Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 52

Dari CSR menuju bisnis inklusif

Dipublikasikan oleh
Terbitan

Diterbitkan oleh
APINDO

Gd.Permata Kuningan Lt.10


Jl. Kuningan Mulia Kav. 9C
Guntur - Setiabudi
Jakarta Selatan 12980
Indonesia

Tel. + 62 218378 0824


Fax + 62 218378 0823 / 8378 0746

sekretariat@apindo.or.id
http://www.apindo.or.id/id

Dengan dukungan dari


Responsible and Inclusive Business Hub - Southeast Asia (RIBH SEA)
Sustainable Economic Development through Technical and Vocational Education and Training (SED-TVET)

Diimplementasikan
the Deutsche Gesellschaft fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH

Atas nama
German Federal Ministry for Economic Cooperation and Development (BMZ)

Penulis
APINDO
GIZ

Desain sampul, isi & percetakan


ROV Creative Media, Jakarta

Keterangan pengambil foto


Keterangan pengambil foto ditulis tertulis di masing-masing foto

Tanggal penerbitan
November 2016

Dipublikasikan oleh
Indonesia Business Links (IBL), 2005: Benchmarking Corporate Citizenship Practices in Indonesia

Hofland, Irene (2012): Research Thesis: The Relationship between CSR and Competitiveness: Indonesian Case.
Indonesia Netherlands Association: University of Twente

Indonesia Business Links (IBL) (2005): Benchmarking Corporate Citizenship Practices in Indonesia

International Finance Corporation (2007): The Next 4 Billion. The market size and business strategy at the base
of the pyramid

International Organization for Standardization (2014): Guidance on social responsibility: Discovering ISO 26000

Kemp, Melody (2001): Corporate Social Responsibility in Indonesia - Quixotic Dream or Confident Expectation?
Technology, Business and Society Programme Paper Number 6: December 2001. United Nations Research Institute
for Social Development (UNRISD)

Nelson, Jane (2015): Business and the Sustainable development Goals-Building Blocks for Success at Scale

Philippine Business for Social Progress (PBSP) Corporate Citizenship Center (2002): Corporate Citizenship
System & Process Management Framework

Philippine Business for Social Progress (PBSP) Corporate Citizenship Center (2003): Benchmarking Corporate
Citizenship Practice 2003 Report

Porter, Michael E. dan Mark R. Kramer (2002): The Competitive Advantage of Corporate Philantrophy. Harvard
Business Review

PT. Adaro Indonesia (2013): Sustainability Report 2012-2013

PT. HM Sampoerna, Tbk. (2015): Annual Report 2015


Dari CSR menuju bisnis inklusif
Sivakumaran, Suba (2016): 10 misconceptions about inclusive business. http://www.theguardian.com/sustainable
- business/ ten-misconceptions-inclusive-business-low-income-communities/.Accessed May 28th 2016

Smart Agribusiness and Food (2015): Annual Report 2014

The Global Reporting Initiative: A range of useful tools for interested companies. https://www.globalreporting.org

The Guardian: 10-lessons-doing-business-base-of-the-pyramid-markets. https://www.theguardian.com/sustainable


-business /10-lessons-doing-business-base-of-the-pyramid-markets

The PractionerHub for Inclusive Business (2016): Developing IB Checklist. http://www.inclusivebusiness


hub.org/wp-content /uploads/2016/05/DevelopingIBChecklist_cobranded_forprint.pdf

United Nations Development Programme (UNDP) (2008): Creating Value for All: Strategies for Doing
Business with the Poor

Visser, Wayne (2011): CSR 2.0: Transforming the Role of Business in Society. Lien Centre for Social Innovation.

48
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
Daftar Isi X. Lampiran 3 – Referensi
Almuttaqi, Ibrahim. ASEAN’s role in Corporate Social Responsibility. The Jakarta Post, 29 January 2013

Asian Development Bank, 2013, IB Impact Assessment Tool. http://www.inclusivebusinesshub.org/


DAFTAR SINGKATAN DAN AKRONIM 04
wp-content/uploads/2015/05/ADBSept2013IBimpactAssessmentToolforPHI2.pdf
KATA PENGANTAR 06
ADB and SNV, 2013. Developing the Business Case for Investing in Inclusive Business in Indonesia – A Market Scoping Study

Center for Ethical Business Cultures (CEBC). 2005. Corporate Social Responsibility The shape of a history, 1945
I. BAB 1 — TENTANG STUDI INI 08
– 2004: History of Corporate Responsibility Project Preliminary project planning paper 2005 Working Paper No. 1
Tujuan 08
Cornel B Juniarto, Hermawan Juniarto, Andika D Riyandi. Corporate Social Responsibility Regulation in Indonesia.
Responden 08 IBA Law Firm Management News, October 2012
Mengapa CSR penting bagi perusahaan dan bagi pembangunan berkelanjutan 09
Dees, J. Gregory. 1998. Enterprising Nonprofits. Harvard Business Review: January – February 1998
CSR strategis dan bisnis inklusif 10
Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH, Corporate Social Responsibility and
CSR 2.0 11 International Cooperation, November 2011
Bisnis inklusif 12 Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH, Responsible and Inclusive
Metodologi 13 Business Hub SEA, Inclusive Business Mapping in Indonesia, March 2014

Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH, Inclusive Business Models-Options
for Support through PSD Programmes, July 2013
II. BAB 2 — PENGGERAK CSR DI INDONESIA 14
Tradisi dan ekspektasi kultural 14 Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH, Inclusive Business Toolbox-Promot-
ing Inclusive Business Models in Development Cooperation Programmes, December 2015
Peraturan 14
Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH, Promoting Inclusive Business
Pedoman CSR internasional 16
Models for Sustainable Development-Experiences of German Development Cooperation, November 2011

European Commission, Directorate-General for Enterprise. Corporate Social Responsibility Awareness-raising


III. BAB 3 — ANALISIS SAMPEL: TEMUAN UMUM 18 questionnaire. https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=0ahUK
Spektrum Aktivitas 18 Ewigr-WMqMXOAhVEtJQKHWVlD54QFgg qMAI&url=http%3A%2F%2Fec.europa.eu%2FDocs-
Room%2Fdocuments%2F10369%2Fattachments%2F1%2Ftranslations%2Fen %2Frenditions%2Fna-
Menjadi lebih strategis 19 tive&usg=AFQjCNHgq142dHK6sJ--9PTkg20ZGbJqHA&cad=rja
Faktor-faktor sukses 23
European Venture Philanthropy Association. European Venture Philanthropy and Social Investment
2013/2014. The EVPA Survey,December 2014
IV. BAB 4 — BISNIS INKLUSIF SEBAGAI CSR STRATEGIS 29 G20 Development Working Group, 2015. Annexes to G20 Inclusive Business Framework
Studi kasus inklusif bisnis 29 Gentile, Federica. Corporate Social Responsibility Regulation in Indonesia. Ubi Business, 14 March, 2014
Peluang 33
Gradert Marie and Engel Peter. A Comparison of 4 International Guidelines for CSR. Danish Business
Tantangan 33 Authority, January 2015
Potensi bisnis inklusif 34 Hendeberg Simon and Lindgren Fredrik. 2009. Bachelor Thesis: CSR in Indonesia - A qualitative study from a
managerial perspective regarding views and other important aspects of CSR in Indonesia

Hofland, Irene. 2012. Research Thesis: The Relationship between CSR and Competitiveness: Indonesian Case. Indonesia
Netherlands Association: University of Twente

47
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
IX. Lampiran 2 – Regulasi V. BAB 5 — KESIMPULAN DAN SARAN 35

1. Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 tahun 2007. Undang-undang ini mewajibkan perusahaan yang
VI. BAB 6 — ALAT PENGKAJIAN CSR 37
terkait dengan sumber daya alam untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan, di mana
biaya ini dianggarkan dan diperhitungkan sebagaii biaya perusahaan
VII. PERIHAL PENAWARAN 43
2. Keputusan Menteri BUMN No. Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Bina Lingkungan
(PKBL) - menetapkan badan usaha milik negara (BUMN) untuk melakukan program untuk memperkuat
VIII. Lampiran 1 — SEKILAS PESERTA PENELITIAN 45
usaha kecil melalui penyediaan dana bergulir dan bantuan sosial dan pemberdayaan dana masyarakat yang
diambil dari laba BUMN.

3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan - ini IX. Lampiran 2 — REGULASI 46
adalah peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang No. 40/2007 Pasal 74 tentang kewajiban perusahaan
yang terkait dengan sumber daya alam untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
X. Lampiran 3 — REFERENSI 47
4. Undang-Undang Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007 - dalam UU ini Pasal 15(b) menyatakan bahwa
“Setiap investor berkewajiban untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.”

5. Undang-Undang Minyak dan Gas Nomor 22 Tahun 2001 - dalam UU ini pada pasal 13, ayat 3(p), pembuatan
Kontrak Kerja Sama harus dimuat ketentuan pokok mengenai pengembangan masyarakat lokal untuk
hak-hak masyarakat adat.

6. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanggulangan Kemiskinan - tidak memuat secara
khusus mengenai tanggung jawab sosial perusahaan, tetapi ada klausul bahwa salah satu sumber
pendanaan dalam penanganan masyarakat miskin adalah dari sektor korporasi.

7. Peraturan Menteri Sosial Nomor 13 Tahun 2012 tentang tanggung jawab forum bisnis dalam pelaksanaan
Kesejahteraan Sosial - peraturan tersebut merekomendasikan pembentukan Forum CSR di tingkat provinsi
sebagai sarana kemitraan antara perusahaan dan pemerintah.

46
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
DAFTAR SINGKATAN VIII. Lampiran 1 – Sekilas peserta penelitian
DAN AKRONIM PT. Sinar Mas, Tbk – downstream
Sebuah divisi di SMART (Sinar Mas Agri-Resources and Technology) yang bergerak di bidang pengolahan semua
minyak sawit mentah menjadi produk dengan nilai tambah seperti oleokimia, minyak goreng sawit, margarin,
ADB Asian Development Bank / Bank Pembangunan Asia dan produk lemak dan minyak. Saat ini memiliki tujuh fasilitas di seluruh Indonesia (Surabaya - Jawa Timur,
Marunda - DKI Jaya, Belawan - Sumatera Utara, Sampit - Kalimantan, Tajun - Kalimantan, Kotabaru - Lampung)
APINDO Asosiasi Pengusaha Indonesia http://www.smart-tbk.com/
BMZ Kementerian Federal Jerman di Bidang Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan PT. Adaro Indonesia, Tbk

BOP Bottom of the Pyramid / Dasar Piramida Salah satu perusahaan pertambangan lokal terbesar yang memiliki konsesi tambang batubara terutama di
Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Perusahaan ini telah menambang dan mengangkut selama lebih
CEO Chief Executive Officer dari 20 tahun dan produksinya saat ini adalah 55 juta ton per tahun.
http://www.adaro.com/operation/our-operating- anak/pertambangan-aset/
COT Centre for Occupational Training / Pusat Pelatihan Kerja
PT. HM Sampoerna, Tbk
CSR Corporate Social Responsibility / Tanggung jawab sosial perusahaan
Salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia yang memproduksi rokok kretek dan rokok putih. Dikenal
EVPA European Venture Philanthropy Association / Perhimpunan Usaha Filantropi Eropa karena merek Sampoerna dan Dji Sam Soe. Pada tahun 2005 perusahaan ini diakuisisi oleh Philip Morris
untuk kepemilikan lebih dari 90%.
GIZ Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit http://www.sampoerna.com/id_id/pages/homepage.aspx

GRI Global Reporting Initiative / Prakarsa Pelaporan Global PT. Adis Dimension Footwear

IB Inclusive Business / Bisnis Inklusif Sebuah perusahaan manufaktur sepatu yang sudah lama berdiri dengan merek Nike dan Adidas. Saat ini
mempekerjakan lebih dari 6000 pekerja di fasilitas di Tangerang, Jawa Barat.
ICT Information and Communications Technology / Teknologi Informasi dan Komunikasi http://www.adisdimensionfootwear.id/

ILO International Labour Organization / Organisasi Buruh Internasional PT. Pacific Place Jakarta
Sebuah perusahaan properti yang mengelola dan memiliki Pacific Place mall di Jakarta. Mal ini terdiri dari
ISO International Organization for Standardization / Organisasi Standarisasi Internasional
Pacific Place mall, pusat perkantoran One Pacific Place, dan tiga menara The Ritz-Carlton Pacific Place
MNC Multinational Company Hotel. Mal ini dibuka pada bulan November 2007.
http://www.pacificplace.co.id/
MNEs Multinational Enterprise
PT. Unilever Indonesia, Tbk.
NGOs Non Governmental organisation / Lembaga Swadaya Masyarakat Salah satu manufaktur produk konsumen terbesar di Indonesia. Berdiri sejak tahun 1933 di Indonesia dan produk
utamanya adalah makanan, perawatan pribadi dan produk rumah. PT. Unilever Indonesia Tbk merupakan
OECD Organisation for Economic Co-operation and Development / Organisasi Kerjasama dan
bagian dari Unilever Grup N.V./Plc yang membuat, memproduksi dan menjual sebagian besar merek Unilever
Pembangunan Ekonomi (seperti Surf, Close-up, dan Clear dan lain-lain) dan beberapa merek lokal seperti Kecap Bango dan teh Sari Wangi.
https://www.unilever.co.id/
PBSP Philippine Business for Social Progress / Bisnis Filipina untuk Kemajuan Sosial
PT. Trimitra Baterai Prakasa
PHBS Pola Hidup Bersih dan Sehat Salah satu eksportir baterai otomotif terbesar di Asia Tenggara dengan merek G-Force. Perusahaan ini
didirikan pada tahun 1991 dan fasilitasnya berada di Cilincing, Jakarta Utara.
RIBHs Responsible and Inclusive Business Hub / Pusat Bisnis Bertanggung Jawab dan Inklusif
http://www.trimitra-baterai.co.id/

04 45
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
Deutsche Gesellschaft fuer Internationale Zusammenarbeit SDGs Sustainable Development Goals / Sasaran Pembangunan Berkelanjutan

(GIZ) GmbH SED-TVET Sustainable Economic Development through Technical and Vocational Education and Training

Programme / Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan melalui Program Pendidikan dan


Responsible and Inclusive Business Hub (RIBH) Southeast Asia
Pelatihan Teknik dan Kejuruan
Deutsche Gesellschaft für International Zusammenarbeit (GIZ) GmbH mendukung dan bermitra dengan sektor
swasta di bidang pembangunan berkelanjutan dan bisnis inklusif. Atas nama Kementerian Federal Jerman SMEs Small and Medium-sized Enterprises / Usaha Kecil Menengah (UKM)
di Bidang Kerjasama Ekonomi dan dan Pembangunan, GIZ membentuk jaringan Responsible and Inclusive
Business Hubs (RIBHs) di seluruh dunia, saat ini beroperasi dari Kairo, Jakarta dan Pretoria. Selanjutnya, SNV Stichting Nederlandse Vrijwilligers / Netherlands Development Organisation / Organisasi
RIBHs berkontribusi bagi diskusi CSR global dengan membangun jejaring pusat keunggulan CSR untuk
menyediakan keahlian metodologis berbasis hasil dari Kerjasama Pembangunan Jerman. Pembangunan Belanda

SRC Sampoerna Retail Community / Komunitas Retail Sampoerna


RIBH di Jakarta mempromosikan keterlibatan bersama berbagai perusahaan dan program pembangunan
dalam mengatasi tantangan pembangunan. Dalam kerjanya, RIBH bertujuan untuk mengembangkan WBCSD World Business Council for Sustainable Development / Dewan Bisnis Dunia untuk
pendekatan inovatif yang memajukan kerjasama antar sektor swasta dan pengembangan kerjasama dalam
praktik bisnis yang bertanggung jawab dengan fokus yang kuat pada Inclusive Business. Pembangunan Berkelanjutan

RIBH yakin bahwa CSR bagi perusahaan berarti menjadikan proses intinya berkelanjutan, menggunakan
produk dan model bisnis untuk mengatasi tantangan sosial dan lingkungan.

Sustainable Economic Development through Technical and Vocational Education and Training
Programme (SED-TVET)

Program “Sustainable Economic Development through Technical and Vocational Education and Training Programme”
(SED-TVET) merupakan upaya bersama dari Kerjasama Pembangunan Negara Jerman dan Kementerian
Pendidikan Nasional (Kemendiknas), Kementerian Tenaga Kerja dan Kementerian Perindustrian.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja, khususnya lulusan TVET dan
pemuda menganggur, di wilayah tertentu Indonesia. Modul SED-TVET GIZ terdiri atas empat bidang
kegiatan yang terkait dengan peningkatan kerangka peraturan, inovasi kerjasama sektor swasta, keunggulan
lembaga TVET dan standar & akreditasi.

Kerjasama sektor swasta merupakan isu utama dalam program ini. Keterlibatan dunia usaha meningkatkan
kualitas di TVET, pengetahuan terbaru tentang sistem pendidikan serta mendukung pengembangan
tenaga kerja yang berorientasi pada permintaan. Tetapi, meski ada isu-isu mendesak tentang perekrutan
dan pengembangan sumber daya manusia, banyak perusahaan tidak berinvestasi di bidang pendidikan
sebelum mempekerjakan melainkan memberikan pelatihan kemudian atau membiarkan posisi tidak terisi.

SED-TVET yakin bahwa karena banyak perusahaan mengandalkan pendidikan di bidang kegiatan CSR
mereka, investasi bisa disesuaikan secara lebih strategis terhadap kebutuhan perekrutan dan pengembangan
tenaga kerja lokal. Ini akan mengubah investasi ke situasi saling menguntungkan bagi dunia usaha serta
lembaga pelatihan dan lulusan.

44 05
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
VII. Perihal Penawaran
Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO)
APINDO, yang didirikan pada 31 Januari 1952, merupakan sebuah organisasi bisnis nasional, terkait
dengan Kadin Indonesia, dengan penekanan kuat pada industri padat karya.

APINDO memiliki cabang aktif di 33 provinsi dan 222 kabupaten di Indonesia. Keanggotaan APINDO
juga mencakup Asosiasi Industri sektoral lebih kecil lainnya di Indonesia dengan hubungan bisnis
Foto: APINDO

langsung untuk mendukung usaha kecil dan menengah (UKM) di sektor manufaktur dan pertanian.
Profil keanggotaan nasionalnya saat ini mencakup sekitar 14.000 perusahaan.

Di tingkat nasional, anggota APINDO meliputi produsen besar dan penting dan industri jasa, sedangkan
di tingkat daerah, anggotanya terutama adalah UKM. APINDO, sebagai Asosiasi Industri terbesar di
Indonesia, secara teratur dipanggil oleh DRP RI dan Pemerintah Indonesia untuk menyumbangkan
pandangan mengenai berbagai prioritas kebijakan dan agenda reformasi dalam negeri.

APINDO juga berpartisipasi aktif dalam diskusi CSR saat ini dan juga memperhatikan CSR dengan
berkolaborasi dengan sejumlah mitra, baik nasional maupun internasional, dalam mensosialisasikan
pelaksanaan CSR yang tepat kepada anggotanya. Misalnya, berkaitan dengan pengembangan UKM,
APINDO membantu UKM dalam bidang promosi, pemasaran dan juga fasilitasi UKM untuk mendapat-
kan sumber daya keuangan.

APINDO menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan Indonesia kini melaksanakan CSR dalam berbagai
bentuk, baik sebagai program terpisah tanpa hubungan dengan model bisnis mereka atau dengan
memasukkan beberapa hal yang berkaitan dengan Hak Asasi Manusia, Hak pekerja atau isu-isu lingkungan
dalam kegiatan CSR mereka tetapi masih terpisah dari kegiatan bisnis inti mereka. Hanya sedikit perusahaan
Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) di Indonesia saat ini memasukkan isu CSR secara strategis ke dalam model bisnis mereka.

APINDO yakin bahwa kegiatan CSR yang bukan bagian dari model bisnis/bisnis inti perusahaan
kemungkinan besar akan gagal.
Dalam dekade terakhir kami menyaksikan bahwa terjadi peningkatan praktik tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR) di berbagai perusahaan di Indonesia. Sebagai hasil perkembangan ini, kami di
APINDO telah memulai untuk mengklasifikasikan berbagai praktik ke dalam berbagai kategori antara
lain sebagai CSR yang bersifat amal, CSR bertujuan untuk promosi / pemasaran dan CSR strategis. Kami
percaya kategori terakhir akan membawa manfaat bagi bisnis itu sendiri maupun bagi masyarakat dan
lingkungan. Ke depan, kami harap bahwa tren praktik CSR di Indonesia akan mengarah ke CSR strategis.

Namun di tengah-tengah perkembangan tersebut diatas, kami menghadapi tantangan bahwa tren CSR
di Indonesia justru berkembang ke arah berlawanan: DPR-RI sedang membahas sebuah rancangan
Undang-Undang yang dapat menjadikan CSR sebuah kewajiban bagi seluruh perusahaan, lebih jauh lagi
dapat menentukan batas persentasi daripada modal perusahaan yang wajib diimplementasikan untuk
CSR. Seperti ditekankan diatas bahwa kami di kalangan dunia usaha meyakini bahwa CSR strategis
merupakan jalan terbaik untuk kontribusi bagi pembangunan berkelanjutan dan akan terus bekerja untuk
memastikan bahwa praktik tersebut ditegakkan secara tegas.

06 43
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
KATA PENGANTAR

Inisiatif yang dilakukan APINDO untuk membuat CSR lebih strategis secara alami terdiri dari ragam
bentuk termasuk partisipasi di berbagai diskusi akademis serta melakukan riset mendalam untuk
mengidentifikasikan praktik-praktik terbaik yang akan diinformasikan kepada anggota kami. Kami
beharap bahwa berbagai inisiatif tersebut akan menggerakan praktik-praktik CSR kini ke arah yang kami
perjuangkan.

Studi ini merupakan salah satu prakarsa yang kami lakukan untuk membuat praktik-praktik CSR di Indonesia
lebih strategis. Bekerjasama dengan Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH,
lembaga yang telah memberikan dukungan ke sektor swasta dalam bidang pembangunan berkelanjutan
dan bisnis inklusif, kami telah menyusun sebuah studi terkait praktik-praktik CSR di antara anggota
perusahaan kami. Kami juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Indonesia Business Links
(IBL) atas bantuan keahlian yang diberikan dalam melakukan kajian lapangan untuk studi ini. Ungkapan
rasa terima kasih secara khusus kami ingin sampaikan kepada pihak-pihak perusahaan berikut yang telah
bersedia ikut partisipasi dalam survei terkait studi ini: PT. Adaro Indonesia, PT. Adis Dimension
Footwear, PT. HM Sampoerna, Tbk., PT. Pacific Place Jakarta, PT. Sinar Mas Tbk. (hilir), PT. Trimitra
Baterai Prakasa serta PT. Unilever Indonesia, Tbk.

Studi ini memberikan sejumlah informasi terkait status terkini CSR di Indonesia dan mengidentifikasi
kesempatan maupun tantangan bagi perkembangan lanjutan praktik-praktik CSR strategis dengan fokus
utama pada model-model bisnis inklusif. Lebih penting lagi, publikasi ini bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan di kalangan pengusaha mengenai kesempatan untuk implementasi CSR strategis dengan
menyediakan contoh praktik terbaik.

Studi ini juga memuat sebuah alat pengkajian CSR yang dapat digunakan oleh setiap perusahaan untuk
melakukan kajian terkait status CSR nya, identifikasi langkah-langkah untuk mengubah kegiatan CSR
menjadi lebih strategis serta memaparkan potensi model-model bisnis inklusif.

Hariyadi B. Sukamdani
Chairman
APINDO

07
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
APPENDIX: Pertanyaan Pengarah dari 5 Fakor Sukses
I. BAB 1 – TENTANG STUDI INI
Catatan:

Mohon kategorikan jawaban Anda secara berikut: Iya, Tidak, atau Di tengah-tengah. Kemudian mengu-
bah jawaban Anda ke dalam angka (Iya=1, Tidak= 0, Di tengah-tengah= ½). Untuk mendapatkan nilai
Tujuan akhir, jumlahkan angka dari keseluruhan 5 pertanyaan dan ambil nilai rata-rata.

Faktor-faktor sukses Jawaban Nilai (1-5)


Penelitian ini merupakan hasil dari kerjasama yang erat antara Deutsche Gesellschaft für Internationale
Zusammenarbeit GmbH (GIZ) dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO). Atas nama Kementerian I. Kepemimpinan
Federal Jerman di Bidang Kerjasama Ekonomi dan dan Pembangunan, GIZ mengembangkan Corporate
(1) Apakah manajemen senior terlibat dalam merencang strategi CSR?
Social Responsibility (CSR) dan Inclusive Business (IB) secara luas di seluruh dunia dan mengkaji bagaimana
pendekatan tersebut bisa berkontribusi maksimal bagi pembangunan berkelanjutan. (2) Apakah manajer CSR Anda (jika ada) lapor secara langsung kepada
manajemen senior?
Di Indonesia, GIZ dan APINDO telah bekerja sama dengan tujuan mempromosikan praktik CSR strategis
di kalangan perusahaan yang berbasis di kawasan ini. Sebagai salah satu asosiasi bisnis terbesar dan (3) Apakah manajemen senior Anda memimpin dengan contoh/apakah
berpengaruh di Indonesia, APINDO memiliki posisi yang sangat tepat untuk menjadi agen perubahan secara aktif terlibat dalam implementasi kegiantan CSR?
dengan mengadopsi praktik CSR yang lebih strategis di negara ini. Penelitian ini diharapkan menandai (4) Apakah manajemen senior secara aktif mendorong karyawan untuk
langkah pertama untuk mencapai tujuan ini. terlibat dalam kegiatan CSR?
Berdasarkan studi kasus mendalam terhadap praktik CSR di tujuh perusahaan anggota APINDO, penelitian (5) Apakah manajemen senior Anda mengakui dampat keberhasilan dari
ini bertujuan untuk: kegiatan CSR sebagai bagian dari performa bisnis inti?

