Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Teknik Penilaian Sikap Spritual dan Sosial dalam Pendidikan Karakter

di Sekolah Dasar 08 Surau Gadang Nanggalo

Darmansyah
Jurusan Tekhnologi Pendidika, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Padang Padang, Indonesia
Email: darmansyah2013tp@gmail.com
Hp: 08126737438

Abstract: Curriculum 2013 mandated that learning process in Elementary School should be carried out with an
integrated thematic approach. Despite of it is being tested this year; the implementation of an integrated
thematic learning model requires serious effort and creativity of teachers with various forms of new innovations.
Context analysis conducted in the SD (Elementary School) 08 Surau Gadang Nanggalo Padang as objects and
implementation of product testing research grant competition revealed that teachers' understanding of the
concept and implementation of assessment of spiritual and social attitudes have not been satisfied. Teachers’
inappropriate competence in the evaluation of spiritual and social attitudes had negative impact on the students’
achievement of first core competencies (KI1) and second core competencies (KI2) as they constitutes major focus
in the character-based curriculum. Data of this study were collected by using interview and documentation; they
were finally preceded through descriptive qualitative analysis. The results of this study reveal that there were
four models of assessment that can be performed in the evaluation of spiritual attitudes and social attitudes
namely (1) self evaluation, (2) observation of teachers, (3) peer assessment, and (4) daily journal.

Key Words: Technique, Evaluation, Spritual Attitude, Social Attitude, Charater

Abstrak: Kurikulum 2013 telah mewajibkan proses pembelajaran di Sekolah Dasar dilaksanakan dengan
pendekatan tema yang terintegrasi. Meskipun masih dalam tahap uji-coba tahun ini, namun implementasi model
pendekatan tema yang terintegrasi menghendaki agar para guru berupaya semaksimal mungkin melalui berbagai
kegiatan dan bentuk-bentuk pembelajaran baru yang inovatif. Analisis konteks yang dilaksanakan di SD 08
Surau Gadang Nanggalo Padang – sekolah tempat implementasi produk evaluasi dari penelitian hibah bersaing –
menemukan bahwa pemahaman guru tentang konsep dan implementasi penilaian spiritual dan sikap sosial masih
rendah. Rendahnya kompetensi guru dalam mengevaluasi sikap spiritual dan socialtelah berdampak negative
terhadap prsetasi belajar siswa pada kompetensi inti karena hal tersebut merupakan focus utama dalam
kurikulum berbasis karakter. Data penelitian ini dikumpulkan melalui wawancara dan analisis dokumen, dan
kemudian diproses dengan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 4 model
evaluasi yang dapat diterapkan guru dalam mengevaluasi sikap spiritual dan social siswa seperti: (1) Evaluasi
mandiri; (2) Observasi guru; (3) Peer assessment; dan (4) Jurnal harian.

Kunci: Teknik, Penilaian, Sikap Spritual, Sikap Sosial, Pendidikan Karakter


Kata Kunci

PENDAHULUAN dalam pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 agar


Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 peserta didik secara aktif mengembangkan
tentang Sistem Pendidikan Nasional mengama- potensinya yaitu kekuatan spritual keagamaan,
nahkan agar pendidikan tidak hanya memberi pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
kesempatan untuk membentuk insan Indonesia akhlak mulia dan keterampilan. Secara hakiki
yang cerdas semata, tetapi juga berkepribadian empat komponen yang disebutkan pertama dari
atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir enam potensi peserta didik dalam UU Sisdiknas
generasi bangsa yang tumbuh berkembang tersebut merupakan pengembangan karakter.
dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur Pengembangan potensi peserta didik
bangsa serta agama. Tujuan yang terkandung bernuansa karakter tersebut seharusnya men-

