Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 86

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PRODUKSI DAN PENDAPATAN


USAHATANI KACANG PANJANG
(Studi Kasus: Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi)

SKRIPSI

DEDE SAEPUL KAMIL


H34104056

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

i
ABSTRACT
Long Beans is one commodity that many consumption by society and ranks third from the
types of vegetables that are consumed by the people of Indonesia. One of production center
located in West Java and one of them is Sukabumi Based on the total area harvested vegetables
in Sukabumi, commodity beans were the highest compared to other vegetable crop acreage to
total crop area reached 27 percent of the total area harvested. Sukabumi consists of several sub-
bean commodity producers, one of which is the District Nagrak. However, productivity in Sub
Nagrak beans are low 8 tons per hectare is still below optimum productivity that can reach 15
to 20 tons per hectare.. Based on the above issues it is necessary to analyze what factors
affecting bean productivity levels in Sub Nagrak and whether the farming activities in the
District Nagrak is efficient. Based on the research that has been made known that the value of R
/ C ratio of the farm cash costs were 2.22 and R / C ratio of the total cost of 1.76 so that it can be
said long bean farming activities efficiently and profitably, while production factors that
influence including land, seed, fertilizer urea, TSP / SP 36, NPK, nutitions, labor, whereas no
significant factors are pesticide.
Keywords : Analysis of factors affecting long bean production, long bean farm income,
RINGKASAN

DEDE SAEPUL KAMIL.2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Produksi dan Pendapatan Usahatani Kacang Panjang (Studi Kasus :
Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi), Skripsi. Departemen Agribisnis,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Dibawah bimbingan
NETTI TINAPRILLA).

Peningkatan akan konsumsi sayuran di Indonesia terus digalakan oleh


pemerintah, hal ini dibuktikan dengan adanya program kegiatan September Horti
Ceria 2012 dan adanya pembatasan impor komoditi hortikultura salah satunya
sayuran guna meningkatkan kecintaan masyarakat Indonesia terhadap produksi
komoditi hortikultura khususnya sayuran. Salah satu jenis sayuran yang banyak
dikonsumsi masyarakat adalah kacang panjang yang menempati urutan ketiga dari 21
jenis sayuran yang banyak dikonsumsi masyarakat. Kabupaten Sukabumi merupakan
salah sentra produksi kacang panjang di Jawa Barat, namun dilihat dari tingkat rata-
rata produktivitasnya,
Kabupaten Sukabumi memiliki tingkat produktivitas terendah dibandingkan
dengan kabupaten lainnya. Kecamatan Nagrak merupakan salah satu sentra produksi
kacang panjang di Kabupaten Sukabumi, namun produktivitas rata-rata kacang
panjang di Kecamatan Nagrak masih rendah, menurut anggota PPL rata-rata tingkat
produktivitas kacang panjang mencapai 7,18 ton per hektar masih dibawah
produktivitas optimalnya yang mampu mencapai 15-20 ton per hektar. Adanya
kondisi seperti ini, maka sangat penting untuk mengetahui analisis faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi produksi kacang panjang di Kecamatan Nagrak, dan
selanjutnya akan timbul pertanyaan mengenai pendapatan yang diperoleh petani
kacang panjang di Kecamatan Nagrak.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mempelajari dan menganalisis
pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani kacang panjang
di Kecamatan Nagrak. Tujuan penelitian ini secara kuhusus antara lain menganalisis
pendapatan usahatani kacang panjang di Kecamatan Nagrak dan menganalisis faktor-
faktor apa saja yang mempengaruhi produksi kacang panjang. Pengambilan sampel
pada penelitian ini adalah secara purposive (sengaja) yaitu sampel dipilih secara
sengaja dengan meminta rekomendasi dari ketua Kelompok Tani Harapan Jaya,
jumlah sampel secara keseluruhan adalah sebanyaka 40 orang.
Berdasarkan penelitian ini didapatkan hasil beberapa faktor yang yang
memepengaruhi usahatani, diantaranya : luas lahan, benih, urea, TSP/SP36, NPK,
pupuk kandang, nutrisi, pestisida, dan tenaga kerja. Benih, TSP/SP 36, NPK, nutrisi
dan tenaga kerja berkorelasi positif dan berpengaruh nyata, sedangkan pestisida
berkorelasi positif namun tidak berpengaruh nyata. Pupuk urea dan pupuk kandang
berkorelasi negatif dan nyata. Berdasarkan aspek pendapatan (pendapatan atas biaya
tunai dan biaya total masing-masing sebesar Rp 22.912.738,7 dan Rp 17.944.453,7
dengan nilai R/C rasio atas biaya tunai yaitu 2,22 dan R/C atas biaya total yaitu 1,76

ii
lebih besar dari satu, hal ini menunjukan bahwa kegiatan usahatani kacang panjang di
Kecamatan Nagrak efisien dan menguntugkan.
Kesimpulan yang dapat ditarik yaitu bahwa produksi usahatani kacang
panjang dipengaruhi oleh luas lahan, benih, urea, TSP/SP 36, NPK, pupuk kandang,
nutrisi, pestisida, dan tenaga kerja. Selain itu, berdasarkan hasil analisis pendapatan
usahatani nilai R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total lebih besar
dari satu yang berarti kegiatan usahatani kacang panjang di Kecamatan Nagrak
efisien dan menguntungkan.

iii
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PRODUKSI DAN PENDAPATAN
USAHATANI KACANG PANJANG
(Studi Kasus : Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi)

DEDE SAEPUL KAMIL


H34104056

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk


memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis

PROGRAM ALIH JENIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

iv
Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan
Pendapatan Usahatani Kacang Panjang (Studi Kasus :
Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi)
Nama : Dede Saepul Kamil
NIM : H34104056

Menyetujui,
Pembimbing

Dr.Ir.Netti Tinaprilla, MM
Nip 19690410 199512 2 001

Mengetahui :
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor

Dr.Ir. Nunung Kusnadi, Ms


Nip 19580908 198403 1 002

Tanggal Lulus :

v
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Usahatani Kacang Panjang
(Studi Kasus : Kecamatan Nagrak Kabupaten Sukabumi)” belum pernah diajukan
pada perguruan tinggi lain atau lembaga lain untuk tujuan memperoleh gelar
akademik tertentu. Saya juga menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri dan tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh pihak lain, kecuali sebagai rujukan yang dinyatakan dalam naskah.

Bogor, Maret 2013

Dede Saepul Kamil


H34104056

vi
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Dede Saepul Kamil kelahiran 16 Desember 1988 di


Sukabumi dari Bapak Munawar Jamil dan Ibu Pupu Maspupah sebagai anak pertama
dari tiga bersaudara. Penulis mengawali pendidikan di SDN Pawenang 3 pada Tahun
1995 dan menyelesaikan sekolah dasar pada tahun 2001. Setelah itu melanjutkan
sekolah ke SMP Negeri 2 Nagrak dan melanjutkan sekolah ke SMA Negeri 1
Cibadak. Pada tahun 2007 penulis diterima pada Program Diploma Institut Pertanian
melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk)
Penulis memperoleh gelar Ahli Madya pada Tahun 2010 dari Program
Keahlian Perencanaan dan Pengendalian Produksi Manufaktur dan Jasa (PPMJ)
dengan predikat sangat memuaskan. Selama menjadi mahasiswa di Diploma IPB,
penulis aktif dalam beberapa kegiatan kepanitiaan Fieldtrip PPMJ 44 dan menjadi
ketua panitia pada kegiatan yang diadakan mata kuliah soft skill goes to Cibodas.
Pada tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan ke Program Sarjana Alih Jenis
Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Mannajemen Institut Pertanian Bogor.

vii
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT dengan segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul
“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Usahatani
Kacang Panjang” dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Penyusunan penelitian ini
merupakan sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Program Alih Jenis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor produksi dan
pendapatan usahatani kacang panjang. Hasil penelitian ini diharapkan bisa
memeberikan informasi bagi semua pihak yang berkepentingan. Penulis menyadari
bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan sehingga diperlukan saran dan
kritik demi kesempuranaan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing atas saran dan masukannya serta semua
pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini.

Bogor, Maret 2013

Dede Saepul Kamil

viii
UCAPAN TERIMA KASIH

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peran serta berbagai pihak yang terkait.
Maka dari itu penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-
tingginya kepada :
1. Dr.Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, arahan, mulai dari persiapan hingga penyelesaian skripsi ini.
2. Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku dosen evaluator pada saat kolokium/seminar
proposal penelitian yang telah memberikan kritik, saran dan masukan demi
penyempurnaan skripsi ini.
3. Dr.Ir.Anna Fariyanti,MS selaku dosen penguji dalam sidang yang telah
memberikan kritik, saran dan masukan demi penyempurnaan skripsi ini.
4. Dra. Yusalina, MM selaku penguji komisi akademik yang juga telah member
banyak saran guna perbaikan skripsi ini.
5. Kedua orang tua yang telah memberikan dorongan dan semangat baik secara moril
maupun materil.
6. Kedua adik tercinta (Virna Yuliantini dan M.Ivan Farhan Jamil) dan seluruh
keluarga besar atas doa, perhatian serta dukungannya.
7. Hendra Fektoria selaku pembahas seminar skripsi atas saran, tukar pikiran, dan
dukungan dalam bersama-sama menyelesaikan skripsi.
8. Dewinta Mia Sari dan Keluarga yang selalu memberikan dukungan dan semangat.
9. Seluruh petani responden di Kecamatan Nagrak atas kesediaannya dalam
memberikan data dan informasi yang sangat berguna untuk penelitian ini.

Bogor, Maret 2013

Dede Saepul Kamil

ix
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv
I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 7
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 8
II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 9
2.1 Gambaran Umum Kacang Panjang ............................................................ 9
2.2 Perkembangan Komoditi Kacang Panjang ................................................. 9
2.3 Analisis Pendapatan Usahatani .................................................................. 10
2.4 Analisis Faktor-Faktor Produksi ................................................................ 11
2.5 Keterkaitan dengan Penelitian Terdahulu .................................................. 12
III KERANGKA PEMIKIRAN ....................................................................... 13
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ...................................................................... 13
3.1.1 Konsep Fungsi Produksi ...................................................................... 13
3.1.2 Fungsi Produksi Cobb-Douglass ......................................................... 17
3.1.3 Penerimaan Usahatani ......................................................................... 18
3.1.4 Biaya Usahatani ................................................................................... 19
3.1.5 Pendapatan Usahatani .......................................................................... 20
3.1.6 Rasio Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Rasio) .......................... 21
3.1.7 Konsep Usahatani ................................................................................ 21
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ............................................................... 24
IV METODE PENELITIAN............................................................................ 26
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................... 26
4.2 Metode Penelitian ....................................................................................... 26
4.3 Metode Pengambilan Sampel ..................................................................... 26
4.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 27
4.5 Jenis Data ................................................................................................... 27
4.5.1 Analisis Fungsi Produksi ...................................................................... 27
4.5.2 Analisis Pendapatan Usahatani Kacang Panjang ...................................32
4.5.3 Analisis R/C Rasio .................................................................................33
4.5.4 Hipotesis Penelitian ...............................................................................34

x
V GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN..........................................36
5.1 Keadaan Umum dan Geografis ....................................................................36
5.2.Kependudukan dan Mata Pencaharian .........................................................36
5.3 Karakteristik Petani Responden ...................................................................37
5.3.1 Status Usaha...........................................................................................37
5.3.2 Usia Responden .....................................................................................37
5.3.3 Pendidikan .............................................................................................38
5.3.4 Status Lahan ...........................................................................................38
5.3.5 Pengalaman Usahatani ...........................................................................39
5.4 Kegiatan Budidaya Kacang Panjang di Lokasi Penelitian ...........................39
5.4.1 Pengolahan Lahan ..................................................................................40
5.4.2 Penanaman .............................................................................................40
5.4.3 Pemeliharaan ..........................................................................................41
5.4.4 Panen dan Pasca Panen ..........................................................................43
VI ANALISIS FAKTOR PRODUKSI KACANG PANJANG ........................44
6.1 Analisis Model Fungsi Produksi ..................................................................44
6.1.1 Analisis Model Fungsi Produksi Kacang Panjang.................................44
6.1.2 Analisis Elastisitas Produksi Kacang Panjang .......................................46
VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KACANG PANJANG ........51
7.1 Penerimaan Usahatani ..................................................................................51
7.2 Biaya Usahatani Kacang Panjang.................................................................51
7.3 Analisis Pendapatan Usahatani Kacang Panjang .........................................54
VIII KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................56
8.1 Kesimpulan ...................................................................................................56
8.2 Saran .............................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................58

xi
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
1. Nilai Produk Domestik Bruto Hortikultura Berdasarkan
Harga Berlaku di Indonesia Tahun 2010-2011 ..................................... 2
2. Tingkat Konsumsi Per Kapita Sayuran di Indonesia
Periode 2005-2011 ................................................................................ 3
3. Produksi, Luas Panen dan Rata-Rata Produktivitas
Kacang Panjang di Indonesia Pada Tahun 2009 - 2011 ....................... 3
4. Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Daerah Sentra
Produksi Kacang Panjang di Provinsi Jawa Barat Tahun
2008-2011 ............................................................................................. 4
5. Luas Panen dan Jumlah Komoditi Hortikuktura di
Kabupaten Sukabumi Tahun 2011 ........................................................ 4
6. Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Kacang
Panjang di Kabupaten Sukabumi Tahun 2010 -2011 ........................... 5
7. Luas Areal Tanam Sayuran di Kecamatan Nagrak Per
Hektar Tahun 2011 ............................................................................... 6
8. Produksi Nasional Kacang Panjang Tahun 2008-2011 ........................ 10
9. Perhitungan Analisis Pendapatan dan R/C rasio
Usahatani Kacang Panjang ................................................................... 33
10. Potensi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian (KK)
di Kecamatan Nagrak Tahun 2012 ....................................................... 36
11. Karakteristik Responden Petani Kacang Panjang
Berdasarkan Status Usaha ..................................................................... 37
12. Karakteristik Petani Responden di Kecamatan Nagrak
Berdasarkan Usia Pada Tahun 2012 ..................................................... 38
13. Karakteristik Responden Petani Kacang Panjang di
Kecamatan Nagrak Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pada Tahun 2012................................................................................... 38
14. Karakterisitik Responden Petani Kacang Panjang di
Kecamatan Nagrak Berdasarkan Status Lahan Pada
Tahun 2012 ........................................................................................... 39
15. Karakteristik Responden Petani Kacang Panjang di
Kecamatan Nagrak Berdasarkan Pengalaman Usahatani
Pada Tahun 2012................................................................................... 39

xii
16. Rata-Rata Penggunaan Faktor Produksi Per Hektar Per
Satu Musim Tanam Pada Usahatani Kacang Panjang di
Kecamatan Nagrak Pada Tahun 2012 .................................................. 44
17. Uji Signifikansi Model Produksi Usahatani Kacang
Panjang Satu Musim Tanam per Hektar di Kecamatan
Nagrak Pada Tahun 2012 ...................................................................... 45
18. Hasil Parameter Penduga Fungsi Produksi Usahatani
Kacang Panjang perhektar satu musim tanam di
Kecamatan Nagrak Pada Tahun 2012 ................................................... 46
19. Penerimaan Rata-rata per Satu Musim Tanam per
Hektar di Kecamatan Nagrak Tahun 2012............................................ 51
20. Biaya Rata-Rata Usahatani Kacang Panjang Satu
Musim Tanam per Hektar di Kecamatan Nagrak ................................. 52
21. Analisis Pendapatan Usahatani Kacang Panjang Satu
Musim Tanam per Hektar di Kecamatan Nagrak ................................. 55

xiii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kurva Produk Total, Produk Marginal, dan Produk


Rata-Rata ............................................................................................ 14
2. Kerangka Pemikiran Oprasional Analisis Pendapatan
dan Faktor-FaktorProduksi yang Mempengaruhi
Usahatani Kacang Panjang ................................................................. 25
3. Proses Pengikatan Ajir Oleh Petani Kacang Panjang ......................... 40
4. Benih Kacang Panjang yang Digunakan Petani
Kacang Panjang di Kecamatan Nagrak .............................................. 41
5. Tanaman Kacang Panjang yang Ditanam Petani
Kacang Panjang di Kecamatan Nagrak .............................................. 42
6. Kacang Panjang yang Sudah Siap di Jual Oleh Petani
Kacang Panjang di Kecamatan Nagrak Tahun 2012 .......................... 43

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Harga Kacang di Pasar Induk Tradisional Tanah Tinggi


Tangerang Pada Tahun 2012 ............................................................... 61
2. Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Kacang Panjang di
Kecamatan Nagrak Pada Tahun 2012 ................................................... 62
3. Penggunaan Faktor-faktor Produksi Per Hektar di
Kecamatan Nagrak Pada Tahun 2012 ................................................... 64
4. Penggunaan Peralatan Per Hektar Usahatani Kacang
Panjang di Kecamatan Nagrak .............................................................. 66
5. Hasil Analisis Regresi Fungsi Produksi Usahatani
Kacang Panjang di Kecamatan Nagrak dengan Metode
OLS ....................................................................................................... 68
6. Uji Normalitas dan Homoskedastisitas Fungsi Produksi
Kacang Panjang di Kecamatan Nagrak................................................. 69
7. Nilai Penyusutan Alat Pertanian Usahatani Kacang
Panjang di Kecamatan nagrak Tahun 2012 .......................................... 70

xv
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertanian merupakan sektor yang berperan penting dalam membangun
perekonomian nasional, dan menjadi salah satu sektor yang memberikan kontribusi
besar terhadap PDB (Produk Domestik Bruto), hal ini dibuktikan dengan tingginya
angka penyerapan tenaga kerja di bidang pertanian yaitu sebesar 39,33 juta jiwa lebih
tinggi dengan dibandingkan sektor industri dan perdagangan yang mampu menyerap
tenaga kerja yaitu masing-masing sebesar 14,54 dan 23,40 juta jiwa, sehingga sektor
pertanian secara signifikan mampu mengurangi angka pengangguran di Indonesia.
(BPS,2011).
Salah satu sub sektor pertanian adalah subsektor hortikultura. Sektor ini
diarahkan untuk meningkatkan kebutuhan konsumsi, bahan baku industri,
peningkatan ekspor dan subtitusi impor. Pada tahun 2010 hingga tahun 2011 PDB
nasional hortikultura mengalami peningkatan yaitu sebesar 2,64 persen. Peningkatan
PDB ini tercapai karena terjadinya peningkatan produksi di berbagai sentra dan
kawasan, serta peningkatan luas areal produksi dan areal panen, sehingga
berpengaruh positif pada meningkatnya PDB.
Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 hingga tahun 2011
nilai PDB untuk beberapa komoditi hortikultura cenderung mengalami peningkatan.
Peningkatan tersebut mengindikasikan kelompok komoditi hortikultura mulai
dikembangkan sebagai komponen pengusahaan beberapa pelaku bisnis di Indonesia,
hal ini dapat dilihat dari total PDB pada tahun 2011 komoditi buah-buahan masih
mendominasi dan memberikan sumbangsih terbesar terhadap tingkat PDB nasional.
Namun dari segi pertumbuhan komoditi sayuran menunjukan tingkat
pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis komoditi yang lain yaitu
sebesar 6,12 persen, peningkatan ini disebabkan adanya kecenderungan masyarakat
dalam merubah pola konsumsi dari konsumsi makanan yang berlemak tinggi
terutama dari bahan hewani beralih ke bahan nabati yang disebut vegetarian, hal ini

1
menunjukan bahwa komoditi sayuran mempunyai prospek yang bagus untuk
diusahakan bagi para pelaku bisnis.

