Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2015 (SENTIKA 2015) ISSN: 2089-9815

Yogyakarta, 28 Maret 2015

PENGEMBANGAN MODEL RESISTENSI TERHADAP SISTEM INFORMASI


AKADEMIK JURUSAN KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SURABAYA
Heru Santoso Wahito Nugroho1, Sunarto1, Subagyo1, Suparji1, Nuryani1, Hery Koesmantoro2
1
Program Studi Kebidanan Magetan, Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya
Jl.S. Parman 1 Magetan Jawa Timur
Telp. (351) 895216
2
Program Studi Kesehatan Lingkungan Magetan, Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya
Jl. Tri Pandita Magetan Jawa Timur
E-mail: heruswn@gmail.com

ABSTRAKS
Introduction: Implementation of management information systems based on information technology is
absolutely necessary for the organization, including health education institutions. Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Surabaya faces obstacles in the implementation of academic information system that is user
resistance, especially at the level of behavior apathetic and passive resistance. Purpose: The purpose of this
research is to develop models of user resistance to the implementation of academic information systems.
Methods: The population of this cross-sectional study was lecturers, staffs, and students in the Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Surabaya. Sample size is 320, which is taken with proportionated sampling
technique. There were 7 variables proposed as determinants of user resistance, include: lack of user education
and training (LUET), change in job content (CJC), usability issues and resistance to technology (UIRT), lack of
user involvement in the development process (LUID), and lack of communication between top management and
end-user (LCMU), increased effort (IE), and user expectation (EU). Data were collected through questionnaires,
and then analyzed using path analysis. Results: LCMU not proven as a determinant of user resistance. Direct
determinants for user resistance were IE and EU. IE was influenced directly by UIRT and influenced indirectly
by LEUT and CJC, while the EU was influenced directly by LUID. Conclusion: User resistance involves two
direct determinants namely IE and UE and four indirect determinants namely LUET, CJC, UIRT, and LUID.
Recommendation: Implementation of information systems need to be supported by: 1) training and assistance in
the face of changes in job content and the issue of resistance, in order to reduce the effort too hard, 2) user
involvement in the development of the system, so that user expectations easily realized.

Kata Kunci: information system, user resistance, determinant

1. PENDAHULUAN Kebidanan Sutomo Surabaya dan Prodi Kebidanan


1.1 Latar Belakang Magetan), ditemukan adanya kemalasan pengguna
Pada era informasi seperti sekarang ini, dalam melaksanakan SIAK, bahkan ada beberapa
teknologi informasi sangat dibutuhkan untuk orang yang belum menerapkan SIAK sama sekali.
mencapai efisiensi dan efektifitas organisasi Merujuk pada Cerom & Cregor (2010) berarti
(Wijaya, 2006), maka implementasi sistem informasi telah terjadi resistensi ringan (perilaku apatis dan
manajemen (SIM) berbasis teknologi informasi resistensi pasif) dalam implementasi SIAK di
mutlak diperlukan bagi organisasi, tidak terkecuali Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Surabaya.
institusi pendidikan kesehatan. Pada umumnya Dari hasil studi pendahuluan lanjutan melalui
sistem informasi dalam organisasi bersifat mandatori indepth interview dengan 10 orang pengguna, ada 3
(wajib bagi anggota organisasi) dan ini sering kemungkinan penyebab resistensi yaitu: 1)
menimbulkan resistensi (penolakan) pengguna, perubahan drastis isi pekerjaan dari off-line menuju
karena mereka belum tentu suka terhadap sistem on-line yang membebani, 2) besarnya pengorbanan
tersebut. Cerom & Cregor (2010) menyatakan waktu dan tenaga untuk menguasai sistem, 3)
bahwa resistensi dapat terjadi dalam empat tingkatan struktur dan fungsi SIAK yang belum memenuhi
yaitu: 1) perilaku apatis, 2) resistensi pasif, 3) harapan pengguna.
resistensi aktif, dan 4) resistensi agresif. Merujuk pada model resistensi menurut Salih, et
Sebagai sebuah organisasi pendidikan, Jurusan al. (2010), kemalasan melaksanakan SIAK identik
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Surabaya telah dengan resistance due to change (resistensi terhadap
mengimplementasikan Sistem Informasi Akademik perubahan). Sementara itu, kemungkinan penyebab
(SIAK) yang bersifat web-based sejak tahun 2012. yang pertama yaitu perubahan isi pekerjaan identik
Sistem ini sudah berjalan, namun ditemukan adanya dengan change in job content, penyebab kedua yaitu
resistensi pengguna terhadap sistem tersebut. Dari besarnya pengorbanan waktu dan tenaga untuk
hasil studi pendahuluan melalui observasi terhadap menguasai SIAK identik dengan increased effort,
perilaku pengguna di dua program studi (Prodi sedangkan penyebab ketiga yaitu struktur dan fungsi

