Professional Documents
Culture Documents
Inovasi Model Pengembangan Kebijakan Ekonomi Kreatif Provinsi Banten
Inovasi Model Pengembangan Kebijakan Ekonomi Kreatif Provinsi Banten
Ahmad Sururi
Program Studi Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Serang Raya (UNSERA)
Jalan Raya Serang, Cilegon KM. 5 Taman Drangong Serang, Drangong, Kec. Serang, Kota Serang,
Banten 42116
Email: ahmadbroer@gmail.com
Abstract
The dimension of creative economy in Provinsi Banten to date has not shown the
expected growth. The reasons for the lack of potential and creative economic
resources in Provinsi Banten are the lack of development of industrial structures
that support the development of creative economy, the lack of financing schemes
for creative industries, limited access to creative economy marketing and the lack
of optimum institutional support for creative economy (government synergy
Creative communities, businesses and academics). The purpose of this study is to
describe the creative economic potential of Banten province, especially from the
export aspects of creative economy products, descriptions of opportunities and
challenges of creative economy in Banten and the study of policy analysis model of
innovation of creative economy development of Provinsi Banten. Research method
using policy research and approach used in this research is qualitative approach.
This research is also analytical descriptive because the research is not only limited
to the description of the object of the study but also the analysis. The results and
conclusions show that the Provinsi Banten has capital and potential of export
products of creative economy, there are opportunities that can be utilized and
challenges and the need to strengthen the synergy between creative economic
actors such as society, government, academic / intellectual, business And creative
community in encouraging the development of creative economy in Banten
province through an innovative model of creative economic policy development.
menjadi sebuah keniscayaan bagi suatu kreatifitas harus dibangun melalui sebuah
negara dan daerah untuk terus berupaya konsep yang memberikan space bagi
mendorong perekonomian dengan berbagai tumbuhnya komunitas kreatif. Bahwa
pengembangan gagasan dan peningkatan ekonomi kreatif adalah sebuah konsep yang
kualitas sumber daya manusia melalui menempatkan kreativitas dan pengetahuan
ekonomi kreatif sebagai lokomotive sebagai aset utama dalam menggerakkan
perekonomiannya. ekonomi. Konsep ini telah memicu
Peran penting ekonomi kreatif di ketertarikan berbagai negara untuk
Indonesia diwujudkan dalam Peraturan melakukan kajian seputar Ekonomi Kreatif
Presiden Nomor 72 Tahun 2015 Tentang dan menjadikan Ekonomi Kreatif model
Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 6 utama pengembangan ekonomi. Indonesia
Tahun 2015 Tentang Badan Ekonomi Kreatif Kreatif. (2013)..
yang terdiri atas 16 sub-sektor, yaitu : (1) Sasaran kebijakan ekonomi kreatif
Arsitektur; (2) Desain interior; (3) Desain Provinsi Banten disusun dengan tetap
Komunikasi Visual; (4) Desain Produk; berpedoman pada arah kebijakan
(5) Film, animasi dan video; (6) pembangunan ekonomi Provinsi Banten
Fotografi; (7) Kriya; (8) Kuliner; (9) Musik; yang telah tercantum dalam RPJMN 2015-
(10) Fashion; (11) Aplikasi dan game 2019, RPJMD Provinsi Banten tahun 2012-
developer; (12) Penerbitan; (13) Periklanan; 2017 dan RPJPD Provinsi Banten tahun
(14) Televisi dan radio; (15) Seni 2005-2005. Akan tetapi kebijakan tersebut
pertunjukan; dan (16) Seni rupa. Dengan belum dilakukan secara terintegrasi sehingga
demikian pengembangan setiap daerah atau belum optimal menumbuhkembangkan
provinsi di Indonesia untuk menjadikan potensi ekonomi kreatif di Provinsi Banten.
