Naskah Publikasi Ilmiah

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI PAKIS AKIBAT LIMBAH

PABRIK GULA PAKIS BARU DI KECAMATAN TAYU


KABUPATEN PATI

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan


Mencapai derajat Sarjana S-1
Fakultas Geografi

Diajukan Oleh :
Yusmita Nadhiroh
NIM: E 100 120 010

FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI PAKIS AKIBAT LIMBAH PABRIK GULA
PAKIS BARU DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI

Yusmita Nadhiroh¹, Alif Noor Ana², Yuli Priyana²


¹Mahasiswa Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
² Staf Pengajar Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
*Email: yusmitha.nadhiroh@gmail.com

THE ANALYSIS OF WATER QUALITY IN PAKIS RIVER CAUSED BY THE WASTE


OF PAKIS BARU SUGAR INDUSTRY IN TAYU SUB DISTRICT REGENCY OF PATI.

ABSTRACT

Quality of water is affected by several factors which particularly caused by the present
of human activities. Pakis River is a river used by Pakis Baru sugar factory as dump of liquid
waste. In every season of grinding, the river experiences physical change. The objective of the
research is to understand the distribution of water quality, to figure out the point of swa
penahiran of Pakis River, and to figure out the effect of contamination from waste banishment
by Pakis Baru sugar factory toward physical condition of water environment and society in
Tayu sub district regency of Pati. Method used in this research is field survey method. Sampling
technique used is systematic sample method. Analysis of this research includes Analysis trend,
descriptive analysis and questionnaire method.
The water quality condition of Pakis River based on laboratory test from the upper
course to lower course is experiencing quality derivation which is shown by the parameter
(temperature, color, scent, TSS, BOD, COD, and DO) exceeding standard quality. The
derivation of river water quality is caused by the amount of organic substances within sugar
factory waste. The lower Pakis River back to normal, it is caused by the present of
decomposition process, the present of oxygen addition from atmosphere. Those are the signs
that Pakis River is facing self purification; which is on 8 points that are remarked by derivation
of BOD and the increase of DO (4 and 2.97 mg/L). Sugar liquid waste gives impact toward
physical condition of water environment (temperature, color, scent and TSS).Tthe factory waste
do not affect toward agriculture or society’s health.
Keywords: River, Water quality, waste of sugar industry.

1
ABSTRAK

Kualitas air sungai dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terutama disebabkan oleh
adanya kegiatan manusia. Sungai Pakis merupakan sungai yang digunakan Pabrik Gula Pakis
Baru sebagai tempat pembuangan limbah cair. Pada setiap musim giling, sungai tersebut
mengalami perubahan fisik. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui distribusi kualitas air,
mengetahui titik swa penahiran Sungai Pakis, dan mengetahui dampak pencemaran dari
pembuangan limbah Pabrik Gula Pakis terhadap kondisi fisik lingkungan air dan masyarakat di
Kecamatan Tayu Kabupaten Pati. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
survey lapangan. Pemilihan sampel air Sungai Pakis dan responden menggunakan metode
sampel sistematis. Analisa pada penelitian ini meliputi Trend Analisys, analisis deskriptif, dan
metode angket.
Kondisi kualitas air Sungai Pakis berdasarkan uji laboratorium dari arah hulu menuju
hilir mengalami penurunan kualitas yang ditunjukkan adanya parameter (suhu, warna, bau, TSS,
BOD, COD, dan DO) yang melebihi baku mutu. Menurunnya kualitas air sungai dikarenakan
besarnya kandungan bahan-bahan organik yang terkandung dalam limbah pabrik gula. Semakin
ke hilir Sungai Pakis kembali normal, dikarenakan adanya proses dekomposisi, adanya
tambahan oksigen dari atmosfer ataupun dari tumbuhan air. Hal tersbut menandai bahwa Sungai
Pakis mengalami swa penahiran (self purification), yaitu pada titik 8 yang ditandai dengan
menurunnya BOD dan naiknya DO (4 dan 2,97 mg/l). Limbah pabrik gula memberi dampak
terhadap kondisi fisik lingkungan air (suhu,warna,bau dan TSS), suhu air sungai tinggi, berbau
busuk dan warna menjadi hitam. Limbah tersebut tidak berdampak terhadap pertanian ataupun
kesehatan masyarakat.
Kata Kunci: Sungai, kualitas air, limbah pabrik gula.

