Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 5

PERBEDAAN TERJADINYA KARANG GIGI PADA MASYARAKAT

PENGKONSUMSI AIR SUMUR DENGAN BUKAN AIR SUMUR

I Made Budi Artawa1 dan I G A A Pt.Swastini2

Abstract. Calculus is a factor of constant irritation to the gingiva that can


cause inflamation of the gingiva. If not removed it will continue to buffer
tissue damage teeth and cause tooth to be rocking and the date. Kelan village
residents consume most of the well water with high calculus content of 132.08
mg/liter of water. The purpose of this research is to know the difference occurs
calculus on people who consume water sourced from wells that are not from
wells in Kelan village Badung 2010. Populasi this study all the people who is
living a minimum of seven months in Kelan Village. Large Sample study of
66 people, 33 respondents respectively. This study uses primary date, date
collected by interview and direct examination. Statistical analysis univariate
and bivariate test T-test two different samples. The result of quantitative analysis
of T-test two different samples showed t count with equal variance not assumed
at 5.907 and the probability of 0.000. Therefore the probabilyti of <0.005.
Then Ho is rejected or the second average score calculus on consuming water
sourced from wells with wells thaqt are not really significantly different. Large
differences lie between 0.52137-1.0543. The conclusions of this study was
there a significant difference occurred calculus on people who consumer
water with non-water wells, it is suggested that more attention to cleaning
teet and mouth, by way of brushing teeth immediately after eating at least
twice a day, the morning after eating and at night before bed, diligent teeth
checked and scalling in to dental health service at least six months.
Keywords: difference, calculus, well water
Pemeliharaan kesehatan gigi sangat dapat menyebabkan keradangan pada
penting, karena gigi bukan hanya sebagai gusi. Bila tidak dihilangkan maka akan
alat pengunyahan melainkan lebih dari itu, berlanjut pada kerusakan jaringan
maka sepatutnya gigi tersebut penyangga gigi dan lama-kelamaan
dipertahankan keberadaannya di dalam mengakibatkan gigi menjadi goyang serta
rongga mulut (Departemen Kesehatan lepas dengan sendirinya (Tarigan,1999).
RI., 1995). Penyakit gigi dan mulut Karang gigi adalah jaringan keras yang
merupakan penyakit yang tersebar luas di melekat erat pada gigi yang terdiri dari
masyarakat Indonesia. Penyebab dari bahan-bahan mineral seperti Ca, Fe, Cu,
penyakit gigi dan mulut dipengaruhi oleh Zn, dan Nitrat (Tarigan, 1989). Menurut
faktor lingkungan, perilaku dan pelayanan Houwink (1993), karang gigi adalah
kesehatan gigi. Berbagai upaya untuk merupakan plak yang berkalsifikasi.
mengatasi hal tersebut telah banyak Karang gigi terbentuk karena adanya
dilakukan baik oleh pemerintah maupun pengendapan sisa makanan dengan air
swasta (Depkes RI., 2000). ludah dan kuman, selanjutnya akan terjadi
Karang gigi merupakan suatu faktor iritasi proses pengapuran yang lama kelamaan
yang terus menerus terhadap gusi sehingga menjadi keras (Tomasowa, 1995).