121
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2015 (SENTIKA 2015) ISSN: 2089-9815
Yogyakarta, 28 Maret 2015

SIAK yang belum memenuhi harapan pengguna suatu cara terorganisir untuk mengumpulkan,
identik dengan user expectation. memasukkan, memroses data dan menyimpannya,
Dalam modelnya, Salih, et al. (2010) juga mengelola, mengontrol dan melaporkannya sehingga
menjelaskan peran dari empat determinan lainnya dapat mendukung perusahaan atau organisasi untuk
yaitu lack of education and user training, usability mencapai tujuan (Tantra, 2012). Sistem informasi
issues and resistance to technology, lack of user telah ada sejak sebelum era komputer, yang
involvement in the development process, dan lack of berfungsi memberikan informasi kepada manajer
communication between top-management and end sebagai dasar untuk merencanakan dan
user. Untuk selanjutnya, perlu dibuktikan melalui mengendalikan operasi, sehingga sistem informasi
penelitian ilmiah mengenai peran dari ketujuh bukanlah suatu hal baru, yang baru adalah
determinan tersebut dalam konteks terjadinya penggunaan komputer dalam sistem ini (Sutabri,
resistensi dalam implementasi SIAK di Jurusan 2012). Seiring dengan perkembangan teknologi
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Surabaya. informasi dan komunikasi (TIK), komputer telah
memainkan peranan penting karena sistem informasi
1.2 Rumusan Masalah yang sangat kompleks tidak dapat berjalan dengan
Berdasarkan latar belakang maka disusun baik tanpa adanya komputer (Supono, 2006).
rumusan masalah yaitu: “Bagaimanakah model Dengan pemanfaatan teknologi informasi ini,
resistensi pengguna dalam implementasi Sistem diharapkan dapat diwujudkan efisiensi dan
Informasi Akademik di Jurusan Kebidanan efektifitas organisasi (Wijaya, 2006).
Poltekkes Kemenkes Surabaya?” Sebagai sebuah sistem informasi, sistem
informasi akademik didukung oleh 5 komponen
1.3 Tujuan Penelitian utama yaitu: people resources, hardware resources,
Tujuan umum penelitian ini adalah software resources, data resource, dan network
mengembangkan model resistensi pengguna dalam resources, dan 5 komponen yang merupakan
implementasi SIAK di Jurusan Kebidanan Poltekkes aktifitas sistem informasi yaitu: input of data
Kemenkes Surabaya. resources, processing of data into information,
Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah: output of information products, storage of data
1) menganalisis pengaruh lack of education and user resources, dan control of system performance.
training terhadap usability issues and resistance to (Ablett, et al., 2013).
technology dalam implementasi SIAK, 2)
menganalisis pengaruh change in job content 1.4.2 Resistensi Pengguna terhadap Sistem
terhadap usability issues and resistance to Informasi sebagai Bentuk Perubahan
technology dalam implementasi SIAK, 3)
menganalisis pengaruh change in job content Kata “perubahan” banyak dibicarakan secara
terhadap increased effort dalam implementasi SIAK, antusias oleh para ahli strategi di korporasi bisnis,
4) menganalisis pengaruh usability issues and universitas ataupun lembaga pemerintahan.
resistance to technology terhadap increased effort Perubahan ini mencakup berbagai macam segi
dalam implementasi SIAK, 5) menganalisis kehidupan antara lain perubahan sosial-politik dan
pengaruh lack of communication between top- ekonomi, konsumen yang makin sulit diprediksi,
management and end user terhadap user expectation lingkungan bisnis yang makin kompleks, termasuk
dalam implementasi SIAK, 6) menganalisis juga perubahan teknologi yang revolusioner
pengaruh lack of user involvement in the (Wahyuningsih, 2012).
development process terhadap user expectation Semua hambatan terhadap proses perubahan,
dalam implementasi SIAK, 7) menganalisis baik hambatan yang disadari maupun tidak disadari
pengaruh increased effort terhadap resistance due to merupakan hasil kerja dari homeostasis, yaitu suatu
change dalam implementasi SIAK, 8) menganalisis kecenderungan untuk selalu tetap di posisi yang
pengaruh user expectation terhadap resistance due sama. Homeostasis bertujuan melindungi diri kita
to change dalam implementasi SIAK, 9) dari perubahan mendadak yang tidak kita inginkan.
menganalisis kesesuaian model struktural dari Namun homeostasis juga menjadi penghambat
resistensi pengguna dalam implementasi SIAK. perubahan menuju ke arah yang lebih baik. Jadi,
homeostasis akan menjaga titik kesetimbangan atau
1.4 Tinjauan Pustaka ekuilibrium, yang biasa dikenal juga dengan istilah
zona kenyamanan atau comfort zone. Setiap
1.4.1 Sistem Informasi Akademik perubahan yang akan kita lakukan pasti akan
Sebelum membicarakan sistem informasi mendapatkan perlawanan dari homeostasis
akademik, perlu diketahui terlebih dahulu pengertian (Gunawan, 2007).
dari sistem informasi secara umum, karena pada Resistensi dapat didefinisikan sebagai
dasarnya sistem informasi akademik merupakan mekanisme pertahanan pikiran bawah sadar yang
wujud penerapan sistem informasi dalam bidang bertujuan melindungi diri kita dari situasi yang
akademik atau pendidikan. Sistem informasi adalah dipandang tidak menyenangkan. Namun sebenarnya
122
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2015 (SENTIKA 2015) ISSN: 2089-9815
Yogyakarta, 28 Maret 2015