10
11 | Jurnal Al-Ta’lim, Volume 21, Nomor 1 Februari 2014, hlm. 10-17

dapat perhatian khusus dalam praktik Republika). Para ahli dan praktisi sependapat
pendidikan di Indonesia. Empat potensi peserta bahwa data yang dipaparkan di atas hanya
didik yang penting terkait dengan pendidikan sebagian kecil dari puncak gunung es kasus
karakter yakni kekuatan spritual keagamaan, pelanggaran hukum dan etika yang terungkap
pengendalian diri, kepribadian, dan akhlak melalui media. Sebagian besar lainnya tidak
mulia ternyata belum mendapatkan proporsi muncul ke permukaan karena berbagai sebab.
yang memadai dalam proses pembelajaran. Penelitian di negara lain juga membuktikan
Potensi-potensi peserta didik itu belum terinteg- tingginya tingkat pelanggaran hukum yang
rasikan secara optimal dalam pembelajaran, terjadi adalah akibat dari lemahnya perhatian
sehingga terjadi pendangkalan nilai karakter di terhadap pendidikan karakter. Dari sebuah
kalangan anak dan remaja dewasa ini. penelitian di Amerika, 90 persen kasus
Pendidikan karakter sangat penting dan pemecatan disebabkan oleh perilaku buruk
diperlukan dalam kehidupan sebagai individu, seperti tidak bertanggung jawab, tidak jujur, dan
masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan hubungan interpersonal yang tidak baik. Daniel
karakter didasarkan pada keyakinan bahwa Goleman (2000) berpendapat bahwa keberha-
pengembangan etika, sosial dan emosional silan seseorang di masyarakat, ternyata 80
peserta didik sama pentingnya dengan prestasi persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosional,
akademik. Banyak penelitian telah membukti- dan hanya 20 persen ditentukan oleh kecerdasan
kan dampak positif pendidikan karakter otak (IQ). Anak-anak yang mempunyai masalah
terhadap keberhasilan akademik. Dalam dalam kecerdasan emosinya, akan mengalami
bulletin hasil studi Marvin Berkowitz dari kesulitan belajar, bergaul dan tidak dapat
University of Missouri St. Louis (2005) mengontrol emosinya. Kecerdasarn emosional
diungkapkan bahwa terdapat peningkatan dan spiritual inilah yang memberikan
motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi kontribusi besar terhadap keberhasilan peserta
akademik pada sekolah-sekolah yang didik.
menerapkan pendidikan karakter. Kelas-kelas
yang secara komprehensif terlibat dalam METODE PENELITIAN
pendidikan karakter menunjukkan adanya
penurunan drastis pada perilaku negatif siswa Penelitian ini menggunakan metode
yang dapat menghambat keberhasilan akademik. kulaitatif deskriptif dengan objek penelitian SD
Data dan fakta tentang kasus pelanggaran 08 Surau Gadang Nanggalo Padang. Hasil
moral yang dirilis media semakin mengkha- penelitian ini merupakan bagian dari penelitian
watirkan. Kasus pengaduan kekerasan terhadap hibah bersaing yang dilakukan tahun 2013. Data
anak selama 2012, sekitar 60 persen dari total dikumpulkan dengan teknik wawancara dan
pengaduan (sekitar 2.637 aduan) merupakan studi dokumentasi. Wawancara dilakukan untuk
kasus kekerasan seksual. Selain itu tingkat mendapatkan informasi tentang kompetensi
pengguna narkoba di kalangan remaja di guru dalam melakukan evaluasi sikap spiritual
Indonesia sangat memprihatinkan. Badan dan sikap sosial peserta didik. Studi
Narkotika Nasional (BNN) mengungkapkan dokumentasi untuk mendalami konten dalam
bahwa, kasus penyalahgunaan narkoba terus kurikulum 2013, tema, subtema dan tema
meningkat di kalangan remaja. Dari 2,21% (4 kegiatan yang dilaksanakan dalam pembela-
juta orang) pada tahun 2010 menjadi 2,8 (sekitar jaran. Studi doku-mentasi juga digunakan untuk
5 juta orang) pada tahun 2011. Pergaulan seks mendalami teknik evaluasi sikap spiritual dan
bebas yang mengakibatkan semakin meningkat- sikap sosial. Informan utama dalam penelitian
nya pengidap HIV/AIDS berada pada peringkat ini adalah kepala sekolah dan guru. Data diolah
kedua. Peringkat ketiga adalah tawuran antar dengan teknik analisis kualitatif deskriptif. Data
pelajar. Di kota-kota besar, belakangan ini, yang diperoleh berupa model penilaian sikap
tawuran antarpelajar semakin meningkat berdasarkan teori yang ada disandingkan dengan
dibandingkan tahun sebelumnya. (Sumber: model penilaian yang dirancang oleh
Darmansyah, Teknik Penilaian Sikap Spritual dan Sosial dalam Pendidikan Karakter di .. | 12

kemendikbud yang selanjutnya diverifikasi dan hidup seseorang yang diwujudkan dalam bentuk
diklasifikasikan berdasarkan indikator yang ada sifat atau perangai khusus setiap manusia.
Selanjutnya indikator-indikator tersebut dides- Dennis Coon dalam bukunya Introduction
kripsikan dalam bentuk format penilaian sikap to Psychology: Exploration and Aplication
spiritual dan sosial. (dalam Wibowo:2013) mendefinisikan karakter
sebagai suatu penilaian subyektif terhadap
Pendidikan Karakter kepribadian seseorang yang berkaitan dengan
Pendidikan karakter seharusnya dimulai atribut kepribadian yang dapat atau tidak dapat
sejak dini. Bahkan banyak ahli berpendapat diterima oleh masyarakat. Karakter adalah
pendidikan karakter harus dimulai sejak lahir. jawaban mutlak untuk menciptakan kehidupan
Pembentukan nilai-nilai karakter diawali dari yang lebih baik di dalam masyarakat. Definisi
dalam keluarga karena disinilah lingkungan ini lebih mengarah pada bagaimana kualitas
pertama bagi pertumbuhan karakter anak. prilaku seseorang yang tampak dari luar melalui
Sekolah Dasar juga menjadi tempat pertama penilaian orang lain. Meski penilaian orang lain
bagi anak dalam mengembangkan karakternya. bersifat subjektif, namun prilaku adalah yang
Para pakar berpendapat bahwa pendidikan tampak berdasarkan karakteristik kepribadian,
karakter sebaiknya diterapkan sejak usia kanak- moral dan etika seseoarang.
kanak atau yang biasa disebut para ahli Suyanto (2009) menyatakan bahwa
psikologi sebagai usia emas (golden age), terdapat sembilan pilar karakter yang berasal
karena usia ini terbukti sangat menentukan dari nilai-nilai luhur universal, yaitu (1)
kemampuan anak dalam mengembangkan karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya;
potensinya. Hasil penelitian menunjukkan (2) kemandirian dan tanggung jawab; (3)
bahwa sekitar 50% variabilitas kecerdasan kejujuran/ amanah, diplomatis; (3) hormat dan
orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia santun; (5) dermawan, suka tolong-menolong
4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi dan gotong royong/kerjasama; (4) percaya diri
pada usia 8 tahun, dan 20% sisanya pada dan pekerja keras; (7) kepemimpinan dan
pertengahan atau akhir dasawarsa kedua. Oleh keadilan; (8) baik dan rendah hati, dan; (9)
karena itu sangat tepat jika SD dijadikan sebagai karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan.
titik pangkal dalam menerapkan pendidikan Kemendikbud (2011) menurunkan kebija-
karakter di sekolah. kan untuk menerapkan 18 nilai karakter yang
Karakter merupakan pola pikir dan prilak harus masuk ke dalam pembelajaran adalah; (1)
u seseorang. Suyanto (2009) menyatakan bahwa Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5)
karakter adalah cara berpikir dan berperilaku Kerja Keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8)
yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahun, (10)
dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air
masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang (12) Menghargai Prestasi, (13) Bersahabat/
berkarakter baik adalah individu yang bisa Komunikatif, (14) Cinta Damai, (15) Gemar
membuat keputusan dan siap mempertanggung- Membaca, (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli
jawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia Sosial, dan (18) Tanggung Jawab.
buat. Menurut Ki Hajar Dewantara (dalam
Saryono, 2010)–tokoh pendidikan nasional Berdasarkan dua pendapat di atas secara
Indonesia yang sangat terkemuka-karakter atau substantif tidak berbeda. Perbedaan hanya
watak adalah paduan segala tabiat manusia yang terlihat pada cara mengelompokkan. Karakter
bersifat tetap sehingga menjadi tanda yang “cinta Tuhan” ada pada pendapat pertama
khusus untuk membedakan orang yang satu sementara istilah yang digunakan pada pendapat
dengan yang lain. Dijelaskan pula bahwa kedua adalah “religius”. Keduanya memiliki
karakter itu merupakan “imbangan antara hidup makna yang sama. Dalam penelitian ini karakter
batin seseorang dengan segala perbuatan yang dijadikan sasaran adalah pendapat kedua
lahirnya”. Karakter akan menjadi pedoman yang dianggap lebih komprehensif dan lebih
13 | Jurnal Al-Ta’lim, Volume 21, Nomor 1 Februari 2014, hlm. 10-17

