Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

YAYASAN AKRAB PEKANBARU

Jurnal AKRAB JUARA


Volume 4 Nomor 1 Edisi Februari 2019 (176-190)

ANALISIS TATA NIAGA BIJI KOPI ROBUSTA


DI KABUPATEN DAIRI

--------------------------------------------------------------------------------------------------
Yenny Laura Butarbutar, Nurmely Violita Sitorus
Dosen Universitas Methodist Indonesia Medan
(Naskah diterima: 1 Januari 2019, disetujui: 30 Januari 2019)

Abstract
The research background is due to the robusta coffee bean price fluctuation in Dairi District is
affect by the oversupply, famine, and selling prices from outside traders. Therefore, a research
was conducted to achieve several objectives which are : 1. to identify marketing channel, 2. to
analyze total marketing cost, marketing margin and farmer’s share, and 3. to analyze efficiency
of the marketing channel robusta coffee bean in Dairi District. The method of determining the
area was purposive because Dairi Regency was a production center of robusta coffee bean in
North Sumatera Province. The sampling method for farmers used purposive sampling as many
as 45 farmers spread in three districts, namely Pegagan Hilir, Sumbul, and Sidikalang
subdistricts. The sampling method for middleman used the snowball sampling as many as 22
persons. Based on the research conducted, we can conclude: 1) There are 3 marketing channels
in robusta coffee bean in Dairi District; 2) As for total marketing cost, marketing margin and
farmer’s share in Dairi District respectively are: Channel I, Rp 2.812,79/kg; Rp 5.775/kg, and
81,07%. Channel II, Rp 2.608,02/kg; Rp 4.453,78/kg, and 90,18%. Channel III, Rp 1.174,79/kg;
Rp 0, and 100%. 3) The robusta coffee bean marketing channel in Dairi District for channel I -
III are efficient (Ep < 50%).

Keywords: robusta coffee, channel, cost, margin, share, and efficiency.

Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya fluktuasi harga jual biji kopi robusta pada saat musim
panen dan paceklik serta pengaruh pedagang besar yang ada di Kota Medan dalam menentukan
harga jual biji kopi robusta di Kabupaten Dairi. Oleh karena itu, maka perlu dilakukan penelitian
untuk mencapai beberapa tujuan, antara lain: 1. mengidentifikasi saluran tata niaga;
2. menganalisis besarnya biaya dan marjin tata niaga, serta share harga jual di tingkat petani; dan
3. menganalisis efisien atau tidak-nya saluran tata niaga biji kopi robusta di daerah penelitian.
Adapun metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive di Kabupaten Dairi
dengan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan sentra produksi kopi robusta terbanyak di
Provinsi Sumatera Utara. Selanjutnya, penentuan sampel penelitian (petani) dengan
menggunakan metode purposive sebanyak 45 orang yang tersebar di 3 (tiga) kecamatan, yaitu
kecamatan Pegagan Hilir, Sumbul, dan Sidikalang. Sedangkan penentuan sampel (pedagang)
dengan menggunakan metode snowball sampling dikarenakan keterbatasan data sekunder,

176
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 4 Nomor 1 Edisi Februari 2019 (176-190)

sehingga diperoleh jumlah pedagang sampel sebanyak 22 orang. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan diperoleh kesimpulan, antara lain 1) Tata niaga biji kopi robusta terdiri dari 3 (tiga)
saluran; 2) Adapun rincian total biaya dan marjin tata niaga, serta share petani kopi robusta di
Kabupaten Dairi adalah sebagai berikut : Saluran I, total biaya sebesar Rp 2.812,79/kg, marjin
tata niaga sebesar Rp 5.775/kg, dan share petani sebesar 81,07%. Saluran II, total biaya sebesar
Rp 2.608,02/kg, marjin tata niaga sebesar Rp 4.453,78/kg, dan share petani sebesar 90,18%.
Saluran III, total biaya sebesar Rp 1.174,79/kg, marjin tata niaga sebesar Rp 0, dan share petani
sebesar 100%. 4) Tata niaga biji kopi robusta untuk saluran I s.d. III efisien (nilai Ep < 50%).

Kata Kunci: kopi robusta, saluran, biaya, marjin, share, efisiensi.

I. PENDAHULUAN penyegar yang paling populer di dunia dan


dikonsumsi oleh jutaan orang setiap hari. Sela-

S
ubsektor perkebunan memiliki peran
yang sangat penting bagi perekonomian in itu, kopi juga telah menjadi gaya hidup ya-

Indonesia, namun tidak diimbangi ng penting bagi negara-negara konsumen uta-

dengan peningkatan luas areal untuk tanaman ma khususnya di negara-negara maju (Esqu-

perkebunan, sehingga diperlukan adanya ivel dan Jimenez, 2012) dalam Listyati dan

revitalisasi perkebunan. Adapun tujuan dari Hasibuan (2012).