perubahan bukanlah hal yang menyakitkan. Justru memahami pentingnya perubahan sehingga
resistensi terhadap perubahan itu sendiri yang merekapun akan menerima perubahan tersebut.
membuat perubahan menjadi terasa menyakitkan c) Rational/self-interest change strategy
(Gunawan, 2007). Pendekatan ini dilakukan dengan menunjukkan
Wahyuningsih (2012) menjelaskan bahwa benefit yang akan diperoleh oleh individu dari
meskipun antusiasme terhadap perubahan dapat diterapkannya suatu perubahan, sehingga
dikatakan tinggi, namun antusiasme tersebut sering individu tersebut dengan sendirinya akan
tidak tertransformasikan secara baik ke level tertarik melakukan perubahan-perubahan.
operasional. Mind set ataupun paradigma tentang Mempelajari kendala-kendala terhadap
perubahan sering lebih terapresiasi ketika masih penerapan sistem informasi kesehatan, persoalan
dalam tahap formulasi strategi. Dan ketika ide itu SDM khususnya “user” seharusnya mendapat
diadopsi dan selanjutnya diimplementasikan, perhatian khusus. Ini cukup beralasan, karena
penolakan pun muncul kemudian, bahkan dibalik pesatnya perkembangan perangkat keras dan
kadangkala ketika sebuah awal sedang dimulai perangkat lunak sistem informasi kesehatan di
(Wahyuningsih, 2012). Indonesia, tampaknya kualitas pengguna masih
Kebanyakan orang tidak menyukai perubahan dipertanyakan. Terkait dengan hal ini Sanjaya
karena mereka memang tidak suka diubah. (2011) menekankan pentingnya kesiapan SDM baik
Resistensi terhadap perubahan pada umumnya akan pengguna maupun pengelola sistem informasi yang
terjadi ketika ada sesuatu yang mengancam ‘nilai’ belum dipersiapkan dengan baik saat ini. Masih
seseorang. Ancaman tersebut bisa saja riil tetapi juga banyak tenaga kesehatan yang belum memiliki
bisa hanya suatu persepsi saja. Dengan kata lain, kompetensi memadai untuk dapat mengoperasikan
ancaman ini bisa saja muncul dari pemahaman yang sistem informasi kesehatan.
memang benar atas perubahan yang terjadi atau Sanjaya (2011) menyatakan bahwa melihat
sebaliknya karena ketidakpahaman atas perubahan kondisi SDM kesehatan kita tersebut, bisa saja
yang terjadi (Wahyuningsih, 2012). terjadi resistensi (penolakan) terhadap sistem
Merujuk dari berbagai referensi, Wahyuningsih informasi kesehatan oleh tenaga kesehatan kita
(2012) menghimpun alasan-alasan utama seseorang sendiri. Untuk itu, dibutuhkan suatu strategi adopsi
melawan perubahan, sebagai berikut: 1) takut teknologi informasi yang baik, agar tidak terjadi
terhadap kemungkinan yang tidak diketahui, 2) takut resistensi yang bermuara kepada kegagalan sistem
akan kegagalan, 3) tidak sepakat dengan kebutuhan yang telah dibangun. Pendapat di atas cukup
akan perubahan, 4) takut kehilangan sesuatu yang beralasan karena minimnya kompetensi SDM
bernilai baginya, 5) enggan meninggalkan ‘wilayah’ kesehatan dalam hal teknologi informasi dapat saja
yang sudah nyaman, 6) keyakinan yang salah, 7) menimbulkan prasangka bahwa implementasi sistem
ketidakpahaman dan ketiadaan kepercayaan, 8) informasi terkomputerisasi akan menambah beban
ketidakberdayaan (inertia). kerja, merepotkan karena harus belajar dari awal dan
Mengingat pentingnya masalah resistensi dalam sebagainya.
perubahan, maka Kazi, et al. (2009) menyatakan
bahwa resistensi pengguna merupakanbagian dari 1.5 Kerangka Konseptual Penelitian
proses implementasi teknologi informasi. Berpijak
dari pernyataan itu, maka harus ada perhatian khusus
dalam upaya mengatasi resistensi terhadap
implementasi sistem informasi.
Untuk mengatasi resistensi terhadap perubahan,
David (2001) mengusulkan tiga pendekatan yang
dapat diterapkan yaitu:
a) Force change strategy
Bahwa perubahan harus terjadi (dipaksakan)
dan orang yang dapat mengharuskan terjadinya
perubahan adalah orang yang memiliki
kekuasaan, yaitu pimpinan. Ketika pimpinan
yang memiliki kekuasaan formal telah
memutuskan adanya perubahan, maka anggota
organisasi harus menerima perubahan tersebut.
Pendekatan ini tidak selalu buruk, jika
diterapkan pada kondisi yang tepat.
b) Educative change strategy
Pendekatan ini dilakukan dengan mengedukasi,
atau memberikan pengetahuan dan informasi
tentang perlunya suatu perubahan. Melalui
edukasi, anggota organisasi diharapkan akan Gambar 1. Kerangka konseptual penelitian
123
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2015 (SENTIKA 2015) ISSN: 2089-9815
Yogyakarta, 28 Maret 2015