PENDAHULUAN Sungai Pakis, sehingga sungai tersebut


Geografi menjelaskan gejala – gejala mengalami perubahan fisik, yaitu berbau
dan sifat – sifat dari permukaan bumi dan busuk dan berwarna hitam.
penduduknya, disusun menurut letaknya dan Untuk mengetahui pengaruh limbah
menjelaskan tentang kebersamaan dan pabrik gula terhadap kualitas air sungai,
hubungan timbal balik antara gejala – gejala maka perlu diketahui dari perubahan
dan sifat – sifat tersebut. Gejala dan sifat konsentrasi parameter sifat air yang
tersebut dari permukaan bumi dan penduduk terkandung dalam air sungai tersebut.
misalnya morfologi permukaan bumi, iklim, Adapun parameter yang digunakan untuk
penduduk, tumbuhan, binatang, dan menentukan kondisi air Sungai Pakis
termasuk air. tersebut meliputi parameter fisika yaitu
Sungai merupakan tempat-tempat dan suhu, bau, warna, dan TSS, sedangkan
wadah – wadah serta jaringan pengaliran parameter kimia yaitu pH, BOD,COD, dan
sungai mulai dari mata air sampai muara DO.
dengan dibatasi kanan dan kirinya serta
sepanjang pengalirannya oleh garis luar Tujuan
pengamatan (Peraturan Pemerintah No.35 Tujuan dari penelitian ini yaitu:
tahun 1991). Kualitas air sungai dapat 1. Mengetahui distribusi kualitas air Sungai
diketahui melalui faktor fisik, kimia maupun Pakis akibat Pabrik Gula Pakis.
biologi. 2. Mengetahui titik swa penahiran Sungai
Di Indonesia perkembangan industri Pakis
sangat pesat, sehingga masalah pencemaran 3. Mengetahui dampak pencemaran dari
lingkungan yang ditimbulkan oleh limbah Pabrik Gula Pakis terhadap kondisi fisik
industri sangat mendesak untuk diwaspadai. lingkungan air dan masyarakat di
Pabrik gula merupakan salah satu industri Kecamatan Tayu Kabupaten Pati.
yang menghasilkan limbah, baik limbah
padat, cair maupun gas. Setiap musim giling
Pabrik Gula Pakis membuang limbah cair ke

2
Kajian Pustaka Teknik pemilihan sampel
Kualitas air adalah sifat air dan Penelitian ini menggunakan metode
kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau sampel sistematis (systematic sampling)
komponen lain didalam air. kualitas air merupakan metode pengambilan sampel
dinyatakan dengan parameter, yaitu dengan cara pengambilan sampel dipilih
parameter fisika dan kimia. Parameter kimia berdasarkan interval yang sudah tertentu dan
meliputi suhu, kekeruhan, padatan terlarut tetap.
dan sebagainya. Parameter kimia meliputi 1. Sampel air sungai
pH, oksigen terlarut, BOD, kadar logam, dan Dalam pengambilan sampel air
sebagainya. (Effendi, 2003). peneliti mengambil 9 sampel. Adapun
Parameter utama untuk kilang pertimbangan pengambilan sampel pada
penggilingan tebu dan pemurnian gula setiap jarak 250 m dikarenakan pada setiap
adalah BOD, COD, TSS, dan pH. Parameter jarak tersebut terjadi perubahan kondisi fisik
sekunder adalah temperatur, nitrogen, air sungai yang diakibatkan oleh limbah
minyak dan lemak, sulfida, dan padatan pabrik gula.
keseluruhan. (EMDI-BAPEDAL, 1994). 2. Sampel Responden
Suatu proses air secara alamiah Untuk mengetahui dampak limbah
memperbaiki kualitasnya seperti keadaan industri Pabrik Gula Pakis terhadap kondisi
semula yang berupa sedimentasi, flokulasi, fisik air sungai dan masyarakat di daerah
oksidasi dan filtrasi disebut dengan swa penelitian. Peneliti mengambil 72 sampel
penahiran atau ”self purification”. masyarakat di sekitar titik pengambilan
Penjernihan kembali secara alamiah pada sampel air sungai.
badan-badan air yang mengalami
pencemaran dapat dilihat melalui beberapa
indikator secara fisik, kimia maupun biologi.
(Ryadi 1984, dalam Crystina Novia Sari,
2003).

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode survei lapangan (observasi,
angket dan analisis laboratorium). Metode
ini digunakan untuk pengambilan sampel
air, pengamatan terhadap kondisi fisik yang
berkaitan dengan daerah penelitian.
Tabel 1.Keterangan Lokasi Pengambilan Sampel Air
No Lokasi Jarak
Sampel Air Keterangan Lokasi
Sampel (m)
Sebelum memasuki kawasan
1 - 250 Air Sungai
Pabrik Gula
2 0 Air Limbah Saluran limbah pabrik gula
3 ± 250 Air Sungai Terletak di Desa Pakis
4 ± 500 Air Sungai Terletak di Desa Pakis
5 ± 750 Air Sungai Terletak di Desa Pakis
6 ± 1000 Air Sungai Terletak di Desa Pakis
7 ± 1250 Air Sungai Terletak di Desa Pakis
8 ±1500 Air Sungai Terletak di Desa Pakis
9 ±1750 Air Sungai Terletak di Desa Pakis
Sumber: Penulis.