peran penting ekonomi kreatif perlu Sebagai sebuah konsep yang berbasis pada
diupayakan secara intensif. Oleh sebab itu pengembangan sumber daya manusia,
diperlukan pengembangan ekonomi kreatif ekonomi kreatif bertransformasi menjadi
bagi suatu daerah termasuk dalam hal ini sebuah opsi dalam meningkatkan kualitas
Provinsi Banten untuk menjawab tantangan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi suatu
permasalahan pembangunan diantaranya daerah. Kesenjangan wilayah kota dan
pertumbuhan ekonomi yang relatif konstan kabupaten di Provinsi Banten yang tidak
atau bahkan cenderung rendah, tingkat merata dari aspek pertumbuhan ekonomi dan
kemiskinan dan pengangguran yang masih kesejahteraan menjadi permasalahan yang
tinggi, dan daya saing industri kreatif yang menyebabkan belum signifikannya
masih rendah. pertumbuhan ekonomi Banten. Dari kurun
Ekonomi kreatif memerlukan faktor waktu tahun 2014 hingga tahun 2016 dapat
kreatifitas sebagai instrumen utama. Dan terlihat pertumbuhan ekonomi dan PDRB
Inovasi Model Pengembangan Kebijakan 97
Ekonomi Kreatif Provinsi Banten (Sururi)
Amerika Serikat. Howkins dengan ringkas kreatf dam potensi kekayaan alam budaya
mendefinisikan ekonomi kreatif, yaitu (Hamdan, 2016) merupakan modal penting
“The creation of value as a result of menuju pengembangan ekonomi kreatif.
idea”. (http://indonesiakreatif.bekraf.go.id). Selanjutnya penelitian Simatupang dkk
Sedangkan United Nations Conference on 2008, memberikan kesimpulan bahwa dalam
Trade and Development (UNCTAD) ekonomi kreatif, pemerintah (regulator) dan
menyebutkan bahwa : “Creativity in this perusahaan (operator) memerlukan paradgima
context refers to the formulation of new ideas tersendiri dalam penentuan kebijakan dan
and to the application of these ideas to manajemen dan terdapat kesamaan
produce original works of art and cultural pandangan dari para key informan untuk
products, functional creation, observable in menjadikan Kota Bandung sebagai Kota
the way it contributes to entreupreneurship, Kreatif. Kemudian penelitian yang dilakukan
fosters innovation, enchaces productivity and Romarina 2016 :35-52, memberikan
promotes economic growth. gambaran pengembangan ekonomi kreatif
Dari berbagai penelitian terdahulu merupakan pilihan tepat untuk menjaga
mengenai pengembangan ekonomi kreatif ketahanan ekonomi dalam kondisi krisis
yang dilakukan oleh Herie Saksono 2012 : 98 global, momentum globalisasi dan pasar
disimpulkan bahwa ekonomi kreatif bebas hendaknya memberikan kesempatan
merupakan talenta/(ide kreatif dan inovatif) yang baik bagi ekonomi kreatif namun jika
dengan nilai ekonomi yang mampu merubah tidak dikelola dengan baik akan menjadi
kualitas hidup manusia menjadi lebih resiko bagi pihak yang tidak mempersiapkan
sejahtera. Bahwa terdapat tantangan yang kompetensinya secara maksimal. Dalam
harus diatasi dalam mengembangkan ide, perspektif penelitian ekonomi kreatif, Irawan
kreatif dan inovatif sebagai instrumen 2015 memberikan kesimpulan dalam
penting ekonomi kreatif. Meskipun ekonomi penelitiannya bahwa ekonomi kreatif dapat
kreatif dianggap sebagai alternatif solusi menjadi sebuah jawaban atas tantangan
permasalahan perekonomian akan tetapi dalam mensejahterakan masyarakat selain itu
dalam penyelenggaraannya masih menemui juga ekonomi kreatif dapat menurunkan
berbagai hambatan terutama dalam melihat tingkat pengangguran. Ekonomi kreatif akan
sejauhmana kreatifitas mampu memicu daya memberikan nilai tambah baik kepada proses
saing daerah dan daya saing nasional produksi maupun kepada sumber daya
Peluang Indonesia dalam pengembangan manusianya sehingga Sistem ekonomi kreatif
ekonomi kreatif yang meliputi bonus diyakini akan menjawab tantangan dari
demografi hingga tahun 2025, perkembangan berbagai permasalahan yang ada sekarang ini
gaya hidup digital, peningkatan jumlah kelas serta akan menggeser sistem yang ada
menengah, neningkatnya permintaan produk
Inovasi Model Pengembangan Kebijakan 101
Ekonomi Kreatif Provinsi Banten (Sururi)
a) Nilai FOB, Peranan dan perubahan Ekspor Ekonomi Kreatif menurut Provinsi Asal
(2012-2015).
