Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.

2, Juli 2013

UPAYA PEMBINAAN PERAWAT DI RUMAH SAKIT NGESTI WALUYO PARAKAN


TEMANGGUNG JAWA TENGAH

Roymond H Simamora
Staf Pengajar PSIK Universitas Jember

ABSTRACT
This study aims to provide an overview of the planning process, implementation, and
evaluation of coaching the professional attitudes of nurses in nursing service and identifying
factors that influence the (un) professional attitude. This study used qualitative approach with
a case study design. Subjects were 7 managers, 12 nurses and 8 patients who were
recruited purposively. The data obtained were analyzed qualitatively through data reduction.
In this hospital, guidance and development of attitudes did not exist but only in form of
problems solving or reprimanding nurses only when they committed unprofessional
attitudes. There was no standard or procedures for ethical guideline in this hospital.
Coaching is generally done only in the form of oral face to face reprimanding. In evaluating
the coaching there was no standard or indicators such as complaints reduction from
patients, increased performance, and better work, not repeating the same mistakes, and
able to communicate and cooperate well. The identified factors which affected the
construction of unprofessional behavior of nurses were the burden of nurses, work
environment, the internal motivation of nursing staff, the readiness of managers to nurture,
and support from hospital management, and the welfare of the employees.

Keywords: attitude development and guidance, nurses, nursing manager

ABSTRAK
Perawat sebagai pemberi layanan kesehatan di rumah sakit diharapkan selalu ramah,
bertabiat lembut, dapat dipercaya, terampil, cakap, dan memiliki tangung jawab moral.
Rancangan penelitian ini adalah studi kasus, jenis deskriptif eksploratif. Lokasi penelitian
dilakukan di Rumah Sakit Ngesti Waluyo Parakan bulan Oktober 2012. Subjek penelitian
berjumlah 27 informan, yaitu 7 manajer tenaga keperawatan, 12 perawat pelaksana, dan 8
pasien. Subyek penelitian pada studi ini dipilih dengan menggunakan teknik purposive.
Dalam melakukan prosedur tindakan komunikasi perawat, masih dirasakan kurang. Keluhan
pasien umumnya terkait dengan sikap perawat dan kualitas pelayanan yang dirasakan pasien
belum sesuai dengan biaya perawatan yang mereka keluarkan. Manajer diharapkan
memberikan arahan, contoh nyata dan masukan yang membangun bila menemukan
kesalahan.

Kata kunci : perawat, rumah sakit, manajer, pelayanan, kepuasan

105
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.2, Juli 2013

PENDAHULUAN sikap perawat dalam memberikan


Sesuai UU Badan Penyelenggara pelayanan sering dikeluhkan telah sering
Jaminan Sosial (BPJS), maka PT. Askes dimuat dalam media massa. Dari
(Persero) dan PT. Jamsostek (Persero) pengamatan di media massa, diberitakan
akan beralih dari badan usaha milik negara bahwa ada perawat di rumah sakit
(BUMN) menjadi BPJS Kesehatan mulai 1 berkata kasar kepada pasien atau
Januari 2014 dan BPJS Ketenagakerjaan keluarga pasien, perawat yang tidak
pada 1 Juli 2015. Menjelang dijalankannya bersedia mengantar pasien untuk pindah
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) ruangan, staf perawat yang kasar saat
pada tahun 2014, pemerintah berusaha melayani pemeriksaan kesehatan.
untuk menyiapkan kelengkapan fasilitas Fenomena keluhan pasien ini juga terjadi
dan kualitas layanan medis, baik itu pusat pada Rumah Sakit Ngesti Waluyo. Pasien
kesehatan masyarakat (Puskemas) menyebutkan bahwa perawat di Rumah
maupun rumah sakit (RS) milik Sakit tidak responsif dalam memberikan
pemerintah. Perawat dalam membangun pelayanan dan perawat yang kurang
praktik layanan asuhan keperawatan ramah. Sedangkan dari lembar saran
selayaknya harus segera pasien yang ada di Rumah Sakit Ngesti
mengadaptasikan rencana yang telah Waluyo, didapatkan keterangan bahwa
dibuat agar sesuai dengan era kekinian. pasien mengkritik sikap perawat yang
Perencanaan yang ada, dimana setiap kurang ramah, perawat kurang responsif
perawat berupaya harus berkompromi atau kurang antisipatif terhadap kebutuhan
dengan program pemerintah. Perawat pasien. Hal ini mengindikasikan perawat
mencari cara agar dapat terlibat bersama perlu mendapatkan suatu bimbingan sikap
dengan profesi kesehatan lain untuk profesional agar kritikan atau keluhan
mampu memberikan pelayanan kesehatan seperti ini dapat diminimalisir.
yang komprehensif, baik diagnosis terapi Adanya asuransi bagi masyarakat
dan rawatannya, juga tetap menjalin melalui SJSN ini diharapkan dapat
kerjasama dengan lembaga yang menjamin pembiayaan anggota
mengelola BPJS. masyarakat ketika sakit. Untuk
Pasien pada saat sekarang memastikan mutu layanan kesehatan
semakin memahami hak-hak mereka untuk tersebut, Peran organisasi dan juga
mendapatkan pelayanan kesehatan yang manajerial haruslah peka untuk bersiap
bermutu, sehingga tidak jarang keluhan, diri, dalam melayani pasien nantinya. Ini
harapan, laporan, atau bahkan tuntutan artinya bahwa peluang bagi Perawat tetap
mereka sampaikan sebagai bagian dari terbuka lebar, pegiat praktik Keperawatan
upaya untuk mempertahankan hak harus mampu mengintegrasikan praktik
mereka sebagai penerima jasa pelayanan Keperawatan yang dikelolanya masuk
kesehatan. Perawat sebagai pemberi kedalam layanan kesehatan yang
layanan kesehatan di rumah sakit diberikan oleh tim kesehatan. Sehingga
diharapkan selalu ramah, bertabiat lembut, secara bersama-sama memberikan
dapat dipercaya, terampil, cakap, dan pelayanan kesehatan bersama profesi
memiliki tangung jawab moral yang baik. kesehatan yang lain. Melihat kondisi ini,
Kritikan terhadap kurang profesionalnya RS Ngesti Waluyo Parakan, bersiap diri
106
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.2, Juli 2013

