Professional Documents
Culture Documents
Maria - Fitriah@yahoo - Co.id: R Ulfah, IA Ratnamulyani, M Fitriah
Maria - Fitriah@yahoo - Co.id: R Ulfah, IA Ratnamulyani, M Fitriah
1AlumniPs. Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Djuanda Bogor, 2Dosen
Pembimbing I Program Studi Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 3Dosen Pembimbing II
Program Studi Komunikasi Universitas Djuanda Bogor, Jl. Tol Ciawi No.1 Kotak Pos 35 Bogor 16720
a Korespondensi: M. Fitria, Email: maria_fitriah@yahoo.co.id
ABSTRACT
This study aims to describe the experience of individuals in presenting their selves through OOTD
(Outfit of The Day) photos which uploaded on instagram and the consumptive lifestyle in relevancy of
fashion. The theory that is used on this study are Dramaturgi which is the work of Erving Goffman and
Davis Chaney’s lifestyle theory. This research used qualitative approach with descriptive method and
data acquire technique through in-depth interview with the informants. Informants in this study are 6
(six) participants, consist of 3 (three) people for research informants who regularly upload OOTD
(Outfit of The Day)/fashion photos with average ages about 16-23 years old that chosen by variants
social backgrounds and 3 (three) people as supporters which picked from each of the main informants’
followers with the same age as them. Reasearch’es result shows that the actors of OOTD (Outfit of The
Day) photos on Instagram try to presented themselves as good as possible. The processes of self image
creating involved by how the actors managed the impression they want to shows by setting,
appearance, and manner stages to get the positive impression like what they had wished. Meanwhile,
on the preparation stage, they involved in consumptive lifestyle concerning on using time, money, and
objects in related with fashion. From the study can be shown that there are pleasure and appreciation
that gotten by the fashionista through their photos on Instagram so that it caused them to regularly
update fashion which later causing encouragement of desire to keep using and buying fashion’s
objects. This case is causing a consumptive lifestyle.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengalaman individu dalam mempresentasikan diri
melalui foto OOTD (Outfit of The Day) yang diunggah di Instagram dan gaya hidup konsumtif dalam
kaitannya dengan fashion. Teori yang digunakan adalah teori Dramaturgi karya Erving Goffman dan
Teori Gaya Hidup David Chaney. Penelitian ini bertipe kualitatif dengan metode penelitian deskriptif,
dan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam dengan narasumber. Informan pada
penelitian ini enam orang yakni tiga orang informan pengguna aktif Instagram yang sering
mengunggah foto OOTD (Outfit of The Day)/fashion usia 16-23 tahun dari beragam latar belakang
sosial dan tiga orang informan pendukung yang berasal dari followers informan utama dengan usia
yang setara. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pelaku foto OOTD (Outfit of The Day)
berusaha tampil sebaik mungkin sebagai seorang fashionista. Pembentukan citra diri tidak terlepas
dari bagaimana aktor mengelola kesan melalui tahap setting, appearance, dan manner untuk
2 | Ulfah, IA Ratnamulyani, M Fitriah Media Presentasi Diri
mendapatkan kesan positif dan sesuai dengan yang diharapkan. Sementara, pada tahap persiapan para
fashionista menjalani gaya hidup konsumtif terhadap pemakaian waktu, uang, dan barang dalam
kaitannya dengan fashion. Melalui penelitian ini diketahui bahwa terdapat kesenangan dan
penghargaan yang diperoleh oleh para fashionista instagram melalui foto-fotonya sehingga memicu
untuk terus mengikuti gaya fashion yang kemudian menimbulkan dorongan hasrat untuk terus
mengkonsumsi barang fashion. Hal tersebut menimbulkan suatu gaya hidup konsumtif.
Kata Kunci: Outfit of The Day, Fashion, Instagram, Presentasi Diri, Gaya Hidup Konsumtif.
R Ulfah, IA Ratnamulyani, M Fitriah. 2015. Fenomena Penggunaan Foto Outfit Of The Day di Instgram
Sebagai Media Presentasi Diri (Suatu Kajian Komunikasi Dalam Pendekatan Dramaturgi Erving
Goffman). Jurnal Komunikatio 1(2): 1-14.