Nilai FOB (Juta US)
Peran
Persentase
thpdp
No Provinsi perubahan
2012 2013 2014 2015 eskpor
2015 thdp
2015
2014
(%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Jawa Barat 5 877,6 6 297,7 6 559,1 6 499,2 33,56 -0,91
2 Jawa Timur 1 401,4 1 444,3 3 237,7 4 037,4 20,85 24,70
3 Banten 3 073,7 3 047,7 2 921,7 3 033,2 15,66 3,81
Sumber : Laporan Penyusunan Ekspor Ekonomi Kreatif 2010-2015, BPS-Bekraf
Dalam tabel tersebut terlihat bahwa ekraf dari provinsi ini mencapai nilai sebesar
pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2015, US$4,04 miliar atau 20,85 persen dari
perkembangan ekspor ekonomi kreatif keseluruhan ekspor ekraf Indonesia.
Provinsi Banten cenderung stabil dan Sedangkan Provinsi Banten menempati
merupakan provinsi yang mampu melakukan urutan ke tiga. Seperti Jawa Timur, Provinsi
ekspor ekraf secara signifikan. Provinsi asal Banten juga mengalami peningkatan nilai
utama ekspor ekraf adalah Provinsi Jawa ekspor ekraf pada tahun 2015, yaitu sebesar
Barat dengan nilai ekspor sebesar US$6,50 3,81 persen. Nilai ekspor ekraf Banten pada
miliar atau 33,56 persen dari keseluruhan tahun 2015 mencapai US$3,03 miliar atau
ekspor ekraf Indonesia. Provinsi asal ekspor 15,66 persen terhadap keseluruhan ekspor
ekraf terbesar kedua setelah Jawa Barat ekraf Indonesia.
adalah Jawa Timur. Pada tahun 2015 ekspor
Inovasi Model Pengembangan Kebijakan 103
Ekonomi Kreatif Provinsi Banten (Sururi)
b) Nilai FOB Ekspor Ekonomi Kreatif Subsektor Kriya menurut Provinsi Asal (2010-2015)
Nilai FOB (Juta US$) %
Provinsi Asal Perubahan ‘15 thd
2010 2011 2012 2013 2014 2015
‘14
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
JawaTimur 992,1 1 091,1 1 054,6 1 077,2 2 808,1 3 575,4 27,33
Jawa Barat 1 277,5 1 352,4 1 425,0 1 374,7 1 384,9 1 333,4 -3,72
Jawa Tengah 868,0 769,4 700,1 694,5 777,1 800,1 2,95
DKI Jakarta 343,9 378,7 387,9 349,6 542,1 787,5 45,26
Banten 309,4 343,7 340,7 325,2 314,1 340,5 8,38
Sumber : Laporan Penyusunan Ekspor Ekonomi Kreatif 2010-2015, BPS-Bekraf
Berdasarkan tabel tersebut diketahui yang berasal dari provinsi Jawa Barat
bahwa pada tahun 2015 ekspor subsektor mengalami penurunan sebesar 3,72 persen.
kriya menurut provinsi asal didominasi oleh Untuk provinsi Jawa Tengah mengalami
ekspor dari Pulau Jawa dan sekitarnya. Nilai peningkatan kinerja yang positif sebesar 2,95
ekspor tertinggi berasal dari provinsi Jawa persen dengan nilai US$800,1 juta. Provinsi
Timur yang mencapai US$3.575,4 juta, Banten mengalami peningkatan masing-
dengan kenaikan sebesar 27,33 persen masing sebesar 45,26 persen dan 8,38 persen
dibandingkan pada tahun 2014. Kemudian serta cenderung mengalami perkembangan
diikuti oleh provinsi Jawa Barat sebesar ekspor yang fluktuatif. Akan tetapi secara
US$1.333,4 juta. Namun bila dibandingkan keseluruhan menunjukan perkembangan
dengan tahun 2014, ekspor subsektor kriya yang positif.