dengan melakukan Pembinaan terhadap perawat dalam kesiapan perawatn


seluruh jajaran didalamnya, termasuk memberikan pelayanan keperawatan.
perawat tentunya. RS Ngesti Waluyo siap Teknik pengumpulan data dengan
menerima dan memberikan layanan yang wawancara mendalam, observasi dan
berkualitas sesuai dengan yang telaah dokumen. Instrumen penelitian
dibutuhkan oleh pasien tentunya, inilah menggunakan pedoman wawancara,
yang mendorong peneliti ingin mengetahui observasi dan perekam elektronik.
upaya pembinaan yang dilakukan oleh RS Analisis data dilakukan dengan ongoing
Ngesti Waluyo terhadap tenaga analysis melalui tahapan transkrip data,
perawatnya dalam layanan Asuhan katagori data, koding, reduksi data,
Keperawatan yang diberikannya. penyajian data dan penarikan
kesimpulan/verifikasi. Keabsahan data
METODE PENELITIAN diperiksa dengan triangulasi.
Rancangan penelitian ini adalah
studi kasus, jenis deskriptif eksploratif. HASIL DAN BAHASAN
Lokasi penelitian dilakukan di Rumah 1. Gambaran Sikap Perawat
Sakit Ngesti Waluyo Parakan. Dalam pelayanan keperawatan di
Pengumpulan data dilakukan Oktober Rumah Sakit Ngesti Waluyo, perawat
2012. Subjek penelitian berjumlah 27 diharapkan menerapkan sikap yang
orang informan, yang terdiri atas 7 orang profesional. Sikap profesional seorang
manajer yang berhubungan dengan perawat sering menjadi indikator
tenaga keperawatan, 12 orang perawat pemenuhan harapan atau hal yang
pelaksana, dan 8 orang pasien. Subyek diinginkan pasien. Sikap ramah, sopan,
penelitian pada studi ini dipilih dengan komunikatif, tidak tergesa-gesa dan
menggunakan teknik purposive. kesegeraan membantu yang ditunjukkan
Adapun variabel dalam penelitian perawat adalah sebagian hal sederhana
adalah proses pembinaan sikap yang diperhatikan pasien ketika mereka
profesional perawat dengan sub variabel melakukan tindakan. Adapun sikap
meliputi; perencanaan pembinaan; profesional perawat yang diharapkan oleh
pelaksanaan pembinaan; evaluasi pasien disarikan dalam Tabel 1.
pembinaan; dan sikap profesional

Tabel 1. Sikap perawat yang diharapkan pasien di Rumah Sakit


Ngesti Waluyo Parakan
1 Berbicara lembut
2 Memahami kondisi pasien dan keadaan keluarga
3 Sabar
4 Sigap
5 Peduli
6 Ramah dan sopan
7 Tidak suka marah-marah
8 Memberi informasi yang jelas

107
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.2, Juli 2013

Dalam melakukan prosedur setiap pasien berhak mendapat informasi


tindakan komunikasi perawat di Rumah yang benar dan jelas tentang penyakitnya
Sakit Ngesti Waluyo, masih dirasakan serta tindakan yang akan dan setelah
kurang. Perawat kurang menjelaskan dilakukan namun hal tersebut belum
segala sesuatu terkait dengan tindakan diterapkan oleh perawat. Masih
yang akan dilakukan, dalam wawancara kurangnya penerapan sikap profesional
diambil satu contoh tindakan yaitu perawat dapat disebabkan oleh banyak
melakukan injeksi obat pada pasien. faktor.
Perawat memang terlihat sopan dan Dalam penelitian ini tergali dua
menyampaikan kata permisi kepada faktor utama yang menjadi penyebab
pasien saat melakukan injeksi namun penurunan penerapan sikap profesional
perawat tidak menjelaskan jenis obat, perawat di Rumah Sakit Ngesti Waluyo,
indikasi ataupun efek samping obat yang yaitu: 1) Banyaknya perawat senior yang
diberikan kepada pasien. Perawat enggan member komentar terhadap
hanya menjelaskan jika pasien bertanya perawat muda, untuk menghindari konflik
dan jawaban perawat menurut sebagian perasaan, yang dianggap sebagai
pasien masih kurang detail sehingga penyebab tidak tertransfernya nilai- nilai
pasien terkesan masih belum merasa positif dalam memberikan pelayanan
puas. Keharusan perawat untuk keperawatan kepada pasien kepada
memberikan penjelasan sesuai dengan perawat-perawat baru; 2) Faktor
hak pasien sebenarnya telah tertulis pada penghargaan dan kesejahteraan yang
pedoman kerja komite etika Rumah Sakit dirasakan belum sesuai dengan
Ngesti Waluyo, yang menyatakan bahwa pekerjaan yang telah dilakukan.

“Salah satu Faktornya adalah perawat senior enggan memberi masukan, karena
takut dikira menggurui, mereka takut dibenci, sehingga tradisi-tradisi yang baik belum
tercerna oleh perawat yang baru, jadi cara kerja yang baik itu sudah tidak ada”(P6)
“Perawat senior itu khan sudah kuno, Jadi kurang pas aja diterapkan pada saat ini,
apalagi pekerjaan banyak” (P 7).
“Perawat di sini semakin lama semakin berkurang apalagi di ruangan ini, kerjaan
yang seharusnya 3 orang jadi 2 orang saja, apalagi dinas malamnya, hal itu juga
tidak diimbangi dengan imbalan kami agar kinerja kami juga lebih bersemangat
karena meski capek tapi imbalannya setara” (P10).

Penampilan sikap yang kurang terkait dengan sikap perawat dan kualitas
profesional yang ditunjukkan perawat pelayanan yang dirasakan pasien belum
menyebabkan perawat maupun rumah sesuai dengan biaya perawatan yang
sakit secara institusi akan mendapatkan mereka keluarkan, seperti yang
keluhan pasien. Pada Rumah Sakit disampaikan berikut:
Ngesti Waluyo keluhan pasien umumnya

“Sering terkait dengan masalah-masalah pelayanan sih, kurang diperhatikan, kadang


108
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.2, Juli 2013

banyak keluhan, kami mahal-mahal bayarnya ko’ pelayanannya kaya gini” (P 4).