3
Gambar 1. Peta Sebaran Sampel Air Sungai Pakis Kecamatan Tayu Kabupaten Pati

Macam Data Analisis Data


Data yang digunakan pada penelitian 1. Analisis kecenderungan (Trend Analysis)
ini terdiri atas data primer dan data sekunder yaitu analisis yang menjelaskan
yang berhubungan dengan obyek penelitian. hubungan antara parameter kualitas air
Data primer meliputi: dengan jarak dari sumber polutan.
a. Fisik: suhu, warna, bau, dan TSS. 2. Menganalisis ada tidaknya proses swa
b. Kimia: pH, BOD, COD, dan DO. penahiran atau “self purification” dengan
Data sekunder meliputi: Analisis deskriptif.
a. Data curah hujan untuk mengetahui 3. Menganalisis dampak dari Pabrik Gula
tipe iklim daerah penelitian. Pakis terhadap kondisi fisik lingkungan
b. Baku mutu limbah industri gula air dan masyarakat dengan menyebar
menurut Peraturan Kementrian angket pada masyarakat di sekitar Sungai
Lingkungan Hidup No.05 Tahun 2010 Pakis.
tentang Baku mutu limbah cair
industri gula untuk mengetahui kadar HASIL
maksimum yang diperbolehkan. Parameter fisik yang digunakan dalam
c. Data jumlah penduduk Kecamatan penelitian ini meliputi suhu, warna, bau dan
Tayu berdasarkan Kecamatan Tayu TSS (Total Suspended Solid/Padatan
Dalam Angka Tahun 2012. Tersuspensi). Pengukuran dilakukan pada
d. Data penggunaan lahan berdasarkan musim giling. Parameter ini ada yang mudah
Kecamatan Tayu Dalam Angka Tahun diamati langsung di lapangan yaitu suhu,
2012. warna, dan bau, tetapi ada pula yang diamati
e. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : di Laboratorium yaitu TSS.
25 000. 1. Suhu
f. Peta Administrasi Kecamatan Tayu. Suhu berpengaruh terhadap aktivitas
kimiawi dan biologis di dalam air.
Perubahan suhu berpengaruh terhadap

4
proses fisika, kimia, dan biologis dalam air. 2. Warna
Kenaikan suhu air akan menimbulkan Warna perairan biasanya
beberapa akibat sebagai berikut: jumlah dikelompokkan menjadi dua, yaitu warna
oksigen terlarut di dalam air menurun, sesungguhnya (true color) dan warna tampak
kecepatan reaksi kimia meningkat, (apparent color). Warna sesungguhnya
kehidupan ikan dan hewan air lainnya adalah warna yang hanya disebabkan oleh
terganggu dan jika batas suhu yang bahan-bahan kimia terlarut. Warna tampak
mematikan terlampaui ikan dan hewan air adalah warna yang tidak hanya disebabkan
lainnya mungkin akan mati (Fardiaz, 1992). oleh bahan terlarut, tetapi juga oleh bahan
Hasil pengukuran dari titik 1 – 9 dapat tersuspensi. Pada penentuan warna
diketahui bahwa suhu Sungai Pakis berkisar sesungguhnya, bahan-bahan tersuspensi
antara 25 – 29 ºC. Dari Tabel 2 dan Gambar yang dapat menyebabkan kekeruhan
1 suhu dapat diketahui bahwa tertinggi dipisahkan terlebih dahulu. (Effendi, 2003)
terletak pada titik 2 yaitu 29 ºC. Kenaikan Pada penelitian ini warna air sungai
suhu air sungai dikarenakan adanya diamati di lapangan dengan indra
pengaruh dari suhu limbah pabrik gula yang penglihatan. Adapun hasilnya disajikan pada
masuk ke sungai. Suhu limbah pabrik gula Tabel 3.
sendiri yaitu 30 ºC. Tabel 3. Warna Air Sungai Pakis
Pada titik 3 sampai dengan 9, suhu air Titik Jarak (m) Warna
sungai menurun menjadi normal yaitu dari 1 -250 Jernih
27 – 26 ºC. Penurunan suhu disebabkan, 2 0 Hitam
karena air sungai bertambah dari aliran 3 250 Hitam
rumah tangga, sehingga suhu air sungai 4 500 Hitam
menjadi dominan dan akhirnya mampu 5 750 Hitam
menstabilkan suhu dalam air sungai. 6 1000 Hitam
Tabel 2. Suhu (Cº) Sungai Pakis 7 1250 Agak Jernih
Titik Jarak (m) Suhu (Cº) 8 1500 Jernih
1 -250 25 9 1750 Jernih
2 0 29 Sumber: Analisa Lapangan, 2013.
3 250 27 Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa
4 500 26 warna air Sungai Pakis pada titik 1 masih
5 750 26 jernih. Setelah terkena air limbah pabrik
6 1000 26 gula yaitu pada titik 2 – 6 air sungai
7 1250 26 berwarna hitam. Hal ini menunjukkan
8 1500 26 bahwa air sungai telah tercemar karena air
9 1750 26 limbah telah membusuk akibat bakteri
Sumber: Analisa Lapangan, 2013 anaerob. Pada titik 7 - 9 air sungai mulai
berubah kembali seperti semula, karena
adanya proses dekomposisi atau penguraian
bahan - bahan organik oleh bakteri.

3. Bau
Bau dalam air sukar untuk dinyatakan
dalam skala, karena banyak ragamnya.
Penentuan bau menggunakan panca indra,
kriteria bau misalnya berbau busuk, berbau
anyir, berbau lumpur berbau minyak dan
sebagainya. Kandungan bahan organik yang
berlebihan dalam air limbah maupun air
Gambar 1. Grafik Hubungan antara Suhu sungai dapat menyebabkan bau busuk. Bau
dengan Jarak busuk ini muncul karena ada proses