revitalisasi perkebunan, antara lain menyegarkan Pada dasarnya salah satu varietas kopi yang

kembali perkebunan, membangun daya saing, tersebar di hampir seluruh kepulauan Indonesia

meningkatkan kinerja, serta mensejahterakan adalah kopi robusta dengan urutan dan persentase

petani pekebun (Wibowo, 2007) dalam Widya- areal produksi sebagai berikut Sumatera (66%),

ningtyas et al (2014). Dimana salah satu komo- Jawa (12%), Bali dan Nusa Tenggara (8%),

ditas perkebunan yang perlu direvitalisasi adalah Sulawesi (7%), Kalimantan (4%), serta Maluku

kopi. dan Papua (1%). Dimana untuk wilayah Sumat-

Kopi merupakan komoditas ekspor ter- era, lima daerah sentra produksi kopi robusta,

penting kedua dalam perdagangan global sete- antara lain Lampung, Sumatera Selatan, Beng-

lah minyak bumi (Gregory dan Feather-stone, kulu, Sumatera Utara, dan Nangroe Aceh Darus-

2008; ICO, 2010; Amsalu dan Ludi, 2010) salam (Dirjen Perkebunan, 2013). Selanjutnya,

dalam Nasution dan Syahbudin (2014). Hal untuk wilayah Sumatera Utara pada tahun 2015

ini disebabkan kopi merupakan tanaman terdapat 5 (lima) daerah sentra produksi kopi

177
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 4 Nomor 1 Edisi Februari 2019 (176-190)

robusta, yaitu kabupaten Dairi, Simalungun, penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
Mandailing Natal, Tapanuli Utara, dan Tapanuli saluran tata niaga dan menganalisis total biaya
Selatan (BPS Provinsi Sumatera Utara, 2016). dan marjin tata niaga serta farmer’s share dan
Kabupaten Dairi sebagai daerah sentra efisiensi tata niaga biji kopi robusta di kabu-
produksi terbesar kopi robusta di provinsi paten tersebut.
Sumatera Utara dengan luas lahan 8.284 ha dan II. KAJIAN TEORI
jumlah petani sebanyak 8.045 orang mengalami Tataniaga (pemasaran = distribusi =
masalah dalam hal tata niaga biji kopi robusta di marketing) pada prinsipnya adalah aliran
daerah tersebut. Dimana terjadi fluktuasi harga barang dari produsen ke konsumen. Aliran
jual biji kopi robusta pada saat musim panen dan barang ini dapat terjadi karena adanya peranan
paceklik serta adanya pengaruh dari pedagang lembaga tataniaga/pemasaran. Peranan lemba-
maupun industri pengolahan kopi bubuk di luar ga pemasaran ini sangat tergantung dari sistem
kabupaten Dairi dalam penentuan harga jual pasar yang berlaku dan karakteristik aliran
komoditi tersebut. barang yang dipasarkan. Oleh karena itu,
Berdasarkan kondisi tersebut, maka sistem dikenal istilah “saluran tataniaga” atau
tata niaga biji kopi robusta yang baik akan marketing channel (Soekartawi, 2002).
menyebabkan bagian yang diterima oleh produ- Menurut Sudiro dalam Rahim dan Retno
sen biji kopi robusta akan meningkat yang dapat (2008), pengertian saluran tataniaga adalah
dikaji dari besarnya biaya dan marjin pemasaran pertama, jalur yang dilalui oleh arus barang
biji kopi robusta. Hal senada juga dinyatakan oleh dari produsen ke perantara dan sampai pada
Soekartawi (1993) dalam Lestari et al (2017) konsumen/pemakai. Kedua, struktur unit orga-
bahwa harga komoditi yang sering berfluktuasi nisasi dalam perusahaan dan luar perusa-haan
secara tajam, bukan saja berpengaruh terhadap yang terdiri dari agen, pedagang besar, dan
kestabilan pendapatan produsen dan tingkat pengecer yang dilalui barang/jasa saat dipa-
konsumsi masyarakat, tetapi juga keadaan seperti sarkan. Proses penyaluran produk sampai ke
ini akan memperbesar resiko tata niaga. tangan konsumen akhir dapat mengguna-kan
Oleh karena itu, mengingat pentingnya saluran tataniaga yang panjang ataupun pen-
komoditas kopi robusta bagi petani yang ada dek. Dimana saluran tataniaga yang pendek
di Kabupaten Dairi, maka diperlukan suatu dikenal dengan istilah saluran tataniaga

178
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 4 Nomor 1 Edisi Februari 2019 (176-190)