rinci, sehingga mudah dievaluasi. Kedelapan Lickona (1992) menjelaskan beberapa


belas karakter inilah nanti yang akan dijadikan alasan perlunya pendidikan karakter, di
sasaran dalam pendidikan karakter. antaranya: (1) Banyaknya generasi muda saling
Lickona (2007) mendefinisikan pendidi- melukai karena lemahnya kesadaran pada
kan karakter secara menyeluruh mencakup nilainilai moral, (2) Memberikan nilai-nilai
pemikiran, perasaan, dan perilaku. Menurutnya, moral pada generasi muda merupakan salah satu
pendidikan karakter adalah usaha sengaja untuk fungsi peradaban yang paling utama, (3) Peran
membantu orang memahami, peduli, dan sekolah sebagai pendidik karakter menjadi
bertindak berdasarkan nilai-nilai etika. Pendidi- semakin penting ketika banyak anak-anak
kan karakter ini adalah proses pembelajaran memperoleh sedikit pengajaran moral dari
orangtua, masyarakat, atau lembaga keagamaan,
yang memungkinkan peserta didik dalam
komunitas sekolah untuk memahami, peduli dan (4) masih adanya nilai-nilai moral yang secara
bertindak atas nilai-nilai etika inti seperti rasa universal masih diterima seperti perhatian,
hormat, keadilan, kebajikan sipil dan kepercayaan, rasa hormat, dan tanggungjawab,
kewarganegaraan, dan tanggung jawab untuk (5) Demokrasi memiliki kebutuhan khusus
diri sendiri dan orang lain.Pendidikan karakter untuk pendidikan moral karena demokrasi
adalah upaya untuk melakukan internalisasi merupakan peraturan dari, untuk dan oleh
sikap dan prilaku terpuji sesuai dengan norma- masyarakat, (6) Tidak ada sesuatu sebagai
norma. Suyanto (2009) menyatakan pendidikan pendidikan bebas nilai. Sekolah mengajarkan
karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, pendidikan bebas nilai. Sekolah mengajarkan
yaitu pendidikan yang melibatkan aspek nilai-nilai setiap hari melalui desain ataupun
pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tanpa desain, (7) Komitmen pada pendidikan
tindakan (action). karakter penting manakala kita mau dan terus
menjadi guru yang baik, dan (7) Pendidikan
Joseph Zins, et.al, (2001) mengkompilasi- karakter yang efektif membuat sekolah lebih
kan berbagai hasil penelitian tentang pengaruh beradab, peduli pada masyarakat, dan mengacu
positif kecerdasan emosi anak terhadap pada performansi akademik yang meningkat.
keberhasilan di sekolah. Dikatakan bahwa ada Alasan-alasan di atas menunjukkan bahwa
sederet faktor resiko penyebab kegagalan anak pendidikan karakter sangat perlu ditanamkan
di sekolah. Faktor-faktor resiko yang disebutkan sedini mungkin untuk mengantisipasi persoalan
ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak, di masa depan yang semakin kompleks seperti
tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri, semakin rendahnya perhatian dan kepedulian
kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, anak terhadap lingkungan sekitar, tidak
kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan memiliki tanggung-jawab, rendahnya
kemampuan berkomunikasi. Sebuah hasil survei kepercayaan diri, dan lain-lain.
di Nebraska yang dimuat dalam jurnal oleh
Susan, dkk (2004) menunjukkan bahwa Menurut Suyanto (2009), beberapa
pendidi-kan karakter telah memberikan negara yang telah menerapkan pendidikan
perbedaan dalam kehidupan siswa. Sebanyak karakter sejak pendidikan dasar di antaranya
85% dila-porkan memiliki prilaku positif adalah; Amerika Serikat, Jepang, Cina, dan
secara keseluruhan pada anak-anak yang Korea. Hasil penelitian di negara-negara
diajarkan tentang karakter, 73% siswa tersebut mengung-kapkan bahwa implementasi
meningkat keper-cayaan, rasa hormat, tanggung pendidikan karakter yang tersusun secara
jawab, keadilan, peduli dan kewarganegaraan, sistematis berdampak positif pada pencapaian
sebesar 75% siswa mampu mengubah perilaku akademis.
mereka sendiri sebagai hasil dari pengajaran
karakter, 61% terjadi peningkatan frekuensi Hasil Analisis Kurikulum 2013 dan Pembe
Pembe--
sifat saling membantu, terjadi penurunan lajaran Tematik Terpadu
frekuensi menyalahkan orang lain (55%), dan Kemendikbud menyatakan bahwa pene-
peningkatan frekuensi kejujuran 50%. rapan kurikulum 2013 dilaksanakan secara
Darmansyah, Teknik Penilaian Sikap Spritual dan Sosial dalam Pendidikan Karakter di .. | 14