5
pembusukan bahan organik oleh bakteri masing – masing berurutan adalah 55, 13
dengan menggunakan oksigen terlarut. dan 4 mg/l. Menurunnya nilai konsentrasi
Pengamatan bau langsung dilakukan TSS dikarenakan adanya tambahan oksigen
di lapangan. Berdasarkan Tabel 4 dapat dari proses fotosintesis tanaman air. Adanya
dilihat bahwa air Sungai Pakis setelah proses dekomposisi atau penguraian bahan –
terkena limbah pabrik gula berbau, yaitu bahan organik oleh bakteri, hal tersebut
pada titik 2 sampai 6. Sungai telah berubah terbukti bahwa air Sungai Pakis menjadi
menjadi bau menyengat dan busuk, dari bau keruh setelah terkena limbah pabrik gula
tersebut menunjukkan bahwa Sungai Pakis
telah terjadi pembusukan bahan-bahan Tabel 5. Konsentrasi TSS (mg/l) Air Sungai
organik oleh bakteri dengan menggunakan Pakis
oksigen terlarut. Baku
Pada titik 8 dan 9 keadaan Sungai Jarak TSS Mutu
Titik
Pakis tidak berbau. Hal itu dikarenakan (m) (mg/l) Kelas III
adanya proses dekomposisi atau penguraian (mg/l)
bahan – bahan organik oleh bakteri, serta 1 -250 9
adanya tambahan oksigen dari proses 2 0 217
fotosintesis tanaman air.
3 250 175
Tabel 4.Bau Air Sungai Pakis
Titik Jarak (m) Bau 4 500 165
1 -250 Tidak Bau 5 750 83 400
2 0 Bau 6 1000 81
3 250 Bau 7 1250 55
4 500 Bau 8 1500 13
5 750 Bau
6 1000 Bau 9 1750 4
7 1250 Agak Bau Sumber: Analisa Laboratorium, 2013.
8 1500 Tidak Bau
9 1750 Tidak Bau
Sumber: Analisa Lapangan, 2013.

4. TSS
Padatan tersuspensi (Total Suspended
Solid/TSS) terdiri dari partikel-partikel yang
ukuran maupun beratnya lebih kecil dari
pada sedimen, misalnya tanah liat, bahan-
bahan organik tertentu, sel-sel
mikroorganisme, dan sebagainya. (Fardiaz,
1992).
Pada penelitian ini TSS dianalisa di Gambar 2. Grafik Hubungan antara TSS
laboratorium dengan menggunakan metode dengan Jarak dari Sumber Pencemar
spektrofotometri. Pada Tabel 5 dapat
diketahui bahwa Nilai konsentrasi TSS Kualitas Kimia
Sungai Pakis berkisar antara 217 – 4 mg/l. Parameter kimia yang diteliti pada
Tingginya nilai konsentrasi TSS penelitian ini adalah pH, BOD, COD, dan
dikarenakan banyaknya padatan dari limbah DO. Parameter kimia ini sulit atau tidak
pabrik gula yang dibuang di Sungai Pakis dapat dilihat secara langsung dengan panca
sehingga mempengaruhi kejernihan air indra. Untuk mengetahui parameter kimia
sungai. ini di analisa di Laboratorium.
Semakin ke hilir nilai konsentrasi TSS
semakin menurun, dapat terlihat pada titik 7
sampai dengan 9, nilai konsentrasi TSS

6
1. pH kandungan ion H dalam air limbah pabrik
Air normal yang memenuhi syarat gula.
untuk suatu kehidupan mempunyai pH Pada titik 6 sampai dengan 9, nilai
sekitar 6,5 - 7,5. Air akan bersifat asam atau pH masing – masing berurutan 6.35, 6.57,
basa tergantung besar kecilnya pH. Bila pH 6.81 dan 6,98. Hal ini menandakan bahwa
di bawah pH normal, maka air tersebut nilai pH air Sungai Pakis bersifat normal.
bersifat asam, sedangkan air yang Hal ini dikarenakan adanya proses
mempunyai pH diatas normal berarti bersifat dekomposisi, sehingga berangsur – angsur
basa. Air limbah dan buangan industri akan nilai pH kembali menjadi normal. Kondisi
mengubah pH air yang akhirnya akan Sungai Pakis pada titik tersebut ditandai
mengganggu kehidupan organisme di dalam dengan terdapatnya ikan – ikan yang hidup
air (Wardhana, 2004). kembali.
Pada penelitian ini pH dianalisa di
laboratorium dengan metode Potensiometri. 2. BOD
Dari pengukuran tersebut didapat hasil Menururt Slamet Riyadi (1984) BOD
seperti pada Tabel 6 dan Gambar 3. adalah sejumlah oksigen dalam sistem air
Tabel 6. Konsentrasi Ion Hidrogen (pH) yang dibutuhkan oleh bakteri aerobik untuk
Sungai Pakis menetralisir atau menstabilkan bahan-bahan
Baku sampah (organik) dalam air melalui proses
Jarak
Titik pH Mutu oksidasi biologis (biologis oxydation) secara
(m)
Kelas III. dekomposisi aerobik.
1 -250 7 Dalam penelitian ini BOD dianalisa di
2 0 5,11 laboratorium dengan metode Jodometri.
3 250 5,2 Pada Tabel 7 dan Gambar 3 dapat diketahui
bahwa nilai konsentrasi BOD Sungai Pakis
4 500 5,57
berkisar antara 1 – 116 mg/l. Peningkatan
5 750 5,98 6–9 nilai konsentrasi BOD mengindikasikan
6 1000 6,35 terjadinya peningkatan buangan limbah
7 1250 6,57 organik ke Sungai Pakis. Pada titik 2 sampai
8 1500 6,81 dengan 7 terjadi penurunan nilai konsentrasi
9 1750 6,98 BOD, masing – masing berurutan adalah
116, 81, 69, 60, 58, dan 12 mg/l. Pada titik
Sumber: Analisa Laboratorium, 2013.
tersebut nilai konsentrasi BOD telah
melampaui ambang batas maksimum kriteria
baku mutu air kelas III yaitu 6 mg/l.
Semakin ke hilir nilai konsentrasi
BOD semakin menurun. Hal ini dikarenakan
adanya proses dekomposisi sehingga bakteri
yang memerlukan oksigen berkurang, proses
dekomposisi di Sungai Pakis tersebut
ditandai dengan munculnya gelembung atau
buih pada permukaan air sungai.
Tabel 7. Nilai Konsentrasi BOD (mg/l) Air
Sungai Pakis
Gambar 3. Hubungan antara pH dengan
Baku
Jarak dari Sumber Pencemar Jarak BOD
Titik Mutu kelas
Pada Tabel 6 dan Gambar 3 dapat (m) (mg/l)
III (mg/l)
diketahui bahwa nilai pH Sungai Pakis
berkisar antara 5,11 – 7. Pada titik 2 sampai 1 -250 1
dengan 5, nilai pH masing – masing 2 0 116
6
berurutan 5.11, 5.2, 5.57, dan 5,98. Pada 3 250 81
titik tersebut air Sungai Pakis bersifat asam, 4 500 69
penurunan pH dikarenakan terdapatnya