1. memberikan wawasan mengenai keadaan terkini CSR di Indonesia dan mengidentifikasi peluang II. Penetapan kebijakan
dan tantangan untuk pengembangan lebih lanjut praktik CSR strategis dengan fokus khusus pada
(1) Apakah terdapat kebijakan dan strategi terkait kegiatan bisnis yang juga
model IB; berlaku bagi implementasi program-program CSR?
2. meningkatkan kesadaran di APINDO dan komunitas bisnis yang lebih luas pada umumnya tentang (2) Apakah terdapat hubungan yang jelas antara strategi CSR dan tujuan
pentingnya untuk melaksanakan CSR strategis, yang pada akhirnya dapat menghasilkan penemuan umum serta indikator performa utama perusahaan Anda?
peluang Binis Inklusif dan peluang investasi di bidang pendidikan dan pengembangan tenaga kerja;
(3) Apakah kebijakan terkait kegiatan CSR saat ini sudah sesuai dan konsisten
3. memberikan contoh konkret dan praktik terbaik dari perusahaan anggota APINDO untuk menginspirasi dengan prinisp bisnis umum perusahaan Anda dan sebaliknya?
dan mempromosikan CSR strategis dan Model IB di Indonesia. (4) Apakah kebijakan saat ini dikomunikasikan dan disampaikan kepada
seluruh pemangku kepentingan?

Responden (5) Apakah visi dan misi perusahaan mencerminkan nilai dan dampak yang
ingin diraih melalui kegiatan CSR Anda?

III. Pengembangan program


Kriteria seleksi perusahaan didasarkan pada ketersediaan dan kesediaan mereka untuk berpartisipasi
dalam penelitian ini dan terdaftar sebagai anggota APINDO. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan (1) Apakah Anda melibatkan pemangku kepentingan utama (mis.pelanggan,
wawasan penting dan rekomendasi mengenai implementasi strategis CSR yang dipraktikkan oleh karyawan, pemegang saham, masyarakat lokal dan pemerintah) ke dalam
perusahaan anggota APINDO yang terpilih. pengembangan program melalui identifikasi dan memperhatikan
kebutuhan mereka?
Ada tujuh peserta perusahaan yang dikategorikan berdasarkan kriteria kepemilikan, seperti Perusahaan (2) Apakah Anda memperhitungkan seluruh proses bisnis di dalam rantai
Nasional/Daerah (Lokal) atau Perusahaan Multinasional (MNC). Kategorisasi ini didasarkan pada asumsi nilai perusahaan pada saat merancang program CSR, sehingga program
bahwa ada perbedaan dalam hal nilai dan prinsip dalam mempraktikkan CSR yang akan dianalisis melalui tersebut sesuai dan secara spesifik dikembangkan untuk mensuport
penelitian ini. target dan tujuannya?

(3) Apakah strategi CSR Anda melebihi level kegiatan dan sebaliknya
bertujuan bagi perubahan sistemik dan progres, baik dalam perusahaan
dan/atau target populasi?

08 41
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
Tahap 3: Identifikasi langkah-langkah perbaikan Perusahaan responden (dalam urutan abjad):

• Langkah terakhir dari latihan ini membantu Anda untuk mengidentifikasin apakah Anda dapat
NAMA PERUSAHAAN KATEGORI SEKTOR
mengubah atau melengkapi kegiatan CSR Anda dengan model-model bisnis inklusif ? Semakin banyak
pertanyaan dijawab dengan iya, semakin kuat potensi kesempatan untuk mentransformasikan kegiatan PT. Adaro Indonesia Lokal Pertambangan
CSR Anda ke arah model bisnis inklusif
PT. Adis Dimension Footwear Lokal Manufaktur
a. Apakah di dalam rantai nilai Anda terlibat masyarakat berpenghasilan rendah (BOP) apakah sebagai
pelanggan, pemasok, karyawan atau mitra usaha (contoh pengecer) dan apakah komponen ini PT. HM Sampoerna, Tbk. MNC Ritel
merupakan bagian dari rantai nilai atau lebih dekat ke bisnis inti Anda? PT. Pacific Place Jakarta Lokal Properti
i. Jika iya: Apakah Anda memiliki atau dapat mengidentifikasi kesempatan bagaiman meningkatkan PT. Sinar Mas Tbk. (downstream) Lokal Manufaktur
derajat hidup mereka secara langsung melalui proses bisnis Anda?
ii. Jika tidak: Apakah ada jalan untuk melibatkan kelompok itu sambil menjamin dampak positif ? PT. Trimitra Baterai Prakasa Lokal Manufaktur

b. Apakah strategi CSR Anda saat ini bertujuan untuk mengurangi kemiskinan bagi masyarakat sekitar PT. Unilever Indonesia, Tbk. MNC Barang konsumen
Anda?

i. Jika iya: Apakah model kegiatan memberikan manfaat bagi masyarakat lokal (bukan mengekspoitasi
mereka!)
ii. Jika tidak: Apakah terdapat kesempatan melibatkan mereka dalam kegiatan CSR lainnya yang Mengapa CSR penting bagi perusahaan dan
lebih dekat dengan bisnis inti Anda dan sekaligus bisa bersifat komersial?
bagi pembangunan berkelanjutan
c. Apakah terdapat kegiatan CSR yang dapat ditransformasikan ke dalam model bisnis komersial?

i. Jika iya: Apakah model bisnis tersebut dapat bersifat skalabilitas atau dapat direplikasi?
ii. Jika tidak apakah model bisnis itu berkelanjutan secara finansial, lingkungan dan sosial?
“CSR adalah komitmen berkelanjutan dunia usaha untuk
• Jika Anda mampu menjawab pertanyaan dengan lebih banyak jawaban iya, maka Anda dapat berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi dan meningkatkan
mengembangkan lebih lanjut gagasan tersebut untuk meraih keuntungan yang saling bermanfaat dari kualitas hidup tenaga kerja dan keluarganya serta komunitas dan
model-model bisnis inklusif bagi bisnis dan masyarakat. masyarakat pada umumnya.”
• Apabila Anda memerlukan nasehat lanjut, kami telah mengumpulkan berbagai referensi dan kontak di World Business Council for Sustainable Development (2016)
bagian akhir publikasi ini.

Meski definisi CSR bervariasi dan berkembang dari waktu ke waktu, istilah ini biasanya menjelaskan
perilaku bisnis bertanggung jawab yang mempertimbangkan implikasi ekonomi, lingkungan dan sosial
dari bisnisnya. Meskipun kegiatan filantropi perusahaan bukan fenomena baru, konsep tanggung jawab
sosial perusahaan pertama muncul pada dekade 1950-an dan 1960-an. Namun, sejak pergantian abad ini,
ada peningkatan momentum untuk CSR dan perusahaan secara luas diharapkan atau bahkan diwajibkan
oleh hukum untuk menjalankan strategi CSR.

Perkembangan CSR berevolusi bersama gagasan bahwa dunia usaha tidak hanya harus bertanggung
jawab, tetapi juga dapat menjadi kekuatan pendorong dalam pembangunan masyarakat dan negara-
negara di luar pertimbangan ekonomi murni. Tren ini terlihat jelas dalam inisiatif global seperti UN
Global Compact yang anggotanya mencakup banyak perusahaan terbesar di dunia serta perkumpulan
bentuk organisasi serupa lainnya seperti World Business Council for Sustainable Development. Tren tersebut
juga diwujudkan dalam peran penting sejumlah perusahaan multi-nasional perintis seperti Unilever yang
berpartisipasi dalam pelaksanaan Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan.

40 09
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
CSR adalah katalis yang kuat untuk kontribusi sektor swasta bagi pembangunan berkelanjutan. Kegiatan Latihan Grafik Laba-Laba
CSR perusahaan dapat meningkatkan mata pencaharian tenaga kerja perusahaan, masyarakat sekitar atau
bahkan wilayah lebih luas dimana perusahaan beroperasi. Kegiatan tersebut diantaranya dapat meliputi
Leadership
pemberian akses atau perbaikan pendidikan dan kesehatan, peningkatan infrastruktur, perlindungan
lingkungan, peluang pendapatan alternatif. Perusahaan dengan demikian dapat secara langsung 5
berkontribusi bagi pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB (SDGs).
4
Disamping CSR bisa berperan penting dalam mempromosikan pembangunan berkelanjutan, perusahaan
juga menyadari bahwa CSR dapat melampaui filantropi dan “tanggung jawab” dan benar-benar dapat 3
memperkuat kinerja bisnis. Dengan menerapkan kegiatan berdasarkan rantai nilai mereka, yaitu
mengembangkan atau mempertahankan tenaga kerja atau kegiatan yang mengamankan pasokan komponen
2
produk yang relevan secara stabil dan berkualitas, perusahaan dapat meningkatkan stabilitas keuangan Measurement
dan daya saing mereka sendiri. Policy-setting
& reporting 1

“Ada alasan yang kuat bagi perusahaan untuk bertindak secara


maksimal dalam meminimalkan dampak negatif pengembangan
mereka dan memaksimalkan dampak positifnya. Manfaatnya meliputi
perlindungan nilai dan penciptaan nilai, mengelola biaya dan risiko
dan menangkap peluang.”

(Jane Nelson (2015): Dunia Usaha dan Sasaran Pembangunan Berkelanjutan - System Program
Komponen untuk Sukses Sesuai Dana yang Tersedia)
installment development

CATATAN:
CSR Strategis dan Bisnis Inklusif (IB)

Meski mempunyai potensi manfaat bagi perusahaan dan masyarakat, CSR sering dianggap sebagai kegiatan
murni filantropi dari perusahaan yang terpisah dari operasi bisnis intinya. Perusahaan dengan demikian
menghadapi banyak tuntutan yang bersaing: di satu sisi masyarakat semakin berharap tanggung jawab
sosial perusahaan ditunjukkan secara kredibel, namun perusahaan juga dituntut oleh pemegang saham
untuk memaksimalkan keuntungan. Saat merancang dan melaksanakan kegiatan CSR, dengan demikian
perusahaan harus menyeimbangkan prioritas-prioritas yang saling bertentangan.

Pada saat yang sama, proyek CSR banyak dikritik dari sudut yang berbeda karena ketergantungan mereka
pada anggaran CSR yang setiap tahunnya dikaji ulang dan ketidakpastian yang ditimbulkan berkaitan
dengan keberlanjutan dan dampaknya. Menurut kritik tersebut, kurangnya pola berpikir bisnis atau
rencana pembiayaan jangka panjang atau model bisnis pada berbagai kegiatan CSR memunculkan
masalah-masalah khas yakni kurangnya keberlanjutan kerja filantropis. Ketidakamanan pendanaan ini
kian diperparah oleh fakta bahwa anggaran CSR umumnya merupakan salah satu bidang pertama yang
akan dipangkas jika perusahaan menghadapi kesulitan keuangan.

10 39
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
Tahap 2: Menggambar sebuah grafik laba-laba Kegiatan CSR perusahaan juga menerima kritik karena kurangnya pendekatan strategis terhadap pemrograman
dan skalabilitas1. Kegiatan sering berubah seiring perubahan manajemen dan mungkin mencerminkan
• Pertama, transfer nilai Anda dari hasil latihan langkah sebelumnya ke dalam grafik laba-laba dibawah preferensi manajemen saat ini bukan didasarkan pada kebutuhan, identitas dan nilai plus yang kuat dari
ini, berdasarkan nilai yang Anda akan berikan kepada Anda sendiri terkait setiap dimensi. perusahaan dan penerima manfaat yang disasarnya.
• Kedua, pikirlah sejenak terkait dimensi dimana Anda berikan nilai tertinggi. Elemen, orang, kegiatan
Namun segalanya berubah. Di seluruh dunia perusahaan mengatasi kekurangan ini dengan mengambil
atau faktor apakah yang jadi alasan dibelakang sukses dan bagaimana dampak pada bisnis Anda?
pendekatan yang lebih strategis terhadap CSR yang menciptakan dampak yang lebih besar bagi masyarakat
• Akhirnya, lakukan asesmen terkait dimensi-dimensi tersebut, manakah masih memberikan ruang dan nilai yang lebih besar bagi perusahaan itu sendiri.
terbuka bagi perbaikan dan nyusunlah sejumlah gagasan bagaimana melakukan perbaikan (lihat juga
langkah 3)
CSR 2.0

Kian banyak perusahaan mengambil pendekatan yang lebih strategis terhadap CSR. Sering disebut
sebagai CSR strategis atau CSR 2.0, pendekatan ini berusaha untuk bertumpu pada bisnis inti perusahaan
Contoh Grafik Laba-laba
untuk merancang kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat dan juga perusahaan.

Menurut konsep Wayne Visser2 yang banyak dikutip, CSR 2.0 perlu bertumpu pada lima prinsip: kreatifitas;
Leadership skalabilitas; responsifitas (terhadap situasi tertentu perusahaan/produk atau kelompok pemangku
5 kepentingan); glocality (adaptasi konsep internasional terhadap kekhasan lokal); dan sirkularitas
(kemampuan untuk meregenerasi sumber daya di seluruh proses). Kelima prinsip ini menetapkan tuntutan
yang tinggi terhadap CSR tetapi demikian juga memastikan bahwa CSR dapat berkelanjutan dan inovatif
4 dan berkontribusi bagi pembangunan berkelanjutan. Visi Visser tentang CSR 2.0 menuntut agar perusahaan
kritis dan menyeluruh mengenai kerja CSR yang mereka lakukan.
3

2
Measurement
Policy-setting
& reporting 1
“Kreativitas bisnis harus diubah arahnya untuk memecahkan masalah
sosial dan lingkungan di dunia.”

(Visser, 2011).

Skalabilitas merupakan aspek sangat penting yang menjadi krusial dalam intervensi pembangunan. Visser
menuntut agar perusahaan mempertanyakan tidak hanya model bisnis mereka tetapi bahkan bagaimana
System Program operasi mereka saat ini mungkin atau mungkin tidak memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan yang
installment development telah ditetapkan dan apakah tujuan tersebut benar-benar selaras. Dalam jangka panjang, Visser membayangkan
CSR 2.0 melangkah lebih jauh lagi dari tingkat strategis dan mengambil pendekatan sistemik yang
mengatasi ketidaksetaraan dan ketidakadilan di tingkat global dan didorong oleh regulasi dan tuntutan
konsumen.
Existing CSR Profile

1 Untuk ikhtisar komprehensif tentang kritik terhadap ‘CSR tradisional’ lihat Visser, Wayne (2011), CSR 2.0: Transforming the
Role of Business in Society. Lien Centre for Social Innovation.
2 Visser, Wayne (2011). CSR 2.0: Transforming the Role of Business in Society. Lien Centre for Social Innovation.

38 11
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
Bisnis Inklusif VI. Bab 6 – Alat pengkajian CSR
Langkah sederhana mengkaji sendiri strategi CSR!
(Kerangka Bisnis Inklusif G20)
Tujuan alat kajian
Bisnis inklusif menyediakan barang, jasa, dan mata pencaharian secara komersial
berkelanjutan, baik pada tingkat yang sesuai dengan dana yang tersedia (at scale) ataupun Alat kajian ini dikembangkan untuk menemukan potensi CSR strategis dalam operasional bisnis Anda
disesuaikan dengan dana yang tersedia (scalable), kepada orang yang hidup di dasar piramida dengan menggunakan 3 langkah simple. Secara khusus alat ini membantu Anda di dalam:
(BOP) ekonomi sehingga menjadikan mereka sebagai bagian dari rantai nilai bisnis inti
1. Mengkaji faktor-faktor sukses CSR di dalam perusahaan (status quo)
perusahaan sebagai pemasok, distributor, pengecer, atau pelanggan. Selain kegiatan inklusif
komersial ini, dunia usaha juga dapat mengejar tujuan inklusif sosial yang lebih luas. Bisnis 2. Mengidentifikasi langkah-langkah untuk dapat mengubah kegiatan CSR Anda menjadi lebih
inklusif harus mempromosikan pembangunan berkelanjutan di semua dimensi ekonomi, strategis (ke depan)
sosial dan lingkungannya. 3. Mengidentifikasi potensi bagi model-model bisnis inklusif

Tiga tahap sederhana

Di antara praktik yang digunakan oleh perusahaan untuk menjadikan kegiatan CSR mereka lebih strategis
adalah Bisnis Inklusif (IB). IB adalah praktik bisnis strategis yang menciptakan nilai tambah bagi Tahap Tahap Tahap
perusahaan dengan melibatkan kelompok berpenghasilan rendah dari piramida populasi (Bottom of the 01 02 03
Pyramide - BOP) ke dalam rantai nilai perusahaan sebagai pemasok, karyawan, distributor atau konsumen. Analisis status Identifikasi
Model IB saling menguntungkan, yang berarti bahwa dunia usaha maupun populasi berpendapatan terkini strategi Gambar grafik tindakan-tindakan
rendah mendapat manfaat dari hubungan bisnis tersebut. CSR Anda laba-laba perbaikan

Salah satu kekuatan besar IB adalah bahwa model ini biasanya tidak bergantung pada kontribusi filantropis
melainkan berkelanjutan secara komersial, setelah ada dan berjalan, melalui aliran pendapatan mereka
sendiri atau model pembiayaan silang.
Berdasarkan faktor sukses
Faktor sukses manakah yang Identifikasi apakah Anda
IB menciptakan dampak positif terhadap masyarakat berpenghasilan rendah3 dengan berbagai cara, di untuk meraih CSR strategis
antaranya adalah: membentuk kekuatan perusa- dapat mengubah atau
yang telah dijabarkan dalam
haan Anda dalam hal CSR melengkapi langkah-langkah
1. memberdayakan masyarakat yang terpinggirkan studi ini, bagaimana Anda
strategis? Mana yang dapat CSR saat ini dengan model
2. meningkatkan pendapatan rumah tangga menilai performa Anda
3. meningkatkan produktifitas dan ingin diperbaiki? bisnis
sendiri?
4. mengatasi kebutuhan dasar, seperti air, listrik dan lain-lain.

Model IB dikembangkan di berbagai sektor seperti pertanian, pariwisata, ICT, perawatan kesehatan atau
pendidikan4. Di Indonesia, ada potensi besar bagi perusahaan untuk melaksanakan model IB saat jumlah
5
penduduk yang bisa dianggap sebagai BOP cukup besar. Menurut studi oleh ADB dan SNV sekitar 119 Step-by-step panduan pengkajian
juta orang di Indonesia (49% dari populasi) hidup dengan penghasilan kurang dari $ 2 per hari. Ini berarti
bahwa tidak hanya ada pasar yang besar di BOP, tetapi juga tenaga kerja yang besar. Tahap 1: Analisa status terkini strategi CSR anda
• Referensi dasar: Bab 3 ”Faktor-Faktor Sukses”
• Gunakan tabel pada “Lampiran: Pertanyaan Pembimbing daripada 5 Faktor Sukses” untuk menggambarkan
3 UNDP (2008). Creating Value for All: Strategies for Doing Business with Poor. strategi CSR Anda saat ini serta performa relatif dengan menjawab pertanyaan pada tabel tersebut.
4 Untuk panduan sektoral model Inclusive Business yang ditulis oleh GIZ, kunjungi https://www.giz.de/Wirtschaft/de/ht- Kemudian berikan Anda nilai dari skala 1 (indikasi rendah indikator tersebut) sampai 5 (indikasi tinggi
ml/1745.html. indikator tersebut) dengan mempertimbangkan jawaban yang telah diberikan
5 ADB and SNV (2013). Developing the Business Case for Investing in Inclusive Business in Indonesia – A Market Scoping Study.

12 37
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
Terakhir, penelitian ini mengajukan delapan rekomendasi bagi perusahaan anggota APINDO dan
perusahaan di Indonesia secara lebih luas untuk membuat CSR mereka lebih strategis:
Metodologi
Penelitian ini didasarkan pada kombinasi desk study, wawancara semi-terstruktur dan pemetaan.
1. Berpartisipasi dalam pertukaran pendapat rutin di antara perusahaan anggota APINDO
untuk membahas praktik terbaik dan tantangan dalam CSR dan mengidentifikasi sinergi Wawancara dan analisis perusahaan dipandu oleh Philippine Business for Social Progress (PBSP) Corporate
antar perusahaan Citizenship Center’s Corporate Citizenship System & Process Management Framework6. Alat ini dirancang oleh
PBSP untuk membantu perusahaan dalam mengembangkan dan melaksanakan program-program CSR
2. Mempromosikan rasa memiliki kegiatan CSR di antara karyawan dan manajemen melalui yang efektif berdasarkan lima unsur penting: kepemimpinan, penetapan kebijakan, pengembangan
materi informasi yang lebih baik, kunjungan ke lokasi dan acara program, pemasangan sistem dan pengukuran dan pelaporan. Untuk tujuan penelitian ini, kerangka itu
disederhanakan untuk mengkaji bagaimana program CSR di perusahaan yang disurvei berjalan di masing-
3. Mempertimbangkan investasi di bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia sebagai masing kelima elemen ini.
bagian dari kebijakan CSR strategis mereka dan menggabungkan Pengembangan Sumber
Manusia internal dengan program pengabdian masyarakat dan pelatihan bagi masyarakat
(idealnya sebagai program pendidikan formal bukan pelatihan informal jangka pendek).
ve s t m e n t • E nv i
l In ron
4. Meihat CSR sebagai kegiatan jangka panjang dan mengembangkan visi untuk pemrograman
CSR yang bertumpu pada kerangka waktu lebih panjang untuk membuat program yang ia D e ve l o p m
lebih berkelanjutan oc ra m me
nt
e
og

•S

nt
Pr

al
rn
5. Mengambil pendekatan rantai nilai terhadap CSR dengan menganalisis potensi kegiatan

Ste
orkplace Conce

Sy
CSR di sepanjang seluruh rantai nilai perusahaan

stem

wa r d s
ettin
6. Mengidentifikasi dan mengembangkan potensi bisnis inklusif dalam rantai nilai dan

In stallatio
mendokumentasikan temuan untuk bekerja sebagai pejuang untuk menginspirasi perusahaan lain

hip • Co
Leadership

ol i c y
7. Menyelaraskan kegiatan CSR dengan SDGs untuk memfasilitasi evaluasi dan penelusuran

P
dampak bersama pada skala global

rp
g
ing
8. Membuat studi kasus mendalam tentang praktik terbaik sebagai bahan ajar dan bekerja sama

o
in
M

r
rt

a
dengan sekolah-sekolah bisnis untuk mempromosikan topik tersebut dalam dunia akademis
eas

g
o

te
Re p

a
urem

n
Co

-
a ent and mm
M
ip • y Pa r t n e r s h
unit Gambar 1. Sistem Kerangka dan Proses
Manajemen Philippine Business for
Social Progress (PBSP) Center for
Corporate Citizenship

Pertama, tinjauan komprehensif literatur standard tentang CSR, Bisnis Inklusif dan topik terkait di
Indonesia dilakukan, termasuk kerangka peraturan, untuk memberikan gambaran tentang status quo.
Desk review ini dilengkapi dengan temuan kualitatif dari survei perusahaan dalam hal penggerak kegiatan
CSR mereka. Oleh karena itu, kegiatan CSR perusahaan partisipan dikategorikan dan dipetakan di sepanjang
spektrum kegiatan untuk mendapatkan gambaran tentang berbagai pendekatan yang terlihat jelas pada
kegiatan CSR anggota perusahaan APINDO. Kegiatan tersebut kemudian dikaji berkenaan dengan
kelima faktor sukses CSR strategis yang diadopsi dari kerangka PBSP. Pada langkah ketiga, kegiatan IB
dikaji secara detail untuk menentukan peluang dan tantangan dalam kegiatan IB daripada perusahaan
partisipan.

6 Philippine Business for Social Progress (PBSP) Corporate Citizenship Center (2002): Corporate Citizenship System & Process Management
Framework.