Tabel 1. Nilai Produk Domestik Bruto Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku di


Indonesia Tahun 2010-2011
PDB (Milyar) Rata-Rata
No Kelompok Komoditi Pertumbuhan
2010 2011
(%)
1 Buah-buahan 45.482 46.735 2,75
2 Sayuran 31.224 33.136 6,12
3 Tanaman Obat 3.665 2.994 (18,30)
4 Tanaman Hias 6.173 5.983 (3,08)
Total 86.565 88.851
Sumber : Dirjen Hortikultura (2012), diolah

Kementrian pertanian dan Stakeholder Hortikultura menyelenggarakan bulan


promosi Hortikultura atau dikenal dengan September Horti Ceria 2012. Kegiatan ini
bertujuan untuk meningkatkan kecintaan dan konsumsi masyarakat terhadap produk
hortikultura nusantara salah satunya sayuran. Selain itu, FAO telah
merekomendasikan konsumsi buah dan sayuran sebesar 65,75 kg per kapita per
tahun, walaupun pada tahun 2012 tingkat konsumsi sayuran dan buah di Indonesia
baru mencapai 40 kg per kapita per tahun1.
Dukungan pemerintah terhadap peningkatan konsumsi sayuran terus
dilakukan dengan cara pembatasan impor produk buah dan sayuran, kegiatan ini
bertujuan untuk mendukung agar produk sayuran dan buah-buahan dapat
mendominasi pasar di Indonesia dan sekaligus meningkatkan citra dan
memperkenalkan produk hortikultura di Indonesia salah satunya sayuran.
Salah satu jenis sayuran yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia
adalah kacang panjang. Pada Tabel 2 dapat dilihat kacang panjang menempati urutan
ketiga dari total jenis sayuran yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat, hal
ini membuktikan bahwa kacang panjang menjadi salah satu komoditi yang banyak
diminati oleh masyarakat, berikut adalah konsumsi per kapita empat jenis sayuran
1
Dirjen Hortikultura.Gerakan Peningkatan Konsumsi Sayuran .http ://www .deptan .go .id/news/detail
php. [diakses 30 September 2012]

2
yang memiliki tingkat konsumsi paling tinggi di Indonesia. Berdasarkan Tabel 2
tingkat konsumsi kacang panjang cenderung mengalami peningkatan antara tahun
2005 hingga tahun 2011.

Tabel 2.Tingkat Konsumsi Per Kapita Sayuran di Indonesia Periode 2005-2011


Konsumsi per kapita (Kg/Th)
No Komoditas
2005 2008 2011*
1 Kangkung 4,94 4,78 4,88
2 Bayam 4,78 4,00 4,23
3 Kacang panjang 3,69 3,80 3,97
4 Terung 2,55 2,91 3,05
Keterangan :* Angka Sementara
Sumber : Dirjen Hortikultura, 2011

Berdasarkan data BPS tahun 2012, tingkat produksi kacang panjang nasional
dari tahun 2008 hingga tahun 2011, cenderung mengalami peningkatan, sedangkan
pada tahun 2011 produksi kacang panjang mengalami penurunan, dikarenakan
adanya penurunan tingkat luas areal panen kacang panjang, namun tingkat penurunan
produksi kacang panjang tidak sarmpai menyentuh angka terendah seperti pada tahun
2008. Dilihat dari rata-rata tingkat produktivitas cenderung mengalami fluktuasi dan
mengalami penurunan produktivitas pada tahun 2010.

Tabel 3. Produksi, Luas Panen dan Rata-Rata Produktivitas Kacang Panjang di


Indonesia Pada Tahun 2009 - 2011
Tahun 2008 2009 2010 2011
Produksi (Ton) 455.524 483.793 489.449 458.307
Luas panen (Ha) 83.493 83.796 85.828 79.623
Rata-rata Produktivitas 5,45 5,77 5,70 5,75
(Ton/Ha)
Sumber : BPS, 2012

Salah satu sentra produksi kacang panjang di Indonesia terdapat di provinsi


Jawa Barat, adapun sentra-sentra produksi terbesar komoditi kacang panjang di Jawa
Barat diantaranya terdapat di Kabupaten Bogor, Sukabumi, Cianjur dan Garut.
Berdasarkan Tabel 4 tingkat produktivitas kacang panjang tertinggi adalah Kabupaten
Garut sebesar 11,59 ton per hektar, sedangkan tingkat produktivitas terendah adalah
Kabupaten Sukabumi yaitu sebesar 7,76 ton per hektar dengan kecenderungan tingkat
produksi yang fluktuatif dan cenderung mengalami penurunan pada tahun 2011,

3
padahal pada tahun 2010 Kabupaten Sukabumi merupakan penghasil produksi kacang
panjang kedua terbesar setelah Kabupaten Garut dengan jumlah produksi kacang
panjang sebesar 11.762 ton.

Tabel 4 Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Daerah Sentra Produksi Kacang
Panjang di Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2011
Produksi (Ton) dan Luas Panen (Ha) Rata-rata Produktivitas
Kabupaten
2008 2009 2010 2011 (Ton/Ha)
Sukabumi 10.281 9.134 11.762 8.683 7,76
(1.349) (1.195) (1.376) (1.214)
Bogor 14.022 11.039 11.649 11.761 8,72
(1.529) (1.264) (1.501) (1.261)
Garut 11.069 12.735 13.047 9.109 11,59
(1.072) (937) (1.183) (772)
Cianjur 1.795 15.800 7.919 12.552 9,11
(1.047) (1.231) (930) (969)
Keterangan : Angka dalam kurung () menunjukan luas panen
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, 2012 (diolah)

Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu sentra produksi kacang panjang di


Jawa Barat. Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat luas areal panen tanaman kacang
panjang di Kabupaten Sukabumi seluas 2.342 hektar dan menjadi luas areal panen
terbesar dibandingkan dengan komoditi sayuran lainnya yang ditanam di Kabupaten
Sukabumi, dengan total luas panen sayuran di Kabupaten Sukabumi yaitu seluas
8.665 hektar.

Tabel 5. Luas Panen dan Jumlah Komoditi Hortikuktura di Kabupaten Sukabumi


Tahun 2011
Komoditas Luas Panen (Ha) Produksi (ton)
Bawang Daun 332 28.871
Buncis 832 76.144
Cabe Besar 1.058 76.785
Kacang Panjang 2.342 158.013
Terung 565 78.117
Ketimun 942 107.236
Sawi 1.785 194.685
Tomat 809 134.509
Jumlah 8.665 854.360
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi, 2012 (diolah)

4
Kabupaten Sukabumi terdiri atas 47 kecamatan yang tersebar dibeberapa
daerah. Adapun sentra penghasil komoditas kacang panjang terdapat di lima
Kecamatan diantaranya : Kecamatan Nagrak, Parung Kuda, Bojong Genteng, Warung
Kiara dan Pelabuhan Ratu.

Tabel 6. Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Kacang Panjang di Kabupaten


Sukabumi Tahun 2010 -2011
2010 2011
Rata-Rata
Produksi Luas Produksi Luas
Kecamatan Produktivitas
(Kw) Panen (Kw) Panen (Ha)
(ton/ha)
(Ha)
Nagrak 2.649 26 5.625 135 7,18
Bojong 5.440 63 3.950 55 7,91
Genteng
Parung Kuda 10.500 78 7.766 41 16,20
Pelabuhan 4.965 31 5.140 34 15,57
Ratu
Warung Kiara 5.596 60 7.700 99 8,55
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi, 2012 (diolah)

Berdasarkan Tabel 6, kenaikan areal luas panen kacang panjang pada rentang
waktu tahun 2010-2011 yang tertinggi adalah Kecamatan Nagrak dengan kenaikan
luas areal panen seluas 109 ha, serta diikuti dengan kenaikan persentase produksi
sebesar 112,34 persen, kemudian diikuti oleh Kecamatan Warung Kiara dengan
persentase kenaikan produksi sebesar 37,60 persen.
Selain itu berdasarkan Tabel 7, luas areal tanam komoditas kacang penjang
memiliki tingkat luas areal tanam terbesar dibandingkan dengan jenis komoditas
lainnya yang dibudidayakan di Kecamatan Nagrak. Hal ini menggambarkan bahwa
komoditas kacang panjang banyak dibudidayakan di Kecamatan Nagrak dan penting
untuk dikembangkan karena mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.

5
Tabel 7. Luas Areal Tanam Sayuran di Kecamatan Nagrak Per Hektar Tahun 2011
No Desa Kacang Panjang Caisin Mentimun
1 Kalaparea 13 10 11
2 Giri Jaya 9 8 5
3 Darmareja 11 7 4
4 Pawenang 19 13 15
5 B. Panjang 18 14 10
6 Cisarua 8 7 6
7 Cihanyawar 13 10 4
8 Nagrak Utara 7 8 3
9 Nagrak Selatan 9 8 4
10 Balaikambang 6 7 2
Jumlah 113 92 64
Sumber: Monografi Kecamatan Nagrak (2012)

1.2 Perumusan Masalah


Kecamatan Nagrak merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Sukabumi
yang sebagian besar masyarakatnya mengusahakan kacang panjang sebagai
komoditias utama pertaniannya. Hal tersebut dapat dilihat dari Tabel 7, yang
menggambarkan luas areal tanam kacang panjang dengan dua komoditas sayuran
lainnya di Kecamatan Nagrak, dengan total luas areal tanam sebesar 113 hektar dan
lebih tinggi dibandingkan dengan luas areal tanam caisin sebesar 92 hektar dan timun
sebesar 64 hektar. Namun masih terdapat beberapa kendala yang dialami oleh para
petani kacang panjang di Kecamatan Nagrak, yaitu tingkat produktivitas kacang
panjang yang dihasilkan masih rendah.
Komoditas kacang panjang yang dibudidayakan di Kecamatan Nagrak
memiliki rata-rata produktikvitas paling rendah dibandingkan dengan Kecamatan
sentra penghasil kacang panjang lainnya, walaupun dilihat dari total kenaikan luas
areal panen rentang waktu tahun 2010 hingga tahun 2011, Kecamatan Nagrak
memiliki tingkat kenaikan tertinggi yaitu sebesar 109 hektar, sehingga menjadi
Kecamatan yang mempunyai tingkat luas areal panen terbesar dibandingkan
Kecamatan lainnya dengan total luas areal panen sebesar 135 hektar (Tabel 6).
Namun peningkatan luas areal panen ini tidak serta merta meningkatkan produktivitas
kacang panjang yang dihasilkan.

6
Tingkat rata-rata produktivitas kacang panjang yang dihasilkan di Kecamatan
Nagrak yaitu sebesar 7,18 ton per hektar (Tabel 5). Menurut informasi yang
didapatkan melalui Petugas Penyuluh Lapang (PPL) tingkat produktivitas kacang
panjang di Kecamatan Nagrak masih bisa ditingkatkan dan optimalnya mampu
mencapai 15-20 ton per hektar, kondisi ini menyebabkan adanya kesenjangan (Gap)
yang akan berdampak pada tingkat pendapatan yang diperoleh petani.
Mengkaji permasalahan mengenai tingkat produktivitas sangat berkaitan erat
dengan penggunaan faktor-faktor produksi di dalamnya. Kombinasi penggunaan
faktor-faktor produksi sangat menentukan jumlah produksi komoditi kacang panjang
yang akan dihasilkan agar kegiatan usahatani yang dijalankan senantiasa dapat
memberikan keuntungan, sehingga alokasi faktor-faktor produksi bisa berjalan lebih
optimal. Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka yang menjadi pertanyaan
yang akan dikaji pada penelitian ini adalah :
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi usahatani kacang panjang di
Kecamatan Nagrak ?
2. Apakah usahatani kacang panjang yang dilakukan di Kecamatan Nagrak
Kabupaten Sukabumi masih menguntungkan ?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi kegiatan usahatani
kacang panjang di Kecamatan Nagrak
2. Menganalisis tingkat pendapatan petani kacang panjang di Kecamatan Nagrak

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan sebagai masukan bagi para
petani kacang panjang khususnya petani di Kecamatan Nagrak, selain itu kegiatan
penelitian ini sekaligus dapat memberikan informasi bagi penulis serta
mengembangkan wawasan dalam menangani permasalahan dibidang agribisnis.

7
Semoga hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sumber informasi dan bahan
referensi bagi penelitian berikutnya

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Kegiatan penelitian ini hanya membahas tentang komoditi kacang panjang
dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan pendapatan
usahatani kacang panjang dengan cara melakukan studi kasus para petani di
Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi.

8
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Kacang Panjang


Kacang panjang (vigna sinensis) adalah salah satu jenis tanaman hortikultura
yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, baik sebagai sayuran maupun sebagai
lalapan. Kacang panjang dapat tumbuh optimal pada jenis tanah latosol/lempung,
subur, gembur serta banyak mengandung bahan organik dengan ketinggian kurang
dari 800 m dpl. Suhu yang dibutuhkan untuk budidaya kacang panjang berkisar
antara 20-30 derajat celcius dengan curah hujan 600-1.500 milimiter per tahun, selain
itu tanaman ini mempunyai akar tanaman yang berbintil dan terdapat bakteri
rhizobium sp yang berfungsi untuk mengikat nitrogen bebas dari udara dan
merubahnya menjadi bentuk yang dibutuhkan tanaman, oleh karena itu tanaman
kacang panjang ini tidak terlalu membutuhkan banyak pupuk yang mengandung
unsur N terlalu tinggi (Salanti 2008).
Untuk mendapatkan produksi yang optimal, dibutuhkan benih kacang panjang
yang berkualitas dengan ciri-ciri mempunyai daya kecambah 85 persen, tidak rusak
atau cacat dan tidak mengandung wabah hama dan penyakit atau bisa menggunakan
benih kacang panjang hibrida yang sudah terjamin kualitasnya. Adapun jarak tanam
yang dibutuhkan untuk membudidayakan kacang panjang sekitar 20 x 50 centimeter
atau 30 x 40 centimeter dengan kebutuhan benih 10-15 kilogram per hektar dengan
waktu tanam sepanjang musim selama air tanahnya memadai, karena tumbuhan
kacang panjang memerlukan banyak air agar pertumbuhan tanamannya optimal.
Umur panen kacang panjang berkisar antara 3-4,5 bulan. (Rikmawati, 2011).

2.2 Perkembangan Komoditi Kacang Panjang


Tanaman kacang panjang merupakan salah satu jenis sayuran yang cukup
populer di masyarakat Indonesia dikarenakan komoditi kacang panjang sangat mudah
untuk didapatkan dan menjadi salah satu lalapan maupun sayuran yang sering
disajikan dalam bentuk masakan oleh masyarakat Indonesia. Berdasarkan data BPS
(2011), selama beberapa tahun terakhir periode antara tahun 2008 sampai 2010
produksi nasional kacang panjang cenderung mengalami peningkatan, sedangkan

9
pada tahun 2011 produksi kacang panjang sedikit mengalami penurunan, namun
penurunan tingkat produksi kacang panjang tidak sampai menyentuh angka terendah
seperti pada tahun 2008, data lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Produksi Nasional Kacang Panjang Tahun 2008-2011


Tahun Produksi (Ton)
2008 455.524
2009 483.793
2010 488.174
2011 458.307
Sumber : BPS (2012)

2.3 Analisis Pendapatan Usahatani


Keberhasilan suatu usahatani yang dilakukan bisa dinilai berdasarkan
seberapa besar tingkat pendapatan yang diperoleh petani. Penelitian mengenai
analisis pendapatan telah banyak dilakukan, diantaranya penelitian analisis
pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah kriting di
Desa Citapen Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor oleh Siregar (2011), penelitian
analisis efisiensi teknis dan pendapatan usahatani caisim di Desa Ciaruteun Llir
Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor oleh Prathama (2012), penelitian yang
dilakukan oleh Sujana (2010) mengenai analisis pendapatan dan faktor-faktor
produksi yang mempengaruhi usahatani tomat di Desa Lebak Ciwidey, Kabupaten
Bandung dan analisis pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
usahatani wortel di Kabupaten Tegal oleh Pasaribu (2007).
Berdasarkan penelitian mengenai analisis pendapatan yang dilakukan oleh
keempat peneliti tersebut menunjukkan bahwa usahatani yang dilakukan terhadap
cabai merah kriting di desa Citapen, Caisin di Desa Cibungbulang, usahatani tomat
di Ciwidey dan wortel di Kabupaten Tegal dikatakan efisien dan menguntungkan
untuk diusahakan, dikarenakan hasil perhitungan R/C rasio atas biaya tunai dan biaya
total lebih besar dari 1, serta pendapatan atas biaya total dan biaya tunai yang
menunjukkan nilai yang cukup besar, walaupun terdapat perbedaan pendapatan yang
cukup besar diantara ketiga komoditi. Perbedaan pendapatan tersebut terutama
dipengaruhi oleh nilai komoditi yang diusahakan, namun dapat ditarik kesimpulan

10
bahwa kegiatan usahatani untuk komoditi sayuran berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh ketiga peneliti tersebut masih menguntungkan.