7
Lanjutan Tabel 7
5 750 60
6 1000 58
7 1250 12
8 1500 4
9 1750 1
Sumber: Analisa Laboratorium, 2013.

Gambar 5. Hubungan antara COD dengan


Jarak dari Sumber Pencemar

Dapat dilihat pada Tabel 8 dan


Gambar 5, bahwa nilai konsentrasi COD
Sungai Pakis berkisar antara 8 – 814 mg/l.
Tingginya nilai konsentrasi COD
dikarenakan banyaknya kandungan bahan
organik yang terdapat pada air limbah pabrik
Gambar 4. Hubungan antara BOD dengan gula. Sebelum terkena air limbah nilai
Jarak dari Sumber Pencemar. konsentrasi COD sebesar 8 mg/l.
Pada titik 2 sampai dengan 7 nilai
3. COD konsentrasi COD Sungai Pakis tinggi,
Menurut Wardhana (2004), COD masing – masing berurutan yaitu 814, 427,
adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar 403, 400, 306, dan 89 mg/l. Pada titik
bahan buangan yang ada di dalam air dapat tersebut nilai konsentrasi COD ini sudah
teroksidasi melalui proses kimia. Pada melampaui ambang batas kriteria Baku
penelitian ini analisa COD dilakukan di Mutu Air kelas III yaitu 50 mg/l.
laboratorium dengan menggunakan metode Semakin ke hilir nilai konsentrasi
Reflux tertutup. COD semakin menurun, yaitu pada titik 8
Tabel 8. Nilai COD (mg/l) Air Sungai Pakis dan 9 nilai konsentrasi COD sampai 16 dan
Baku 8 mg/l. Menurunnya nilai konsentrasi COD
Jarak COD karena Sungai Pakis materialnya tersusun
Titik Mutu kelas
(m) (mg/l) dari material kasar berupa kerikil, sehingga
III (mg/l)
1 -250 8 aliran kecepatan air sungai bersifat turbulen.
Dengan demikian proses pencemaran air
2 0 814 sungai tersebut hampir merata pada seluruh
3 250 427 badan air. Selanjutnya akan diteruskan
4 500 403 dengan adanya proses flokulasi atau
5 750 400 50 pengikatan senyawa koloid suspensi secara
6 1000 306 kimia sehingga terbentuk endapan.
Kemudian terjadi pengendapan, karena
7 1250 89
endapan yang terbentuk pada proses kimia
8 1500 16 berat jenisnya lebih besar dari pada air.
9 1750 8
Sumber: Analisa Laboratorium, 2013. 4. DO
Menurut Sugiharto (1987), Oksigen
terlarut adalah banyaknya oksigen yang
terkandung didalam air dan diukur dalam
satuan mg/l atau ppm. Oksigen terlarut ini
dipergunakan sebagai tanda derajat
pengotoran limbah yang ada. Semakin besar

