Gambaran Stadium Esport Luar (Preseden)

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 18

Isu game di luar negri :

The past, present and future of Rainbow Six


Siege esports
Siege did not get off to an easy start in life, but thanks in part to esports, it’s recovered
miraculously – and the future looks incredibly bright.

The story of Rainbow Six


Siege’s launch isn't one that
needs to be covered again, but
it’s certainly fair to say that it
wasn't smooth. A few months
after launch, player numbers
were low and the future
looked a little bleak. Many
questioned why Ubisoft was
putting money behind the
esports scene and assumed
support would be dropped
within a year.
Now that idea seems
ludicrous. The Six Invitational
brought in millions of viewers
from all over the world and was an event for the history books. Rainbow Six Siege currently has
27 million players. Developers Ubisoft have committed to at least another two years of
supporting the esports scene.
The dev team say they plan
for the game to be around for
10 years. Everything’s
looking good.
It’s probably a little generous
to say that without esports,
Siege may not be alive today,
but that isn’t too far off the
truth. The esports scene for
Siege has certainly brought in
new players, kept old players
coming back and raised the
awareness of the game across
the globe. Perhaps more
importantly, it also forced the
dev team to improve the game.
“We had some issues at the beginning of the game, it’s true,” François-Xavier Dénièle, associate
director for Siege esports tells us.
“But we said with esports, we're balancing the game, we're fixing the game. It’s not just
marketing of the game. It’s ideas that will improve the game. The popularity [of esports] will
change the balance not only for the pro guys, but they're pushing the production team to improve
the game.”
“So for me, the esports aspect of the game was a window. It provided tools for our community to
have a new conversation with the developers. And right now, for me, it’s more than that, so it’s
perfect.”

Throughout the first year of Siege esports, the changes came thick and fast. Ubisoft smartly
decided to announce DLC plans at seasonal LAN events, and gave pro players the chance to test
the new operators and maps at these events, all before the public went hands-on. This meant they
got vital feedback before the DLC event went live, allowing them to make last minute tweaks –
that way, a lot of the early content drops launched in a pretty good state.
By the end of the first year, Siege was finally hitting the numbers it should have done from day
one. Regular content drops and a strong esports scene bolstered the game significantly. Concerns
that Ubisoft would drop esports support were quickly let go, and a further year of esports, albeit
limited to PC-only at the top level, was confirmed.
“Year two of Rainbow Six esports was a year of transition between the beginning of esports and
the maturity we'll have for the future,” Dénièle tells us, looking back on the past 12 months. “For
me, it was a crazy year because we introduced a lot of things, which was a great achievement.
Like the introduction of APAC, I'm really, really happy to see that one of the APAC teams is
here in the last eight [of the Six Invitational]. We took the time to introduce APAC because we
needed to find the right format of competition for them because it’s not just a territory, but a
continent. So that’s why we have four different pro leagues.”

https://www.redbull.com/gb-en/past-present-future-rainbow-six-esports-ubisoft
Populous Designs the Western Hemisphere's
Largest Esports Arena
 13:00 - 26 March, 2019
 by Eric Baldwin

Architecture practice Populous has announced plans for a $50 million esports and
entertainment venue in Philadelphia, Pennsylvania. Dubbed Fusion Arena, the project will
be the home of the Philadelphia Fusion esports franchise as the largest esports venue in
the western hemisphere. Seating up to 3,500 guests, the project will host a variety of live
entertainment programming and events. The arena was made to be the first of its kind for
next-generation consumers.
Populous is working with
Comcast Spectacor and The
Cordish Companies on the
Fusion Arena. “Fusion Arena
represents a watershed moment
for the competitive gaming
market,” said PopulousSenior
Principal Brian Mirakian. “We’re
taking our 36 years of designing iconic experiences for traditional sports – settings like
Yankee Stadium – and applying those same principles of design to the virtual world of
gaming.” Designed to reference gaming hardware, the building features an angular 6,000-
square-foot, 30-foot-tall entrance hall that will greet visitors.