2.4 Analisis Faktor-Faktor Produksi


Tingkat produksi yang dihasilkan suatu komoditi sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor produksi yang digunakan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh
Prathama (2012), mengenai analisis efisiensi teknis dan pendapatan usahatani caisim
di Desa Ciaruteun Llir, Analisis pendapatan dan faktor-faktor produksi yang
mempengaruhi cabai merah keriting di Desa Citapen oleh Siregar (2011) , Sujana
(2010) mengenai analisis pendapatan dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi
usahatani tomat di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung
dan Pasaribu (2007) mengenai analisis pendapatan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi usahatani wortel di Kabupaten Tegal.
Alat analisis yang digunakan oleh Sujana, Siregar dan Pasaribu adalah analisis
Cobb-Douglass, dimana dalam penelitian yang dijelaskan oleh ketiga peneliti,
masing-masing menjelaskan bahwa faktor-faktor produksi yang digunakan dalam
proses produksi berpengaruh atau berkorelasi terhadap masing-masing komoditi yang
dijelaskan oleh ketiga peneliti tersebut. Tingkat korelasi tersebut dijelaskan
berdasarkan nilai uji F yang diperoleh masing-masing peneliti menunjukan nilai F-
hitungnya lebih besar dibandingkan F-tabel , hal ini menunjukan bahwa faktor
produksi secara bersama-sama berpengaruh terhadap produksi komoditas yang
dihasilkan.
Adapun faktor-faktor produksi yang dijelaskan oleh Prathama (2012), analisis
efisiensi teknis dan pendapatan usahatani caisim di Desa Ciaruteun Llir, Analisis
pendapatan dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi cabai merah keriting di
Desa Citapen oleh Siregar (2011), Sujana (2010) mengenai analisis pendapatan dan
faktor-faktor produksi yang mempengaruhi usahatani tomat di Desa Lebak Muncang,
Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung dan Pasaribu (2007) mengenai analisis
pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani wortel di
Kabupaten Tegal adalah benih, luas lahan, pestisida, pupuk kandang, pupuk urea,
NPK, SP-36,KCL dan tenaga kerja.

11
Pengaruh nyata dari setiap parameter dapat diketahui dengan melihat nilai t-
hitung pada setiap variabel independennya, jika nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel,
maka dapat disimpulkan bahwa setiap variabel independen berpengaruh nyata
terhadap produksi. Selain itu hasil penelitian yang dilakukan oleh Prathama, Sujana,
Siregar dan Pasaribu menunjukan bahwa koefisien determinasi (R2) pada usahatani
dari masing-masing komoditi caisim, wortel, cabai merah keriting dan tomat yang
dijelaskan oleh keempat peneliti menunjukan nilai yang lebih besar dari 50 persen
dimana nilai tersebut mengartikan bahwa model yang dihasilkan layak untuk
meramalkan kondisi kedepan secara akurat.

2.5 Keterkaitan dengan Penelitian Terdahulu


Berdasarkan referensi dari kegiatan penelitian sebelumnya penulis mencoba
untuk menganalisis pendapatan dan faktor-faktor produksi kacang panjang di
Kecamatan Nagrak. Adapun persamaan mendasar dari penelitian yang dilakukan
penulis dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh oleh Siregar (2011),
mengenai analisis pendapatan dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi cabai
merah keriting di Desa Citapen, Sujana (2010) mengenai analisis pendapatan dan
faktor-faktor produksi yang mempengaruhi usahatani tomat di Desa Lebak Muncang,
Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung dan Pasaribu (2007) mengenai analisis
pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani wortel di
Kabupaten Tegal adalah persamaan mengenai alat analisis pendapatan yaitu analisis
R/C ratio dan alat analisis fungsi produksi Cobb-Douglass, serta penentuan faktor-
faktor produksi berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu yang dijadikan acuan
untuk menganalisis faktor-faktor produksi untuk kegiatan usahatani kacang panjang.
Sedangkan perbedaan penelitian yang dilakukan penulis yaitu lokasi penelitian yang
berbeda, komoditi yang berbeda serta petani atau responden yang digunakan juga
berbeda sehingga hasil yang diharapkan dari kegiatan penelitian ini juga berbeda.

12
III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Konsep Fungsi Produksi


Lipsey et al. (1986), menyatakan bahwa fungsi produksi merupakan
hubungan antara faktor produksi yang digunakan sebagai input dalam proses produksi
dengan jumlah output yang dihasilkan (pada suatu waktu dan tingkat teknologi
tertentu). Menurut Soekartawi (2011), notasi fungsi produksi dapat dituliskan sebgai
berikut :
Y = f (X1, X2, X3……Xn)
Produksi Y dipengaruhi oleh sejumlah masukan atau input X1, X2, X3…..Xn,
dimana masukan atau input tersebut dapat dikategorikan menjadi, yaitu :
a. Input yang dapat dikuasai oleh petani seperti luas tanah, jumlah pupuk, tenaga
kerja dan lain-lain.
b. Input yang tidak dapat dikuasai oleh petani misalnya iklim
Untuk mengukur tingkat produktivitas dari suatu produksi dapat digunakan
dua tolak ukur yaitu produk marjinal (PM) dan produk rata-rata (PR). Menurut
Lipsey et al (1986), produk rata-rata didefinisikan sebagai produk total per satu
satuan produksi variabel. Sedangkan produk marjinal didefinisikan sebagai perubahan
dari produk total yang disebabkan oleh perubahan satu unit faktor produksi.
Perubahan suatu produksi bisa disebabkan oleh adanya penggunaan faktor
produksi dapat dinyatakan dengan elastisitas produksi. Hastuti dan Rahim (1986),
mendefinisikan elastisitas produksi sebagai persentase perbandingan dari hasil
produksi atau output sebagai akibat dari persentase perubahan dari input atau faktor
produksi, atau dengan kata lain persentase perubahan hasil atau produk pertanian
dibandingkan dengan persentase perubahan input atau korbanan.

13
(Output)

(Input)

Y (Output)

X (Input)

Gambar 1. Kurva Produk Total, Produk Marginal, dan Produk Rata-Rata


Sumber : Lipsey et al, 1986

1. Pada waktu kurva produksi total naik, kurva produksi rata-rata dan kurva produksi
marjinal bisa naik bisa turun.
2. Pada waktu kurva produksi total mencapai titik balik (titik A), kurva produksi
marjinal mencapai maksimum. Titik dimana kurva produksi marjinal mencapai
maksimum merupakan titik mulai menurunnya produksi marjinal mencapai
maksimum merupakan titik mulai menurunnya produksi marjinal
3. Produksi marjinal sama dengan nol pada waktu kurva produksi total mencapai
maksimum

14
4. Produksi rata-rata akan mencapai maksimum pada waktu kurva produksi total
menyinggung garis lurus yang ditarik melalui titik (0,0). Titik produksi rata-rata
maksimum merupakan titik mulai menurunnya produksi rata-rata
5. Kurva produksi rata-rata bergerak naik selama kurva produksi marjinal berada
diatas kurva produksi rata-rata. Kurva produksi marjinal akan memotong kurva
produksi rata-rata di titik produksi rata-rata maksimum. Pada waktu kurva
produksi rata-rata menurun, kurva produksi marjinal akan selalu berada di bawah
kurva produksi rata-rata.
Hubungan masukan dan produksi pertanian mengikuti kaidah kenaikan hasil
yang berkurang (The Law Of Diminishing Returns). Jika suatu faktor produksi
variabel dengan jumlah tertentu ditambahkan terus menerus pada sejumlah faktor
produksi yang tetap, akhirnya akan dicapai suatu keadaan dimana setiap penambahan
satu unit faktor produksi variabel akan menghasilkan tambahan produksi yang
besarnya semakin berkurang (Lipsey et al.1986).
Menurut Lipsey et al (1986), elastisitas produksi, didefinisikan sebagai
persentase perubahan output yang diakibatkan oleh perubahan input.
1) Elastisitas produksi lebih dari satu (Ep>1)
Elastisitas produksi lebih dari satu dicapai pada waktu kurva produksi marjinal
berada diatas kurva produksi rata-rata yang menunjukan kenaikan hasil yang
bertambah. Setiap penambahan input satu persen dalam proporsi atau
perbandingan yang tetap akan menyebabkan kenaikan output yang lebih besar dari
satu persen dan keuntungan masih bisa ditingkatkan. Jadi di daerah increasing
return to scale belum tercapai pendapatan yang maksimum karena pendapatan
masih bisa diperbesar apabila pemakaian input variabel dinaikan
2) Elastisitas produksi sama dengan satu (Ep=1)
Elastisitas produksi sama dengan satu dicapai pada saat produksi rata-rata
maksimum (PR=PM). Pada daerah ini, kenaikan satu persen input dalam proporsi
yang tetap akan menghasilkan kenaikan output sebesar satu persen atau constant
return to scale.

15
3) Elastisitas produksi diantara nol dan satu (0 < Ep < 1)
Pada daerah ini penambahan input sebesar satu persen akan menyebabkan
penambahan input sebesar satu persen dan paling rendah nol persen tergantung
harga input dan outputnya. Di daerah ini akan dicapai pendapatan yang
maksimum. Daerah produksi ini disebut daerah produksi rasional
4) Elastisitas produksi sama dengan nol (Ep=0)
Elastisitas produksi sama dengan nol dicapai pada waktu produksi total mencapai
maksimum atau pada waktu produksi marjinal sama dengan nol
5) Elastisitas produksi kurang dari nol (Ep<0)
Elastisitas produksi kurang dari nol dicapai pada waktu produksi total menurun
atau pada waktu produk marjinalnya negatif. Pada daerah ini, penambahan
pemakaian input akan menyebabkan penurunan produksi total. Daerah produksi ini
disebut daerah produksi yang tidak rasional.
Pemilihan model fungsi produksi yang baik dan benar hendaknya fungsi
tersebut memenuhi syarat sebagai berikut (Soekartawi, 2011) :
1. Bentuk model fungsi produksi itu dapat dipertanggungjawabkan.
2. Bentuk model fungsi produksi itu mempunyai dasar yang logik secara fisik
maupun ekonomi.
3. Mudah dianalisis.
4. Mempunyai implikasi ekonomi.
Berbagai macam model fungsi produksi menurut Soekartawi (2011), antara
lain : Fungsi Produksi Polinominal Kuadratik, Fungsi Produksi Transedental, dan
Fungsi Produksi Cobb-Douglass.
Fungsi produksi polinominal kuadratik mempunyai nilai maksimum. Nilai
maksimum akan tercapai bila turunan pertama dari fungsi tersebut sama dengan nol.
Fungsi produksi transendental mampu menggambarkan fungsi dimana produk
marjinal dapat menaik, menurun, dan menurun dalam negatif (Negative Marginal
Product). Kelemahan yang dimiliki oleh fungsi transdental yaitu model tidak dapat
digunakan apabila terdapat faktor produksi yang nilainya nol. Fungsi produksi Cobb-
Douglass memiliki beberapa kelebihan, diantaranya yaitu a) perhitungannya, b)

16
model ini dapat dibuat dalam bentuk linier, c) pada model ini koefisien pangkatnya
menunjukkan besarnya elastisitas produksi dari masing-masing faktor produksi, d)
dari penjumlahan koefisien elastisitas masing-masing faktor produksi, dalam fungsi
produksi menunjukkan fungsi skala usaha. Kelemahan-kelemahan umum yang
ditemukan dalam fungsi produksi Cobb-Douglass diantaranya adalah kesalahan
pengukuran variabel akan menyebabkan besarnya elastisitas menjadi terlalu tinggi
atau terlalu rendah, dan data tidak boleh ada yang nol atau negatif (Soekartawi, 2011)

3.1.2 Fungsi Produksi Cobb-Douglass


Menurut Hastuti dan Rahim (2008) mengemukakan bahwa produksi hasil
komoditas (on-farm) sering disebut korbanan produksi karena faktor produksi
tersebut dikorbankan untuk menghasilkan komoditas pertanian. Oleh karena itu untuk
menghasilkan suatu produk diperlukan hubungan antara faktor produksi (input) dan
komoditas (output), hubungan antara input dan output disebut dengan factor
relationship. Secara matematik, dapat dituliskan dengan menggunakan analisis fungsi
produksi Cobb-Douglass. Fungsi produksi Cobb-Douglass adalah suatu fungsi atau
persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel (variabel bebas/independent
variable dan variabel tidak bebas/ dependent variable). Beberapa alasan memilih
fungsi Cobb-Douglass diantaranya (Soekartawi,1990) :
1. Penyelesaian fungsi produksi Cobb-Douglass dapat dibentuk kedalam bentuk
linier
2. Hasil pendugaan fungsi produksi Cobb-Douglass akan menghasilkan koefisien
regresi sekaligus menunjukan besaran elastisitas
3. Besaran elastisitas sekaligus menunjukan tingkat return to scale
4. Merupakan pendugaan terhadap keadaan skala usaha dari proses produksi yang
berlangsung
5. Bentuk linier dari fungsi Cobb-Douglass ditransformasikan dalam bentuk log e
(ln) dalam bentuk tersebut variasi data menjadi sangat kecil, hal ini dilakukan
untuk mengurangi terjadinya heterokedastisitas

17
Secara matematis persamaan fungsi produksi Cobb-Douglass dapat ditulis
sebagai berikut :
Y = b0 X1b1 X2b2 ........Xnbneu
dimana :
Y = produksi
X = input produksi
b = besaran yang akan diduga
u = kesalahan
e = logaritma natural (e = 2,718)
Untuk menaksir parameternya harus ditransformaskan kedalam bentuk double
logaritma natural (Ln) sehingga merupakan bentuk linier berganda yang dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Ln Y = ln b0 + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 Ln X3 ..............bn Ln Xn + u

dimana :
Y : produksi komoditas pertanian
bo : intercep/konstanta
b1 .bn : koefisien arah regresi masing-masing input produksi X1....Xn
X1.Xn : input produksi
u : ganggguan stokhastik atau kesalahan (disturbance term)
Nilai b1, b2, b3,.....bn pada fungsi produksi Cobb-Douglass adalah sekaligus
menunjukan elastisitas X terhadap Y. Menurut Soekartawi (1990), penyelesaian
fungsi produksi Cobb-Douglass selalu dilogaritmakan dalam bentuk fungsi linier,
maka terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam menggunakan fungsi
produksi Cobb-Douglass, yaitu :
1. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol
2. Perlu asumsi tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan
3. Tiap variabel X adalah perfect competition
4. Perbedaan lokasi seperti iklim sudah tercakup pada kesalahan (u)

3.1.3 Penerimaan Usahatani


Soekartawi et al. (2011), berpendapat bahwa penerimaan dinilai berdasarkan
perkalian antara total produksi dengan harga pasar yang berlaku, mencakup semua
produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan dalam usahatani

18
benih, digunkan untuk pembayaran, dan yang disimpan. Sedangkan menurut
Suratiyah (2008), penerimaan usahatani adalah seluruh pendapatan yang diperoleh
dari ushatani selama satu periode diperhitungkan dari hasil penjualan atau penaksiran
kembali (Rp). Pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut :
TR = Y x Py
Dimana : TR = Total Penerimaan
Y = Produksi yang diperoleh dalam satu tahun
Py = Harga Y
Menurut Soekartawi et al. (2011), beberapa istilah yang sering digunakan
dalam melihat penerimaan usahatani adalah :
1. Penerimaan tunai usahatani yang didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima
dari penjualan produk usahatani. Penerimaan tunai tidak mencakup yang berupa
benda, sehingga nilai produk usahatani yang dikonsumsi tidak dihitung sebagai
penerimaan tunai usahatani, penerimaan tunai usahatani yang tidak berasal dari
penjualan produk usahatani seperti pinjaman tunai harus ditambahkan
2. Penerimaan tunai luar usahatani, yang berarti penerimaan yang diperoleh dari luar
aktivitas usahatani seperti upah yang diperoleh dari luar usahatani
3. Penerimaan kotor usahatani yang didefinisikan sebagai penerimaan dalam jangka
waktu tertentu, biasanya satu tahun atau satu musim, baik yang dijual (tunai)
maupun yang tidak dijual (seperti konsumsi keluarga, bibit, pakan, ternak).
Penerimaan kotor juga sama dengan pendapatan kotor atau nilai produksi.

