Formulasi Model Bisnis Hostel Di Bandung Dengan Pendekatan Value Chain Dan Business Model Canvas (Studi Kasus: Pinisi Backpacker)

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

ISEI Business and Management Review Vol. II, No.

1, Maret 2018, pages 32 – 38


e-ISSN 2614-6290
http://jurnal.iseibandung.or.id/index.php/ibmr
Jurnal ISEI

Formulasi Model Bisnis Hostel di Bandung dengan Pendekatan Value Chain


dan Business Model Canvas
(Studi Kasus: Pinisi Backpacker)

Aditia Sovia Pramudita1


1
Politeknik Pos Indonesia, Jl. Sariasih No 54, Bandung, 40151, Jawa Barat, Indonesia,
aditiasovia@poltekpos.ac.id

ABSTRACT
The growth of the tourism industry in Indonesia has created new opportunities for the hospitality industry. Bandung as
one of the tourism cities in Indonesia is one of the cities with the highest hotel growth rates in Indonesia. The level of
competition must be overcome by business owners in order to survive in this industry. Pinisi Backpacker is one of the
hotels in Bandung that puts forward the concept of new hostels in Indonesia. The problem that arises is their occupancy
rate which tends to stagnate so that their revenue tends to be stagnant as well. This is a serious problem where
competitors have also emerged with the same hostel concept. Therefore, a new business model is needed so Pinisi
Backpacker can increase their revenue without having to increase the price of the rooms. Based on the results of the study,
it was found that Pinisi Backpacker still had many revenue stream options that could be developed such as in-city tourism
agents, transportation agents, snacks, toiletries, and laundry services. Almost all of the revenue stream recommendations
do not require large capitals so they are feasible to be run. In addition, Pinisi Backpacker also needs to think about the
possibility of working with offline travel agents and not just glued to online promotions.

ABSTRAK
Pertumbuhan industri pariwisata di Indonesia telah memunculkan peluang baru bagi industri perhotelan. Bandung
sebagai salah satu kota pariwisata di Indonesia merupakan salah satu kota dengan tingkat pertubuhan hotel tertinggi
di Indonesia. Tingkat persaingan tersebut harus dapat diatasi oleh pemilik bisnis agar dapat tetap bertahan di industri
ini. Pinisi Backpacker merupakan salah satu penginapan yang ada di Bandung yang mengedepankan konsep hostel
yang masih baru di Indonesia. Permasalahan yang muncul adalah okupansi rate mereka yang cenderung stagnan
sehingga membuat revenue mereka cenderung stagnan juga. Hal tersebut menjadi masalah serius dimana competitor
pun telah bermunculan dengan konsep hostel yang sama. Oleh karena itu, model bisnis yang baru diperlukan agar
Pinisi Backpacker dapat meningkatkan revenue mereka tanpa harus meningkatkan harga kamar yang dijual.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa Pinisi Backpacker masih memiliki banyak pilihan revenue stream yang
dapat dikembangkan seperti Agen wisata dalam kota, Agen transportasi, Makanan ringan, Perlengkapan mandi, dan
Layanan laundry. Hampir keseluruhan rekomendasi revenue stream tersebut tidak membutuhkan biaya yang besar
sehingga feasible untuk dijalankan. Selain itu, Pinisi Backpacker pun perlu untuk memikirkan kemungkinan bekerja
sama dengan agen travel offline dan tidak terpaku dalam promosi online saja.

PENDAHULUAN sektor pariwisata sendiri telah mampu


Pariwisata di Indonesia saat ini merupakan mendatangkan 20 juta kunjungan wisatawan
industri yang berpotensi untuk berkembang mancanegara dan 275 juta kunjungan wisatawan
pesat. Menurut Badan Koordinasi Penanaman nusantara (Liputan 6, 2018). Hal tersebut
Modal (2018), terdapat dua sektor yang menunjukan bahwa sektor pariwisata merupakan
berpotensi tumbuh pesat secara investasinya di sektor yang berpotensi untuk menjadi core
Indonesia yaitu sektor pariwisata dan e- economy dari Indonesia di masa yang akan
commerce. Branding Wonderful Indonesia yang datang.
dikedepankan semenjak tahun 2013 telah Kota Bandung merupakan salah satu kota di
membuat peringkat Indonesia sebagai negara Indonesia yang menjadi tujuan pariwisata baik
tujuan pariwisata melonjak dari peringkat 70 ke wisatawan mancanegara maupun nusantara. Hal
peringkat 42 pada tahun 2017. Dampaknya adalah tersebut ditunjukan dengan jumlah wisatawan
sektor pariwisata telah mampu menyumbang yang berkunjung ke kota Bandung setiap
Produk Dometik Bruto sebesar 15% pada tahun tahunnya.
2017, (Biro Pusat Statistik, 2018). Lebih jauh lagi,