Featuring industrial
materials throughout,
Fusion Arena’s design
pays tribute
to Philadelphia’s
heritage as the
“workshop of the world.”
It will offer unique
seating experiences
such as balcony bars, club seats with USB ports, flexible loge boxes and exclusive suites.
Additionally, nearly 10,000 square feet will be dedicated to a training facility, broadcast
studio and team offices. “We are thrilled to bring this ambitious idea to life and celebrate the
arrival of Fusion Arena with gaming enthusiasts throughout the region and beyond,” said
Joe Marsh, Chief Business Officer of Spectacor Gaming and the Philadelphia Fusion. “This
project places esports alongside all the major traditional sports that call
South Philadelphia home.”
Construction on Fusion Arena is set to begin this summer.

https://www.archdaily.com/913921/populous-designs-the-western-hemispheres-largest-esports-arena
Isu yang terjadi di Indo :
eSports Stadium Pertama di
Indonesia Siap Diwujudkan
 byLEONARDO SUKSMADITYA
 Maret 1, 2018
 in TECH NEWS

Seiring digelarnya IndiHome eSports League, pihak penyelenggara juga telah


menyiapkan sebuah fasilitas pendukung berupa eSports Stadium pertama di
Indonesia.

Kompetisi eSports terbesar di Indonesia, IndiHome eSports League akan segera digelar.
Kompetisi yang terselenggara berkat kerjasama IndiHome dan MD Media ini akan
mempertemukan tim-tim terbaik dari seluruh Indonesia. Selain menyelenggarakan
kompetisi eSports tingkat nasional, MD Media juga telah menyiapkan proyek besar untuk
menghidupkan ekosistem eSports di Indonesia. Proyek ini merupakan sebuah eSports
Stadium terbesar di Indonesia.

eSports Stadium ini nantinya akan dilengkapi dengan perangkat dan konektivitas terbaik,
sehingga memungkinkan atlet eSports dapat berlatih tanding dengan fasilitas terbaik.
Hingga nantinya tempat tersebut juga dapat menjadi “State of Art” dari dunia eSports
Indonesia.
Selain fasilitas utama, nantinya akan ada fasilitas pendukung yang disiapkan. Seperti
asrama, olahraga, couching, dan klinik. Fasilitas ini tidak hanya disiapkan untuk mengasah
skill para atlet eSports, tetapi juga mempersiapkan mental-mental juara.

Fasilitas akademi eSports Stadium ini juga dipersiapkan untuk individu yang ingin terjun
langsung dan berprofesi di industri eSports. Seperti menjadi Caster, Streamer dan berbagai
profesi lain di bidang eSports.

Lokasi stadium ini sudah diputuskan akan berada di wilayah Jakarta Utara. Pemilihan lokasi
ini berdasarkan pertimbangan untuk mendekatkan dengan komunitas gamers terbesar di
Indonesia. Setelah melalui riset, akhirnya terpilihlah wilayah Jakarta Utara.

Dengan adanya eSports Stadium ini, perkembangan eSports di Indonesia bisa berkembang
pesat. Sehingga mampu berbicara banyak dan bersaing di level internasional.
Isu game rainbow six Siege Di Indonesia :

Menilik Geliat dan Perkembangan


Esports R6S di Indonesia
08 MAY 2019 | YABES ELIA

agaimanakah kondisi esports R6S yang punya basis


kuat pada komunitas?
Buat yang memang peduli dengan ekosistem esports Indonesia, sebenarnya masih
banyak komunitas game tertentu yang termarginalkan seperti Fighting Game
Community, komunitas PES, Hearthstone, FIFA, CS:GO, Sim Racing, dan yang lain-
lainnya. Kali ini, kita akan membahas satu lagi yaitu komunitas esports R6S (Rainbow
Six: Siege) di Indonesia.

Saya pribadi dan Hybrid sendiri memang menolak untuk hanya membahas apa yang
sedang ramai di Indonesia. Kenapa? Karena saya tahu betul bagaimana rasanya
dipinggirkan… Plus, sudah banyak juga media-media lain yang
membahas game dan esports yang sedang jadi tren saat ini.

Jadi, tanpa basa basi lagi, mari kita berkenalan lebih dekat dengan salah satu
komunitas esports yang mungkin kecil dari sisi jumlah namun dewasa dan ambisius, R6
IDN.

Kali ini, saya ditemani oleh Bobby Rachmadi Putra yang merupakan Community
Leader untuk R6S di Indonesia untuk menjadi narasumber kita.

Awal Mula dan Cerita Komunitas R6S di


Indonesia
Sebelum komunitas ini bermukim di Facebook Group, menurut cerita Bobby, sudah ada
komunitas R6S di KASKUS sejak trailer pertama R6S dirilis untuk E3 2013. Namun
demikian, saat game ini dirilis di Desember 2015, thread starter di forum digital
terbesar tadi justru tidak membeli game-nya. Karena itulah, Bobby bersama 3 orang
lainnya (Izzan, DarkTangoCat, dan Harris) membuat komunitas Discord untuk R6S.
Di saat yang sama, ternyata Bobby pun menemukan sudah ada yang membuat grup di
Facebook untuk R6S. 2 komunitas dari platform yang berbeda ini pun bergabung.