3.1.4 Biaya Usahatani


Kegiatan usahatani seringkali tidak terlepas dari adanya pengeluaran atau
biaya yang digunakan untuk kegiatan produksi yang besarnya biaya tersebut sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi yang digunakannya. Komponen biaya
tersebut dapat dipisahkan menjadi biaya tunai, biaya tidak tunai, sedangkan
penjumlahan dari komponen biaya tunai dan tidak tunai disebut biaya total. Menurut
Soekartawi et al. (2011), biaya tunai usahatani didefinisikan sebagai jumlah uang
yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani, sedangkan biaya

19
total usahatani didefinisikan sebagai nilai semua masukan yang habis terpakai atau
dikeluarkan didalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani.
Adapun biaya total usahatani dapat dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya
tidak tetap. Menurut Suratiyah (2008), biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang
besarnya tidak dipengaruhi besarnya produksi, sedangkan biaya tidak tetap (variable
cost) yaitu biaya yang besarnya dipengaruhi oleh besarnya produksi. Sedangkan
menurut Soekartawi et al. (2011) biaya tetap (fixed cost) ialah biaya usahatani yang
besar kecilnya tidak bergantung dari besar kecilnya output yang diperoleh dan biaya
tidak tetap (variable cost) didefinisikan biaya yang dikeluarkan untuk usahatani yang
besar kecilnya dipengaruhi oleh perolehan output

3.1.5 Pendapatan Usahatani


Soekartawi et al. (2011), menjelaskan bahwa terdapat beberapa definisi yang
digunakan untuk melihat analisis pendapatan usahatani diantaranya :
1. Pendapatan kotor usahatani (gross farm income) didefinisikan sebagai nilai produk
total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun tidak dijual
dengan jangka waktu pembukuan umumnya setahun.
2. Pendapatan tunai usahatani (farm net cash flow) yaitu selisih antara penerimaan
tunai dan pengeluaran tunai usahatani dan merupakan kemampuan suatu usahatani
untuk menghasilkan uang tunai
3. Pendapatan bersih usahatani (net farm income) merupakan selisih anatara
pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total. Pendapatan bersih usahatani
mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari faktor-faktor produksi
kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang
diinvestasikan kedalam usahatani.
Suratiyah (2008), menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
pendapatan usahatani dibagi menjadi dua yaitu faktor-faktor intern dan ekstern.
Faktor intern usahtani yang mempengaruhi pendapatan usahatani yaitu kesuburan
lahan, luas lahan garapan, ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan modal dalam
usahatani, penggunaan input teknologi, pola tanam, lokasi tanaman, fragmentasi
lahan, status penguasaan lahan, cara pemasaran output, efisiensi penggunaan input

20
dan tingkat pengetahuan maupun keterampilan petani dan tenaga kerja. Adapun yang
mempengaruhi faktor ekstern usahatani diantaranya sarana transportasi, sistem
tataniaga, penemuan teknologi baru, fasilitas irigasi, tingkat harga output dan input,
ketersediaan lembaga perkreditan, adat istiadat masyarakat dan kebijakan pemerintah.

3.1.6 Rasio Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Rasio)


Pendapatan merupakan tolak ukur dalam melakukan kegiatan usahatani, selain
mengukur tingkat pendapatan mutlak dapat pula tingkat keberhasilan usahatani itu
diukur berdasarkan tingkat efisiensi pendapatan yaitu penerimaan untuk setiap biaya
yang dikeluarkan atau imbangan penerimaan dan biaya atau R/C rasio (revenue and
cost ratio). Analisis ini digunakan untuk mengukur keuntungan relatif yang diperoleh
dari suatu kegiatan usahatani berdasarkan perhitungan finansial, dimana R/C dapat
menunjukan besarnya penerimaan yang diperoleh dengan pengeluaran dalam satu
satuan biaya.

3.1.7 Konsep Usahatani


Menurut Prawirokusumo dalam Soekartawi et al (2011) usahatani merupakan
suatu kegiatan bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien pada suatu usaha
pertanian, peternakan, perikanan. Sedangkan menurut Hastuti dan Rahim (2008),
usahatani merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau
faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, pestisida)
dengan efektif, efisien dan kontinyu untuk menghasilkan produk yang tinggi sehingga
pendapatan usahanya meningkat. Suratiyah (2008), mengkalasifikasikan usahatani
sebagai berikut :
1. Corak dan Sifat
Menurut corak dan sifat dibagi menjadi dua, yakni komersial dan subsistence.
Usahatani komersial telah memperhatikan kualitas serta kuantitas produk
sedangkan usahatani subsistence hanya memenuhi kebutuhan sendiri.
2. Organisasi
Menurut organisasinya usahatani dibagi menjadi tiga yakni, individual, kolektif
dan kooperatif.

21
a) Usaha individual adalah usahatani yang seluruh proses dikerjakan oleh petani
sendiri beserta keluarganya mulai dari perencanaan, mengolah tanah hingga
pemasaran ditentukan sendiri.
b) Usaha kolektif ialah usahatani yang seluruh proses produksinya dikerjakan
bersama oleh suatu kelompok kemudian hasilnya dibagi dalam bentuk natura
maupun keuntungan.
c) Usaha kooperatif ialah usahatani yang tiap prosesnya dikerjakan secara
individual, hanya pada beberapa keegiatan yang dianggap penting dikerjakan
oleh kelompok.
3. Pola
Menurut polanya, usahatani dibagi menjadi tiga, yakni khusus, tidak khusus, dan
campuran
a) Usahatani khusus ialah usahatani yang hanya mengusahakan satu cabang
usahatani saja, misalnya usahatani peternakan, usahatani perikanan atau
usahatani tanaman pangan.
b) Usahatani tidak khusus ialah usahatani yang mengusahakan beberapa cabang
usaha bersama-sama, tetapi dengan batas yang tegas.
c) Usahatani campuran ialah usahatani yang mengusahakan beberapa cabang
bersama-sama dalam sebidang lahan tanpa batas yang tegas.
4. Tipe
Menurut tipenya, usahatani dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan
komoditas yang diusahakan, misalnya usahatani ayam, usahatani kambing, dan
usahatani jagung. Tiap jenis ternak dan tanaman dapat merupakan tipe usahatani.
Kegiatan usahatani sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor produksi,
menurut Hastuti dan Rahim (2008), beberapa faktor yang mempengaruhi produksi
pertanian dijelaskan sebagai berikut :
1. Lahan Pertanian
Lahan pertanian merupakan penentu dari pengaruh faktor produksi komoditas
pertanian. Secara umum dikatakan, semakin luas lahan yang digarap atau ditanami
maka semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut.

22
2. Tenaga kerja
Tenaga kerja merupakan faktor penting dan perlu diperhitungkan dalam proses
produksi komoditas pertanian. Tenaga kerja harus mempunyai kualitas berpikir
yang maju seperti petani yang mampu mengadopsi inovasi-inovasi baru, terutama
dalam menggunakan teknologi untuk pencapaian komoditas bagus sehingga
mempunyai nilai jual komoditas tinggi. Ukuran tenaga dapat dinyatakan dalam
hari orang kerja (HOK) atau hari kerja orang (HKO)
3. Modal
Dalam kegiatan proses tersebut modal dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
modal tetap (fixed cost) dan modal tidak tetap (variable cost). Modal tetap terdiri
atas tanah, bangunan, mesin, dan peralatan pertanian di mana biaya yang
dikeluarkan dalam proses produksi tidak habis dalam sekali proses produksi,
sedangkan modal tidak tetap terdiri dari benih, pupuk, pestisida, dan upah yang
dibayarkan kepada tenaga kerja.
4. Pupuk
Pupuk merupakan faktor yang sangat essensial bagi tanaman, terdapat dua jenis
pupuk yang digunakan untuk tanaman diantaranya pupuk organik dan anorganik.
5. Pestisida
Pestisida sangat dibutuhkan tanaman untuk mencegah serta membasmi hama dan
penyakit yang menyerangnya. Pestisida merupakan racun yang mengandung zat-
zat aktif sebagai pembasmi hama dan penyakit pada tanaman.
6. Bibit
Bibit menentukan keunggulan dari suatu komoditas, bibit yang unggul biasanya
tahan terhadap penyakit, hasil komoditasnya berkualitas tinggi dibandingkan
dengan komoditas lain sehingga harganya dapat bersaing pasar.
7. Teknologi
Penggunaan teknologi dapat menciptakan rekayasa perlakuan terhadap tanaman
dan dapat mencapai tingkat efisiensi yang tinggi.

23
8. Manajemen
Dalam usahatani modern, peranan manajemen menjadi sangat penting dalam
mengelola produksi komoditas pertanian, mulai dari perencanaan (planning),
pengendalian (controlling) dan evaluasi (evaluation).

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional


Kacang panjang merupakan salah satu komoditi sayuran yang banyak
dibudidayakan para petani di Kecamatan Nagrak. Hal ini tidak terlepas dari letak
geografis di Kecamatan Nagrak yang cocok untuk kegiatan budidaya sayuran
khususnya kacang panjang. Kemampuan produksi kacang panjang di wilayah
Kecamatan Nagrak masih terbilang rendah dibandingkan di wilayah Kecamatan
lainnya yang menjadi sentra produksi kacang panjang, tingkat produktivitas rata-rata
komoditi kacang panjang di wilayah Kecamatan Nagrak rata-rata mencapai 7,18 ton
per hektar, padahal tingkat produktivitas optimalnya mampu mencapai 15-20 ton per
hektar. Tingkat produktivitas yang tidak optimal ini sangat berkaitan erat dengan
penggunaan input-input faktor produksi yang digunkan yang dapat berimplikasi
terhadap tingkat pendapatan yang diperoleh oleh petani pembudidaya kacang
panjang.
Peningkatan pendapatan petani kacang panjang dapat dicapai jika para petani
mampu mengendalikan input-input produksi, hal itu dapat dilakukan dengan cara
mengetahui faktor-faktor produksi yang mempengaruhi tingkat produktivitas kacang
panjang. Hasil analisis pendapatan dan faktor-faktor produksi kacang panjang
diharapkan dapat memberikan rekomendasi bagi para petani kacang panjang.
Berdasarkan uraian diatas maka kerangka pemikiran oprasional dapat dilihat seperti
pada Gambar 2.

24
Biaya Tunai
Biaya input produksi
kacang panjang Biaya Diperitungkan

Faktor-faktor produksi Harga input produksi


kacang panjang kacang panjang
π Tunai
i. Benih a. Benih
π Total
j. Pupuk kandang b. Pupuk kandang
k. Pupuk urea c. Pupuk urea
l. Pupuk Sp 36 d. Pupuk Sp 36
e. Pupuk NPK Pendapatan
m. Pupuk NPK
usahatani kacang
n. Nutrisi f. Nutrisi panjang
o. Pestisida g. Pestisida
p. Tenaga kerja h. Tenaga kerja

Efisiensi

Produktivitas Harga
Analisis
kacang Output
fungsi
panjang di Kacang
produksi
Kecamatan Panjang
Cobb-
Nagrak masih
Douglass
rendah
R/C biaya tunai
R/C biaya total

Penerimaan Usahatani Kacang


Panjang

Hasil dan rekomendasi penggunaan


faktor-faktor produksi guna
meningkatkan pendapatan petani

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Pendapatan dan Faktor-


Faktor Produksi yang Mempengaruhi Usahatani Kacang Panjang

25
IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan Kecamatan Nagrak, lokasi ini dipilih karena
merupakan salah satu sentra produksi kacang panjang di Kabupaten Sukabumi dan
dilakukan secara purposive (sengaja), kegiatan pengumpulan dan pengolahan data
akan dilakukan pada bulan Desember 2012 – Januari 2013. Selain itu, penentuan
lokasi Kecamatan Nagrak sebagai lokasi penelitian dikarenakan sebagian besar
penduduk di daerah ini bermata pencaharian sebagai petani dan letak geografis yang
cocok untuk kegiatan budidaya sayuran khususnya kacang panjang yang selalu
dibudidayakan oleh sebagian besar petani sepanjang musim.

4.2 Metode Penelitian


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder
baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data primer diperoleh dari hasil
pengamatan di lapangan dan wawancara langsung kepada petani kacang panjang di
lokasi penelitian. Data sekunder diperoleh dari literatur-literatur terkait yang
diperoleh dari buku, artikel, jurnal, internet, hasil-hasil penelitian terdahulu serta
instansi atau dinas yang terkait seperti Departemen Tanaman Pangan Sukabumi, Data
Monografi Kecamatan Nagrak, Badan Pusat Statistik, Perpustakaan Pusat Institut
Pertanian Bogor dan literatul lainnya.

4.3 Metode Pengambilan Sampel


Pengambilan responden dilakukan menggunakan metode purposive sampling
dengan cara sengaja meminta rekomendasi dari ketua kelompok tani Harapan Jaya,
dengan pertimbangan bahwa ketua kelompok tani Harapan Jaya lebih mengetahui dan
mengenal kondisi para petani kacang panjang di tempat penelitian.
Sampel dipilih dengan kriteria pemilihan petani responden yang rutin
menanam kacang panjang setiap tahunnya serta mempunyai pengalaman diatas tiga
tahun dalam melakukan kegiatan budidaya kacang panjang. Dalam penelitian ini
jumlah responden yang diambil adalah 40 petani kacang panjang. Jumlah tersebut
sudah dianggap dapat merepresentasikan keadaan petani kacang panjang di

26
Kecamatan Nagrak, serta telah memenuhi persyaratan dari suatu metode penelitian
yaitu minimal sebanyak 30 orang sesuai dengan sebaran normalnya.

4.4 Metode Pengumpulan Data


Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan pengamatan
langsung dan menggunakan metode kuesioner. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kegiatan usahatani kacang panjang untuk periode satu musim
tanam pada bulan September 2012 – Desember 2012. Pengamatan langsung
(observasi) dilakukan dengan cara mengamati kegiatan ushatani kacang panjang
dilokasi penelitian, kegiatan observasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi proses
serta aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan kegiatan usahatani kacang panjang.
Selanjutnya adalah melakukan kegiatan wawancara dengan para petani kacang
panjang, hal ini bertujuan mengumpulkan serta melengkapi informasi dari kegiatan
pengamatan langsung di lokasi penelitian.

4.5 Jenis Data


Data primer dan sekunder yang diperoleh kemudian dianalisis dalam bentuk
kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif kemudian diolah dengan menggunakan
bantuan pemrograman komputer misalnya Microsoft Excel, Minitab 14. Analisis
kuantitatif ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang pendapatan dan
penggunaan faktor-faktor produksi usahatani di lokasi penelitian.

4.5.1 Analisis Fungsi Produksi


Pada kegiatan penelitian ini fungsi produksi yang digunakan untuk analisis
produksi kacang panjang dapat diduga dengan menggunakan analisis fungsi produksi
Cobb-Douglass. Fungsi produksi Cobb-Douglass merupakan suatu fungsi atau
persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel dimana variabel dependen yang
dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X) (Soekartawi, 1990). Adapun tahap-
tahap dalam menganalisis fungsi produksi adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi variabel bebas dan terikat
Identifikasi variabel dilakukan dengan mendaftarkan faktor-faktor produksi
yang diduga berpengaruh terhadap produksi kacang panjang. Pada penelitian ini

27
penentuan variabel dependen yang digunakan merujuk pada penelitian terdahulu yang
meneliti komoditas sayuran. Adapun faktor-faktor produksi yang digunakan meliputi
benih, pupuk kandang, pupuk urea, pupuk TSP, Pupuk NPK, pestisida, nutrisi, tenaga
kerja. Penggunaan lahan pada kegiatan penelitian kali ini tidak dimasukan kedalam
model dikarenakan terdapat masalah multikolinier, sehingga fungsi produksi disini
dirubah menjadi fungsi produktivitas.
2. Analisis regresi
Model dari fungsi produksi Cobb-Douglass dapat ditulis sebagai berikut :
Y = b0 X1b1 X2b2........Xnbneu
dimana :
Y = produktivitas kacang panjang
X = input produksi
b = besaran yang akan diduga
u = kesalahan
e = logaritma natural (e = 2,718)
Selanjutnya persamaan tersebut kemudian diubah dalam bentuk linier
berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut. Adapun bentuk linier
berganda rumus diatas setelah dilogaritmakan adalah :
Ln Y = ln b0 + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 Ln X3 + b4 Ln X4 + b5 Ln X5 + b6 Ln X6
+ b7 Ln X7 + b8 Ln X8 + u
dimana : Y : produktivitas kacang panjang (kg)
bo : intercep/konstanta
b1 .b8 : koefisien arah regresi masing-masing produksi X1....X8
X1 : Benih (gr)
X2 : pupuk urea (kg)
X3 : pupuk Sp 36 (kg)
X4 : pupuk NPK (kg)
X5 : Pupuk kandang (kg)
X6 : Nutrisi (lt)
X7 : Pestisida (lt)
X8 : Tenaga kerja (HOK)
u : ganggguan stokhastik atau kesalahan (disturbance term)

28
Menurut Gujarati (2006), untuk mendapatkan koefisien regresi (parameter)
linier terbaik yang tidak bias maka harus memenuhi kriteria syarat metode penduga
Ordinary Least Square (OLS). Adapun asumsi OLS tersebut diantaranya :
1) Model linier dalam koefisien (parameter)
2) Tidak terdapat multikolinier dalam variabel independen
3) Komponen error tidak berpola acak/random, menyebar normal dengan nilai
tengah nol, ragamnya homogen (Homoskedastisitas)
Selanjutnya dengan menggunakan regresi linier berganda dapat diketahui
besarnya nilai t-hitung, F-hitung, dan R2. Nilai t-hitung digunakan untuk menguji
secara statistik apakah koefisien regresi dari masing-masing parameter bebas (Xn)
yang dipakai secara terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel tidak
bebas (Y). Sedangkan nilai F-hitung digunakan untuk mengetahui apakah variabel
bebas X1,X2,X3,X4,X5,X6,X7,X8, secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap
variabel Y, jika diperleh hasil F-hitung lebih besar dari F-tabel maka variabel bebas
secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel Y. Koefisien determinasi
R2 digunakan untuk mengukur tingkat kesesuian model dugaan, yang merupakan
ukuran deskriptif tingkat kesesuian antara data aktual dengan ramalannya, semakin
tinggi nilai R2 maka semakin akurat antara data aktual dengan ramalannya.
1. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesa ini dilakukan untuk hasil dari model fungsi produksi yang
dihasilkan dari pengolahan data, pengujian yang dilakukan meliputi :
A. Pengujian terhadap model penduga
Pengujian ini untuk mengetaui bersama-sama apakah faktor-faktor produksi
berpengaruh nyata terhadap produksi kacang panjang.
Hipotesis :
H0 : b1 = b2 =..........= bi = 0
H1 : salah satu dri b ada ≠ 0