langsung, yaitu penyaluran barang-barang atau dusen (petani) sering dirugikan. Adapun
jasa-jasa dari produsen ke konsumen dengan penyebab dari hal ini, antara lain :
tidak melalui perantara, seperti penjualan di 1. Pasar yang tidak bekerja sempurna;
tempat produksi, penjualan di toko/gerai 2. Lemahnya informasi pasar;
produsen, penjualan dari pintu ke pintu, pen- 3. Lemahnya produsen (petani)
jualan melalui surat. Sedangkan saluran tata- memanfaatkan peluang pasar;
niaga yang panjang dikenal dengan istilah 4. Lemahnya posisi produsen (petani)
saluran tataniaga tidak langsung, yaitu saluran untuk melakukan penawaran untuk
tataniaga yang menggunakan jasa perantara mendapatkan harga yang baik; dan
dan agen untuk menyalurkan barang atau jasa 5. Produsen (petani) melakukan usahatani
kepada para konsumen. tidak didasarkan pada permintaan pasar,
Secara teoritis dapat dikatakan bahwa melainkan karena usahatani yang
semakin pendek saluran tataniaga suatu ba- diusahakan secara turun-temurun.
rang hasil pertanian, maka : Biaya atau ongkos tataniaga didefinisi-
a) Biaya tataniaga semakin rendah, kan sebagai semua ongkos/korbanan yang
b) Margin tataniaga juga semakin rendah, dikeluarkan dalam rangka penyampaian
c) Harga yang harus dibayarkan oleh barang dari produsen ke tangan konsumen
konsumen semakin rendah, dan akhir. Biaya tataniaga terdiri dari biaya trans-
d) Harga yang diterima produsen semakin portasi, pengepakan, bongkar muat, penyim-
tinggi. panan, penyusutan, jasa (upah), keuntungan
(Daniel, 2002). middleman/lembaga perantara, pajak, dsb
Akan tetapi, menurut Soekartawi (2010) (Sihombing, 2010). Dimana menurut Daniel
bahwa dalam tataniaga komoditi pertanian, (2002), besarnya biaya tataniaga berbeda satu
seringkali dijumpai adanya rantai tataniaga sama lainnya, tergantung pada hal berikut :
yang panjang, sehingga banyak pelaku lem- 1. Jenis komoditas yang dipasarkan
baga tataniaga yang terlibat dalam rantai Ada komoditas yang bobotnya besar,
tataniaga tersebut. Akibatnya adalah terlalu tetapi nilainya kecil sehingga biaya
besar keuntungan tataniaga yang diambil oleh membutuhkan biaya tataniaga yang
para pelaku tataniaga tersebut, sedangkan pro- besar. Sebaliknya, ada komoditas yang

179
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 4 Nomor 1 Edisi Februari 2019 (176-190)

kecil dan ringan, tetapi mempunyai nilai petani yang dinyatakan dalam persen. Rasio
yang tinggi, dalam hal ini biaya ini bervariasi menurut jenis komoditi, tetapi
tataniaganya lebih rendah. relatif konstan. Jadi, penyebab besar kecilnya
2. Lokasi/daerah produsen share petani sebenarnya adalah disebabkan
Apabila lokasi produsen jauh dari pasar naik musim atau faktor lain. Dengan
atau lokasi konsumen, maka biaya trans- demikian, bagian yang diterima oleh petani
portasi menjadi besar. Biasanya lokasi naik turun sesuai dengan naik turunnya harga
yang terpencil menjadi salah satu penye- komoditi tersebut.
bab rendahnya harga di tingkat produ- Tataniaga merupakan salah satu kegia-
sen. tan produktif, sehingga selalu berkaitan deng-
3. Jenis dan peranan lembaga tataniaga an efisiensi ekonomi. Oleh karena itu, dalam
Semakin banyak lembaga tataniaga yang rangka perbaikan tataniaga adapun tujuan
terlibat, semakin panjang rantai tatania- yang ingin dicapai adalah keuntungan yang
ga dan semakin besar biaya tataniaga maksimum dan tingkat efisiensi yang tinggi.
komoditas tersebut. Suatu tataniaga efisien berarti terciptanya
Margin tataniaga adalah perbedaan har- keadaan dimana diperolehnya kepuasan bagi
ga yang diterima oleh produsen (petani) deng- semua pihak, yaitu pihak-pihak produsen
an harga yang dibayarkan oleh konsumen (petani), lembaga-lembaga tataniaga, dan
akhir. Dimana margin tataniaga terdiri dari pihak konsumen. Ukuran efisiensi tataniaga
berbagai margin, seperti retail margin, yaitu menurut Mubyarto dalam (Sihombing, 2010)
selisih harga yang dibayarkan konsumen apabila tataniaga dapat memenuhi 2 (dua)
dengan harga yang dibayarkan oleh si syarat, antara lain :
pengecer, profit margin, besarnya keuntungan 1. Mampu menyampaikan hasil-hasil dari
yang diterima oleh setiap middleman atau petani produsen kepada konsumen
lembaga tataniaga, dll. dengan biaya semurah-murahnya.
Menurut Herman Southworth dalam 2. Mampu mengadakan pembagian yang
(Sihombing, 2010), bagian (share) yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar
diterima oleh petani adalah rasio atau perban- konsumen terakhir kepada semua pihak
dingan antara harga eceran dengan harga jual