Apa yang menjadi keluhan eksplorasi pikiran/perasaan pada saat


pasien pada dasarnya telah diketahui pasien atau keluarga datang ke ruang
oleh perawat, namun yang menarik perawatan (ners Station) untuk
adalah mengapa keluhan tersebut tidak menyampaikan permasalahan yang
diantisipasi agar tidak terjadi lagi. Dari kurang mereka mengerti, perawat
beberapa data yang tergali tentang terkesan kurang serius mendengarkan
keluhan pasien terhadap sikap perawat apa yang diutarakan pasien atau
Rumah Sakit Ngesti Waluyo adalah keluarga, dan cenderung menjawab
sebagai berikut : Perawat kurang seadanya. Perawat dituntut untuk
mengunjungi pasien; Kurangnya menerapkan sikap yang profesional
komunikasi dengan pasien; Sikap yang dalam memberikan pelayanan kepada
ketus; Kurang ketanggapan dalam pasien. Mampu berkomunikasi efektif
memberikan pelayanan; dan Kurang dan mampu untuk bekerjasama dengan
perhatian terhadap pasien. sejawat, dengan tim dan dengan
Ada beberapa hal yang tergali pasien menjadi bagian dari sikap
dan itu dianggap sebagai faktor yang profesional perawat.
berperan melatarbelakangi munculnya Perawat juga diharapkan
suatu keluhan pasien, yaitu terkait bersikap ramah kepada pasien, mampu
dengan: a) penyampaikan informasi ke mengendalikan emosi, senantiasa siap,
pasien yang masih kurang; dan b) tanggap dan responsif. Perawat
perawat yang terkadang kurang bisa selayaknya menerapkan sikap profesional
mengendalikan emosi. Kedua hal ini pada saat melakukan asuhan
berhubungan dengan kesibukan perawat keperawatan. Merujuk kepada proses
yang relatif tinggi karena rasio perawat Pendidikan tinggi Keperawatan dengan
dan pasien yang tidak seimbang, dalam konsep perseptor dan mentorship,
arti bahwa adanya keterbatasan jumlah sewajarnya perawat senior lebih banyak
tenaga perawatan. menunjukkan sikap positif dibandingkan
Sikap profesional perawat dapat dengan mahasiswa keperawatan, dan
dilihat dari kemampuannya dalam perawat yang baru lulus. Pandangan
menerapkan karakteristik sikap CIH’HUY tersebut menunjukkan bahwa sikap
perawat yaitu: memiliki daya Kreatifitas profesional sedikit banyak dipengaruhi
(Creative), Penuh dengan Wawasan oleh pengalaman klinik dan tingkat
(insight), Kerendahan Hati (Humble), pendidikan seorang perawat. Perawat
Ramah tamah (Hospitality), Kesatuan yang bekerja di Rumah Sakit Ngesti
perasaan sebagai kesatuan tim pelayan Waluyo umumnya berpendidikan DIII
kesehatan (Unity), dan Kebanggaan akan Keperawatan dengan usia muda dan
layanan Asuhan Keperawatan (Yes I’m a pengalaman klinik yang berfariasi.
Nurse). Karakteristik sikap profesional ini Hal ini akan mempengaruhi
kurang terlihat pada perawat yang pemahaman perawat tentang bagaimana
bekerja di ruang perawatan di Rumah menerapkan sikap profesional dalam
Sakit Ngesti Waluyo, misal sikap memberikan pelayanan kepada pasien.
109
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.2, Juli 2013

Dalam melakukan suatu prosedur dalam pelayanan dari perawat senior


tindakan, perawat kurang memberikan dikarenakan adanya gap antara perawat
informasi tentang apa yang akan Muda dengan poerawat senior, perawat
diberikan. Pada penelitian ini contoh muda mengganggap perawat senior sudah
tindakan yang diambil adalah pemberian ketinggalan Jaman. Adanya perawat yang
obat (Injeksi), perawat tidak berhenti, lebih dikarenakan faktor
menjelaskan jenis obat, indikasi dan kesejahteraan secara finansial.
atau efek samping obat yang diberikan. Selain itu adanya penerimaan
Dalam praktik keperawatan perawat calon pegawai negeri sipil dan tawaran
harus menjelaskan kepada pasien menjadi perawat honorer di Instansi
sebelum melakukan tindakan tertentu Pemerintah dan dengan imbalan yang
dan meminta persetujuan kepada relatif sama dengan lama hari kerja yang
pasien meski umumnya tidak dalam lebih pendek hingga 7 hari kerja dan
bentuk tertulis. Memberikan informasi menurut mereka lebih terbuka peluang
tentang prosedur tindakan atau terapi menjadi pegawai negeri sipil. Data
yang akan diberikan merupakan penelitian juga mengungkap faktor yang
tanggung jawab perawat. Informasi menyebabkan munculnya sikap yang
tentang prosedur apa yang akan menjadi keluhan pasien yaitu perilaku
dilakukan, terapi apa yang akan diberikan perawat karena kesibukan yang tinggi
merupakan hak pasien sebelum dia dikaitkan dengan rasio perawat-pasien
memutuskan untuk menerima atau yang belum sesuai. Rasio pasien dengan
menolak tindakan atau terapi tersebut. perawat pada suatu rumah sakit
Perawat yang melakukan prosedur mempengaruhi kepuasan pasien.
tindakan injeksi kurang memperhatikan Rasio perawat-pasien pada
tanggung jawab ini. Perawat akan metode pengelolaan asuhan keperawatan
memberikan penjelasan umumnya hanya primer, adalah 1:4. sedangkan dalam
apabila ditanyakan oleh pasien atau metode kasus rasio perawat-pasien
keluarga dan itu pun menurut pasien adalah satu berbanding satu. Pada
hanya seadanya saja. kondisi perbandingan ini maka rasio
Hal ini mengindikasikan perawat di perawat-pasien di Rumah Sakit Ngesti
Rumah Sakit Ngesti Waluyo masih kurang Waluyo masih belum sesuai dengan
dalam menerapkan sikap yang profesional. standar. Hal ini terlihat utamanya pada
Ada beberapa hal yang dapat ruang perawatan dengan rasio perawat-
menyebabkannya seperti yang tergali pasien 1:5,4 dan apabila pasien banyak
dalam penelitian, yaitu: 1) Belum dengan rasio perawat-pasien 1: 8.
sepenuhnya tertransfer nilai-nilai positif Belum seimbangnya rasio perawat-
dalam pelayanan dari perawat senior pasien akan berdampak pada tingginya
kepada perawat yunior; 2) Masih belum tingkat kesibukan dan kelelahan tenaga
sesuainya penghargaan dan perawat. Namun pada sisi lain masih
kesejahteraan yang diperoleh perawat ditemukan perawat yang sempat membaca
dengan pekerjaan yang dilakukan, majalah atau berbicara tentang hal yang
sehingga mempengaruhi penampilan kurang berhubungan dengan pelayanan
kerja. Belum tertransfernya nilai-nilai positif keperawatan. Hal ini bukanlah sikap
110
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.2, Juli 2013