36 13
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
II. BAB 2 – PENGGERAK CSR V. BAB 5 – KESIMPULAN DAN SARAN
DI INDONESIA

Bab ini bertujuan untuk memberikan gambaran luas mengenai beberapa penggerak CSR di Indonesia. Sebagian (1) Masih ada persepsi di kalangan bisnis serta regulator di Indonesia bahwa CSR hanya terkait dengan
karena keragaman agama dan budaya di Indonesia, praktik filantropi perusahaan di seluruh nusantara ini sangat motif sosial. Tujuan dari mayoritas program CSR yang dilaksanakan oleh perusahaan responden
berbeda. Keragaman ini mempersulit untuk mencapai perbandingan antar berbagai perusahaan untuk memperoleh adalah memberdayakan para pemangku kepentingan sosial mereka. Dalam pelaksanaannya, mayoritas
gambaran yang lebih baik tentang situasi CSR di Indonesia. Namun demikian tiga penggerak yang dianggap penting menggunakan pendekatan yang tidak mempertimbangkan aspek keberlanjutan kegiatan, baik dari
oleh penulis dicantumkan di bawah ini, meski mereka sama sekali tidak lengkap. sisi sektor swasta (misalnya melaksanakan kegiatan CSR sebagai bagian dari ‘biaya sosial’ atau beban
atau kewajiban bukan investasi) dan dari sisi masyarakat sasaran CSR (misalnya proyek jangka
pendek dengan dampak yang rendah).
Tradisi dan ekspektasi budaya (2) Dari studi ini, ada potensi bagi perusahaan Indonesia untuk membuat kegiatan CSR mereka lebih
strategis, untuk menciptakan keberlanjutan dan juga saling menguntungkan bagi perusahaan serta
penerima manfaat. Menggunakan prinsip inklusivitas dalam rantai pasokan perusahaan sebagai
bagian dari kegiatan CSR mereka adalah salah satu cara untuk melakukan CSR strategis. Praktek ini,
“CSR merupakan komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk berperilaku yang disebut Inclusive Business, diyakini dan dibuktikan dalam penelitian ini meningkatkan efektivitas
etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi sambil meningkatkan peran sektor swasta dalam memacu pembangunan di Indonesia.
kualitas hidup tenaga kerja dan keluarganya serta komunitas lokal dan
masyarakat luas.” (3) Keberhasilan menggeser kegiatan CSR perusahaan dari tindakan filantropi atau amal ke kegiatan
yang lebih strategis ditentukan oleh pimpinan perusahaan dan manajemen mereka. Komitmen kuat
The World Business Council for Sustainable Development mereka terhadap IB harus dikomunikasikan dengan jelas kepada pemangku kepentingan perusahaan
dan diterjemahkan secara praktis oleh staf mereka ke dalam tindakan nyata, dengan mengembangkan
sistem dan mekanisme untuk mengelolanya. Untuk mendorong pemimpin bisnis agar mengembangkan
model IB, bukti kuat harus disajikan yang menunjukkan manfaat sosial (seperti mendapatkan izin
sosial untuk beroperasi); dan manfaat ekonomi, yang memaksimalkan keuntungan dan/atau
Banyak kegiatan CSR yang dilakukan di Indonesia didorong oleh gagasan ‘memberikan sesuatu kembali kepada meminimalkan risiko (seperti penguatan rantai nilai, memperluas kumpulan tenaga kerja, atau
masyarakat’. Secara tradisional, perusahaan membantu mesyarakat dalam bentuk sumbangan yang diberikan pada mengembangkan pasar baru).
perayaan nasional maupun acara-acara keagamaan, setelah terjadinya bencana alam dengan memperbaiki dan
(4) Kegiatan Inclusive Business dapat dipraktikkan oleh setiap jenis perusahaan di Indonesia, terlepas dari
membangun fasilitas umum dan sosial. Hingga saat ini, perusahaan dengan demikian sering masih memahami
ukurannya (kecil, menengah, atau besar), jenis industrinya (garmen, barang konsumsi, manufaktur,
kegiatan CSR sebagai kewajiban moral perusahaan kepada masyarakat.
pertambangan, dll), dan kepemilikannya (nasional, multinasional, milik keluarga atau milik negara),
selama mereka bisa memetakan peluang untuk menyertakan BoP (Base of Pyramid atau orang-orang
Peraturan yang rentan dan miskin) ke dalam rantai pasok atau nilai mereka, mengadaptasikan proses bisnis
mereka untuk memungkinkan BoP ambil bagian dalam rantai pasok atau nilai, dan memanfaatkan
kekuatan BoP untuk memastikan mereka memenuhi standar yang dipersyaratkan oleh industri.
Pada saat yang sama, peraturan pemerintah telah menjadi penggerak utama adopsi dan implementasi kegiatan CSR
dalam beberapa tahun terakhir. Menurut Undang-Undang Nomor 40/2007 tentang Perseroan Terbatas yang (5) Faktor sukses lain dalam mempraktikkan Inclusive Business adalah memahami tantangan yang akan
kegiatannya berkaitan dengan sumber daya alam, perusahaan-perusahaan ini dipersyaratkan untuk menunjukkan datang (seperti kesenjangan informasi, terbatasnya keterampilan dan pengetahuan, kurangnya akses
tanggung jawab sosial dan lingkungan. Sebagian besar dari mereka memenuhi persyaratan ini dengan menghabiskan ke modal, kurangnya sarana-prasarana dan juga kerangka peraturan yang tidak efektif) dan mengetahui
sekitar 3% dari laba tahunan perusahaan untuk kegiatan CSR. Dengan berlakunya undang-undang ini, Indonesia cara mengurangi tantangan tersebut. Untuk mengatasi tantangan, perusahaan dapat berkolaborasi
adalah negara yang wewajibkan tanggung jawab sosial berdasarkan undang-undang. dengan bisnis lain (atau asosiasi bisnis), atau kadang dengan mitra non-tradisional, seperti lembaga
swadaya masyarakat (LSM) dan penyedia layanan publik. Melalui kolaborasi tersebut, perusahaan
dapat memperoleh akses ke kemampuan komplementer dan kumpulan sumber daya untuk mengatasi
tantangan tersebut.

14 35
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
4. Terbatasnya akses keuangan - karena bisnis inklusif masih dianggap sebagai kegiatan sosial atau
kegiatan dengan risiko yang sulit diukur oleh lembaga keuangan di Indonesia, dan karena masyarakat
masih dianggap tidak bankable, maka lembaga keuangan membatasi kebebasan untuk mengucurkan UU no. 40/2007 tentang Perseroan Terbatas
pinjaman kecuali perusahaan dapat memperkuat pinjaman dengan aset dan reputasi sebagai jaminan. BAB V
Karena alasan ini, PT. Adis Dimension Footwear mendanai sendiri modal awal koperasi tersebut.
TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN
5. Kurangnya sarana-prasarana - biasanya petani tinggal di daerah pedesaan yang memiliki akses jalan Pasal 74
dan transportasi terbatas. Hal ini menyebabkan tingginya biaya transportasi, sehingga mengurangi
(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan
daya saing mereka.
sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.
(2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan
yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Potensi IB dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur
dengan peraturan pemerintah.
Analisis bab sebelumnya menunjukkan bahwa kegiatan IB telah dilakukan oleh perusahaan yang
berpartisipasi dalam penelitian ini. Setiap perusahaan, sadar atau tidak sadar, telah melakukan bisnis
inklusif sampai tingkat tertentu dalam operasi mereka.

Masalah inti dari korporasi adalah pemahaman IB itu sendiri. Sebagian perusahaan tidak menyadari
bahwa sejumlah kegiatan mereka adalah bisnis inklusif. Misalnya, program pasokan bak air yang diluncurkan Kini, setidaknya ada tujuh hukum nasional dan peraturan daerah yang terkait dengan CSR yang bersifat
oleh salah satu perusahaan responden. Pada awalnya program ini dipandang sebagai program bisnis biasa. peraturan maupun redistribusi. Pemerintah berusaha untuk mendorong perusahaan-perusahaan untuk
Perusahaan ini awalnya tidak menyadari bahwa ada dampak sosial yang lahir dari program tersebut. berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial dengan penerbitan peraturan ini. Meski ini merupakan prestasi
besar dalam hal menciptakan kesadaran tentang CSR, pendekatan regulasi Indonesia juga memiliki
Secara umum, kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tersebut masih berbasis filantropi kekurangan.
atau amal tanpa pertimbangan keuntungan finansial atau manfaat. Ini pada dasarnya sejalan dengan salah
satu misi dan tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan: ikut serta dalam meningkatkan kesejahteraan Di tingkat pelaksanaan di lapangan, aturan ini menciptakan kebingungan di kalangan pelaksana.
masyarakat. Perbedaan pemahaman tentang CSR telah menyebabkan pelaksanaan CSR secara bervariasi di masing-
masing daerah dengan munculnya berbagai peraturan daerah mengenai CSR. Kurangnya kejelasan pera-
turan menjadi kendala bagi perusahaan untuk melaksanakan program CSR. Perusahaan yang beroperasi
di daerah harus meminta persetujuan dari pemerintah daerah untuk melaksanakan kegiatan CSR dengan
mengadakan pertemuan tahunan dengan instansi pemerintah. Akibatnya, banyak perusahaan melakukan
kegiatan CSR hanya untuk memenuhi peraturan saat ini tetapi tidak mengambil risiko untuk inovatif
dalam program mereka. Pendekatan wajib terhadap CSR tersebut difokuskan pada input (jumlah investasi)
bukan berfokus pada output dan dampak program CSR untuk mengevaluasi apakah mereka mematuhi
peraturan.

Namun demikian, penerbitan peraturan tersebut terwujud menjadi peningkatan kesadaran dan pemahaman
tentang pentingnya CSR di kalangan para pemangku kepentingan yang bersangkutan.

34 15
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
Pedoman CSR Internasional Peluang

Sejumlah standar global juga relevan bagi Indonesia dan dapat mendorong adopsi dan peningkatan kegiatan Studi ini mengungkapkan bahwa ada sejumlah manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan IB, yaitu:
CSR di negara ini. Salah satu standar yang paling berpengaruh dirancang oleh Organisasi Internasional 1. Perusahaan dapat mengurangi biaya pengadaan barang dan bahan baku, baik dari segi efisiensi
untuk Standardisasi (ISO), yang menerbitkan ISO 26000 pada tahun 2010 sebagai panduan untuk organisasi maupun kontinuitas proses. Contohnya adalah PT. Trimitra Baterai Prakasa dengan program
atau perusahaan untuk beroperasi secara bertanggung jawab sosial. pasokan bak airnya. Perusahaan ini tidak hanya mendapatkan biaya yang lebih murah, tetapi juga
Standar ISO 26000 terutama memberikan panduan mengenai prinsip-prinsip praktik CSR dan kontribusi jaminan kualitas dan pasokan kontinyu untuk peralatan yang diperlukan setiap bulan.
perusahaan terhadap pembangunan berkelanjutan. Karena perbedaan global yang luas dalam hal budaya 2. Masalah tenaga kerja, khususnya ketidakmampuan untuk mendapatkan karyawan yang memenuhi
dan etika perusahaan, ISO tidak tidak memberikan sertifikasi untuk standar 26000. Ada tujuh (7) subjek syarat, adalah masalah yang sering dihadapi oleh kebanyakan perusahaan. Perusahaan yang
inti yang dicakup oleh ISO 26000 yaitu: tata kelola organisasi, hak asasi manusia, Praktik perburuhan, memberikan pelatihan kepada masyarakat kurang mampu, terutama penduduk setempat, dapat
Lingkungan, Praktik operasi yang adil, Isu konsumen, dan Pelibatan & pengembangan masyarakat. menghasilkan karyawan dengan keterampilan yang meningkat dan produktivitas serta loyalitas yang
tinggi. Hal ini dibuktikan dengan pembukaan pusat pelatihan oleh PT. Adis Dimension Footwear
untuk melatih penduduk setempat dalam keterampilan menjahit dan pembuatan sepatu. Hasilnya,
Holistic approach PT. Adis Dimension Footwear memecahkan masalah tenaga kerja dan mendapatkan karyawan
6.8” dengan keterampilan yang diperlukan dan loyalitas yang tinggi, sehingga meningkatkan produktivitas.
Community
involvement 6.3”
3. Rantai pasok – jaminan pasokan dapat menjadi kendala bagi perusahaan terutama yang berkaitan
and Human right”
dengan produk pertanian. Partisipasi masyarakat dalam rantai pasokan dapat menjadi solusi untuk
development
masalah ini. Satu contoh sukses adalah PT. Unilever Indonesia, Tbk, dengan pemberdayaan petani
6.2”Organizational kedelai hitam di pulau Jawa.

6.7”
Consumer ORGANIZATION
6.4”
Labour
Tantangan
issues practices
Permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan untuk dapat memulai suatu kegiatan inklusif adalah tantangan
governance bagi perusahaan. Permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan adalah:
6.6” 6.5” 1. Kurangnya keterampilan dan pengetahuan yang
Fair operating The memadai di BOP merupakana tantangan bagi perusahaan
practices environment “Kami membantu mitra bisnis
untuk dapat melibatkan penduduk berpenghasilan
rendah di dalam rantai nilai perusahaan. kami untuk meningkatkan
Interdependence kemampuan mereka.”
2. Kesenjangan informasi - dan kurangnya pemahaman
perusahaan mengenai bisnis inklusif. Perusahaan
Sancoyo Antarikso, External
Gambar 2. Subjek Inti ISO 26000 melaporkan bahwa mereka tidak mampu melaksanakan
Relations Director & Corporate
bisnis inklusif karena mereka biasanya tidak
1) Organizational Governance: This core subject refers to how your business makes and implements strategic decisions; berhubungan langsung dengan masyarakat yang Secretary, PT. Unilever Indonesia
2) Human Rights: This core subject is based on the Universal Declaration of Human Rights (adopted by the UN General Assembly in 1948); kurang beruntung. Tbk and Board of Founders of
3) Labor Practices: For this core subject, the ISO 26000 refers to the ILO (International Labor Organization), the international governing body for labor practices; Indonesia’s Global Compact
4) The Environment: The environmental principles of this core subject are: Environmental responsibility; The precautionary approach; Environmental
3. Kerangka peraturan - kurangnya peraturan yang jelas Network
risk management; and The polluter pays; mengenai pelaksanaan CSR menjadi kendala bagi
5) Fair Operating Practices: This core subject focuses on the ethical conduct in a business’s dealing with its stakeholders; perusahaan untuk berinovasi bisnis inklusif. Perusahaan
6) Consumer Issues: This core subject deals with your business’s responsibility for minimizing risks in the use of your service or product; yang beroperasi terutama di sekitar sumber daya alam, misalnya, membutuhkan bimbingan mengenai
7) Community Involvement and Development: The ISO 26000 states that “Community involvement and community development are both apa saja kegiatan CSR yang disetujui atau ditolak, sehingga mereka mampu setiap tahun menyusun
integral parts of sustainable development”. anggaran untuk kegiatan tersebut karena besarnya sumber daya yang dibutuhkan untuk CSR,
baik materiil maupun non-materiil.
(http://www.sustainability4success.com/iso-26000-II.html)

16 33
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
Kegiatan: Koperasi Adis Standar tersebut dengan demikian mempromosikan CSR baik sebagai kegiatan yang bertujuan untuk
Objek Sasaran: Karyawan pengembangan masyarakat atau menciptakan nilai yang lebih luas bagi masyarakat, tetapi juga aspek
internal perusahaan dan bagaimana perusahaan menjalankan operasinya.
Nama Perusahaan: PT. Adis Dimension Footwear
Deskripsi Kegiatan: Pedoman lain yang umumnya digunakan di sektor korporasi dengan fokus khusus pada pelaporan CSR
dan praktik keberlanjutan adalah Sustainability Reporting Guidelines yang dikeluarkan oleh Global Reporting
Pekerja sering membutuhkan dana tambahan untuk memenuhi kebutuhan Initiative. Generasi keempat dari Sustainability Reporting Guidelines ini diluncurkan pada bulan Mei 20137.
Foto: PT. Adis Dimension Footwear

pribadi, seperti biaya kuliah anak-anak dan kebutuhan lainnya. Perusahaan


jelas tidak akan dapat memenuhi kebutuhan semua pekerjanya, terutama Suara lain yang berpengaruh dalam ruang CSR adalah UN Global Compact dan Global Compact Principles,
karena besarnya tenaga kerja. Untuk merespons masalah ini, perusahaan yang menetapkan 10 prinsip dasar bagi perusahaan untuk melaksanakan CSR yang meliputi unsur-unsur
menyediakan sejumlah modal dan membentuk badan koperasi yang hak asasi manusia, perburuhan, lingkungan dan anti-Korupsi. UN Global Compact Chapters ada di banyak
berfungsi sebagai fasilitas simpan-pinjam bagi para pekerja. Hal ini juga negara di seluruh dunia. Global Compact Chapter di Indonesia berjumlah 117 penandatangan. Untuk MNE,
OECD Guidelines on Responsible Business Conduct juga berfungsi sebagai kerangka acuan, meski MNE
dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan para pekerja. Koperasi
umumnya memiliki program CSR lebih rumit yang sudah berjalan.
juga melakukan fungsi lain selain fungsi simpan-pinjam yang ditentukan dengan mendirikan Adis Mart,
yakni gerai yang memungkinkan anggota untuk berbelanja di sana menggunakan sistem kartu yang
terintegrasi. Adis Mart juga mengoperasikan layanan pembayaran kurir dan online yang memungkinkan
karyawan untuk membayar tagihan utilitas publik seperti tagihan listrik dan menggunakan sistem TI
canggih, yang dikembangkan secara internal berdasarkan model open-source dan yang memungkinkan
mereka untuk lebih meningkatkan kualitas kerjanya. Saat ini, Adis Mart beroperasi dengan pendapatan Rp
5 miliar per bulan. Karena keberhasilan model koperasinya, perusahaan ini secara rutin menerima
kunjungan dari berbagai pihak ketiga (perusahaan, pemerintah, koperasi, universitas dan pengunjung
internasional) untuk pembelajaran dan pertukaran pengetahuan secara peer-to-peer.

7 Informasi lebih lanjut tentang Global Reporting Initiative, dan berbagai alat yang berguna bagi perusahaan yang berminat dapat
ditemukan https://www.globalreporting.org.

32 17
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
III. BAB 3 – ANALISIS SAMPEL: Kegiatan:
Objek Sasaran:
Penyediaan ruang bagi penjaja makanan
Penjaja makanan

TEMUAN UMUM Nama Perusahaan:


Deskripsi Kegiatan:
PT. Adis Dimension Footwear

Salah satu masalah yang dihadapi perusahaan adalah masalah logistik, terutama penyediaan makan siang
Bab ini menyajikan gambaran luas kegiatan CSR dari perusahaan yang disurvei dan menjelaskan untuk ribuan pekerja. Mengizinkan pekerja untuk meninggalkan tempat untuk mencari makanan akan
faktor-faktor yang terkait dengan keberhasilan program CSR mereka. menciptakan masalah yang lebih besar: tidak ada jaminan bahwa makanan tersebut higienis dan disiplin
pekerja akan terancam karena waktu kerja mereka bisa dikurangi oleh keterlambatan atau penyakit yang
dibawa makanan. Untuk merespons masalah ini, perusahaan meluncurkan program dengan menyediakan
Spektrum Kegiatan ruang di wilayah pinggiran perusahaan bagi penjaja makanan untuk menjual barang-barang mereka. Perusahaan
menyediakan pelatihan tentang penanganan makanan dan keamanan makanan, serta pengelolaan limbah.
Tujuh perusahaan yang disurvei untuk penelitian ini menjalankan total 63 kegiatan CSR. Kegiatan ini Hasilnya, saat ini ada daftar
bersifat sangat beragam, dari langkah-langkah perbaikan tempat kerja sampai kesempatan pendidikan tunggu penjaja yang menunggu
bagi karyawan atau peluang pendapatan bagi masyarakat sekitar. Alih-alih memetakan kegiatan berdasarkan
untuk membuka stand mereka
sektor atau kelompok sasarannya, studi ini meneliti bagaimana mereka berhubungan dengan bisnis inti
di daerah ini karena jauh lebih

Foto: PT. Adis Dimension Footwear


perusahaan dan bagaimana perusahaan menghargai kegiatan ini dan memahami peran mereka dalam
menguntungkan bagi mereka
memfasilitasinya.
serta aman. Perusahaan juga
Menggunakan “kontinum investasi sosial’ yang diadaptasi dari European Venture Philanthropic Association mendapat manfaat dari lebih
(EVPA), kegiatan CSR diplot di sepanjang kontinum. Matriks tersebut menggambarkan spektrum motivasi baiknya tingkat disiplin dan
kegiatan CSR yang dilakukan dari motivasi murni filantropi hingga murni komersial. Kegiatan ini terkendalinya kualitas makanan
menyoroti motivasi perusahaan peserta dalam operasi program CSR mereka dan membantu mengidentifikasi yang tersedia untuk para pekerjanya.
praktik dan potensi bisnis inklusif dalam 63 kegiatan tersebut.

Purely Philanthropic Purely Commercial Kegiatan: Pemberdayaan Petani Karet


Objek Sasaran: Petani Karet
Nama Perusahaan: PT. Adaro Indonesia
Deskripsi Kegiatan:
Philanthropy / Charity Social Driven Socially Responsible Traditional Business
Non-financial mission Social mission with min. Market driven with social Profit driven
financial return and / or environmental Menjadi kewajiban perusahaan pertambangan untuk melakukan reklamasi
objectives untuk daerah pasca tambang. Reklamasi merupakan bagian dari operasi

Foto: PT. Adaro Indonesia


Impact only Impact first Finance first bisnis inti bagi perusahaan pertambangan yang bertanggung jawab.

Inclusive Business PT. Adaro Indonesia menyadari bahwa dalam waktu dekat lapangan
pertambangan yang dieksploitasi akan harus dihutankan kembali. Salah
satu komoditas yang akan cocok untuk daerah tersebut adalah tanaman

44 14 5 activities
karet. Sejalan dengan misi perusahaan untuk mengembangkan ekonomi masyarakat, perusahaan
meluncurkan program untuk pertanian karet. Perusahaan memberikan pelatihan dan pendidikan mengenai
pertanian karet strategis untuk panen yang optimal. Hasilnya kini adalah 700 hektar lahan bera telah
direklamasi untuk pertanian karet, yang melibatkan 7.500 kepala keluarga. Menggabungkan operasi
bisnis (reklamasi untuk daerah paska-tambang) dengan misi perusahaan untuk mengembangkan
ekonomi masyarakat sekitar adalah contoh lain untuk pendekatan bisnis inklusif.
Gambar 3. Spektrum Kegiatan CSR dari perusahaan yang disurvei, diadaptasi dari kontinum investasi sosial EVPA

18 31
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
Kegiatan: Pasokan Bak Air Dari 63 kegiatan yang tercatat selama wawancara, 44 dianggap bermotivasi murni filantrofi, sedangkan 19
Objek Sasaran: Masyarakat setempat kegiatan dianggap lebih didorong pasar dan sebagai bisnis inklusif atau sebagai kegiatan dengan potensi
Nama Perusahaan: PT. Trimitra Baterai Prakasa bisnis inklusif. Kegiatan bisnis inklusif akan dibahas secara lebih mendalam pada bab berikut.
Deskripsi Kegiatan:
Semua perusahaan yang disurvei untuk studi ini melaksanakan kegiatan CSR dan memahami konsep dasar
Setiap bulan perusahaan perlu mengganti bak air di pabrik. Bak terbuat dari bahan fiber glass yang dapat CSR. Banyak kegiatan yang dilakukan dianggap sebagai sumbangan oleh manajemen yang diperlukan
dibentuk dengan mudah. Perusahaan melihat bahwa di lingkungan sekitarnya, ada individu yang mempunyai untuk mendapatkan legitimasi publik atau untuk mematuhi peraturan yang ada.
keterampilan dalam mencetak fiber glass.

Perusahaan memberikan spesifikasi dan pengawasan dalam proses produksi. Seiring dengan proses ini,
perusahaan mendidik lebih banyak orang dan mendirikan kerjasama dengan karang taruna. Omzet Menjadi lebih strategis
bulanan untuk pasokan tersebut antara Rp. 200 - 400 juta.
Praktik CSR di beberapa perusahaan telah bergeser dari sarana untuk meningkatkan citra perusahaan ke

Foto: PT. Trimitra Baterai Prakasa


Keuntungan bagi perusahaan:
kegiatan yang lebih strategis dan difokuskan pada dampak. Bidang-bidang kegiatan baru ini seringkali
• pasokan yang handal karena PT. Trimitra Baterai Prakasa juga lebih terkait erat dengan bisnis inti perusahaan. Perubahan ini sering disertai dengan kesadaran bahwa
memantau produksi CSR bukan hanya jawaban bagi tuntutan masyarakat akan akuntabilitas bisnis, tapi bahwa kegiatan CSR
• penghematan biaya karena rendahnya biaya transportasi juga dapat menguntungkan perusahaan secara komersial.

Quality assurance training for the community in the Selama wawancara, perusahaan mengungkapkan sejumlah manfaat dari program CSR seperti
Cilincing area in water bath production
pengembangan dan pensiun tenaga kerja atau keandalan rantai pasok yang menjadi alasan kuat bagi dunia
usaha untuk melaksanakan CSR. Berikut adalah sejumlah contoh kegiatan CSR strategis tersebut, yang
dikelompokkan ke dalam dua bagian tematik.

Kegiatan: Pemberdayaan Petani Kedelai


Objek Sasaran: Petani Kedelai
Nama Perusahaan: PT. Unilever Indonesia, Tbk. “Kita tidak bisa menjalankan bisnis yang baik jika masyarakat sekitarnya
Deskripsi Kegiatan: miskin dan terpinggirkan.”

Untuk mendapatkan kualitas tinggi dan pasokan berkelanjutan (Sancoyo Antarikso, External Relations Director & Corporate Secretary, PT. Unilever Indonesia Tbk
Foto: PT. Unilever Indonesia, Tbk.

untuk kedelai hitam, pada tahun 2000 PT. Unilever Indonesia, dan Dewan Pendiri Indonesia Global Compact Network)

Tbk, bekerjasama dengan Universitas Gajah Mada (UGM)


melibatkan petani agar menanam kedelai hitam. Kedelai
hitam kurang lazim ditanam dibanding varietas kuning.
Setelah penelitian mendalam Malika diperkenalkan kepada Pemanfaatan kekuatan perusahaan
petani bekerjasama dengan UGM. Benih dibagikan secara
gratis dan PT. Unilever Indonesia, Tbk, memberikan pelatihan, konsultasi dan pengawasan untuk
Perusahaan dapat menjadikan CSR mereka lebih strategis dengan memanfaatkan kekuatan dan keunggulan
petani. Hasilnya, petani kedelai bisa meningkatkan produksi dari 1,5 ton/Ha menjadi 1,9 ton/Ha, yang
komparatif perusahaan dan kegiatan bisnis intinya.
memberi pendapatan tambahan bagi petani. Petani juga menerima jaminan pasar dari PT. Unilever
Indonesia, Tbk, untuk membeli kedelai hitam tersebut. Para petani juga memperoleh pengetahuan dan Salah satu contoh yang menarik dari perusahaan yang disurvei adalah PT. Pacific Place Jakarta. Perusahaan
keterampilan dalam praktik pertanian berkelanjutan. Program ini mencakup lebih dari 50 Kabupaten di ini menyadari bahwa untuk mencapai tujuan CRS mereka yakni mendukung UKM di Indonesia, perusahaan
Jawa dan telah melatih lebih dari 9.000 petani termasuk 2.000 perempuan. ini dapat memanfaatkan struktur penjualannya dengan memanfaatkan ruang mal yang tidak terpakai
untuk memamerkan proyek yang menjanjikan dari UKM melalui penyelenggaraan pameran satu bulan.