180
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 4 Nomor 1 Edisi Februari 2019 (176-190)

yang ikut serta di dalam kegiatan No. Kabupaten/Kota Produksi


produksi dan pemasaran barang itu. (ton)
1. Nias 45,00
Menurut Rahim dan Retno (2008), pasar 2. Mandailing Natal 1.102,00
komoditas yang tidak efisien akan terjadi jika 3. Tapanuli Selatan 1.000,00
4. Tapanuli Tengah 54,00
biaya tataniaga semakin besar dan nilai pro- 5. Tapanuli Utara 1.000,00
duk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu 6. Simalungun 2.288,00
7. Dairi 2.831,00
besar. Efisiensi tataniaga dapat terjadi, yaitu 8. Langkat 89,00
pertama, jika biaya tataniaga dapat ditekan 9. Pakpak Bharat 510,00
10 Padang Lawas 512,00
sehingga keuntungan tataniaga dapat lebih Utara
tinggi; kedua, persentase perbedaan harga 11. Padang Lawas 413,00
12. Labuhanbatu 11,00
yang dibayarkan konsumen dan produsen Selatan
tidak terlalu tinggi; ketiga, tersedianya 13. Nias Utara 40,00
14. Nias Barat 40,00
fasilitas fisik pemasaran; dan keempat adanya 15. Padangsidempuan 41,00
kompetisi pasar yang sehat. 16. Gunungsitoli 46,00
Total 10.022,00
III. METODE PENELITIAN
Daerah penelitian untuk analisis tata niaga
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, 2016

biji kopi robusta ditentukan secara purposive di Metode Penentuan Sampel


kabupaten Dairi dengan pertimbangan bahwa Adapun populasi dalam penelitian ini
daerah ini merupakan sentra produksi terbanyak terdiri dari petani dan pedagang kopi robusta
kopi robusta di Provinsi Sumatera Utara. Hal di kabupaten Dairi. Dimana metode yang
tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. digunakan dalam penentuan sampel petani
Tabel 1. Produksi Kopi Robusta Menurut kopi robusta di Kabupaten Dairi menggunakan
Kabupaten/Kota di Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2015 metode purposive sampling yang berarti
penulis secara sengaja menentukan jumlah
sampel masing-masing sebanyak 15 orang
petani kopi robusta di Kecamatan Pegagan
Hilir, Sumbul, dan Sidikalang. Adapun
pertimbangan dalam memilih ketiga kecam-
atan tersebut dikarenakan ketiga kecamatan

181
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 4 Nomor 1 Edisi Februari 2019 (176-190)

tersebut merupakan sentra produksi kopi Metode Pengumpulan Data


robusta di Kabupaten Dairi, sehingga dapat Adapun jenis data yang dikumpulkan
menggambarkan tata niaga biji kopi robusta di untuk menganalisis tataniaga biji kopi robusta
kabupaten tersebut. Berdasarkan metode di kabupaten Dairi adalah data primer yang
tersebut, maka diperoleh jumlah sampel petani dilakukan dengan menggunakan daftar
kopi robusta sebanyak 45 orang. Hal ini telah kuesioner dari kriteria dan indikator yang
sesuai dengan pendapat yang dinyatakan oleh telah ditetapkan melalui teknik wawancara,
Roscoe (1975) dalam Riadi (2015) bahwa pengamatan, diskusi, dan melakukan verifi-
ukuran sampel sebaiknya lebih besar dari 30 kasi lapangan terhadap data yang telah
dan kurang dari 500. dikumpulkan. Adapun data primer yang
Selanjutnya, penentuan sampel peda- dikumpulkan untuk periode penjualan biji
gang kopi robusta menggunakan metode kopi robusta pada bulan April 2018. Selain
snowball sampling, yaitu penentuan sampel data primer, penulis juga mengumpulkan data
yang diawali dengan jumlah sampel yang sekunder tentang luas tanaman dan produksi
kecil, kemudian sampel tersebut menunjukkan kopi robusta menurut kabupaten/kota yang ada
sampel lainnya dan seterusnya sampai jumlah di Provinsi Sumatera Utara serta studi literatur
sampel tercapai (Hikmat, 2011). Berdasarkan dari berbagai sumber bacaan baik cetak
metode tersebut, maka diperoleh jumlah maupun elektronik.
sampel pedagang kopi robusta di Kabupaten Metode Analisis Data
Dairi yang dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. Metode analisis data untuk tujuan
Tabel 2. Sampel Pedagang Kopi Robusta di penelitian pertama, dilakukan dengan meng-
Kabupaten Dairi Tahun 2018
gunakan metode deskriptif, yaitu dengan
No. Tipe Pedagang Sampel
1. Pedagang 5 menjelaskan tipe saluran tata niaga biji kopi
Pengumpul Desa robusta di daerah penelitian.
2. Pedagang 12
Pengumpul Metode analisis data untuk tujuan pene-
Kecamatan litian kedua dan ketiga, dilakukan dengan
3. Pedagang Besar 5
Kabupaten menganalisis terlebih dahulu mengenai biaya-
Jumlah 22 biaya tata niaga yang dikeluarkan oleh petani
Sumber : Data Primer, 2018
dan pedagang kopi robusta untuk selanjutnya