1,2 Dosen Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Denpasar


167
Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 167-171

Karang gigi juga terbentuk oleh karena Metode


pengendapan kalsium pada plak basa Penelitian ini merupakan penelitian
kemudian terjadi pengapuran dan komperasi dengan rancangan penelitian
mengeras maka terbentuklah karang gigi prosfektif. Penelitian ini dilakukan di
(Be, 1997). Desa Kelan Kecamatan Kuta Selatan
Mineral kalsium dan phosphat sebagai Kabupaten Badung Provinsi Bali 2010.
pembentuk karang gigi dapat diperoleh Populasi penelitian ini adalah semua
dari konsumsi makanan dan minuman. masyarakat yang tinggal menetap minimal
Sumur gali merupakan salah satu sumber tujuh bulan di Desa Kelan. Penelitian ini
air minum terutama bagi masyarakat yang menggunakan dua sampel independen
berada di daerah dataran rendah seperti yaitu kelompok terpapar (pengkonsumsi
di pesisir pantai. Salah satu desa yang air sumur) dan kelompok tidak terpapar
berada di pesisir pantai adalah Desa Kelan (pengkonsumsi air bukan air sumur). Besar
Kecamatan Kuta Selatan. Berdasarkan sampel penelitian sebanyak 66 responden.
informasi dari dokter gigi yang praktek Penelitian ini menggunakan data primer,
swasta di daerah tersebut, menyatakan data dikumpulkan dengan cara wawancara
bahwa banyak pasien yang berasal dari dan pemeriksaan langsung. Kedua
Desa Kelan datang dengan keluhan kelompok sampel pada awal pengamatan
giginya mudah kotor oleh karang gigi. dilakukan pemeriksaan kalkulus indek,
Hasil observasi dan wawancara terhadap dan dilakukan pembersihan karang gigi.
beberapa penduduk Desa Kelan Pemeriksaan ulang dan menghitung
menyatakan sebagian besar masih kalkulus indek dilakukan setelah tiga bulan.
mengkonsumsi air dengan menggunakan Pengolahan data dilakukan dengan
sarana sumur gali atau sumur bor. Hasil bantuan komputer, dianalisis secara
tes laboratorium air dari 33 sumur di Desa statistik univariat dan bivariat dengan
Kelan menunjukkan kandungan phosphat uji T-test dua sampel berbeda.
rata-rata 0,01 dan kalsium cukup tinggi
yaitu yaitu rata-rata 132,09 mg/liter air Hasil dan Pembahasan
dibandingkan dengan standar normal Hasil penelitian terhadap obyek penelitian
kalsium dalam air minum yaitu 100 mg/ kelompok pengkonsumsi air sumur
liter air (WHO, 1996). Konsentrasi maupun yang bukan pengkonsumsi air
kalsium pada air minum yang melebihi sumur tentang keadaan karang gigi pada
standar apabila dikonsumsi terus menerus awal pengamatan dan akhir pengamatan
dapat menambah kepekatan air ludah disajikan pada tabel 1.
sehingga kalsium bersama dengan
phosphat akan membentuk hablur dan Tabel 1
menjadi karang gigi. Tetapi belum Keadaan Karang Gigi Kelompok
Pengkonsumsi Air Sumur pada
diketahui apakah ada perbedaan terjadi awal pengamatan
karang gigi pada masyarakat yang
mengkonsumsi air sumur dengan yang Hasil
bukan air sumur. Tujuan penelitian ini Kategori Kriteria pengamatan
adalah untuk mengetahui perbedaan f %
terjadi karang gigi pada masyarakat Baik 0.0-0,6 0 0,00
Sedang 0,7-1,8 5 15,15
pengkonsumsi air sumur dengan yang Buruk 1,9-3,0 28 84,85
bukan air sumur di Desa Kelan Kecamatan Jumlah 33 100,00
Kuta Selatan Kabupaten Badung Provinsi Rata-rata 2,97
Bali 2010.
168
Budi Artawa, IM., dan IGAAP Swastini (Perbedaan terjadinya karang gigi...)