32
ISEI Business and Management Review Vol. II, No. 1, Maret 2018, pages 32 – 38
e-ISSN 2614-6290
http://jurnal.iseibandung.or.id/index.php/ibmr
Jurnal ISEI

Tabel 1 Jumlah Wisatawan di Kota Bandung


Wisatawan
Tahun Jumlah
Mancanegara Domestik
2011 225 585 6 487 239 6 712 824
2012 176 855 5 080 584 5 257 439
2013 176 432 5 388 292 5 564 724
2014 180 143 5 627 421 5 807 564
2015 183 932 5 877 162 6 061 094
2016 173 036 4 827 589 5 000 625
Sumber: Biro Pusat Statistik, 2017

Berdasarkan hal tersebut, penginapan sebagai Bandung sendiri telah memiliki banyak hotel
salah satu pendukung sektor pariwisata dengan berbagai kelas.
merupakan salah satu faktor yang penting. Kota

Tabel 2 Jumlah Hotel di Bandung tahun 2016


Klasifikasi Jumlah Kamar
Hotel Bintang 5 9 1 870
Hotel Bintang 4 32 3 651
Hotel Bintang 3 42 3 507
Hotel Bintang 2 25 1 500
Hotel Bintang 1 10 382
Non Bintang 218 6 041
Sumber: Biro Pusat Statistik, 2017

Jumlah penginapan di Bandung sendiri terus Pinisi Backpacker merupakan salah satu hostel di
meningkat seiring dengan berjalannya waktu. Hal Bandung. Pinisi menawarkan penginapan yang
tersebut membuat kekhawatiran pemilik terjangkau dengan harga antara Rp 100.000-Rp
penginapan terkait dengan tingkat okupansi 150.000 per tempat tidurnya. Selain itu, lokasi
penginapan mereka. Selama tahun 2017 sendiri, Pinisi Backpacker sendiri yang strategis dekat
tingkat okupansi keterisian penginapan berada dengan stasiun kereta api Bandung membuat
pada level 40-50% pada hari biasa dan mampu hostel ini diminati oleh para wisatawan. Namun
mencapai 80% pada hari libur (Pikiran Rakyat, demikian, Pinisi Backpacker sendiri memiliki
2018). Berdasarkan hal tersebut industri masalah dimana tingkat okupansi mereka yang
penginapan ini masih dapat dikategorikan rata-rata berada di angka 40%-50% baik pada
potensial. masa liburan maupun hari biasa. Selain itu, Pinisi
Salah satu pilihan penginapan adalah hostel. Backpacker pun tidak memiliki model bisnis yang
Hostel sendiri merupakan penginapan yang jelas sehingga tidak jarang mereka kehilangan
menawarkan satu tempat tidur bukan potensi revenue lain di luar penginapan. Dengan
menawarkan kamar sehingga terdapat semakin tumbuhnya penginapan di Bandung,
kemungkinan bahwa dalam satu kamar bisa Pinisi Backpacker memerlukan suatu model
berisi beberapa orang yang tidak dikenal. Hostel bisnis yang baru dimana model bisnis tersebut
dikenal sebagai solusi penginapan yang murah. mengedepankan value proposition sehingga
Hostel sendiri telah berkembang di beberapa dapat menjadi pembeda bila dibandingkan
negara maju seperti Singapura dan Jepang. dengan kompetitornya.
Dengan tingginya harga penginapan sekelas
hotel berbintang, hostel dapat menjadi solusi METODE
penginapan yang terjangkau bagi wisatawan. Penelitian ini berfokus terhadap value proposition
Konsep hostel sendiri sebenarnya masih baru di sebagai unique selling point yang dapat diperoleh
Indonesia. Hal tersebut menjadi daya tarik melalui value chain analysis dalam bisnis model
tersendiri bagi wisatawan untuk mencoba hostel yang akan dikembangkan. Pengembangan bisnis
di Indonesia. model pun dilakukan dengan pendekatan

33
ISEI Business and Management Review Vol. II, No. 1, Maret 2018, pages 32 – 38
e-ISSN 2614-6290
http://jurnal.iseibandung.or.id/index.php/ibmr
Jurnal ISEI