profesional dan dapat mengundang mendengarkan pendapat dari sejawat


kecemburuan teman sejawat yang yang lain tentang sikap perawat sewaktu
bekerja waktu yang sama dan dengan dinas.
penghargaan yang relatif juga sama.
“Jadi kita kumpulkan dulu
2. Pembinaan Sikap Profesional pendapat, gimana dinas sama
Perawat ini, gimana dinas sama yang
a. Gambaran perencanaan pembinaan lain” (Manajer 2).
Konsep perlunya perencanaan “Kalo manajer kan melihat
dalam suatu program pembinaan bagaimana dia memberikan
sebenarnya telah diketahui dan disadari asuhan, berkomunikasi
oleh manajer keperawatan di Rumah dengan pasien, bagaimana dia
Sakit Ngesti Waluyo dan bahwa menanggapi komplainnya
pembinaan sikap itu selayaknya harus pasien” (Manajer 5).
dilakukan baik itu kepada perawat baru
maupun perawat yang telah lama bekerja Penilaian yang dilakukan
di rumah sakit. Hal ini seperti yang manajer pada dasarnya merupakan
dinyatakan oleh manajer berikut: langkah awal dalam menggali adanya
kebutuhan pembinaan sikap di rumah
“Perlu sih direncanakan, sakit. Adapun hal yang dinilai manajer
dengan mengadakan rapat meliputi; sikap terhadap sejawat, sikap
internal, pelatihan-pelatihan, dalam berkomunikasi dengan pasien dan
mengikuti seminar, Workshop, kemampuan dalam respon komplain
akan tetapi pasiennya banyak, pasien.
jadi terlalu sempit waktunya” Manajer mengetahui bahwa
(Manajer 4). pembinaan selayaknya direncanakan.
Namun dengan alasan terbatasnya waktu
Hal ini memberikan gambaran karena manajer ikut memberikan dalam
sederhana bahwa manajer memahami pelayanan langsung ke pasien maka
perlunya perencanaan dalam program perencanaan pembinaan tidak
pembinaan, pada tatanan aplikasinya dirumuskan. Kegiatan pembinaan harus
sudah berjalan walau belum semua direncanakan dan terarah meliputi kajian
tercapai. Hal ini didukung dengan adanya kebutuhan pembinaan, pengidentifikasian
dokumen tertulis dari manajer tentang tujuan pembinaan, rencana metode dan
rencana program pembinaan. Sempitnya waktu yang digunakan, melaksanakan
waktu yang tersedia menjadi alasan rencana dan mengevaluasi keefektifan
manajer tidak dapat mencapai semua pembinaan. Perencanaan pembinaan
perencanaan pembinaan. Manajer (kepala dapat dirumuskan bersama dan meliputi
ruang) sebenarnya telah melakukan langkah kegiatan, sumber daya,
penilaian terhadap sikap perawat yang penetapan waktu, dan indikator dari
kurang profesional. Penilaian sikap setiap tujuan yang telah diidentifikasi.
perawat dilakukan manajer melalui Manajer merumuskan perencanaan
pengamatan secara pribadi dan pembinaan sikap profesional perawat di
111
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.2, Juli 2013

Rumah Sakit Ngesti Waluyo, walau masih


kurang sistematik, karena alasan b. Gambaran pelaksanaan pembinaan
terbatasnya waktu luang manajer. Namun Pelaksanaan pembinaan yang
pemahaman tentang langkah dan hal dilakukan di Rumah Sakit Ngesti Waluyo
yang harus diperhatikan dalam selama ini hanya berdasarkan
perencanaan pembinaan dapat pula pengalaman pribadi manajer yang
menjadi faktor yang berperan hingga diperoleh selama bekerja, atau dari
belum dirumuskannya perencanaan menelaah kejadian hukum yang dilihat di
pembinaan. Manajer seharusnya televisi dan yang dibaca di koran. Hal ini
melakukan perencanaan sebagai suatu menunjukkan belum adanya pedoman
langkah dalam mempersiapkan program standar dalam pembinaan. Perbedaan
pembinaan dan menjadi acuan dalam dalam pelaksanaan pembinaan akan ada
pelaksanaan program tersebut, dan tergantung pada pengalaman yang
mereka dapat melibatkan anggotanya dimiliki dan kapasitas manajer tersebut
yang dinilai mampu untuk diajak berdikusi dalam membina.
dalam merumuskan perencanaan. Manajer sebenarnya memahami
Perencanaan pembinaan dapat bahwa pedoman tersebut seharusnya
dimulai dengan mengidentifikasi ada, minimal bisa mengetahui apa yang
kebutuhan. Identifikasi kebutuhan harus dinilai, dan bagian mana perawat
pembinaan salah satunya dengan dianggap melakukan penyimpangan.
melakukan penilaian sikap. Manajer Dalam melakukan pembinaan kepada
perawat di Rumah Sakit Ngesti Waluyo, staf akan menjadi lebih terarah dan
pada dasarnya telah melakukan langkah terstandar apabila ada pedoman/standar
penilaian sikap perawat melalui pembinaan sebagai acuan. Pelaksanaan
pengamatan langsung, ataupun pembinaan sikap perawat di Rumah Sakit
mendengar pendapat perawat yang lain, Ngesti Waluyo dilakukan oleh manajer
meski di antara manajer menyadari bahwa apabila ditemui ada kasus atau masalah.
penilaian sikap perawat sebaiknya Adapun prosedur pembinaan yang
berdasarkan penilaian objektif per individu dilakukan menurut manajer meliputi
perawat, misalnya raport individu. teguran secara lisan hingga pemberian
Penilaian merupakan menjadi bukti dari surat peringatan dan permintaan untuk
analisis kebutuhan sebelum pembinaan mengundurkan diri atau pemutusan
karyawan dimulai, dari hal ini organisasi hubungan kerja sesuai dengan peraturan
maupun manajer dapat melihat apa rumah sakit.
yang dibutuhkan staf lewat pembinaan. Pada aplikasinya menurut
Penilaian yang telah dilakukan dapat perawat biasanya manajer
dikembangkan apabila dilakukan dengan menyampaikan pembinaan dalam bentuk
baik. Penilaian berguna sebagai teguran lisan langsung, hal ini seperti
identifikasi tentang potensi, kemampuan, yang diungkapkan perawat berikut:
dan kelemahan dari staf perawat di Rumah
Sakit Ngesti Waluyo yang bermanfaat “Seringnya langsung
untuk menentukan tujuan dan rencana mengomongkan, menegur di
pembinaannya. depan teman-teman” (P 1).
112
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.2, Juli 2013