Tabel 1 menunjukkan bahwa keadaan Tabel 4


karang gigi responden yang mengkonsumsi Keadaan Karang Gigi Kelompok
air sumur paling banyak berada pada Pengkonsumsi bukan Air Sumur
pada akhir pengamatan
kriteria buruk yaitu sebanyak 28 orang
(84.85%) dan tidak ada responden yang
Hasil
mempunyai skor karang gigi dengan Kategori Kriteria
f %
kriteria baik. Nilai rata-rata sebesar 2,97 Baik 0.0-0,6 17 51.52
(kriteria buruk). Sedang 0,7-1,8 14 42.42
Buruk 1,9-3,0 2 6.06
Tabel 2 Jumlah 33 100,00
Keadaan Karang Gigi Kelompok Rata-rata 0,48
Pengkonsumsi bukan Air Sumur
Tabel 4 menunjukkan bahwa keadaan
pada awal pengamatan
karang gigi responden yang mengkonsumsi
Hasil
bukan air sumur paling banyak berada
Kategori Kriteria pada kriteria baik yaitu sebanyak 17 orang
f %
Baik 0.0-0,6 18 54,55 (51,52) dan paling sedikit berada pada
Sedang 0,7-1,8 13 39,39 kriteria buruk sebanyak dua orang (6,06),
Buruk 1,9-3,0 2 6,06
Jumlah 33 100,00 dan nilai rerata 0,48 (kriteria baik).
Rata-rata 0,57
Tabel 5
Tabel 2 menunjukkan bahwa keadaan Hasil Uji t sampel independen pada awal
karang gigi responden yang mengkonsumsi pengamatan
bukan air sumur paling banyak berada
Levene’s t-test for Equality of
pada kriteria baik yaitu sebanyak 18 orang
Equal Variance Test Means
(54,55), dan paling sedikit berada pada F Sig t df Sig.
kriteria buruk yaitu sebanyak dua orang Assumed 10,98 64 0,00
2,61 0,11
(06,06%), dan nilai rata-rata 0,57 Not Assumed 10,98 63,48 0,00
(kriteria baik). Tabel 5 menunjukkan t hitung equal
Tabel 3 varience not assumed sebesar 10,977
Keadaan Karang Gigi Kelompok dan probabilitas sebesar 0,000. Oleh
Pengkonsumsi Air Sumur pada karena probabilitas < 0,005, maka Ho
akhir pengamatan ditolak atau kedua rata-rata skor karang
gigi pada masyarakat yang mengkonsumsi
Hasil air sumur dengan yang bukan air sumur di
Kategori Kriteria
f %
Baik 0.0-0,6 0 0
Desa Kelan Kecamatan Kuta Selatan
Sedang 0,7-1,8 2 6.06 Provinsi Bali 2010 benar-benar berbeda
Buruk 1,9-3,0 31 93.94 secara signifikan. Besar perbedaannya
Jumlah 33 100,00 1,39 berada diantara perbedaan rata-rata
Rata-rata 2,97
bagian bawah =1,14 dan perbedaan rata-
Tabel 3 menunjukkan bahwa keadaan rata bagian atas = 1,65.
karang gigi responden yang mengkonsumsi Tabel 6 menunjukkan t hitung equal
air sumur paling banyak berada pada varience not assumed sebesar 5,907
kriteria buruk yaitu sebanyak 31 orang dan probabilitas sebesar 0,000. Oleh
(93,94%) dan tidak ada responden yang karena probabilitas < 0,005, maka Ho
mempunyai karang gigi kriteria baik. Nilai ditolak atau kedua rata-rata skor karang
rata-rata sebesar 2,97 (kriteria buruk). gigi pada masyarakat yang mengkonsumsi
air sumur dengan yang bukan air sumur di

