Professional Documents
Culture Documents
Welding Position
Welding Position
Welding Position
• Tiago Pereira
Welding Positions, a
reference to the positional
aspects of welding
Welding Positions are the positional relation between the welder and the production
piece to be welded. In ISO 15614-1, ASME IX and AWS D1.1 (referring to AWS
A3.0), the ideals are pretty similar, but have a different naming system.
If you’d like to read some more on other issues, you can use our blog, or follow us
on facebook, twitter and linkedin,
Below this is a diagram which you can use to define the horizontal positions (this
means the weld progression is done horizontally). This whole article and the diagrams
below will already be featuring the conversion between ISO standards to AWS /
ASME standards naming system.
You’ll notice that you’ll essentially only need to pay attention to half of this diagram,
as the other half is exactly the same (mirrored), which means the PC / 2G position is
the same on either side of the plate or pipe.
PC / 2G: Commonly referred to as the horizontal position for butt welds. The piece
will be directly parallel to the welders body and he’ll usually weld the piece while it is
right in front of him:
PD / 4F: This is the overhead position for fillet welds. The welder will be holding the
torch at around 45º most of the times (even if it depends on the plate or pipe position),
this time while being below the piece.
PE / 4G: Overhead position for butt welds. The welder will be holding the torch from
directly below the piece. It is quite hard as a position and requires proper weld
parameter settings.
PG / 3G Downhill: Vertical down for butt or fillet welds. The welder will use the
metal from the upper parts of the test piece and the electric arc’s own kinetic force (as
well as some superficial tension) to maintain the weld puddle. This is a good position
in terms of productivity, and there are already very competent systems to weld in this
position on semi-automatic welding.
PH / 5G Uphill: Vertical up position for pipe butt welds. This is a very common way
of welding pipes manually. The welder will be welding in three different positions,
starting with the overhead position, then going through the horizontal position, and
finishing on the flat position
PH / 5G Downhill: Vertical down position for pipe butt welds. This is a very
productive way of welding pipes manually, but should be done only with specific
equipment for pipe welding against the force of gravity. The welder will be welding in
three different positions, starting with the flat position, then going through the
horizontal position, and finishing on the overhead position.
H-L045 / 6G Uphill and J-L045 / 6G Downhill: The hardest positions for a welder
to perform. Usually only performed on weld tests, in order to qualify a welder for all
other positions. This is essentially the same as PH / PJ / 5G but with the pipe at a 45º
angle.
H-L045 / 6G Uphill
J-L045 / 6G Downhill
So, to summarize, these are the comparisons between ISO standard positions and
ASME / AWS nomenclature:
PA 1G / 1F
PB 2F
PC 2G
PD 4F
PE 4G
PF 3G Uphill
Las listrik
Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian
Las busur listrik umumnya disebut las listrik adalah salah satu cara menyambung logam
dengan jalan menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan
disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair, demikian juga
elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada ujungnya dan merambat terus
sampai habis. Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung
tercampur dan mengisi celah dari kedua logam yang akan disambung, kemudian membeku dan
tersambunglah kedua logam tersebut.
Mesin las busur listrik dapat mengalirkan arus listrik cukup besar tetapi dengan tegangan yang
aman (kurang dari 45 volt). Busur listrik yang terjadi akan menimbulkan energi panas yang cukup
tinggi sehingga akan mudah mencairkan logam yang terkena. Besarnya arus listrik dapat diatur
sesuai dengan keperluan dengan memperhatikan ukuran dan type elektrodanya.
Pada las busur, sambungan terjadi oleh panas yang ditimbulkan oleh busur listrik yang terjadi
antara benda kerja dan elektroda. Elektroda atau logam pengisi dipanaskan sampai mencair dan
diendapkan pada sambungan sehingga terjadi sambungan las. Mula-mula terjadi kontak antara
elektroda dan benda kerja sehingga terjadi aliran arus, kemudian dengan memisahkan
penghantar timbullah busur. Energi listrik diubah menjadi energi panas dalam busur dan suhu
dapat mencapai 5500 °C.
Ada tiga jenis elektroda logam, yaitu elektroda polos, elektroda fluks dan elektroda berlapis tebal.