2. PEMBAHASAN
Kerangka konseptual penelitian ini mengacu
kepada model resistensi pengguna dalam 2.1 Hasil Analisis Data
implementasi sistem informasi yang dikemukakan Hasil akhir dari analisis data menggunakan path
oleh Salih, et al. (2010), dengan hipotesis yaitu: analysis (Gambar 3 dan Tabel 1) menunjukkan
1. Lack of education and user training (LUET ) bahwa: ada dua jalur pengaruh yang tidak signifikan
berpengaruh langsung terhadap usability issues yaitu pengaruh CJC terhadap IE dan pengaruh
and resistance to technology (UIRT). LCMU terhadap UE.
2. Change in job content (CJC) berpengaruh
langsung terhadap usability issues and resistance
to technology (UIRT).
3. Change in job content (CJC) berpengaruh
langsung terhadap increased efforts (IE)
4. Usability issues and resistance to technology
(UIRT) berpengaruh langsung terhadap increased
efforts (IE)
5. Lack of communication between top-management
and end user (LCMU) berpengaruh langsung
terhadap user expectations(UE)
6. Lack of user involvement in the development
process (LUID) berpengaruh langsung terhadap
user expectations (UE)
7. Increased efforts (IE) berpengaruh langsung
terhadap resistance due to change (RDC)
8. User expectations (UE) berpengaruh langsung
terhadap resistance due to change (RDC)
Gambar 3. Model struktural dari resistensi
1.6 Metode Penelitian pengguna dalam implementasi SIAK di Jurusan
Penelitian cross sectional ini dilaksanakan pada Kebidanan Poltekkes Kemenkes Surabaya
bulan Mei-November 2014, dengan populasi dosen,
karyawan, dan mahasiswa Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Surabaya yang wajib Tabel 1. Text output dari pengujian model
menggunakan SIAK pada Tahun Akademik resistensi pengguna dalam implementasi SIAK
2013/2014. Besar sampel adalah 325 orang, yang di Jurusan Kebidana Poltekkes Kemenkes
diambil dengan teknik proportionated sampling. Surabaya
Data dikumpulkan menggunakan kuesioner
tentang resistensi terhadap implementasi sistem Hipotesis Estimate S.E. C.R. P
informasi berbasis teknologi dan determinannya UIRT  LEUT .162 .035 4.677 ***
yang diadopsi dari Salih, et al. (2010). Selanjutnya UIRT  CJC .291 .042 6.959 ***
data dianalisis yaitu: 1) path analysis menguji IE  UIRT .505 .036 14.127 ***
signifikansi jalur-jalur pengaruh dalam hipotesis, 2) UE  LUID .353 .033 10.853 ***
menguji kesesuaian model/ goodness of fit. RDC  IE .552 .041 13.436 ***
RDC  UE .265 .036 7.420 ***
*** = prob. <0,001, ** = prob. <0,01, * = prob. <0,05

2.2 Pengaruh lack of education and user


training (LUET) terhadap usability issues
and resistance to technology (UIRT)