182
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 4 Nomor 1 Edisi Februari 2019 (176-190)

dilakukan perhitungan matematis mengenai Keterangan :


margin tata niaga, share petani, dan efisiensi ET : Efisiensi Tata Niaga
tata niaga biji kopi robusta. TB : Total Biaya Tata Niaga
1. Marjin Tata Niaga TNP : Total Nilai Produk
Marjin tata niaga adalah selisih harga Kriteria Penilaian :
tingkat produsen dan tingkat konsumen Apabila nilai ET < 50%, maka tata niaga
akhir yang dirumuskan sebagai berikut : efisien.
MP = Pr – Pf Apabila nilai ET ≥ 50%, maka tata niaga
Keterangan : tidak efisien.
MP : Marjin Pemasaran (Soekartawi, 2002).
Pr : Harga di tingkat konsumen IV. HASIL PEMBAHASAN
Pf : Harga di tingkat produsen Karakteristik Sampel
(Handayani, 2011). 1. Karakteristik Petani
2. Farmer’s Share Adapun jumlah sampel petani kopi
Farmer’s share merupakan porsi dari robusta dalam penelitian ini sebanyak 45
harga yang dibayarkan konsumen akhir orang di kabupaten Dairi. Dimana karak-
terhadap petani dalam bentuk teristik petani pada penelitian ini terdiri dari
persentase. Rumus yang digunakan umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani,
dalam menghitung farmer’s share dan jumlah tanggungan keluarga yang dapat
adalah sebagai berikut : diuraikan sebagai berikut.

F’s = a. Umur
Adapun umur petani kopi robusta di
(Nasution et al, 2015)
daerah penelitian berkisar antara 25 s.d
3. Efisiensi Tata Niaga
85 tahun dengan rata-rata umur, yaitu
Efisiensi tata niaga adalah perbandingan
52,51 atau 53 tahun. Hal ini menunjuk-
antara total biaya tata niaga dengan nilai
kan bahwa petani kopi robusta masih
produk yang dijual dengan rumus
tergolong pada usia produktif (15 s.d 64
matematis sebagai berikut :
tahun), sehingga masih terus dapat
ET =

183
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 4 Nomor 1 Edisi Februari 2019 (176-190)

meningkatkan produksi biji kopi d. Jumlah Tanggungan Keluarga


robusta. Petani kopi robusta di daerah penelitian
b. Tingkat Pendidikan memiliki rentang jumlah tanggungan
Pendidikan formal merupakan salah satu keluarga antara 0 s.d 12 orang dengan
faktor penting dalam menjalankan suatu rata-rata jumlah tanggungan keluarga,
usaha. Apabila ditinjau dari tingkat pen- yaitu 2,96 atau 3 orang. Hal ini menun-
didikan, maka rentang tingkat pendi- jukkan bahwa jumlah tanggungan kelua-
dikan dari para petani kopi robusta di rga dari petani kopi robusta di daerah
daerah penelitian antara 0 s.d 12 tahun penelitian relatif membebani dalam hal
dengan rata-rata tingkat pendidikan, pengeluaran setiap bulan.
yaitu 8,78 tahun (tamat SD). Berdasar- 2. Karakteristik Pedagang
kan kondisi tersebut, maka dapat disim- Adapun jumlah sampel pedagang kopi
pulkan bahwa para petani kopi robusta robusta dalam penelitian ini sebanyak 22
di daerah penelitian masih tergolong orang di Kabupaten Dairi. Dimana karakteris-
kategori masyarakat dengan pendidikan tik pedagang pada penelitian ini terdiri dari
rendah. umur, tingkat pendidikan, lama berdagang,
c. Pengalaman Bertani dan jumlah tanggungan keluarga yang dapat
Adapun rentang pengalaman bertani dari diuraikan sebagai berikut.
para petani kopi robusta di daerah pene- a. Umur
litian berkisar antara 2 s.d 66 tahun den- Adapun umur pedagang kopi robusta di
gan rata-rata pengalaman bertani, yaitu daerah penelitian berkisar antara 32 s.d
26,27 atau 26 tahun. Hal ini menunjuk- 77 tahun dengan rata-rata umur, yaitu
kan bahwa kopi robusta merupakan sa- 49,32 atau 49 tahun. Hal ini menunjuk-
lah satu jenis tanaman perkebunan yang kan bahwa pedagang kopi robusta masih
telah lama ada di kabupaten Dairi dan tergolong pada usia produktif (15 s.d 64
masih terus dibudidayakan hingga seka- tahun), sehingga masih dapat menjalan-
rang. kan usaha penjualan kopi robusta di
daerah penelitian.

184
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 4 Nomor 1 Edisi Februari 2019 (176-190)