bertahap. Pada tahun pelajaran 2013-2014 ini bersifat holistik terpadu berfokus pada alam,
untuk tingkat SD dilaksanakan pada kelas 1 dan sosial, dan budaya. Ciri khusus lainnya yang
kelas IV. Selanjutnya pada tahun pelajaran memungkinkan adalah memadukan pendidikan
2014-2015 diterapkan pada kelas II dan kelas V. karakter dalam pembelajaran tematik terpadu
Kelas III dan kelas VI akan mendapat giliran yang menekankan aspek kognitif, afektif,
melaksanakan kurikulum 2013 pada tahun psikomotorik melalui penilaian berbasis test dan
pelajaran 2015-2016. Artinya untuk tingkat SD portofolio yang saling melengkapi. Penggunaan
secara total melaksanakan kurikulum 2013. tema yang merupakan pokok pikiran atau
gagasan yang menjadi inti pembicaraan dalam
Hasil analisis kurikulum terhadap mengaitkan beberapa materi pelajaran dapat
pembelajaran tematik terpadu pada kurikulum memberikan pengalaman bermakna kepada
2013 mengungkapkan bahwa untuk kelas IV peserta didik. Karateristik pembelajaran seperti
SD terdapat 9 (sembilan) tema dalam itulah yang memungkinkan pendidikan karakter
pembalajaran tematik terpadu. Kesembilan tema mendapat tempat untuk diintegrasikan dalam
itu adalah (1), Berbagai Pekerjaan, (2) Peduli pembelajaran tematik terpadu.
terhadap Makhluk Hidup, (3) Selalu Berhemat Pembelajaran karakter yang terintegrasi
Energi, (4) Indahnya Kebersamaan, (5) dalam mata pelajaran juga tercatat masih baru
Menghargai Jasa Pahlawan, (6) Indahnya yaitu pada tahun ajaran 2011. Pada saat itulah
Negeriku, (7) Cita-citaku, (8) Daerah Tempat nilai 18 karakter yang diperkenalkan kepada
Tinggalku, (9) Makanan Sehat dan Bergizi. sekolah dalam berbagai tingkat untuk
dilaksanakan. Tentunya belum begitu banyak
Subtema yang dikembangkan adalah: penelitian yang dilakukan terkait 18 nilai
Keragaman Budaya Bangsaku, Kebersamaan karakter yang harus diintegrasikan dalam setiap
dalam Keberagaman, Bersyukur atas mata pelajaran. Hasil wawancara dengan para
Keberagaman, Macam-macam Sumber Energi, guru. Mengungkapkan bahwa selain belum
Pemanfaatan Energi Gerak dan Gaya, Hewan memahami secara mendalam tentang imple-
dan Tumbuhan di Lingkungan Rumahku, mentasi pembelajaran tematik terpadu dan
Keragaman Makhluk Hidup di Lingkunganku, pendidikan karakter, guru juga belum memiliki
Ayo Cintai Lingkungan, Makhluk Hidup di kompetensi yang baik tentang penilaian sikap
Sekitar Kita, Jenis- jenis Pekerjaan, Barang dan spiritual dan sosial dalam pembelajaran tematik
Jasa, Pekerjaan Orang Tuaku, dan Pekerjaan di terpadu.
Sekitarku. Lima tema terakhir belum dijelaskan Penilaian Sikap Spritual dan Sosial
secara rinci dalam buku guru atau buku siswa.
Evaluasi yang dimaksudkan dalam
Mengintegrasikan pendidikan karakter ke penelitian ini adalah melaksanakan penilaian
dalam pembelajaran tematik terpadu di SD terhadap sikap yang dibagi dalam dua
memerlukan strategi, model, media dan teknik kompetensi sikap yaitu sikap spiritual dan sikap
tersendiri. Memadukan nilai-nilai karakter sosial. Kurikulum 2013 membagi kompetensi
kedalam pembelajaran harus dengan perenca- sikap menjadi dua, yaitu sikap spiritual yang
naan yang matang, karena tidak semua nilai terkait dengan pembentukan peserta didik yang
karakter dapat diinterasikan secara mudah. beriman dan bertakwa, dan sikap sosial yang
Nilai-nilai karakter itu berasal dari nilai-nilai terkait dengan pembentukan peserta didik yang
luhur universal. Sejak tahun ajaran 2011 Dikbud berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan
(sebelumnya: Diknas) mencanangkan penerapan bertanggung jawab. Pada jenjang SD,
18 nilai karakter yang harus diintegrasikan kompetensi sikap spiritual mengacu pada KI-1:
dalam pembelajaran seluruh tingkat pendidikan Menghargai dan menghayati ajaran agama
di Indonesia. Kedelapan belas nilai karakter di yang dianutnya, sedangkan kompetensi sikap
atas akan menjadi lebih mudah diintegrasikan sosial mengacu pada KI-2: Menghargai dan
dalam pembelajaran tematik terpadu karena meng-hayati perilaku jujur, disiplin, tanggung
dalam kurikulum baru 2013 secara umum jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun,
15 | Jurnal Al-Ta’lim, Volume 21, Nomor 1 Februari 2014, hlm. 10-17

percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif indikator penjabaran sikap dalam kompetensi
dengan lingkungan sosial dan alam dalam inti dan kompetensi dasar. Rentangan skala hasil
jangkauan pergaulan dan keberadaannya. pengamatan antara lain berupa:
a. Teknik Observasi 1) Selalu, sering, kadang-kadang, tidak pernah
Kemendikbud (2013) menjelaskan bahwa 2) Baik sekali, baik, cukup baik, kurang baik
observasi merupakan teknik penilaian yang Pedoman observasi dilengkapi juga
dilakukan secara berkesinambungan dengan dengan rubrik dan petunjuk pensekoran. Rubrik
menggunakan indera, baik secara langsung memuat petunjuk/uraian dalam penilaian skala
maupun tidak langsung dengan menggunakan atau daftar cek. Sedangkan petunjuk penskoran
pedoman observasi yang berisi sejumlah indi- memuat cara memberikan skor dan mengolah
kator perilaku yang diamati. Observasi skor menjadi nilai akhir. Agar observasi lebih
dilaksanakan oleh guru secara langsung tanpa efektif dan terarah hendaknya:
perantara orang lain. Sedangkan observasi tidak
langsung dengan bantuan orang lain, seperti 1) Dilakukan dengan tujuan jelas dan direnc-
guru lain, orang tua, siswa, dan karyawan anakan sebelumnya, perencanaan
sekolah. mencakup indikator atau aspek apa yang
akan diamati dari suatu proses.
Teknik penilaian observasi dapat diguna- 2) Menggunakan pedoman observasi berupa
kan untuk menilai ketercapaian sikap spiritual daftar cek atau skala, model lainnya.
dan sikap sosial. Pengembangan teknik 3) Pencatatan dilakukan selekas mungking
penilaian observasi untuk menilai sikap spiritual tanpa diketahui oleh peserta didik
dan sikap sosial berasarkan pada kompetensi 4) Kesimpulan dibuat setelah program
inti kedua ranah ini. Sikap spiritual ditunjukkan observasi selesai dilaksanakan.
dengan perilaku beriman, bertaqwa, dan
bersyukur. Sedangkan sikap sosial sesuai b. Teknik Penilaian Diri Sendiri
kompetensi inti tingkat SD mengembangkan Penilaian diri merupakan teknik penilaian
sikap jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli dengan cara meminta peserta didik mengemuka-
(toleransi, gotong royong), santun, dan percaya kan kelebihan dan kekurangan dirinya,
diri dalam berinteraksi secara efektif dengan penguasaan kompetensi yang ditargetkan, dan
lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan menghargai, menghayati serta pengamalan
pergaulan dan keberadaannya. Sikap spiritual perilaku berkepribadian Jujur, Jujur adalah
dan sikap sosial dalam kompetensi ini perilaku yang didasarkan pada upaya
dijabarkan secara spesifik dalam kompetensi menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu
dasar. oleh karena itu sikap yang diobservasi dapat diper-caya dalam perkataan, tindakan, dan
juga memperhatikan sikap yang dikembangkan pekerjaan.
dalam kompetensi dasar.
Skala Likert adalah skala yang dapat
Bentuk instrumen yang digunakan untuk dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat,
observasi adalah pedoman observasi yang dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
berupa daftar cek atau skala penilaian (rating mengenai suatu gejala atau fenomena pendidi-
scale) yang disertai rubrik. Daftar cek kan. Dalam skala Likert terdapat dua bentuk
digunakan untuk mengamati ada tidaknya suatu pernyataan yaitu pernyataan positif yang
sikap atau perilaku. Sedangkan skala penilaian berfungsi untuk mengukur sikap positif, dan
menentukan posisi sikap atau perilaku siswa pernyataan negative yang berfungsi untuk
dalam suatu rentangan sikap. mengukur sikap negative objek sikap.
Pedoman observasi secara umum memuat
pernyataan sikap atau perilaku yang diamati dan 1) Teknik Penilaian diri Terbuka
hasil pengamatan sikap atau perilaku sesuai Peserta didik mampu untuk menentukan
kenyataan. Pernyataan memuat sikap atau sikap terhadap suatu situasi atau pernyataan
perilaku yang positif atau negatif sesuai yang membutuhkan tanggapan, lengkap dengan
Darmansyah, Teknik Penilaian Sikap Spritual dan Sosial dalam Pendidikan Karakter di .. | 16