c) Nilai FOB Ekspor Ekonomi Kreatif Subsektor Kuliner menurut Provinsi asal (2010-
2015)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 ‘15 thd ‘14
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Jawa Barat 287,2 382,6 397,7 420,3 480,7 529,8 10,22
DKI Jakarta 93,4 126,3 137,2 144,6 141,9 151,8 6,99
Jawa Timur 53,9 74,3 84,2 83,8 120,6 147,2 22,05
Kepulauan Riau 0,7 72,3 7,6 33,2 32,9 91,6 178,01
Riau 1,7 15,4 155,1 99,1 112,5 86,7 -22,90
Banten 50,8 83,9 80,8 73,4 76,3 78,9 3,33
Sumber : Laporan Penyusunan Ekspor Ekonomi Kreatif 2010-2015, BPS-Bekraf
Pada tahun 2015, Jawa Barat 44,94 persen terhadap nasional. Provinsi asal
merupakan provinsi asal ekspor subsektor ekspor terbesar kedua adalah DKI Jakarta,
kuliner Indonesia terbesar dengan nilai ketiga adalah Jawa Timur, keempat adalah
US$529,8 juta atau peranannya mencapai Kepulauan Riau, dan kelima adalah Riau
104 Scientium, Volume 6, No. 1, Juni 2017: 95-115
masing-masing mencapai US$151,8 juta; 2013, akan tetapi mengalami kenaikan pada
US$147,2 juta; US$91,6 juta; dan US$86,7 tahun 2014 dan tahun 2015. Pertumbuhan
juta. Provinsi Banten mengalami tingkat dari tahun 2015 ke tahun 2014 adalah sebesar
perkembangan yang cukup signifikan dari 3.33 persen. Sedangkan dari berat bersihnya,
kurun waktu tahun 2010 sampai dengan ekspor kuliner dapat dilihat pada tabel
2012, walaupun terjadi penurunan pada tahun berikut ini :
Nama Provinsi 2010 2011 2012 2013 2014 2015 ‘15 thd ‘14
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Jawa Barat 113,5 139,4 138,2 140,8 157,4 182,0 15,66
DKI Jakarta 32,2 41,6 38,0 36,9 35,6 34,8 -2,23
Jawa Timur 31,0 37,1 37,7 43,1 62,6 71,5 14,22
Kepulauan Riau 0,3 18,5 2,1 11,4 16,7 43,7 161,96
Riau 0,9 4,3 61,3 56,0 66,9 55,6 -16,92
Banten 20,2 24,8 23,4 23,5 27,1 30,2 11,55
Sumber : Laporan Penyusunan Ekspor Ekonomi Kreatif 2010-2015, BPS-Bekraf
Berdasarkan tabel tersebut dapat dlihat mencapai 39,14 persen terhadap nasional.
bahwa provinsi asal ekspor subsektor kuliner Banten merupakan provinsi yang dalam
terbesar selama enam tahun terakhir ini kuruun waktu enam tahun terakhir
adalah Jawa Barat. Pada tahun 2015 berat mengalami peningkatan. Pada tahun2015
bersih ekspornya mencapai 182,0 ribu ton, dengan berat bersih mencapai 30.2 ribu ton
atau meningkat sebesar 15,66 persen jika atau meningkat 11.55 persen dibandingkan
dibandingkan tahun 2014. Peranannya tahun 2014.
d) Nilai FOB Ekspor Ekonomi Kreatif Subsektor Fashion menurut Provinsi asal (2010-
2015)
Provinsi Asal Nilai FOB (Juta US$)
Barang 2010 2011 2012 2013 2014 2015
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Jawa Barat 3 339,0 4 083,1 4 041,7 4 483,7 4 686,6 4 632,2
Banten 2 197,8 2 738,0 2 651,6 2 648,1 2 530,0 2 612,5
Jawa Tengah 1 061,1 1 248,4 1 302,0 1 478,4 1 578,6 1 836,4
DKI Jakarta 1 447,9 1 613,1 1 405,8 1 264,3 1 205,1 1 086,6
Jawa Timur 181,2 237,1 260,2 281,3 307,1 310,7
Provinsi Lainnya 357,4 437,1 423,1 437,4 391,4 416,8
Total Subsektor Fashion 8 584,3 10 356,9 10 084,4 10 593,4 10 698,8 10 895,2
Sumber : Laporan Penyusunan Ekspor Ekonomi Kreatif 2010-2015, BPS-Bekraf
Inovasi Model Pengembangan Kebijakan 105
Ekonomi Kreatif Provinsi Banten (Sururi)
Bila dikaji dari provinsi asal barang, di tahun 2010 mencapai nilai US$1.061,1
ekspor subsektor fashion lebih banyak di juta dengan berat bersih 73,6 ribu ton,
produksi di provinsi Jawa Barat, Banten, sedangkan di tahun 2015 nilainya mencapai
Jawa Tengah, dan DKI Jakarta. Peran ekspor US$1.836,4 juta dengan berat bersih 94,1
keempat provinsi tersebut terhadap total ribu ton.