b. Tingkat Pendidikan menunjukkan bahwa jumlah tanggungan


Pendidikan formal merupakan salah satu keluarga dari pedagang kopi robusta di
faktor penting dalam menjalankan suatu daerah penelitian relatif membebani
usaha. Apabila ditinjau dari tingkat dalam hal pengeluaran setiap bulan.
pendidikan, maka rentang tingkat pendi- Saluran Tata Niaga Biji Kopi Robusta
dikan dari para pedagang kopi robusta di Saluran tata niaga merupakan serang-
daerah penelitian antara 6 s.d 12 tahun kaian lembaga tata niaga yang menyeleng-
dengan rata-rata tingkat pendidikan, garakan kegiatan penjualan atau pendistribu-
yaitu 10,41 tahun (tamat SMP). Berdas- sian suatu produk/ komoditi. Oleh karena itu,
arkan kondisi tersebut, maka dapat berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
disimpulkan bahwa para pedagang kopi saluran tata niaga biji kopi robusta di
robusta di daerah penelitian telah Kabupaten Dairi terdiri dari 3 (tiga) tipe salu-
menyelesaikan pendidikan dasar wajib 9 ran tataniaga dengan keterlibatan beberapa
tahun. pedagang perantara (middleman), antara lain
c. Lama Berdagang pedagang pengumpul desa, pedagang pengum-
Adapun rentang lama berdagang dari pul kecamatan, dan pedagang besar kabupa-
para pedagang kopi robusta di daerah ten.
penelitian berkisar antara 3 s.d 50 tahun Adapun tipe saluran tata niaga biji kopi ro-
dengan rata-rata pengalaman bertani, busta di Kabupaten Dairi terdiri dari :
yaitu 19,23 atau 19 tahun. Hal ini menu- Saluran I: Petani → Pedagang Pengumpul
njukkan bahwa perdagangan kopi robus- Desa → Pedagang Pengumpul Kecamatan →
ta menjadi salah satu sumber mata Pedagang Besar Kabupaten → Konsumen
pencaharian utama di Kabupaten Dairi. (Industri pengolahan kopi bubuk di
d. Jumlah Tanggungan Keluarga Sidikalang).
Pedagang kopi robusta di daerah peneli- Saluran II: Petani → Pedagang Pengumpul
tian memiliki rentang jumlah tanggu- Kecamatan → Pedagang Besar Kabupaten →
ngan keluarga antara 0 s.d 8 orang Konsumen (Industri pengolahan kopi bubuk di
dengan rata-rata jumlah tanggungan ke- Medan dan Binjai).
luarga, yaitu 3,23 atau 3 orang. Hal ini

185
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 4 Nomor 1 Edisi Februari 2019 (176-190)

Saluran III : Petani → Konsumen (Industri dikarenakan petani langsung menjual biji kopi
pengolahan kopi bubuk di Sidikalang). robusta kepada konsumen (industri pengo-
Adapun ketiga jenis saluran tata niaga lahan kopi bubuk yang ada di ibu kota Kabu-
biji kopi robusta yang ada di Kabupaten Dairi paten Dairi, yaitu Sidikalang) pada saat pekan
tersebut didukung juga oleh hasil penelitian (setiap hari Sabtu) dengan rata-rata harga jual
Desiana, et al (2017) bahwa saluran pemasa- sebesar Rp 28.333,33/kg. Adapun rata-rata
ran kopi robusta melibatkan petani, pedagang volume penjualan biji kopi robusta pada salu-
pengumpul, pedagang besar, dan konsumen ran II sebesar 6.333,33 kg/bulan.
industri. Selain itu, berdasarkan ketiga jenis Selanjutnya, saluran tata niaga II memi-
saluran tata niaga tersebut dapat diketahui liki rata-rata harga jual biji kopi robusta di
bahwa saluran tata niaga biji kopi robusta tingkat petani sebesar Rp 25.117,65/kg, lalu
yang paling panjang adalah saluran I rata-rata harga jual di tingkat pedagang keca-
dikarenakan melibatkan 3 (tiga) orang peda- matan sebesar Rp 26.666,67/kg, dan rata-rata
gang perantara (middleman), yaitu pedagang harga jual di tingkat pedagang besar kabu-
pengumpul desa, pedagang pengumpul keca- paten sebesar Rp 29.571,43/kg. Adapun rata-
matan, dan pedagang besar kabupaten. Dima- rata volume penjualan biji kopi robusta pada
na pada saluran tata niaga I rata-rata harga jual saluran II sebesar 833,33 kg/bulan.
biji kopi robusta di tingkat petani sebesar Rp Adapun jenis biji kopi robusta yang
24.725,-/kg, lalu rata-rata harga jual di tingkat diperdagangkan di Kabupaten Dairi termasuk
pedagang pengumpul desa sebesar Rp tipe biji kopi beras, yaitu biji kopi yang sudah
26.200,-/kg, kemudian rata-rata harga jual di dikeringkan dengan kadar airnya berkisar
tingkat pedagang pengumpul kecamatan sebe- antara 12-13% (Tim Karya Tani Mandiri,
sar Rp 27.500,-/kg dan rata-rata harga jual di 2010). Selain itu, rata-rata harga jual biji kopi
tingkat pedagang besar kabupaten sebesar Rp robusta yang dikumpulkan untuk periode
30.500,-/kg. Adapun rata-rata volume penjua- penjualan pada bulan April 2018 relatif mahal
lan biji kopi robusta pada saluran I sebesar apabila dibandingkan dengan bulan - bulan
3.000 kg/bulan. berikutnya karena masih tergolong musim
Sedangkan saluran tata niaga biji kopi paceklik (luar musim panen).
robusta yang paling pendek adalah saluran III

186
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 4 Nomor 1 Edisi Februari 2019 (176-190)