memberikan teguran lisan saja, hal


Pada kondisi ini, teguran terhadap serupa juga diungkapkan perawat,
kekeliruan perawat merupakan bahwa umumnya memang dalam
pembinaan yang diberikan oleh manajer bentuk teguran dan itu kadang dilakukan
kepada perawat. Pembinaan seperti ini di depan sejawat perawat lain.
cenderung bersifat insidentil dan reaktif, Perawat sebenarnya mengharap-
dalam arti hanya dilakukan apabila ada kan agar manajer tidak hanya menegur
ditemui kekeliruan atau tidak bersifat langsung di hadapan sejawat lain, akan
reguler. Selain itu dalam melakukan lebih baik melakukan klarifikasi kesalahan
pembinaan sikap perawat, manajer secara tertutup berdua dengan perawat
umumnya tidak meluangkan waktu yang yang dianggap bermasalah. Selain itu
khusus dengan alasan agar ruang manajer diharapkan memberikan arahan,
perawatan tidak ditinggalkan. contoh nyata dan masukan yang
Pelaksanaan pembinaan pada akhirnya membangun bila menemukan kesalahan.
dilakukan pada saat sambil bekerja di Dalam pembinaan akan lebih baik jika
ruangan. Gambaran data di atas manajer lebih mengarah pada
menunjukkan bahwa pembinaan mengembangkan hal-hal positif dari staf,
cenderung bersifat informal dan tidak pada sisi ini manajer harusnya menggali
terencana dengan sistematik. kesulitan apa yang dirasakan staf dan
Pembinaan yang baik potensi apa yang miliki untuk
memerlukan pedoman standar yang diberdayakan.
ditetapkan dan diberlakukan secara Peran pembina adalah
institusi. Menurut responden manajer memberdayakan staf untuk
Rumah sakit Ngesti Waluyo belum mengembangkan keterampilan dan
memiliki pedoman standar dalam meningkatkan performa mereka. Peran
melakukan pembinaan. Pembinaan seperti ini kurang dimunculkan oleh
dilakukan hanya berdasarkan pada manajer perawat di Rumah Sakit
pengalaman pribadi dan bersifat otodidak Ngesti Waluyo. Pembinaan yang
saja. Pedoman standar dalam pembinaan dilakukan hanya berdasarkan
perlu ada untuk mencegah persepsi yang pengalaman atau otodidak saja dan itu
salah atau berbeda di antara manajer dan akan sangat tergantung pada kapasitas
mencegah subyektifitas manajer terhadap yang dimiliki oleh manajer. Jika
staf, serta agar pembinaan memiliki arah kemampuan manajer mumpuni maka
dan target yang jelas. Prosedur besar kemungkinan pembinaan
pelaksanaan pembinaan sikap menurut memberikan hasil positif, begitu juga
manajer meliputi tahapan pemanggilan sebaliknya jika kemampuan manajer
untuk penyampaian teguran secara lisan dalam membina kurang baik, maka
hingga pemberian surat peringatan. hasilnya akan kurang baik juga. Pilihan
Pembinaan sikap dilakukan apabila ada metode pembinaan pun cenderung tidak
kesalahan yang dilakukan oleh perawat ada inovasi. Pilihan metode
dan cenderung bersifat insidentil. Data mempertimbangkan keterampilan,
mengungkapkan bahwa dalam ruang motivasi dan kapasitas yang dimiliki oleh
perawatan umumnya manajer hanya manajer. Latar belakang pengalaman
113
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.2, Juli 2013