30 19
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
Kegiatan:
Objek Sasaran:
Gerai untuk UKM
UKM IV. BAB 4 – BISNIS INKLUSIF SEBAGAI
Nama Perusahaan: PT. Pacific Place Jakarta
Deskripsi Kegiatan: CSR STRATEGIS
Salah satu misi perusahaan adalah memberdayakan UKM. Perusahaan
ini bekerja sama dengan dua LSM yang dipilih, Dompet Dhuafa dan
Foto: PT. Pacific Place Jakarta

Citra Tenun Indonesia untuk memamerkan dan memasarkan produk


UKM yang memenuhi spesifikasi untuk pasar ekonomi menengah-tinggi. Bab ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang keadaan dan potensi IB di antara anggota
Pemilihan LSM ini dilakukan untuk memastikan bahwa produk yang APINDO dan memberikan inspirasi dan saran tentang IB di seluruh komunitas bisnis Indonesia secara
dipasarkan sesuai dengan kualitas yang diinginkan sesuai syarat perusahaan. keseluruhan.
Pameran ini berlangsung selama satu bulan di Pacific Place Mal. Lokasi
yang digunakan adalah area yang belum memiliki penyewa.
Studi kasus IB
Manfaatnya bagi UKM sangat jelas karena produk mereka mendapatkan paparan di pasar menengah-
tinggi yang sering sulit diakses. Bagi PT. Pacific Place Jakarta inisiatif tersebut tidak hanya meningkatkan
Kegiatan CSR yang dilakukan oleh perusahaan yang disurvei dalam studi ini memberikan contoh potensi
citra perusahaan tapi juga memanfaatkan ruang sewa kosong yang belum digunakan. Selain itu, inisiatif
IB untuk memberikan manfaat tidak hanya bagi masyarakat tetapi juga bagi perusahaan. Studi ini
tersebut membuat penawaran mal tersebut kepada pelanggan menjadi lebih beragam dan inovatif.
menemukan sejumlah kegiatan CSR di sepanjang rantai nilai perusahaan yang dapat dikategorikan
sebagai praktik bisnis inklusif.

Contoh lainnya adalah PT. Unilever Indonesia yang memfokuskan kegiatan CSR pada peningkatan salah PT. Trimitra Baterai Prakasa, misalnya, menerapkan konsep IB kepada masyarakat sekitarnya untuk
satu saluran penjualan paling pentingnya, pasar tradisional. menyediakan peralatan penunjang bagi perusahaan berdasarkan alasan biaya dan ketersediaan. Oleh
karena itu, perusahaan tersebut menganggap praktik ini sebagai kegiatan bisnis biasa, meski memiliki
dampak sosial yang besar terhadap masyarakat dengan memberikan kesempatan penghasilan tambahan.
Bentuk kegiatan CSR perusahaan sebagian besar ditujukan pada penyediaan lapangan kerja bagi anggota
Kegiatan: Pasar Sehat Berdaya masyarakat, khususnya yang kurang beruntung.
Objek Sasaran: Penjaja di pasar tradisional
Nama Perusahaan: PT. Unilever Indonesia, Tbk. Landasan tindakan perusahaan dituangkan dalam misi perusahaan, yakni memberdayakan masyarakat,
Deskripsi Kegiatan: terutama yang kurang mampu, sebagai respons perusahaan terhadap tanggung jawab sosial. Awalnya,
sebagai proyek uji coba, perusahaan berusaha untuk melibatkan masyarakat setempat yang terkena
Sebagai bagian dari komitmen perusahaan untuk meningkatkan standar kesehatan dan kesejahteraan dampak kegiatan perusahaan ke dalam kegiatan CSR sebagai rantai pasokan perusahaan. Setelah terbukti
masyarakat, perusahaan ini memulai program Pasar Sehat Berdaya, dengan fokus pada pengembangan bahwa kegiatan ini membawa hasil positif tidak hanya bagi masyarakat, tetapi juga bagi perusahaan
pasar tradisional pada tahun 2010. Tujuan dari program ini adalah untuk mempromosikan pasar tradisional karena biaya yang lebih rendah atau tingkat produktivitas yang lebih baik, maka perusahaan kemudian
yang sehat, bersih dan higienis melalui komunitas pasar mandiri dengan melakukan advokasi Pola Hidup mampu merancang dan mengimplementasikan bisnis inklusif.
bersih dan Sehat (PHBS - Hidup bersih dan Sehat) untuk mengubah perilaku pedagang, manajemen dan
pelanggan pasar.

Pada tahun 2015, perusahaan ini memfasilitasi 35 pasar tradisional di Kota Medan, Jakarta, Bekasi,
Yogyakarta, Nganjuk, Gresik, Sidoarjo, Probolinggo, Makassar dan Denpasar. Program ini juga
mempromosikan program edukasi PHBS dan menyediakan pelatihan manajemen bisnis untuk 13.684
pedagang pasar yang difasilitasi oleh 2.280 pedagang pasar yang telah dilatih dalam pelatihan trainer model
sebagai pejuang program. Meski memberikan manfaat yang jelas bagi masyarakat, perusahaan tertarik
untuk mempertahankan daya saing pasar tradisional karena 19% dari penjualannya diraih melalui pasar tradisional.

20 29
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
Beberapa perusahaan dalam studi ini, seperti PT. Unilever Indonesia Tbk dan PT. Adaro Indonesia, telah Sampoerna juga memiliki kegiatan CSR terarah di saluran penjualannya.
membuat Laporan Keberlanjutan secara reguler dan menawarkan pelaporan pembandung dari waktu ke
Kegiatan: Sampoerna Retail Community
waktu dan memungkinkan untuk melacak kemajuan. Contoh lainnya yang dilakukan oleh perusahaan Objek Sasaran: Pengecer
adalah pembuatan laporan berkala. PT. Adis Dimension Footwear membuat buletin seperti majalah yang Nama Perusahaan: PT. HM Sampoerna, Tbk.
menggambarkan berbagai kegiatan CSR-nya sepanjang tahun dan diterbitkan secara berkala. PT. Adis Deskripsi Kegiatan:
Dimension Footwear mengakui bahwa majalah ini sangat efektif untuk menyampaikan informasi tentang
perusahaan dan melibatkan para pemangku kepentingan, seperti pemerintah. Sampoerna Retail Community (SRC) adalah program kemitraan yang menyasar gerai ritel potensial yang
telah dipilih sebagai mitra bisnis PT. HM Sampoerna, Tbk. SRC merupakan salah satu program unggulan
Beberapa perusahaan dengan sumber daya yang tersedia dapat melakukan berbagai program penilaian perusahaan dengan mengadakan kemitraan bisnis dengan masyarakat, yang bertujuan untuk menggabungkan
dalam proyek mereka untuk mengukur dampak dari kegiatan mereka. Jenis laporan yang perusahaan kegiatan promosi dan distribusi produk-produknya. Di sini perusahaan bertujuan untuk memperkuat
bergantung pada kebutuhan dan prestasi CSR mereka, namun munculnya tren Pelaporan Perusahaan kapasitas mitra bisnis mereka melalui berbagai kegiatan peningkatan kemampuan untuk meningkatkan
memerlukan pendekatan triple bottom line, yang meliputi aspek ekonomi, sosial dan lingkungan dari keterampilan bisnis mereka seperti menyediakan konsultasi pemasaran ritel serta menyelenggarakan
operasi bisnis. Laporan rutin kepada manajemen tersedia di semua perusahaan untuk memantau kursus edukasi literasi finansial bekerjasama dengan mitra perbankan perusahaan. Untuk mendukung
kemajuan program.
pengecer mereka pada sisi pemasaran, perusahaan ini membantu mereka dengan mengubah gerai
Beberapa perusahaan juga sudah membuat Laporan Keberlanjutan sebagai bagian dari kewajiban mereka tradisional mereka saat ini menjadi gerai ritel semi-modern, dengan menyediakan perangkat meja dan kursi
untuk menyebarkan informasi kepada pemangku kepentingan yang lebih luas. Namun, laporan tahunan bermerek untuk mengubah ruang khusus di gerai menjadi pojok hiburan, yang bertujuan untuk menarik
yang sederhana dan singkat tentang kegiatan CSR tampaknya efektif dalam mengkomunikasikan kegiatan lebih banyak pelanggan dan meningkatkan waktu yang mereka dihabiskan di gerai. Untuk meyakinkan
perusahaan sebagaimana ditunjukkan oleh salah satu responden. pelanggan mereka agar menghabiskan lebih banyak waktu di gerai, pemilik biasanya menambahkan sarana
hiburan sederhana tambahan seperti TV atau papan catur.

Pengembangan angkatan kerja


Langkah lain menuju CSR yang lebih strategis terdiri dari berinvestasi dalam angkatan kerja perusahaan.
PT. Adaro Indonesia, misalnya, mengadakan program pengembangan tenaga kerja yang merekrut dan
melatih mekanik bagi perusahaan.

Kegiatan: Program Pelatihan SIS


Objek Sasaran: Masyarakat
Nama Perusahaan: PT. Adaro Indonesia
Deskripsi Kegiatan:

Untuk menjamin pasokan yang konsisten pekerja terlatih dan terampil dan melibatkan pasar tenaga kerja
lokal, perusahaan ini berkolaborasi dengan salah satu anak perusahaannya untuk meluncurkan program
pelatihan bernama Program Persiapan Operator dan Program Persiapan Mekanik. Program ini bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memberikan kesempatan pendidikan yang
disesuaikan dengan kebutuhan skill perusahaan.

Program ini dimulai pada tahun 2008 dan telah melatih dan merekrut lebih dari 2.000 operator dan mekanik
dari daerah pinggiran lokasi tambang. Setiap tahun, lebih dari 200 orang lulus program ini dan direkrut
untuk bekerja di perusahaan. Periode pelatihan berkisar dari 6 bulan sampai
12 bulan, yang terdiri dari studi teoritis maupun on-the-job training.

Selain memberikan peluang bagi masyarakat setempat untuk mendapatkan

Foto: PT. Adaro Indonesia


pendidikan dan keterampilan yang berharga untuk pasar tenaga kerja,
kegiatan ini juga membantu perusahaan untuk mengamankan pasokan
tenaga kerja dengan keahlian yang memadai.

28 21
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
Program serupa yang berfokus pada pelatihan tenaga kerja lokal di daerah terpencil diadakan oleh PT. Sinarmas Tbk. Diantara perusahaan juga menyatakan bahwa sejumlah kegiatan masih dirasakan bersifat ad-hoc dan tidak
memiliki panduan yang jelas. Untuk tujuan ini, perusahaan bisa melakukan sesi konsultasi dengan
Kegiatan: Beasiswa pemangku kepentingan yang terlibat (karyawan atau masyarakat, misalnya), atau tokoh masyarakat untuk
Objek Sasaran: Masyarakat
mengidentifikasi isu-isu strategis yang dapat melandasi agenda CSR.
Nama Perusahaan: PT. Sinar Mas Tbk. – Hilir
Deskripsi Kegiatan: Dalam sistem komunikasi, secara umum perusahaan telah menginstal sistem yang baik untuk mengkomunikasikan
program dan proyeknya seperti bulletin dan media lainnya untuk mengkomunikasikan inisiatif CSR
Perusahaan pada operasi perintis pabrik di daerah terpencil kesulitan untuk mendapatkan karyawan lokal kepada pemangku kepentingan internal dan eksternal, dan sesi interaktif untuk memberikan tempat
yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Perusahaan membawa karyawan dari luar daerah, tapi untuk menyebarkan informasi serta mengumpulkan umpan balik. Perusahaan yang mempunyai tenaga
ini mengakibatkan tingginya tingkat pergantian karyawan (turnover) yang berpengalaman. Untuk mengatasi kerja besar, seperti perusahaan manufaktur, menyampaikan informasi kepada karyawan mereka melalui
masalah ini perusahaan bekerja sama dengan universitas setempat dengan memberikan beasiswa kepada buletin dinding yang sejauh ini terbukti efektif. Salah satu contoh dari hal ini adalah buletin karyawan
mahasiswa berdasarkan ikatan dinas. Para mahasiswa yang lulus wajib bekerja untuk perusahaan selama internal PT. Adis Dimension Footwear yang memuat secara detail seluruh kegiatan CSR perusahaan.
jangka waktu tertentu. Hasilnya sekarang untuk fasilitas di Tajun, Kalimantan, lebih dari 75% karyawan
adalah penduduk setempat dengan loyalitas tinggi dan tingkat turnover menurun tajam, sehingga
menurunkan biaya. 5. Monitoring dan Evaluasi

Terakhir, monitoring dan evaluasi yang memadai sangat penting untuk menilai dan mengembangkan
Contoh lainnya adalah program PPK dari PT. Adis Dimension Footwear yang menyediakan pelatihan program CSR yang sukses dan menjadikannya jauh lebih strategis di masa depan dengan memperbaiki
yang diakui dan bersertifikat secara nasional, sehingga memberi masyarakat setempat peluang dan kekurangan atau asumsi sebelumnya yang keliru.
pelatihan yang berharga bahkan melampaui kebutuhan tenaga kerja perusahaan.
1. Memberikan penilaian objektif terhadap program atau inisiatif yang diimplementasikan.
2. Memberikan gambaran luas mengenai dampak yang dihasilkan dari program yang dilakukan baik
Kegiatan: Pusat Pelatihan Kerja (PPK)
bagi perusahaan maupun pemangku kepentingan yang terlibat atau terdampak.
Objek Sasaran: Masyarakat
Nama Perusahaan: PT. Adis Dimension Footwear 3. Hasil pengukuran dan pelaporan merupakan komponen kunci bagi pengembangan program
Deskripsi Kegiatan: berikutnya karena memberikan masukan yang diperlukan untuk perbaikan dan pengembangan
program berikutnya.
Menyadari kurangnya tenaga kerja terlatih dan terampil di industri alas kaki, perusahaan ini merespons
dengan meluncurkan program PPK. Pelatihan berbasis kompetensi selama satu bulan ini memberikan
4. Pelaporan juga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat serta pemangku kepentingan lainnya
sehingga memicu pemahaman di antara pemangku kepentingan.
pengetahuan dasar dan komprehensif tentang teknik pembuatan sepatu, dari pemotongan, persiapan dan
perakitan. Sejak 2008 program pelatihan ini diluncurkan secara gratis, dan peserta yang berhasil Dalam aspek program evaluasi dan monitoring, sebagian besar perusahaan mampu melacak kinerja
menyelesaikan program diberi sertifikasi nasional. mereka dengan melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi seperti:

Perusahaan tidak mewajibkan peserta untuk bekerja bagi perusahaan. Namun, jika mereka memutuskan • tinjauan berkala program
untuk melamar pekerjaan, mereka diprioritaskan. Hasilnya adalah perusahaan merasa lebih mudah untuk • konsultasi dengan pemangku kepentingan eksternal/ internal melalui berbagai jenis survei atau
merekrut pekerja terampil sesuai standar mereka sehingga pelatihan on-the-job internal tidak lagi diperlukan. cara, dan
• mendokumentasikan praktik terbaik melalui kisah sukses dan kesaksian.

Perusahaan memandang ini sangat penting untuk memantau kegiatan CSR dan untuk memastikan bahwa
program mencapai target secara tepat waktu dan sesuai anggaran, sehingga perusahaan dapat melaporkan
secara teratur baik kepada manajemen maupun pemangku kepentingan terkait dan juga mampu
melaksanakan perbaikan pada program.

22 27
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
Beberapa perusahaan yang disurvei menempatkan fungsi tersebut di dalam departemen sumber daya Kegiatan: Pekerja Penyandang Disabilitas
manusia atau di dalam divisi hubungan eksternal. Hal ini menunjukkan bahwa banyak kegiatan atau Nama Perusahaan: PT. Trimitra Baterai Prakasa
inisiatif tersebut terkait dengan pengelolaan masalah di tempat kerja. Hal ini terjadi dengan PT. Adaro Deskripsi Kegiatan:
Indonesia (Pelatihan Dasar Wajib K3L), PT. Adis Dimension Footwear (Program Sekolah dan beasiswa)
Sebagai salah satu upaya perusahaan untuk memberikan kesempatan kerja

Foto: PT. Trimitra Baterai Prakasa


dan PT. HM Sampoerna (Unlimit Yourself Employee Program). Pada kasus lain, perusahaan berkolaborasi
yang sama bagi penyandang disabilitas, khususnya anggota masyarakat
dengan organisasi pengembangan, yayasan atau universitas, atau menyewa pelaksana pengembangan
profesional atau ahli untuk melaksanakan proyek (misalnya proyek pengembangan masyarakat). Salah tuna rungu dan tuna wicara, perusahaan ini bekerja sama dengan yayasan
satu contoh praktik tersebut adalah kasus PT. HM Sampoerna yang membangun kemitraan dengan panti asuhan.
LSM/Yayasan untuk meningkatkan keterampilan administrasi dan kemampuan organisasi mereka dan
Proyek ini dilaksanakan di bawah pengawasan departemen sosial sejak
untuk meng-upgrade mereka untuk menjadi mitra layak sesuai dengan standar internal perusahaan.
tahun 2007 dan didukung oleh pemerintah DKI Jakarta. Pada awalnya,
Contoh lainnya dilakukan oleh Unilever Indonesia yang melibatkan ahli dari universitas terkemuka untuk
proyek ini berdasarkan pada motif amal, namun seiring waktu, perusahaan ingin meningkatkan kontribusi
membantu petani (seperti petani kedelai) dalam peningkatan produksi mereka.
mereka dalam menyediakan kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas. PT. Trimitra Baterai Prakasa
memberikan kondisi kerja yang sama kepada karyawan tuli dan tuna wicara mereka dengan yang diterima
4. Pemasangan sistem oleh karyawan lain, yang berarti kerja penuh waktu dan hak dan kewajiban kerja yang sama. Namun karena
alasan keamanan, karyawan penyandang disabilitas diberi seragam berwarna berbeda dan biasanya ditempatkan
Untuk memastikan bahwa implementasi dapat berjalan dengan lancar, ada beberapa sistem dan komponen di bagian perusahaan dengan risiko kerja minimum. Saat ini ada lebih dari 80 orang penyandang disabilitas
yang harus berjalan. Komponen ini meliputi: yang dipekerjakan dari total 1.200 karyawan.

1. Sistem Manajemen Perusahaan mendapat manfaat dari mempekerjakan penyandang disabilitas karena mereka terbukti lebih
teliti dalam tugas-tugas mereka dan menunjukkan tingginya tingkat motivasi, produktivitas dan loyalitas di
Penetapan struktur organisasi dalam perusahaan untuk melaksanakan kegiatan CSR/IB, sehingga tempat kerja. Sebaliknya, karyawan penyandang disabilitas mendapat manfaat dari menerima pendapatan
fungsi dan tanggung jawab menjadi jelas. Manajemen juga harus memberikan dukungan bagi
yang stabil dan mendapatkan kepercayaan diri dan harga diri sebagai akibat dari diperlakukan sama oleh
implementasi kegiatan CSR/IB.
perusahaan dan mampu hidup mandiri.
2. Sistem Komunikasi

Komunikasi penting untuk melindungi kepentingan setiap pemangku kepentingan. Sistem komunikasi
yang baik dapat menjadi jembatan untuk mendapatkan umpan balik dan memberikan advokasi di Lima faktor sukses
antara para pemangku kepentingan.

3. Sistem Keuangan
Meski mengidentifikasi peluang untuk kegiatan CSR strategis itu penting, manajemen dan prosedur
Dokumentasi yang baik dari transaksi keuangan membantu memastikan transparansi keuangan di operasional internal CSR juga penting bagi kegiatan CSR agar sukses dalam mencapai dampak yang
antara para pemangku kepentingan. Perusahaan juga dapat mengalokasikan anggaran secara ditargetkan.
hati-hati sehingga perusahaan dapat mendukung program dengan anggaran yang memadai.
Berdasarkan Corporate Citizenship System & Process Management Framework dari PBSP (lihat hal. 8) perusahaan
4. Sistem monitoring dan evaluasi peserta dianalisis sesuai dengan kinerja mereka dalam masing-masing kelima elemen yang kondusif bagi
keberhasilan program CSR. Praktik terbaik dari perusahaan tersebut dirinci di bawah.
Evaluasi program harus dilakukan secara berkala untuk mendapatkan hasil kinerja dalam hubungannya
dengan indikator dan tujuan perusahaan.
1. Kepemimpinan
Berdasarkan wawancara yang dilakukan, sistem organisasi sangat bervariasi antar perusahaan, meski
fungsi untuk melaksanakan program-program tersebut didefinisikan dengan baik dan terstruktur. Kepemimpinan merupakan penggerak utama bagi perusahaan untuk mengadakan kegiatan CSR baru dan
Beberapa perusahaan memasukkan fungsi tersebut dalam Departemen HR atau departemen urusan inovatif. Implementasi CSR strategis membutuhkan komitmen yang kuat untuk kegiatan ini dari manajemen
eksternal, seperti PT. Adis Dimension Footwear. Dalam hal ini, personil yang ditunjuk bertanggung atas dan mendapat manfaat dari “pejuang” CSR yang berfungsi sebagai titik acuan dan panutan bagi
jawab atas aspek operasional kegiatan. Perusahaan yang memiliki unit CSR terpisah lebih terfokus dan kegiatan di dalam perusahaan. Kepemimpinan yang efektif dalam CSR strategis mencakup integrasi
mendapatkan dukungan anggaran yang cukup, dan terbukti memiliki komunikasi yang lebih baik antara kegiatan di dalam prosedur bisnis inti perusahaan dan komunikasi CSR tersebut. Kepemimpinan yang
manajemen dan penerima manfaat atau pemangku kepentingan yang terlibat. efektif juga terwujud dari rasa kepmimilikan kegiatan CSR oleh manajemen, sehingga membentuk
akuntabilitas untuk mencapai target CSR.

26 23
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
Beberapa aspek kepemimpinan adalah: 1. Kebijakan tepat dan sesuai dengan prinsip bisnis perusahaan secara keseluruhan.

1. Manajemen senior bertindak sebagai panutan dan teladan dalam menegakkan prinsip dan nilai yang 2. Kebijakan harus tertulis, jelas dan terfokus, sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam
digunakan oleh perusahaan pelaksanaan program.

2. Dukungan dan komitmen terhadap tujuan dan sasaran program CSR/IB dan memastikan koherensi 3. Kebijakan harus dikomunikasikan dan didistribusikan ke seluruh pemangku kepentingan
program Contoh terbaik bagi perusahaan adalah kode etik atau peraturan perusahaan. Peraturan perusahaan
3. Manajemen perusahaan bertanggung jawab penuh atas dampak positif dan negatif dari kebijakan dibuat sehingga menjadi lebih mudah untuk memahami dan mudah dikomunikasikan kepada pemangku
dan praktik CSR/IB. kepentingan. Misalnya, PT. Adaro Indonesia menetapkan ‘iMore’ sebagai nilai integral perusahaan: integrity
- meritocracy - openness - respect - excellence. IMore dikomunikasikan dengan berbagai cara melalui media
Sebagian besar responden dari survei melaporkan bahwa CEO mereka memiliki komitmen yang kuat (elektronik dan non-elektronik) dan pada awal kerja serta kegiatan lain, sehingga iMore menjadi pedoman
terhadap CSR dan bahwa inisiatif CSR tertanam di seluruh organisasi. Salah satu perusahaan menyebutkan bagi karyawan dalam semua kegiatan bisnis.
bahwa pendirian perusahaan tersebut terkait dengan masalah kesehatan di masyarakat dan nilai-nilai yang
diciptakan oleh pendiri yang tertanam dalam perusahaan dan telah menjadi budaya perusahaan. Di sisi lain, PT. HM Sampoerna, Tbk memiliki “Falsafah Tiga Tangan”, yang bertujuan untuk membangun
hubungan yang harmonis antara perusahaan, mitra bisnis dan masyarakat. Filosofi ini, yang menopang
Kepemimpinan yang kuat juga dapat berasal dari kebutuhan untuk mematuhi hukum nasional, peraturan setiap kegiatan perusahaan, merupakan komitmen PT. HM Sampoerna, Tbk untuk memenuhi atau
internasional, kode etik global, dan meningkatnya harapan pemangku kepentingan dan kekuatan-kekuatan melampaui harapan tiga kelompok pemangku kepentingan mereka yang paling penting - perokok dewasa,
ini juga memungkinkan mereka untuk mewujudkan prinsip dan kebijakan CSR ke dalam tindakan nyata. karyawan dan mitra bisnis, dan masyarakat pada umumnya.

PT. Unilever Indonesia, Tbk. Indonesia membangun CSR-nya berdasarkan empat pilar program mereka,
yaitu Lingkungan, Nutrisi, Higiene dan Pertanian Berkelanjutan.
“Jika Anda ingin mengembangkan bisnis yang baik, hal pertama yang
harus dilakukan adalah kepatuhan bisnis Anda pada semua peraturan.”
3. Pengembangan program
Harijanto, Ketua Ketenagakerjaan, Dewan Pimpinan Nasional APINDO

Merancang program CSR yang koheren di mana berbagai kegiatan memiliki sinergi positif merupakan
elemen kunci lainnya untuk keberhasilan CSR strategis. Mengembangkan visi untuk program CSR secara
keseluruhan untuk perusahaan yang melampaui tingkat aktivitas dan berusaha untuk mencapai perubahan
Salah satu contoh di mana komitmen yang kuat memungkinkan perusahaan untuk menjalankan operasi sistemik akan membantu kegiatan agar lebih berdampak dan bermanfaat baik bagi perusahaan maupun
yang berkelanjutan ditemukan pada PT. Adis Dimension Footwear. Pemimpin di PT. Adis Dimension populasi sasaran. Selain itu, tujuan yang ditetapkan dengan jelas akan membantu mengelola ekspektasi di
Footwear yakin bahwa kepatuhan pada setiap aspek operasi bisnis sangatlah mendasar dalam mempraktikkan antara semua pemangku kepentingan. Pengembangan program yang sukses harus mencakup
tanggung jawab sosial, dan dengan demikian merupakan kunci utama bagi keberlangsungan perusahaan.
Kepatuhan adalah kata lain untuk bertanggung jawab, bertanggung jawab terhadap semua pemangku 1. Melibatkan pemangku kepentingan ke dalam pengembangan program sehingga dapat mengidentifikasi
kepentingan bisnis Anda. Tanpa pertimbangan kepatuhan, program CSR hanyalah bersifat ‘kosmetik’ kebutuhan mereka dan memprioritaskan pemangku kepentingan. Perusahaan tentu tidak bisa
untuk tujuan jangka pendek. Berdasarkan keyakinan ini, PT. Adis Dimension Footwear menciptakan memenuhi kebutuhan seluruh pemangku kepentingan sehingga penentuan prioritas harus
sejumlah program CSR yang berhubungan dengan masalah kepatuhan, seperti isu lingkungan dan dilakukan.
perburuhan. Hasilnya, PT. Adis Dimension Footwear beberapa kali meraih penghargaan karena keterlibatannya 2. Menilai stakeholder dan melihat proses bisnis dalam rantai nilai perusahaan, sehingga program
dalam lingkungan dan dinominasikan sebagai perusahaan favorit pekerja di industri alas kaki. dapat dirancang dengan sasaran dan tujuan yang jelas
3. Memastikan keberlanjutan dan kesinambungan program. Program dapat dikelola oleh suatu
unit atau juga bekerja sama dengan pihak ketiga; kelanjutan dari program dapat dipastikan dan
2. Penetapan kebijakan ditangani oleh orang yang tepat.