Hasil analisis menunjukkan bahwa LUET adalah


prediktor bagi UIRT, atau dengan kata lain
kurangnya pengalaman pendidikan dan pelatihan
dari pengguna akan berdampak pada masalah
penggunaan dan resistensi terhadap teknologi secara
umum. Kondisi ini senada dengan laporan Salih, et
al. (2010) yang menunjukkan adanya korelasi kuat
antara LEUT dan UIRT dengan koefisien korelasi
Gambar 2. Kerangka analisis data 0,87. Pembuktian hipotesis tersebut menunjukkan
bahwa pendidikan dan pelatihan bagi pengguna
mutlak diperlukan mengiringi implementasi sistem
124
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2015 (SENTIKA 2015) ISSN: 2089-9815
Yogyakarta, 28 Maret 2015

informasi. Hal ini diharapkan dapat memberikan terhadap IE dengan koefisien korelasi hampir
jaminan agar pengguna sistem menjadi lebih sempurna yaitu sebesar 0,99. Dengan demikian
familier terhadap teknologi, sehingga dapat dapat dikatakan bahwa masalah penggunaan dan
mengurangi perilaku resisten terhadap teknologi resistensi secara umum terhadap teknologi akan
tersebut. Upaya ini penting mengingat bahwa setiap berdampak terhadap besarnya usaha untuk
perubahan (termasuk implementasi SIAK) pasti akan mempelajari atau menguasai sistem informasi yang
mendapatkan perlawanan dari homeostasis dari menggunakan teknologi. Dalam hal ini, semakin
masing-masing individu pengguna (Gunawan, berat masalah penggunaan teknologi dan resistensi,
2007). maka akan semakin berat pula usaha yang harus
dilakukan oleh para pengguna untuk dapat
2.3 Pengaruh change in job content (CJC) menguasai teknologi dari sistem yang
terhadap usability issues and resistance to diimplementasikan.
technology (UIRT) Beratnya usaha untuk mengikuti perubahan
sebagai akibat implementasi sistem informasi bias
Hasil penelitian menunjukkan bahwa CJC menimbulkan inersia (ketidakberdayaan). Semakin
merupakan prediktor bagi UIRT. Ini menunjukkan besar upaya individu untuk mempertahankan status
bahwa perubahan isi pekerjaan (dalam hal ini adalah quo, maka akan semakin besar pula usaha yang
perubahan dari offline system menuju online system) dibutuhkan untuk dapat mengimbangi perubahan.
telah berdampak pada masalah penggunaan dan Jika individu tidak toleran terhadap keadaan ini,
resistensi terhadap teknologi. Pembuktian hipotesis maka yang terjadi adalah kelelahan dan
ini relevan dengan hasil penelitian Salih, et al. ketidakberdayaan (Wahyuningsih, 2012).
(2010) yang membuktikan kuatnya hubungan antara Mengacu kepada pembuktian hipotesis
CJC dan UIRT dengan koefisien korelasi 0,85. Ini pengaruh UIRT terhadap IE, maka agar keberdayaan
mengindikasikan bahwa perubahan job content ini dapat diminimalisir, maka diperlukan upaya
sebagai akibat dari implementasi sistem informasi untuk meminimalisir resistensi terhadap teknologi
harus mendapatkan perhatian khusus. Pada secara umum. Salah satu upaya strategis yang
umumnya para calon pengguna sistem telah berada relevan adalah educative change strategy, yaitu
dalam comfort zone (zona yang nyaman) dalam melalui edukasi atau memberikan pengetahuan dan
keadaan status quo, sehingga setiap perubahan informasi tentang perlunya suatu perubahan. Melalui
(khususnya perubahan yang bersifat radikal) akan edukasi, anggota organisasi diharapkan akan
menimbulkan gangguan terhadap homeostasis atau memahami pentingnya perubahan sehingga
ekuilibrium ini (Gunawan, 2007). merekapun akan menerima perubahan tersebut.
Selain itu diperlukan pula rational/self-interest
2.4 Pengaruh change in job content (CJC) change strategy, yang dilakukan dengan
terhadap increased efforts (IE) menunjukkan benefit (keuntungan) yang akan
diperoleh oleh individu dari diterapkannya suatu
Hasil analisis data menunjukkan bahwa CJC perubahan, sehingga individu tersebut dengan
tidak terbukti sebagai prediktor bagi IE. Ini sendirinya akan tertarik melakukan perubahan-
menunjukkan bahwa perubahan isi pekerjaan hanya perubahan (David, 2001).
berpengaruh terhadap masalah penggunaan dan Dalam hal ini jika para pengguna sudah
resistensi, dan tidak berpengaruh terhadap diarahkan kepada pentingnya dan keuntungan dari
peningkatan usaha agar dapat menguasai sistem implementasi SIAK, maka diharapkan resistensi atau
informasi. Dengan demikian, dalam lingkup penolakan terhadap penerapan teknologi di dalam
penerapan SIAK setempat, IE tidak dipengaruhi oleh sistem informasi akademik akan berkurang, dan
CJC. Ini berbeda dengan hasil penelitian Salih, et al. sebaliknya mereka akan lebih responsif terhadap
(2010) yang menunjukkan bahwa CJC berpengaruh kehadiran SIAK berbasis teknologi informasi.
besar terhadap IE dengan koefisien korelasi sebesar
0,87. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa 2.6 Pengaruh lack of communication between
dalam model resistensi SIAK, CJC masih berperan top-management and end user (LCMU)
sebagai salah satu determinan dari IE, namun bukan terhadap user expectations (UE)
sebagai determinan langsung, melainkan sebagai
determinan tidak langsung melalui UIRT. Hasil analisis menunjukkan bahwa LCMU tidak
terbukti sebagai prediktor bagi UE, dengan demikian
2.5 Pengaruh usability issues and resistance to kurangnya komunikasi antara pimpinan institusi
technology (UIRT) terhadap increased dengan pengguna SIAK tidak berpengaruh terhadap
efforts (IE) harapan pengguna terkait SIAK. Berarti, dalam
lingkup penerapan SIAK setempat, harapan
Hasil analisis data menunjukkan bahwa UIRT pengguna tidak dipengaruhi oleh komunikasi antara
adalah prediktor bagi IE. Ini selaras dengan laporan pimpinan institusi dan pengguna. Ini berbeda dengan
Salih, et al. (2010) bahwa UIRT berpengaruh kuat hasil penelitian Salih, et al. (2010) bahwa LCMU
125
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2015 (SENTIKA 2015) ISSN: 2089-9815
Yogyakarta, 28 Maret 2015