29
Uji statistik yang digunakan adalah uji F:

Keterangan:
k = Jumlah variabel termasuk intersept
n = Jumlah pengamatan atau responden
Kriteria uji:
F-hitung > F-tabel (k-1),n-k) pada taraf nyata α : tolak H0
F-hitung < F-tabel (k-1, n-k) pada taraf nyata α : terima H0
Jika F-hitung > F-tabel (k-1),n-k) pada taraf nyata α, maka dapat disimpulkan
bahwa variabel bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi, sedangkan jika
F-hitung < F-tabel (k-1, n-k) pada taraf nyata α, maka variabel secara bersama-sama
tidak berpengaruh nyata terhadap produksi. Untuk memperkuat pengujian, dihitung
besarnya koefisien determinasi (R2), semakin tinggi nilai R2 berarti model dugaan
yang diperoleh semakin akurat untuk meramalkan variabel dependent, atau dengan
kata lain tingkat kesesuian antara data aktual dengan ramalannya semakin besar.
Perhitungan koefisien determinasi dapat dituliskan sebagai berikut:

Nilai R2 maksimal adalah 1 dan minimal adalah 0. Nilai R2 mengukur


besarnya keragaman total data yang dapat dijelaskan oleh model, sisanya (1-R2)
dijelaskan oleh komponen eror.
B. Pengujian untuk masing-masing parameter
Pengujian untuk masing-masing parameter yaitu uji-t yang menguji secara
statistik bagaimana pengaruh nyata dari setiap variabel bebas (X) yang digunakan
secara terpisah terhadap variabel variabel tidak bebas (Y).
t-hitung > t-tabel (α, n-k-1) maka tolak H0
t-hitung < t-tabel (α, n-k-1) maka terima H0
dimana :
n = jumlah responden
k = jumlah variabel

30
1) Jika tolak H0, artinya variabel bebas yang digunakan berpengaruh nyata terhadap
variabel tidak bebas dari nilai produksi dalam model
2) Jika terima H0, artinya variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel
tidak bebas (produksi)
Apabila tidak menggunakan tabel, maka dapat dilihat nilai P, dengan kriteria
sebagai berikut :
1) P-value < α, maka variabel yang diuji (faktor produksi) berpengaruh nyata
terhadap variabel tidak bebas (produksi)
2) P-value > α, maka variabel yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel
tidak bebas (produksi)
C. Pengujian Homoskedastisitas
Homoskedastisitas adalah kondisi dimana komponen error pada model regresi
memiliki ragam yang sama untuk setiap variabel independen. Asumsi ini dapat dilihat
berdasarkan tingkat penyebaran nilai-nilai residual terhadap nilai-nilai prediksi. Jika
penyebarannya tidak membentuk pola yang sistematis seperti linier atau kuadratik,
maka keadaan asumsi tersebut telah terpenuhi, jika asumsi ini tidak terpenuhi maka
hasil uji signifikansi koefisien regresi disetiap variabel independen tidak valid atau
akurat.
D. Pengujian Multikolinieritas
Multikolinieritas dapat diartikan adanya hubungan linier diantara variabel
independen. Uji signifikansi koefisien regresi menjadi tidak valid, jika terdapat
hubungan linier antar variabel independen, terdapat banyak cara untuk menguji
adanya multikolinier, yaitu dengan koefisien determinasi (R2) yang tinggi namun dari
uji-t banyak variabel bebas yang tidak signifikan atau dapat juga diukur dengan
Variance Inflation Faktor (VIF) , Jika VIF > 10, maka dapat disimpulkan bahwa
model dugaan ada multikoliniearitas dan jika VIF < 10 maka model dugaan terbebas
dari adanya multikolinieritas.

31
4.5.2 Analisis Pendapatan Usahatani Kacang Panjang
Pendapatan usahatani dibedakan menjadi pendapatan atas biaya tunai dan atas
biaya total.
Perhitungan pendapatan atas biaya total adalah sebagai berikut :
Pd = TR - TC
Pd = (PxQ) – (Biaya Tunai + Biaya Diperhitungkan)
dimana :
Pd = Pendapatan total usahatani kacang panjang
TR = Penerimaan total
TC = Biaya total
P = Harga Jual (Rp)
Q = Total Produksi (Kg)
Perhitungan pendapatan tunai dapat dituliskan sebagai berikut :
Pd tunai = TR – Biaya tunai
dimana :
TR = Penerimaan total
Perhitungan total penerimaan didapat dari perkalian antara rata-rata harga jual
dengan total produksi. Dalam penelitian ini harga jual yang digunakan merupakan
harga jual rata-rata komoditas kacang panjang masing-masing petani responden
sepanjang periode panen terkahir. Biaya tunai pada kegiatan usahatani kacang
panjang meliputi biaya sarana produksi ( pupuk kandang, urea, NPK, TSP, nutrisi,
benih, pestisida), tenaga kerja luar keluarga (TKLK), tali rafia, ajir, sewa lahan dan
pajak, sedangkan biaya diperhitungkan meliputi biaya tenaga kerja dalam keluarga
(TKDK), penyusutan peralatan, lahan milik sendiri. Analisis pendapatan usahatani
kacang panjang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pendapatan dan
keuntungan yang diperoleh oleh petani responden yang ada di Kecamatan Nagrak.
Perhitungan analisis pendapatan dan R/C rasio dapat dilihat pada Tabel 9.

32
Tabel 9. Perhitungan Analisis Pendapatan dan R/C rasio Usahatani Kacang Panjang
Keterangan Jumlah Satuan Harga (Rp) Nilai (Rp)
A Penerimaan Tunai
C Total Penerimaan
D Biaya Tunai
- Pupuk kandang
- Pupuk urea
- Pupuk SP 36
- Benih kacang panjang
- Pupuk NPK
- Pestisida
-Nutrisi
- Tenaga kerja
- Tali rafia
- Ajir
-Sewa lahan
-Pajak lahan
-Iuran irigasi
Total Biaya Tunai
E Biaya diperhitungkan
- Lahan
- Penyusutan peralatan
-Tenaga kerja dalam keluarga
Total Biaya diperhitungkan
F Total Biaya (D+F)
G Pendapatan atas biaya tunai
(A-D)
H Pendapatan atas biaya total
(C-F)
I R/C rasio atas biaya tunai
(A/D)
J R/C atas biaya total (C/F)

4.5.3 Analisis R/C Rasio


Analisis R/C rasio merupakan perbandingan antara nilai output dan input
usahatani, analisis ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil yang diperoleh
dari kegiatan usahatani yang dijalankan cukup menguntungkan atau tidak, selain itu
analisis ini juga digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi usahatani. Analisis R/C
rasio dibedakan menjadi dua yaitu R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya
total. Berikut formulasi perhitungan R/C rasio :
R/C rasio atas biaya tunai = Total Penerimaan
Biaya Tunai
R/C rasio atas biaya total = Total Penerimaan
Total Biaya

33
R/C rasio merupakan besarnya penerimaan untuk setiap rupiah biaya yang
dikeluarkan dalam usahatani. Semakin tinggi nilai R/C maka semakin efisien
kegiatan usahatani yang dijalankan. Kriteria penelitian dari hasil perhitungan R/C
rasio sebagai berikut :
a. R/C rasio > 1, menunjukan bahwa dalam suatu usaha setiap satu rupiah biaya
akan menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari satu rupiah, dengan kata
lain usaha tersebut dikatakan lebih efisien
b. R/C rasio = 1, menunjukan bahwa dalam suatu usaha setiap satu rupiah biaya
akan menghasilkan penerimaan yang sama dengan satu rupiah, bisa dikatakan
usaha tersebut efisien
c. R/C rasio < 1, menunjukan bahwa dalam suatu usaha setiap satu rupiah biaya
akan menghasilkan penerimaan yang lebih kecil dari satu rupiah, dengan kata
lain usaha tersebut tidak efisien.

4.5.4 Hipotesis Penelitian


Hipotesis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kacang
panjang di Kecamatan Nagrak diantaranya:
1. Benih kacang panjang (X1)
b1>0 artinya semakin banyak benih yang digunakan dalam kegiatan produksi
maka akan semakin tinggi produksi kacang panjang
2. Pupuk urea (X2),
b2>0 artinya semakin banyak pupuk urea yang digunakan maka semakin tinggi
produksi kacang panjang yang dihasilkan.
3. Pupuk SP 36 (X3)
b3>0 artinya semakin banyak pupuk Sp 36 yang digunakan maka semakin tinggi
produksi kacang panjang yang dihasilkan.
4. Pupuk NPK (X4)
b4>0 artinya semakin banyak pupuk NPK yang digunakan maka semakin tinggi
produksi kacang panjang yang dihasilkan.

34
5. Pupuk kandang (X5)
b5>0 artinya semakin banyak pupuk kandang yang digunakan dalam proses
produksi, maka semakin tingkat produksi kacang panjang yang dihasilkan. Pupuk
kandang merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam meningkatkan
kualitas tanaman.
6. Nutrisi (X6)
b6>0 artinya semakin banyak nutrisi yang digunakan maka semakin tinggi
produksi kacang panjang yang dihasilkan.
7. Pestisida (X7)
b7>0 artinya semakin banyak pestisida yang digunakan maka semakin tinggi
produksi kacang panjang
8. Tenaga kerja (X8)
b8>0 artinya semakin banyak tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan
produksi maka semkain tinggi tingkat produksi kacang panjang yang dihasilkan.

35
V GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

5.1 Keadaan Umum dan Geografis


Kecamatan Nagrak merupakan salah satu Kecamatan yang terdapat di
Kabupaten Sukabumi. Secara geografis berada disebelah utara kantor pemerintah
Kabupaten Sukabumi dengan radius ± 69 km dari arah ibukota pelabuahn ratu, 150
km dari ibukota propinsi serta 65 kilometer dari kedudukan bakorwil di bogor.
Kecamatan Nagrak memiliki luas wilayah 7.209,48 hektar yang terdiri dari 10 Desa.
Desa tersebut meliputi Kalaparea, Giri Jaya, Darmareja, Pawenang, Babakan
Panjang, Cisarua, Cihanyawar, Nagrak Utara, Nagrak Selatan, Balaikambang.

5.2. Kependudukan dan Mata Pencaharian


Jumlah penduduk dalam wilayah Kecamatan Nagrak berdasarkan angka
penduduk pada tahun 2012, yang terdiri dari sepuluh desa adalah sebanyak 76.424
orang. Terdiri dari 36.865 orang laki-laki dan 39.559 orang perempuan. Jumlah
kepala keluarga (KK) di Kecamatan Nagrak adalah 21.671 dengan kepadatan
penduduk 11,1 jiwa per Km persegi. Mata Pencaharian penduduk Kecamatan Nagrak
beraneka ragam, yaitu sebagai petani tanaman pangan, peternak, petani ikan, buruh
tani, dan non petani. Potensi penduduk berdasarkan mata pencaharian, dapat dilihat
dalam Tabel 10.

Tabel 10.Potensi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian (KK) di Kecamatan


Nagrak Tahun 2012
Desa Tanaman Peternak Perke Perikanan Buruh Non- Jumlah
Pangan bunan tani Petani (KK)
Kalaparea 705 21 - 3 955 629 2313
Girijaya 840 20 - 4 1170 605 2639
Darmareja 1169 31 - - 476 233 1909
Pawenang 912 13 - 2 465 254 1646
Bbk. Panjang 740 15 - 5 573 179 1512
Cisarua 390 15 - - 722 1752 2879
Cihanjawar 801 9 - 3 292 328 1433
Nagrak Utara 1105 155 - - 1305 1223 3788
Nagrak 906 9 - 15 125 677 1732
Selatan
Balaikambang 750 10 - - 734 326 1820
Jumlah 8318 298 - 32 6817 6206 21671
Sumber: Monografi Kecamatan Nagrak, 2012

36
5.3 Karakteristik Petani Responden
Penelitian ini dilakukan di dua desa Kecamatan Nagrak yaitu Desa Pawenang
dan Desa Babakan Panjang dengan pertimbangan bahwa dua desa tersebut
merupakan sentra penghasil kacang panjang di Kecamatan Nagrak dan diwakilkan
oleh 40 petani responden. Beberapa karakteristik responden yang dianggap penting
meliputi status usaha, umur, pendidikan, pengalaman dalam bertani kacang panjang
dan kepemilikan lahan. Karakteristik tersebut dianggap penting karena responden
dalam penelitian sangat berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan.

5.3.1 Status Usaha


Status usaha merupakan salah satu karakteristik utama dalam proses
pengambilan keputusan dalam kegiatan usahatani, adapun responden dalam kegiatan
penelitian yang menjadikan kegiatan usahatani sebagai pekerjaan utamanya adalah
38 orang dan sisanya 2 orang menjadikan usahatani sebagai pekerjaan sampingan.
Karakteristik petani responden dapat dilihat dari status usahanya dapat dilihat pada
Tabel 11.

Tabel 11. Karakteristik Responden Petani Kacang Panjang Berdasarkan Status Usaha
Status usaha Jumlah Responden Persentase (%)
Utama 38 95
Sampingan 2 5
Jumlah 40 100

5.3.2 Usia Responden


Petani kacang panjang di Kecamatan Nagrak, berdasarkan tingkat umurnya
dimulai dari usia 27 tahun hingga 59 tahun. Usia petani responden di Kecamatan
Nagrak dapat diklasifikasikan kedalam beberapa kelompok umur seperti pada Tabel
12. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa petani responden didominasi oleh petani
berusia 27-36 tahun sebesar 32,5 persen dan petani berumur 37–46 dengan persentase
30 persen, diikuti petani dengan umur 47–56 tahun sebanyak 30 persen serta petani
diatas 57 tahun sebanyak 7,5 persen dari total keseluruhan responden 40 orang.

37
Tabel 12.Karakteristik Petani Responden di Kecamatan Nagrak Berdasarkan Usia
Pada Tahun 2012
Usia Responden (Tahun) Jumlah Petani (Orang) Persentase (%)
27 – 36 13 32,5
37 – 46 12 30
47 – 56 12 30
≥ 57 3 7,5
Jumlah 40 100

5.3.3 Pendidikan
Pendidikan formal merupakan salah satu karakteristik petani yang
berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan, baik dalam kegiatan usahatani
atau dalam memperoleh informasi dan penyerapan teknologi sehingga dapat
membantu dalam pengembangan kegiatan usahatani kacang panjang. Pada Tabel 13
dapat dilihat jumlah petani responden berdasarkan tingkat pendidikan formal.

Tabel 13.Karakteristik Responden Petani Kacang Panjang di Kecamatan Nagrak


Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pada Tahun 2012
Tingkat Pendidikan Jumlah Petani (Orang) Persentase (%)
SD 19 47,5
SMP 11 27,5
SMA 5 12,5
Tidak Tamat 5 12,5
Jumlah 40 100

Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa sebagian besar tingkat pendidikan


yang ditempuh oleh total 40 petani responden petani kacang panjang di Kecamatan
Nagrak yaitu pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebesar 47,5 persen, Sekolah Menengah
Pertama (SMP) sebesar 27,5 persen, diikiuti Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar
12,5 persen dan sisanya sebesar 12,5 persen tidak tamat.

5.3.4 Status Lahan


Status lahan petani responden kacang panjang di Kecamatan Nagrak
diklasifikasikan menjadi dua yaitu milik sendiri dan sewa. Berdasarkan Tabel 14
dapat dilihat jumlah petani kacang panjang yang melakukan kegiatan usahatani
dengan menggunakan lahan sendiri sebesar 75 persen, sedangkan petani kacang yang

38
menggunakan lahan sewaan dalam melakukan kegiatan usahataninya sebesar 15
persen dari total 40 petani responden.

Tabel 14.Karakterisitik Responden Petani Kacang Panjang di Kecamatan Nagrak


Berdasarkan Status Lahan Pada Tahun 2012
Status lahan Jumlah Petani (Orang) Persentase (%)
Milik 36 75
Sewa 6 15
Jumlah 40 100

5.3.5 Pengalaman Usahatani


Pengalaman usahatani merupakan salah satu penentu keberhasilan dan
pengelolaan dalam melakukan kegiatan usahatani, hal ini perlu diketahui karena
pengalaman suatu usahatani sangat berpengaruh dalam pengelolaan dan
pengorganisasian faktor-faktor produksi yang digunakan. Pengalaman petani kacang
panjang di kecamatan Nagrak dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15.Karakteristik Responden Petani Kacang Panjang di Kecamatan Nagrak


Berdasarkan Pengalaman Usahatani Pada Tahun 2012
Pengalaman Usahatani Jumlah Petani (Orang) Persentase (%)
Kacang Panjang (Tahun)
≤5 3 7,5
6 – 10 10 25
≥ 11 27 67,5
Jumlah 40 100

Pada Tabel 15, dapat dilihat bahwa dari total 40 petani responden kacang
panjang sebagian besar petani yang memiliki pengalaman usahatani lebih dari 11
tahun mendominasi yaitu sebesar 67,5 persen, diikuti dengan rentang pengalaman
usahatani antara 6–10 tahun sebesar 25 persen dan sisanya sebesar 7,5 persen
didominasi petani dengan pengalaman usahatani kurang dari 5 tahun.