Jurnal Komunikatio Volume 2 Nomor 1, April 2016 3
e. Tetap (permanence): social media dapat 2005) mengatakan ciri-ciri komunikasi diadik
menggantikan komentar secara instan atau adalah:
mudah melakukan proses pengeditan. - Peserta komunikasi berada dalam jarak
yang dekat;
Tinjauan Tentang Instagram dan OOTD - Peserta komunikasi mengirim dan
(Outfit of The Day) menerima pesan secara simultan dan
Instagram adalah sebuah aplikasi berbagi foto spontan, baik secara verbal maupun
yang memungkinkan pengguna mengambil nonverbal.
foto, menerapkan filter digital, dan Adapun fungsi komunikasi antarpribadi yang
membagikannya ke berbagai layanan jejaring dikemukakan oleh Hafied Cangara (2005) ialah
sosial, termasuk milik Instagram sendiri. berusaha meningkatkan hubungan insan
Instagram berasal dari pengertian dari (human relations), menghindari dan mengatasi
keseluruhan fungsi aplikasi ini. Kata "insta" konflik-konflik pribadi, mengurangi
berasal dari kata "instan", seperti kamera ketidakpastian sesuatu, serta berbagi
polaroid yang pada masanya lebih dikenal pengetahuan dan pengalaman dengan orang
dengan sebutan "foto instan". Instagram juga lain.
dapat menampilkan foto-foto secara instan, Tujuan komunikasi antarpribadi adalah
seperti polaroid di dalam tampilannya. membangun suatu hungungan yang sejawat
Sedangkan untuk kata "gram" berasal dari kata dimana ruang dan waktunya langsung.
"telegram" yang cara kerjanya untuk Muhamad memaparkan bahwa komunikasi
mengirimkan informasi kepada orang lain antarpribadi mempunyai enam tujuan yaitu: 1)
dengan cepat. Sama halnya dengan Instagram Menemukan Diri Sendiri, 2) Menemukan Dunia
yang dapat mengunggah foto dengan Luar, 3)Membentuk dan menjaga hubungan
menggunakan jaringan Internet, sehingga yang penuh arti, 4) Berubah sikap dan tingkah
informasi yang ingin disampaikan dapat laku, 5) Untuk bermain dan kesengan, 6) Untuk
diterima dengan cepat. Oleh karena itulah membantu.
Instagram merupakan lakuran dari kata instan Konsep diri adalah pandangan dan perasaan
dan telegram. individu tentang dirinya. Konsep diri adalah
Outfit of The Day atau yang biasa disingkat pandangan dan perasaan kita tentang diri kita.
dengan OOTD merupakan istilah bagi sebuah Konsep diri merupakan faktor yang sangat
konsep foto yang menampilkan menentukan dalam komunikasi antarpribadi,
busana/pakaian yang dikenakan sehari-hari yaitu:
maupun pada situasi tertentu. Konsep ini a. Perbuatan atau tingkah laku yang dipenuhi
dipopulerkan pertama kali oleh para Fashion sendiri. Karena setiap orang bertingkah laku
Bloggers. Awalnya para Fashion Bloggers sedapat mungkin sesuai dengan konsep
mengunggah foto-foto di blog pribadi sebagai dirinya. Bila seseorang mahasiswa
tips untuk mix and match gaya berbusana. menganggap dirinya sebagai orang yang
Dengan kemunculan jejaring sosial, terutama rajin, ia akan berusaha menghadiri kuliah
Instagram sebagai jejaring sosial khusus photo secara teratur, membuat catatan yang baik,
sharing, para fashion bloggers mulai berbagi mempelajari materi kuliah dengan sungguh-
tips gaya dengan konsep yang lebih sederhana sungguh, sehingga memperoleh nilai
yaitu gaya berbusana sehari-hari sebagai acuan akademis yang baik.
bagi followers-nya. Kemudian munculah istilah b. Membuka diri. Pengetahuan tentang diri kita
Outfit of The Day atau yang lebih dikenal akan meningkatkan komunikasi, dan pada
melalaui hashtag #outfitoftheday/#ootd di saat yang sama, berkomunikasi dengan
instagram. orang lain meningkatkan pengetahuan
tentang diri kita. Dengan membuka diri,
Tinjauan Tantang Komunikasi Antar konsep diri menjadi dekat pada kenyataan.
Pribadi Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman
Komunikasi antarpribadi (interpersonal kita, kita akan lebih terbuka untuk
communication) adalah komunikasi antara menerima pengalaman-pengalaman dan
individu-individu (Littlejohn, 1999). Steward L. gagasan baru.