berpengaruh sangat kuat terhadap UE dengan untuk menguasi sistem informasi telah berdampak
koefisien korelasi sebesar 0,97. Dalam model pada resistensi pengguna dalam implementasi SIAK.
resistensi SIAK yang diusulkan, jalur pengaruh Semakin besar usaha pengguna untuk menguasai
LCMU terhadap UE merupakan satu-satunya jalur sistem informasi, maka akan semakin besar pula
pengaruh yang melibatkan LCMU, sehingga tidak resistensi atau penolakan mereka terhadap system,
terbuktinya hipotesis ini mempertegas bahwa LCMU maka dalam implementasi sistem informasi yang
adalah variabel yang tidak mempengaruhi terjadinya baru harus diantisipasi bahwa sistem harus minim
resistensi pengguna SIAK di Jurusan Kebidanan kerumitan, karena semakin rumit sistem, akan
Poltekkes Kemenkes Surabaya. semakin berat usaha pengguna untuk dapat
menerapkannya. Kerumitan sistem berkaitan dengan
2.7 Pengaruh lack of user involvement in the struktur dari sistem informasi, misalnya interface
development process (LUID) terhadap user (tampilan), menu-menu, variabel-variabel dan
expectations (UE) sebagainya. Sedangkan tingkat kerumitan dari
sistem itu sendiri sering disebut sebagai “ease of
Hasil analisis membuktikan bahwa LUID use”, dengan demikian derajat kerumitan yang
merupakan prediktor bagi UE, atau dengan kata lain dirasakan oleh pengguna lazim dikenal sebagai
kurangnya keterlibatan pengguna dalam “perceived ease of use” atau PEOU (Davis, et al.,
pengembangan SIAK akan berdampak pada harapan 1989, Davis, 1993; Venkatesh & Davis, 2000;
pengguna. Kondisi ini senada dengan hasil Venkatesh, 2008). Jika sistem informasi
penelitian Salih, et al. (2010) yang menunjukkan dipersepsikan sulit diterapkan oleh pengguna, maka
adanya korelasi yang sangat kuat antara LUID dan akan menimbulkan usaha yang lebih berat bagi
UE dengan koefisien korelasi 0,98. Ini menunjukkan pengguna untuk menjalankannya, sebaliknya
bahwa keterlibatan pengguna dalam pengembangan semakin mudah prosedur sistem informasi maka
sistem informasi mutlak diperlukan mengiringi usaha untuk menguasainya juga terasa lebih ringan.
implementasi sistem informasi. Jika pengguna Sistem informasi yang mudah dioperasikan juga
dilibatkan dalam pengembangan sistem informasi, akan banyak membantu pengguna untuk keluar dari
maka keinginan-keinginan para pengguna terkait comfort zone dalam situasi status quo. Ini penting,
dengan sistem tersebut dapat diakomodir secara dini. karena semakin mapan berada dalam posisi status
Dengan demikian dapat terbentuk sistem yang lebih quo maka pengguna akan lebih statis berada dalam
familier bagi pengguna, baik terkait interface posisi resisten terhadap perubahan (Wahyuningsih,
(tampilan), menu, variabel, serta fitur-fitur lainnya. 2012).
Jika sejak awal mereka telah terlibat di dalam
pengembangan sistem, maka ketika sistem 2.9 Pengaruh user expectations (UE) terhadap
diimplementasikan tentulah sudah banyak harapan- resistance due to change (RDC)
harapan yang terpuaskan, karena sudah diakomodir
sejak system tersebut mulai dibangun. Upaya Hasil analisis menunjukkan bahwa UE
melibatkan pengguna dalam pengembangan sistem merupakan prediktor bagi RDC. Ini selaras dengan
juga dapat meluruskan pemahaman yang keliru laporan Salih, et al. (2010) bahwa UE berpengaruh
bahwa perubahan menuju hal yang baru merupakan kuat terhadap RDC (r=0,97). Dengan demikian
langkah yang salah. Dengan melibatkan para dapat dikatakan bahwa harapan pengguna terhadap
pengguna dalam proses perubahan menuju sistem informasi berdampak terhadap besarnya
implementasi sistem baru berbasis teknologi, maka resistensi terhadap implemenstasi sistem. Jika
secara bertahap mereka akan terpapar dengan kondisi sistem informasi semakin jauh dari harapan
teknologi yang akan diimplementasikan sehingga pengguna, maka semakin besar resistensi pengguna
menjadi semakin familier terhadap teknologi sistem tersebut. Untuk itu, dalam
tersebut. Ini merupakan salah satu bentuk dari mengimplementasikan sistem informasi harus
educative change strategy dan rational/self-interest diperhatikan apakah sistem tersebut benar-benar
change strategy sebagaimana disampaikan oleh sudah sesuai dengan harapan pengguna, baik
David (2001) dalam pembahasannya mengenai harapan dari segi struktur maupun fungsi dari
pendekatan-pendekatan dalam upaya mengatasi sistem. Pada umumnya dari segi struktur sistem
resistensi terhadap perubahan. informasi, pengguna berharap bahwa sistem akan
mudah dioperasikan, sehingga jika mereka meyakini
2.8 Pengaruh increased efforts (IE) terhadap bahwa jika sistem yang diimplementasikan mudah
resistance due to change (RDC) digunakan, maka mereka cenderung lebih mudah
untuk menerima sistem tersebut. Ini identik dengan
Dari hasil analisis diketahui bahwa IE terbukti perceived ease of use (Davis, et al., 1989).
sebagai prediktor bagi RDC. Kondisi ini relevan Sementara itu dari segi fungsi sistem informasi,
dengan laporan Salih, et al. (2010) tentang kuatnya umumnya pengguna berharap bahwa implementasi
hubungan antara IE dan RDC (r=0,97). Ini sistem informasi akan menghasilkan nilai
menunjukkan bahwa perubahan peningkatan usaha kemanfaatan yaitu dapat meningkatkan kinerja
126
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2015 (SENTIKA 2015) ISSN: 2089-9815
Yogyakarta, 28 Maret 2015