5.4 Kegiatan Budidaya Kacang Panjang di Lokasi Penelitian


Kegiatan budidaya kacang panjang diawali dengan kegiatan pengolahan
lahan, pembuatan bedengan ,pemasangan ajir, pembuatang lubang tanaman,
penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pemanenan dan pasca panen.

39
5.4.1 Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah, sistem
drainase sehingga tanah menjadi gembur. Pengolahan lahan biasanya dilakukan
dengan cara beberapa tahap diantaranya, pembersihan lahan dari gulma dan bekas
tanaman sebelumnya. Selanjutnya adalah mencangkul tanah dengan cara membalikan
lapisan tanah bagian atas sehingga tanah bagian bawah terangkat ke atas, hal ini
bertujuan agar struktur tanah bisa menjadi lebih remah dan memudahkan akar
tanaman menembus tanah. Selanjutnya dilakukan pembuatan bedengan dengan
ukuran 1-1,2 meter dengan jarak antara bedengan 60-100 centimeter.
Kegiatan pemupukan dasar dengan menggunakan pupuk kandang dengan
dosis pupuk kandang mencapai 3-4 ton per hektar tergantung kondisi lahan daerah
setempat, dengan cara ditaburkan diatas bedengan lalu diaduk dengan tanah. Setelah
dilakukan pemupukan selanjutnya dilakukan kegiatan pembuatan lubang tanam
dengan kedalaman lubang tanam sekitar 2 centimeter, dengan jarak 20x40 centimeter,
20x50 centimeter atau 30x40 centimeter. Setelah pembuatan lubang tanam
selanjutnya adalah pemasang lanjaran atau ajir diantara dua lubang dengan satu
lanjaran dengan panjang ajir 190-220 centimeter.

Gambar 3. Proses Pengikatan Ajir Oleh Petani Kacang Panjang Tahun 2012

40
5.4.2 Penanaman
Benih kacang panjang yang baik dan bermutu adalah berpenampilan kusam,
daya kecambah tinggi diatas 85 persen, tidak rusak atau cacat, tidak mengandung
wabah hama dan penyakit. Benih kacang panjang yang digunakan oleh petani kacang
panjang di Kecamatan Nagrak yaitu jenis varietas katrina. Kegiatan penanaman
dilakukan dengan cara memasukan benih ke dalam lubang tanam sebanyak dua biji
per lubang tanam dengan jarak 20x40, 20x50 atau 30x40 centimeter dengan
kedalaman lubang tanam sebesar dua centimeter.

Gambar 4. Benih Kacang Panjang yang Digunakan Petani Kacang Panjang di


Kecamatan Nagrak Tahun 2012
5.4.3 Pemeliharaan
Pemeliharaan kacang panjang meliputi, penyiraman, penyiangan, penyulaman
penyemprotan obat-obatan (insektisida). Pemberian nutrisi (pupuk daun), perempelan
dan pemberian pupuk. Kegiatan penyiraman biasanya dilakukan pada saat umur
tanaman mencapai lima hari setelah tanam atau fase awal pertumbuhan benih
sebanyak satu kali sehari pada musim kemarau, dan pada musim hujan biasanya tidak
dilakukan kegiatan penyiraman. Penyulaman dimaksudkan untuk mengganti tanaman
yang mati, rusak atau kurang baik pertumbuhannya, kemudian ditanam kembali bibit
baru yang berasal dari persemaian yang terlebih dahulu.
Selain itu ada juga kegiatan perempelan, kegiatan ini dilakukan dengan cara
pemangkasan daun dan ujung batang kacang panjang, biasanya dilakukan jika

41
tanaman kacang panjang sudah terlihat rimbun, hal ini bertujuan agar pertumbuhan
daun kacang panjang tidak menghambat pertumbuhan bunga, selain itu untuk
menjaga agar tumbuhan kacang panjang dapat tumbuh normal, dilakukan kegiatan
penyiangan, biasanya dilakukan pada saat tanaman berumur 2-3 minggu setelah
tanam, tergantung pertumbuhan gulma di lapangan.
Kegiatan pemupukan awal dilakukan pada saat tanaman berumur 14 hari
setelah tanam dengan mencampurkan pupuk urea dengan TSP, kegiatan pemupukan
yang dilakukan petani kacang panjang di Kecamatan Nagrak dengan cara ditaburkan
dengan jarak dari lubang tanam sekitar 10-15 centimenter. Pemupukan susulan
kacang panjang dilakukan pada tanaman berumur 40 hari setelah tanam dan
pemupukan selanjutnya 65 -70 hari setelah tanam, dengan menggunakan pupuk NPK
14-14-17 dengan cara sistem pengecoran yaitu mencampur pupuk NPK dengan air,
dengan dosis sesuai dengan kebiasaan petani.
Selain itu petani kacang panjang di Kecamatan Nagrak sering menggunakan
nutrisi cair yang digunakan sebagai pupuk tambahan yang digunakan untuk
melengkapi unsur mikro yang tidak dimiliki oleh pupuk yang diberikan lewat akar.
Petani Kacang Panjang biasanya sering memberikan nutrisi pupuk daun dengan
merek dagang Ajib, pemberian pupuk daun biasanya dikombinasikan dengan
penggunaan pestisida, hal ini bertujuan untuk menghemat biaya tenaga kerja
penyemprotan serta menghemat waktu.

Gambar 5. Tanaman Kacang Panjang yang Ditanam Petani Kacang Panjang di


Kecamatan Nagrak Tahun 2012

42
5.4.4 Panen dan Pasca Panen
Kegiatan panen kacang panjang dilakukan pada saat umur tanaman kacang
panjang sekitar 60 hari setelah tanam, pemanenan dilakukan pada pagi hari sekitar
pukul 08.00 pagi. Ciri tanaman kacang panjang yang sudah siap dipanen adalah
ukuran polong sudah maksimal, mudah dipatahkan dan biji dalam polongnya tidak
menonjol. Kegiatan panen kacang panjang biasanya dilakukan setiap dua hari sekali
dengan jumlah total panen rata-rata mencapai 15-23 kali panen dalam satu siklus
produksi. Setelah kegiatan panen dilakukan, selanjutnya adalah kegiatan penyortiran
dengan cara mengikat kacang panjang menggunakan tali rafia dengan bobot satu
ikatan 6-7 kilogram. Seluruh petani responden memasarkan hasil panennya ke
pengumpul setempat, hal ini didasarkan adanya keterikatan modal dengan pengumpul
atau karena masalah pertimbangan harga sehingga para petani menjualnnya kepada
pengumpul yang selanjutnya dipasarkan ke pasar induk Tanah Tinggi Tangerang.

Gambar 6. Kacang Panjang yang Sudah Siap di Jual Oleh Petani Kacang
Panjang di Kecamatan Nagrak Tahun 2012

43
VI ANALISIS FAKTOR PRODUKSI KACANG PANJANG

6.1 Analisis Model Fungsi Produksi


Analisis model fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi produksi Cobb
Douglass. Jumlah responden petani kacang panjang yang digunakan sebanyak 40
responden. Data yang yang dikumpulkan meliputi data variabel dependen atau
dijelaskan yaitu berupa data produksi dan data variabel independen seperti tenaga
kerja, benih, urea, SP 36, NPK, nutrisi dan pestisida. Fakor produksi yang digunakan
dalam usahatani responden dikonversi kedalam satuan luasan lahan yang sama,
sehingga perbandingan faktor usahatani lebih mempengaruhi pada setiap faktor
produksi. Data rata-rata penggunaan faktor-faktor produksi per hektar yang
digunakan dalam usahatani kacang panjang di Kecamatan Nagrak dapat dilihat pada
Tabel 16.

Tabel 16. Rata-Rata Penggunaan Faktor Produksi Per Hektar Per Satu Musim Tanam
Pada Usahatani Kacang Panjang di Kecamatan Nagrak Pada Tahun 2012
No Uraian Satuan Jumlah
1 Benih Gram 8790,25
2 Pupuk Kandang Kg 5320,08
3 Urea Kg 58,02
4 NPK Kg 158,42
5 TSP Kg 119,13
6 Nutrisi Liter 1,51
7 Pestisida Liter 0,81
8 Tenaga Kerja HOK 527,04

6.1.1 Analisis Model Fungsi Produksi Kacang Panjang


Berdasarkan hasil olahan minitab dengan menggunakan data yang diperoleh
dari hasil penelitian, maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi dan hasil
produksi pada petani kacang panjang di Kecamatan Nagrak berkolerasi secara
bersama-sama terhadap tingkat produksi kacang panjang, hal ini didasarkan terhadap
nilai uji F-hitung yang memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan dengan nilai F-
tabelnya. Nilai uji – F yang diperoleh yaitu sebesar 28,07 , hal ini menunjukan bahwa

44
model dugaan nyata pada selang kepercayaan 95 persen, dimana nilai F-tabel pada
selang kepercayaan 95 persen adalah 2,27
Penggunaan faktor-faktor produksi di lapangan sangat berkaitan erat dengan
tingkat produksi yang dihasilkan, dimana penggunaan faktor produksi seperti benih,
pupuk, pestisida, nutrisi dan tenaga kerja memiliki peranan penting terhadap
perkembangan, pertumbuhan serta produktivitas kacang panjang yang dihasilkan. Uji
signifikansi model produksi pada petani kacang panjang di Kecamatan Nagrak dapat
dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17.Uji Signifikansi Model Produksi Usahatani Kacang Panjang Satu Musim
Tanam per Hektar di Kecamatan Nagrak Pada Tahun 2012
Sumber Derajat Jumlah Jumlah F-Hitung Peluang
Ragam Bebas Kuadrat Kuadrat
Tengah
Regresi 8 0,91800 0,11475 28,07 0,000
Galat 31 0,12672 0,00409
Total 39 1,04472

Selain itu dilihat dari hasil pendugaan model, ditunjukan bahwa nilai R-square
(R-sq) sebesar 87,9 persen, dan nilai determinasi terkorelasi (R2adjusted) sebesar 84,7
persen. Nilai R-square menunjukan bahwa sebesar 87,9 persen jumlah variasi
produksi dapat dijelaskan oleh variabel benih, tenaga kerja, urea, TSP, NPK, nutrisi
dan pestisida, sedangkan 12,1 persen lagi dijelaskan fakator-faktor lain diluar model.
Berdasarkan Tabel 18, dapat dilihat beberapa faktor produksi yang
berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99 persen, 95 persen, dan 90 persen,
sedangkan dari uji multikolinieritas dapat dilihat berdasarkan nilai VIF nya yang
kurang dari 10. Berdasarkan hasil olahan minitab dapat dilihat bahwa tidak terdapat
masalah multikolinieritas dikarenakan nilai VIF masing-masing variabel independen
masih dibawah 10. Untuk uji homoskedastisitas dapat dilihat pada Lampiran 6 ,
tepatnya pada grafik Residuals Vs the Fitted Values terlihat tidak membentuk pola
atau acak artinya model penduga yang terbentuk ini terpenuhi secara asumsi uji
kriteria homoskedastisitas. Adapun fungsi produksi usahatani kacang panjang di
Kecamatan Nagrak diduga sebagai berikut :

45
Ln Y = 3,36+ 0,362 Ln Benih – 0,351 Ln Urea + 0,501 Ln TSP + 0,198 Ln NPK –
0,0989 Ln Pupuk Kandang + 0,0784 Ln Nutrisi +0,0262 Ln Pestisida +
0,221 Ln Tenaga Kerja

Tabel 18. Hasil Parameter Penduga Fungsi Produksi Usahatani Kacang Panjang
perhektar satu musim tanam di Kecamatan Nagrak Pada Tahun 2012
Variabel Koefisien Simpangan t-hitung P-value VIF
Regresi Baku
Konstanta 3,3617 0,7385 4,55 0,000
Ln Benih 0,36182*** 0,07467 5,18 0,000 1,3
Ln Urea -0,35066*** 0,04668 -7,51 0,000 2,1
Ln TSP 0,50135*** 0,06923 7,24 0,000 2,5
Ln NPK 0,19777*** 0,06069 3,26 0,003 1,9
Ln Pupuk Kandang -0,09894** 0,04152 -2,38 0,023 1,7
Ln Nutrisi 0,07836* 0,03911 2,00 0,054 2,5
Ln Pestisida 0,02617 0,03093 0,85 0,404 1,3
Ln Tenaga Kerja 0,22146*** 0,07467 2,97 0,006 2,7
R-sq 87,9%
R-sq (adj) 84,7%
Keterangan : * nyata pada tingkat kepercayaan 10 %
** nyata pada tingkat kepercayaan 5 %
*** nyata pada tingkat kepercayaan 1%

6.1.2 Analisis Elastisitas Produksi Kacang Panjang


1. Benih
Benih merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi kacang
panjang yang dihasilkan, nilai koefisien regresi benih yaitu 0,362 persen yang berarti
penambahan benih sebesar satu persen dapat meningkatkan produksi sebesar 0,362
persen dan berpengaruh nyata pada taraf α 99 persen. Hal ini disebabkan karena
benih memegang peranan penting dalam peningkatan produksi kacang panjang, benih
yang berkualitas dapat menghasilkan produksi dan kualitas kacang panjang yang
dipanen.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari lapangan jarak tanam yang
digunakan petani di daerah penelitian yaitu rata-rata 20x50 centimeter dengan jumah
benih yang ditanam sebanyak dua biji per lubang tanam. Peningkatan penggunaan
benih dapat ditingkatkan dengan cara memperkecil jarak tanam menjadi 20x40
centimeter. Penggunaan rata-rata benih kacang panjang di Kecamatan Nagrak yaitu

46
sebesar 8790 gram/ha, masih dibawah potensi maksimal penggunaan benih kacang
panjang sebanyak 20.000 gram per hektar.2 Kurangnya penggunaan benih hibrida ini
diakibatkan harga benih hibrida relatif masih mahal.
2. Urea
Penggunaan variabel pupuk urea berpengaruh signifikan terhadap tingkat
produksi kacang panjang, dimana variabel lainnya konstan (cateris paribus). Nilai
elastisitas pupuk urea sebesar -0,351 menunjukan bahwa dengan adanya penambahan
pupuk urea sebesar satu persen akan menurunkan produksi kacang panjang sebesar
0,351 persen, dan berpengaruh nyata pada taraf α 99 persen. Hal ini sama seperti
yang diungkapkan oleh Pratahama (2012) yang meneliti tentang caisin, bahwa pupuk
urea memiliki pengaruh negatif terhadap produksi.
Pupuk urea mengandung unsur N, penggunaan urea secara berlebihan dapat
mengakibatkan penurunan produksi kacang panjang dikarenakan tanaman kacang
panjang tidak terlalu banyak membutuhkan pupuk yang memiliki unsur N, meskipun
unsur N diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman namun dalam dosis
tertentu. Hal ini disebabkan karena tanaman kacang panjang memiliki bakteri
rhizobium sp yang terdapat didalam akarnya yang mampu mentransformasi unsur N
di udara menjadi unsur N yang bisa diserap oleh tanaman kacang panjang
(Salanti,2008).
Oleh karena itu penggunaan pupuk urea yang melebihi dosis akan merangsang
pertumbuhan vegetatif tanaman kacang panjang yang berlebihan dan berdampak
buruk terhadap pertumbuhan generatif tanaman kacang panjang yang dapat
mengakibatkan turunnya produksi kacang panjang, sehingga dosis pupuk urea yang
dibutuhkan tidak sebanyak pupuk lainnya, terbukti dosis penggunaan pupuk di tempat
penelitian sebanyak 58,02 kilogram per hektar yang sudah berada diatas anjuran
penggunaan pupuk urea sebanyak 25-30 kilogram per hektar.3

2
Departemen Pertanian.Budidaya Kacang Panjang. http ://cybexdeptan.go.id (diakses 5 Maret 2013)
3
Departemen Pertanian.Budidaya Kacang Panjang. http:cybexdeptan.go.id (diakses 5 Maret 2013)

47
3. TSP/SP 36
Pupuk TSP atau Sp 36 mengandung unsur P yang berfungsi dalam memacu
pertumbuhan bunga dan pemasakan buah. Nilai koefisien regresi pupuk TSP sebesar
0,501 yang berarti penambahan satu persen pupuk urea dapat meningkatkan produksi
sebesar 0,501 persen dan berpengaruh nyata terhadap produksi kacang panjang.
Kondisi di lapangan menggambarkan penggunaan pupuk TSP masih kurang dengan
rata-rata penggunaan pupuk TSP sebanyak 119,13 kilogram per hektar dan masih
dibawah anjuran pemakaian yaitu sebesar 300 kilogram per hektar4. Penggunaan
pupuk TSP masih bisa ditambahkan untuk meningkatkan produksi kacang panjang.
4. NPK
Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang mengandung unsur N, P dan K
yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat nilai
koefisien regresi variabel NPK sebesar 0,198 dan berpengaruh nyata pada taraf α 99
persen yang menunjukan bahwa peningkatan penggunaan pupuk NPK sebesar satu
persen dapat meningkatkan produksi kacang panjang sebesar 0,198 persen cateris
paribus. Berdasarkan observasi di lapangan penggunaan pupuk NPK sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan produksi kacang panjang, selain itu penggunaan
pupuk NPK juga lebih praktis dan efisien dikarenakan unsur makro yang terkandung
didalamnya mencakup semua unsur makro yang dibutuhkan oleh tanaman kacang
panjang.
5. Pupuk Kandang
Pupuk kandang berpengaruh nyata pada taraf α 95 persen, dan mempunyai
nilai koefisien regresi sebesar -0,0989 yang berarti penambahan sebesar satu persen
pupuk kandang dapat menurunkan produksi kacang panjang sebesar 0,0989 persen.
Pupuk kandang mempunyai unsur hara N,P dan K, namun dalam jumlah yang kecil
dan berperan penting bagi pertumbuhan tanaman, menaikan daya menahan air,