169
Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 167-171
Tabel 6 sebesar 1,39 berada diantara perbedaan
Hasil Uji t sampel independen pada akhir rata-rata bagian bawah =1,14 dan
pengamatan
perbedaan rata-rata bagian atas = 1,65.
Levene’s t-test for Equality of Dan besar perbedaannya pada akhir
Equal Variance
F Sig t df Sig. pengamatan sebesar 0,79 berada diantara
Assumed 5,91 64 0 perbedaan rata-rata bagian bawah =0,52
2,61 0,11
Not Assumed 5,91 63,48 0
dan perbedaan rata-rata bagian atas =
Desa Kelan Kecamatan Kuta Selatan 1,05.
Provinsi Bali 2010 benar-benar berbeda Hasil analisis tersebut menunjukkan
secara signifikan. Besar perbedaannya adanya perbedaan yang signifikan
0,79 berada diantara perbedaan rata-rata terjadinya karang gigi pada masyarakat
bagian bawah =0,52 dan perbedaan rata- yang mengkonsumsi air sumur dengan
rata bagian atas = 1,05. yang bukan air sumur di Desa Kelan 2010.
Hasil penelitian terhadap 66 responden Perbedaan yang didapatkan antara lain
yang terdiri dari 33 responden pada responden yang mengkonsumsi air
penkonsumsi air sumur dan 33 responden sumur nilai rata-rata karang gigi berada
pengkonsumsi bukan air sumur. Secara pada kriteria buruk sedangkan pada
deskriptif dapat dijelaskan antara lain responden yang mengkonsumsi bukan air
keadaan karang gigi pengkonsumsi air sumur nilai rata-rata karang gigi berada
sumur pada awal pengamatan rara-rata pada kriteria baik. Hal ini mungkin
2,97 berada pada kriteria buruk. disebabkan oleh karena kandungan air
Sedangkan keadaan karang gigi pada sumur yang dikonsumsi oleh responden
pengkonsumsi bukan air sumur banyak mengandung kalsium, sehingga
menunjukkan nilai rata-rata 0,58 (kriteria akan mempercepat pengapuran dan
baik). Keadaan karang gigi responden pengendapan plak menjadi karang gigi.
pengkonsumsi air sumur pada akhir Hal ini didukung oleh hasil tes
pengamatan nilai rara-rata 2,97 (kriteria laboratorium air sumur Desa Kelan
buruk). Sedangkan keadaan karang gigi menunjukkan kandungan rata-rata kalsium
pada responden pengkonsumsi bukan air cukup tinggi yaitu 132,08 mg/liter air
sumur menunjukkan nilai rata-rata 0,48 dibandingkan dengan standar normal
(kriteria baik). kalsium dalam air minum yaitu 100 mg/
Hasil analisis data dengan menggunakan liter air (WHO, 1996). Pernyataan ini
uji T- test dua sampel berbeda pada awal didukung oleh pendapat Be Ken Nio,
pengamatan didapatkan t hitung dengan bahwa karang gigi terbentuk akibat dari
equal varience not assumed sebesar kalsium yang ada dalam air ludah akan
10,977 dan probabilitas sebesar 0,000. mengendap pada lapisan plak, kemudian
Dan hasil analisis data pada akhir terjadilah pengapuran lapisan plak dan
pengamatan didapatkan t hitung dengan mengeras maka terbentuklah karang gigi
equal varience not assumed sebesar (Be, 1987). Hal ini didukung juga oleh
5,907 dan probabilitas sebesar 0,000. pernyataan Houwink (1993), yang
Oleh karena probabilitas < 0,005, maka mengatakan bahwa karang gigi terbentuk
Ho ditolak atau kedua rata-rata skor karena plak yang dibiarkan dalam waktu
karang gigi pada pengkonsumsi air sumur lebih lama pada gigi dan akan
dengan yang bukan air sumur benar-benar berkalsifikasi. Konsentrasi kalsium pada
berbeda secara signifikan baik pada awal air minum yang melebihi standar apabila
pengamatan dan akhir pengamatan. Besar dikonsumsi terus menerus dapat
perbedaannya pada awal pengamatan menambah kepekatan air ludah sehingga
170
Budi Artawa, IM., dan IGAAP Swastini (Perbedaan terjadinya karang gigi...)

kalsium bersama dengan phosphat akan Daftar Pustaka


membentuk hablur dan menjadi karang Departemen Kesehatan RI., 1995a, Tata
gigi. Jenis karang gigi yang terbentuk adalah Cara Kerja Pelayanan Asuhan
karang gigi air ludah (salivary calculus) Kesehatan Gigi dan Mulut di
(Ariyantono, 2009). Puskesmas, Direktorat Jendral
Kesimpulan dan Saran Pelayanan Medik, Jakarta.
———————, 2000, Pedoman
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat Upaya Pelayanan Kesehatan
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan Gigi dan Mulut di Puskesmas,
yang bermakna terjadi karang gigi pada Depkes RI, Jakarta.
masyarakat yang mengkonsumsi air sumur Tarigan, R., 1995, Kesehatan Gigi dan
dengan yang bukan air sumur, di Desa Mulut, ed.IV. EGC, Jakarta.
Kelan Kecamatan Kuta Selatan Tarigan, R., 1999, Kesehatan Gigi dan
Kabupaten Badung Provinsi Bali 2010. Mulut, ed.I. EGC, Jakarta.
Sehingga disarankan kepada masyarakat Houwink, B.J. 1993, Ilmu Kedokteran
Desa kelan pada umumnya dan Gigi Pencegahan, Fakultas
masyarakat yang mengkonsumsi air sumur Kedokteran Gigi Universitas
pada khususnya, agar lebih Gadjah Mada, Yogyakarta.
memperhatikan kebersihan gigi dan Tomasowa, RA., 1995, Pengetahuan
mulutnya, dengan cara menyikat gigi Dasar tentang Kesehatan Gigi
segera setelah makan minimal dua kali dan Mulut, Depkes RI, Jakarta.
dalam sehari, yaitu pagi setelah makan dan
malam sebelum tidur, rajin memeriksakan
gigi dan membersihkan gigi ke tempat
pelayanan kesehatan gigi minimal enam
bulan sekali.

171

You might also like