Kegiatan komunitas R6S di grup Facebook ini pun sudah beragam mulai dari diskusi
alias tanya jawab seputar tips dan trik R6S, membantu pihak Ubisoft menyelesaikan
masalah bug in-game, nonton bareng turnamen
internasional, gathering di event offline (kala itu ESL Clash of Nation), ataupun Art
Competition (cosplay dan fan art). Satu hal yang menarik, Ubisoft sendiri yang
menyediakan hadiah (total Rp3,5 juta) untuk Art Competition komunitas ini.

Satu hal yang saya sendiri kagumi dengan komunitas R6S ini adalah anggotanya yang
boleh dibilang cukup dewasa soal perilakunya. Kebetulan saja, saya sendiri juga
moderator untuk 2 game esports populer di Indonesia saat ini; jadi saya tahu betul
bagaimana perbandingannya. Saya tak perlu sebutkan nama game-nya ya berhubung
saya takut dihujat warganya; yang jelas 2 game esports (mobile) tersebut adalah 2 dari
3 game esports paling ramai saat ini.

Sayangnya, kebanyakan pelaku industri esports Indonesia saat ini masih hanya
memperhatikan jumlahnya semata, tanpa memperhatikan kedewasaan perilaku para
pemainnya. Sayangnya, memang kebanyakan pelaku industri esports Indonesia masih
terjebak pada soal volume sebagai satu-satunya tolak ukur. Mungkin lain kali, kita akan
bahas lebih jauh soal ini.

Tentang Ajang Kompetitif R6S di Indonesia


Meski bisa dibilang kecil dari sisi jumlah, komunitas R6 IDN cukup rajin dalam
memberikan ruang kompetitif.

Sebelum kita membahas turnamen-turnamennya yang ada saat ini, mari kita melihat ke
belakang sejenak untuk melihat perkembangan ekosistem esports R6S dari waktu ke
waktu.

Bobby bercerita bahwa turnamen R6S pertama yang mereka buat adalah kompetisi
17an di tahun 2016. Kala itu, hadiah turnamennya masih berupa kaos custom. Di tahun
ini, masih belum ada turnamen lainnya meski memang komunitas ini kerap bermain
bersama (random fun match).

Tahun 2017, komunitas ini kembali menggelar kompetisi 17an namun dengan peserta
yang lebih banyak. Di tahun ini, R6 IDN juga menggelar turnamen rutin mereka yang
diberi nama Indonesian Series League (kala ini masih disebut Indonesian
Tournament Series).
Untuk turnamen pertama mereka ini, total hadiahnya sebesar Rp3 juta yang didapat
dari biaya pendaftaran dan iuran para pengurus komunitas. Turnamen ini dimulai saat
itu karena mereka melihat komunitasnya sudah mulai ramai. Selain itu, tujuan turnamen
ini adalah untuk menggaet lebih banyak pemain R6S untuk bergabung bersama
komunitasnya.

Di tahun 2018, R6 IDN pun membuat turnamen baru yang jenjangnya lebih rendah,
yang diberi nama Community Cup.

Indonesian Series League (ISL) pun berlanjut di awal tahun (sekitar bulan April) 2018.
Namun, ISL kedua ini masuk dalam rangkaian turnamen Run N Gun 4 Nations. Kala
itu, ISL 2 berfungsi sebagai kualifikasi untuk menentukan siapa wakil Indonesia yang
bisa berlaga di turnamen yang melibatkan peserta dari 4 negara, Indonesia, Thailand,
Singapura, dan Filipina.

Di bulan April 2018 ini juga, Bobby pun mengaku sudah cukup intens berkomunikasi
dengan pihak Ubisoft. Kita akan membahas lebih jauh tentang dukungan Ubisoft ke R6
IDN di bagian selanjutnya.

ISL 3 adalah turnamen pertama R6 IDN yang mendapatkan dukungan langsung dari
Ubisoft. Total hadiah yang ditawarkan oleh turnamen ini pun mencapai Rp10 juta. Kala
itu, ISL 3 juga sudah diikuti oleh 32 tim (satu tim berisikan 5 orang pemain). Bulan
Desember 2018, ISL 4 pun digelar.