4
Departemen Pertanian.Budidaya Kacang Panjang..http.//cybexdeptan.go.id (diakses 5 Maret 2013)

48
banyak mengandung mikroorganisme yang dapat mensintesa senyawa-senyawa
tertentu sehingga berguna bagi tanaman.
Berdasarkan kondisi dilapangan sebagian besar para petani kacang panjang
menggunakan pupuk kandang yang berasal dari kotoran domba kotoran ayam dengan
penggunaan pupuk kandang di tempat penelitian sebesar 5320,08 kilogram per
hektar, sudah melebihi dosis yang dianjurkan yaitu sebesar 4.000-5000 kilogram per
hektar.5 Seperti kasus yang pernah terjadi pada petani kacang panjang di Kecamatan
Nagrak yang pernah mengalami penurunan produksi yang disebabkan penggunaan
pupuk kandang yang berlebihan dampaknya adalah terhambatnya pertumbuhan bunga
tanaman kacang panjang, hal ini sesuai dengan pernyataan Marsono (2009), tentang
penggunaan pupuk kandang secara berlebihan dapat mempercepat dan mempersubur
tanaman yang justru dapat berdampak pada penurunan produksi tanaman .
6. Nutrisi
Nutrisi yang digunakan oleh petani PPC (pupuk pelengkap cair) dengan
merek dagang ajib, nutrisi ini digunakan untuk merangsang pertumbuhan bunga dan
sering digunakan secara bersamaan dengan pestisida pada waktu kegiatan
penyemprotan, hal ini bertujuan untuk menghemat waktu dan biaya. Variabel nutrisi
mempunyai nilai koefisien regresi positif yaitu 0,0784 dan berpengaruh nyata pada
taraf α 90 persen. Hal ini menunjukan bahwa setiap penambahan nutrisi sebesar satu
persen pestisida akan kenaikan produksi kacang panjang sebesar 0,0784 persen.
Penggunaan masih bisa ditingkatkan untuk meningkatkan produksi kacang panjang.
Selama ini kurangnya penggunaan nutrisi disebabkan kendala harga yang relatif
mahal, dan petani cenderung menghemat penggunaan nutrisi untuk kacang panjang.
7. Pestisida
Pestisida berfungsi untuk mencegah dan membasmi hama dan penyakit yang
menyerang tanaman kacang panjang, adapun pestisida yang digunakan oleh petani
diantaranya decis dan score. Penggunaan pestisida berpengaruh positif dan tidak
nyata. Nilai elastisitas pestisida sebesar 0,0262 menunjukan bahwa penambahan

5
Departemen Pertanian.Budidaya Kacang Panjang.http.cybexdeptan.go.id (diakses 5 Maret 2013)

49
pestisida sebesar satu persen dapat meningkatkan produksi kacang panjang sebesar
0,0262 persen, ceteris paribus. Penggunaan pestisida biasanya dikombinasikan
dengan penggunaan nutrisi, hal ini menyebabkan pestisida tidak berpengaruh nyata
terhadap produksi kacang panjang, selain itu adanya penggunaan pestisida yang sama
secara terus menerus dapat menyebabkan hama pada tanaman kacang panjang
menjadi resisten.
8. Tenaga Kerja
Tenaga kerja mempunyai nilai koefisien regresi sebesar 0,221 , yang berarti
setiap kenaikan satu persen jumlah tenaga kerja dapat meningkatkan produksi kacang
panjang sebesar 0,221 persen, cateris paribus dan berpengaruh nyata pada taraf α 99
persen. Penambahan jumlah tenaga kerja dapat meningkatkan produksi kacang
panjang dengan kontribusi berupa adanya aktifitas pemeliharan seperti kegiatan
perempelan, penyiangan, pengecoran. Adanya aktivitas seperti kegiatan perempelan
diharapkan dapat meningkatkan jumlah produksi kacang panjang, mengingat kegiatan
perempelan bertujuan untuk membuang jumlah daun bagian bawah yang dapat
menghambat pertumbuhan bunga pada tanaman kacang panjang. Penggunaan
variabel tenaga kerja masih bisa ditingkakan mengingat nilai koefisien regresi
variabel tenaga kerja masih bernilai positif, sehingga penambahan tenaga kerja masih
bisa meningkatkan produksi kacang panjang.

50
VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KACANG
PANJANG
7.1 Penerimaan Usahatani
Penerimaan usahatani merupakan nilai yang diperoleh petani dari total
produksi yang dihasilkan. Penerimaan hasil penjualan produksi kacang panjang,
merupakan nilai perhitungan dari 40 petani responden per hektar pada satu musim
tanam. Penerimaan yang diperoleh oleh petani responden dari produktivitas rata-rata
sebesar 9762,35 kg per hektar, Jika dilihat dari harga jual kacang panjang di tingkat
petani, komoditas ini memiliki tingkat harga yang fluktuatif berkisar antara Rp 3.300
per kilogram hingga Rp 5.100 per kilogram, dan didapat harga rata-rata dari total 40
petani yang dijadikan responden dalam penelitian sebesar Rp 4.269. Adapun rincian
penerimaan dari usahatani kacang panjang dapat dilihat pada Tabel 19

Tabel 19. Penerimaan Rata-rata per Satu Musim Tanam per Hektar di Kecamatan
Nagrak Tahun 2012
No Keterangan Satuan Jumlah
1 Produktivitas Kg/Ha 9.762,35
2 Harga (Rp) Rp/Kg 4.269
Total Penerimaan Rp 41.675.472,2

7.2 Biaya Usahatani Kacang Panjang


Pengeluaran usahatani merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani
pada periode tanam tertentu. Pada penelitian kali ini biaya dalam usahatani kacang
panjang dikelompokan menjadi biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai itu
sendiri merupakan biaya yang benar atau riil dikeluarkan dalam kegiatan usahatani
sedangkan biaya diperhitungkan merupakan biaya yang sifatnya tidak riil namun
sebenarnya berupa biaya atau opportunity cost . Adapun yang termasuk kedalam
komponen biaya tunai diantaranya biaya benih, pupuk kandang, urea, TSP, NPK,
nutrisi, pestisida, tenaga kerja luar dan lain-lain (Tabel 20).

51
Tabel 20.Biaya Rata-Rata Usahatani Kacang Panjang Satu Musim Tanam per Hektar
di Kecamatan Nagrak
Keterangan Jumlah Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp) %Atas
Biaya
Biaya Tunai
Benih hibrida (gr) 8790,25 94 826.283,5 3,48
Pupuk kandang (kg) 5320,08 200 1.064.016 4,48
Urea (kg) 58,02 2.200 127.644 0,54
TSP (kg) 119,13 2.500 297.825 1,26
NPK (kg) 158,42 7.500 1.188.150 5,01
Nutrisi (ltr) 1,51 260.000 392.600 1,65
Pestisida (ltr) 0,81 230.000 186.300 0,79
Rafia (gulung) 15 14.800 222.000 0,94
Ajir (batang) 9.783 175 1.712.025 7,21
Tenaga Kerja Luar 392,04 25.000 9.801.000 41,30
Keluarga (HOK)
Sewa Lahan 2.857.142 12,04
Pajak lahan 57.748 0,24
Iuran irigasi 30.000 0,13
Total Biaya Tunai 18.762.733,5 79,06
Biaya Diperhitungkan
Tenaga Kerja Dalam 135 25.000 3.375.000 14,22
Keluarga (HOK)
Sewa lahan 1.428.571 6,02
diperhitungkan
Penyusutan Peralatan 164.714 0,69
Jumlah Total Biaya 4.968.285 20,94
Diperhitungkan
Jumlah Total Biaya 23.731.018,5

Berdasarkan Tabel 20, dapat dilihat biaya tunai pada usahatani kacang
panjang lebih tinggi dibandingkan dengan biaya yang diperhitungkan. Pada Tabel
diatas dapat dilihat biaya yang digunakan untuk pembelian benih hibrida dengan
varietas Katrina dengan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 826.283,5 atau 3,48
persen dari total keseluruhan biaya yang dikeluarkan. Faktor-faktor produksi lain
yang dgunakan dalam kegiatan usahatani kacang panjang adalah pupuk kandang,
urea, TSP, NPK dengan masing-masing biaya yang dikeluarkan adalah Rp 1.064.016,
Rp127.644, Rp 297.825 dan Rp 1.188.150, biaya penggunaan pupuk kandang dan
pupuk kimia pada kegiatan usahatani kacang panjang tergolong masih rendah dengan

52
persentasi biaya atas biaya total yang dikeluarkan masing-masing sebesar 4,48
persen, 0,54 persen, 1,26 persen dan 5,01 persen.
Selain itu dalam kegiatan budidaya kacang panjang tidak terlepas dengan
penggunaan nutrisi dan pestisida, penggunaan rata-rata nutrisi dan pestisida per
hektar dalam kegiatan budidaya kacang panjang adalah 1,51 liter dan 0,81 liter
dengan biaya seluruh pembelian nutrisi dan pestisida masing-masing sebesar Rp
392.600 dan Rp 186.300 atau 1,65 persen dan 0,79 persen dari total biaya seluruhnya.
Variabel lain yang terdapat dalam biaya tunai usahatani kacang panjang adalah tali
rafia yang digunakan untuk mengikat ajir dan mengikat hasil panen kacang panjang
dengan jumlah rata-rata rafia yang digunakan per hektar sebesar 15 gulung dengan
jumlah biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 222.000. Rata-rata penggunaan ajir per
hektar pada kegiatan budidaya kacang panjang adalah 9.783 batang dengan jumlah
biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1.712.025 atau 7,21 persen dari total biaya yang
dikeluarkan dalam kegiatan usahatani kacang panjang.
Pada variabel biaya tunai, faktor produksi yang dengan pengeluaran terbesar
adalah biaya penggunaan tenaga kerja luar keluarga dengan jumlah biaya yang
dikeluarkan sebesar Rp 9.801.000 atau sebesar 41,30 persen dari biaya total. Selain
biaya tenaga kerja, biaya tunai yang dikeluarkan meliputi biaya sewa lahan dan pajak
lahan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan masing-masing sebesar Rp 2.857.142
dan Rp 57.748 besar kecilnya nilai pajak lahan tergantung dari nilai NJOP lahan yang
bersangkutan.
Berdasarkan perhitungan dari sisi biaya diperhitungkan terdapat tiga variabel
yaitu tenaga kerja dalam keluarga, biaya sewa diperhitungkan, serta penyusutan
peralatan. dari ketiga biaya tersebut biaya tenaga kerja dalam keluarga memiliki nilai
biaya yang paling besar yaitu Rp 3.375.000 atau dengan total 14,22 persen dari total
biaya keseluruhan, selanjutnya yang termasuk komponen biaya diperhitungkan
diantaranya sewa lahan diperhitungkan dan penyusutan peralatan dengan total biaya
masing-masing sebesar Rp 1.428.571 dan Rp 164.714 dengan total persentase biaya
total masing-masing sebesar 6,02 persen dan 0,69 persen.

53
Berdasarkan keseluruhan biaya yang digunakan oleh petani responden kacang
panjang di Kecamatan Nagrak, total biaya tunai mendominasi biaya usahatani kacang
panjang dengan jumlah biaya keseluruhan mencapai Rp 18.762.733 atau sekitar 79,06
persen dari total keseluruhan biaya total yang dikeluarkan.

7.3 Analisis Pendapatan Usahatani Kacang Panjang


Pendapatan usahatani merupakan suatu balas jasa terhadap penggunaan
faktor-faktor produksi dan salah satu indikator keberhasilan serta memberikan
gambaran mengenai keuntungan yang diperoleh dalam suatu periode usahatani yang
dijalankan. Analisis pendapatan ini sendiri dapat dibedakan menjadi pendapatan atas
biaya tunai dan pendapatan atas biaya total.
Penerimaan petani kacang panjang di Kecamatan Nagrak saat ini termasuk
cukup tinggi dengan rata-rata harga mencapai Rp 4.269 per kilogram, namun jika
harga kacang panjang di pasar tradisional sedang anjlok harga kacang panjang bisa
mencapai Rp 1.500-2000 per kilogram, penurunan harga kacang panjang biasanya
disebabkan karena supplai kacang panjang sedang mengalami peningkatan sehingga
menyebabkan anjloknya harga kacang panjang, namun jika sedang melambung
tinggi, berdasarkan informasi yang saya dapatkan dari para pengepul setempat harga
kacang panjang bisa mencapai Rp 12.000 per kilogram dan biasanya terjadi pada saat
menjelang hari raya idul fitri.
Berdasarkan Tabel 21 dapat dilihat pendapatan atas biaya tunai kacang
panjang di Kecamatan Nagrak sebesar Rp 23.731.018,5 , nilai ini diperoleh dari
selisih antara total penerimaan dikurangi biaya tunai. Sedangkan pendapatan atas
biaya total diperoleh sebesar Rp 17.944.453,7 yang diperoleh dari selisih antara
penerimaan total dengan dengan biaya total.
Nilai R/C rasio dapat dilihat dari dua pendekatan yaitu R/C rasio atas biaya
tunai dan R/C atas biaya total. Nilai R/C rasio atas biaya tunai pada usahatani kacang
panjang diperoleh sebesar 2,22 yang berarti setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan petani
akan menghasilkan atau memperoleh penerimaan sebesar Rp 2,22, sedangkan R/C
rasio atas biaya total sebesar 1,76 yang berarti setiap biaya yang dikeluarkan sebesar
Rp 1 akan mendatangkan penerimaan sebesar Rp 1,76 . Nilai R/C rasio atas biaya

54
tunai lebih besar dibandingkan dengan biaya total, hal ini disebabkan sebagian besar
petani hanya menghitung pengeluaran atau biaya yang bersifat tunai saja, sedangkan
terdapat biaya korbanan yang lain. Berdasarkan Tabel 16 nilai dari ke R/C rasio
tersebut mempunyai nilai lebih besar dari satu sehingga dapat disimpulkan bahwa
usahatani kacang panjang di Kecamatan Nagrak efisien dan menguntungkan.

Tabel 21.Analisis Pendapatan Usahatani Kacang Panjang Satu Musim Tanam per
Hektar di Kecamatan Nagrak
Komponen Jumlah Harga Satuan Nilai (Rp) %Atas
(Rp) Biaya
Total Penerimaan 9762,35 4269 41.675.472,2
Biaya Tunai
Benih hibrida (gr) 8790,25 94 826.283,5 3,48
Pupuk kandang (kg) 5320,08 200 1.064.016 4,48
Urea (kg) 58,02 2.200 127.644 0,54
TSP (kg) 119,13 2.500 297.825 1,26
NPK (kg) 158,42 7.500 1.188.150 5,01
Nutrisi (ltr) 1,51 260.000 392.600 1,65
Pestisida (ltr) 0,81 230.000 186.300 0,79
Rafia (gulung) 15 14.800 222.000 0,94
Ajir (batang) 9.783 175 1.712.025 7,21
Tenaga Kerja Luar Keluarga 392,04 25.000 9.801.000 41,30
(TKLK)
Sewa Lahan 2.857.142 12,04
Pajak lahan 57.748 0,24
Iuran Irigasi 30.000 0,13
Total Biaya Tunai 18.762.733,5 79,06
Biaya Diperhitungkan
Tenaga Kerja Dalam Keluarga 135 25.000 3.375.000 14,22
(TKDK)
Sewa lahan diperhitungkan 1.428.571 6,02
Penyusutan Peralatan 164.714 0,69
Jumlah Total Biaya 4.968.285 20,94
Diperhitungkan
Jumlah Total Biaya 23.731.018,5
Pendapatan Atas Biaya Tunai 22.912.738,7
Pendapatan Atas Biaya Total 17.944.453,7
R/C Atas Biaya Tunai 2,22
R/C Atas Biaya Total 1,76

55
VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian tentang analisis pendapatan dan
faktor-faktor produksi kacang panjang di Kecamatan Nagrak diantaranya :
1. Berdasarkan hasil penelitian, faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap
produksi kacang panjang diantaranya benih, pupuk kandang, urea, TSP/SP 36,
NPK, nutrisi dan tenaga kerja, namun dilihat dari nilai koefisien regresi variabel
pupuk kandang dan pupuk urea menunjukan angka negatif yang berarti
penggunaannya sudah berlebih.
2. Hasil analisis pendapatan yang diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
kegiatan usahatani kacang panjang yang yang dilakukan petani di Kecamatan
Nagrak efisien dan menguntungkan untuk diusahakan dikarenakan nilai R/C
rasio atas biaya tunai yang diperoleh sebesar 2,22 dan R/C rasio atas biaya total
sebesar 1,76 yang berarti penerimaan yang diperoleh petani kacang panjang
dapat menutupi biaya usahatani yang dikeluarkan. Selain itu pendapatan bersih
yang didapatkan dari usahatani kacang panjang perhektar sebesar Rp
17.944.453,7

8.2 Saran
1. Penggunaan variabel seperti pupuk urea, pupuk kandang hendaknya dibatasi,
dan penggunaannya disesuaikan dengan dosis yang dibutuhkan tanaman,
berdasarkan hasil penelitian juga dapat dilihat bahwa nilai koefisien regresi
pupuk kandang, urea, sudah negatif yang berarti penambahan variabel tersebut
hanya dapat mengurangi tingkat produksi kacang panjang.
2. Nilai koefisien regresi untuk pupuk NPK, benih, tenaga kerja TSP, dan nutrisi
bernilai positif dan berpengaruh nyata terhadap produksi kacang panjang, hal ini
menggambarkan bahwa penggunaan variabel tersebut masih bisa dinaikan untuk
meningkatkan produksi kacang panjang.