mereka. Peran sistem informasi dalam meningkatkan expectation dan empat determinan tak langsung
kinerja ini dikenal sebagai “usefulness”, sedangkan yaitu lack of education and user training, change in
nilai kemanfaatan yang dirasakan dikenal sebagai job content, usability issues and resistance to
“perceived usefulness” atau PU (Davis, et al., 1989). technology, dan lack of user involvement in the
Mengacu kepada nilai pemenuhan harapan development process.
pengguna berdasarkan struktur dan fungsi (perceived
ease of use dan perceived usefulness) menurut 3.2 Saran
Davis, et al. (1989) tersebut, sebaiknya dalam Untuk mengatasi resistensi pengguna dalam
membangun sistem informasi, perlu direncanakan implementasi SIAK, hal-hal yang perlu dilakukan
dengan matang agar sistem tersebut mudah adalah: 1) memberikan pelatihan dan pendampingan
digunakan oleh pengguna, termasuk pengguna yang bagi pengguna dalam beradaptasi terhadap
baru mengenal teknologi. Sistem juga harus dapat perubahan job content dan isu resistensi karena ini
meringankan pekerjaan, yakni meningkatkan bisa mengurangi usaha keras untuk melaksanakan
efisiensi (lebih menghemat waktu, biaya, dan sistem informasi, 2) melibatkan pengguna dalam
tenaga), juga meningkatkan efektifitas kerja, pengembangan sistem karena hal ini dapat
misalnya membuat hasil kerja lebih berkualitas dan mempermudah terwujudnya harapan mereka
menambah volume kerja yang dapat diselesaikan terhadap sistem informasi yang dimmplementasikan.
(Davis, 1993). Jika usaha terlalu keras dapat diturunkan dan
harapan pengguna dapat diwujudkan maka
2.10 Model Struktural dari resistensi pengguna diharapkan resistensi pengguna dalam implementasi
dalam implementasi SIAK sistem informasi dapat berkurang.
Terkait dengan keterbatasan penelitian ini,
Meskipun secara terpisah telah dibuktikan diharapkan dilakukan penelitian lanjutan untuk
signifikansi enam jalur pengaruh antar variabel dan menghasilkan model yang lebih fit, yang tidak hanya
masing-masing dapat ditetapkan sebagai rujukan melibatkan path analysis tetapi juga confirmatory
bagi penelitian lainnya, namun model struktural factor analysis yang terintegrasi dalam structural
secara utuh tidak fit, yang berarti tidak sesuai equation modeling
dengan kondisi riil dari populasi penelitian.
Keseluruhan poin penting yang menjadi dasar bagi PUSTAKA
kesesuaian model secara keseluruhan yaitu X2/df,
RMSEA, GFI, AGFI, SRMR, NFI, NNFI, CFI tidak Ablett, E., Bellizzi, D., Byers, J., Cove, S.,
ada yang memenuhi cut off value. Dengan demikian Dobrusin, M., Frey, A. & Hanke, J., 2013.
dapat dikatakan bahwa data hasil studi terhadap Introduction of IS Management, San Fransisco:
sampel ini belum belum mencerminkan kondisi Wikispaces.
sesungguhnya dalam populasi, atau secara lebih Cerom, M. R., & Cregor, H. E. 2010. Avoiding
singkat bisa dikatakan bahwa kerangka struktural Management of Resistance During IT Pre-
hasil analisis bukan merupakan model atau Implementation Phase: A Longitudinal
penyederhanaan dari keadaan populasi. Research A High Tech Corporation.
Hasil ini mengindikasikan bahwa secara David, F. R., 2001. Concepts of Strategic
keseluruhan, model yang dihasilkan belum dapat Management. s.l.: Prentice Hall, Inc.
disimpulkan sebagai model teori bagi resistensi Davis, F. D., 1989. Perceived Usefulness, Perceived
pengguna dalam implementasi sistem informasi Ease of Use, and User Acceptance of
akademik di Jurusan Kebidanan Poltekkes Information Technology. MIS Quarterly, XIII:
Kemenkes Surabaya. Maka, diperlukan studi lebih 319-339.
lanjut secara lebih seksama khususnya yang Davis, F. D., 1993. User Acceptance of Information
berkaitan dengan instrumen pengumpulan data. Technology: System Characteristics, User
Dalam hal ini karena tidak adanya confirmatory Perceptions and Behavioral Impacts.
factor analysis (CFA), sangat besar kemungkinan International Journal of Man-Machine Studies,
adanya item-item yang overlap, dalam arti satu item XXXVIII: 475-487.
bisa menjadi indikator bagi lebih dari satu variabel Gunawan, A.W., 2007. The Secret of Mainset.
(Hooper, et al., 2008). Untuk itu sebaiknya Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
dilakukan penyempurnaan analisis menggunakan Hooper, D., Coughlan, J. & Mullen, M. R., 2008.
structural equation modeling (SEM). Structural Equation Modelling: Guidelines for
Determining Model Fit. Journal of Business
3. KESIMPULAN Research Methods, 53-60.
Kazi, A.S., Aouad, C. & Baldwin, A. 2009. A
3.1 Kesimpulan Process View On End User Resistance During
Dalam konteks implementasi SIAK, disimpulkan Construction It Implementations. Journal of
bahwa resistensi pengguna ditentukan oleh dua Information Technology in Construction, XIV:
determinan langsung yaitu increased effort dan user 353-365.
127
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2015 (SENTIKA 2015) ISSN: 2089-9815
Yogyakarta, 28 Maret 2015