Adanya kebijakan yang jelas, fokus dan tertulis merupakan elemen penting dalam implementasi program
CSR/IB dan menjadi bagian integral dari perusahaan. Hal ini dilakukan agar kegiatan yang dilakukan
menjadi lebih relevan dan mendasar bagi kegiatan usaha utama perusahaan.

Kebijakan yang efektif memiliki setidaknya unsur-unsur berikut:

24 25
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
Beberapa aspek kepemimpinan adalah: 1. Kebijakan tepat dan sesuai dengan prinsip bisnis perusahaan secara keseluruhan.

1. Manajemen senior bertindak sebagai panutan dan teladan dalam menegakkan prinsip dan nilai yang 2. Kebijakan harus tertulis, jelas dan terfokus, sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam
digunakan oleh perusahaan pelaksanaan program.

2. Dukungan dan komitmen terhadap tujuan dan sasaran program CSR/IB dan memastikan koherensi 3. Kebijakan harus dikomunikasikan dan didistribusikan ke seluruh pemangku kepentingan
program Contoh terbaik bagi perusahaan adalah kode etik atau peraturan perusahaan. Peraturan perusahaan
3. Manajemen perusahaan bertanggung jawab penuh atas dampak positif dan negatif dari kebijakan dibuat sehingga menjadi lebih mudah untuk memahami dan mudah dikomunikasikan kepada pemangku
dan praktik CSR/IB. kepentingan. Misalnya, PT. Adaro Indonesia menetapkan ‘iMore’ sebagai nilai integral perusahaan: integrity
- meritocracy - openness - respect - excellence. IMore dikomunikasikan dengan berbagai cara melalui media
Sebagian besar responden dari survei melaporkan bahwa CEO mereka memiliki komitmen yang kuat (elektronik dan non-elektronik) dan pada awal kerja serta kegiatan lain, sehingga iMore menjadi pedoman
terhadap CSR dan bahwa inisiatif CSR tertanam di seluruh organisasi. Salah satu perusahaan menyebutkan bagi karyawan dalam semua kegiatan bisnis.
bahwa pendirian perusahaan tersebut terkait dengan masalah kesehatan di masyarakat dan nilai-nilai yang
diciptakan oleh pendiri yang tertanam dalam perusahaan dan telah menjadi budaya perusahaan. Di sisi lain, PT. HM Sampoerna, Tbk memiliki “Falsafah Tiga Tangan”, yang bertujuan untuk membangun
hubungan yang harmonis antara perusahaan, mitra bisnis dan masyarakat. Filosofi ini, yang menopang
Kepemimpinan yang kuat juga dapat berasal dari kebutuhan untuk mematuhi hukum nasional, peraturan setiap kegiatan perusahaan, merupakan komitmen PT. HM Sampoerna, Tbk untuk memenuhi atau
internasional, kode etik global, dan meningkatnya harapan pemangku kepentingan dan kekuatan-kekuatan melampaui harapan tiga kelompok pemangku kepentingan mereka yang paling penting - perokok dewasa,
ini juga memungkinkan mereka untuk mewujudkan prinsip dan kebijakan CSR ke dalam tindakan nyata. karyawan dan mitra bisnis, dan masyarakat pada umumnya.

PT. Unilever Indonesia, Tbk. Indonesia membangun CSR-nya berdasarkan empat pilar program mereka,
yaitu Lingkungan, Nutrisi, Higiene dan Pertanian Berkelanjutan.
“Jika Anda ingin mengembangkan bisnis yang baik, hal pertama yang
harus dilakukan adalah kepatuhan bisnis Anda pada semua peraturan.”
3. Pengembangan program
Harijanto, Ketua Ketenagakerjaan, Dewan Pimpinan Nasional APINDO

Merancang program CSR yang koheren di mana berbagai kegiatan memiliki sinergi positif merupakan
elemen kunci lainnya untuk keberhasilan CSR strategis. Mengembangkan visi untuk program CSR secara
keseluruhan untuk perusahaan yang melampaui tingkat aktivitas dan berusaha untuk mencapai perubahan
Salah satu contoh di mana komitmen yang kuat memungkinkan perusahaan untuk menjalankan operasi sistemik akan membantu kegiatan agar lebih berdampak dan bermanfaat baik bagi perusahaan maupun
yang berkelanjutan ditemukan pada PT. Adis Dimension Footwear. Pemimpin di PT. Adis Dimension populasi sasaran. Selain itu, tujuan yang ditetapkan dengan jelas akan membantu mengelola ekspektasi di
Footwear yakin bahwa kepatuhan pada setiap aspek operasi bisnis sangatlah mendasar dalam mempraktikkan antara semua pemangku kepentingan. Pengembangan program yang sukses harus mencakup
tanggung jawab sosial, dan dengan demikian merupakan kunci utama bagi keberlangsungan perusahaan.
Kepatuhan adalah kata lain untuk bertanggung jawab, bertanggung jawab terhadap semua pemangku 1. Melibatkan pemangku kepentingan ke dalam pengembangan program sehingga dapat mengidentifikasi
kepentingan bisnis Anda. Tanpa pertimbangan kepatuhan, program CSR hanyalah bersifat ‘kosmetik’ kebutuhan mereka dan memprioritaskan pemangku kepentingan. Perusahaan tentu tidak bisa
untuk tujuan jangka pendek. Berdasarkan keyakinan ini, PT. Adis Dimension Footwear menciptakan memenuhi kebutuhan seluruh pemangku kepentingan sehingga penentuan prioritas harus
sejumlah program CSR yang berhubungan dengan masalah kepatuhan, seperti isu lingkungan dan dilakukan.
perburuhan. Hasilnya, PT. Adis Dimension Footwear beberapa kali meraih penghargaan karena keterlibatannya 2. Menilai stakeholder dan melihat proses bisnis dalam rantai nilai perusahaan, sehingga program
dalam lingkungan dan dinominasikan sebagai perusahaan favorit pekerja di industri alas kaki. dapat dirancang dengan sasaran dan tujuan yang jelas
3. Memastikan keberlanjutan dan kesinambungan program. Program dapat dikelola oleh suatu
unit atau juga bekerja sama dengan pihak ketiga; kelanjutan dari program dapat dipastikan dan
2. Penetapan kebijakan ditangani oleh orang yang tepat.

Adanya kebijakan yang jelas, fokus dan tertulis merupakan elemen penting dalam implementasi program
CSR/IB dan menjadi bagian integral dari perusahaan. Hal ini dilakukan agar kegiatan yang dilakukan
menjadi lebih relevan dan mendasar bagi kegiatan usaha utama perusahaan.

Kebijakan yang efektif memiliki setidaknya unsur-unsur berikut:

24 25
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
Beberapa perusahaan yang disurvei menempatkan fungsi tersebut di dalam departemen sumber daya Kegiatan: Pekerja Penyandang Disabilitas
manusia atau di dalam divisi hubungan eksternal. Hal ini menunjukkan bahwa banyak kegiatan atau Nama Perusahaan: PT. Trimitra Baterai Prakasa
inisiatif tersebut terkait dengan pengelolaan masalah di tempat kerja. Hal ini terjadi dengan PT. Adaro Deskripsi Kegiatan:
Indonesia (Pelatihan Dasar Wajib K3L), PT. Adis Dimension Footwear (Program Sekolah dan beasiswa)
Sebagai salah satu upaya perusahaan untuk memberikan kesempatan kerja

Foto: PT. Trimitra Baterai Prakasa


dan PT. HM Sampoerna (Unlimit Yourself Employee Program). Pada kasus lain, perusahaan berkolaborasi
yang sama bagi penyandang disabilitas, khususnya anggota masyarakat
dengan organisasi pengembangan, yayasan atau universitas, atau menyewa pelaksana pengembangan
profesional atau ahli untuk melaksanakan proyek (misalnya proyek pengembangan masyarakat). Salah tuna rungu dan tuna wicara, perusahaan ini bekerja sama dengan yayasan
satu contoh praktik tersebut adalah kasus PT. HM Sampoerna yang membangun kemitraan dengan panti asuhan.
LSM/Yayasan untuk meningkatkan keterampilan administrasi dan kemampuan organisasi mereka dan
Proyek ini dilaksanakan di bawah pengawasan departemen sosial sejak
untuk meng-upgrade mereka untuk menjadi mitra layak sesuai dengan standar internal perusahaan.
tahun 2007 dan didukung oleh pemerintah DKI Jakarta. Pada awalnya,
Contoh lainnya dilakukan oleh Unilever Indonesia yang melibatkan ahli dari universitas terkemuka untuk
proyek ini berdasarkan pada motif amal, namun seiring waktu, perusahaan ingin meningkatkan kontribusi
membantu petani (seperti petani kedelai) dalam peningkatan produksi mereka.
mereka dalam menyediakan kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas. PT. Trimitra Baterai Prakasa
memberikan kondisi kerja yang sama kepada karyawan tuli dan tuna wicara mereka dengan yang diterima
4. Pemasangan sistem oleh karyawan lain, yang berarti kerja penuh waktu dan hak dan kewajiban kerja yang sama. Namun karena
alasan keamanan, karyawan penyandang disabilitas diberi seragam berwarna berbeda dan biasanya ditempatkan
Untuk memastikan bahwa implementasi dapat berjalan dengan lancar, ada beberapa sistem dan komponen di bagian perusahaan dengan risiko kerja minimum. Saat ini ada lebih dari 80 orang penyandang disabilitas
yang harus berjalan. Komponen ini meliputi: yang dipekerjakan dari total 1.200 karyawan.

1. Sistem Manajemen Perusahaan mendapat manfaat dari mempekerjakan penyandang disabilitas karena mereka terbukti lebih
teliti dalam tugas-tugas mereka dan menunjukkan tingginya tingkat motivasi, produktivitas dan loyalitas di
Penetapan struktur organisasi dalam perusahaan untuk melaksanakan kegiatan CSR/IB, sehingga tempat kerja. Sebaliknya, karyawan penyandang disabilitas mendapat manfaat dari menerima pendapatan
fungsi dan tanggung jawab menjadi jelas. Manajemen juga harus memberikan dukungan bagi
yang stabil dan mendapatkan kepercayaan diri dan harga diri sebagai akibat dari diperlakukan sama oleh
implementasi kegiatan CSR/IB.
perusahaan dan mampu hidup mandiri.
2. Sistem Komunikasi

Komunikasi penting untuk melindungi kepentingan setiap pemangku kepentingan. Sistem komunikasi
yang baik dapat menjadi jembatan untuk mendapatkan umpan balik dan memberikan advokasi di Lima faktor sukses
antara para pemangku kepentingan.

3. Sistem Keuangan
Meski mengidentifikasi peluang untuk kegiatan CSR strategis itu penting, manajemen dan prosedur
Dokumentasi yang baik dari transaksi keuangan membantu memastikan transparansi keuangan di operasional internal CSR juga penting bagi kegiatan CSR agar sukses dalam mencapai dampak yang
antara para pemangku kepentingan. Perusahaan juga dapat mengalokasikan anggaran secara ditargetkan.
hati-hati sehingga perusahaan dapat mendukung program dengan anggaran yang memadai.
Berdasarkan Corporate Citizenship System & Process Management Framework dari PBSP (lihat hal. 8) perusahaan
4. Sistem monitoring dan evaluasi peserta dianalisis sesuai dengan kinerja mereka dalam masing-masing kelima elemen yang kondusif bagi
keberhasilan program CSR. Praktik terbaik dari perusahaan tersebut dirinci di bawah.
Evaluasi program harus dilakukan secara berkala untuk mendapatkan hasil kinerja dalam hubungannya
dengan indikator dan tujuan perusahaan.
1. Kepemimpinan
Berdasarkan wawancara yang dilakukan, sistem organisasi sangat bervariasi antar perusahaan, meski
fungsi untuk melaksanakan program-program tersebut didefinisikan dengan baik dan terstruktur. Kepemimpinan merupakan penggerak utama bagi perusahaan untuk mengadakan kegiatan CSR baru dan
Beberapa perusahaan memasukkan fungsi tersebut dalam Departemen HR atau departemen urusan inovatif. Implementasi CSR strategis membutuhkan komitmen yang kuat untuk kegiatan ini dari manajemen
eksternal, seperti PT. Adis Dimension Footwear. Dalam hal ini, personil yang ditunjuk bertanggung atas dan mendapat manfaat dari “pejuang” CSR yang berfungsi sebagai titik acuan dan panutan bagi
jawab atas aspek operasional kegiatan. Perusahaan yang memiliki unit CSR terpisah lebih terfokus dan kegiatan di dalam perusahaan. Kepemimpinan yang efektif dalam CSR strategis mencakup integrasi
mendapatkan dukungan anggaran yang cukup, dan terbukti memiliki komunikasi yang lebih baik antara kegiatan di dalam prosedur bisnis inti perusahaan dan komunikasi CSR tersebut. Kepemimpinan yang
manajemen dan penerima manfaat atau pemangku kepentingan yang terlibat. efektif juga terwujud dari rasa kepmimilikan kegiatan CSR oleh manajemen, sehingga membentuk
akuntabilitas untuk mencapai target CSR.

26 23
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
Diantara perusahaan juga menyatakan bahwa sejumlah kegiatan masih dirasakan bersifat ad-hoc dan tidak
memiliki panduan yang jelas. Untuk tujuan ini, perusahaan bisa melakukan sesi konsultasi dengan
pemangku kepentingan yang terlibat (karyawan atau masyarakat, misalnya), atau tokoh masyarakat untuk
mengidentifikasi isu-isu strategis yang dapat melandasi agenda CSR.

Dalam sistem komunikasi, secara umum perusahaan telah menginstal sistem yang baik untuk mengkomunikasikan
program dan proyeknya seperti bulletin dan media lainnya untuk mengkomunikasikan inisiatif CSR
kepada pemangku kepentingan internal dan eksternal, dan sesi interaktif untuk memberikan tempat
untuk menyebarkan informasi serta mengumpulkan umpan balik. Perusahaan yang mempunyai tenaga
kerja besar, seperti perusahaan manufaktur, menyampaikan informasi kepada karyawan mereka melalui
buletin dinding yang sejauh ini terbukti efektif. Salah satu contoh dari hal ini adalah buletin karyawan
internal PT. Adis Dimension Footwear yang memuat secara detail seluruh kegiatan CSR perusahaan.

5. Monitoring dan Evaluasi

Terakhir, monitoring dan evaluasi yang memadai sangat penting untuk menilai dan mengembangkan
program CSR yang sukses dan menjadikannya jauh lebih strategis di masa depan dengan memperbaiki
kekurangan atau asumsi sebelumnya yang keliru.

1. Memberikan penilaian objektif terhadap program atau inisiatif yang diimplementasikan.


2. Memberikan gambaran luas mengenai dampak yang dihasilkan dari program yang dilakukan baik
bagi perusahaan maupun pemangku kepentingan yang terlibat atau terdampak.
3. Hasil pengukuran dan pelaporan merupakan komponen kunci bagi pengembangan program
berikutnya karena memberikan masukan yang diperlukan untuk perbaikan dan pengembangan
program berikutnya.
4. Pelaporan juga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat serta pemangku kepentingan lainnya
sehingga memicu pemahaman di antara pemangku kepentingan.

Dalam aspek program evaluasi dan monitoring, sebagian besar perusahaan mampu melacak kinerja
mereka dengan melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi seperti:

• tinjauan berkala program


• konsultasi dengan pemangku kepentingan eksternal/ internal melalui berbagai jenis survei atau
cara, dan
• mendokumentasikan praktik terbaik melalui kisah sukses dan kesaksian.

Perusahaan memandang ini sangat penting untuk memantau kegiatan CSR dan untuk memastikan bahwa
program mencapai target secara tepat waktu dan sesuai anggaran, sehingga perusahaan dapat melaporkan
secara teratur baik kepada manajemen maupun pemangku kepentingan terkait dan juga mampu
melaksanakan perbaikan pada program.

27
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
Beberapa perusahaan dalam studi ini, seperti PT. Unilever Indonesia Tbk dan PT. Adaro Indonesia, telah Sampoerna juga memiliki kegiatan CSR terarah di saluran penjualannya.
membuat Laporan Keberlanjutan secara reguler dan menawarkan pelaporan pembandung dari waktu ke
Kegiatan: Sampoerna Retail Community
waktu dan memungkinkan untuk melacak kemajuan. Contoh lainnya yang dilakukan oleh perusahaan Objek Sasaran: Pengecer
adalah pembuatan laporan berkala. PT. Adis Dimension Footwear membuat buletin seperti majalah yang Nama Perusahaan: PT. HM Sampoerna, Tbk.
menggambarkan berbagai kegiatan CSR-nya sepanjang tahun dan diterbitkan secara berkala. PT. Adis Deskripsi Kegiatan:
Dimension Footwear mengakui bahwa majalah ini sangat efektif untuk menyampaikan informasi tentang
perusahaan dan melibatkan para pemangku kepentingan, seperti pemerintah. Sampoerna Retail Community (SRC) adalah program kemitraan yang menyasar gerai ritel potensial yang
telah dipilih sebagai mitra bisnis PT. HM Sampoerna, Tbk. SRC merupakan salah satu program unggulan
Beberapa perusahaan dengan sumber daya yang tersedia dapat melakukan berbagai program penilaian perusahaan dengan mengadakan kemitraan bisnis dengan masyarakat, yang bertujuan untuk menggabungkan
dalam proyek mereka untuk mengukur dampak dari kegiatan mereka. Jenis laporan yang perusahaan kegiatan promosi dan distribusi produk-produknya. Di sini perusahaan bertujuan untuk memperkuat
bergantung pada kebutuhan dan prestasi CSR mereka, namun munculnya tren Pelaporan Perusahaan kapasitas mitra bisnis mereka melalui berbagai kegiatan peningkatan kemampuan untuk meningkatkan
memerlukan pendekatan triple bottom line, yang meliputi aspek ekonomi, sosial dan lingkungan dari keterampilan bisnis mereka seperti menyediakan konsultasi pemasaran ritel serta menyelenggarakan
operasi bisnis. Laporan rutin kepada manajemen tersedia di semua perusahaan untuk memantau kursus edukasi literasi finansial bekerjasama dengan mitra perbankan perusahaan. Untuk mendukung
kemajuan program.
pengecer mereka pada sisi pemasaran, perusahaan ini membantu mereka dengan mengubah gerai
Beberapa perusahaan juga sudah membuat Laporan Keberlanjutan sebagai bagian dari kewajiban mereka tradisional mereka saat ini menjadi gerai ritel semi-modern, dengan menyediakan perangkat meja dan kursi
untuk menyebarkan informasi kepada pemangku kepentingan yang lebih luas. Namun, laporan tahunan bermerek untuk mengubah ruang khusus di gerai menjadi pojok hiburan, yang bertujuan untuk menarik
yang sederhana dan singkat tentang kegiatan CSR tampaknya efektif dalam mengkomunikasikan kegiatan lebih banyak pelanggan dan meningkatkan waktu yang mereka dihabiskan di gerai. Untuk meyakinkan
perusahaan sebagaimana ditunjukkan oleh salah satu responden. pelanggan mereka agar menghabiskan lebih banyak waktu di gerai, pemilik biasanya menambahkan sarana
hiburan sederhana tambahan seperti TV atau papan catur.

Pengembangan angkatan kerja


Langkah lain menuju CSR yang lebih strategis terdiri dari berinvestasi dalam angkatan kerja perusahaan.
PT. Adaro Indonesia, misalnya, mengadakan program pengembangan tenaga kerja yang merekrut dan
melatih mekanik bagi perusahaan.

Kegiatan: Program Pelatihan SIS


Objek Sasaran: Masyarakat
Nama Perusahaan: PT. Adaro Indonesia
Deskripsi Kegiatan:

Untuk menjamin pasokan yang konsisten pekerja terlatih dan terampil dan melibatkan pasar tenaga kerja
lokal, perusahaan ini berkolaborasi dengan salah satu anak perusahaannya untuk meluncurkan program
pelatihan bernama Program Persiapan Operator dan Program Persiapan Mekanik. Program ini bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memberikan kesempatan pendidikan yang
disesuaikan dengan kebutuhan skill perusahaan.

Program ini dimulai pada tahun 2008 dan telah melatih dan merekrut lebih dari 2.000 operator dan mekanik
dari daerah pinggiran lokasi tambang. Setiap tahun, lebih dari 200 orang lulus program ini dan direkrut
untuk bekerja di perusahaan. Periode pelatihan berkisar dari 6 bulan sampai
12 bulan, yang terdiri dari studi teoritis maupun on-the-job training.

Selain memberikan peluang bagi masyarakat setempat untuk mendapatkan

Foto: PT. Adaro Indonesia


pendidikan dan keterampilan yang berharga untuk pasar tenaga kerja,
kegiatan ini juga membantu perusahaan untuk mengamankan pasokan
tenaga kerja dengan keahlian yang memadai.

28 21
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
Kegiatan:
Objek Sasaran:
Gerai untuk UKM
UKM IV. BAB 4 – BISNIS INKLUSIF SEBAGAI
Nama Perusahaan: PT. Pacific Place Jakarta
Deskripsi Kegiatan: CSR STRATEGIS
Salah satu misi perusahaan adalah memberdayakan UKM. Perusahaan
ini bekerja sama dengan dua LSM yang dipilih, Dompet Dhuafa dan
Foto: PT. Pacific Place Jakarta

Citra Tenun Indonesia untuk memamerkan dan memasarkan produk


UKM yang memenuhi spesifikasi untuk pasar ekonomi menengah-tinggi. Bab ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang keadaan dan potensi IB di antara anggota
Pemilihan LSM ini dilakukan untuk memastikan bahwa produk yang APINDO dan memberikan inspirasi dan saran tentang IB di seluruh komunitas bisnis Indonesia secara
dipasarkan sesuai dengan kualitas yang diinginkan sesuai syarat perusahaan. keseluruhan.
Pameran ini berlangsung selama satu bulan di Pacific Place Mal. Lokasi
yang digunakan adalah area yang belum memiliki penyewa.
Studi kasus IB
Manfaatnya bagi UKM sangat jelas karena produk mereka mendapatkan paparan di pasar menengah-
tinggi yang sering sulit diakses. Bagi PT. Pacific Place Jakarta inisiatif tersebut tidak hanya meningkatkan
Kegiatan CSR yang dilakukan oleh perusahaan yang disurvei dalam studi ini memberikan contoh potensi
citra perusahaan tapi juga memanfaatkan ruang sewa kosong yang belum digunakan. Selain itu, inisiatif
IB untuk memberikan manfaat tidak hanya bagi masyarakat tetapi juga bagi perusahaan. Studi ini
tersebut membuat penawaran mal tersebut kepada pelanggan menjadi lebih beragam dan inovatif.
menemukan sejumlah kegiatan CSR di sepanjang rantai nilai perusahaan yang dapat dikategorikan
sebagai praktik bisnis inklusif.

Contoh lainnya adalah PT. Unilever Indonesia yang memfokuskan kegiatan CSR pada peningkatan salah PT. Trimitra Baterai Prakasa, misalnya, menerapkan konsep IB kepada masyarakat sekitarnya untuk
satu saluran penjualan paling pentingnya, pasar tradisional. menyediakan peralatan penunjang bagi perusahaan berdasarkan alasan biaya dan ketersediaan. Oleh
karena itu, perusahaan tersebut menganggap praktik ini sebagai kegiatan bisnis biasa, meski memiliki
dampak sosial yang besar terhadap masyarakat dengan memberikan kesempatan penghasilan tambahan.
Bentuk kegiatan CSR perusahaan sebagian besar ditujukan pada penyediaan lapangan kerja bagi anggota
Kegiatan: Pasar Sehat Berdaya masyarakat, khususnya yang kurang beruntung.
Objek Sasaran: Penjaja di pasar tradisional
Nama Perusahaan: PT. Unilever Indonesia, Tbk. Landasan tindakan perusahaan dituangkan dalam misi perusahaan, yakni memberdayakan masyarakat,
Deskripsi Kegiatan: terutama yang kurang mampu, sebagai respons perusahaan terhadap tanggung jawab sosial. Awalnya,
sebagai proyek uji coba, perusahaan berusaha untuk melibatkan masyarakat setempat yang terkena
Sebagai bagian dari komitmen perusahaan untuk meningkatkan standar kesehatan dan kesejahteraan dampak kegiatan perusahaan ke dalam kegiatan CSR sebagai rantai pasokan perusahaan. Setelah terbukti
masyarakat, perusahaan ini memulai program Pasar Sehat Berdaya, dengan fokus pada pengembangan bahwa kegiatan ini membawa hasil positif tidak hanya bagi masyarakat, tetapi juga bagi perusahaan
pasar tradisional pada tahun 2010. Tujuan dari program ini adalah untuk mempromosikan pasar tradisional karena biaya yang lebih rendah atau tingkat produktivitas yang lebih baik, maka perusahaan kemudian
yang sehat, bersih dan higienis melalui komunitas pasar mandiri dengan melakukan advokasi Pola Hidup mampu merancang dan mengimplementasikan bisnis inklusif.
bersih dan Sehat (PHBS - Hidup bersih dan Sehat) untuk mengubah perilaku pedagang, manajemen dan
pelanggan pasar.

Pada tahun 2015, perusahaan ini memfasilitasi 35 pasar tradisional di Kota Medan, Jakarta, Bekasi,
Yogyakarta, Nganjuk, Gresik, Sidoarjo, Probolinggo, Makassar dan Denpasar. Program ini juga
mempromosikan program edukasi PHBS dan menyediakan pelatihan manajemen bisnis untuk 13.684
pedagang pasar yang difasilitasi oleh 2.280 pedagang pasar yang telah dilatih dalam pelatihan trainer model
sebagai pejuang program. Meski memberikan manfaat yang jelas bagi masyarakat, perusahaan tertarik
untuk mempertahankan daya saing pasar tradisional karena 19% dari penjualannya diraih melalui pasar tradisional.