8
oksigen terlarut, maka menunjukkan derajat
pengotoran yang relatif kecil.
Dalam penelitian ini analisa DO
dilakukan di laboratorium dengan metode
jodometri. Dapat dilihat pada Tabel 9 dan
Gambar 6 bahwa nilai konsentrasi DO di
Sungai Pakis berkisar antara 0.06 – 6.57
mg/l. Pada titik 1 nilai konsentrasi DO
sebesar 6.42 mg/l. Hal ini dikarenakan air
Sungai Pakis belum terkena limbah pabrik
gula.
Pada titik 2 sampai dengan 4 nilai
konsentrasi DO <1 mg/l, masing – masing
berurutan adalah 0.06, 0.09, dan 0.11 mg/l. Gambar 6. Hubungan antara DO dengan
Menurunnya nilai konsentrasi DO Jarak dari Sumber Pencemar.
dipengaruhi oleh adanya proses penguraian
dan pembusukan bahan organik akibat Swa Penahiran (Self Purification)
meningkatnya buangan limbah pabrik gula. Setelah dilakukan pengamatan di
Pada titik 2 sampai dengan 8 nilai lapangan dan analisa sampel air sungai di
konsentrasi DO telah melampaui ambang laboratorium, diperoleh hasil bahwa Sungai
batas baku mutu air kelas III yaitu 3 mg/l. Pakis mengalami swa penahiran (self
Semakin ke hilir nilai konsentrasi DO purification) mulai pada titik 8 yaitu pada
kembali seperti semula. Hal ini dikarenakan jarak 1500 meter. Hal ini dibuktikan dengan
berkurangnya bahan organik akibat proses adanya penurunan nilai konsentrasi BOD
penguraian dan pembusukan oleh bakteri, (kebutuhan oksigen biologi) dan naiknya
sehingga bahan organik berkurang dan nilai konsentrasi DO (oksigen terlarut).
kebutuhan oksigen yang digunakan dalam Pada titik 1 yaitu lokasi saat air sungai
penguraianpun berkurang. Kondisi tersebut belum terkena limbah nilai konsentrasi DO
ditandai dengan munculnya gelembung atau sebesar 6.42 mg/l dan nilai konsentrasi BOD
buih pada permukaan air sungai. Adanya yaitu 1 mg/l. Hal ini dikarenakan pada lokasi
pula tambahan oksigen dari proses tersebut air sungai belum terkena limbah
fotosintesis oleh tanaman air. pabrik gula. Pada titik 2 nilai konsentrasi
Tabel 9. Nilai DO (mg/l) Air Sungai Pakis DO yaitu 0,06 mg/l dan nilai konsentrasi
Baku BOD yaitu 116 mg/l. Menurut Riyadi (1984)
Jarak DO
Titik Mutu kelas pada titik ini disebut dengan fase degradasi,
(m) (mg/l)
III (mg/l) karena pada titik ini limbah pabrik gula
1 -250 6,42 pertama kali masuk ke sungai. Pada titik 3
2 0 0,06 dan 4 nilai konsentrasi DO sampai 0.06 dan
0.09 mg/l, dan nilai konsentrasi BOD
3 250 0,09 sampai 81 dan 69 mg/l. Fase ini merupakan
4 500 0,11 fase dekomposisi yaitu penguraian bahan –
5 750 1,2 3 bahan organik oleh bakteri, sehingga nilai
6 1000 1,45 oksigen terlarut turun hingga menjadi nol
7 1250 2,27 dari keadaan normal.
Pada titik 5 sampai dengan 7 nilai
8 1500 2,97
konsentrasi DO masing –masing adalah
9 1750 6,57 1.20, 1.45, dan 2,27 mg/l. Nilai konsentrasi
Sumber: Analisa Laboratorium, 2013. BOD masing – masing adalah 60, 58, dan
17 mg/l. Hal ini menunjukkan bahwa pada
titik tersebut merupakan fase rehabilitatif.
Nilai konsentrasi DO berangsur-angsur
meningkat karena telah adanya proses
dekomposisi. Pada titik 8 dan 9 yaitu pada

9
jarak 1500 dan 1750 meter nilai konsentrasi Dampak Terhadap Kondisi Fisik
DO sampai 2,97 dan 6,57 mg/l dan nilai Lingkungan Air dan Masyarakat
konsentrasi BOD sampai 4 dan 1 mg/l. Pada Dampak terhadap kondisi fisik
titik tersebut merupakan fase swa penahiran lingkungan air dapat dilihat dari suhu,
(self purification). Hal ini dikarenakan nilai warna, bau dan TSS. Pada penelitian ini
konsentrasi DO secara maksimal telah jenuh untuk mengetahui dampak terhadap kondisi
kembali, karena adanya proses dekomposisi, fisik lingkungan air dan masyarakat
serta adanya tambahan oksigen dari proses diperoleh dengan cara menyebar angket
fotosintesis dari tumbuhan air. Pada fase ini, kepada masyarakat yang berada di sekitar
air Sungai Pakis telah mencapai kondisi Sungai Pakis. Hasil angket disajikan pada
seperti semula jernih, dan tidak berbau. Tabel 11 sampai Tabel 15.
Tabel 10. Nilai DO dan BOD Air Sungai Tabel 11. Jawaban Terganggunya
Pakis Masyarakat Terhadap Dampak Kondisi
Fisik Sungai Pakis
DO BOD Terganggu
Titik Jarak (m) Titik Jarak (m)
(mg/l) (mg/l) Ya Tidak
1 -250 6,42 1 1 -250 - 8
2 0 0,06 116 2 0 8 -
3 250 0,09 81 3 250 8 -
4 500 0,11 69 4 500 6 1
5 750 1,20 60 5 750 5 3
6 1000 1,45 58 6 1000 4 4
7 1250 2,27 12 7 1250 4 4
8 1500 2,97 4 8 1500 2 5
9 1750 6,57 1 9 1750 - 8
Sumber: Analisa Laboratorium, 2013 Jumlah 37 33
% 52,8 47,2
. Sumber: Data Primer, 2013.
Dari Tabel 11 terlihat 52,8% pada
umumnya masyarakat merasa terganggu
dengan adanya limbah Pabrik Gula Pakis
yang dibuang ke Sungai Pakis. Dalam hal ini
terlihat dari pembuangan limbah pabrik gula
ke sungai berdampak estetika bagi
lingkungan, yaitu suhu air sungai tinggi, air
sungai berbau busuk, dan berwarna hitam.
Adapun sisanya sebanyak 47,2%
masyarakat tidak merasa terganggu dengan
buangan limbah Pabrik Gula Pakis yang
dibuang ke Sungai Pakis. Masyarakat
tersebut merupakan masyarakat yang
bertembat tinggal pada jarak kurang dari
Gambar 7. Hubungan antara BOD dengan 250 meter ataupun masyarakat yang
DO. bertempat tinggal pada jarak lebih dari 1000
meter.

10
Tabel 12. Jawaban Masyarakat Terhadap Berdasarkan Tabel 13 terlihat 59,7%
perubahan Bau di Sungai Pakis pada umumnya masyarakat menyatakan air
Bau Sungai Pakis berubah warna menjadi hitam.
Titik Jarak (m) Berubahnya warna air sungai tersebut
Ya Tidak
1 -250 - 8 dikarenakan adanya buangan limbah dari
2 0 8 - pabrik gula, sehingga air sungai tercemar.
3 250 8 - Masyarakat tersebut bertempat tinggal pada
4 500 8 - jarak 0 – 1000 meter dari sumber pencemar.
5 750 8 - Adapun sisanya sebanyak 40,3%
6 1000 5 3 masyarakat menyatakan bahwa air Sungai
7 1250 2 6 Pakis jernih. Masyarakat tersebut merupakan
8 1500 2 6 masyarakat yang bertempat tinggal pada
9 1750 - 8 jarak kurang dari 250 meter ataupun
Jumlah 41 31 masyarakat yang bertempat tinggal pada
% 56,9 43,1 jarak lebih dari 1000 meter dari sumber
Sumber: Data Primer, 2013. pencemar.
Dari Tabel 12 dapat diketahui 56,9%
sebagian besar masyarakat menyatakan Berdasarkan Tabel 14 terlihat 55,6%
Sungai Pakis berbau yang diakibatkan oleh pada umumnya masyarakat menyatakan,
limbah pabrik gula. Masyarakat tersebut bahwa air Sungai Pakis menjadi keruh.
merupakan masyarakat yang bertempat Keruhnya air sungai tersebut menandakan
tinggal pada jarak 0 – 1000 meter dari bahwa air sungai telah tercemar. Masyarakat
sumber pencemar. Adapun sisanya sebanyak yang menyatakan bahwa air sungai keruh
43, 1% masyarakat menyatakan bahwa air merupakan masyarakat yang bertempat
Sungai Pakis tidak berbau. Masyarakat tinggal pada jarak 0 – 1000 meter dari
tersebut merupakan masyarakat yang sumber pencemar.
bertempat tinggal pada jarak kurang dari 250 Adapun sisanya sebanyak 44,4%
meter ataupun bertempat tinggal pada jarak masyarakat yang menyatakan bahwa air
lebih dari 1000 meter dari sumber pencemar. sungai tidak keruh. Masyarakat tersebut
merupakan masyarakat yang bertempat
Tabel 13. Jawaban Masyarakat terhadap tinggal pada jarak kurang dari 250 meter
Perubahan Warna di Sungai Pakis ataupun bertempat tinggal pada jarak lebih
Perubahan Warna dari 1000 meter dari sumber pencemar.
Titik Jarak (m) Tabel 14.Jawaban Masyarakat Tentang
Ya Tidak
1 -250 - 8 Kekeruhan air di Sungai Pakis
2 0 8 - Keruh
Titik Jarak (m)
3 250 8 - Ya Tidak
4 500 8 - 1 -250 - 8
5 750 8 - 2 0 8 -
6 1000 6 2 3 250 8 -
7 1250 2 6 4 500 8 -
8 1500 1 7 5 750 7 1
9 1750 - 8 6 1000 5 3
Jumlah 42 30 7 1250 2 6
% 59,7 40,3 8 1500 2 6
Sumber: Data Primer, 2013. 9 1750 - 8
Jumlah 40 32
% 55,6 44,4
Sumber: Data Primer, 2013.

11
Tabel 15. Jawaban Masyarakat Tentang Dampak Pertanian Akibat Limbah Pabrik Gula Pakis
Penggunaan
Rusak apabila Perbedaan
air untuk
Titik Jarak (m) teraliri limbah Hasil
irigasi
Ya Tidak Ya Tidak Ya tidak
1 -250 5 - - 5 - 5
2 0 7 - 7 - - 7
3 250 8 - - 8 - 8
4 500 8 - - 8 - 8
5 750 5 - - 5 - 5
6 1000 4 - - 4 - 4
7 1250 6 - - 6 - 6
8 1500 6 - - 6 - 6
9 1750 8 - - 8 - 8
Jumlah 57 - 7 50 - 57
% - 12,3 87,7 - 100
Sumber: Data Primer, 2013.
Berdasarkan Tabel 15 terlihat 29ºC. Namun pada kenyataannya suhu
100% petani memanfaatkan air Sungai Pakis tersebut tidak merusak tanaman. Hal ini
untuk keperluan irigasi. Selanjutnya 87,7% dikarenakan air sungai telah bercampur
air Sungai Pakis yang terkena limbah tidak dengan suhu air sungai, sehingga airnya
merusak tanaman para petani. Pada jarak 0 berubah dari panas menjadi hangat.
meter 12,3% masyarakat mengemukakan
bahwa tanaman yang terkena limbah
tersebut akan layu, karena suhu air sungai

Tabel 16. Jawaban Masyarakat Tentang Dampak Kesehatan Akibat Limbah Pabrik Gula Pakis
Penggunaan Jenis Penyakit
Gangguan
Air Sungai
Kesehatan Gatal Sesak Nafas Diare
Titik Untuk RT
Jarak Tida
(m) Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya
k
1 -250 - 8 - 8 - 8 - 8 - 8
2 0 - 8 - 8 - 8 - 8 - 8
3 250 - 8 - 8 - 8 - 8 - 8
4 500 - 8 - 8 - 8 - 8 - 8
5 750 - 8 - 8 - 8 - 8 - 8
6 1000 - 8 - 8 - 8 - 8 - 8
7 1250 - 8 - 8 - 8 - 8 - 8
8 1500 - 8 - 8 - 8 - 8 - 8
9 1750 - 8 - 8 - 8 - 8 - 8
Jumlah - 72 - 72 - 72 - 72 - 72
% - 100% - 100% - 100% - 100% - 100%
Sumber: Data Primer, 2013.
Dari Tabel 16 terlihat 100% menyebabkan tidak adanya gangguan
masyarakat tidak menggunakan air Sungai kesehatan terhadap masyarakat di sekitar
Pakis untuk kebutuhan rumah tangga, Sungai Pakis.
dengan persentase 100%. Untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga mereka
menggunakan air sumur. Hal ini

12
KESIMPULAN meningkatkan pengawasan terhadap
1. Berdasarkan hasil analisa laboratorium pembuangan air limbah.
kualitas air Sungai Pakis dilihat dari
parameter fisika (suhu, warna, bau dan DAFTAR PUSTAKA
TSS) dan kimia (pH, BOD, COD, dan
DO) menurun atau telah tercemar, karena Anonimus. 1991. Peraturan Pemerintah
adanya limbah pabrik gula pada musim Republik Indonesia Nomor 35
giling. Parameter tersebut telah melebihi Tahun 1991 Tentang Sungai.
ambang batas baku mutu air berdasarkan Jakarta: Departemen Pekerjaan
PP No.82 Tahun 2001 kelas III. Semakin Umum
ke hilir kualitas air sungai kembali Anonimus. 2001. Peraturan Pemerintah
normal dan tidak melebihi ambang batas Republik Indonesia Nomor 82
baku mutu tersebut. Penurunan parameter Tahun 2001 Tentang Pengelolaan
fisika dan kimia disebabkan karena Kualitas Air dan Pengendalian
adanya proses dekomposisi atau Pencemaran. Jakarta: Kementrian
penguraian bahan – bahan organik. Lingkungan Hidup
Adanya tambahan oksigen dari proses Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air:
fotosintesis tanaman air. Bagi Pengelolaan Sumber Daya
2. Sungai Pakis mengalami swa penahiran Alam dan Lingkungan Perairan.
pada jarak 1750 m. Pada jarak tersebut Yogyakarta : Kanisius.
terjadi penurunan nilai konsentrasi BOD EMDI-BAPEDAL. 1994. Limbah Cair
dan kenaikan DO yaitu 4 mg/l dan 2.97 Berbagai Industri di Indonesia:
mg/l. Sumber, Pengendalian dan Baku
3. Pembuangan limbah pabrik gula ke Mutu. Jakarta: BAPEDAL.
Sungai Pakis berdampak pada kondisi Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan
fisik lingkungan air dan masyarakat. udara. Yogyakarta : Kanisius.
Kondisi fisik lingkungan air yaitu suhu, Mahida, U. N. 1984. Pencemaran Air dan
bau, warna dan TSS. Air sungai bersuhu Pemanfaatan Limbah Industri.
tinggi, berbau busuk, berwarna hitam, Jakarta: Rajawali Press.
dan nilai konsentrasi TSS tinggi yang Riyadi, Slamet. 1984. Pencemaran Air:
mengakibatkan kekeruhan dalam sungai. Dasar – dasar dan Pokok – pokok
Limbah pabrik gula tersebut tidak Penanggulangannya. Surabaya :
berdampak negatif terhadap pertanian Karya Anda.
maupun kesehatan masyarakat di sekitar Sari, C.N. 2003. Studi Kualitas Air Sungai
Sungai Pakis. Sewatu di Kecamatan Margoyoso
Kabupaten Pati. Skripsi : Fakultas
Saran Geografi UMS.
1. Pabrik Gula Pakis Baru perlu melakukan Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengelolaan
pengolahan limbah cair sebelum dibuang Air Limbah. Jakarta : Universitas
ke Sungai Pakis. Indonesia Press.
2. Pabrik Gula Pakis Baru perlu Vawada, Ahmed. 2008. Sebuah Tinjauan
memperhatikan kualitas air limbah yang Pengolahan Air Limbah
dikeluarkan sesuai dengan Baku Mutu Konvensional Proses dalam
Air Limbah yang telah ditetapkan oleh Industri Gula, (online),
Peraturan Menteri Negara Lingkungan (http://sucropedia.com/entries/E00
Hidup Nomor 05 Tahun 2010 tetntang 76, diakses Tanggal 29 Mei 2013).
Baku Mutu Limbah Cair bagi industri Wardhana, W.A. 2004. Dampak
gula, agar tidak melebihi baku mutu yang Pencemaran Lingkungan.
telah ditentukan. Yogyakarta : Andi Offset.
3. Meningkatkan pengelolaan limbah
melalui pembangunan IPAL dan

13

You might also like