ekspor subsektor fashion di tahun 2015 adalah Ekspor subsektor fashion juga banyak
42,52 persen, 23,98 persen, 16,85 persen, dan diproduksi di provinsi DKI Jakarta yang pada
9,97 persen. Dari provinsi Banten pada tahun tahun 2010 nilainya mencapai US$1.447,9
2010 diekspor dengan nilai US$2.197,8 juta, juta, berat bersih 103,4 ribu ton, sementara
berat bersih 131,7 ribu ton dan menjadi nilainya mengalami penurunan hingga
US$2.612,5 juta berat bersih 135,3 ribu ton. menjadi US$1.086,4 juta, berat bersih 88,5
Provinsi asal barang lainnya adalah Jawa ribu ton.
Tengah dimana nilai ekspor subsektor fashion
e) Nilai FOB Ekspor Ekonomi Kreatif Subsektor Penerbitan menurut Provinsi asal (2010-
2015)
Nilai FOB (Ribu US$) %
Perubahan
Provinsi 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2015 thd
Provinsi asal utama ekspor subsektor kontribusi Jawa Barat turun menjadi 16,75
penerbitan tahun 2015 antara lain Jawa persen. Ekspor dari provinsi Jawa Tengah
Tengah, DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa mencapai nilai US$6.608,2 ribu pada tahun
Barat, Banten, Bali, Kepulauan Riau, 2015, nilai ini mengalami peningkatan
Kalimantan Timur, DI Yogyakarta dan sebesar 127,28 persen dibandingkan dengan
Lampung. Pada tahun 2014 provinsi asal ekspor tahun 2014. Menurut kelompok
yang memiliki kontribusi terbesar terhadap KBLI, ekspor subsektor penerbitan yang
ekspor subsektor penerbitan adalah Jawa berasal dari Jawa Tengah sebagian besar
Barat sebesar 30,31 persen. Pada tahun 2015 merupakan kelompok penerbitan buku (KBLI
kontribusi ekspor terbesar berasal dari Jawa 58110) yaitu sebesar US$2.785,0 ribu pada
tengah yaitu 29,59 persen sedangkan tahun 2015.
106 Scientium, Volume 6, No. 1, Juni 2017: 95-115
Provinsi asal terbesar selanjutnya tahun 2015, ekspor dari provinsi Jawa Barat
adalah Jawa Timur yang mencapai sebagian besar merupakan kelompok
US$3.987,4 ribu pada tahun 2015. Pada aktivitas penerbitan lainnya (KBLI 58190)
periode 2010 hingga 2015 ekspor dari senilai US$3.476,0 ribu. Berbeda dengan
provinsi ini memiliki kecenderungan Jawa Barat, ekspor subsektor penerbitan dari
meningkat dengan kelompok utama yaitu Banten menunjukkan tren yang datar dari
industri percetakan umum (KBLI 18111) tahun 2010 hingga 2015. Pada tahun 2014
yang mencapai US$3.690,2 ribu pada 2015. ekspor dari provinsi Banten memiliki
Sama dengan tren provinsi DKI Jakarta, kontribusi sebesar 7,09 persen terhadap total
ekspor subsektor penerbitan yang berasal dari ekspor subsektor penerbitan. Pada tahun
provinsi Jawa Barat juga mengalami 2015 nilai kontribusi tersebut kemudian turun
penurunan dalam kurun waktu 2010 hingga menjadi 6,03 persen meskipun nilainya
2015. Pada tahun 2010 hampir 42,64 persen meningkat menjadi US$1.347,6 ribu.
ekspor berasal dari provinsi Jawa Barat, nilai Kelompok utama dari provinsi ini merupakan
kontribusi ini semakin menurun hingga aktivitas penerbitan lainnya (KBLI 58190)
mencapai 16,75 persen pada tahun 2015. Dari senilai US$1.049,6 ribu pada tahun 2015.