alasan terhadap pilihannya tersebut. Teknik ini


menuntut siswa berani untuk mengungkapkan 4. Jurnal Harian
pendapat pribadi dari masing-masing siswa. Teknik penilain keempat adalah Jurnal
Guru bisa memilah jawaban-jawaban siswa Harian. Jurnal merupakan catatan pendidik di
yang mampu mengarahkan siswa untuk dalam dan di luar kelas yang berisi informasi
menentukan pilihan yang posistif dalam hidup hasil pengamatan tentang kekuatan dan
mereka. kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan
sikap dan perilaku. Guru memberikan penilaian
2) Skala Semantic Differential kepada peserta didik dengan memberikan
Skala diferensial yaitu skala untuk deskripsi terhadap sikap dan perilaku peserta
mengukur sikap, tetapi bentuknya bukan pilihan
didik khususnya berkaitan dengan Kompetensi
ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam Inti 1 (yang mencakup menghargai dan
satu garis kontinum di mana jawaban yang menghayati ajaran agama yang dianutnya) dan
sangat positif terletak dibagian kanan garis, dan Kompetensi Inti 2 (yaitu menghargai dan
jawaban yang sangat negative terletak di bagian menghayati perilaku Jujur, disiplin, tanggung
kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun,
melalui pengukuran dengan skala semantic percaya diri dalam berinteraksi secara efektif
differential adalah data interval. Skala bentuk dengan lingkungan sosial dan alam dalam
ini biasanya digunakan untuk mengukur sikap jangkauan pergaulan dan keberadaannya).
atau karakteristik tertentu yang dimiliki
seseorang. Teknik jurnal harian memiliki kelebihan
dimana peristiwa/kejadian dicatat dengan segera.
3. Penilaian Antarteman Dengan demikian, jurnal bersifat asli dan
objektif dan dapat digunakan untuk memahami
Penilaian antar peserta didik merupakan siswa dengan lebih tepat. sementara itu,
teknik penilaian dengan cara meminta peserta kelemahan yang ada pada jurnal adalah
didik untuk saling menilai terkait dengan reliabilitas yang dimiliki rendah, menuntut
pencapaian kompetensi. Aspek kompetensi yang waktu yang banyak, perlu kesabaran dalam
dinilai adalah kompetensi inti spritual yaitu menanti munculnya peristiwa sehingga dapat
menghargai dan menghayati ajaran agama yang menggang-gu perhatian dan tugas guru, apabila
dianutnya, dan kompetesi inti sosial yaitu pencatatan tidak dilakukan dengan segera, maka
perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli objekti-vitasnya berkurang.
(toleransi, gotong royong), santun, dan percaya
diri. Pencatatan peristiwa pribadi dalam jurnal,
membutuhkan perhatian khusus dan guru perlu
Instrumen yang digunakan untuk penilaian mengenal dan memperhatikan perilaku peserta
antarpeserta didik adalah daftar cek dan skala didik baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
penilaian (rating scale) dengan teknik Aspek-aspek pengamatan ditentukan terlebih
sosiometri berbasis kelas. Guru dapat dahulu oleh guru sesuai dengan karakteristik
menggunakan salah satu dari keduanya atau mata pelajaran yang diajar. Aspek-aspek penga-
menggunakan dua-duanya. matan yang sudah ditentukan tersebut kemudian
Instrumen ini digunakan sebagai cross dikomunikasikan terlebih dahulu dengan peserta
check terhadap hasil penilaian diri yang didik di awal semester.
dilakukan oleh peserta didik. Daftar cek Beberapa hal yang perlu diperhatikan
disusun oleh pihak sekolah dan dapat diperbaiki dalam membuat jurnal adalah: (1) catatan atas
atau disempurnakan setiap semester. Instrumen pengamatan guru harus objektif, (2) pengamatan
daftar cek yang disediakan oleh sekolah dilaksanakan secara selektif, artinya yang
sekurang-kurangnya 10 eksemplar untuk setiap dicatat hanyalah kejadian/peristiwa yang
peserta didik atau 20% dari jumlah peserta didik berkaitan dengan Kompetensi Inti, dan (3)
dalam satu rombongan belajar. Peserta didik pencatatan segera dilakukan.
dinilai oleh teman satu kelasnya.
17 | Jurnal Al-Ta’lim, Volume 21, Nomor 1 Februari 2014, hlm. 10-17