Sanjaya, G. Y., 2011. Sistem Informasi Kesehatan


Nasional: Penguatan Kompetenasi Tenaga SIK
di Indonesia, Melalui Program Kolaborasi
dengan Universitas. Jendela Data dan Informasi
Kesehatan, III: 14-19.
Supono, R. A. 2006. Penerapan Teknologi Informasi
pada Dunia Kedokteran: Peluang dan Hambatan
Penerapan Pengobatan Jarak Jauh Berbasis
Internet di Negara Berkembang. Sistem
Informasi dalam Berbagai Perspektif, I: 160-
163.
Sutabri, T., 2012. Konsep Sistem Informasi.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Tantra, R., 2012. Manajemen Proyek Sistem
Informasi: Bagaimana Mengelola Proyek
Sistem Informasi Secara Efektif dan Efisien.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Venkatesh, V., 2008. Technology Acceptance Model
3 and A Research Agenda on Interventions.
Decision Sciences, XXXIX (2): 273-315.
Venkatesh, V., Davis, F. D., 2000. A Theoretical
Extension of The Technology Acceptance
Model: Four Longitudinal Field Studies.
Management Science, XLVI: 186–204.
Wahyuningsih, 2012. Resistensi Terhadap
Perubahan. s.l.: s.n.
Wijaya, S. W. (2006). Kajian Teoritis Technology
Acceptance Model Sebagai Model Pendekatan
Untuk Menentukan Strategi Mendorong
Kemauan Pengguna Dalam Menggunakan
Teknologi Informasi dan Komunikasi. Sistem
Informasi dalam Berbagai Perspektif, I: 186-
189.

128

You might also like