan pencemaran udara yang akan Rumah Sakit melalui Komite PPI dalam
menyebabkan kuman penyakit menyebar dan Pengelolaan Limbah Cair, Menetapkan
mengkontaminasi peralatan medis ataupun Petugas Pengambil Sampel Air Limbah
peralatan yang ada; (d) Pengelolaan limbah Rumah Sakit dan menetapkan Jadwal secara
medis yang kurang baik akan menyebabkan Berkala, Mengikutsertakan Petugas
estetika lingkungan yang kurang sedap Monitoring dan Evaluasi dalam Pelatihan
dipandang sehingga mengganggu kenyamanan tentang Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan
pasien, petugas, pengunjung serta masyarakat Limbah Cair Rumah Sakit yang dilaksanakan
sekitar; (e) Limbah cair yang tidak dikelola oleh Pihak yang berkompeten.
dengan baik dapat menimbulkan pencemaran
terhadap sumber air permukaan tanah atau Kesimpulan
lingkungan dan menjadi media tempat Berdasarkan hasil pemeriksaan
berkembang biaknya mikroorganisme laboratorium terhadap sampel air Limbah
pathogen, serangga yang dapat menjadi Rumah Sakit di wilayah Kota Kendari dapat
transmisi pernyakit terutama kholera, disentri, ditarik kesimpulan bahwa rata-rata efektivitas
thypus abdominalis.(Kusnoputranto, 1986). kinerja IPAL Rumah Sakit terhadap
kandungan BOD yaitu 91% sangat efektif,
Strategi. COD yaitu 84 % sangat efektif dan kandungan
Strategi pengelolaan limbah cair total Coli yaitu 41% kurang efektif.
rumah sakit dapat di susun sebagai berikut : Kandungan BOD5 pada inlet IPAL Rumah
(1) Strategi Manajemen; Mensosialisasikan Sakit di wilayah Kota Kendari rata-rata 296,3
Regulasi/Undang-Undang tentang Pengelolaan mg/l tidak memenuhi syarat dan pada outlet
Limbah Rumah Sakit beserta sanksi yang 26,07 mg/l memenuhi syarat Keputusan
diakibatkannya, Membuat Komitmen Pemilik Menteri Lingkungan Hidup No. 05 tahun 2014
Rumah Sakit dan Direktur Rumah Sakit dalam yaitu ≤ 50 mg/l. Kandungan COD pada inlet
hal penyediaan Sarana Pengolahan Limbah IPAL Rumah Sakit di wilayah Kota Kendari
Cair dan pemeliharaannya, Membuat rata-rata 590,79 mg/l tidak memenuhi syarat
Pedoman dan Panduan Tentang Pengelolaan dan pada outlet rata rata memenuhi syarat
IPAL di Rumah Sakit, Membuat Tugas Pokok kecuali 1 (satu) RS yaitu 330,7 mg/l yang
dan Fungsi yang jelas dalam pengelolaan tidak memenuhi syarat Keputusan Menteri
IPAL RS; (2) Strategi Tehnis; Membuat Lingkungan Hidup No. 05 tahun 2014 yaitu ≤
Usulan Anggaran Penyediaan Instalasi Sarana 80 mg/l. Kandungan total coli pada inlet IPAL
Pengolahan Air Limbah dan Biaya Rutinitas Rumah Sakit diwilayah Kota Kendari rata-
serta Pemeliharaan; Menyiapkan Anggaran rata 1464,8 per 100 ml memenuhi syarat,
yang telah diusulkan sesuai rencana anggaran sedangkan pada outlet ipal rumah sakit rata-
biaya penyediaan sarana pengolahan air rata 857,4 per 100 ml memenuhi syarat
limbah sekaligus anggaran rutinitas dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 05
pemeliharaan IPAL; Menyiapkan Lahan yang tahun 2014 yaitu 5000 per 100 ml.
Tepat dan Strategis, Menyiapkan Sumber
Daya Manusia (Tenaga Tehnis) Pengelola Masih ada rumah sakit yang
Instalasi Pengolahan Air Limbah, melewati nilai ambang batas dari baku mutu
Melaksanakan Penyediaan/Pengadaan Sarana yang telah ditetapkan, untuk itu diperlukan
Instalasi Pengolahan Air Limbah Sesuai pengawasan secara kontinyu dan pemeriksaan
Kapasitas Rumah Sakit, Penyediaan Suku secara berkala terhadap parameter limbah cair
Cadang Bahan dan Alat dalam Pengelolaan dari masing-masing sumber penghasil air
Limbah Cair, Melaksanakan Pelatihan secara limbah agar kualitas limbah cair yang
berkala pada petugas tehnis; (3) Strategi dihasilkan memenuhi syarat yang ditentukan.
14
ISSN: 2502 – 4205 Jurnal Perencanaan Wilayah │Vol. 4 │ No. 1 │April 2019