20 29
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
Kegiatan: Pasokan Bak Air Dari 63 kegiatan yang tercatat selama wawancara, 44 dianggap bermotivasi murni filantrofi, sedangkan 19
Objek Sasaran: Masyarakat setempat kegiatan dianggap lebih didorong pasar dan sebagai bisnis inklusif atau sebagai kegiatan dengan potensi
Nama Perusahaan: PT. Trimitra Baterai Prakasa bisnis inklusif. Kegiatan bisnis inklusif akan dibahas secara lebih mendalam pada bab berikut.
Deskripsi Kegiatan:
Semua perusahaan yang disurvei untuk studi ini melaksanakan kegiatan CSR dan memahami konsep dasar
Setiap bulan perusahaan perlu mengganti bak air di pabrik. Bak terbuat dari bahan fiber glass yang dapat CSR. Banyak kegiatan yang dilakukan dianggap sebagai sumbangan oleh manajemen yang diperlukan
dibentuk dengan mudah. Perusahaan melihat bahwa di lingkungan sekitarnya, ada individu yang mempunyai untuk mendapatkan legitimasi publik atau untuk mematuhi peraturan yang ada.
keterampilan dalam mencetak fiber glass.

Perusahaan memberikan spesifikasi dan pengawasan dalam proses produksi. Seiring dengan proses ini,
perusahaan mendidik lebih banyak orang dan mendirikan kerjasama dengan karang taruna. Omzet Menjadi lebih strategis
bulanan untuk pasokan tersebut antara Rp. 200 - 400 juta.
Praktik CSR di beberapa perusahaan telah bergeser dari sarana untuk meningkatkan citra perusahaan ke

Foto: PT. Trimitra Baterai Prakasa


Keuntungan bagi perusahaan:
kegiatan yang lebih strategis dan difokuskan pada dampak. Bidang-bidang kegiatan baru ini seringkali
• pasokan yang handal karena PT. Trimitra Baterai Prakasa juga lebih terkait erat dengan bisnis inti perusahaan. Perubahan ini sering disertai dengan kesadaran bahwa
memantau produksi CSR bukan hanya jawaban bagi tuntutan masyarakat akan akuntabilitas bisnis, tapi bahwa kegiatan CSR
• penghematan biaya karena rendahnya biaya transportasi juga dapat menguntungkan perusahaan secara komersial.

Quality assurance training for the community in the Selama wawancara, perusahaan mengungkapkan sejumlah manfaat dari program CSR seperti
Cilincing area in water bath production
pengembangan dan pensiun tenaga kerja atau keandalan rantai pasok yang menjadi alasan kuat bagi dunia
usaha untuk melaksanakan CSR. Berikut adalah sejumlah contoh kegiatan CSR strategis tersebut, yang
dikelompokkan ke dalam dua bagian tematik.

Kegiatan: Pemberdayaan Petani Kedelai


Objek Sasaran: Petani Kedelai
Nama Perusahaan: PT. Unilever Indonesia, Tbk. “Kita tidak bisa menjalankan bisnis yang baik jika masyarakat sekitarnya
Deskripsi Kegiatan: miskin dan terpinggirkan.”

Untuk mendapatkan kualitas tinggi dan pasokan berkelanjutan (Sancoyo Antarikso, External Relations Director & Corporate Secretary, PT. Unilever Indonesia Tbk
Foto: PT. Unilever Indonesia, Tbk.

untuk kedelai hitam, pada tahun 2000 PT. Unilever Indonesia, dan Dewan Pendiri Indonesia Global Compact Network)

Tbk, bekerjasama dengan Universitas Gajah Mada (UGM)


melibatkan petani agar menanam kedelai hitam. Kedelai
hitam kurang lazim ditanam dibanding varietas kuning.
Setelah penelitian mendalam Malika diperkenalkan kepada Pemanfaatan kekuatan perusahaan
petani bekerjasama dengan UGM. Benih dibagikan secara
gratis dan PT. Unilever Indonesia, Tbk, memberikan pelatihan, konsultasi dan pengawasan untuk
Perusahaan dapat menjadikan CSR mereka lebih strategis dengan memanfaatkan kekuatan dan keunggulan
petani. Hasilnya, petani kedelai bisa meningkatkan produksi dari 1,5 ton/Ha menjadi 1,9 ton/Ha, yang
komparatif perusahaan dan kegiatan bisnis intinya.
memberi pendapatan tambahan bagi petani. Petani juga menerima jaminan pasar dari PT. Unilever
Indonesia, Tbk, untuk membeli kedelai hitam tersebut. Para petani juga memperoleh pengetahuan dan Salah satu contoh yang menarik dari perusahaan yang disurvei adalah PT. Pacific Place Jakarta. Perusahaan
keterampilan dalam praktik pertanian berkelanjutan. Program ini mencakup lebih dari 50 Kabupaten di ini menyadari bahwa untuk mencapai tujuan CRS mereka yakni mendukung UKM di Indonesia, perusahaan
Jawa dan telah melatih lebih dari 9.000 petani termasuk 2.000 perempuan. ini dapat memanfaatkan struktur penjualannya dengan memanfaatkan ruang mal yang tidak terpakai
untuk memamerkan proyek yang menjanjikan dari UKM melalui penyelenggaraan pameran satu bulan.

30 19
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
III. BAB 3 – ANALISIS SAMPEL: Kegiatan:
Objek Sasaran:
Penyediaan ruang bagi penjaja makanan
Penjaja makanan

TEMUAN UMUM Nama Perusahaan:


Deskripsi Kegiatan:
PT. Adis Dimension Footwear

Salah satu masalah yang dihadapi perusahaan adalah masalah logistik, terutama penyediaan makan siang
Bab ini menyajikan gambaran luas kegiatan CSR dari perusahaan yang disurvei dan menjelaskan untuk ribuan pekerja. Mengizinkan pekerja untuk meninggalkan tempat untuk mencari makanan akan
faktor-faktor yang terkait dengan keberhasilan program CSR mereka. menciptakan masalah yang lebih besar: tidak ada jaminan bahwa makanan tersebut higienis dan disiplin
pekerja akan terancam karena waktu kerja mereka bisa dikurangi oleh keterlambatan atau penyakit yang
dibawa makanan. Untuk merespons masalah ini, perusahaan meluncurkan program dengan menyediakan
Spektrum Kegiatan ruang di wilayah pinggiran perusahaan bagi penjaja makanan untuk menjual barang-barang mereka. Perusahaan
menyediakan pelatihan tentang penanganan makanan dan keamanan makanan, serta pengelolaan limbah.
Tujuh perusahaan yang disurvei untuk penelitian ini menjalankan total 63 kegiatan CSR. Kegiatan ini Hasilnya, saat ini ada daftar
bersifat sangat beragam, dari langkah-langkah perbaikan tempat kerja sampai kesempatan pendidikan tunggu penjaja yang menunggu
bagi karyawan atau peluang pendapatan bagi masyarakat sekitar. Alih-alih memetakan kegiatan berdasarkan
untuk membuka stand mereka
sektor atau kelompok sasarannya, studi ini meneliti bagaimana mereka berhubungan dengan bisnis inti
di daerah ini karena jauh lebih

Foto: PT. Adis Dimension Footwear


perusahaan dan bagaimana perusahaan menghargai kegiatan ini dan memahami peran mereka dalam
menguntungkan bagi mereka
memfasilitasinya.
serta aman. Perusahaan juga
Menggunakan “kontinum investasi sosial’ yang diadaptasi dari European Venture Philanthropic Association mendapat manfaat dari lebih
(EVPA), kegiatan CSR diplot di sepanjang kontinum. Matriks tersebut menggambarkan spektrum motivasi baiknya tingkat disiplin dan
kegiatan CSR yang dilakukan dari motivasi murni filantropi hingga murni komersial. Kegiatan ini terkendalinya kualitas makanan
menyoroti motivasi perusahaan peserta dalam operasi program CSR mereka dan membantu mengidentifikasi yang tersedia untuk para pekerjanya.
praktik dan potensi bisnis inklusif dalam 63 kegiatan tersebut.

Purely Philanthropic Purely Commercial Kegiatan: Pemberdayaan Petani Karet


Objek Sasaran: Petani Karet
Nama Perusahaan: PT. Adaro Indonesia
Deskripsi Kegiatan:
Philanthropy / Charity Social Driven Socially Responsible Traditional Business
Non-financial mission Social mission with min. Market driven with social Profit driven
financial return and / or environmental Menjadi kewajiban perusahaan pertambangan untuk melakukan reklamasi
objectives untuk daerah pasca tambang. Reklamasi merupakan bagian dari operasi

Foto: PT. Adaro Indonesia


Impact only Impact first Finance first bisnis inti bagi perusahaan pertambangan yang bertanggung jawab.

Inclusive Business PT. Adaro Indonesia menyadari bahwa dalam waktu dekat lapangan
pertambangan yang dieksploitasi akan harus dihutankan kembali. Salah
satu komoditas yang akan cocok untuk daerah tersebut adalah tanaman

44 14 5 activities
karet. Sejalan dengan misi perusahaan untuk mengembangkan ekonomi masyarakat, perusahaan
meluncurkan program untuk pertanian karet. Perusahaan memberikan pelatihan dan pendidikan mengenai
pertanian karet strategis untuk panen yang optimal. Hasilnya kini adalah 700 hektar lahan bera telah
direklamasi untuk pertanian karet, yang melibatkan 7.500 kepala keluarga. Menggabungkan operasi
bisnis (reklamasi untuk daerah paska-tambang) dengan misi perusahaan untuk mengembangkan
ekonomi masyarakat sekitar adalah contoh lain untuk pendekatan bisnis inklusif.
Gambar 3. Spektrum Kegiatan CSR dari perusahaan yang disurvei, diadaptasi dari kontinum investasi sosial EVPA

18 31
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
Kegiatan: Koperasi Adis Standar tersebut dengan demikian mempromosikan CSR baik sebagai kegiatan yang bertujuan untuk
Objek Sasaran: Karyawan pengembangan masyarakat atau menciptakan nilai yang lebih luas bagi masyarakat, tetapi juga aspek
internal perusahaan dan bagaimana perusahaan menjalankan operasinya.
Nama Perusahaan: PT. Adis Dimension Footwear
Deskripsi Kegiatan: Pedoman lain yang umumnya digunakan di sektor korporasi dengan fokus khusus pada pelaporan CSR
dan praktik keberlanjutan adalah Sustainability Reporting Guidelines yang dikeluarkan oleh Global Reporting
Pekerja sering membutuhkan dana tambahan untuk memenuhi kebutuhan Initiative. Generasi keempat dari Sustainability Reporting Guidelines ini diluncurkan pada bulan Mei 20137.
Foto: PT. Adis Dimension Footwear

pribadi, seperti biaya kuliah anak-anak dan kebutuhan lainnya. Perusahaan


jelas tidak akan dapat memenuhi kebutuhan semua pekerjanya, terutama Suara lain yang berpengaruh dalam ruang CSR adalah UN Global Compact dan Global Compact Principles,
karena besarnya tenaga kerja. Untuk merespons masalah ini, perusahaan yang menetapkan 10 prinsip dasar bagi perusahaan untuk melaksanakan CSR yang meliputi unsur-unsur
menyediakan sejumlah modal dan membentuk badan koperasi yang hak asasi manusia, perburuhan, lingkungan dan anti-Korupsi. UN Global Compact Chapters ada di banyak
berfungsi sebagai fasilitas simpan-pinjam bagi para pekerja. Hal ini juga negara di seluruh dunia. Global Compact Chapter di Indonesia berjumlah 117 penandatangan. Untuk MNE,
OECD Guidelines on Responsible Business Conduct juga berfungsi sebagai kerangka acuan, meski MNE
dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan para pekerja. Koperasi
umumnya memiliki program CSR lebih rumit yang sudah berjalan.
juga melakukan fungsi lain selain fungsi simpan-pinjam yang ditentukan dengan mendirikan Adis Mart,
yakni gerai yang memungkinkan anggota untuk berbelanja di sana menggunakan sistem kartu yang
terintegrasi. Adis Mart juga mengoperasikan layanan pembayaran kurir dan online yang memungkinkan
karyawan untuk membayar tagihan utilitas publik seperti tagihan listrik dan menggunakan sistem TI
canggih, yang dikembangkan secara internal berdasarkan model open-source dan yang memungkinkan
mereka untuk lebih meningkatkan kualitas kerjanya. Saat ini, Adis Mart beroperasi dengan pendapatan Rp
5 miliar per bulan. Karena keberhasilan model koperasinya, perusahaan ini secara rutin menerima
kunjungan dari berbagai pihak ketiga (perusahaan, pemerintah, koperasi, universitas dan pengunjung
internasional) untuk pembelajaran dan pertukaran pengetahuan secara peer-to-peer.

7 Informasi lebih lanjut tentang Global Reporting Initiative, dan berbagai alat yang berguna bagi perusahaan yang berminat dapat
ditemukan https://www.globalreporting.org.

32 17
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
Pedoman CSR Internasional Peluang

Sejumlah standar global juga relevan bagi Indonesia dan dapat mendorong adopsi dan peningkatan kegiatan Studi ini mengungkapkan bahwa ada sejumlah manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan IB, yaitu:
CSR di negara ini. Salah satu standar yang paling berpengaruh dirancang oleh Organisasi Internasional 1. Perusahaan dapat mengurangi biaya pengadaan barang dan bahan baku, baik dari segi efisiensi
untuk Standardisasi (ISO), yang menerbitkan ISO 26000 pada tahun 2010 sebagai panduan untuk organisasi maupun kontinuitas proses. Contohnya adalah PT. Trimitra Baterai Prakasa dengan program
atau perusahaan untuk beroperasi secara bertanggung jawab sosial. pasokan bak airnya. Perusahaan ini tidak hanya mendapatkan biaya yang lebih murah, tetapi juga
Standar ISO 26000 terutama memberikan panduan mengenai prinsip-prinsip praktik CSR dan kontribusi jaminan kualitas dan pasokan kontinyu untuk peralatan yang diperlukan setiap bulan.
perusahaan terhadap pembangunan berkelanjutan. Karena perbedaan global yang luas dalam hal budaya 2. Masalah tenaga kerja, khususnya ketidakmampuan untuk mendapatkan karyawan yang memenuhi
dan etika perusahaan, ISO tidak tidak memberikan sertifikasi untuk standar 26000. Ada tujuh (7) subjek syarat, adalah masalah yang sering dihadapi oleh kebanyakan perusahaan. Perusahaan yang
inti yang dicakup oleh ISO 26000 yaitu: tata kelola organisasi, hak asasi manusia, Praktik perburuhan, memberikan pelatihan kepada masyarakat kurang mampu, terutama penduduk setempat, dapat
Lingkungan, Praktik operasi yang adil, Isu konsumen, dan Pelibatan & pengembangan masyarakat. menghasilkan karyawan dengan keterampilan yang meningkat dan produktivitas serta loyalitas yang
tinggi. Hal ini dibuktikan dengan pembukaan pusat pelatihan oleh PT. Adis Dimension Footwear
untuk melatih penduduk setempat dalam keterampilan menjahit dan pembuatan sepatu. Hasilnya,
Holistic approach PT. Adis Dimension Footwear memecahkan masalah tenaga kerja dan mendapatkan karyawan
6.8” dengan keterampilan yang diperlukan dan loyalitas yang tinggi, sehingga meningkatkan produktivitas.
Community
involvement 6.3”
3. Rantai pasok – jaminan pasokan dapat menjadi kendala bagi perusahaan terutama yang berkaitan
and Human right”
dengan produk pertanian. Partisipasi masyarakat dalam rantai pasokan dapat menjadi solusi untuk
development
masalah ini. Satu contoh sukses adalah PT. Unilever Indonesia, Tbk, dengan pemberdayaan petani
6.2”Organizational kedelai hitam di pulau Jawa.

6.7”
Consumer ORGANIZATION
6.4”
Labour
Tantangan
issues practices
Permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan untuk dapat memulai suatu kegiatan inklusif adalah tantangan
governance bagi perusahaan. Permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan adalah:
6.6” 6.5” 1. Kurangnya keterampilan dan pengetahuan yang
Fair operating The memadai di BOP merupakana tantangan bagi perusahaan
practices environment “Kami membantu mitra bisnis
untuk dapat melibatkan penduduk berpenghasilan
rendah di dalam rantai nilai perusahaan. kami untuk meningkatkan
Interdependence kemampuan mereka.”
2. Kesenjangan informasi - dan kurangnya pemahaman
perusahaan mengenai bisnis inklusif. Perusahaan
Sancoyo Antarikso, External
Gambar 2. Subjek Inti ISO 26000 melaporkan bahwa mereka tidak mampu melaksanakan
Relations Director & Corporate
bisnis inklusif karena mereka biasanya tidak
1) Organizational Governance: This core subject refers to how your business makes and implements strategic decisions; berhubungan langsung dengan masyarakat yang Secretary, PT. Unilever Indonesia
2) Human Rights: This core subject is based on the Universal Declaration of Human Rights (adopted by the UN General Assembly in 1948); kurang beruntung. Tbk and Board of Founders of
3) Labor Practices: For this core subject, the ISO 26000 refers to the ILO (International Labor Organization), the international governing body for labor practices; Indonesia’s Global Compact
4) The Environment: The environmental principles of this core subject are: Environmental responsibility; The precautionary approach; Environmental
3. Kerangka peraturan - kurangnya peraturan yang jelas Network
risk management; and The polluter pays; mengenai pelaksanaan CSR menjadi kendala bagi
5) Fair Operating Practices: This core subject focuses on the ethical conduct in a business’s dealing with its stakeholders; perusahaan untuk berinovasi bisnis inklusif. Perusahaan
6) Consumer Issues: This core subject deals with your business’s responsibility for minimizing risks in the use of your service or product; yang beroperasi terutama di sekitar sumber daya alam, misalnya, membutuhkan bimbingan mengenai
7) Community Involvement and Development: The ISO 26000 states that “Community involvement and community development are both apa saja kegiatan CSR yang disetujui atau ditolak, sehingga mereka mampu setiap tahun menyusun
integral parts of sustainable development”. anggaran untuk kegiatan tersebut karena besarnya sumber daya yang dibutuhkan untuk CSR,
baik materiil maupun non-materiil.
(http://www.sustainability4success.com/iso-26000-II.html)

16 33
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
4. Terbatasnya akses keuangan - karena bisnis inklusif masih dianggap sebagai kegiatan sosial atau
kegiatan dengan risiko yang sulit diukur oleh lembaga keuangan di Indonesia, dan karena masyarakat
masih dianggap tidak bankable, maka lembaga keuangan membatasi kebebasan untuk mengucurkan
pinjaman kecuali perusahaan dapat memperkuat pinjaman dengan aset dan reputasi sebagai jaminan.
Karena alasan ini, PT. Adis Dimension Footwear mendanai sendiri modal awal koperasi tersebut.

5. Kurangnya sarana-prasarana - biasanya petani tinggal di daerah pedesaan yang memiliki akses jalan
dan transportasi terbatas. Hal ini menyebabkan tingginya biaya transportasi, sehingga mengurangi
daya saing mereka.

Potensi IB

Analisis bab sebelumnya menunjukkan bahwa kegiatan IB telah dilakukan oleh perusahaan yang
berpartisipasi dalam penelitian ini. Setiap perusahaan, sadar atau tidak sadar, telah melakukan bisnis
inklusif sampai tingkat tertentu dalam operasi mereka.

Masalah inti dari korporasi adalah pemahaman IB itu sendiri. Sebagian perusahaan tidak menyadari
bahwa sejumlah kegiatan mereka adalah bisnis inklusif. Misalnya, program pasokan bak air yang diluncurkan
oleh salah satu perusahaan responden. Pada awalnya program ini dipandang sebagai program bisnis biasa.
Perusahaan ini awalnya tidak menyadari bahwa ada dampak sosial yang lahir dari program tersebut.

Secara umum, kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tersebut masih berbasis filantropi
atau amal tanpa pertimbangan keuntungan finansial atau manfaat. Ini pada dasarnya sejalan dengan salah
satu misi dan tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan: ikut serta dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.

34
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
II. BAB 2 – PENGGERAK CSR V. BAB 5 – KESIMPULAN DAN SARAN
DI INDONESIA

Bab ini bertujuan untuk memberikan gambaran luas mengenai beberapa penggerak CSR di Indonesia. Sebagian (1) Masih ada persepsi di kalangan bisnis serta regulator di Indonesia bahwa CSR hanya terkait dengan
karena keragaman agama dan budaya di Indonesia, praktik filantropi perusahaan di seluruh nusantara ini sangat motif sosial. Tujuan dari mayoritas program CSR yang dilaksanakan oleh perusahaan responden
berbeda. Keragaman ini mempersulit untuk mencapai perbandingan antar berbagai perusahaan untuk memperoleh adalah memberdayakan para pemangku kepentingan sosial mereka. Dalam pelaksanaannya, mayoritas
gambaran yang lebih baik tentang situasi CSR di Indonesia. Namun demikian tiga penggerak yang dianggap penting menggunakan pendekatan yang tidak mempertimbangkan aspek keberlanjutan kegiatan, baik dari
oleh penulis dicantumkan di bawah ini, meski mereka sama sekali tidak lengkap. sisi sektor swasta (misalnya melaksanakan kegiatan CSR sebagai bagian dari ‘biaya sosial’ atau beban
atau kewajiban bukan investasi) dan dari sisi masyarakat sasaran CSR (misalnya proyek jangka
pendek dengan dampak yang rendah).
Tradisi dan ekspektasi budaya (2) Dari studi ini, ada potensi bagi perusahaan Indonesia untuk membuat kegiatan CSR mereka lebih
strategis, untuk menciptakan keberlanjutan dan juga saling menguntungkan bagi perusahaan serta
penerima manfaat. Menggunakan prinsip inklusivitas dalam rantai pasokan perusahaan sebagai
bagian dari kegiatan CSR mereka adalah salah satu cara untuk melakukan CSR strategis. Praktek ini,
“CSR merupakan komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk berperilaku yang disebut Inclusive Business, diyakini dan dibuktikan dalam penelitian ini meningkatkan efektivitas
etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi sambil meningkatkan peran sektor swasta dalam memacu pembangunan di Indonesia.
kualitas hidup tenaga kerja dan keluarganya serta komunitas lokal dan
masyarakat luas.” (3) Keberhasilan menggeser kegiatan CSR perusahaan dari tindakan filantropi atau amal ke kegiatan
yang lebih strategis ditentukan oleh pimpinan perusahaan dan manajemen mereka. Komitmen kuat
The World Business Council for Sustainable Development mereka terhadap IB harus dikomunikasikan dengan jelas kepada pemangku kepentingan perusahaan
dan diterjemahkan secara praktis oleh staf mereka ke dalam tindakan nyata, dengan mengembangkan
sistem dan mekanisme untuk mengelolanya. Untuk mendorong pemimpin bisnis agar mengembangkan
model IB, bukti kuat harus disajikan yang menunjukkan manfaat sosial (seperti mendapatkan izin
sosial untuk beroperasi); dan manfaat ekonomi, yang memaksimalkan keuntungan dan/atau
Banyak kegiatan CSR yang dilakukan di Indonesia didorong oleh gagasan ‘memberikan sesuatu kembali kepada meminimalkan risiko (seperti penguatan rantai nilai, memperluas kumpulan tenaga kerja, atau
masyarakat’. Secara tradisional, perusahaan membantu mesyarakat dalam bentuk sumbangan yang diberikan pada mengembangkan pasar baru).
perayaan nasional maupun acara-acara keagamaan, setelah terjadinya bencana alam dengan memperbaiki dan
(4) Kegiatan Inclusive Business dapat dipraktikkan oleh setiap jenis perusahaan di Indonesia, terlepas dari
membangun fasilitas umum dan sosial. Hingga saat ini, perusahaan dengan demikian sering masih memahami
ukurannya (kecil, menengah, atau besar), jenis industrinya (garmen, barang konsumsi, manufaktur,
kegiatan CSR sebagai kewajiban moral perusahaan kepada masyarakat.
pertambangan, dll), dan kepemilikannya (nasional, multinasional, milik keluarga atau milik negara),
selama mereka bisa memetakan peluang untuk menyertakan BoP (Base of Pyramid atau orang-orang
Peraturan yang rentan dan miskin) ke dalam rantai pasok atau nilai mereka, mengadaptasikan proses bisnis
mereka untuk memungkinkan BoP ambil bagian dalam rantai pasok atau nilai, dan memanfaatkan
kekuatan BoP untuk memastikan mereka memenuhi standar yang dipersyaratkan oleh industri.
Pada saat yang sama, peraturan pemerintah telah menjadi penggerak utama adopsi dan implementasi kegiatan CSR
dalam beberapa tahun terakhir. Menurut Undang-Undang Nomor 40/2007 tentang Perseroan Terbatas yang (5) Faktor sukses lain dalam mempraktikkan Inclusive Business adalah memahami tantangan yang akan
kegiatannya berkaitan dengan sumber daya alam, perusahaan-perusahaan ini dipersyaratkan untuk menunjukkan datang (seperti kesenjangan informasi, terbatasnya keterampilan dan pengetahuan, kurangnya akses
tanggung jawab sosial dan lingkungan. Sebagian besar dari mereka memenuhi persyaratan ini dengan menghabiskan ke modal, kurangnya sarana-prasarana dan juga kerangka peraturan yang tidak efektif) dan mengetahui
sekitar 3% dari laba tahunan perusahaan untuk kegiatan CSR. Dengan berlakunya undang-undang ini, Indonesia cara mengurangi tantangan tersebut. Untuk mengatasi tantangan, perusahaan dapat berkolaborasi
adalah negara yang wewajibkan tanggung jawab sosial berdasarkan undang-undang. dengan bisnis lain (atau asosiasi bisnis), atau kadang dengan mitra non-tradisional, seperti lembaga
swadaya masyarakat (LSM) dan penyedia layanan publik. Melalui kolaborasi tersebut, perusahaan
dapat memperoleh akses ke kemampuan komplementer dan kumpulan sumber daya untuk mengatasi
tantangan tersebut.

14 35
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
Terakhir, penelitian ini mengajukan delapan rekomendasi bagi perusahaan anggota APINDO dan
perusahaan di Indonesia secara lebih luas untuk membuat CSR mereka lebih strategis:
Metodologi
Penelitian ini didasarkan pada kombinasi desk study, wawancara semi-terstruktur dan pemetaan.
1. Berpartisipasi dalam pertukaran pendapat rutin di antara perusahaan anggota APINDO
untuk membahas praktik terbaik dan tantangan dalam CSR dan mengidentifikasi sinergi Wawancara dan analisis perusahaan dipandu oleh Philippine Business for Social Progress (PBSP) Corporate
antar perusahaan Citizenship Center’s Corporate Citizenship System & Process Management Framework6. Alat ini dirancang oleh
PBSP untuk membantu perusahaan dalam mengembangkan dan melaksanakan program-program CSR
2. Mempromosikan rasa memiliki kegiatan CSR di antara karyawan dan manajemen melalui yang efektif berdasarkan lima unsur penting: kepemimpinan, penetapan kebijakan, pengembangan
materi informasi yang lebih baik, kunjungan ke lokasi dan acara program, pemasangan sistem dan pengukuran dan pelaporan. Untuk tujuan penelitian ini, kerangka itu
disederhanakan untuk mengkaji bagaimana program CSR di perusahaan yang disurvei berjalan di masing-
3. Mempertimbangkan investasi di bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia sebagai masing kelima elemen ini.
bagian dari kebijakan CSR strategis mereka dan menggabungkan Pengembangan Sumber
Manusia internal dengan program pengabdian masyarakat dan pelatihan bagi masyarakat
(idealnya sebagai program pendidikan formal bukan pelatihan informal jangka pendek).
ve s t m e n t • E nv i
l In ron
4. Meihat CSR sebagai kegiatan jangka panjang dan mengembangkan visi untuk pemrograman
CSR yang bertumpu pada kerangka waktu lebih panjang untuk membuat program yang ia D e ve l o p m
lebih berkelanjutan oc ra m me
nt
e
og

•S

nt
Pr

al
rn
5. Mengambil pendekatan rantai nilai terhadap CSR dengan menganalisis potensi kegiatan

Ste
orkplace Conce

Sy
CSR di sepanjang seluruh rantai nilai perusahaan

stem

wa r d s
ettin
6. Mengidentifikasi dan mengembangkan potensi bisnis inklusif dalam rantai nilai dan

In stallatio
mendokumentasikan temuan untuk bekerja sebagai pejuang untuk menginspirasi perusahaan lain

hip • Co
Leadership

ol i c y
7. Menyelaraskan kegiatan CSR dengan SDGs untuk memfasilitasi evaluasi dan penelusuran

P
dampak bersama pada skala global

rp
g
ing
8. Membuat studi kasus mendalam tentang praktik terbaik sebagai bahan ajar dan bekerja sama

o
in
M

r
rt

a
dengan sekolah-sekolah bisnis untuk mempromosikan topik tersebut dalam dunia akademis
eas

g
o

te
Re p

a
urem

n
Co

-
a ent and mm
M
ip • y Pa r t n e r s h
unit Gambar 1. Sistem Kerangka dan Proses
Manajemen Philippine Business for
Social Progress (PBSP) Center for
Corporate Citizenship

Pertama, tinjauan komprehensif literatur standard tentang CSR, Bisnis Inklusif dan topik terkait di
Indonesia dilakukan, termasuk kerangka peraturan, untuk memberikan gambaran tentang status quo.
Desk review ini dilengkapi dengan temuan kualitatif dari survei perusahaan dalam hal penggerak kegiatan
CSR mereka. Oleh karena itu, kegiatan CSR perusahaan partisipan dikategorikan dan dipetakan di sepanjang
spektrum kegiatan untuk mendapatkan gambaran tentang berbagai pendekatan yang terlihat jelas pada
kegiatan CSR anggota perusahaan APINDO. Kegiatan tersebut kemudian dikaji berkenaan dengan
kelima faktor sukses CSR strategis yang diadopsi dari kerangka PBSP. Pada langkah ketiga, kegiatan IB
dikaji secara detail untuk menentukan peluang dan tantangan dalam kegiatan IB daripada perusahaan
partisipan.

6 Philippine Business for Social Progress (PBSP) Corporate Citizenship Center (2002): Corporate Citizenship System & Process Management
Framework.

36 13
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
Bisnis Inklusif VI. Bab 6 – Alat pengkajian CSR
Langkah sederhana mengkaji sendiri strategi CSR!
(Kerangka Bisnis Inklusif G20)
Tujuan alat kajian
Bisnis inklusif menyediakan barang, jasa, dan mata pencaharian secara komersial
berkelanjutan, baik pada tingkat yang sesuai dengan dana yang tersedia (at scale) ataupun Alat kajian ini dikembangkan untuk menemukan potensi CSR strategis dalam operasional bisnis Anda
disesuaikan dengan dana yang tersedia (scalable), kepada orang yang hidup di dasar piramida dengan menggunakan 3 langkah simple. Secara khusus alat ini membantu Anda di dalam:
(BOP) ekonomi sehingga menjadikan mereka sebagai bagian dari rantai nilai bisnis inti
1. Mengkaji faktor-faktor sukses CSR di dalam perusahaan (status quo)
perusahaan sebagai pemasok, distributor, pengecer, atau pelanggan. Selain kegiatan inklusif
komersial ini, dunia usaha juga dapat mengejar tujuan inklusif sosial yang lebih luas. Bisnis 2. Mengidentifikasi langkah-langkah untuk dapat mengubah kegiatan CSR Anda menjadi lebih
inklusif harus mempromosikan pembangunan berkelanjutan di semua dimensi ekonomi, strategis (ke depan)
sosial dan lingkungannya. 3. Mengidentifikasi potensi bagi model-model bisnis inklusif

Tiga tahap sederhana

Di antara praktik yang digunakan oleh perusahaan untuk menjadikan kegiatan CSR mereka lebih strategis
adalah Bisnis Inklusif (IB). IB adalah praktik bisnis strategis yang menciptakan nilai tambah bagi Tahap Tahap Tahap
perusahaan dengan melibatkan kelompok berpenghasilan rendah dari piramida populasi (Bottom of the 01 02 03
Pyramide - BOP) ke dalam rantai nilai perusahaan sebagai pemasok, karyawan, distributor atau konsumen. Analisis status Identifikasi
Model IB saling menguntungkan, yang berarti bahwa dunia usaha maupun populasi berpendapatan terkini strategi Gambar grafik tindakan-tindakan
rendah mendapat manfaat dari hubungan bisnis tersebut. CSR Anda laba-laba perbaikan

Salah satu kekuatan besar IB adalah bahwa model ini biasanya tidak bergantung pada kontribusi filantropis
melainkan berkelanjutan secara komersial, setelah ada dan berjalan, melalui aliran pendapatan mereka
sendiri atau model pembiayaan silang.
Berdasarkan faktor sukses
Faktor sukses manakah yang Identifikasi apakah Anda
IB menciptakan dampak positif terhadap masyarakat berpenghasilan rendah3 dengan berbagai cara, di untuk meraih CSR strategis
antaranya adalah: membentuk kekuatan perusa- dapat mengubah atau
yang telah dijabarkan dalam
haan Anda dalam hal CSR melengkapi langkah-langkah
1. memberdayakan masyarakat yang terpinggirkan studi ini, bagaimana Anda
strategis? Mana yang dapat CSR saat ini dengan model
2. meningkatkan pendapatan rumah tangga menilai performa Anda
3. meningkatkan produktifitas dan ingin diperbaiki? bisnis
sendiri?
4. mengatasi kebutuhan dasar, seperti air, listrik dan lain-lain.

Model IB dikembangkan di berbagai sektor seperti pertanian, pariwisata, ICT, perawatan kesehatan atau
pendidikan4. Di Indonesia, ada potensi besar bagi perusahaan untuk melaksanakan model IB saat jumlah
5
penduduk yang bisa dianggap sebagai BOP cukup besar. Menurut studi oleh ADB dan SNV sekitar 119 Step-by-step panduan pengkajian
juta orang di Indonesia (49% dari populasi) hidup dengan penghasilan kurang dari $ 2 per hari. Ini berarti
bahwa tidak hanya ada pasar yang besar di BOP, tetapi juga tenaga kerja yang besar. Tahap 1: Analisa status terkini strategi CSR anda
• Referensi dasar: Bab 3 ”Faktor-Faktor Sukses”
• Gunakan tabel pada “Lampiran: Pertanyaan Pembimbing daripada 5 Faktor Sukses” untuk menggambarkan
3 UNDP (2008). Creating Value for All: Strategies for Doing Business with Poor. strategi CSR Anda saat ini serta performa relatif dengan menjawab pertanyaan pada tabel tersebut.
4 Untuk panduan sektoral model Inclusive Business yang ditulis oleh GIZ, kunjungi https://www.giz.de/Wirtschaft/de/ht- Kemudian berikan Anda nilai dari skala 1 (indikasi rendah indikator tersebut) sampai 5 (indikasi tinggi
ml/1745.html. indikator tersebut) dengan mempertimbangkan jawaban yang telah diberikan
5 ADB and SNV (2013). Developing the Business Case for Investing in Inclusive Business in Indonesia – A Market Scoping Study.

12 37
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
Tahap 2: Menggambar sebuah grafik laba-laba Kegiatan CSR perusahaan juga menerima kritik karena kurangnya pendekatan strategis terhadap pemrograman
dan skalabilitas1. Kegiatan sering berubah seiring perubahan manajemen dan mungkin mencerminkan
• Pertama, transfer nilai Anda dari hasil latihan langkah sebelumnya ke dalam grafik laba-laba dibawah preferensi manajemen saat ini bukan didasarkan pada kebutuhan, identitas dan nilai plus yang kuat dari
ini, berdasarkan nilai yang Anda akan berikan kepada Anda sendiri terkait setiap dimensi. perusahaan dan penerima manfaat yang disasarnya.
• Kedua, pikirlah sejenak terkait dimensi dimana Anda berikan nilai tertinggi. Elemen, orang, kegiatan
Namun segalanya berubah. Di seluruh dunia perusahaan mengatasi kekurangan ini dengan mengambil
atau faktor apakah yang jadi alasan dibelakang sukses dan bagaimana dampak pada bisnis Anda?
pendekatan yang lebih strategis terhadap CSR yang menciptakan dampak yang lebih besar bagi masyarakat
• Akhirnya, lakukan asesmen terkait dimensi-dimensi tersebut, manakah masih memberikan ruang dan nilai yang lebih besar bagi perusahaan itu sendiri.
terbuka bagi perbaikan dan nyusunlah sejumlah gagasan bagaimana melakukan perbaikan (lihat juga
langkah 3)
CSR 2.0

Kian banyak perusahaan mengambil pendekatan yang lebih strategis terhadap CSR. Sering disebut
sebagai CSR strategis atau CSR 2.0, pendekatan ini berusaha untuk bertumpu pada bisnis inti perusahaan
Contoh Grafik Laba-laba
untuk merancang kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat dan juga perusahaan.

Menurut konsep Wayne Visser2 yang banyak dikutip, CSR 2.0 perlu bertumpu pada lima prinsip: kreatifitas;
Leadership skalabilitas; responsifitas (terhadap situasi tertentu perusahaan/produk atau kelompok pemangku
5 kepentingan); glocality (adaptasi konsep internasional terhadap kekhasan lokal); dan sirkularitas
(kemampuan untuk meregenerasi sumber daya di seluruh proses). Kelima prinsip ini menetapkan tuntutan
yang tinggi terhadap CSR tetapi demikian juga memastikan bahwa CSR dapat berkelanjutan dan inovatif
4 dan berkontribusi bagi pembangunan berkelanjutan. Visi Visser tentang CSR 2.0 menuntut agar perusahaan
kritis dan menyeluruh mengenai kerja CSR yang mereka lakukan.
3

2
Measurement
Policy-setting
& reporting 1
“Kreativitas bisnis harus diubah arahnya untuk memecahkan masalah
sosial dan lingkungan di dunia.”

(Visser, 2011).

Skalabilitas merupakan aspek sangat penting yang menjadi krusial dalam intervensi pembangunan. Visser
menuntut agar perusahaan mempertanyakan tidak hanya model bisnis mereka tetapi bahkan bagaimana
System Program operasi mereka saat ini mungkin atau mungkin tidak memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan yang
installment development telah ditetapkan dan apakah tujuan tersebut benar-benar selaras. Dalam jangka panjang, Visser membayangkan
CSR 2.0 melangkah lebih jauh lagi dari tingkat strategis dan mengambil pendekatan sistemik yang
mengatasi ketidaksetaraan dan ketidakadilan di tingkat global dan didorong oleh regulasi dan tuntutan
konsumen.
Existing CSR Profile

1 Untuk ikhtisar komprehensif tentang kritik terhadap ‘CSR tradisional’ lihat Visser, Wayne (2011), CSR 2.0: Transforming the
Role of Business in Society. Lien Centre for Social Innovation.
2 Visser, Wayne (2011). CSR 2.0: Transforming the Role of Business in Society. Lien Centre for Social Innovation.

38 11
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
CSR adalah katalis yang kuat untuk kontribusi sektor swasta bagi pembangunan berkelanjutan. Kegiatan Latihan Grafik Laba-Laba
CSR perusahaan dapat meningkatkan mata pencaharian tenaga kerja perusahaan, masyarakat sekitar atau
bahkan wilayah lebih luas dimana perusahaan beroperasi. Kegiatan tersebut diantaranya dapat meliputi
Leadership
pemberian akses atau perbaikan pendidikan dan kesehatan, peningkatan infrastruktur, perlindungan
lingkungan, peluang pendapatan alternatif. Perusahaan dengan demikian dapat secara langsung 5
berkontribusi bagi pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB (SDGs).
4
Disamping CSR bisa berperan penting dalam mempromosikan pembangunan berkelanjutan, perusahaan
juga menyadari bahwa CSR dapat melampaui filantropi dan “tanggung jawab” dan benar-benar dapat 3
memperkuat kinerja bisnis. Dengan menerapkan kegiatan berdasarkan rantai nilai mereka, yaitu
mengembangkan atau mempertahankan tenaga kerja atau kegiatan yang mengamankan pasokan komponen
2
produk yang relevan secara stabil dan berkualitas, perusahaan dapat meningkatkan stabilitas keuangan Measurement
dan daya saing mereka sendiri. Policy-setting
& reporting 1

“Ada alasan yang kuat bagi perusahaan untuk bertindak secara


maksimal dalam meminimalkan dampak negatif pengembangan
mereka dan memaksimalkan dampak positifnya. Manfaatnya meliputi
perlindungan nilai dan penciptaan nilai, mengelola biaya dan risiko
dan menangkap peluang.”

(Jane Nelson (2015): Dunia Usaha dan Sasaran Pembangunan Berkelanjutan - System Program
Komponen untuk Sukses Sesuai Dana yang Tersedia)
installment development

CATATAN:
CSR Strategis dan Bisnis Inklusif (IB)

Meski mempunyai potensi manfaat bagi perusahaan dan masyarakat, CSR sering dianggap sebagai kegiatan
murni filantropi dari perusahaan yang terpisah dari operasi bisnis intinya. Perusahaan dengan demikian
menghadapi banyak tuntutan yang bersaing: di satu sisi masyarakat semakin berharap tanggung jawab
sosial perusahaan ditunjukkan secara kredibel, namun perusahaan juga dituntut oleh pemegang saham
untuk memaksimalkan keuntungan. Saat merancang dan melaksanakan kegiatan CSR, dengan demikian
perusahaan harus menyeimbangkan prioritas-prioritas yang saling bertentangan.

Pada saat yang sama, proyek CSR banyak dikritik dari sudut yang berbeda karena ketergantungan mereka
pada anggaran CSR yang setiap tahunnya dikaji ulang dan ketidakpastian yang ditimbulkan berkaitan
dengan keberlanjutan dan dampaknya. Menurut kritik tersebut, kurangnya pola berpikir bisnis atau
rencana pembiayaan jangka panjang atau model bisnis pada berbagai kegiatan CSR memunculkan
masalah-masalah khas yakni kurangnya keberlanjutan kerja filantropis. Ketidakamanan pendanaan ini
kian diperparah oleh fakta bahwa anggaran CSR umumnya merupakan salah satu bidang pertama yang
akan dipangkas jika perusahaan menghadapi kesulitan keuangan.

10 39
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
Tahap 3: Identifikasi langkah-langkah perbaikan Perusahaan responden (dalam urutan abjad):

• Langkah terakhir dari latihan ini membantu Anda untuk mengidentifikasin apakah Anda dapat
NAMA PERUSAHAAN KATEGORI SEKTOR
mengubah atau melengkapi kegiatan CSR Anda dengan model-model bisnis inklusif ? Semakin banyak
pertanyaan dijawab dengan iya, semakin kuat potensi kesempatan untuk mentransformasikan kegiatan PT. Adaro Indonesia Lokal Pertambangan
CSR Anda ke arah model bisnis inklusif
PT. Adis Dimension Footwear Lokal Manufaktur
a. Apakah di dalam rantai nilai Anda terlibat masyarakat berpenghasilan rendah (BOP) apakah sebagai
pelanggan, pemasok, karyawan atau mitra usaha (contoh pengecer) dan apakah komponen ini PT. HM Sampoerna, Tbk. MNC Ritel
merupakan bagian dari rantai nilai atau lebih dekat ke bisnis inti Anda? PT. Pacific Place Jakarta Lokal Properti
i. Jika iya: Apakah Anda memiliki atau dapat mengidentifikasi kesempatan bagaiman meningkatkan PT. Sinar Mas Tbk. (downstream) Lokal Manufaktur
derajat hidup mereka secara langsung melalui proses bisnis Anda?
ii. Jika tidak: Apakah ada jalan untuk melibatkan kelompok itu sambil menjamin dampak positif ? PT. Trimitra Baterai Prakasa Lokal Manufaktur

b. Apakah strategi CSR Anda saat ini bertujuan untuk mengurangi kemiskinan bagi masyarakat sekitar PT. Unilever Indonesia, Tbk. MNC Barang konsumen
Anda?

i. Jika iya: Apakah model kegiatan memberikan manfaat bagi masyarakat lokal (bukan mengekspoitasi
mereka!)
ii. Jika tidak: Apakah terdapat kesempatan melibatkan mereka dalam kegiatan CSR lainnya yang Mengapa CSR penting bagi perusahaan dan
lebih dekat dengan bisnis inti Anda dan sekaligus bisa bersifat komersial?
bagi pembangunan berkelanjutan
c. Apakah terdapat kegiatan CSR yang dapat ditransformasikan ke dalam model bisnis komersial?

i. Jika iya: Apakah model bisnis tersebut dapat bersifat skalabilitas atau dapat direplikasi?
ii. Jika tidak apakah model bisnis itu berkelanjutan secara finansial, lingkungan dan sosial?
“CSR adalah komitmen berkelanjutan dunia usaha untuk
• Jika Anda mampu menjawab pertanyaan dengan lebih banyak jawaban iya, maka Anda dapat berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi dan meningkatkan
mengembangkan lebih lanjut gagasan tersebut untuk meraih keuntungan yang saling bermanfaat dari kualitas hidup tenaga kerja dan keluarganya serta komunitas dan
model-model bisnis inklusif bagi bisnis dan masyarakat. masyarakat pada umumnya.”
• Apabila Anda memerlukan nasehat lanjut, kami telah mengumpulkan berbagai referensi dan kontak di World Business Council for Sustainable Development (2016)
bagian akhir publikasi ini.

Meski definisi CSR bervariasi dan berkembang dari waktu ke waktu, istilah ini biasanya menjelaskan
perilaku bisnis bertanggung jawab yang mempertimbangkan implikasi ekonomi, lingkungan dan sosial
dari bisnisnya. Meskipun kegiatan filantropi perusahaan bukan fenomena baru, konsep tanggung jawab
sosial perusahaan pertama muncul pada dekade 1950-an dan 1960-an. Namun, sejak pergantian abad ini,
ada peningkatan momentum untuk CSR dan perusahaan secara luas diharapkan atau bahkan diwajibkan
oleh hukum untuk menjalankan strategi CSR.

Perkembangan CSR berevolusi bersama gagasan bahwa dunia usaha tidak hanya harus bertanggung
jawab, tetapi juga dapat menjadi kekuatan pendorong dalam pembangunan masyarakat dan negara-
negara di luar pertimbangan ekonomi murni. Tren ini terlihat jelas dalam inisiatif global seperti UN
Global Compact yang anggotanya mencakup banyak perusahaan terbesar di dunia serta perkumpulan
bentuk organisasi serupa lainnya seperti World Business Council for Sustainable Development. Tren tersebut
juga diwujudkan dalam peran penting sejumlah perusahaan multi-nasional perintis seperti Unilever yang
berpartisipasi dalam pelaksanaan Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan.

40 09
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
APPENDIX: Pertanyaan Pengarah dari 5 Fakor Sukses
I. BAB 1 – TENTANG STUDI INI
Catatan:

Mohon kategorikan jawaban Anda secara berikut: Iya, Tidak, atau Di tengah-tengah. Kemudian mengu-
bah jawaban Anda ke dalam angka (Iya=1, Tidak= 0, Di tengah-tengah= ½). Untuk mendapatkan nilai
Tujuan akhir, jumlahkan angka dari keseluruhan 5 pertanyaan dan ambil nilai rata-rata.

Faktor-faktor sukses Jawaban Nilai (1-5)


Penelitian ini merupakan hasil dari kerjasama yang erat antara Deutsche Gesellschaft für Internationale
Zusammenarbeit GmbH (GIZ) dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO). Atas nama Kementerian I. Kepemimpinan
Federal Jerman di Bidang Kerjasama Ekonomi dan dan Pembangunan, GIZ mengembangkan Corporate
(1) Apakah manajemen senior terlibat dalam merencang strategi CSR?
Social Responsibility (CSR) dan Inclusive Business (IB) secara luas di seluruh dunia dan mengkaji bagaimana
pendekatan tersebut bisa berkontribusi maksimal bagi pembangunan berkelanjutan. (2) Apakah manajer CSR Anda (jika ada) lapor secara langsung kepada
manajemen senior?
Di Indonesia, GIZ dan APINDO telah bekerja sama dengan tujuan mempromosikan praktik CSR strategis
di kalangan perusahaan yang berbasis di kawasan ini. Sebagai salah satu asosiasi bisnis terbesar dan (3) Apakah manajemen senior Anda memimpin dengan contoh/apakah
berpengaruh di Indonesia, APINDO memiliki posisi yang sangat tepat untuk menjadi agen perubahan secara aktif terlibat dalam implementasi kegiantan CSR?
dengan mengadopsi praktik CSR yang lebih strategis di negara ini. Penelitian ini diharapkan menandai (4) Apakah manajemen senior secara aktif mendorong karyawan untuk
langkah pertama untuk mencapai tujuan ini. terlibat dalam kegiatan CSR?
Berdasarkan studi kasus mendalam terhadap praktik CSR di tujuh perusahaan anggota APINDO, penelitian (5) Apakah manajemen senior Anda mengakui dampat keberhasilan dari
ini bertujuan untuk: kegiatan CSR sebagai bagian dari performa bisnis inti?

1. memberikan wawasan mengenai keadaan terkini CSR di Indonesia dan mengidentifikasi peluang II. Penetapan kebijakan
dan tantangan untuk pengembangan lebih lanjut praktik CSR strategis dengan fokus khusus pada
(1) Apakah terdapat kebijakan dan strategi terkait kegiatan bisnis yang juga
model IB; berlaku bagi implementasi program-program CSR?
2. meningkatkan kesadaran di APINDO dan komunitas bisnis yang lebih luas pada umumnya tentang (2) Apakah terdapat hubungan yang jelas antara strategi CSR dan tujuan
pentingnya untuk melaksanakan CSR strategis, yang pada akhirnya dapat menghasilkan penemuan umum serta indikator performa utama perusahaan Anda?
peluang Binis Inklusif dan peluang investasi di bidang pendidikan dan pengembangan tenaga kerja;
(3) Apakah kebijakan terkait kegiatan CSR saat ini sudah sesuai dan konsisten
3. memberikan contoh konkret dan praktik terbaik dari perusahaan anggota APINDO untuk menginspirasi dengan prinisp bisnis umum perusahaan Anda dan sebaliknya?
dan mempromosikan CSR strategis dan Model IB di Indonesia. (4) Apakah kebijakan saat ini dikomunikasikan dan disampaikan kepada
seluruh pemangku kepentingan?

Responden (5) Apakah visi dan misi perusahaan mencerminkan nilai dan dampak yang
ingin diraih melalui kegiatan CSR Anda?

III. Pengembangan program


Kriteria seleksi perusahaan didasarkan pada ketersediaan dan kesediaan mereka untuk berpartisipasi
dalam penelitian ini dan terdaftar sebagai anggota APINDO. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan (1) Apakah Anda melibatkan pemangku kepentingan utama (mis.pelanggan,
wawasan penting dan rekomendasi mengenai implementasi strategis CSR yang dipraktikkan oleh karyawan, pemegang saham, masyarakat lokal dan pemerintah) ke dalam
perusahaan anggota APINDO yang terpilih. pengembangan program melalui identifikasi dan memperhatikan
kebutuhan mereka?
Ada tujuh peserta perusahaan yang dikategorikan berdasarkan kriteria kepemilikan, seperti Perusahaan (2) Apakah Anda memperhitungkan seluruh proses bisnis di dalam rantai
Nasional/Daerah (Lokal) atau Perusahaan Multinasional (MNC). Kategorisasi ini didasarkan pada asumsi nilai perusahaan pada saat merancang program CSR, sehingga program
bahwa ada perbedaan dalam hal nilai dan prinsip dalam mempraktikkan CSR yang akan dianalisis melalui tersebut sesuai dan secara spesifik dikembangkan untuk mensuport
penelitian ini. target dan tujuannya?

(3) Apakah strategi CSR Anda melebihi level kegiatan dan sebaliknya
bertujuan bagi perubahan sistemik dan progres, baik dalam perusahaan
dan/atau target populasi?

08 41
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
(4) Apakah dampak keberlanjutan (finansial, sosial, lingkungan) merupakan
tujuan daripada program CSR Anda?
KATA PENGANTAR
(5) Apakah seluruh mitra penting yang dapat membantu dalam meraih
tujuan CSR, sudah cukup dilibatkan dalam implementasi?