Tubbs dan Sylvia Moss dalam (Deddy Mulyana,
Presentasi Diri
6| Ulfah, IA Ratnamulyani, M Fitriah Media Presentasi Diri
Menurut Goffman, seperti yang dikutip sangat bervariatif dan merupakan sebuah
Mulyana (2003: 112) dalam bukunya, proses yang terus menerus selayaknya proses
presentasi diri merupakan suatu kegiatan yang yang terjadi di dunia nyata (Lister dkk,
dilakukan oleh individu tertentu untuk 2009:269). Dalam presentasi diri, media sosial
memproduksi definisi situasi dan identitas dipandang sebagai perpanjangan diri
sosial bagi para aktor dan definisi situasi pengguna. Seperti yang diutarakan oleh
tersebut mempengaruhi ragam interaksi yang McLuhan (1965) bahwa medium adalah
layak dan tidak layak bagi para aktor dalam perpanjangan indera maupun sistem saraf
situasi yang ada. manusia. Pengguna media sosial akan menata
Presentasi diri merupakan upaya individu media yang dipakai selayaknya sebuah ‘ruang
untuk menumbuhkan kesan tertentu di depan tamu’, bahkan ‘kamar’, bagi para
orang lain dengan cara menata perilaku agar pengunjungnya. Chandler menjuluki website
orang lain memaknai identitas dirinya sesuai tersebut sebagai mengiklankan diri sendiri
dengan apayang ia inginkan. Dalam proses (self-advertisement). Burns mengatakan bahwa
produksi identitas tersebut, ada suatu website tersebut sebagai kartu nama di abad
pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan ke-21.
mengenai atribut simbol yang hendak Dalam media sosial terdapat berbagai
digunakan sesuai dan mampu mendukung macam tujuan yang spesifik berdasarkan
identitas yang ditampilkan secara menyeluruh. minat, bakat, dan profesi yang berbeda. Tujuan
Presentasi diri adalah cara untuk spesifik tersebut mempengaruhi presentasi
membangun' citra diri. Gambaran kita tentang para pengguna. Dengan adanya tujuan tersebut,
diri kita konsep diri kita dipengaruhi sebagian foto profil, informasi tulisan dan konten lainnya
oleh bagaimana kita berpikir bagaimana orang yang berkaitan dengan dirinya akan
lain melihat kita (Cooley, 1902; James, 1890; dikonstruksi sesuai dengan harapan. Terdapat
Mead, 1934). Menurut Goffman (1959), self dua fase penting dalam presentasi di media
presentation membantu kita mendapatkan apa sosial yaitu fase awal perkenalan dan fase
yang kita inginkan dan membantu kita pertemanan.
menciptakan citra diri yang diinginkan. Terdapat beberapa strategi yang digunakan
Goffman dalam (G. Ritzer dan Douglas oleh pengguna medi sosial. Jones (1990)
Goodman, 2004:400) juga menyatakan bahwa, menyatakan rangkuman dari lima strategi
seorang aktor dalam panggung depannya dalam konstruksi presentasi diri yang
terdapat setting dan front personal. Setting diperoleh dari eksperimen terhadap situasi
merujuk pada tampilan fisik yang biasanya interpersonal dalam media sosial. Strategi
harus ada jika aktor tampil, tanpa itu aktor tersebut diantaranya adalah Ingratiation
biasanya tidak dapat tampil. berupa pendapat mengenai hal positif tentang
orang lain Selanjutnya adalah Competence
Media Sosial Presentasi Diri, dan berupa citra diri berupa karateristik umum
Pertukaran Citra yang bertujuan agar dianggap terampil dan
Media sosial merupakan wadah baru bagi berkualitas. Kemudian terdapat Intimidation
penyimpanan data (arsip) saat ini seperti yang berupa status untuk memperoleh kekuasaan.
diulas Gane dan Beer (2008). Arsip yang Terdapat juga Exemplification yang bertujuan
dimakasud tidak sekedar dipandang sebagai agar dianggap memiliki standar moral yang
dokumen resmi tertentu semata yang lebih tinggi. Yang terakhir adalah Supplication
disimpan, melainkan internet dengan jaringan, yaitu konstrusi citra diri berupa status
distribusi informasi, dan mediasi antara memohon bantuan dan rendah diri dengan
manusia-mesin menjadi tempat penyimpan tujuan agar diperhatikan.
data, yang kebanyakan diolah untuk memuat
citra diri. Fitur dan konten di jejaring sosial Fashion Sebagai Komunikasi
memberi keleluasaan bagi penggunanya untuk Komunikasi artifaktual menurut Littlejohn
mengkontruksi diri menjadi apa yang ia ingin (2006:78) merupakan salah satu bentuk pesan
orang lain lihat, citra apa yang ingin ia komunikasi verbal. Pesan artifaktual adalah
tampilkan dan kesan apa yang ia harapkan. pesan yang diungkapkan melalui penampilan
Presentasi diri dalam kehidupan virtual, tubuh, pakaian dan kosmetik. Komunikasi
disebut sebagai identitas virtual (Virtual artifaktual biasanya didefinisikan sebagai
Identity). Identitas virtual yang terbentuk bisa komunikasi yang berlangsung melalui pakaian
Jurnal Komunikatio Volume 2 Nomor 1, April 2016 7
verbal lain. Hal ini tentunya bertujuan untuk menggunakan media sosial untuk meminta
meninggalkan kesan yang baik pada lawan teman-teman untuk membantu mereka
interaksi dan memuluskan jalan mencapai memutuskan apa yang harus dibeli.