Di 2019 ini, R6 IDN sudah merencanakan jenjang kompetitif yang lebih rapih dari
sebelumnya. ComCup masih ada (sampai artikel ini ditulis, sudah sampai ComCup ke
12) dan menjadi turnamen dengan jenjang terendah. R6 IDN juga menyesuaikan
beberapa peraturan untuk ComCup di awal tahun ini agar lebih sesuai dengan
jenjangnya.

Di atas ComCup, ISL juga masih dipertahankan untuk menjadi turnamen dengan
jenjang yang lebih tinggi. Selain ComCup dan ISL yang sudah ada di tahun
sebelumnya, R6 IDN juga memperkenalkan 2 turnamen baru yang ditujukan untuk
jenjang yang lebih tinggi lagi: Star League dan Major Event.

Star League sendiri sudah berjalan dari awal tahun (Januari) 2019. Turnamen ini
diposisikan di atas ISL karena memang ada kualifikasinya dan dibagi jadi 2 kelas. Untuk
Major Event, Bobby masih belum bisa banyak bercerita tentang ini. Namun yang pasti,
Major Event ini akan menjadi kulminasi dari semua ajang kompetitif R6S di Indonesia.

Dari penjelasan tadilah, saya kira memang komunitas ini bisa disebut ambisius.
Pasalnya, setidaknya dari yang saya tahu, tidak banyak scene esports game lainnya
yang punya jenjang kompetitif yang rapih seperti yang yang coba ditawarkan oleh R6
IDN. R6 IDN ini punya jenjang kompetitif dari tingkat rookie (ComCup), semi-pro (ISL),
dan profesional (Star League); hingga kulminasi dari semua jenjang kompetitif tadi
(Major Event).
Padahal, R6 IDN memang hanya komunitas biasa (bukan perusahaan EO
ataupun publisher) meski memang mereka dapat dukungan langsung dari Ubisoft; yang
bisa dibilang sebagai salah satu publisher game terbesar di dunia saat ini.

Bentuk Dukungan Ubisoft ke R6 IDN dan


Rencana Mereka
Seperti cerita Bobby tadi, Ubisoft sendiri sebagai publisher R6S sudah memberikan
dukungan langsung ke komunitas dan esports scene R6S di Indonesia. Namun seperti
apa sebenarnya dukungan mereka?

Menurut cerita Bobby, semua kegiatan dari komunitas R6 IDN mendapatkan dukungan
dari Ubisoft. Bentuk dukungan tersebut meliputi prize pool (uang tunai untuk hadiah
kompetisi, termasuk art competition-nya), in-game currency (R6S
Credits), ataupun merchandise (seperti kaos, gantungan kunci, dan kawan-kawannya).

Saat awal dukungan, Ubisoft juga mengirimkan dana yang dapat digunakan untuk
komunitas ini membeli perlengkapan streaming.

Lalu apa sebenarnya tujuan Ubisoft memberikan dukungan langsung ke komunitas ini?
Bobby pun bercerita bahwa tujuan Ubisoft adalah untuk mendukung semua kegiatan
komunitas R6S, sekaligus meningkatkan popularitas game ini di Indonesia. Rencana
Ubisoft ini sebenarnya tak hanya untuk Indonesia tapi juga untuk Asia Tenggara dan
Asia secara keseluruhan.

Rencana konkret Ubisoft sendiri sebenarnya sudah cukup banyak untuk Indonesia, Asia
Tenggara, dan Asia. Namun hal tersebut masih tak dapat dibuka untuk publik. Semoga
saja, Ubisoft dan sejumlah rekanannya dapat turut meramaikan kembali esports PC di
Indonesia ya!

Scene Esports & Notable Teams R6S di


Indonesia
Jika tadi saya sudah menjelaskan kompetisi-kompetisi R6S di Indonesia dan
jenjangnya, sekarang mari kita lihat kondisi scene esports R6S di Indonesia.

Saat ini, menurut data dari ComCup terakhir, ada 30 tim yang ikut serta turnamen
tersebut. Ada belasan tim lain juga yang sudah sering terdengar di berbagai kompetisi
garapan R6 IDN. Sayangnya, berhubung akan jadi terlalu panjang, saya tak bisa
menyebutkan semuanya.
Meski demikian, ada beberapa notable tim R6S yang yang patut diceritakan. Pertama,
ada tim yang bernama iNation. iNation merupakan salah satu tim R6S tertua di
Indonesia. Selain itu, saat artikel ini ditulis, pemilik tim iNation (yang juga punya bisnis
warnet) juga punya 3 tim lagi selain iNation.

Selain iNation, ada tim Ferox. Tim Ferox juga salah satu tim tertua di sejarah kompetisi
R6S di Indonesia. Istimewanya, tim ini memiliki para pemain yang punya skill individu
dan gameplay yang unik. Permainan mereka bisa saja berubah tergantung dari siapa
lawan yang dihadapi.

Setelah itu, ada yang namanya tim Scrypt. Scrypt bisa dibilang sebagai tim R6S
Indonesia yang paling baik catatan prestasinya. Pasalnya, tim ini pernah mewakili
Indonesia bertanding di ajang ESL Pro League APAC Finals tahun 2018. Kala itu, tim
ini juga diakuisisi oleh Aerowolf, organisasi esports Indonesia yang bisa dibilang paling
fokus mengejar esports PUBG.

Sudah berpisah dengan Scrypt, Aerowolf sekarang juga masih punya tim R6S
sebenarnya. Namun tim R6S Aerowolf saat ini terdiri dari para pemain asal
Singapura. Aerowolf, Scrypt, dan Ferox, ketiganya masuk ke dalam ESL Pro
League kawasan APAC untuk musim ini.

Jika berbicara soal jumlah pemain atau penonton, R6S sendiri mungkin memang masih
kalah dibanding Dota 2; apalagi dibanding esports game mobile. Namun demikian, satu
hal yang perlu dicatat, pemain ataupun penggemar R6S tadi mungkin memang tak akan
mungkin mengalahkan jumlah esports mobile.

Kenapa? Karena R6S sendiri memang game berkelas, jika tak mau dibilang mahal.
Saat artikel ini ditulis, R6S masih dibanderol dengan harga Rp229 ribu di Steam. Itu
pun versi paling murahnya. Ada versi Deluxe-nya yang di harga Rp345 ribu dan versi
paling lengkapnya (Ultimate Edition) yang mencapai nominal Rp1,149 juta.

Itu tadi masih harga game-nya, belum harga komponen (PC) yang dibutuhkan untuk
bermain R6S dengan nyaman. Rekomendasi sistem minimal yang dicantumkan di
Steam ataupun website resmi mereka memang cukup terjangkau namun spesifikasi
tersebut belum ideal untuk kelas esports-nya.

Bobby dan saya setuju bahwa kartu grafis minimal yang dibutuhkan untuk bermain R6S
dengan nyaman adalah GeForce GTX 1060 atau yang setara. Belum lagi, saya tahu
betul gamer FPS di PC itu adalah yang paling rewel soal monitor yang refresh rate-nya
di atas 60Hz. Saya pun mencoba membuat simulasi spek PC yang dibutuhkan agar
nyaman bermain R6S. Hasilnya? Saya butuh lebih dari Rp20 juta untuk mendapatkan
sebuah desktop gaming untuk R6S. Disclaimer, standar spek PC saya mungkin sedikit
lebih tinggi dari kebanyakan gamer; jadi mungkin spek desktop di harga belasan juta
bisa dikompromikan untuk yang sedikit lebih terbatas.
Karena itulah, pasar esports R6S, termasuk di Indonesia, memang mungkin tidak akan
bisa masif layaknya game ponsel namun para gamer R6S sebenarnya bisa
dikategorikan ke dalam pasar menengah atas. Pasar ini bisa jadi cocok untuk target
pemasaran produk-produk mahal (jika menghitung perkiraan daya beli gamer R6S).
Namun sayangnya, sepertinya masih belum banyak para pelaku
industri esports Indonesia yang memperhitungkan daya beli pasarnya. Lain kali,
mungkin saya akan mencoba membahas soal ini lebih detail.

Scene Esports R6S Internasional

Lalu bagaimana dengan scene esports R6S di dunia internasional? Barangkali ada juga
tim-tim lain seperti BOOM ID yang lebih tertarik untuk mengejar prestasi internasional,
ijinkan saya sedikit bercerita sedikit tentang ini.

Di dunia internasional, R6S sendiri mungkin memang masih di bawah Dota 2 ataupun
LoL dari sisi popularitas ataupun prize pool turnamen. Namun demikian, R6S di sana,
menurut saya, sudah sangat mendekati CS:GO (berhubung CS:GO memang tak punya
jenjang rapih seperti The International ataupun World Championship).

Di tingkat internasional, R6S punya 2 turnamen utama, yaitu ESL Pro League dan R6
Invitational. Sistem kompetisinya mungkin lebih mirip dengan LoL ketimbang Dota 2.
ESL Pro League dapat diibaratkan seperti LCS, LCK, LPL, ataupun liga-liga LoL tiap-
tiap kawasan. Pasalnya, Pro League R6S juga dibagi jadi 4 kawasan (Eropa, Amerika
Utara, Amerika Latin, dan Asia Pasifik), setidaknya sampai artikel ini ditulis.

Sedangkan R6 Invitational adalah gelaran puncak dari esports R6S di dunia. Turnamen
ini bisa diibaratkan seperti World Championship-nya LoL. Selain 2 kompetisi utama tadi,
R6S juga punya sejumlah turnamen kelas Minor seperti yang ada di DreamHack 2017
dan 2018. Terakhir kali, G2 yang menjadi juara untuk turnamen paling bergengsi di R6S
dan membawa pulang hadiah sebesar US$800K.

PENUTUP

Akhirnya, Bobby dan kawan-kawan komunitas R6S Indonesia memang punya


harapan kepada kawan-kawan media, tim esports, event organizer, ataupun sponsor
untuk turut memeriahkan esports R6S di Indonesia.

Saya pribadi sebenarnya juga tertarik melihat masa depan esports R6S di Indonesia.
Pasalnya, bisa dibilang R6S adalah salah satu game esports termahal yang ada di
Indonesia (yang bisa mengalahkannya, dari sisi harga perangkat, mungkin hanya dari
Sim Racing). Jika R6S bisa populer di Indonesia, hal ini akan mematahkan anggapan
banyak orang, lokal ataupun internasional, yang mengatakan bahwa Indonesia hanya
cocok untuk pasar low-end.
Plus, di sisi industri esports-nya sendiri, bagi saya pribadi; lebih sehat saja jika
industrinya punya target pasar yang berbeda-beda kelas ekonominya. Ponsel saja
punya klasifikasi target pasar dari yang kelas bawah sampai kelas sultan. Demikian
juga dengan industri-industri subur lainnya, seperti pendidikan, properti, F&B, dkk,
semuanya punya klasifikasi pasar yang berbeda-beda.

Sedangkan di esports Indonesia, sepertinya belum banyak yang menyadari hal ini
karena kebanyakan pelakunya masih mengejar volume masif yang biasanya memang
hanya bisa ditawarkan kelas low-end…
Populous to Collaborate on Design of North
America's First eSports Stadium
 08:00 - 29 March, 2018
 by Kaley Overstreet
https://www.archdaily.com/891105/populous-to-collaborate-on-design-of-north-americas-first-esports-
stadium

Last week, the City of Arlington, Texas announced plans to collaborate with Populous in
transforming the city’s convention center into North America’s first Esports Stadium. This
100,000-square-foot venue will be designed to draw in both competitive players and fans
from around the world, and create the most immersive experience in the live esports
market.
The design of the stadium will be flexible in order to house a wide variety of esports events.
Not only will it feature a major competition arena, but also gaming, retail, and social spaces,
VIP areas, a broadcast studio, and training areas for competing tea“This esports stadium
will transform the Arlington Convention Center and position the city as the epicenter for
esports in the heart of North America,” said Brian Mirakian, senior principal at Populous.
“Esports fans will encounter a live experience unlike any other, by way of space for up to
1,000 spectators, VIP amenities and year-round event potential.”
“I know the gaming community across the globe is going to fall in love with this stadium and
with Arlington,” said Arlington Mayor Jeff Williams. “We’re ready for the biggest tournaments
in the esports industry to call Arlington home.”

The esports market, still in its early stages of development, is a phenomenon that shows
promise to have an impact on not only the world of traditional sports but a new variation on
stadium typologies as we know them. Last year, esports was valued at just under 500
million dollars, and by 2020, is projected to be a 1.5 billion dollar industry.

Esports arenas are envisioned to be adaptable, programmable, and serve a multitude of


events- something that traditional sports stadiums often don’t have the ability to do. While
stadiums typically house their home sporting events and occasional music performances,
esports arenas aim to expand outside the confines of their venue by imagining the design of
neighborhood areas with different buildings to support a range of crowd sizes and event
types. From multi-level gaming experiences to high-performance training buildings, labs,
drone racing courses, esports villages will have year-round events for the public to
experience.

This type of development has the ability to offer what a sports and entertainment venue
aims to provide: a constant flow of spectators who can interact and experience technology
in a way that drives a new brand and increases revenue and investment opportunities.

You might also like