56
3. Dalam kaitannya meningkatkan pendapatan, petani harus lebih memperhatikan
penggunaan faktor-faktor produksi apa saja yang dapat mempengaruhi tingkat
produksi kacang panjang, sehingga penggunaan faktor produksi bisa lebih
optimal.

57
DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik.2012. http://www.bps.go.id.[1 Oktober 2012]


[Diperta] Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat.2012. Produksi Sayuran Provinsi Jawa
Barat dalam Angka. http://diperta.jabarprov.go.id
[Deptan] Departemen Pertanian. 2011. Bentuk Hasil Komoditi Sayuran.
http://www.pusdatin.deptan.go.id
Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi. 2012. Laporan Produksi, Luas dan
Produktivitas Komoditas Hortikultura.
Direktorat Jenderal Hortikultura. 2012. Statistik Produksi Hortikultura 2011. Jakarta:
Departemen Pertanian.
Gujarati D. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika Jilid 1 Edisi Ketiga. Mulyadi J,
Penerjemah; Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Basic Econometric
Haryanto, E, Suhartini T, Rahayu E. 1999. Budidaya Kacang Panjang. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Lipsey, RG, Steiner PO, Purvis DD. 1986. Pengantar Mikroekonomi Jilid 1. Jakarta:
Binarupa Aksara
Marsono.2009. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta: Penebar Swadaya
Pasaribu P. 2007. Analisis Pendapatan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Produksi Usahatani Wortel di Kabupaten Tegal (Kasus : Desa Rembul,
Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah) [skripsi].
Bogor. Fakultas Pertanian, Intititut Pertanian Bogor.
Pratahama R. 2012. Analisis Efisiensi Teknis dan Pendapatan Usahatani Caisim :
Pendekatan Stochastic Production Frontier (Kasus : Desa Ciaruteun,
Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor) [skripsi]. Bogor. Fakultas
Ekonomi, Institut Pertanian Bogor.
Rikmawati N. 2011. Ekplorasi Cendawan Endofit Pada Kacang Panjang (Vigna
Sinensis(L) Savi Ekhas) dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Tanaman
[skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Rahim A, Hatuti D . 2008. Ekonomi Pertanian (Pengantar, Teori dan Kasus).
Jakarta: Penebar Swadaya.
Salanti D. 2008. Pengaruh Tanaman Penutup Tanah Terhadap Kelimpahan Kutu
daun Aphis craccivora Koch (Homoptera: Aphididae), Predator dan Hasil
Panen pada Pertanaman Kacang Panjang [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Siregar N. 2011. Analisis Pendapatan Usahatani dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Produksi Cabai Merah Keriting di Desa Citapen, Kecamatan

58
Ciawi, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor. Fakultas Ekonomi. Institut
Pertanian Bogor.
Sujana. (2010). Analisis Pendapatan dan Faktor-Faktor Produksi yang Mempengaruhi
Usahatani Tomat di Desa Lebak Ciwidey, Kabupaten Bandung [skripsi].
Bogor. Fakultas Ekonomi, Institut Pertanian Bogor
Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi
Produksi Cobb-Douglass. Jakarta : CV Rajawali.
Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani.Jakarta: Universitas Indonesia
Soekartawi, Soeharjo A, Dilon J.L. dan J.B Hardaker. 2011. Ilmu Usahatani dan
Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta: Universitas Indonesia.
Suliyanto.2006. Metode Riset bisnis. Yogyakarta: Andi Yogyakarta
Suratiyah K. 2008. Ilmu Usahatani Ed ke-3. Jakarta; Penebar Swadaya.

59
LAMPIRAN

60
Lampiran 1.Harga Kacang di Pasar Induk Tradisional Tanah Tinggi Tangerang
Pada Tahun 2012

Bulan Harga rata-rata per kilogram (Rp)


Januari 4.700
Februari 5.650
Maret 3.600
April 4.700
Mei 5.150
Juni 5.400
Juli 5.550
Agustus 6.500
September 6.750
Oktober 5.000
November 5.650
Desember 5.900
Rata-rata 5.379,5
Sumber : Pasar Induk Tanah Tinggi 2012 (diolah)

61
Lampiran 2. Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Kacang Panjang di Kecamatan Nagrak Pada Tahun 2012

Luas Tenaga Pupuk


Produksi Benih Urea TSP NPK Nutrisi Pestisida
Nama Lahan Kerja Kandang
(kg) (ha) (HOK) (gr) (kg) (kg) (kg) (kg) (liter) (Liter)
Ajud 1235 0.13 96.16 1200 9 17 13 700 0.25 0.1
Herman 1145 0.15 82.4 900 10 16 22 1000 0.25 0.1
Ade ridwan 3650 0.35 205.84 3500 20 38 50 1600 0.5 0.25
Ojat 2950 0.3 141.06 3000 14 25 40 1100 0.5 0.3
Sandy 2567 0.28 108.32 2000 13 32 50 1400 0.25 0.1
Babas 4456 0.42 200.44 4000 32 60 75 2400 0.75 0.25
Sobari 2748 0.2 104.8 1500 13 40 45 650 0.25 0.2
Nanang 1745 0.21 97.12 2000 15 17 40 600 0.5 0.3
Rohman 1095 0.15 57.28 1200 10 10 25 600 0.5 0.2
Ambey 3765 0.5 224 4000 30 40 65 2050 1 0.4
Falah 850 0.08 76 800 9 13 14 700 0.25 0.05
Isep 1940 0.19 107.69 2000 14 23 25 900 0.25 0.15
Munawar Jamil 3425 0.29 160.16 2300 9 40 35 1250 0.25 0.15
Aub 1600 0.15 90.64 1500 16 30 30 1400 0.25 0.25
Sukar 2987 0.33 120.48 3000 15 38 54 1450 0.5 0.15
Icang 3985 0.42 196.552 3500 15 46 65 1800 0.5 0.4
Ade Sukar 1745 0.2 121.6 2000 25 30 40 1700 0.3 0.15
Iyad 1842 0.26 126.08 1500 10 22 30 1300 0.3 0.2
Mamat 2345 0.25 126.24 2000 14 30 51 1800 0.5 0.3
Lili Jamili 3520 0.37 145.6 2500 13 40 50 1500 0.35 0.35
Abas R 4245 0.35 148.48 3000 15 55 75 2300 0.25 0.25
Sihabudin 1980 0.25 129.92 2500 19 25 35 1300 0.4 0.1
Irwan 3835 0.45 179.04 4200 25 50 43 2000 0.5 0.4
Unus 2230 0.24 136 2000 13 25 44 1200 0.5 0.15

62
Ujang Herman 2450 0.35 125.28 2500 17 31 55 2000 0.25 0.3
Ukat 3245 0.35 141.76 3000 19 45 73 1500 0.25 0.25
Farid 5870 0.55 273.76 5200 25 60 85 2200 0.75 0.25
Pudin 2876 0.3 163.84 2300 20 35 70 1500 0.5 0.3
Miftah 6340 0.6 283.36 6000 25 65 85 2500 1 0.4
Edeng 1850 0.2 118.24 1500 10 18 25 500 0.25 0.1
Saepudin 997 0.09 82.4 800 4 10 10 600 0.25 0.05
Engkos 2235 0.2 135.84 1500 10 25 30 1200 0.3 0.1
Ganda 2157 0.25 116.16 2500 15 30 36 1500 0.25 0.2
Sasmita 3874 0.35 194.74 3000 15 50 52 1300 0.5 0.25
Mustofa 4150 0.46 187.84 3200 15 47 65 1600 0.4 0.2
Baedi 4342 0.5 263.36 5000 20 53 45 1750 0.25 0.3
Utis 1854 0.15 84.16 2000 10 19 30 1300 0.25 0.15
Tato alwatony 2672 0.29 112 2300 13 30 43 1500 0.25 0.3
Sumer 2550 0.19 120.2 2000 10 30 30 1700 0.3 0.25
Amat 1654 0.15 96.96 1500 10 20 30 1200 0.25 0.2

63
Lampiran 3. Penggunaan Faktor-faktor Produksi Per Hektar di Kecamatan Nagrak Pada Tahun 2012

Pupuk
Produksi Tenaga Kerja Benih Urea NPK Nutrisi Pestisida
Nama TSP (Kg) Kandang
(Kg) (HOK) (Gram) (Kg) (Kg) (Liter) (Liter)
(Kg)
Ajud 9500.00 739.69 9230.77 69.23 130.77 100.00 5384.62 1.92 0.77
Herman 7633.33 549.33 6000.00 66.67 106.67 146.67 6666.67 1.67 0.67
Ade ridwan 10428.57 588.11 10000.00 57.14 108.57 142.86 4571.43 1.43 0.71
Ojat 9833.33 470.20 10000.00 46.67 83.33 133.33 3666.67 1.67 1.00
Sandy 9167.86 386.86 7142.86 46.43 114.29 178.57 5000.00 0.89 0.36
Babas 10609.52 477.24 9523.81 76.19 142.86 178.57 5714.29 1.79 0.60
Sobari 13740.00 524.00 7500.00 65.00 200.00 225.00 3250.00 1.25 1.00
Nanang 8309.52 462.48 9523.81 71.43 80.95 190.48 2857.14 2.38 1.43
Rohman 7300.00 381.87 8000.00 66.67 66.67 166.67 4000.00 3.33 1.33
Ambey 7530.00 448.00 8000.00 60.00 80.00 130.00 4100.00 2.00 0.80
Falah 10625.00 950.00 10000.00 112.50 162.50 175.00 8750.00 3.13 0.63
Isep 10210.53 566.79 10526.32 73.68 121.05 131.58 4736.84 1.32 0.79
Munawar
Jamil 11810.34 552.28 7931.03 31.03 137.93 120.69 4310.34 0.86 0.52
Aub 10666.67 604.27 10000.00 106.67 200.00 200.00 9333.33 1.67 1.67
Sukar 9051.52 365.09 9090.91 45.45 115.15 163.64 4393.94 1.52 0.45
Icang 9488.10 467.98 8333.33 35.71 109.52 154.76 4285.71 1.19 0.95
Ade Sukar 8725.00 608.00 10000.00 125.00 150.00 200.00 8500.00 1.50 0.75
Iyad 7084.62 484.92 5769.23 38.46 84.62 115.38 5000.00 1.15 0.77
Mamat 9380.00 504.96 8000.00 56.00 120.00 204.00 7200.00 2.00 1.20
Lili Jamili 9513.51 393.51 6756.76 35.14 108.11 135.14 4054.05 0.95 0.95
Abas R 12128.57 424.23 8571.43 42.86 157.14 214.29 6571.43 0.71 0.71
Sihabudin 7920.00 519.68 10000.00 76.00 100.00 140.00 5200.00 1.60 0.40
Irwan 8522.22 397.87 9333.33 55.56 111.11 95.56 4444.44 1.11 0.89
Unus 9291.67 566.67 8333.33 54.17 104.17 183.33 5000.00 2.08 0.63

64
Ujang
Herman 7000.00 357.94 7142.86 48.57 88.57 157.14 5714.29 0.71 0.86
Ukat 9271.43 405.03 8571.43 54.29 128.57 208.57 4285.71 0.71 0.71
Farid 10672.73 497.75 9454.55 45.45 109.09 154.55 4000.00 1.36 0.45
Pudin 9586.67 546.13 7666.67 66.67 116.67 233.33 5000.00 1.67 1.00
Miftah 10566.67 472.27 10000.00 41.67 108.33 141.67 4166.67 1.67 0.67
Edeng 9250.00 591.20 7500.00 50.00 90.00 125.00 2500.00 1.25 0.50
Saepudin 11077.78 915.56 8888.89 44.44 111.11 111.11 6666.67 2.78 0.56
Engkos 11175.00 679.20 7500.00 50.00 125.00 150.00 6000.00 1.50 0.50
Ganda 8628.00 464.64 10000.00 60.00 120.00 144.00 6000.00 1.00 0.80
Sasmita 11068.57 556.40 8571.43 42.86 142.86 148.57 3714.29 1.43 0.71
Mustofa 9021.74 408.35 6956.52 32.61 102.17 141.30 3478.26 0.87 0.43
Baedi 8684.00 526.72 10000.00 40.00 106.00 90.00 3500.00 0.50 0.60
Utis 12360.00 561.07 13333.33 66.67 126.67 200.00 8666.67 1.67 1.00
Tato
alwatony 9213.79 386.21 7931.03 44.83 103.45 148.28 5172.41 0.86 1.03
Sumer 13421.05 632.63 10526.32 52.63 157.89 157.89 8947.37 1.58 1.32
amat 11026.67 646.40 10000.00 66.67 133.33 200.00 8000.00 1.67 1.33
Rata-rata 9762.35 527.04 8790.25 58.02 119.13 158.42 5320.08 1.51 0.81

65
Lampiran 4. Penggunaan Peralatan Per Hektar Usahatani Kacang Panjang di
Kecamatan Nagrak

Penggunaan Peralatan Sebenarnya Penggunaan Peralatan Per


Hektar
No Nama
Luas Lahan Tali Rafia Ajir Ajir Tali Rafia
(ha) (Golong) Batang) (Batang) (golong)
1 Ajud 0.13 2 1200 9231 15
2 Herman 0.15 2 1500 10000 13
3 Ade ridwan 0.35 6 4000 8163 12
4 Ojat 0.3 5 3200 8649 14
5 Sandy 0.28 4 2100 7500 14
6 Babas 0.42 6 4400 9362 13
7 Sobari 0.2 3 2100 10500 15
8 Nanang 0.21 3 2000 9524 14
9 Rohman 0.15 3 1600 10667 20
10 Ambey 0.5 8 5200 10400 16
11 Falah 0.08 2 1100 13750 25
12 Isep 0.19 3 2300 12105 16
13 Munawar Jamil 0.29 4 2400 8276 14
14 Aub 0.15 2 1500 10000 13
15 Sukar 0.33 4 3800 11515 12
16 Icang 0.42 5 4000 9524 12
17 Ade Sukar 0.2 3 2700 12273 14
18 Iyad 0.26 4 1900 7308 15
19 Mamat 0.25 4 2900 11600 16
20 Lili Jamili 0.37 5 3000 8108 14
21 Abas R 0.35 5 3600 10286 14
22 Sihabudin 0.25 3 2600 10400 12
23 Irwan 0.45 6 4700 10444 13
24 Unus 0.24 3 2300 9583 13
25 Ujang Herman 0.35 4 3500 10000 11
26 Ukat 0.35 5 3700 10571 14
27 Farid 0.55 7 5500 10000 13
28 Pudin 0.3 3 2950 9833 10
29 Miftah 0.6 8 5700 8260 12
30 Edeng 0.2 3 2400 12000 15
31 Saepudin 0.09 2 900 10000 22
32 Engkos 0.2 3 1800 9000 15
33 Ganda 0.25 3 2400 9600 12

66
34 Sasmita 0.35 5 3500 10000 14
35 Mustofa 0.46 8 4200 9130 17
36 Baedi 0.5 8 4900 9800 16
37 Utis 0.15 3 1600 10667 20
38 Tato alwatony 0.29 4 2300 7931 14
39 Sumer 0.19 2 1350 7105 11
40 Amat 0.15 3 1400 8235 18
Rata-rata per hektar 9783 15

67
Lampiran 5. Hasil Analisis Regresi Fungsi Produksi Usahatani Kacang Panjang di
Kecamatan Nagrak dengan Metode OLS
The regression equation is
Produksi = 3.36 + 0.221 Tenaga Kerja + 0.362 Benih - 0.351 Urea + 0.501 TSP
+ 0.198 NPK - 0.0989 Pupuk Kandang + 0.0784 Nutrisi
+ 0.0262 Pestisida

Predictor Coef SE Coef T P VIF


Constant 3.3617 0.7385 4.55 0.000
Tenaga Kerja 0.22146 0.07467 2.97 0.006 2.7
Benih 0.36182 0.06991 5.18 0.000 1.3
Urea -0.35066 0.04668 -7.51 0.000 2.1
TSP 0.50135 0.06923 7.24 0.000 2.5
NPK 0.19777 0.06069 3.26 0.003 1.9
Pupuk Kandang -0.09894 0.04152 -2.38 0.023 1.7
Nutrisi 0.07836 0.03911 2.00 0.054 2.5
Pestisida 0.02617 0.03093 0.85 0.404 1.3

S = 0.0639359 R-Sq = 87.9% R-Sq(adj) = 84.7%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P
Regression 8 0.91800 0.11475 28.07 0.000
Residual Error 31 0.12672 0.00409
Total 39 1.04472

Durbin-Watson statistic = 1.47287

68
Lampiran 6. Uji Normalitas dan Homoskedastisitas Fungsi Produksi Kacang
Panjang di Kecamatan Nagrak

Normal Probability Plot of the Residuals


(response is Produksi)
99

95
90

80
70
Percent

60
50
40
30
20

10

1
-0.15 -0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10
Residual

Residuals Versus the Fitted Values


(response is Produksi)
0.10

0.05
Residual

0.00

-0.05

-0.10

8.8 8.9 9.0 9.1 9.2 9.3 9.4 9.5


Fitted Value

69
Lampiran 7. Nilai Penyusutan Alat Pertanian Usahatani Kacang Panjang di
Kecamatan nagrak Tahun 2012

No Alat Jumlah Harga Beli Umur Jumlah Penyusutan/thn


(Rp) (Tahun) (Rp/thn)
1 Cangkul 5 62.000 4 77.500
2 Koret 4 32.000 4 32.000
3 Sprayer 2 460.000 5 184.000
4 Ember 4 16.000 3 21.333
5 Garpu 5 76.000 4 95.000
6 Drum Plastik 2 250.000 3 166.667
Jumlah Penyusutan per tahun 576.500
Jumlah Penyusutan per musim tanam 164.714

70

You might also like