Biaya dan Margin Tata Niaga, serta Far- - Notes 0,28 6,38
- Sewa kios 0,11 7,09
mer’s Share Biji Kopi Robusta di Kabu- 0,22
paten Dairi -
4. Pedagang
Besar
1. Komponen Biaya Tata Niaga Kabupaten
- Penyusutan 15,32 0,84
Adapun rincian komponen rata-rata bia- alat
- Transportasi 265,4 220,23
ya tata niaga biji kopi robusta pada setiap sa- - Upah TK 2 543,06
- Pengemasan 215,0 33,08
luran dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. - Retribusi 0 -
- PBB 33,75 4,37
- Notes 1,00 -
Tabel 3. Komponen Rata-Rata Biaya dari 1,46
Masing-Masing Tipe Saluran Tata 1,38
Niaga Biji Kopi Robusta di Total Biaya 2.812, 2.608,0 1.238,11
Tata Niaga 79 2
Kabupaten Dairi Sumber : Data Primer, 2018
Lembaga Biaya per Saluran Tata Niaga Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat dike-
Tata Niaga (Rp/kg)
Salur Saluran Saluran tahui bahwa biaya tata niaga pada saluran I, II,
an I II III
1. Petani
- Penyusutan 310,0 315,50 336,04
dan III paling banyak dikeluarkan oleh para
alat 6
- Transportasi 314,11 88,75 petani kopi robusta. Hal ini dikarenakan para
- Penggilingan 113,6 538,35 -
- Upah TK 4 137,25 750,00 petani melakukan kegiatan pasca panen, se-
- Pengemasan 501,7 58,63 63,32
9 perti penggilingan untuk melepaskan kulit
804,1
3
96,08
tanduk dari biji kopi dan penjemuran untuk
2. Pedagang mendapatkan biji kopi beras sesuai dengan
Pengumpul
Desa permintaan pasar (industri pengolahan kopi
- Penyusutan 15,63 - -
alat bubuk), sehingga mengeluarkan biaya penyu-
32,14
- Upah TK 95,12
57,05
sutan alat dan upah tenaga kerja yang relatif
- Transportasi 3,11
7,06 lebih banyak daripada pedagang perantara.
- Pengemasan
2. Margin Tata Niaga dan Farmer’s
- PBB
Share
- Notes
Adapun rincian marjin tata niaga dan
3. Pedagang
Pengumpul farmer’s share pada setiap tipe saluran tata
Kecamatan
- Penyusutan 2,94 24,86 niaga biji kopi robusta di Kabupaten Dairi
alat
- Transportasi 100,7 148,06
- Upah TK 5 184,89
dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
- Pengemasan 108,0 71,35
- PBB 0 -
- Retribusi 31,35 -

187
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 4 Nomor 1 Edisi Februari 2019 (176-190)

Tabel 4. Marjin Tata Niaga dan Farmer’s 84,94%) daripada share harga jual yang
Share pada Setiap Tipe Saluran Tata
didapatkan oleh petani pada saluran III tata
Niaga Biji Kopi Robusta di
Kabupaten Dairi niaga kopi robusta di Kabupaten Dairi, yaitu
Tipe Pf Pr MP F’s
Saluran (Rp/kg) (Rp/kg) (Rp/kg) (%) sebesar 100%. Hal ini menunjukkan bahwa
Tata
Niaga pedagang perantara yang terlibat pada saluran
Saluran 24.725 30.500 5.775 81,07
I I dan II mendapatkan share harga jual yang
Saluran 25.117,65 29.571,43 4.453,78 84,94
II lebih tinggi daripada petani kopi robusta di
Saluran 28.333,33 28.333,33 0 100
III Kabupaten Dairi.
Efisiensi Tata Niaga
Sumber : Data Primer, 2018
Kegiatan tata niaga merupakan salah
Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa
satu faktor penting dalam pertanian. Apabila
margin tata niaga per kg terbesar ada pada
kegiatan tata niaga berjalan dengan baik, maka
saluran I yaitu sebanyak Rp 5.775,- yang
semua pihak yang terlibat akan diuntungkan.
disebabkan adanya keterlibatan 3 (tiga)
Efisiensi tata niaga merupakan suatu indikator
pedagang perantara yang mengakibatkan
yang digunakan untuk mengetahui kinerja tata
harga jual di tingkat konsumen (industri
niaga suatu produk. Berdasarkan hal tersebut,
pengolahan kopi bubuk di Sidikalang) menjadi
maka untuk mengetahui apakah saluran tata
lebih mahal daripada saluran II dan III.
niaga biji kopi robusta di Kabupaten Dairi
Sedangkan margin tata niaga terkecil ada pada
(saluran I s.d. III) sudah efisien atau belum,
saluran III yaitu sebanyak Rp 0. Hal ini
maka dapat dihitung tingkat efisiensinya
dikarenakan petani langsung menjual biji kopi
dengan cara membandingkan antara total
robusta kepada konsumen (industri
biaya tata niaga dengan nilai produk (biji kopi
pengolahan kopi bubuk di Sidikalang),
robusta) di tingkat konsumen. Adapun nilai
sehingga harga jual di tingkat petani sama
efisiensi tata niaga biji kopi robusta pada
dengan harga jual di tingkat konsumen.
setiap tipe saluran dapat dilihat pada Tabel 5
Selanjutnya, dalam hal farmer’s share
berikut.
diketahui bahwa petani kopi robusta pada
saluran I dan II mendapatkan share (bagian)
dari harga jual lebih sedikit (81,07% dan

188
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 4 Nomor 1 Edisi Februari 2019 (176-190)