Pedoman umum penyekoran jurnal: (1) Kemendikbud. 2013. Pedoman Penilaian Sikap.
penyekoran pada jurnal dapat dilakukan dengan Jakarta: Puskur
menggunakan skala likert. Sebagai contoh skala Kemendikbud. 2013. Kurikulum 2013. Jakarta:
1 sampai dengan 4. Bisa juga guru membuat Puskur
rentang skala 5, ataupun 7, (2) guru menentukan
aspek-aspek yang akan diamati, (3) masing- Lickona, T. 1991. Educating For Character.
masing aspek, guru menentukan indikator yang New York: Bantam
diamati, (4) setiap aspek yang sesuai dengan Marvin, B. 2005. What Works In Character
indikator yang muncul pada diri peserta didik Education: A research-driven guide for
diberi skor 1, sedangkan yang tidak muncul educators. St Louis: University of
diberi skor 0, (5) jumlahkan skor pada masing- Missouri
masing aspek, (6) skor yang diperoleh pada
masing-masing aspek kemudian direratakan, (7) Saryono, D. 2010. “Penyusunan Rencana
nilai Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), Tindakan Implementasi Pendidikan
dan Kurang (K). Karak-ter Bangsa di Sekolah”. Makalah
Training of Trainers Pengintegrasian
SIMPULAN Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
dalam Pembelajaran, Dinas Pendidikan
Pendidikan karakter yang diintegrasikan Provinsi Jawa Timur.
dalam kurikulum 2013 merupakan upaya peme-
rintah dalam meningkatkan dan membangun Sever, A.U.S. 1997. No laughing matter:
karakter bangsa yang lebih baik di masa datang. Boundariesof gender-based humour in the
Pembelajaran tematik terpadu yang dipilih classroom. Journalof Higher Education,
untuk dilaksanakan di SD dari kelas I sampai 68(1): 87-105.
kelas VI merupakan keputusan yang sangat Several of the points made in this section are
tepat untuk mengoptimalkan pendidikan taken from the article “What’s Right and
karakter di sekolah. Menggunakan tema dalam Wrong In Character Education Today” by
setiap kegiatan pembelajaran memungkinkan Eric Schaps, Esther F. Schaeffer, and
peserta didik dapat menerima informasi lebih Sanford N. McDonnell (Education Week
konkrit dan konteks-tual. On The Web, Sept. 12, 2001.
Pembelajaran tematik terpadu dalam Susan, F., et.al .2004. The Impact of Character
kurikulum 2013 mengintegrasikan sikap Education Curricula on Youth Educators.
spiritual (KI1), sikap sosial (KI2), pengetahuan Journal of Leadership Education Vol. 3.
(KI3) keterampilan (KI4). Pembelajaran Issue 3
diarahkan pada pemerolehan pengetahuan dan
keteram-pilan, namun sekaligus memberikan Suyanto. 2009. Urgensi Pendidikan Karakter .
penilaian terhadap sikap. Penilaian sikap Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen
dilakukan dengan empat teknik penilaian yaitu Pendidikan Dasar dan Menengah.
(1) teknik obser-vasi, (2) penilaian diri sendiri, Wibowo,T. 2013. Pendidikan Karakter untuk
(3) penilaian antar teman, (4) jurnal harian. Anak.
Teknik penilaian ini membutuhkan perhatian http://www.pendidikankarakter.com/diaks
khusus dari para guru, karena pada kurikulum es tanggal 10 Maret 2013
sebelumnya belum dilakukan. Guru perlu
Van, W. M.M. 2008. Module ECT 122-Study
pendalaman melalui pelatihan-pelatihan yang
Guide on Teaching Methods and Media
memadai agar objeti-vitas penilaian dapat
for the Post Graduate Certificate in
dilakukan secara optimal.
Education for Further Education and
Training Phase. Bloemfontein: University
of the Free State

DAFTAR RUJUKAN

You might also like