Sebaran IPAL RS di wilayah Kota Daud,A,Anwar. 2005, Dasar – Dasar


Kendari berdasarkan efektivitas IPAL diatas Kesehatan Lingkungan. Makassar:
90% berada pada Kecamatan Poasia dan Hasanuddin University Press
Kecamatan Baruga, efektivitas dibawah 90%
(LEPHAS)
berada pada Kecamatan Kendari Barat,
Kecamatan Mandonga, Kecamatan Baruga
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara.
dan Kecamatan Kadia. RS yang tidak dapat
diukur efektivitasnya karena sedang dalam 2017. Laporan Tahunan Bidang
tahap pembangunan dan perbaikan berada Pelayanan Kesehatan Dinas
pada Kecamatan Puuwatu dan Kecamatan Kesehatan Provinsi Sulawesi
Baruga. Tenggara 2017
Strategi pengelolaan limbah cair
rumah sakit di susun berdasarkan strategi Dionisius Rahno, Jack Roebijoso, Amin Styo
manajemen, strategi teknis dan strategi Leksono ( 2015). Pengelolaan
monitoring. Limbah Medis di Puskesmas Borong
Kabupaten Manggarai Timur
Saran Provinsi Nusa Tenggara Timur. J-
Berdasarkan kesimpulan tersebut maka PAL, Vol.6 No.1. Hlm 22-32
disarankan beberapa hal untuk dilaksanakan :
1. Sebaiknya seluruh Rumah Sakit yang ada Ferdy G.P, 2011. Analisis Kualitas Limbah
diwilayah Kota Kendari memiliki sarana Cair pada Instalasi Pengolahan
instalasi pengolahan limbah yang sesuai Limbah Cair pada Instalasi
standar dan sesuai kapasitas masing-
masing rumah sakit. Pengolahan Limbah Cair RSU
2. Setiap rumah sakit dalam menunjang Kendage Tahuna Menado. Jurnal
pengelolaan limbah cair sebaiknya Kesehatan Lingkungan, Vol.1, 7-9
dilengkapi dengan kebijakan dan
manajemen pengelolaan yang baik Ginting, Perdana, 2007. Sistem Pengelolaan
sebagai pemenuhan regulasi yang telah Lingkungan dan Limbah Industri
di tetapkan oleh undang-undang
3. Pemenuhan dan peningkatan sumber Sugiharto, 1987. Dasar – Dasar Pengolahan
daya manusia pengelolaan limbah cair Air Limbah, Universitas Indonesia
rumah sakit harus selalu tercukupi dan Press, Jakarta
peningkatan kemampuan melalui
pelatihan.
4. Fasilitas pengolahan yang masih
sederhana secara bertahap harus
ditingkatkan kemampuannya, sedangkan
yang proses pengolahannya sudah
lengkap perlu dilakukan pengolahan
dan operasionalisasi dengan lebih baik
agar dapat dicapai hasil efluen lebih
optimal serta memenuhi persyaratan
maupun ketentuan yang berlaku.

Diperlukan penelitian selanjutnya


yang lebih mendetail tentang efektivitas IPAL
RS pada masing masing RS.

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G dan Santika SS. 1987. Metode


Penelitian Air. Surabaya: Usaha
Nasional

15

You might also like