Tabel 5. Efisiensi Tata Niaga Biji Kopi niaga biji kopi robusta di Kabupaten Dairi
Robusta pada Setiap Tipe Saluran
adalah sebagai berikut : Saluran I, total
di Kabupaten Dairi
biaya sebesar Rp 2.812,79/kg, marjin tata
Tipe TB (Rp/kg) TNP EP (%) niaga sebesar Rp 5.775/kg, dan farmer’s
Saluran (Rp/kg)
share sebesar 81,07%. Saluran II, total
Saluran I 2.812,79 30.500 9,22
Saluran II 2.608,02 29.571,43 8,82 biaya sebesar Rp 2.608,02/kg, marjin tata
Saluran III 1.238,11 28.333,33 4,37 niaga sebesar Rp 4.453,78/kg, dan farmer’s
Sumber : Data Primer, 2018 share sebesar 90,18%. Saluran III, total
Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa biaya sebesar Rp 1.174,79/kg, marjin tata
ketiga tipe saluran tata niaga biji kopi robusta niaga sebesar Rp 0, dan farmer’s share
di Kabupaten Dairi sudah efisien. Hal ini sebesar 100%.
dikarenakan nilai efisiensi tata niaga pada 3. Ketiga saluran tata niaga biji kopi robusta
saluran I (9,22), saluran II (8,82), dan saluran di Kabupaten Dairi efisien dengan nilai ET
III (4,37) ≤ 50%. Selanjutnya, dari ketiga tipe pada setiap saluran (9,22%, 8,82%, dan
saluran tata niaga biji kopi robusta tersebut 4,37%) ≤ 50%.
dapat disimpulkan bahwa saluran III paling DAFTAR PUSTAKA
efisien dan saluran I adalah saluran tata niaga Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera
biji kopi robusta paling tidak efisien. Hal ini Utara. 2016. Sumatera Utara dalam
Angka. Medan.
telah sesuai dengan pernyataan Downey dan
Erickson (1992) dalam Caesara et al (2017) Caesara, V et al. 2017. Analisis Pendapatan
dan Efisiensi Pemasaran Biji Kopi
bahwa semakin panjang rantai tata niaga yang (Green Bean) Kopi Arabika di
terlibat dalam suatu saluran tata niaga, maka Kabupaten Bener Meriah. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah,
akan semakin tidak efisien saluran tata niaga Vol. 2 No. 1. Hal : 250-261.
tersebut.
Desiana, C et al. 2017. Analisis Saluran
V. KESIMPULAN Pemasaran Biji Kopi Robusta (Studi
1. Saluran tata niaga biji kopi robusta terdiri Kasus di Desa Kalijaya Kecamatan
Banjarsari Kabupaten Ciamis). Jurnal
dari 3 (tiga) tipe saluran. Ilmiah Mahasiswa AGROINFO
2. Total biaya dan marjin tata niaga, serta GALUH, Vol 4 No. 2. Hal : 162-173.
farmer’s share pada setiap saluran tata

189
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 4 Nomor 1 Edisi Februari 2019 (176-190)

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2013. Riadi, E. 2015. Metode Statistika Parametrik


Produksi Kopi Menurut Provinsi di & Nonparametrik. Pustaka Mandiri.
Indonesia Tahun 2008-2012. Tangerang.
http:deptan.go.id/ infoeksekutif/ Nasution, E dan Syahbudin. 2014. Analisis
bun/BUN_asem2012/ produksi_ Pemasaran Kopi di Kabupate
kopi. Diakses tanggal 1 Juni 2017. Humbang Hasundutan Provinsi
Sumatera Utara. Agrica, Vol.7 No. 1.
Handayani, S.M dan I. Nurlaila. 2011. Hal : 40-50.
Analisis Pemasaran Susu Segar di
Kabupaten Klaten. Jurnal Sains Nasution, A.H et al. 2015. Sistem Pemasaran
Peternakan, Vol. 9, No. 1. Hal : 41-52. Gambir di Sumatera Barat (Kasus di
Kecamatan Kapur IX, Kabupaten Lima
Hikmat, M.M. 2011. Metode Penelitian dalam Puluh Kota. SEPA, Vol.12 No.1. Hal :
Perspektif Ilmu Komunikasi dan 1-10.
Sastra. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi
Lestari, O et al. 2017. Analisis Usahatani dan Pertanian : Teori dan Aplikasi.
Efisiensi Pemasaran Kopi (Coffea sp) Rajawali Pers. Jakarta.
di Kecamatan Pulau Panggung
Kabupaten Tanggamus. JIIA, Vol.5 Tim Karya Mandiri. 2010. Pedoman Budidaya
No.1. Hal :1-8. Tanaman Kopi. CV Nuansa Aulia.
Bandung.
Listyati, D dan Hasibuan, A.M. 2012. Analisis
Pemasaran dan Rantai Nilai Kopi di Widyaningtyas, D et al. 2014. Analisis
Indonesia. Bunga Rampai Inovasi Efisiensi Pemasaran Kopi Arabika di
Teknologi Tanaman Kopi untuk Desa Karangpiring Kecamatan
Perkebunan Rakyat. Hal : 139-150. Sukorambi Kabupaten Jember. Berkala
Balitri. Jakarta. Ilmiah Pertanian, Vol. 1 No. 1. Hal :
1-10.

190

You might also like