Business Model Canvas. Oleh karena itu sedangkan data sekunder diperoleh melalui data
conceptual framework pada penelitian ini dapat eksternal dan data perusahaan.
dilihat pada gambar di bawah ini.
Identifikasi Masalah
HASIL
Value Chain Analysis
Value Chain Analysis merupakan proses
Value Chain Analysis identifikasi kegiatan suatu perusahaan yang
dilihat dari kegiatan utama dan kegiatan
pendukungnya (Porter, 2008). Value Chain
Business Model Analysis menganalisis kegiatan internal
Canvas
perusahaan dan meningkatkan nilai dari produk
atau layanan yang ditawarkan. Oleh karena itu,
Rekomendasi Value Chain Analysis ini sanggup untuk
memberikan value proposition yang baik yang
Gambar 1 Conceptual Framework mungkin dilakukan oleh perusahaan.
Terdapat dua jenis data yaitu data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh melalui
wawancara dengan pemilik Pinisi Backpacker

Gambar 2 Value Chain


Sumber: Wheelen & Hunger, 2012

Pembahasan mengenai masing-masing primary tidurnya. Setelah itu pada saat check out,
activities poin dapat dilihat dibawah ini. pelanggan harus mengembalikan kunci
 Inbound Logistics kamar dan apabila terjadi kehilangan
Pinis Backpacker hanya melakukan maka pelanggan perlu melakukan
pembelian sarapan dan air mineral pada penggantian yang dibayarkan melalui
pagi hari sebagai kegiatan rutin harian biaya simpanan yang dibayarkan pada
mereka. Proses pembelian dilakukan saat check in sebagai dana jaminan.
oleh staf kebersihan pada pedagang  Outbound Logistics
langganan di sekitar hostel sesuai Pendistribusian layanan tidak dilakukan
dengan jumlah pelanggan mereka. secara langsung dikarenakan layanan
Selain itu pembelian dilakukan secara yang ditawarkan adalah penginapan.
tidak terduga terkait dengan  Marketing & Sales
kelengkapan hostel sendiri. Proses marketing & sales dilakukan
 Operations secara online dan offline. Secara online,
Proses operasional yang dilakukan Pinisi Backpacker bekerja sama denan
hostel dimulai saat pelanggan beberapa website travel dalam
melakukan pemesanan kamar melalui melakukan penjualannya. Selain itu,
staf frontliner baik secara offline Pinisi Backpacker pun memiliki website
maupun online. Kemudian pelanggan namun untuk pemesanan tetap secara
melakukan check in pada saat offline. Secara offline, Pinisi Backpacker
kedatangan yang kemudian diberikan hanya melakukan penjulan langsung
kunci kamar beserta nomor tempat tanpa bekerja sama dengan pihak

34
ISEI Business and Management Review Vol. II, No. 1, Maret 2018, pages 32 – 38
e-ISSN 2614-6290
http://jurnal.iseibandung.or.id/index.php/ibmr
Jurnal ISEI

lainnya. Promosi yang dilakukan hanya


melalui media online. Secara online,
Pinisi Backpacker gencar melakukan  Technology
promosi melalui website traveling Hingga saat ini, belum ada penggunaan
dengan paid promote sehingga hostel teknologi secara advance dalam
mereka dapat muncul terdepan pengelolaan Hostel. Penggunaan
dibandingkan dengan kompetitornya. Microsoft excel dan internet merupakan
Selain itu website yang dikelola pun teknologi yang digunakan di dalam
dijadikan sebagai sarana promosi untuk pengelolaan hostel ini.
konsumen mereka.  Procurement
 Service Proses pengadaan barang baik yang
Pinisi Backpacker dalam menjalankan rutin maupun yang tidak rutin masih
bisnisnya hanya mendapatkan revenue dilakukan melalui keputusan pemilik
melalui penjualan tempat tidur mereka. hostel. Belum ada sistem tersendiri yang
Selain itu Pinisi belum dapat mengatur mengenai kebijakan
menciptakan peluang revenue lainnya. pengadaan barang ini.