tujuan. Dengan konsep dramaturgis dan Menurut Rebecca Elderfield, Very.co.uk
permainan peran yang dilakukan oleh manusia, Direktur Style, munculnya ponsel pintar dan
terciptalah suasana-suasana dan kondisi komputer tablet berarti bahwa tidak ada lagi
interaksi yang kemudian memberikan makna batas-batas untuk belanja dan wanita tidak
tersendiri. pernah jauh dari hasrat fashion mereka. Lebih
lanjut Rebecca mengatakan bahwa wanita kini
Tinjauan Tentang Gaya Hidup Konsumtif bisa mendapatkan inspirasi terbaru dengan
Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di melihat katalog versi online. Serta mendapat
dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, referensi dari teman-teman lewat social media.
minat, dan opininya. Gaya menurut Stuart Ini membuat kita bisa memilih, membeli dan
Ewen dalam (Pilliang 2003: 2004) adalah : mengobrol tentang fashion dalam hitungan
1. Gaya adalah satu wahana dimana detik.
seseorang dapat dinilai dan menilai orang lain.
Gaya sebagai wahana pendefinisian diri (self) Fenomenologi
2. Gaya merupakan wahana pula untuk Pendekatan fenomenologis untuk mempelajari
memahami masyarakat baik gaya dalam kepribadian dipusatkan pada pengalaman
organisasi, kepemimpinan, dan konsumsi. individual– pandangannya pribadi terhadap
3. Gaya sebagai elemen pembentuk dunia (Atkinson, dkk, 2011: 57).
kesadaran yang total dan dasyat tentang dunia Dikutip dalam Kuswarno (2009:18), inti
sebagai informasi dan sebagai pembentuk citra. pemikiran Schutz adalah bagaimana
Seseorang cenderung ingin memiliki sesuatu memahami tindakan sosial (yang berorientasi
yang mencerminkan gaya. Karena dengan gaya pada perilaku orang atau orang lain pada masa
seseorang dapat mendefinisikan dirinya. lalu, sekarang dan akan datang) melalui
Menurut Pilliang (2003), Gaya hidup adalah penafsiran. Dengan kata lain, mendasarkan
pola (durasi, intensitas, kuantitas) penggunaan tindakan sosial pada pengalaman, makna, dan
waktu, ruang dan barang di dalam kehidupan kesadaran. Dimana, Manusia dituntut untuk
sosial. saling memahami satu sama lain, dan bertindak
Pilliang (2003:158) mendefinisikan dalam kenyataan yang sama. Sehingga, ada
konsumtif sebagai pola hidup individu atau penerimaan timbal balik, pemahaman atas
masyarakat yang mempunyaia keinginan untuk dasar pengalaman bersama, dan tipikasi atas
menggunakan barang atau jasa yang kurang dunia bersama. Dengan kata lain, ia menyebut
ataua tidak diperlukan. Konsumsi sebagai satu manusia sebagai “aktor”.
proses menghabiskan/ mentransformasikan Penelitian fenomenologi justru berangkat
nilai-nilai yang tersimpan dalam sebuah objek. dari persfektif filasafat, mengenai “apa” yang
Featherstone dalam (Ritzer, 2003: 372,373), diamati, dan bagaimana cara mengamatinya.
menyatakan bahwa masyarakat postmodern Adapun premis-premis dasar yang digunakan
adalah masyarakat konsumen. Alat konsumsi dalam penelitian fenomenologi adalah sebagai
baru hanyalah alat, alat yang memungkinkan berikut ;
masyarakat untuk mengkonsumsi. Sejalan 1. Sebuah peristiwa akan berarti bagi mereka
dengan apa yang dikatakan Baudrillard (2004), yang mengalaminya secara langsung.
bahwa didalam konsumsi dilandasi oleh nilai 2. Pemahaman objektif di mediasi oleh
tanda dan citraan ketimbang nilai utilitas, pengalaman subjektif.
logika yang mendasarinya bukan logika 3. Pengalaman manusia tedapat dalam
kebutuhan (need) melainkan logika hasrat struktur pengalaman itu sendiri. Tidak
(desire). dikontruks oleh peneliti (Kuswarno, 2009 :
Dalam berbagai penelitian mengungkapkan 58).
bahwa wanita cenderung lebih konsumtif
dibandingkan pria. Sebuah studi baru oleh METODE PENELITIAN
Very.co.uk mengungkapkan bahwa berkat
makin banyaknya ponsel pintar dan tablet, Jenis Penelitian
wanita tidak dapat lagi mengontrol kebiasaan Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
belanja mereka dan sebagai gantinya tipe penelitian deskriptif kualitatif, yaitu
Jurnal Komunikatio Volume 2 Nomor 1, April 2016 9
menggambarkan dan menganalisa data atau 2. Memiliki latar belakang profesi dan
fakta yang ditemukan secara objektif dengan pendidikan berbeda.
penekanan utama pada penelitian sumber yaitu 3. Gemar melakukan foto dengan konsep
teknik yang menggambarkan, memaparkan dan fashion/Outfit of The Day.
menginterpretasikan objek yang diteliti dengan
sistematis. Metode penelitian kualitatif Untuk memperkuat dan memperjelas data-
menurut Mukhtar (2013), adalah suatu metode data penelitian, peneliti memilih informan
yang digunakan untuk menemukan pendukung yang berasal dari followers akun
pengetahuan terhadap subjek penelitian pada instagram informan dan penikmat/pemerhati
suatu saat tertentu. foto-foto Outfit of The Day di instagram.
Penelitian ini berdasarkan jenisnya Informan pendukung mewakili tiap-tiap
termasuk penelitian kualitatif dengan informan dengan usia yang sama.
menggunakan pendekatan fenomenologi yang
mencari pemahaman mendalam, serta Teknik Pengumpulan Data
berusaha memahami arti peristiwa dan a) Data Primer – Teknik observasi dan
kaitannya terhadap orang-orang yang berada wawancara mendalam (In-depth Interview)
dalam situasi tertentu dengan menggunakan yang bertujuan untuk mendapat informasi
metode interpretasi yang sama dengan orang secara akurat dari narasumber langsung.
yang diamati. b) Data Sekunder – Informasi berkaitan dengan
penelitian yang dilakukan, meliputi riset
Penetapan Lokasi dan Waktu Penelitian perpustakaan, dan dokumen pelengkap
Lokasi penelitian dilakukan di beberapa tempat penelitian.
seperti di tempat-tempat makan/Cafe, mall,
rumah-rumah informan, sekolah atau kampus,
Penelitian yang dilakukan tidak terfokus pada 1. Analisis Data
satu tempat, tetapi dilakukan berdasarkan 1. Reduksi Data (Data reduction):
kesepakatan antara peneliti dan informan. Kategorisasi dan mereduksi data, yaitu
Waktu yang digunakan dalam kegiatan melakukan pengumpulan terhadap
penelitian ini kurang lebih selama 2 bulan, informasi penting yang terkait dengan
yaitu mulai dari bulan Maret 2015 sampai masalah penelitian, selanjutnya data
dengan bulan Mei 2015. dikelompokkan sesuai topik masalah.
2. Pengumpulan Data (Data collection): Data
Fokus Penelitian yang dikelompokkan selanjutnya disusun
Fokus kajian dalam penelitian ini adalah foto dalam bentuk narasi-narasi, sehingga
dengan konsep Outfit of The Day yang berkaitan berbentuk rangkaian informasi yang
dengan fashion dan style pada pengguna aktif bermakna sesuai dengan masalah
instagram wanita. penelitian.
Pemilihan Informan 3. Penyajian Data (Data Display): Melakukan
Penelitian ini menggunakan teknik purposive interpretasi data yaitu
sampling dalam menentukan informan menginterpretasikan apa yang telah
penelitian. Informan dipilih berdasarkan diinterpretasikan informan terhadap
kesediaan dalam berbagi informasi dan masalah yang diteliti.
pengalaman secara sadar dan tidak sadar. 4. Penarikan Kesimpulan (Conclusion
Pengambilan informan dipilih berdasarkan Drawing/verification): Pengambilan
penilaian melalui kriteria-kriteria dan kesimpulan berdasarkan susunan narasi
persyaratan yang ditentukan oleh peniliti yang telah disusun pada tahap ketiga,
sesuai dengan tujuan penelitian sehingga dapat sehingga dapat memberi jawaban atas
diperoleh data yang akurat. masalah penelitian.
Adapun kriteria-kriteria yang ditentukan 5. Evaluasi (Evaluation): Melakukan
oleh peneliti adalah sebagai berikut: verifikasi hasil analisis data dengan
1. Pengguna aktif instagram berjenis kelamin informan yang didasarkan pada
wanita dengan rentang usia 16-23 tahun kesimpulan tahap keempat. Tahap ini
(remaja hingga remaja akhir). dimaksudkan untuk menghindari
kesalahan interpretasi dari hasil
10| Ulfah, IA Ratnamulyani, M Fitriah Media Presentasi Diri
kesan yang diharapkan informan antara lain; konsumsi waktu lainnya bisa dilihat melalui
kesan gaul, keren, high class, inspiratif, modis, penggunaan instagram para informan. Dua
apa adanya, elegan dan positive thinking. informan mengaku sangat ketergantungan
Sementara, pandangan para penonton pada instagram sehingga mereka menggunakan
(followers) menunjukkan bahwa mereka sangat aplikasi tersebut hampir setiap hari jika ponsel
terbuka dengan adanya OOTD (Outfit of The mereka tersambung internet. Bahkan mereka
Day) karena bisa menjadi inspirasi dan bisa menghabiskan waktu berjam-jam saat
referensi gaya berbusana. Dapat diketahui menggunkana instagram.
bahwa mereka tertarik untuk Penanda-penanda (signifier) merupakan nilai
mengikuti/melakukan hal serupa namun tidak unit mata uang telah terpisah dengan petanda-
secara intens. Melalui wawancara dengan petanda (signifieds) nilai yang nyata. Suatu
informan pendukung juga dapat dilihat bahwa konsumsi tidak harus dipahami sebagai
kesan yang diharapkan para pelaku foto cukup konsumsi nilai manfaat, suatu keperluan
tersampaikan. Adapun, tiap-tiap penonton material, tetapi terutama sebagai konsumsi
mengatakan bahwa dengan foto OOTD (Outfit tanda. Suatu gaya hidup bisa dikatakan suatu
of The Day) dapat menggambarkan status perburuan penampilan dan citra karena
sosial dikarenakan penggunaan barang fashion seseorang yang mengikuti gaya hidup tertentu
yang berganti-ganti sehingga dimungkinkan pasti tidak terlepas dari permainan konsumsi.
para fashionista berasal dari kalangan berada. Dimana tanda-tanda dan simbol-simbol akan
Pernyataan ini juga memicu kemungkinan diperoleh dengan konsumsi. Dalam Logika yang
bahwa mereka telah melakukan gaya hidup mendasarinya bukan lagi logika kebutuhan
konsumtif. (need) melainkan adalah logika hasrat (desire).
Tanda-tanda (signs) disini berupa fashion
Gaya Hidup Konsumtif Melalui Foto OOTD (mode) yang membentuk suatu simbol-simbol
(Outfit of The Day) di Instagram (symbols) tersendiri bagi setiap orang. Uang
memberikan keleluasaan seseorang untuk
Bagi para pecinta fashion, sudah menjadi mengikuti fashion dan memperbanyak simbol-
keharusan bagi mereka dalam meng-update simbol. Disisi lain fashion mencoba mencapai
gaya busana terkini. Gaya busana fashion yang sosialitas tearitikal, dan memberikan
selalu berubah mengikuti perkembangan tren kesenangan di dalam dirinya.
terkini membuat para fashionista terus Dari penuturan para informan, dapat
memperbaharui gaya busananya sesuai dengan diketahui bahwa fashion membuat para
gaya yang sedang populer. Jika dikaitkan pecintanya harus merogoh kocek untuk
dengan aktivitas foto OOTD (Outfit of The Day), membeli barang-barang terbaru dengan
para pelakunya akan berusaha sebisa mungkin intensitas per bulan, bahkan per minggu. Dalam
untuk tampil dengan fashion kekinian untuk sekali belanja, para informan menghabiskan
mempertahankan identitas fashionable-nya. ratusan ribu rupiah. Terlebih lagi informan satu
Hal itu menyebabkan para pelaku foto OOTD bisa menghabiskan paling banyak hingga lebih
(Outfit of The Day) semakin konsumtif, tidak dari satu juta rupiah per bulan. Beberapa
hanya dalam penggunaan uang tetapi juga mengakui bahwa gaya hidup mereka boros dan
penggunaan waktu dan barang. kesulitan dalam mengatur keuangan. Meskipun
Para pelaku OOTD (Outfit of The Day) pemasukan uang jajan dan belanja yang masih
setidaknya mengkonsumsi waktu luang mereka bersal dari orang tua. Berbeda dengan
untuk menyiapkan diri, diantaranya; informan tiga yang meskipun mengikuti
berdandan, memilih baju, serta aksesoris yang perkembangan fashion tapi selalu berusaha
akan dikenakan. Porsi waktu yang dibutuhkan mengelola keuangan dengan cara menyisihkan
masing-masing orang berbeda. Namun dari tiap dan memberi jatah untuk kebutuhan-
informan menyatakan bahwa setidaknya butuh kebutuhan tersebut. Melalui informasi tersebut,
waktu satu jam dalam berdandan. Adapun dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini,
selain waktu persiapan, mereka membutuhkan semakin dewasa orang tersebut maka semakin
waktu dalam pengambilan foto. Masing-masing matang dalam mengatur dan mengelola
informan mengungkapkan bahwa perlu lebih keuangan.
dari satu kali pengambilan foto untuk mencapai Kemudian, penuturan para informan
hasil yang sesuai dan pose terbaik. Selain itu, menunjukkan bahwa para fashionista berusaha
12| Ulfah, IA Ratnamulyani, M Fitriah Media Presentasi Diri
tampil dengan pakaian terbaru sehingga lebih gaya hidup konsumtif para pengguna
sering melakukan aktivitas belanja. Hal instagram terdapat para penggunaan uang
tersebut tidak hanya berdampak pada untuk konsumsi fashion yang akan ditampilkan
konsumtif dalam penggunaan uang tetapi juga pada foto OOTD (Outfit od The Day),
dimungkinkan pada barang. Bagaimana penggunaan waktu dalam menyiapkan
barang-barang fashion mereka kemudian penampilan sebelum berfoto, dan penggunaan
menjadi bertambah banyak sedangkan barang- barang-barang fashion.
barang tersebut bukanlah barang yang dapat Gaya hidup konsumtif para pelaku foto
habis layaknya makanan. OOTD (Outfit of The Day) berangkat dari
Para informan mengaku cukup banyak kesenangan dan kecintaan pada fashion dan
membeli dan memiliki koleksi barang fashion. hobi berfoto yang kemudian menimbulkan
Bahkan ada yang menjualnya lagi karena keinginan untuk menampilkan diri melalui
merasa tidak lagi terpakai. Namun, beberapa instagram. Untuk tampil sesuai dengan kesan,
mengatakan masih memakai barang-barang gambaran diri dan identitas yang ingin
tersebut meskipun hanya sesekali. Hal tersebut dibentuk, mereka harus tampil total dengan
tetap menyebabkan bahwa para fashionista segala atribut dan petanda sebagai fashionista.
tidak mampu memaksimalkan penggunaan Karena itu mereka berhasrat untuk terus
barang-barang fashion yang mereka miliki. mengkonsumsi barang-barang fashion. Hal
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tersebut terus-menerus berulang hingga
berfoto OOTD (Outfit of The Day) bagi para menimbulkan suatu gaya hidup konsumtif.
fashionista hanya didasari kesenangan tanpa
mementingkan kepentingan dalam tujuannya. KESIMPULAN DAN SARAN
Beberapa pendapat juga membuktikan bahwa
ada motif penghargaan yang ingin diperoleh Kesimpulan
melalui foto-foto tersebut, meskipun gagasan
ini tidak disetujui oleh semua informan. Terdapat berbagai tujuan dibalik foto OOTD
(Outfit of The Day) yang mereka unggah,
Kaitan Antara Pembentukan Citra Diri diantaranya; agar dianggap gaul, keren, modis,
Dengan Gaya Hidup Konsumtif Melalui Foto dan high class. Keinginan untuk di-endorse oleh
OOTD (Outfit of The Day) di Instagram produk online seperti para fashionista lain,
menjadi trendsetter, dan dapat menjadi
Sesuai dengan argumen Chaney, bahwa suatu inspirasi dan motivasi bagi orang yang melihat.
gaya hidup akan mengarahkan kita pada Unsur-unsur dalam pembentukan citra diri ini
perburuan penampilan dan citra. Sehingga meliputi, (a) setting, dimana para pelaku
seseorang akan berusaha memanipulasi citra mempersiapkan diri, menentukan latar
dirinya di mata orang lain atau orang yang belakang foto, mengenakan pakaian berbeda
melihat. Jika disesuaikan dengan pemikiran pada setiap foto, serta menggunakan kamera
Goffman pada studi dramaturgi yang yang bagus untuk hasil yang baik. (b)
menyatakan bahwa seseorang ibarat seorang appearance, dimana para pelaku menampilkan
aktor yang memainkan peran dalam sebuah fashion sesuai dengan keinginan dan karakter
panggung sandiwara, dimana seseorang mereka serta mengedit/memberi filter untuk
tersebut berusaha menampilkan yang terbaik memaksimalkan hasil foto yang diunggah. (c)
dari dirinya untuk memperoleh kesan sesuai manner, dimana para pelaku menggunakan
dengan apa yang ia harapkan. kolom caption untuk membentuk kesan secara
Aktifitas kehidupan yang melibatkan verbal seperti, membalas komentar dari
perburuan citra dan penampilan diri followers, dan menampilkan gaya yang
cenderung akan masuk ke dalam permainan dianggap identik dengan dirinya. Adapun
konsumsi. Permainan konsumsi inilah yang pendapat penonton mengarahkan kesan bahwa
pada akhirnya akan membawa seseorang pada para fashionista instagram merupakan sosok
perilaku konsumtif. Pada akhirnya tindakan yang dianggap gaul, keren, modern, dan
tersebut menjadi suatu gaya hidup konsumtif inspiratif melalui foto-foto OOTD (Outfit of The
yang lebih mementingkan hasrat (desire) Day) mereka.
daripada kebutuhan (needed). Para pelaku foto OOTD (Outfit of The Day)
Kaitan pembentukan citra diri melalui melakukan konsumsi tehadap: (a) waktu, saat
aktifitas foto OOTD (Outfit of The Day) dengan menggunakan instagram dan mempersiapkan
Jurnal Komunikatio Volume 2 Nomor 1, April 2016 13
dandanan dan gaya busana sebelum berfoto. Chaney, David. 2006. Lifestyles : Sebuah
(b) uang, dimana para pelaku menggunakan Pengantar Komprehensif. Yogyakarta :
uang mereka untuk membeli barang-barang Jalasutra
fashion sekurang-kurangnya sebulan sekali.
Devito, A. Joseph. 1997. Komunikasi
Dalam sekali belanja bisa menghabiskan uang
AntarPribadi. Jakarta: Preffesional Books.
dengan kisaran ratusan ribu rupiah dan
membeli lebih dari satu barang. (c) barang, Effendy, Onong Uchyana. 1986. Ilmu
dimana barang-barang fashion sebagai koleksi Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:
yang kemudian menumpuk dan tidak Remaja Rosdakarya.
dipergunakan secara maksimal. Gaya hidup Goffman, Erving. 1959. The Presentation of Self
konsumtif atas dasar kesenangan dan in Everyday Life. Harmondworth: Penguin.
penghargaan yang didapat melalui aktivitas
foto OOTD (Outfit of The Day) di instagram. John, Stephen W. Little. 2000. Teori Komunikasi
Keinginan mengunggah foto OOTD (Outfit of Theories of Human Communication.
The Day) atau fashion membuat para pelaku Jakarta: Salemba Humanika.
menjadikan foto sebagai wadah dalam Kuswarno, Engkus. 2009 . Fenomenologi.
membentuk citra diri yang kemudian memicu Bandung: Widya Padjajaran.
untuk selalu berbelanja dan mendapatkan
barang-barang fashion terbaru. Konsumsi McQuail, Denis. 2001. Tori Komunikasi Massa.
fashion yang berlangsung secara terus menerus Jakarta: Salemba Humanika.
menandakan perilaku konsumtif. Konsumtif Moleong, Lexy J. 1990. Metode Penelitian
pada barang-barang fashion ini diakibatkan Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
oleh perburuan citra dan penampilan. Proses Rosdakarya.
ini berlangsung terus menerus sehingga
menjadi suatu gaya hidup konsumtif. Mukhtar. 2013. Metode Praktis Penelitian
Deskriptif Kualitatif. Jakarta: GP Press
Saran Mulyana, Deddy. 2003. Metodologi Penelitian
Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu
Para fashionista instagram diharapkan mampu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya.
menjadi contoh yang baik bagi masyarakat Bandung: Remaja Rosdakarya.
dalam mengekspresikan minat kea rah yang
positif. Nurudin. 2004: Komunikasi Massa. Yogyakarta:
Diperlukan kontrol diri pada para fashionista Remaja Rosdakarya.
instagram sebagai batasan sehingga tidak Pilliang. Yasraf, Amir. 2004. Postrealitas :
menjadikan minat tersebut menjadi suatu gaya Realitas Kebudayaan dalam Era
hidup konsumtif. Postmetafisika. Yogyakarta : Jalasutra
Perlunya penelitian lebih lanjut tentang
analisis media sosial instagram sebagai media Rakmat, Jalaludin. 2005. Psikologi Komunikasi.
presentasi diri untuk meningkatkan kualitas Bandung: Remaja Rosdakarya.
keilmuan Ritzer, George. 2003. Teori Sosial Posmodern.
Yogyakarta : Kreasi Wacana
Soeprapto. 2007. Interaksi Simbolik.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar..