Professional Documents
Culture Documents
ID Upaya Pembinaan Perawat Di Rumah Sakit N
ID Upaya Pembinaan Perawat Di Rumah Sakit N
2, Juli 2013
Roymond H Simamora
Staf Pengajar PSIK Universitas Jember
ABSTRACT
This study aims to provide an overview of the planning process, implementation, and
evaluation of coaching the professional attitudes of nurses in nursing service and identifying
factors that influence the (un) professional attitude. This study used qualitative approach with
a case study design. Subjects were 7 managers, 12 nurses and 8 patients who were
recruited purposively. The data obtained were analyzed qualitatively through data reduction.
In this hospital, guidance and development of attitudes did not exist but only in form of
problems solving or reprimanding nurses only when they committed unprofessional
attitudes. There was no standard or procedures for ethical guideline in this hospital.
Coaching is generally done only in the form of oral face to face reprimanding. In evaluating
the coaching there was no standard or indicators such as complaints reduction from
patients, increased performance, and better work, not repeating the same mistakes, and
able to communicate and cooperate well. The identified factors which affected the
construction of unprofessional behavior of nurses were the burden of nurses, work
environment, the internal motivation of nursing staff, the readiness of managers to nurture,
and support from hospital management, and the welfare of the employees.
ABSTRAK
Perawat sebagai pemberi layanan kesehatan di rumah sakit diharapkan selalu ramah,
bertabiat lembut, dapat dipercaya, terampil, cakap, dan memiliki tangung jawab moral.
Rancangan penelitian ini adalah studi kasus, jenis deskriptif eksploratif. Lokasi penelitian
dilakukan di Rumah Sakit Ngesti Waluyo Parakan bulan Oktober 2012. Subjek penelitian
berjumlah 27 informan, yaitu 7 manajer tenaga keperawatan, 12 perawat pelaksana, dan 8
pasien. Subyek penelitian pada studi ini dipilih dengan menggunakan teknik purposive.
Dalam melakukan prosedur tindakan komunikasi perawat, masih dirasakan kurang. Keluhan
pasien umumnya terkait dengan sikap perawat dan kualitas pelayanan yang dirasakan pasien
belum sesuai dengan biaya perawatan yang mereka keluarkan. Manajer diharapkan
memberikan arahan, contoh nyata dan masukan yang membangun bila menemukan
kesalahan.
105
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.2, Juli 2013
107
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.2, Juli 2013
“Salah satu Faktornya adalah perawat senior enggan memberi masukan, karena
takut dikira menggurui, mereka takut dibenci, sehingga tradisi-tradisi yang baik belum
tercerna oleh perawat yang baru, jadi cara kerja yang baik itu sudah tidak ada”(P6)
“Perawat senior itu khan sudah kuno, Jadi kurang pas aja diterapkan pada saat ini,
apalagi pekerjaan banyak” (P 7).
“Perawat di sini semakin lama semakin berkurang apalagi di ruangan ini, kerjaan
yang seharusnya 3 orang jadi 2 orang saja, apalagi dinas malamnya, hal itu juga
tidak diimbangi dengan imbalan kami agar kinerja kami juga lebih bersemangat
karena meski capek tapi imbalannya setara” (P10).
Penampilan sikap yang kurang terkait dengan sikap perawat dan kualitas
profesional yang ditunjukkan perawat pelayanan yang dirasakan pasien belum
menyebabkan perawat maupun rumah sesuai dengan biaya perawatan yang
sakit secara institusi akan mendapatkan mereka keluarkan, seperti yang
keluhan pasien. Pada Rumah Sakit disampaikan berikut:
Ngesti Waluyo keluhan pasien umumnya
banyak keluhan, kami mahal-mahal bayarnya ko’ pelayanannya kaya gini” (P 4).
klinik manajer di Rumah Sakit Ngesti dilakukan dengan model preseptor agar
Waluyo bervariatif, Karakteristik ini seorang manajer dapat membina sikap
memungkinkan perbedaan dalam pilihan staf perawat mereka dengan intensif.
dan pemahaman tentang metode Namun model preseptor ini memerlukan
pembinaan yang dipilih. Institusi perlu staf perawat senior yang berkompeten
menstandarkan pemahaman manajer dalam aspek afektif, kognitif dan
tentang metode yang tepat dalam psikomotor. Seorang preseptor dalam
pembinaan dan peran seorang pembina praktik keperawatan diseleksi
agar tidak ada kesenjangan di antara berdasarkan kompetensi klinik,
manajer. keterampilan organisasi, kemampuan
Dalam melakukan pembinaan membimbing dan mengarahkan orang
sikap perawat diperlukan hubungan lain, dan minat mereka untuk
yang saling mendukung antara manajer, mengembangkan staf perawat yang lain.
staf perawat dan institusi. Selain itu Dengan sumber daya yang ada di
kepercayaan dan empati merupakan Rumah Sakit Ngesti Waluyo, pengunaan
aspek yang penting dalam keberhasilan metode pembinaan dengan model
pelaksanaan pembinaan. Pembinaan preseptor mungkin menjadi hal yang
dapat dilakukan dengan berbagai baru dan memerlukan kajian lebih
metode dan pilihan metode tergantung lanjut. Model preseptor memerlukan
pada fakta hasil kajian manajer perawat senior yang berkompeten, dalam
terhadap staf. Sullivan dan Decker sharing konsep dan aplikasinya di
membagi pembinaan staf perawat dalam lapangan.
dua, yaitu: orientasi dan model preseptor. Menilik kondisi sumber daya
Orientasi umumnya diarahkan agar staf manusia yang ada di Rumah Sakit Ngesti
perawat dapat beradaptasi dengan Waluyo, pembinaan sikap perawat dengan
standar kerja, situasi dan bagaimana menggunakan metode coaching dan
merawat pasien, sedangkan model mentoring atau konseling untuk saat ini
preseptor menunjang orientasi dan menjadi lebih relevan untuk dapat
sosialisasi yang mengarahkan staf diterapkan karena manajer keperawatan
perawat pada mekanisme pembentukan yang ada dapat melakukan tanpa harus
perawat yang kompeten. mengharapkan adanya perawat senior
Manajer di ruang perawatan yang menjadi coach atau mentor. Manajer
secara umum melakukan orientasi yang perlu memahami langkah-langkah dalam
dikhususkan untuk perawat baru yang melakukan coaching, mentoring, dan
dilakukan pada saat-saat awal perawat konseling terhadap staf dan memiliki
bekerja, umumnya hal yang komitmen untuk melakukan pembinaan
diorientasikan berkisar pada tindakan sikap. Untuk menjembatani hal tersebut
keperawatan yang sering dilakukan, manajemen rumah sakit perlu memberikan
tentang dokter yang visit dan tentang kesempatan kepada para manajer untuk
kegiatan administrasi perawat, mendapatkan pelatihan (training of trainer)
berkenaan dengan sikap profesional tentang perihal pembinaan secara umum
masih kurang ditekankan. Dalam praktik dan pembinaan sikap profesional perawat.
keperawatan pembinaan perawat dapat Pembinaan staf perawat ditujukan untuk
114
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.2, Juli 2013
119