Pembahasan mengenai masing-masing support Dari pembahasan tersebut di atas, dapat


activities poin dapat dilihat dibawah ini. disimpulkan bahwa Pinisi Backpacker masih
 Firm Infrastructure memiliki kelemahan dalam menciptakan revenue
Pinisi Backpacker selaku perusahaan stream di luar layanan utama mereka. Selain itu,
kecil berskala UMKM memiliki Pinisi Backpacker pun masih pada titik owner
infrastruktur yang sederhana. Hostel oriented sehingga segala keputusan masih
yang dijadikan tempat bisnis saat ini pun dipegang oleh owner. Secara keseluruhan, selling
berada pada jalan yang hanya dapat point yang dapat dikedepankan oleh Pinisi
dilalui satu mobil. Namun demikian, Backpacker Hostel adalah hostel dengan harga
lokasinya yang strategi menjadi daya jual yang terjangkau dikarenakan biaya operasional
hostel tersebut. yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat ditekan
Perusahaan memiliki 32 tempat tidur dengan jumlah pegawai yang sedikit. Selain itu,
dengan kelengkapan kipas angin. Selain lokasi Pinisi Backpacker sendiri yang strategis
itu, Pinisi Backpacker hanya memiliki 3 dan ditunjang dengan peran online media yang
kamar mandi yang dilengkapi dengan air kuat dari sisi promosinya.
panas dan shower. Free wifi, postal
service dan komputer umum pun Business Model Canvas
menjadi salah satu daya jual yang Business model canvas suatu kerangkan kerangka
dikedepankan oleh Pinisi Backpacker. kerja yang membahas model bisnis dengan
 Human Resource Management disajikan dalam bentuk visual berupa kanvas
Secara struktur organisasi, Pinisi lukisan, agar dapat dimengerti dan dipahami
Backpacker tidak memiliki struktur dengan mudah. Model ini digunakan untuk
organisasi yang jelas. Selayaknya bisnis menjelaskan, memvisualisasikan, menilai, dan
kecil, pemilik hostel masih berperan vital mengubah suatu model bisnis, agar mampu
pada bisnis ini. Pinisi Backpacker hanya menghasilkan kinerja yang lebih optimal
memiliki 4 pegawai yang bertugas (Osterwalder, 2010). Adapun kerangkan bisnis
sebagai 1 staf kebersihan dan 3 staf model eksisting Pinisi Backpacker saat ini dapat
frontliner. dilihat dibawah ini.

35
ISEI Business and Management Review Vol. II, No. 1, Maret 2018, pages 32 – 38
e-ISSN 2614-6290
http://jurnal.iseibandung.or.id/index.php/ibmr
Jurnal ISEI

Key Partners Key Activities Value Propositions Customer Relationships Customer Segments

1. Supplier 1. Operasional Hostel murah dengan 1. direct phone kepada 1. wisatawan


makanan pagi check in & lokasi strategis dan frontliner nusantara
2. Supplier check out dapat dijangkau 2. website 2. wisatawan
kasur 2. Maintenance melalui online media pinisibackpacker.com mancanegara
3. Pengrajin kamar 3. 17 – 60 tahun
kayu 3.Maintenance
4. Laundry website
5. Agen 4. Penyediaan
website sarapan
traveling 5. Promosi
(agoda, online
pegipegi,
traveloka,
booking.com) Key Resources Channels

1.Lokasi hostel 1. website


2.Pegawai pinisibackpacker.com
3.website 2. agen travel online
(agoda, pegipegi,
traveloka, booking.com)

Cost Structure Revenue Streams

1. Gaji pegawai 1. Penjualan kamar


2. Biaya hosting dan domain
3. Biaya sarapan
4. Biaya laundry
5. Biaya maintenance peralatan dan
bangunan
6. Biaya langganan internet
7. Biaya listrik
8. Biaya TV Kabel
Gambar 3 Business Model Canvas Eksisting

PEMBAHASAN stream. Berdasarkan observasi, terdapat


Berdasarkan hasil value chain analysis dan beberapa kemungkinan yang dapat dijalankan
business model canvas Pinisi Backpacker Hostel oleh Pinisi Backpacker dalam menciptakan
yang eksisting saat ini, terdapat isu utama yang revenue stream yang baru. Oleh karena itu, bisnis
perlu diangkat yaitu dari kemampuan Pinisi model rekomendasi pun dibuat dan dapat dilihat
Backpacker Hostel dalam menciptakan revenue pada tabel di bawah ini.