klinik manajer di Rumah Sakit Ngesti dilakukan dengan model preseptor agar
Waluyo bervariatif, Karakteristik ini seorang manajer dapat membina sikap
memungkinkan perbedaan dalam pilihan staf perawat mereka dengan intensif.
dan pemahaman tentang metode Namun model preseptor ini memerlukan
pembinaan yang dipilih. Institusi perlu staf perawat senior yang berkompeten
menstandarkan pemahaman manajer dalam aspek afektif, kognitif dan
tentang metode yang tepat dalam psikomotor. Seorang preseptor dalam
pembinaan dan peran seorang pembina praktik keperawatan diseleksi
agar tidak ada kesenjangan di antara berdasarkan kompetensi klinik,
manajer. keterampilan organisasi, kemampuan
Dalam melakukan pembinaan membimbing dan mengarahkan orang
sikap perawat diperlukan hubungan lain, dan minat mereka untuk
yang saling mendukung antara manajer, mengembangkan staf perawat yang lain.
staf perawat dan institusi. Selain itu Dengan sumber daya yang ada di
kepercayaan dan empati merupakan Rumah Sakit Ngesti Waluyo, pengunaan
aspek yang penting dalam keberhasilan metode pembinaan dengan model
pelaksanaan pembinaan. Pembinaan preseptor mungkin menjadi hal yang
dapat dilakukan dengan berbagai baru dan memerlukan kajian lebih
metode dan pilihan metode tergantung lanjut. Model preseptor memerlukan
pada fakta hasil kajian manajer perawat senior yang berkompeten, dalam
terhadap staf. Sullivan dan Decker sharing konsep dan aplikasinya di
membagi pembinaan staf perawat dalam lapangan.
dua, yaitu: orientasi dan model preseptor. Menilik kondisi sumber daya
Orientasi umumnya diarahkan agar staf manusia yang ada di Rumah Sakit Ngesti
perawat dapat beradaptasi dengan Waluyo, pembinaan sikap perawat dengan
standar kerja, situasi dan bagaimana menggunakan metode coaching dan
merawat pasien, sedangkan model mentoring atau konseling untuk saat ini
preseptor menunjang orientasi dan menjadi lebih relevan untuk dapat
sosialisasi yang mengarahkan staf diterapkan karena manajer keperawatan
perawat pada mekanisme pembentukan yang ada dapat melakukan tanpa harus
perawat yang kompeten. mengharapkan adanya perawat senior
Manajer di ruang perawatan yang menjadi coach atau mentor. Manajer
secara umum melakukan orientasi yang perlu memahami langkah-langkah dalam
dikhususkan untuk perawat baru yang melakukan coaching, mentoring, dan
dilakukan pada saat-saat awal perawat konseling terhadap staf dan memiliki
bekerja, umumnya hal yang komitmen untuk melakukan pembinaan
diorientasikan berkisar pada tindakan sikap. Untuk menjembatani hal tersebut
keperawatan yang sering dilakukan, manajemen rumah sakit perlu memberikan
tentang dokter yang visit dan tentang kesempatan kepada para manajer untuk
kegiatan administrasi perawat, mendapatkan pelatihan (training of trainer)
berkenaan dengan sikap profesional tentang perihal pembinaan secara umum
masih kurang ditekankan. Dalam praktik dan pembinaan sikap profesional perawat.
keperawatan pembinaan perawat dapat Pembinaan staf perawat ditujukan untuk
114
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.2, Juli 2013

meningkatkan potensi dan sikap mereka Penilaian manajer terhadap hal-


dalam bekerja dan untuk hal ini hal di atas dilakukan tanpa menetapkan
memerlukan pendidikan yang sedikit kriteria pada pendukung dari hal yang
formal dan di tempat yang khusus dan dinilai tersebut. Dalam proses evaluasi
harus berkelanjutan. Pelaksanaan pembinaan terungkap data bahwa
pembinaan sikap di Rumah Sakit Ngesti selama ini perawat sangat jarang
Waluyo, dilakukan manajer pada waktu menyampaikan umpan balik terhadap
sambil kerja dan bersifat informal, tidak pembinaan yang ada. Menurut penuturan
ada waktu yang disediakan khusus untuk manajer umpan balik dari perawat
melakukan pembinaan secara formal. sebenarnya merupakan hal yang penting
Pembinaan secara informal dapat sebagai pembelajaran nanti dalam
dilakukan sebagai bagian dari penerapan melakukan pembinaan yang akan datang.
program pembinaan namun harus selalu
mengacu pada tujuan yang terarah. “Penting, bisa kita pakai bila
Pencapaian tujuan umumnya dapat suatu saat nanti terjadi lagi
dipenuhi dengan baik apabila pembinaan seperti ini bisa kita terapkan
dilakukan secara terfokus, dan lagi sikap kita itu” (Manajer 2).
berkelanjutan.
Dalam sudut pandang perawat secara
c. Gambaran evaluasi pembinaan umum dinyatakan bahwa mereka tidak
Proses evaluasi yang dilakukan memberikan umpan balik terhadap
oleh manajer belum ada indikator baku pembinaan yang dilakukan manajer. Hal
dalam menilai keberhasilan pembinaan ini karena mereka merasa sungkan,
sikap perawat. Hal ini seperti yang merasa masih muda dan baru bekerja di
terungkap berikut: rumah sakit, selain itu takut kalau umpan
balik yang mereka berikan disalahartikan
“Indikator yang baku tidak oleh manajer.
ada, karena belum ada Proses monitoring setelah
dibakukan mungkin hanya di pembinaan menurut sebagian manajer
lihat apakah ada perubahan mereka lakukan ketika sambil kerja dan
dalam pembinaan”(Manajer 3). tidak secara khusus. Dalam monitoring
pada shif sore dan malam manajer
Penilaian evaluasi dilakukan manajer melibatkan perawat senior yang
melalui pengamatan atau pendapat dari dipercaya sebagai penanggung jawab
perawat lain. Adapun hal yang dinilai dari shif. Dalam data juga terungkap bahwa
perawat sebagai indikator keberhasilan umumnya manajer tidak melakukan follow
pembinaan masih bersifat umum, yaitu up terhadap pembinaan yang telah
peningkatan kinerja oleh perawat yang dilakukan.
bersangkutan; Bisa bekerjasama dengan
sejawat; Tidak mengulangi kesalahan “Tidak ada sih...kalo secara
yang sama; Mampu berkomunikasi yang khusus paling sambil kerja saja”
baik dan Tidak ada komplain pasien (Manajer 2).
terhadap ruangan.
115
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.2, Juli 2013

Data di atas menunjukkan bahwa disalahartikan, selain itu karena merasa


pembinaan yang tidak terencana masih junior. Pemberian umpan balik dari
berdampak pada ketidakjelasan hal-hal staf kepada manajer merupakan hal yang
yang harus dievaluasi dan, bagaimana berat bagi staf yang masih muda dan
proses umpan balik baik dari perawat baru, ketakutan umpan balik akan
maupun dari manajer tentang proses dimaknai salah oleh manajer dan
pembinaan yang telah dilakukan. perasaan sungkan menjadi sebagian
Perencanaan yang tidak terencana juga faktor penyebab staf perawat tidak
berdampak pada ketidakjelasan dalam memberikan umpan balik kepada
proses monitoring dan follow up. manajer. Dalam pemberian umpan balik
Evaluasi diperlukan untuk menilai yang efektif, harus disampaikan secara
keefektifan tindakan yang telah dilakukan akurat. Pemberian umpan balik dari staf
dan untuk meningkatkan program, kepada manajer yang disertai perasaan
mengidentifikasi elemen dari program ragu, takut ataupun sambil bercanda
tersebut yang harus ditingkatkan. Dalam menyebabkan apa yang dimaksudkan
program pembinaan perawat, kriteria tidak jelas/tidak tercapai sehingga kurang
evaluasi yang ditetapkan secara umum mendapat perhatian dari manajer yang
ada dua hal yaitu; pengetahuan dan kurang peka. Selain itu cara manajer
perubahan perilaku. Proses evaluasi berkomunikasi dengan para stafnya
dapat dilakukan melalui fakta yang menentukan jumlah umpan balik yang
didapatkan melalui interview, survey dan akan mereka dapatkan. Berkenaan
atau rekaman program. Dalam evaluasi dengan proses monitoring setelah
pembinaan sikap di Rumah Sakit Ngesti pembinaan dilakukan manajer ketika
Waluyo penilaian dilakukan melalui bekerja dan tidak secara khusus, dalam
pengamatan dan pendapat dari perawat monitoring manajer melibatkan perawat
lain namun tidak ada ditetapkan indikator senior yang dipercaya sebagai
yang baku untuk menilai hasil pembinaan. penanggung jawab shif.
Tidak adanya indikator baku ini sangat Monitoring diperlukan untuk
terkait dengan ketidakjelasan rencana memantau sejauh mana hal-hal yang
yang dilakukan dan model pembinaan ditekankan dalam pembinaan dapat
yang bersifat insidentil. Menurut diaplikasikan oleh staf. Pada sisi ini akan
manajer hal yang dinilai adalah hasil membandingkan apakah sesuai yang
kerja, kinerja yang meningkat dan tidak rencana tujuan yang ditetapkan
ada komplain utamanya dari pasien. Hal sebelumnya, apakah rencana dapat
ini berarti evaluasi berorientasi pada hasil dicapai. Sedangkan follow-up pembinaan
bukan pada proses dan pencapaian atau belum pernah dilakukan oleh manajer.
sikap profesional apa yang telah Pelaksanaan follow-up merupakan hal
ditunjukkan oleh staf perawat yang di yang sangat penting. Follow up berguna
bina. untuk memastikan bahwa perubahan
Perawat umumnya tidak sikap memang dilakukan oleh staf
menyampaikan umpan balik terhadap perawat.
pembinaan yang ada. Hal ini karena
perawat merasa sungkan, dan takut
116
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.2, Juli 2013

d. Faktor yang berpengaruh dalam kesiapan konsep dan keterampilan serta


proses pembinaan motivasi dalam melakukan pembinaan
Melalui wawancara dengan juga hal yang menentukan. Faktor
manajer terungkap beberapa faktor yang individu perawat dan manajer terkadang
berpengaruh dalam proses pembinaan, dipengaruhi oleh kesesuaian antara apa
meski tidak terperinci faktor pendukung yang telah dilakukan dengan
atau faktor penghambat dalam proses penghargaan atau kesejahteraan apa
pembinaan baik perencanaan, yang didapatkan. Kompensasi berupa
pelaksanaan, dan evaluasi. Adapun faktor penghargaan dan kesejahteraan
tersebut adalah: lingkungan kerja, merupakan factor penting yang
kelengkapan fasilitas, dari diri individu mempengaruhi bagaimana dan mengapa
perawat. Selain itu faktor penting lain individu mau bekerja pada suatu
adalah dukungan dari manajemen rumah organisasi, dan hal ini perlu agar
sakit dan kesiapan diri manajer sebagai karyawan mau bekerja kompetitif dan
pembina. Data hasil penelitian mempertahankan karyawan yang
mengidentifikasi beberapa hal yang berkompeten. Faktor lain seperti
menurut manajer menjadi faktor yang lingkungan kerja yang kondusif,
dapat mempengaruhi proses pembinaan kelengkapan fasilitas/sarana yang
yang dilakukan, yaitu: faktor lingkungan memadai serta dukungan positif dari
kerja, kelengkapan fasilitas, diri individu pimpinan menjadi juga faktor yang
perawat selanjutnya faktor dukungan dari mempengaruhi pembinaan staf. Faktor-
manajemen dan kesiapan manajer faktor yang teridentifikasi di atas dapat
sebagai pembina. Faktor-faktor dari menjadi faktor pendukung dan faktor
pembina dengan yang dibina penghambat dalam proses pembinaan
berhubungan dengan keberhasilan sikap profesional perawat.
pembinaan, yaitu; kesamaan persepsi,
gender, pengetahuan dan penerimaan, SIMPULAN DAN SARAN
ras/kesukuan, dan focus of Dalam pembinaan sikap
relationship.Keberhasilan suatu profesional perawat, manajer belum
pembinaan sikap akan lebih banyak melakukan perencanaan yang
dipengaruhi oleh faktor individu baik sistematik. Hal ini ditunjukkan dengan
manajer maupun dari staf perawat. Staf tidak adanya langkah-langkah baku
perawat di Rumah Sakit Ngesti Waluyo yang dirumuskan dalam mempersiapkan,
yang umumnya perawat-perawat dengan pelaksanaan dan evaluasi. Pelaksanaan
masa kerja yang relatif baru. Karakteristik pembinaan pada akhirnya dilakukan
perawat baru umumnya lebih mudah apabila ditemui ada permasalahan yang
untuk diarahkan dan memiliki minat untuk dilakukan perawat (bersifat insidentil), hal
menambah pengalaman kerja. Hal ini ini tunjukkan dengan tidak adanya
akan menunjang untuk pelaksanaan program baik berkenaan dengan waktu,
pembinaan yang baik. Namun itu perlu tempat yang khusus, individu yang
kesinergisan dan kesamaan persepsi terlibat, dan metode pembinaan serta
dengan manajer sebagai pembina. tidak adanya dokumen pedoman
Faktor individu manajer seperti pembinaan sikap. Belum adanya
117
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.2, Juli 2013

perencanaan menyebabkan tidak adanya Praktis untuk Merancang dan


prosedur evaluasi pembinaan yang Meraih Kinerja Prima. Penerbit PT
terstruktur dan baku. Hal ini ditunjukkan Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
dengan tidak adanya ketetapan indikator Azwar A (1996). Pengantar Administrasi
penilaian yang baku, proses monitoring Kesehatan, Ed.3, Bina Rupa Aksara,
dan follow-up yang khusus dan terarah, Jakarta.
dan proses umpan balik dari staf dalam Beebe, A. dan Susan J. (1997). Public
pembinaan. Ada beberapa faktor yang Speaking: An Audience-centered
teridentifikasi berpengaruh terhadap Approach. USA: Allyn And Bacon.
proses pembinaan sikap perawat yaitu: Blancett, SS & falrey, DL. 1996. Handbook
lingkungan kerja, kelengkapan fasilitas, of Nursing Care Management Health
motivasi internal dari staf perawat, care Delivery in A Word of Managed
kesiapan manajer untuk membina, dan Care. Maryland: Aspen Publisher.
dukungan dari manajemen rumah sakit Burgess, L, (1998). Management Notes for
serta faktor kesejahteraan karyawan. Students in Advanced Nursing
Perlu dibuat kebijakan dalam bentuk Courses, Cumberland College of
surat keputusan berkenaan dengan Health Sciences.
pembinaan sikap profesional perawat Catherine. EL & Susan HC (1996). Nursing
dan perumusan standar pembinaan agar management in the New Paradigm.
menjadi acuan bagi manajer. Maryland An Aspen Publication.
Selain itu manajemen rumah Depkes RI (2002). Standar Tenaga
sakit perlu melakukan training of trainer Keperawatan di Rumah Sakit.
bagi para manajer, serta menyesuaikan Jakarta: Depkes RI. Jakarta.
imbalan dan kesejahteraan perawat. DepKes RI (2000). Standar Manajemen
Para manajer perlu merumuskan Pelayanan Keperawatan dan
perencanaan pembinaan sikap yang Kebidanan, Direktorat Yan Kep.
meliputi langkah kegiatan, sumber daya Dirjen Yan. Med, Jakarta.
yang diperlukan, pilihan metode waktu Departemen Kesehatan, Undang-Undang
dan indikator penilaian. Manajer perlu Nomor 23 Tahun 1992, Tentang
mengembangkan metode pembinaan Kesehatan. Depkes RI. Jakarta.
yang proaktif dan antisipatif sepert Departemen Kesehatan, Republik
coaching, mentoring, konseling atau Indonesia. (1996). Peraturan
preseptor. Penting bagi manajer Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996
menyediakan waktu dan tempat khusus Tentang Tenaga Kesehatan.
untuk melakukan pembinaan serta Depkes RI. Jakarta.
melakukan proses monitoring dan follow- Diane Huber (1996). Leadership and
up agar menjamin bahwa perbaikan Nursing Care Management, WB
sikap memang dilakukan dengan baik Saunders Company, Philadelphia.
oleh staf perawat. Duke Universuty Health system. (2006).
Handbook and Aplications for The
DAFTAR PUSTAKA Clinical Ladder Program.
Achmad.S & Ruky (2001). Sistem Undang-Undang Nomor 8 Tahun (1999).
Managemen Kinerja, Panduan Tentang Perlindungan Kesehatan. Jakarta
118
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.2, Juli 2013

Gillies, DA, (1989). Nursing Management Notoadmojo I (2000). Sumber daya


System Approach Second Edition Manusia,PT. Renika Cipta, Jakarta.
Sounders Company, Philadelphia. PPNI. (1999). Standar Praktek
Gilles DA (1989). Manajemen Keperawatan Perawat Professional
Keperawatan, Edisi 2, WB Sounder (Perawat Teregister). Jakarta.
Company, Philedeplia. Rowland, HS & Rowland, BL. (1997).
Gillies, Deen Ann. (1994). Nursing Nursing Administration Handbook.
Management: A System Approach. 4th ed. London: Aspen Publisher.
3rd ed. Philadelphia: Sauders Co. Simamora, R. H. (2012). Buku Ajar
Griffin, Em. (2003). A First Look At Manajemen dalam Keperawatan.
Communication Theory. New York: Jakarta: EGC.
McGraw-Hill. Sunariyo (2002), Psikologi Untuk
Harris, Marilyn D. (2005). Handbook of Keperawatan, Buku Kedokteran
Home Health Care Administration. EGC, Jakarta.
Sudburry: Jones and Bartlett Sullivan Eleanor J, (1998). Effective
Publisher Inc. Management in Nursing, Addison-
Kron. T (1987). The Management of Wesley Publishing Company Inc,
patient care: putting leadership skill California.
to work. Philadelphia: WB Sounders. Saudi (2000). Sistem Pengendalian
Loyola University Health System. (2001). Manajemen, BPFE, Yogyakarta.
Nursing Clinical Laddar at Loyola. Swarburg R C (2000). Pengaturan
Chicago: Loyola University. Kepemimpinan dan Manajemen
Littlejohn, Stephen W. (2002). Theories of Keperawatan Untuk Perawat Klinis,
Human Communication. USA: Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Wadsworth. Swanburg & Swanburg (1999),
Mangkunegara (2000), Manajemen Introductory Management and
Sumber Daya Manusia Leadership for Nursing. Boston
Perusahaan, PT. Remaja Jones and Bartlett Phublisher.
Rasdakarya, Bandung. Swarburg R C (2000). Pengembangan Staf
Mathis dan Jackson. (2002). Manajemen Keperawatan Serta Pengembangan
Perilaku Organisasi SDM, Kedokteran EGC, Jakarta.
Pendayagunaan Sumber Daya Swansburg, Russel C. 1996. Manajement
Manusia Erlangga, Jakarta. and Leadership for Nurse Managers.
Martoyo, (1997). Manajemen Sumber 2nd ed. Boston: Jones and Bartlett
Daya Manusia Di Rumah Sakit, Publisher Inc.
EGC: Jakarta. Yaslis Ilyas. (2001). Kinerja, Teori,
Mullahy, CM & Jensen, DK. (2004). The Penilaian dan Penelitian. Pusat
Case Manager’s Handbook. 3rd ed. Kajian Ekonomi Kesehatan FKM UI.
Sudburry: Publisher. Jakarta.
Mulyana, Deddy. (2002). Ilmu Komunikasi Weed, Roger O. (2004). Life Care
Suatu Pengantar. Bandung: PT. Planning Case Management
Remaja Rosdakarya. Handbook. Florida: CRC Press

119

You might also like