Elektroda polos terbatas penggunaannya, antara lain untuk besi tempa dan baja lunak. Biasanya
digunakan polaritas langsung. Mutu pengelasan dapat ditingkatkan dengan memberikan lapisan
fluks yang tipis pada kawat las. Fluks membantu melarutkan dan mencegah terbentuknya
oksida-oksida yang tidak diinginkan. Tetapi kawat las berlapis merupakan jenis yang paling
banyak digunakan dalam berbagai pengelasan komersil.
Daftar isi
1. Penyalaan busur listrik sukar dan busur listrik yang terjadi tidak stabil,
2. Terlalu banyak tumpukan logam las karena panas yang terjadi tidak mampu melelehkan
elektroda dan bahan bakar dengan baik,
3. Penembusan kurang baik,
4. Pinggiran-pinggiran dingin.
1. Tepat dan stabil, menghasilkan daerah perpaduan dengan bahan dasar dan perembesan
luasnya baik.
2. Terlalu cepat, menghasilkan perembesan las yang dangkal karena pemanasan bahan
bakar dasar
3. Terlalu lambat, menghasilkan alur yang lebar (lihat gambar). Hal ini dapat menimbulkan
kerusakan sisi las, terutama bila bahan dasar yang dilas tipis.
E = Elektroda
60 = Kekeuatan Tarik
1 = Posisi Pengelasan
0 = tipe coating dan arus
Spesifikasi kawat k las terbungkus untuk Low k Steel diatur pada AWS
A5.5[sunting | sunting sumber]
Empat digit pertama sama pembacaanya dengan kode untuk mild steel Diikuti dengan garis
(dash) dan huruf serta angkasebagai sebagai unsur paduan
elektroda baja
elektroda nikel
elektrode perunggu
elektroda besi tuang
Elektroda nikel
Elektroda jenis ini dipakai untuk mengelas besi tuang, bila hasil las masih dikerjakan lagi dengan
mesin. Elektroda nikel dapat dipakai dalam sagala posisi pengelasan. Rigi-rigi las yang
dihasilkan elektroda ini pada besi tuang adalah rata dan halus bila dipakai pada pesawat las DC
kutub terbalik. Karakteristik elektroda nikel dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Elektroda baja
Elektroda jenis ini bila dipakai untuk mengelas besi tuang akan menghasilkan deposit las yang
kuat sehingga tidak dapat dikerjakan dengan mesin. Dengan demikian elektroda ini dipakai bila
hasil las tidak dikerjakan lagi. Untuk mengelas besi tuang dengan elektroda baja dapat dipakai
pesawat las AC atau DC kutub terbalik.
Elektroda perunggu
Hasil las dengan memakai elektroda ini tahan terhadap retak, sehingga panjang las dapat
ditambah. Kawat inti dari elektroda dibuat dari perunggu fosfor dan diberi selaput yang
menghasilkan busur stabil.
Elektroda dengan Hydrogen rendah
Elektroda jenis ini pada dasarnya dipakai untuk baja yang mengandung karbon kurang dari
1,5%. Tetapi dapat juga dipakai pada pengelasan besi tuang dengan hasil yang baik. Hasil
lasnya tidak dapat dikerjakan dengan mesin.
Elektroda Untuk Aluminium[sunting | sunting sumber]
Aluminium dapat dilas listrik dengan elektroda yang dibuat dari logam yang sama. Pemilihan
elektroda aluminium yang sesuai dengan pekerjaan didasarkan pada tabel keterangan dari
pabrik yang membuatnya. Elektroda aluminium AWS-ASTM AI-43 untuk las busur listrik adalah
dengan pasawat las DC kutub terbalik dimana pemakaian arus dinyatakan dalam tabel berikut
Elektroda untuk palapis Keras[sunting | sunting sumber]
Tujuan pelapis keras dari segi kondisi pemakaian yaitu agar alat atau bahan tahan terhadap
kikisan, pukulan dan tahan aus. Untuk tujuan itu maka Elektroda untuk pelapis keras dapat
diklasifikasikan dalam tiga macam Yaitu: