Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Sarkoro dan Zulfikar, 2016

DANA ALOKASI KHUSUS DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP INDEKS


PEMBANGUNAN MANUSIA
(Studi Empiris pada Pemerintah Provinsi se-Indonesia Tahun 2012-2014)

Hastu Sarkoro
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Surakarta
hastusarkoro58@gmail.com

Zulfikar
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Surakarta
zulfikar@ums.ac.id

ABSTRACT
The purpose of this research is to examine the significant impact of Local Government Expenditure,
General Allocation Fund, Special Allocation Fund and Original Local Government Revenue in Human
Development Index at Province Governance in Indonesia. The method of this research is purposive sampling with
33 province as a sample for every year from 34 province at Indonesia for 2012-2014 period. This research utilizies
secondary data. The data are taken from the website BPS Statistic Indonesia (www.bps.go.id). The data which is
analyzed in this research are collected through the realitation revenue and expenditure of provincial government.
The data which have already collected are processed with classic assumption test before hypothesis test. Hypothesis
test in this research use multiple regression with t test, F test and coefficient determination test. The result of this
research show that partially Local Government Expenditure and Original Local Government Revenue have a
positive significant impact to the Human Development Index. Whereas, General Allocation Fund and Special
Allocation Fund have a negative significant impact to the Human Development Index. Local Government
Expenditure, General Allocation Fund, Special Allocation Fund and Original Local Government Revenue have a
positive significant impact to the Human Development Index simultaneously.

Keywords : Local Government Expenditure, General Allocation Fund, Special Allocation Fund, Original Local
Government Revenue, Human Development Index

Pendahuluan pendapatan daerahnya serta melakukan alokasi untuk


Strategi pembangunan suatu negara harus prioritas pembangunan di daerahnya secara mandiri
mampu meningkatkan sumber daya manusia secara dan diharapkan dapat lebih memeratakan
berkelanjutan. Namun, kenyataannya pembangunan pembangunan sesuai dengan potensi dan aspirasi lokal
nasional secara menyeluruh tidak dapat dilakukan untuk mengembangkan wilayah guna meningkatkan
hanya dengan pengelolaan kewenangan dari kesejahteraan masyarakat. Masyarakat diharapkan juga
pemerintah pusat. Oleh sebab itu, berkaitan dengan turut berperan menjadi subjek pembangunan, bukan
pemerataan pembangunan nasional, khususnya dalam hanya menjadi objek pembangunan, sehingga dapat
hal meningkatkan sumber dana untuk memenuhi memberikan kontribusi bagi kemajuan suatu daerah
kebutuhan masyarakat dalam rangka meningkatkan dan juga kemajuan nasional.
kualitas pembangunan manusia, pemerintah telah Dalam pembangunan ekonomi daerah, proses
mengeluarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 majunya pertumbuhan pertumbuhan suatu daerah
tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang sering ditunjukkan dengan tingkat pertambahan PDRB
Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan dan APBD. Pembangunan daerah dengan APBD
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Kedua merupakan salah satu bentuk campur tangan
undang-undang ini merupakan titik awal berjalannya pemerintah daerah dalam memajukan daerahnya.
otonomi daerah. Maryani (2010) dalam Priambodo (2015) menjelaskan
Dengan kebijakan otonomi daerah, pemerintah bahwa pemerintah menggunakan APBD untuk
daerah memiliki wewenang untuk menciptakan membiayai pembangunan di sektor-sektor terkait

54
Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 1(1), 2016
Sarkoro dan Zulfikar, 2016

pembangunan manusia. Spesifiknya, pemerintah alokasi umum, dana alokasi khusus dan pendapatan
daerah harus bisa mengalokasikan belanja daerah asli daerah mempunyai pengaruh terhadap indeks
melalui pengeluaran pembangunan di sektor-sektor pembangunan manusia.
pendukung untuk meningkatkan IPM. Pada skala
nasional, besaran nilai APBN, baik pendapatan negara
dan hibah, serta belanja negara memiliki tren yang Kajian Pustaka dan Pengembangan
meningkat setiap tahunnya. Kenaikan anggaran Hipotesis
tersebut merupakan indikator tumbuhnya Teori Keagenan
perekonomian Indonesia secara garis besar. Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam
Peningkatan anggaran pemerinah tidak hanya terjadi Ardiansyah dan Widiyaningsih (2014) masalah
pada pemerintah pusat melalui APBN-nya, namun keagenan dapat muncul karena setiap individu
juga pada pemerintah daerah melalui APBD-nya. diasumsikan akan mempunyai preferensi untuk
Kenaikan anggaran pada APBD tingkat kabupaten di memaksimalkan utilitas pribadi yang kemungkinan
Indonesia bukan hanya menjadi indikator kemajuan besar berlawanan dengan kepentingan individu lain.
perekonomian daerah, namun juga indikator bahwa Permasalahan hubungan keagenan ini mengakibatkan
kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal terjadinya asimetri informasi dan konflik kepentingan.
sudah semakin baik Menurut Scott dalam Ardiansyah dan Widiyaningsih
Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014, asimetri informasi dibedakan menjadi dua, yakni
2004, desentralisasi merupakan penyerahan wewenang adverse selection dan moral hazard. Adverse selection
pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah yaitu jenis asimetri informasi di mana ada pihak yang
otonom untuk mengatur dan mengurus urusan terkait dengan transaksi perusahaan yang memiliki
pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik manfaat informasi sedangkan pihak lain tidak memiliki
Indonesia. Berdasarkan asas desentralisasi, manfaat informasi yang sama. Sedangkan moral
pembiayaan penyelenggaraan pembangunan hazard adalah jenis asimetri informasi di mana ada
Pemerintah Daerah dilakukan atas beban APBD. pihak yang terkait dengan transaksi perusahaan yang
Pemerintah mengalokasikan dana untuk peningkatan dapat mengamati secara langsung berjalannya tranaksi
pelayanan tersebut dalam bentuk alokasi belanja tersebut, padahal pihak lain tidak dapat melakukan hal
daerah yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan yang sama.
kualitas hidup masyarakatnya. Keterkaitan teori keagenan (agency theory)
Sumber-sumber keuangan utama daerah yang dalam penelitian ini dapat dilihat melalui hubungan
digunakan untuk membiayai belanja daerah adalah antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berupa dalam penyaluran dana perimbangan dan juga
pendapatan pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan hubungan antara masyarakat yang diproksikan oleh
hasil pengelolaan daerah yang dipisahkan, dan lain- DPRD (prinsipal) dengan pemerintah daerah (agen).
lain PAD yang sah. Adanya ketimpangan PAD antara Pemerintah pusat mendelegasikan wewenang kepada
satu provinsi dengan provinsi yang lain di Indonesia, pemerintah daerah dalam mengelola rumah tangga
maka melalui Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 daerahnya sendiri. Oleh karena itu, sebagai
terdapat sumber lainnya yang dapat digunakan dalam konsekuensi dari pendelegasian wewenang tersebut,
pembangunan daerah yaitu dana perimbangan yang pemerintah pusat menurunkan dana perimbangan yang
terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi tujuannya adalah membantu pemerintah daerah, baik
Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil (DBH), serta dalam mendanai kebutuhan pemerintahan sehari-hari
lain-lain pendapatan yang sah. maupun dalam memberi pelayanan publik yang lebih
Penelitian mengenai pengaruh faktor-faktor baik kepada masyarakat.
terhadap Indeks Pembangunan Manusia ini telah Disamping itu, teori keagenan juga tersirat
dilakukan oleh para peneliti terdahulu, diantaranya dalam hubungan pemerintah daerah dengan
yaitu: Ardiansyah dan Widiyaningsih (2014) serta masyarakat. Masyarakat sebagai prinsipal telah
Priambodo (2015). Penelitian ini mereplikasi dari memberikan sumber daya kepada daerah berupa
penelitian diatas. Dalam penelitian tersebut dibahas pembayaran pajak daerah, retribusi dan sebagainya
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Indeks untuk dapat meningkatkan pendapatan asli daerah.
Pembangunan Manusia), yaitu PAD, DAU dan DAK. Pemerintah daerah selaku agen dalam hal ini, sudah
Peneliti menambahkan variabel belanja daerah dari seharusnya memberikan timbal balik kepada
penelitian Priambodo (2015) dikarenakan penelitian masyarakat dalam bentuk pelayanan publik yang
sebelumnya belanja daerah berpangaruh positif memadai, yang didanai oleh pendapatan daerah itu
terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Berdasarkan sendiri.
pembahasan diatas maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui apakah belanja daerah, dana Teori Peacock-Wiseman

55
Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 1(1), 2016
Sarkoro dan Zulfikar, 2016

Teori Alan T. Peacock dan Jack Wiseman 3. Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri)
didasarkan pada suatu analisis penerimaan Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pedoman
pengeluaran pemerintah. Pemerintah selalu berusaha Pengelolaan Keuangan Daerah.
memperbesar pengeluarannya dengan memaksimalkan Dari ketiga peraturan perundang-undangan
penerimaan dari pajak, padahal masyarakat tidak tersebut maka pengertian mengenai belanja daerah
menyukai pembayaran pajak yang besar untuk adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui
membiayai pengeluaran pemerintah yang semakin sebagai pengurangan nilai kekayaan bersih. Dalam
besar tersebut. Meningkatnya pengeluaran pajak penggunaannya, belanja daerah diprioritaskan untuk
mengakibatkan pengeluaran pemerintah juga melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi
meningkat. Dalam keadaan normal meningkatnya kewenangan provinsi atau kabupaten/kota berdasarkan
GNP menyebabkan penerimaan pemerintah yang kelompok belanja sesuai Permendagri No. 13 Tahun
semakin besar, begitu juga dengan pengeluaran 2006 yaitu belanja tidak langsung, yang meliputi
pemerintah menjadi semakin besar (Prasetya dalam belanja pegawai, belanja bunga, belanja subsidi,
Priambodo, 2015). belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi
Berdasarkan hasil empiris penyelidikan Alan T. hasil, bantuan keuangan dan belanja tak terduga; dan
Peacock dan Jack Wiseman menekanan pada pola belanja langsung, yang meliputi belanja pegawai,
waktu, didapatkan bahwa perkembangan pengeluaran belanja barang dan jasa dan belanja modal.
pemerintah bukan bersifat continous growth, Belanja tidak langsung merupakan belanja yang
melainkan seperti tangga rumah, yang istilahnya tidak dipengaruhi secara langsung oleh ada tidaknya
adalah steplike. Mengapa pengeluaran dan penerimaan program dan kegiatan SKPD, sedangkan belanja
pemerintah berkembang seperti tangga rumah tersebut, langsung merupakan belanja yang dipengaruhi secara
dikarenakan tiga efek yang saling berhubungan langsung oleh adanya program dan kegiatan SKPD
meskipun dapat dipisahkan, yaitu displacement effect, yang kontribusinya terhadap pencapaian prestasi kerja
inspection effect, dan concentration effect. Kenaikan dapat diukur.
yang bersifat menanjak disebakan karena guncangan-
guncangan sosial yang besar seperti perang dan Dana Alokasi Umum
depresi. Gangguan tersebut menimbulkan Menurut UU Nomor 33 tahun 2004, Dana
displacement effect yang berupa kenaikan pengeluaran Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber
dan pajak secara mutlak (Soepangat dalam Priambodo, dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan
2015). tujuan pemerataan kemampuan keuangan antardaerah
untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
Indeks Pembangunan Manusia pelaksanaan desentralisasi. DAU berperan dalam
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/Human pemerataan horizontal (horizontal equalization), yaitu
Development Index (HDI) adalah pengukuran dengan menutup celah fiskal (fiscal gap) yang berada
perbandingan dari harapan hidup, pendidikan dan diantara kebutuhan fiskal dan potensi ekonomi yang
standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. HDI dimiliki daerah. DAU sering disebut bantuan tak
digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah bersyarat (unconditional grants) karena merupakan
negara adalah negara maju, negara berkembang atau jenis transfer antar tingkat pemerintah yang tidak
negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh terikat dengan program pengeluaran tertentu.
dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup. Berdasarkan konsep fiscal gap tersebut,
Jika fasilitas publik dapat terpenuhi maka masyarakat distribusi DAU kepada daerah-daerah yang memiliki
merasa nyaman dan dapat menjalankan usahanya kemampuan relatif besar akan lebih kecil dan
dengan efisien dan efektif sehingga pada akhirnya sebaliknya daerah-daerah yang mempunyai
akan menciptakan hidup yang sehat dan harapan hidup kemampuan keuangan relatif kecil akan memperoleh
lebih panjang, meningkatkan kualitas pendidikan dan DAU yang relatif besar. Dengan konsep ini sebenarnya
standart kehidupan masyarakat. daerah yang fiscal capacity-nya lebih besar dari fiscal
needs hitungan DAU-nya akan negatif.
Belanja Daerah
Pengertian mengenai belanja didasarkan pada Dana Alokasi Khusus
beberapa peraturan perundang-undangan adalah Menurut UU Nomor 33 tahun 2004, Dana
sebagai berikut : Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang berasal dari
1. Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2003 APBN, yang dialokasikan kepada daerah untuk
tentang Keuangan Negara. membiayai kebutuhan khusus yang merupakan urusan
2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 58 Tahun 2005 daerah dan sesuai dengan prioritas nasional dengan
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. tetap memperhatikan ketersediaan dana dalam APBN.
DAK dapat juga disebut dana infrastuktur karena

56
Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 1(1), 2016
Sarkoro dan Zulfikar, 2016

merupakan belanja modal untuk membiayai investasi www.djpk.kemenkeu.go.id dan situs www.bps.go.id.
pengadaan dan/atau perbaikan sarana dan prasarana Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Pendapatan
fisik dengan umur ekonomis yang panjang. Namun Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi
dalam keadaan tertentu, DAK dapat juga membantu Khusus berpengaruh signifikan terhadap Indeks
biaya pengoperasian dan pemeliharaan sarana dan Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Provinsi
prasarana tertentu untuk periode terbatas. Jawa Tengah.
Sesuai dengan UU Nomor 25 Tahun 1999, Setyowati dan Suparwati (2012) melakukan
yang dimaksud dengan kebutuhan khusus adalah penelitian Indeks Pembangunan Manusia dengan
sebagai berikut : variabel independennya pertumbuhan ekonomi, DAU,
1. Kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan DAK dan PAD serta Belanja Modal sebagai Variabel
dengan menggunakan rumus alokasi umum, Intervening. Hasil penelitiannya adalah DAU, DAK,
dalam pengertian kebutuhan yang tidak sama PAD dan Belanja Modal berpengaruh positif terhadap
dengan kebutuhan Daerah lain, misalnya: Indeks Pembangunan Manusia sedangkan
kebutuhan di kawasan transmigrasi, kebutuhan pertumbuhan ekonomi tidak beropengaruh positif. Hal
beberapa jenis investasi/prasarana baru, itu terjadi dikarenakan pemerintah kabupaten dan kota
pembangunan jalan di kawasan terpencil, sedang memaksimalkan otonomi daerah di jawa
saluran irigasi primer, dan saluran drainase tengah sehingga dana perimbangan dan pendapatan
primer; asli daerah bisa menjelaskan pembangunan manusia
2. Kebutuhan yang merupakan komitmen atau suatu daerah di jawa tengah.
prioritas nasional. Penelitian tentang Pengaruh Belanja
Pemerintah Daerah terhadap Indeks Pembangunan
Pendapatan Asli Daerah Manusia di Pulau Jawa tahun 2007-2013. Dimana
Menurut UU Nomor 33 Tahun 2004, dalam 4 variabel independen yaitu belanja daerah,
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan belanja modal, belanja pegawai dan pertumbuhan
yang diperoleh daerah dari sumber-sumber di dalam ekonomi berpengaruh signifikan terhadap Indeks
daerahnya sendiri yang dipungut berdasarkan Pembangunan Manusia (Priambodo, 2015). Hal itu
peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang- terjadi dikarenakan dukungan aktivitas ekonomi
undangan yang berlaku. Pendapatan asli daerah khususnya di sektor swasta, maka pendapatan pajak
merupakan tulang punggung pembiayaan daerah, oleh akan tinggi. Tingginya penyerapan pajak akan
karenanya kemampuan melaksanakan ekonomi diukur menghasilkan PAD yang semakin besar yang
dari besarnya kontribusi yang diberikan oleh kemudian dialokasikan ke dalam belanja daerah yang
pendapatan asli daerah terhadap APBD, semakin besar berimbas pada pemanfaatan kesejahteraan masyarakat,
kontribusi yang dapat diberikan oleh pendapatan asli contohnya belanja bantuan sosial dan belanja modal.
daerah terhadap APBD berarti semakin kecil Penelitian terhadap Indeks Pembangunan
ketergantungan pemerintah daerah terhadap bantuan Manusia pernah Lugastoro (2013) lakukan,
pemerintah pusat. Dalam UU Nomor 33 Tahun 2004 menunjukkan hasil bahwa Pengaruh PAD dan Dana
Pasal 6, sumber-sumber PAD terdiri dari: (1) pajak Perimbangan berpengaruh terhadap Indeks
daerah, (2) retribusi daerah, (3) hasil pengelolaan Pembangunan Manusia. Hasil estimasi penelitian
kekayaan daerah yang dipisahkan dan (4) lain-lain menunjukkan bahwa rasio PAD dan DAK terhadap
PAD yang sah. belanja modal dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh
positif signifikan terhadap IPM sedangkan variabel
Penelitian Terdahulu DAU berpengaruh negatif signifikan. Sementara itu
Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan rasio DBH terhadap belanja modal menjadi satu-
faktor-faktor yang mempengaruhi Indeks satunya variabel yang tidak signifikan mempengaruhi
Pembangunan Manusia terdiri dari ; Belanja Daerah, IPM. Pertumbuhan ekonomi menjadi variabel dengan
Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan pengaruh paling dominan terhadap IPM.
Pendapatan Asli Daerah telah dilakukan oleh beberapa Putra dan Ulupui (2015) tentang Pendapatan
peneliti, seperti ditunjukkan berikut ini : Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi
Ardiansyah dan Widiyaningsih (2014) tentang Khusus untuk Meningkatkan Indeks Pembangunan
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Manusia. Pada penelitian ini variabel independennya
Umum dan Dana Alokasi Khusus terhadap Indeks adalah Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum
Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota Provinsi Jawa dan Dana Alokasi Khusus. Hasil dari penelitian ini
Tengah. Pada penelitian ini variabel independennya menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah dan
adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Dana Alokasi Khusus mampu meningkatkan Indeks
Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) Pembangunan Manusia. Sedangkan Dana Alokasi
dengan mengambil data dari situs Umum tidak mampu menigkatkan IPM.

57
Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 1(1), 2016
Sarkoro dan Zulfikar, 2016

Harahap (2011) meneliti tentang pengaruh terhadap Indeks Pembangunan manusia. Sementara
Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Setyowati dan Suparwati (2012) menunjukkan
Bagi Hasil terhadap Indeks Pembangunan Manusia penelitian dengan hasil yang sama bahwa DAU
pada Kabupaten/Kota Sumatra Utara. Hasil berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan
penelitiannya menunjukkan bahwa secara parsial Manusia. Berdasarkan uraian tersebut maka
ketiga variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap hipotesisnya adalah
Indeks Pembangunan Manusia disebabkan sektor- H2 : Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap
sektor yang mempunyai pengaruh tinggi terhadap Indeks Pembangunan Manusia.
peningkatan IPM ialah sektor yang mengurangi
kesenjangan yaitu sektor perdagangan, tenaga kerja Pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap Indeks
dan industri. Sedangkan Sektor-sektor infrastruktur Pembangunan Manusia
memiliki pengaruh langsung relatif kecil terhadap Dana Alokasi Khusus (DAK) dialokasikan
peningkatan IPM. untuk mendanai pelayanan publik yang ada di daerah
kabupaten/kota guna mengurangi kesenjangan
Pengembangan Hipotesis pelayanan publik antardaerah. Jika dilihat
Pengaruh Belanja Daerah terhadap Indeks pengeluaran-pengeluaran yang diperuntukkan dari
Pembangunan Manusia DAK, pengeluaran tersebut sebagian besar merupakan
Adanya kewenangan yang diberikan daerah pengeluaran yang dialokasikan pada belanja modal.
untuk mengurusi rumah tangganya sendiri termasuk Oleh sebab itu, DAK akan sangat berpengaruh pada
dalam penyususan anggaran yang diatur dalam UU peningkatan belanja modal guna meningkatkan
No. 32/2004, memberikan kesempatan bagi pelayanan publik di daerah tersebut. Penggunaan DAK
pemerintah daerah agar mengelola pembangunan dalam alokasi belanja modal secara optimal akan
daerahnya sesuai dengan proporsional daerah masing- mampu meningkatkan kualitas pembangunan manusia,
masing. Anggaran Belanja Daerah akan mempunyai baik di bidang pendidikan, kesehatan, sosial, maupun
peran riil dalam peningkatan kualitas layanan publik pelayanan umum. Penelitian Ardiansyah dan
dan sekaligus menjadi stimulus bagi perekonomian Widiyaningsih (2014) menunjukkan bahwa DAK
daerah apabila terealisasi dengan baik. Dengan berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan
demikian, secara ideal seharusnya Belanja Daerah manusia. Penelitian lainnya Setyowati dan Suparwati
dapat menjadi komponen yang cukup berperan dalam (2012) juga menunjukkan bahwa DAK berpengaruh
peningkatan akses masyarakat terhadap sumber- terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Berdasar
sumber daya ekonomi yang bermanfaat bagi uraian tersebut maka hipotesisnya adalah :
kesejahteraan masyarakat. Penelitian Priambodo H3 : Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap
(2015) menunjukan bahwa belanja daerah Indeks Pembangunan Manusia.
berpengaruh signifikan terhadap IPM sejalan dengan
deskripsi diatas. Oleh karena itu hipotesis dalam Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap
penelitian ini adalah Indeks Pembangunan Manusia
H1 : Belanja daerah berpengaruh terhadap Indeks Kebijakan desentralisasi ditujukan untuk
Pembangunan Manusia. mewujudkan kemadirian daerah, pemerintah daerah
otonom mempunyai kewenangan untuk mengatur dan
Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Indeks mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut
Pembangunan Manusia prakarsa sendiri berdasar aspirasi masyarakat (UU No.
Dana Alokasi Umum (DAU) diberikan oleh 34/2004). Kemampuan daerah untuk menyediakan
pemerintah pusat untuk mengurangi kesenjangan fiskal pendanaan yang berasal dari daerah sangat tergantung
antar daerah sehingga terjadi pembangunan yang pada kemampuan merealisasikan potensi ekonomi
merata di setiap daerah. DAU diharapkan dapat tersebut menjadi bentuk-bentuk kegiatan ekonomi
membantu pemerintah dalam memenuhi kebutuhan yang mampu menciptakan perguliran dana untuk
daerahnya sehingga mampu meningkatkan kualitas pembangunan daerah yang berkelanjutan (Darwanto
pembanagunan manusia di daerah tersebut. Oleh sebab dan Yustikasari dalam Setyowati dan Suparwati,
itu, pemerintah daerah diharapkan mampu mengelola 2012).
dana ini dengan baik dan mengalokasikan untuk PAD merupakan sumber pembiayaan yang
membiayai pengeluaran daerah yang berorientasi pada paling penting dalam mendukung kemampuan daerah
peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui dalam menyelenggarakan otonomi daerah. Dalam
pembangunan dan perbaikan pelayanan kepada konteks ini, PAD sebagai pengukur pendapatan sendiri
masyarakat yang dialokasikan pada belanja modal. daerah sangat diharapkan sebagai sumber pembiayaan
Penelitian Badrudin dan Khasanah (2012) untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat
menunjukkan bahwa DAU berpengaruh positif (Abdullah dan Solichin, dalam (Setyowati dan

58
Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 1(1), 2016
Sarkoro dan Zulfikar, 2016

Suparwati, 2012). Berdasarkan uraian tersebut maka  70 ≤ IPM < 80 : IPM tinggi
hipotesisnya adalah :  IPM ≥ 80 : IPM sangat tinggi
H4 : Pendapatan Asli Daerah berpengaruh terhadap
Indeks Pembangunan Manusia. Belanja Daerah
Belanja Daerah merupakan besarnya total
realisasi belanja daerah dibagi dengan total realisasi
Metode Penelitian pengeluaran daerah. Pengukuran belanja daerah dalam
Sumber Data penelitian ini didasarkan pada penelitian yang telah
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dilakukan oleh Pratowo, Nur Isa (2012). Berikut
dengan menggunakan data sekunder yang berasal dari penjabaran pengukuran variabel yang dilakukan untuk
Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia mengukur belanja daerah:
(www.bps.go.id).

Populasi, Sampel dan Metode Pengambilan Sampel


Populasi dan sampel dalam penelitian ini
adalah Provinsi se-Indonesia tahun 2012-2014. Dana Alokasi Umum (DAU)
Metode penentuan sampel dalam penelitian ini Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan dana
digunakan purposive sampling yaitu pengambilan yang berasal dari APBN, yang dialokasikan dengan
sampel dengan menggunakan kriteria-kriteria yang tujuan pemerataan kemampuan keuangan daerah untuk
ditentukan berdasarkan kebijakan dari peneliti. membiayai kebutuhan pengeluarannnya dalam rangka
Penelitian ini menggunakan kriteria pengambilan pelaksanaan desentralisasi. Pengukuran DAU dalam
sampel seperti berikut ini: penelitian ini didasarkan pada penelitian yang telah
1. Menerbitkan Laporan Keuangan berturut-turut dilakukan oleh Marizka, Reza (2013). Berikut
tahun 2012-2014. penjabaran pengukuran variabel yang dilakukan untuk
2. Dipublikasikan pada website www.bps.go.id. mengukur DAU :
3. Memiliki data IPM yang lengkap dan konsisten
tahun 2012-2014
4. Memiliki data yang konsisten dan lengkap terkait
Belanja Daerah, Pendapatan Asli Daerah, Dana
Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus. Dana Alokasi Khusus (DAK)
Berdasarkan kriteria diatas, didapatkan 33 Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan dana
sampel dari 34 populasi yang memenuhi kriteria yang berasal dari APBN, yang dialokasikan kepada
tersebut, sehingga jumlah sampelnya 99 (33 dikali 3 daerah untuk membantu membiayai kebutuhan khusus.
tahun). Pengukuran DAK dalam penelitian ini didasarkan pada
penelitian yang telah dilakukan oleh Marizka, Reza
Teknik Pengumpulan Data (2013). Berikut penjabaran pengukuran variabel yang
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dilakukan untuk mengukur DAK :
dengan teknik dokumentasi, yakni peneliti melakukan
pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari Badan
Pusat Statistik (BPS) Indonesia. Selain itu, peneliti
juga melakukan studi kepustakaan yakni buku-buku Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan permasalahan Dalam penelitian ini menggunakan rasio
yang diteliti. efektivitas dari PAD yang merupakan rasio digunakan
untuk mengukur hubungan antara besarnya hasil
Variabel Pengukuran pemungutan PAD (realisasi) dengan besarnya
Indeks Pembangunan Manusia Pendapatn Daerah. Pengukuran PAD dalam penelitian
Indeks Pembangunan Manusia didasarkan pada ini didasarkan pada penelitian yang telah dilakukan
4 variabel berdasarkan booklet IPM metode baru yaitu: oleh Marizka, Reza (2013). Berikut penjabaran
Angka Harapan Hidup Saat Lahir (AHH), Rata-rata pengukuran variabel yang dilakukan untuk mengukur
Lama Sekolah (RLS), Angka Harapan Lama Sekolah PAD :
(HLS) dan Pengeluaran per Kapita Disesuaikan. Untuk
melihat capaian IPM antar wilayah dapat dilihat
melalui pengelompokkan IPM ke dalam beberapa
kategori, yaitu : Analisis Regresi Berganda
 IPM < 60 : IPM rendah Dalam penelitian ini, dinyatakan dengan
 60 ≤ IPM < 70 : IPM sedang persamaan:

59
Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 1(1), 2016
Sarkoro dan Zulfikar, 2016

IPM = α + β1BD + β2DAU + β3PDAK + β4PAD + ε sebaran data normal. Hasil uji multikolinieritas
Keterangan : diketahui nilai tolerance BD sebesar 0,892, DAU
IPM = Indeks Pembangunan Manusia sebesar 0,127, DAK sebesar 0,121 dan PAD sebesar
α = Konstanta 0,603 menunjukan bahwa semua variabel independen
BD = Belanja Daerah memiliki nilai tolerance lebih dari 0,1 (10%) dan hasil
DAU = Dana Alokasi Umum perhitungan juga menunjukan bahwa nilai VIF
DAK = Dana Alokasi Khusus variabel bebas yaitu BD sebesar 1,121, DAU sebesar
PAD = Pendapatan Asli Daerah 7,852, DAK sebesar 8,232 dan PAD sebesar 1,658
Ε = eror kurang dari 10, artinya tidak ada kolerasi antar
variabel bebas. Jadi dapat disimpulkan tidak ada gejala
Pengujian Hipotesis (uji t) multikolinieritas dalam model regresi.
Uji statistik t untuk melihat pengaruh variabel Hasil uji heteroskedastisitas juga menunjukan
bebas terhadap variabel terikat dengan asumsi variabel tidak ada gangguan heteroskedastisitas yang terjadi
lain dianggap tetap. Taraf nyata yang digunakan dalm grafik scatterplot sebab terlihat bahwa titik-titik
adalah α = 5 persen, df = (n-k). Kriteria uji t adalah H0 menyebar secara acak diatas dan dibawah angka 0
diterima jika thitung ≤ ttabel, sebaliknya H0 ditolak jika pada sumbu Y. Uji asumsi klasik terakhir yaitu uji
thitung ≥ ttabel. autokorelasi. Diketahui nilai Durbin Watson sebesar
1,960 tersebut terletak di antara nilai dU (1,7575) dan
4-dU (2,2425), sehingga dapat menunjukan bahwa
Hasil dan Pembahasan tidak terjadi autokolerasi antar nilai residual.
Hasil Pemilihan Sampel
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan Uji Ketepatan Model
pada bab sebelumnya, maka diperoleh sampel dari Uji F
penelitian selama 2012 sampai 2014 adalah sebanyak Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui hasil uji F
33 provinsi se-Indonesia, 1 provinsi tidak masuk diperoleh nilai Fhitung sebesar 20,476 > Ftabel (2,47)
sampel yaitu provinsi Kalimantan Utara. Adapun pada tingkat signifikan 0,05 maka dapat disimpulkan
daftar pemerintah provinsi adalah sebagai berikut : bahwa secara keseluruhan variabel-variabel
Tabel 1 independen yang meliputi Belanja Daerah, Dana
Data sampel penelitian Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK)
No Provinsi No Provinsi dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) mempunyai
1 Aceh 18 NTB pengaruh secara simultan terhadap Indeks
2 Sumatera Utara 19 NTT Pembangunan Manusia (IPM).
3 Sumatera Barat 20 Kalimantan Barat
4 Riau 21 Kalimantan Tengah Koefisien Determinasi
5 Jambi 22 Kalimantan Selatan Berdasarkan hasil analisis seperti yang tersaji
6 Sumatera Selatan 23 Kalimantan Timur pada tabel 3 dapat diketahui bahwa nilai Adjusted R
7 Bengkulu 24 Sulawesi Utara Square sebesar 0,443 yang berarti variabilitas variabel
8 Lampung 25 Sulawesi Tengah dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen
9 Bangka Belitung 26 Sulawesi Selatan sebesar 44,3% perubahan naik atau turunnya Indeks
10 Kepulauan Riau 27 Sulawesi Tenggara Pembangunan Manusia (IPM) provinsi se-Indonesia
11 Dki Jakarta 28 Gorontalo dapat dijelaskan oleh indikator-indikator pendorong
12 Jawa Barat 29 Sulawesi Barat terjadinya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yaitu
13 Jawa Tengah 30 Maluku Belanja Daerah, Dana Alokasi Umum (DAU), Dana
14 DI. Yogyakarta 31 Maluku Utara Alokasi Khusus (DAK) dan Pendapatan Asli Daerah
15 Jawa Timur 32 Papua Barat (PAD). Sedangkan, 55,7% dijelaskan oleh variabel-
variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
16 Banten 33 Papua
17 Bali
Analisis Regresi Berganda
Teknik yang digunakan pada penelitian ini
Uji Asumsi Klasik
adalah menggunakan model regresi berganda yang
Hasil penelitian ini telah lulus uji asumsi klasik,
pada umumnya digunakan untuk menguji dua atau
dimana dari hasil perhitungan diketahui besar
lebih variabel independen terhadap variabel dependen.
Kolmogorov-Smirnov 0,938 dengan signifikansi 0,343
Hasil analisis regresi berganda dapat dilihat dalam
sehingga semua variabel diketahui lebih besar dari α (p
tabel 2 hasil analisis regresi berganda berikut ini:
> 0,05), maka dapat dinyatakan data residual
Tabel 2
berdistribusi normal atau seluruh data memiliki
Hasil Analisis Regresi Berganda

60
Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 1(1), 2016
Sarkoro dan Zulfikar, 2016

Model B Std. eror bahwa belanja daerah berpengaruh terhadap Indeks


Pembangunan Manusia (IPM).
(Constant) 75.677 4.145 Variabel Dana Alokasi Umum (DAU) memiliki
thitung 0,936 dan nilai signifikansi sebesar 0,352 > 0,05
BD -.163 .047
yang berarti bahwa H0 diterima dan H2 ditolak. Maka
DAU .047 .050 dapat disimpulkan bahwa Dana Alokasi Umum (DAU)
DAK -.577 .777 tidak berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan
Manusia (IPM).
PAD .144 .023 Variabel Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dari hasil tabel 2 dapat disusun persamaan memiliki thitung -0,742 dan nilai signifikansi sebesar
regresi sebagai berikut : 0,460 > 0,05 yang berarti bahwa H0 diterima dan H3
IPM = 75,677 – 0,163 BD + 0,047 DAU – 0,577 ditolak. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa Dana
DAK + 0,144 PAD + e Alokasi Khusus (DAK) tidak berpengaruh terhadap
Berdasarkan persamaan tersebut maka Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
interpretasinya adalah Hasil konstanta sebesar 75,677 Variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD)
berarti apabila variabel belanja daerah, dana alokasi memiliki thitung 6,256 dan nilai signifikansi sebesar
umum, dana alokasi khusus dan pendapatan asli daerah 0,000 < 0,05 yang berarti H0 ditolak dan H4 diterima.
tidak ada atau sama dengan 0 maka Indeks Sehingga, dapat disimpulkan bahwa Pendapatan Asli
Pembangunan Manusia (IPM) sebesar 75,677. Daerah (PAD) berpengaruh terhadap Indeks
Koefisien variabel Belanja Daerah sebesar -0,163. Hal Pembangunan Manusia (IPM).
ini berarti apabila variabel Belanja Daerah naik, maka
variabel Indeks Pembangunan Manusia (IPM) akan Pengaruh Belanja Daerah terhadap Indeks
turun sebesar 0,163. Pembangunan Manusia
Koefisien variabel Dana Alokasi Umum (DAU) Berdasarkan hasil analisis variabel belanja
sebesar +0,047. Hal ini berarti apabila variabel Dana daerah memiliki thitung -3,425 dan nilai signifikan 0,001
Alokasi Umum (DAU) naik, maka variabel Indeks > 0,05, artinya belanja daerah berpengaruh terhadap
Pembangunan Manusia (IPM) akan naik sebasar indeks pembangunan manusia, dengan demikian
0,047. Koefisien variabel Dana Alokasi Khusus hipotesis pertama dalam penelitian ini diterima.
(DAK) sebesar -0,577. Hal ini berarti apabila variabel Anggaran Belanja Daerah akan mempunyai peran riil
Dana Alokasi Khusus (DAK) naik, maka variabel dalam peningkatan kualitas layanan publik dan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) akan turun sekaligus menjadi stimulus bagi perekonomian daerah
sebesar 0,577. Koefisien variabel Pendapatan Asli apabila terealisasi dengan baik. Dengan demikian,
Daerah (PAD) sebesar +0,144. Hal ini berarti apabila secara ideal seharusnya Belanja Daerah dapat menjadi
variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD) naik, maka komponen yang cukup berperan dalam peningkatan
variabel Indeks Pembangunan Manusia (IPM) akan akses masyarakat terhadap sumber-sumber daya
naik sebesar 0,144. ekonomi yang bermanfaat bagi kesejahteraan
masyarakat.
Uji Hipotesis (uji t) Peran Belanja Daerah terlihat dalam
Tabel 3 mengalokasikan dana yang diperoleh dari penerimaan
Hasil Uji Hipotesis pajak yang digunakan untuk pembangunan
Variabel T Sig Keterangan infrastruktur/ prasarana (misalnya pembangunan jalan,
(Constant) bendungan, dan lainnya), penyediaan layanan umum
BD -3.425 .001 Signifikan seperti kesehatan dan pendidikan, serta dana hibah dan
DAU .936 .352 Tidak Signifikan bantuan sosial kepada berbagai pihak. Pembangunan
DAK -.742 .460 Tidak Signifikan infrastruktur akan mempekerjakan banyak tenaga
PAD 6.256 .000 Signifikan kerja, yang diberikan pendapatan sebagian dari
R2 =0,682 F hit = 20,476 padanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan
Adjusted R2 =0,443 F tab = 2,47 hidupnya, yang kemudian akan diikuti oleh kenaikan
T tabel =1,985 tingkat konsumsi. Peningkatan konsumsi masyarakat
Sumber : Data Sekunder 2016, Diolah akan mendorong peningkatan produksi, dan dampak
Berdasarkan hasil uji statistik yang disajikan multiple effect ini akan semakin meningkat dan
pada tabel uji hipotesis dapat diintepretasikan bahwa berkelanjutan, maka hasilnya dapat dilihat kemudian
variabel belanja daerah memiliki thitung -3,425 dan nilai adalah pengangguran dapat diatasi, kemiskinan
signifikansi sebesar 0,001 < 0,05. Hal ini berarti H0 diturunkan, dan kesejahteraan masyarakat meningkat.
ditolak dan H1 diterima. Sehingga, dapat disimpulkan Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian
Pratowo (2012) dan Priambodo (2015) serta Suriyati

61
Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 1(1), 2016
Sarkoro dan Zulfikar, 2016

(2015). Namun, penelitian ini tidak konsisten dengan sangat berperan penting dalam peningkatan kualitas
penelitian, Badrudin dan Khasanah (2011). pembangunan manusia di tiap-tiap provinsi.
Sesuai dengan semangat desentralisasi untuk
Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Indeks meningkatkan kemandirian daerah melalui
Pembangunan Manusia kemandirian fiskal, pemerintah provinsi harus lebih
Berdasarkan hasil analisis variabel dana alokasi fokus dalam upaya-upaya peningkatan pendapatan asli
umum memiliki thitung 0,936 dan nilai signifikan 0,352 daerah dengan menggali sumber-sumber keuangan
> 0,05, artinya dana alokasi umum tidak berpengaruh sendiri untuk membiayai belanja daerah. Namun perlu
terhadap indeks pembangunan manusia, dengan pertimbangkan bahwa upaya-upaya peningkatan PAD
demikian hipotesis kedua dalam penelitian ini ditolak. juga harus melihat sumber daya dan kemampuan
Tidak adanya pengaruh DAU terhadap indeks daerah sehingga tidak terjadi trade off dimana
pembangunan manusia disebabkan karena keinginan yang menggebu untuk mendongkrak PAD
pengalokasian DAU lebih difokuskan pada tujuan lain, justru menjadi disinsentif yang mematikan potensi
seperti meningkatkan kualitas perekonomian daerah ekonomi (investasi) daerah. Kondisi ini terjadi jika
tersebut. Selain itu, DAU sebagian besar digunakan pemerintah daerah membuat banyak kebijakan melalui
untuk belanja pegawai. Ini bisa dilihat dari formulasi peraturan daerah (Perda) pajak dan retribusi tanpa
DAU yang memasukkan komponen alokasi dasar melihat kemampuan daerah sehinngga membuat
sebagai komponen utama yang mendominasi masyarakat terbebani dan membuat pelaku usaha
keseluruhan DAU yang diterima oleh daerah. Alokasi segan untuk melakukan investasi atau ekspansi usaha
dasar merupakan alokasi anggaran yang digunakan di daerah tersebut.
untuk belanja pegawai (Ardiansyah dan Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian
Widiyaningsih, 2014). Setyowati dan Suparwati (2012) dan Ardiansyah dan
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Widiyaningsih (2014). Namun, penelitian ini tidak
Ardiansyah dan Widiyaningsih (2014) dan Adiputra, konsisten dengan penelitian Anggraini dan Sutaryo
Yantari, dan Darmada (2015). Namun, penelitian ini (2015).
tidak konsisten dengan penelitian Setyowati dan
Suparwati (2012). Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
Pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap Indeks
secara parsial bahwa hipotesis pertama (H1) yaitu
Pembangunan Manusia
Berdasarkan hasil analisis variabel dana alokasi Belanja Daerah dan hipotesis keempat (H4) yaitu
khusus memiliki thitung -0,742 dan nilai signifikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh signifikan
0,460 > 0,05, artinya dana alokasi khusus tidak terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM), hal ini
berpengaruh terhadap indeks pembangunan manusia, berarti H1 dan H4 diterima. Sedangkan, hipotesis kedua
dengan demikian hipotesis ketiga dalam penelitian ini (H2) yaitu Dana Alokasi Umum (DAU) dan hipotesis
ditolak. Tidak adanya pengaruh DAK terhadap indeks ketiga (H3) yaitu Dana Alokasi Khusus (DAK) tidak
pembangunan manusia disebabkan karena berpengaruh signifikan terhadap Indeks Pembangunan
pembangunan manusia tidak hanya dapat dijelaskan Manusia (IPM), hal ini berarti H2 dan H3 ditolak.
dari segi kuantitas (fisik, bangunan) melainkan juga Sedangkan, secara simultan bahwa Belanja Daerah,
dari segi kualitas (hidup, manusia). Sementara DAK Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus
lebih diperuntukkan kepada peningkatan sarana dan (DAK) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
prasarana (fisik) dan jumlah DAK jauh lebih kecil mempunyai pengaruh signifikan terhadap Indeks
dibandingkan dana lainnya, seperti PAD dan DAU. Pembangunan Manusia (IPM).
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian
Adiputra, Yantari, dan Darmada (2015). Namun, Daftar Pustaka
penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian [1] Adiputra, I Made Pradana, Ni Kadek Desi Dwi
Setyowati dan Suparwati (2012). Yantari, Dewa Kadek Darmada. 2015. Pengaruh PAD,
Dana Perimbangan dan SiLPa terhadap Kualitas
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Pembangunan Manusia dengan Alokasi Belanja
Indeks Pembangunan Manusia Modal sebagai Variabel Intervening. Simposium
Berdasarkan hasil analisis variabel pendapatan Nasional Akuntansi 18 Medan 16-19 September 2015.
asli daerah memiliki thitung 6,256 dan nilai signifikan [2] Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
0,000 < 0,05, artinya pendapatan asli daerah Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
berpengaruh terhadap indeks pembangunan manusia, Pemerintah Daerah.
dengan demikian hipotesis keempat dalam penelitian [3] Ardiansyah dan Vitalis Ari Widiyaningsih. 2014.
ini diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa PAD Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi

62
Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 1(1), 2016
Sarkoro dan Zulfikar, 2016

Umum dan Dana Alokasi Khusus terhadap Indeks Keuangan Daerah pada Kabupaten dan Kota Di
Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat. Artikel Ilmiah. Fakultas Ekonomi
Jawa Tengah. Simposium Nasional Akuntansi 17 Universitas Padang.
Lombok 24-27 September 2014. [18] Badan Pusat Statistik. 2016. IPM 2010-2014,
[4] Priambodo, Anugrah. 2015. Analisis Pengaruh (Online), (http://www.bps.go.id, diakses tanggal 23
Belanja Pemerintah Daerah terhadap Indeks Januari 2016).
Pembangunan Manusia. Jurnal Ilmiah. Fakultas [19] Badan Pusat Statistik. 2016. Statistik Keuangan
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang. Pemerintah Provinsi 2012-2015, (Online),
[5] Badan Pusat Statistik. 2016. Booklet IPM Metode (http://www.bps.go.id, diakses tanggal 23 Januari
Baru, (Online), (htttp://www.bps.go.id, diakses tanggal 2016).
24 Januari 2016). [20] Suriyati, Desi. 2015. Pengaruh Belanja Daerah
[6] Halim, Abdul. 2014. Manajemen Keuangan Sektor Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi terhadap
Publik. Salemba Empat. Jakarta. Pengentasan Kemiskinan dan Indeks Pembangunan
[7] Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2003 Manusia di Kabupaten/Kota Provinsi Nusa Tenggara
tentang Keuangan Negara. Barat Tahun 2007-2012. Media Bina Ilmiah Volume 9
[8] Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 58 Tahun 2005 No. 7 Desember 2015.
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. [21] Anggarini, Tika dan Sutaryo. 2015. Pengaruh
[9] Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Rasio Keuangan Pemerintah Daerah terhadap Indeks
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Pembangunan Manusia Pemerintah Provinsi di
Keuangan Daerah. Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi 18 Medan
[10] Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang 16-19 September 2015.
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan [22] Sanggelorang, Septian MM, Vekie A. Rumate
Pemerintah Daerah. dan Hanly F.DJ. Siwu 2015. Pengaruh Pengeluaran
[11] Setyowati, Lilis dan Yohana Kus Suparwati. Pemerintah di Sektor Pendidikan dan Kesehatan
2012. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, DAU, DAK, terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Sulawesi
PAD terhadap Indeks Pembangunan Manusia dengan Utara. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Vol. 15 No. 02
Pengalokasian Anggaran Belanja Modal sebagai – Edisi Juli 2015.
Variabel Intervening.Prestasi Vol. 9 No. 1 – Juni 2012. [23] Jane, Orphe. 2002. Implementasi Desentralisasi
[12] Lugastoro, Decta Priton. 2013. Analisis Pengaruh Fiskal sebagai Upaya Memberdayakan Daerah dalam
PAD dan Dana Perimbangan terhadap Indeks Membiayai Pembangunan Daerah. Fakultas Ilmu
Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota Di Jawa
Sosial dan Ilmu Politik Univrsitas Katolik
Timur. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya Malang. Parahyangan Bandung.
[13] Putra, Putu Gede Mahendra dan I Gusti Ketut
Agung Ulupui. 2015. Pendapatan Asli Daerah, Dana
Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus untuk
Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia. E-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 11.3 (2015) :
863-877.
[14] Harahap, Riva Ubar. 2011. Pengaruh Dana
Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi
Hasil terhadap Indeks Pembangunan Manusia pada
Kab./Kota Propinsi Sumatera Utara. Jurnal Riset
Akuntansi dan Bisnis Vol. 11 No. 1/Maret 2011.
[15] Badrudin, Rudy dan Mufidhatul Khasanah. 2011.
Pengaruh Pendapatan dan Belanja Daerah terhadap
Pembangunan Manusia di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Jurnal Manajemen, Akuntansi dan
Ekonomi Pembangunan Volume 9, Nomor 1, April
2011 : 23-30
[16] Pratowo, Nur Isa. 2012. Analisis Faktor-Faktor
yang Berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan
Manusia. Jurnal Studi Ekonomi Indonesia.
[17] Marizka, Reza. 2013. Pengaruh Pendapatan Asli
Daerah, Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum dan
Dana Alokasi Khusus terhadap Tingkat Kemandirian

63
Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 1(1), 2016

You might also like