nilai ekspor sebesar US$3.741,0 ribu pada
f) Nilai FOB Ekspor Ekonomi Kreatif Subsektor Seni Rupa menurut Provinsi asal (2010-
2015)
Provinsi Asal 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2014 2015
Barang thd thd
1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
2013 2014
Bali 2 732,4 2 957,5 2 006,6 1 595,4 1 437,3 1 547,9 -9,91 7,70
DKI Jakarta 845,0 1 530,8 6 957,6 857,6 1 096,3 837,6 27,82 -23,60
DI Yogyakarta 382,0 106,7 312,6 533,7 364,6 284,8 -31,68 -21,89
Jawa Tengah 261,9 1 222,0 1 010,2 662,7 402,6 191,4 -39,24 -52,46
Jawa Timur 201,7 50,0 111,8 47,3 97,3 149,5 105,60 53,66
Jawa Barat 944,1 2 907,9 4 063,3 6 832,4 2 016,8 17,6 -70,48 -99,13
Nusa Tenggara 0,0 0,0 0,5 1,4 4,0 3,3 195,96 -18,57
Banten 259,6 166,3 97,6 24,6 128,6 2,6 422,09 -97,94
Total Ekspor 5 631,9 8 943,7 14 573,6 10 556,6 5 550,6 3 035,7 -47,42 -45,31
Sumber : Laporan Penyusunan Ekspor Ekonomi Kreatif 2010-2015, BPS-Bekraf
Provinsi asal utama ekspor subsektor Bali berkontribusi mengekspor subsektor seni
seni rupa tahun 2015 antara lain Bali, DKI rupa sebesar 50,99 persen dengan nilai
Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa sebesar US$1.547,9 ribu, atau naik sebesar
Timur, Jawa Barat. Pada tahun 2015 Provinsi 7,70 persen dibandingkan dengan ekspor
Inovasi Model Pengembangan Kebijakan 107
Ekonomi Kreatif Provinsi Banten (Sururi)
tahun 2014. Komoditi ekspor asal barang kayu dan tanah liat dengan nilai US$66,8
provinsi Bali tahun 2015 yang terbesar juta.
adalah lukisan, gambar dan gambar pastel Sama seperti halnya DKI Jakarta,
yaitu sebesar US$1.380,3 ribu disusul arca Provinsi asal barang DI Yogyakarta tahun
dan patung asli, selain dari logam, batu, 2015 mengalami perubahan negatif sebesar
plastik, kayu dan tanah liat dengan nilai 21,89 persen dari US$364,6 ribu menjadi
US$167,6 juta. Provinsi DKI Jakarta tahun US$284,8 ribu, dengan komoditi yang
2015 menduduki posisi kedua dengan terbesar diekspor adalah lukisan, gambar dan
kontribusi pada subsektor seni rupa sebesar gambar pastel yaitu sebesar US$274,0 ribu
27,59 persen dengan nilai sebesar US$837,6 disusul arca dan patung asli, selain dari
ribu, atau turun sebesar 23,60 persen logam, batu, plastik, kayu dan tanah liat
dibandingkan dengan ekspor tahun 2014. dengan nilai US$10,8 ribu. Kontribusi dari
Komoditi ekspor asal barang provinsi DKI ketiga provinsi asal barang tersebut
Jakarta tahun 2015 yang terbesar adalah terhadap total ekspor subsektor seni rupa
lukisan, gambar dan gambar pastel yaitu tahun 2015 sebesar 87,96 persen, meningkat
sebesar US$770,8 ribu disusul arca dan dibandingkan dengan tahun 2014 yang
patung asli, selain dari logam, batu plastik, berkontribusi sebesar 52,21 persen
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk
bahwa jenis kelamin laki-laki sebesar 84.71 melakukan aktivitas pada sektor ekonomi
merupakan faktor terbesar penyumbang kreatif dan belum meratanya kesempatan
ekonomi kreatif di Provinsi Banten. Hal ini bagi perempuan untuk mendapatkan akses
menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki pada ekonomi kreatif.