Key Partners Key Activities Value Propositions Customer Relationships Customer Segments

1. Supplier 1. Operasional Hostel murah dengan 1. direct phone kepada 1. wisatawan


makanan pagi check in & lokasi strategis dan frontliner nusantara
2. Supplier check out dapat dijangkau 2. website 2. wisatawan
kasur 2. Maintenance melalui online media pinisibackpacker.com mancanegara
3. Pengrajin kamar yang menyediakan 3. umur 12 – 60
kayu 3.Maintenance berbagai fasilitas tahun
4. Laundry website
5. Agen 4. Penyediaan
website sarapan

36
ISEI Business and Management Review Vol. II, No. 1, Maret 2018, pages 32 – 38
e-ISSN 2614-6290
http://jurnal.iseibandung.or.id/index.php/ibmr
Jurnal ISEI

traveling 5. Promosi
(agoda, online
pegipegi, 6. Maintain
traveloka, hubungan
booking.com) dengan
6. Agen travel partner
offline 7. Penyediaan
7. Supplier makanan
perlengkapan ringan
mandi 8. Penyediaan
8. Supplier perlengkapan
makanan mandi
ringan Key Resources Channels
9. Ojek/
rental 1.Lokasi hostel 1. website
kendaraan 2.Pegawai pinisibackpacker.com
wisata 3.website 2. agen travel online
4. Jaringan (agoda, pegipegi,
dengan pihak traveloka, booking.com)
eksternal 3. Agen travel offline
Cost Structure Revenue Streams

1. Gaji pegawai 1. Penjualan kamar


2. Biaya hosting dan domain 2. Agen wisata dalam kota
3. Biaya sarapan 3. Agen transportasi
4. Biaya laundry 4. Makanan ringan
5. Biaya maintenance peralatan dan 5. Perlengkapan mandi
bangunan 6. Layanan laundry
6. Biaya langganan internet
7. Biaya listrik
8. Biaya TV Kabel
9. Biaya persediaan makanan ringan
10. Biaya persediaan perlengkapan mandi
Gambar 4 Rekomendasi Business Model Canvas Pinisi Backpacker

Berdasarkan hasil rekomendasi tersebut, Pinisi DAFTAR PUSTAKA


Backpacker masih dapat mengembangkan A. Osterwalder, Yves Pigneur, Alan Smith. 2010.
revenue stream mereka dengan biaya yang Business Model Generation. Wiley published.
cenderung tidak besar. Adapun rekomendasi Porter, Michael, E. 2008. Strategi Bersaing
revenue stream yang dapat dibangun adalah (Competitive Strategy). Tanggerang: Karisma
Agen wisata dalam kota, Agen transportasi, Publishing Group.
Makanan ringan, Perlengkapan mandi, dan Wheelen, Thomas L. and Hunger, J. David. 2012.
Layanan laundry. Seluruh revenue stream yang Strategic Management and Business Policy:
diajukan merupakan bentuk penjualan yang Toward Global Sustainability (13th Edition).
dapat tanpa biaya kecuali penjualan makanan USA: Pearson Education, Inc.
ringan dan penjualan perlengkapan mandi. Biro Pusat Statistik. 2017. Jumlah Akomodasi
Bentuk bisnis tersebut dapat dijalankan dengan Hotel Menurut Klasifikasi di Kota Bandung.
memperluas jaringan kerjasama dengan agen Available at
sehingga risiko biaya dapat ditanggung oleh https://bandungkota.bps.go.id/statictable/201
agen dan pihak hostel cukup mendapatkan 7/08/29/119/-jumlah-akomodasi-hotel-
marginnya saja dari harga yang ditawarkan. menurut-klasifikasi-di-kota-bandung-
Dengan bentuk revenue stream yang seperti itu 2016.html
tentunya secara langsung mempengaruhi bisnis Biro Pusat Statistik. 2017. Jumlah Wisatawan
model Pinisi Backpacker secara keseluruhan Mancanegara dan Domestik di Kota Bandung.
seperti pada gambar di atas. Available at
https://bandungkota.bps.go.id/statictable/201

37
ISEI Business and Management Review Vol. II, No. 1, Maret 2018, pages 32 – 38
e-ISSN 2614-6290
http://jurnal.iseibandung.or.id/index.php/ibmr
Jurnal ISEI

7/08/29/120/jumlah-wisatawan-mancanegara- Pikiran Rakyat. 2018. Libur Panjang Okupansi


dan-domestik-di-kota-bandung-2016.html Hotel Meningkat Meski di Bawah Target.
Liputan 6. 2018. Sektor Pariwisata Jadi Investasi Available at http://www.pikiran-
Unggulan. Available at rakyat.com/ekonomi/2018/01/02/libur-panjang-
https://www.liputan6.com/lifestyle/read/3217 okupansi-hotel-meningkat-meski-di-bawah-
850/sektor-pariwisata-jadi-investasi-unggulan- target-417065
di-2018

38

You might also like