IV. Pemasangan sistem Inisiatif yang dilakukan APINDO untuk membuat CSR lebih strategis secara alami terdiri dari ragam
bentuk termasuk partisipasi di berbagai diskusi akademis serta melakukan riset mendalam untuk
(1) Apakah Anda memiliki struktur organisasi perusahaan dengan fungsi
dan tanggung jawab yang jelas dan apakah juga berlaku bagi program- mengidentifikasikan praktik-praktik terbaik yang akan diinformasikan kepada anggota kami. Kami
program CSR? beharap bahwa berbagai inisiatif tersebut akan menggerakan praktik-praktik CSR kini ke arah yang kami
perjuangkan.
(2) Apakah Anda menjalankan sistem komunikasi yang sesuai sehingga
menjamin alur informasi di dalam perusahaan dan membantu menjaga Studi ini merupakan salah satu prakarsa yang kami lakukan untuk membuat praktik-praktik CSR di Indonesia
kepentingan seluruh pemangku kepentingan? lebih strategis. Bekerjasama dengan Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH,
lembaga yang telah memberikan dukungan ke sektor swasta dalam bidang pembangunan berkelanjutan
(3) Apakah Anda menjamin transparansi finansial diantara pemangku
kepentingan dan apakah seluruh program didukung oleh sumber keuangan dan bisnis inklusif, kami telah menyusun sebuah studi terkait praktik-praktik CSR di antara anggota
dan SDM yang memadai? perusahaan kami. Kami juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Indonesia Business Links
(IBL) atas bantuan keahlian yang diberikan dalam melakukan kajian lapangan untuk studi ini. Ungkapan
(4) Apakah Anda mengimplementasikan sistem monitoring dan evaluasi rasa terima kasih secara khusus kami ingin sampaikan kepada pihak-pihak perusahaan berikut yang telah
yang memadai untuk memastikan asesmen periodik terhadap dampak
bersedia ikut partisipasi dalam survei terkait studi ini: PT. Adaro Indonesia, PT. Adis Dimension
program-program CSR terhadap tujuan dan indikator performa utama
perusahaan? Footwear, PT. HM Sampoerna, Tbk., PT. Pacific Place Jakarta, PT. Sinar Mas Tbk. (hilir), PT. Trimitra
Baterai Prakasa serta PT. Unilever Indonesia, Tbk.
(5) Apakah Anda mendorong dan memberikan ruang untuk menguji
gagasan dan inovasi baru, yang dapat meningkatan dampak positif dan Studi ini memberikan sejumlah informasi terkait status terkini CSR di Indonesia dan mengidentifikasi
membantu Anda dalam mencapai tujuan perusahaan? kesempatan maupun tantangan bagi perkembangan lanjutan praktik-praktik CSR strategis dengan fokus
utama pada model-model bisnis inklusif. Lebih penting lagi, publikasi ini bertujuan untuk meningkatkan
V. Pengukuran dan pelaporan
pengetahuan di kalangan pengusaha mengenai kesempatan untuk implementasi CSR strategis dengan
(1) Apakah Anda melakukan tinjauan secara berkala terhadap program- menyediakan contoh praktik terbaik.
program CSR?
Studi ini juga memuat sebuah alat pengkajian CSR yang dapat digunakan oleh setiap perusahaan untuk
(2) Apakah tinjauan tersebut mematuhi standar global (mis. standar Global melakukan kajian terkait status CSR nya, identifikasi langkah-langkah untuk mengubah kegiatan CSR
Reporting Initiative)? menjadi lebih strategis serta memaparkan potensi model-model bisnis inklusif.
(3) Apakah tinjauan program-program CSR berdampak pada bagian integral
Ungkapan rasa terima kasih secara khusus kami ingin sampaikan kepada pihak-pihak perusahaan berikut
sistem monitoring perusahaan?
yang telah bersedia ikut partisipasi dalam survei terkait studi ini: PT. Adaro Indonesia, PT. Adis
(4) Apakah Anda melakukan konsultasi dengan pemangku kepentingan Dimension Footwear, PT. HM Sampoerna, Tbk., PT. Pacific Place Jakarta, PT. Sinar Mas Tbk. (hilir),
internal / eksternal untuk melakukan asesmen spektrum keseluruhan PT. Trimitra Baterai Prakasa serta PT. Unilever Indonesia, Tbk.
daripada dampak operasi bisnis dan kegiatan CSR?

(5) Apakah Anda mendokumentasikan praktik-praktik baik melalui


contoh-contoh sukses dan testimoni dan menyampaikan kepada komunitas
bisnis dan publik luas?
Hariyadi B. Sukamdani
Chairman
Catatan:
APINDO
Mohon kategorikan jawaban Anda secara berikut: Iya, Tidak, atau Di tengah-tengah. Kemudian mengu-
bah jawaban Anda ke dalam angka (Iya=1, Tidak= 0, Di tengah-tengah= ½). Untuk mendapatkan nilai
akhir, jumlahkan angka dari keseluruhan 5 pertanyaan dan ambil nilai rata-rata.

42 07
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
VII. Perihal Penawaran
Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO)
APINDO, yang didirikan pada 31 Januari 1952, merupakan sebuah organisasi bisnis nasional, terkait
dengan Kadin Indonesia, dengan penekanan kuat pada industri padat karya.

APINDO memiliki cabang aktif di 33 provinsi dan 222 kabupaten di Indonesia. Keanggotaan APINDO
juga mencakup Asosiasi Industri sektoral lebih kecil lainnya di Indonesia dengan hubungan bisnis
Foto: APINDO

langsung untuk mendukung usaha kecil dan menengah (UKM) di sektor manufaktur dan pertanian.
Profil keanggotaan nasionalnya saat ini mencakup sekitar 14.000 perusahaan.

Di tingkat nasional, anggota APINDO meliputi produsen besar dan penting dan industri jasa, sedangkan
di tingkat daerah, anggotanya terutama adalah UKM. APINDO, sebagai Asosiasi Industri terbesar di
Indonesia, secara teratur dipanggil oleh DRP RI dan Pemerintah Indonesia untuk menyumbangkan
pandangan mengenai berbagai prioritas kebijakan dan agenda reformasi dalam negeri.

APINDO juga berpartisipasi aktif dalam diskusi CSR saat ini dan juga memperhatikan CSR dengan
berkolaborasi dengan sejumlah mitra, baik nasional maupun internasional, dalam mensosialisasikan
pelaksanaan CSR yang tepat kepada anggotanya. Misalnya, berkaitan dengan pengembangan UKM,
APINDO membantu UKM dalam bidang promosi, pemasaran dan juga fasilitasi UKM untuk mendapat-
kan sumber daya keuangan.

APINDO menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan Indonesia kini melaksanakan CSR dalam berbagai
bentuk, baik sebagai program terpisah tanpa hubungan dengan model bisnis mereka atau dengan
memasukkan beberapa hal yang berkaitan dengan Hak Asasi Manusia, Hak pekerja atau isu-isu lingkungan
dalam kegiatan CSR mereka tetapi masih terpisah dari kegiatan bisnis inti mereka. Hanya sedikit perusahaan
Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) di Indonesia saat ini memasukkan isu CSR secara strategis ke dalam model bisnis mereka.

APINDO yakin bahwa kegiatan CSR yang bukan bagian dari model bisnis/bisnis inti perusahaan
kemungkinan besar akan gagal.
Dalam dekade terakhir kami menyaksikan bahwa terjadi peningkatan praktik tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR) di berbagai perusahaan di Indonesia. Sebagai hasil perkembangan ini, kami di
APINDO telah memulai untuk mengklasifikasikan berbagai praktik ke dalam berbagai kategori antara
lain sebagai CSR yang bersifat amal, CSR bertujuan untuk promosi / pemasaran dan CSR strategis. Kami
percaya kategori terakhir akan membawa manfaat bagi bisnis itu sendiri maupun bagi masyarakat dan
lingkungan. Ke depan, kami harap bahwa tren praktik CSR di Indonesia akan mengarah ke CSR strategis.

Namun di tengah-tengah perkembangan tersebut diatas, kami menghadapi tantangan bahwa tren CSR
di Indonesia justru berkembang ke arah berlawanan: DPR-RI sedang membahas sebuah rancangan
Undang-Undang yang dapat menjadikan CSR sebuah kewajiban bagi seluruh perusahaan, lebih jauh lagi
dapat menentukan batas persentasi daripada modal perusahaan yang wajib diimplementasikan untuk
CSR. Seperti ditekankan diatas bahwa kami di kalangan dunia usaha meyakini bahwa CSR strategis
merupakan jalan terbaik untuk kontribusi bagi pembangunan berkelanjutan dan akan terus bekerja untuk
memastikan bahwa praktik tersebut ditegakkan secara tegas.

06 43
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
Deutsche Gesellschaft fuer Internationale Zusammenarbeit SDGs Sustainable Development Goals / Sasaran Pembangunan Berkelanjutan

(GIZ) GmbH SED-TVET Sustainable Economic Development through Technical and Vocational Education and Training

Programme / Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan melalui Program Pendidikan dan


Responsible and Inclusive Business Hub (RIBH) Southeast Asia
Pelatihan Teknik dan Kejuruan
Deutsche Gesellschaft für International Zusammenarbeit (GIZ) GmbH mendukung dan bermitra dengan sektor
swasta di bidang pembangunan berkelanjutan dan bisnis inklusif. Atas nama Kementerian Federal Jerman SMEs Small and Medium-sized Enterprises / Usaha Kecil Menengah (UKM)
di Bidang Kerjasama Ekonomi dan dan Pembangunan, GIZ membentuk jaringan Responsible and Inclusive
Business Hubs (RIBHs) di seluruh dunia, saat ini beroperasi dari Kairo, Jakarta dan Pretoria. Selanjutnya, SNV Stichting Nederlandse Vrijwilligers / Netherlands Development Organisation / Organisasi
RIBHs berkontribusi bagi diskusi CSR global dengan membangun jejaring pusat keunggulan CSR untuk
menyediakan keahlian metodologis berbasis hasil dari Kerjasama Pembangunan Jerman. Pembangunan Belanda

SRC Sampoerna Retail Community / Komunitas Retail Sampoerna


RIBH di Jakarta mempromosikan keterlibatan bersama berbagai perusahaan dan program pembangunan
dalam mengatasi tantangan pembangunan. Dalam kerjanya, RIBH bertujuan untuk mengembangkan WBCSD World Business Council for Sustainable Development / Dewan Bisnis Dunia untuk
pendekatan inovatif yang memajukan kerjasama antar sektor swasta dan pengembangan kerjasama dalam
praktik bisnis yang bertanggung jawab dengan fokus yang kuat pada Inclusive Business. Pembangunan Berkelanjutan

RIBH yakin bahwa CSR bagi perusahaan berarti menjadikan proses intinya berkelanjutan, menggunakan
produk dan model bisnis untuk mengatasi tantangan sosial dan lingkungan.

Sustainable Economic Development through Technical and Vocational Education and Training
Programme (SED-TVET)

Program “Sustainable Economic Development through Technical and Vocational Education and Training Programme”
(SED-TVET) merupakan upaya bersama dari Kerjasama Pembangunan Negara Jerman dan Kementerian
Pendidikan Nasional (Kemendiknas), Kementerian Tenaga Kerja dan Kementerian Perindustrian.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja, khususnya lulusan TVET dan
pemuda menganggur, di wilayah tertentu Indonesia. Modul SED-TVET GIZ terdiri atas empat bidang
kegiatan yang terkait dengan peningkatan kerangka peraturan, inovasi kerjasama sektor swasta, keunggulan
lembaga TVET dan standar & akreditasi.

Kerjasama sektor swasta merupakan isu utama dalam program ini. Keterlibatan dunia usaha meningkatkan
kualitas di TVET, pengetahuan terbaru tentang sistem pendidikan serta mendukung pengembangan
tenaga kerja yang berorientasi pada permintaan. Tetapi, meski ada isu-isu mendesak tentang perekrutan
dan pengembangan sumber daya manusia, banyak perusahaan tidak berinvestasi di bidang pendidikan
sebelum mempekerjakan melainkan memberikan pelatihan kemudian atau membiarkan posisi tidak terisi.

SED-TVET yakin bahwa karena banyak perusahaan mengandalkan pendidikan di bidang kegiatan CSR
mereka, investasi bisa disesuaikan secara lebih strategis terhadap kebutuhan perekrutan dan pengembangan
tenaga kerja lokal. Ini akan mengubah investasi ke situasi saling menguntungkan bagi dunia usaha serta
lembaga pelatihan dan lulusan.

44 05
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
DAFTAR SINGKATAN VIII. Lampiran 1 – Sekilas peserta penelitian
DAN AKRONIM PT. Sinar Mas, Tbk – downstream
Sebuah divisi di SMART (Sinar Mas Agri-Resources and Technology) yang bergerak di bidang pengolahan semua
minyak sawit mentah menjadi produk dengan nilai tambah seperti oleokimia, minyak goreng sawit, margarin,
ADB Asian Development Bank / Bank Pembangunan Asia dan produk lemak dan minyak. Saat ini memiliki tujuh fasilitas di seluruh Indonesia (Surabaya - Jawa Timur,
Marunda - DKI Jaya, Belawan - Sumatera Utara, Sampit - Kalimantan, Tajun - Kalimantan, Kotabaru - Lampung)
APINDO Asosiasi Pengusaha Indonesia http://www.smart-tbk.com/
BMZ Kementerian Federal Jerman di Bidang Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan PT. Adaro Indonesia, Tbk

BOP Bottom of the Pyramid / Dasar Piramida Salah satu perusahaan pertambangan lokal terbesar yang memiliki konsesi tambang batubara terutama di
Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Perusahaan ini telah menambang dan mengangkut selama lebih
CEO Chief Executive Officer dari 20 tahun dan produksinya saat ini adalah 55 juta ton per tahun.
http://www.adaro.com/operation/our-operating- anak/pertambangan-aset/
COT Centre for Occupational Training / Pusat Pelatihan Kerja
PT. HM Sampoerna, Tbk
CSR Corporate Social Responsibility / Tanggung jawab sosial perusahaan
Salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia yang memproduksi rokok kretek dan rokok putih. Dikenal
EVPA European Venture Philanthropy Association / Perhimpunan Usaha Filantropi Eropa karena merek Sampoerna dan Dji Sam Soe. Pada tahun 2005 perusahaan ini diakuisisi oleh Philip Morris
untuk kepemilikan lebih dari 90%.
GIZ Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit http://www.sampoerna.com/id_id/pages/homepage.aspx

GRI Global Reporting Initiative / Prakarsa Pelaporan Global PT. Adis Dimension Footwear

IB Inclusive Business / Bisnis Inklusif Sebuah perusahaan manufaktur sepatu yang sudah lama berdiri dengan merek Nike dan Adidas. Saat ini
mempekerjakan lebih dari 6000 pekerja di fasilitas di Tangerang, Jawa Barat.
ICT Information and Communications Technology / Teknologi Informasi dan Komunikasi http://www.adisdimensionfootwear.id/

ILO International Labour Organization / Organisasi Buruh Internasional PT. Pacific Place Jakarta
Sebuah perusahaan properti yang mengelola dan memiliki Pacific Place mall di Jakarta. Mal ini terdiri dari
ISO International Organization for Standardization / Organisasi Standarisasi Internasional
Pacific Place mall, pusat perkantoran One Pacific Place, dan tiga menara The Ritz-Carlton Pacific Place
MNC Multinational Company Hotel. Mal ini dibuka pada bulan November 2007.
http://www.pacificplace.co.id/
MNEs Multinational Enterprise
PT. Unilever Indonesia, Tbk.
NGOs Non Governmental organisation / Lembaga Swadaya Masyarakat Salah satu manufaktur produk konsumen terbesar di Indonesia. Berdiri sejak tahun 1933 di Indonesia dan produk
utamanya adalah makanan, perawatan pribadi dan produk rumah. PT. Unilever Indonesia Tbk merupakan
OECD Organisation for Economic Co-operation and Development / Organisasi Kerjasama dan
bagian dari Unilever Grup N.V./Plc yang membuat, memproduksi dan menjual sebagian besar merek Unilever
Pembangunan Ekonomi (seperti Surf, Close-up, dan Clear dan lain-lain) dan beberapa merek lokal seperti Kecap Bango dan teh Sari Wangi.
https://www.unilever.co.id/
PBSP Philippine Business for Social Progress / Bisnis Filipina untuk Kemajuan Sosial
PT. Trimitra Baterai Prakasa
PHBS Pola Hidup Bersih dan Sehat Salah satu eksportir baterai otomotif terbesar di Asia Tenggara dengan merek G-Force. Perusahaan ini
didirikan pada tahun 1991 dan fasilitasnya berada di Cilincing, Jakarta Utara.
RIBHs Responsible and Inclusive Business Hub / Pusat Bisnis Bertanggung Jawab dan Inklusif
http://www.trimitra-baterai.co.id/

04 45
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
IX. Lampiran 2 – Regulasi V. BAB 5 — KESIMPULAN DAN SARAN 35

1. Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 tahun 2007. Undang-undang ini mewajibkan perusahaan yang
VI. BAB 6 — ALAT PENGKAJIAN CSR 37
terkait dengan sumber daya alam untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan, di mana
biaya ini dianggarkan dan diperhitungkan sebagaii biaya perusahaan
VII. PERIHAL PENAWARAN 43
2. Keputusan Menteri BUMN No. Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Bina Lingkungan
(PKBL) - menetapkan badan usaha milik negara (BUMN) untuk melakukan program untuk memperkuat
VIII. Lampiran 1 — SEKILAS PESERTA PENELITIAN 45
usaha kecil melalui penyediaan dana bergulir dan bantuan sosial dan pemberdayaan dana masyarakat yang
diambil dari laba BUMN.

3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan - ini IX. Lampiran 2 — REGULASI 46
adalah peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang No. 40/2007 Pasal 74 tentang kewajiban perusahaan
yang terkait dengan sumber daya alam untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
X. Lampiran 3 — REFERENSI 47
4. Undang-Undang Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007 - dalam UU ini Pasal 15(b) menyatakan bahwa
“Setiap investor berkewajiban untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.”

5. Undang-Undang Minyak dan Gas Nomor 22 Tahun 2001 - dalam UU ini pada pasal 13, ayat 3(p), pembuatan
Kontrak Kerja Sama harus dimuat ketentuan pokok mengenai pengembangan masyarakat lokal untuk
hak-hak masyarakat adat.

6. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanggulangan Kemiskinan - tidak memuat secara
khusus mengenai tanggung jawab sosial perusahaan, tetapi ada klausul bahwa salah satu sumber
pendanaan dalam penanganan masyarakat miskin adalah dari sektor korporasi.

7. Peraturan Menteri Sosial Nomor 13 Tahun 2012 tentang tanggung jawab forum bisnis dalam pelaksanaan
Kesejahteraan Sosial - peraturan tersebut merekomendasikan pembentukan Forum CSR di tingkat provinsi
sebagai sarana kemitraan antara perusahaan dan pemerintah.

46
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
Daftar Isi X. Lampiran 3 – Referensi
Almuttaqi, Ibrahim. ASEAN’s role in Corporate Social Responsibility. The Jakarta Post, 29 January 2013

Asian Development Bank, 2013, IB Impact Assessment Tool. http://www.inclusivebusinesshub.org/


DAFTAR SINGKATAN DAN AKRONIM 04
wp-content/uploads/2015/05/ADBSept2013IBimpactAssessmentToolforPHI2.pdf
KATA PENGANTAR 06
ADB and SNV, 2013. Developing the Business Case for Investing in Inclusive Business in Indonesia – A Market Scoping Study

Center for Ethical Business Cultures (CEBC). 2005. Corporate Social Responsibility The shape of a history, 1945
I. BAB 1 — TENTANG STUDI INI 08
– 2004: History of Corporate Responsibility Project Preliminary project planning paper 2005 Working Paper No. 1
Tujuan 08
Cornel B Juniarto, Hermawan Juniarto, Andika D Riyandi. Corporate Social Responsibility Regulation in Indonesia.
Responden 08 IBA Law Firm Management News, October 2012
Mengapa CSR penting bagi perusahaan dan bagi pembangunan berkelanjutan 09
Dees, J. Gregory. 1998. Enterprising Nonprofits. Harvard Business Review: January – February 1998
CSR strategis dan bisnis inklusif 10
Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH, Corporate Social Responsibility and
CSR 2.0 11 International Cooperation, November 2011
Bisnis inklusif 12 Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH, Responsible and Inclusive
Metodologi 13 Business Hub SEA, Inclusive Business Mapping in Indonesia, March 2014

Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH, Inclusive Business Models-Options
for Support through PSD Programmes, July 2013
II. BAB 2 — PENGGERAK CSR DI INDONESIA 14
Tradisi dan ekspektasi kultural 14 Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH, Inclusive Business Toolbox-Promot-
ing Inclusive Business Models in Development Cooperation Programmes, December 2015
Peraturan 14
Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH, Promoting Inclusive Business
Pedoman CSR internasional 16
Models for Sustainable Development-Experiences of German Development Cooperation, November 2011

European Commission, Directorate-General for Enterprise. Corporate Social Responsibility Awareness-raising


III. BAB 3 — ANALISIS SAMPEL: TEMUAN UMUM 18 questionnaire. https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=0ahUK
Spektrum Aktivitas 18 Ewigr-WMqMXOAhVEtJQKHWVlD54QFgg qMAI&url=http%3A%2F%2Fec.europa.eu%2FDocs-
Room%2Fdocuments%2F10369%2Fattachments%2F1%2Ftranslations%2Fen %2Frenditions%2Fna-
Menjadi lebih strategis 19 tive&usg=AFQjCNHgq142dHK6sJ--9PTkg20ZGbJqHA&cad=rja
Faktor-faktor sukses 23
European Venture Philanthropy Association. European Venture Philanthropy and Social Investment
2013/2014. The EVPA Survey,December 2014
IV. BAB 4 — BISNIS INKLUSIF SEBAGAI CSR STRATEGIS 29 G20 Development Working Group, 2015. Annexes to G20 Inclusive Business Framework
Studi kasus inklusif bisnis 29 Gentile, Federica. Corporate Social Responsibility Regulation in Indonesia. Ubi Business, 14 March, 2014
Peluang 33
Gradert Marie and Engel Peter. A Comparison of 4 International Guidelines for CSR. Danish Business
Tantangan 33 Authority, January 2015
Potensi bisnis inklusif 34 Hendeberg Simon and Lindgren Fredrik. 2009. Bachelor Thesis: CSR in Indonesia - A qualitative study from a
managerial perspective regarding views and other important aspects of CSR in Indonesia

Hofland, Irene. 2012. Research Thesis: The Relationship between CSR and Competitiveness: Indonesian Case. Indonesia
Netherlands Association: University of Twente

47
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
Indonesia Business Links (IBL), 2005: Benchmarking Corporate Citizenship Practices in Indonesia

Hofland, Irene (2012): Research Thesis: The Relationship between CSR and Competitiveness: Indonesian Case.
Indonesia Netherlands Association: University of Twente

Indonesia Business Links (IBL) (2005): Benchmarking Corporate Citizenship Practices in Indonesia

International Finance Corporation (2007): The Next 4 Billion. The market size and business strategy at the base
of the pyramid

International Organization for Standardization (2014): Guidance on social responsibility: Discovering ISO 26000

Kemp, Melody (2001): Corporate Social Responsibility in Indonesia - Quixotic Dream or Confident Expectation?
Technology, Business and Society Programme Paper Number 6: December 2001. United Nations Research Institute
for Social Development (UNRISD)

Nelson, Jane (2015): Business and the Sustainable development Goals-Building Blocks for Success at Scale

Philippine Business for Social Progress (PBSP) Corporate Citizenship Center (2002): Corporate Citizenship
System & Process Management Framework

Philippine Business for Social Progress (PBSP) Corporate Citizenship Center (2003): Benchmarking Corporate
Citizenship Practice 2003 Report

Porter, Michael E. dan Mark R. Kramer (2002): The Competitive Advantage of Corporate Philantrophy. Harvard
Business Review

PT. Adaro Indonesia (2013): Sustainability Report 2012-2013

PT. HM Sampoerna, Tbk. (2015): Annual Report 2015


Dari CSR menuju bisnis inklusif
Sivakumaran, Suba (2016): 10 misconceptions about inclusive business. http://www.theguardian.com/sustainable
- business/ ten-misconceptions-inclusive-business-low-income-communities/.Accessed May 28th 2016

Smart Agribusiness and Food (2015): Annual Report 2014

The Global Reporting Initiative: A range of useful tools for interested companies. https://www.globalreporting.org

The Guardian: 10-lessons-doing-business-base-of-the-pyramid-markets. https://www.theguardian.com/sustainable


-business /10-lessons-doing-business-base-of-the-pyramid-markets

The PractionerHub for Inclusive Business (2016): Developing IB Checklist. http://www.inclusivebusiness


hub.org/wp-content /uploads/2016/05/DevelopingIBChecklist_cobranded_forprint.pdf

United Nations Development Programme (UNDP) (2008): Creating Value for All: Strategies for Doing
Business with the Poor

Visser, Wayne (2011): CSR 2.0: Transforming the Role of Business in Society. Lien Centre for Social Innovation.

48
Dari CSR menuju Bisnis Inklusif
Terbitan

Diterbitkan oleh
APINDO

Gd.Permata Kuningan Lt.10


Jl. Kuningan Mulia Kav. 9C
Guntur - Setiabudi
Jakarta Selatan 12980
Indonesia

Tel. + 62 218378 0824


Fax + 62 218378 0823 / 8378 0746

sekretariat@apindo.or.id
http://www.apindo.or.id/id

Dengan dukungan dari


Sector Programme Cooperation with the Private Sector dan CSR

Diimplementasikan
the Deutsche Gesellschaft fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH

Atas nama
German Federal Ministry for Economic Cooperation and Development (BMZ)

Penulis
APINDO
GIZ

Desain sampul, isi & percetakan


ROV Creative Media, Jakarta

Keterangan pengambil foto


Keterangan pengambil foto ditulis tertulis di masing-masing foto

Tanggal penerbitan
November 2016

Dipublikasikan oleh
Dari CSR menuju bisnis inklusif

Dipublikasikan oleh

You might also like