108 Scientium, Volume 6, No. 1, Juni 2017: 95-115
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat sebesar 91.32. Status penanaman modal
bahwa status penanaman modal di Provinsi tersebut merupakan penanaman modal
Banten didominasi oleh status kepemilikan pribadi dan swasta melalui berbagai
penanaman modal bukan PMA dan PMDN kepemilikan usaha pribadi dan bersama.
Inovasi Model Pengembangan Kebijakan 109
Ekonomi Kreatif Provinsi Banten (Sururi)
Gambar 1
Inovasi Model Pengembangan
Kebijakan Ekonomi Kreatif Banten
Komunitas
Kreatif
Pelaku Bisnis/Swasta
Akademisi/Intelektual
Pemerintah Daerah/Pusat
Masyarakat/Publik
Sumber Daya Manusia
Kelembagaan dan HAKI
Pemasaran/Distribusi
Infrastruktur dan
Teknologi
Alam
Gambar 2
Alur pengembangan
Ekonomi Kreatif
Menciptakan Komunitas
Kreatif dan tumbuhnya
kota-kota kreatif
Faktor-faktor Pendukung
DAFTAR PUSTAKA
Albury, 2003. dalam Handbook Inovasi Scrutinizing a New Analytical
Administrasi Negara. Toolbox”. (1991) in B. Marin and
Carlsson, L. and Sandstrom, A. (2008). R. Mayntz (eds) Policy Networks.
“Network Governence in Empirical Evidence and
Commons”. International Journal of Theoretical Considerations.
the Commons. 2(1): 33-53. Igitur, Frankfurt. Campus Verlag.
Utrecht Publishing & Archiving Kusumanegara, Solahudin, 2010. Model dan
Services for IASC. Aktor dalam Proses Kebijakan
Deddy Mulyadi, 2015. Studi Kebijakan Publik. Yogyakarta, Gava Media
Publik dan Pelayanan Publik, Lydia Wijayanti, 2012. Implementasi
Bandung, Alfabeta Kebijakan Pembangunan
Hamdan, 2016. Kebijakan Dan Strategi berkelanjutan di Kota Surakarta :
Pengembangan Ekonomi Kreatif, Relokasi PKL di Taman Monumen
Studi Excursie Mahasiswa Jurusan Banjarsari ke pasar Klitikan
Ilmu Ekonomi dan Studi Notoharjo, Jurnal Pembangunan
Pembangunan Universitas Wilayah dan Kota, hal 129
Muhammadiyah Malang) Nugroho, Riant, 2004. Kebijakan Publik,
Herie Saksono, 2012. Ekonomi Kreatif: Formulasi, implementasi dan
Talenta Baru Pemicu Daya Saing evaluasi. Jakarta, Gramedia.
Daerah, Jurnal Bina Praja Volume Romarina, Arina. 2016. Economic Resilience
4 No. 2. pada Industri Kreatf guna
Irawan. Andri. 2015. Ekonomi Kreatif menghadapi globalisasi alam
Sebagai Suatu Solusi rangka ketahanan nasional, Jurnal
Mensejahterakan Masyarakat Ilmu Sosial, Vol 15 No 1, Hal 35-
Dalam Meningkatkan Tingkat 52.
Perekonomian, Seminar Nasional Simatupang dkk, 2008. Analisis Kebijakan
Ekonomi dan Bisnis (SNEB) Pengembangan Industri Kreatif di
Islamy, Irfan. : 2000. Prinsip-prinsip Kota Bandung. Jurnal Manajemen
Perumusan Kebijaksanan Negara. Teknologi, Volume 8 Number 1.
Jakarta, Bumi Aksara Suryana, 2013. Ekonomi Kreatif (Ekonomi
Kenis, P and Schneider, V 1991. “Policy Baru: Mengubah Ide dan
Networks and Policy Analysis:
Inovasi Model Pengembangan Kebijakan 115
Ekonomi Kreatif Provinsi Banten (Sururi)