Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 120

ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI PADI ORGANIK

DENGAN PADI ANORGANIK DI NAGARI SARIAK ALAHAN


TIGO KECAMATAN HILIRAN GUMANTI KABUPATEN
SOLOK

SKRIPSI

OLEH:
LADY CHANIA
1310221015

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2017
SEKAPUR SIRIH

“When you start dream and hope something, make sure you’ll
struggling every step for it, because it will seems impossible until
its done.” -anonymous-

Alhamdulillahhirabbil’alamin, tiada kata selain puji dan syukur


atas rahmat dan karunia Allah SWT yang tiada henti menyelimuti setiap
langkah hidupku. Shalawatku kepada nabi Muhammad yang telah
menebar cahaya di muka bumi.

Mom Dad, when I feel like the world is taking me down, and the sky
is pushing me away, it is you that makes me dare against the world, the
reason why I keep struggling, the reason why I wake up every morning to
create big thing. I am truly thankful for all your kind and pure heart
loving me.

Uni, Abang, Arva, Ziffie, UK, Kaksel, Uwan. There is no better


friend that brother and sisters, and there is no better brother and sisters
than you guys. Couldn’t describe how much do I love you guys.

My past, present and future. The one who always there in every
tears, laugh, sad, smile, up and down. Thank you guh, for always make
my day. With you and all M teams, lets build our empire.

Nens, Aviaska, Ayu, Astari, Syafia, Ika. Those weirdos who keep me
from very very first college time, and they did until very very end my
college life. Wish you guys always happy, healthy and stay strong.

And for all my dearest friend in this entire world, muthia, ijul,
febiola, yolan, arin, and all of you guys, geng pwda, geng kkn Manggopoh,
Agribisnis TBTB, HIMAGRI FP UNAND, FMC, and others friend that I
cant mention all of them here.

Its all about press your scripsweet 

Love,

LC
KATA PENGANTAR

Puji syukur penelitian kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia beliau
penulis telah bisa menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Perbandingan
Usahatani Padi Organik dengan Padi Anorganik di Nagari Sariak Alahan Tigo,
Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok.” Shalawat dan salam untuk Nabi
sekalian umat Nabi Muhammad SAW yang telah membawa cahaya dalam kehidupan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Mahdi,
S.P., M.Si., Ph.D selaku pembimbing I dan Bapak Dr. Ir. Faidil Tanjung, M.Si selaku
pembimbing II yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan serta motivasi
dalam penyelesaian skripsi ini. Selanjutnya kepada dosen penguji ibu Prof. Dr. Ir.
Melinda Noer, M.Sc, ibu Vonny Indah Mutiara, S.P., M.E.M., Ph.D, dan Ir. Syahyana
Raesi, M.Sc dan Bapak Ir. M. Refdinal, M.S yang memberikan kritikan dan saran
yang membangun.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan dan
kelemahan, oleh karena itu penulis menerima kritik maupun saran yang dapat
memperbaiki dan menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak tertutama bagi penulis sendiri.

Padang, Oktober 2017

L.C

ii
ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI PADI ORGANIK DENGAN
PADI ANORGANIK DI NAGARI SARIAK ALAHAN TIGO KECAMATAN
HILIRAN GUMANTI KABUPATEN SOLOK

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan usahatani


padi organik dan padi anorganik serta mengetahui alasan petani memilih usahatani
padi organik di Nagari Sariak Alahan Tigo Kecamatan Hiliran Gumanti Kabupaten
Solok. Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive
method). Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu deskritif dan dilakukan
dengan cara survey. Analisis data yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif
dengan melihat besarnya biaya dan pendapatan masing-masing usahatani
kemudian membandingkan biaya dan pendapatan tersebut. Praktik pertanian
organik pada PPO Santiago telah dimuali sejak 2008 kemudian mendapatkan
sertfikat pada tahun 2013 dan telah mampu menembus pasar nasional. Hasil
penelitian menunjukkan biaya total yang petani padi organik adalah Rp.
11.528.766 sedangkan usahatani padi anorganik adalah Rp. 8.167.044, perbedaan
biaya ini disebabkan oleh perbedaan jumlah biaya yang dibayarkan dan
diperhitungkan. Biaya yang diperhitungkan pada organik lebih tinggi dikarenakan
kompleksnya pengerjaan usahatani organik. Produksi masing-masing usahatani
menunjukkan 3.522 Kg/Ha untuk organik dan 2.317 Kg/Ha untuk anorganik.
dengan pendapatan masing-masing Rp. 20.558.881 dan Rp. 2.722.622. Petani padi
organik memilih usahatani padi organik dikarenakan sedikit biaya (60%),
kepuasaan (20%) dan ajakan oleh petani lainnya (13%) serta adanya pasar (7%).
Petani anorganik tidak beralih usahatani organik dikarenakan produksi yang lebih
sedikit (47%) pengerjaan lebih sulit (37%) serta kurangnya ajakan (17%).
Kata Kunci: PPO Santiago, petani organik, petani anorganik, biaya, pendapatan.
A COMPARISON ANALYSIS OF ORGANIC RICE FARMING WITH
ANORGANIC RICE FARMING IN NAGARI SARIAK ALAHAN TIGO
HILIRAN GUMANTI SUBDISTRICT SOLOK DISTRICT

ABSTRACT

This research aims to analyze the comparison of farming between organic rice
farming anorganic rice farming and to figure out the reason why farmers choose
organic or anorganic farming in Nagari Sariak Alahan Tigo, Hiliran Gumanti
Subdistrict, Solok District. The research area is decided by purposively or using
purposive method. Methodology that used for this research is survey method. Data
analyze that used in this research is descriptive quantitative which is figure out the
cost and income each farming and the comparison between cost and income. Organic
farming was applied in PPO Santiago from 2008 and received organic certificate at
2013 and has reached national market. The survey shows that the average/ha total
cost of organic farmer is Rp. 11.528.766 in other hand total cost of anorganic farmer
is Rp. 8.167.044, the different cost is caused by of the different amount of accrued
expense payable and countable expense. Countable expense in organic farming is
higher because of complexity method of organic farming. The average of productivity
each farming method is 3.522 Kg/Ha for organic farming and 2.317 Kg/Ha for
anorganic farming. Income for each farming is Rp. 20.558.881 for organic and Rp.
2.722.622 for anorganic farming. Organic farmers choose organic farming method
because of some reasons, they are the lower cost (60%), self satisfaction (20%), was
persuaded by other farmer (13%) and others because of market availability (7%).
Anorganic farmers don’t move up to organic farming method because of some
reasons, the lower productivity (47%), difficulties of farming (37%) and also lack of
persuading (17%).

Key words: PPO Santiago, organic farmer, anorganic farmer, cost, income.
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………..iii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………... v
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………… vi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………………1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………..........4
C. Tujuan Penelitian……………………………………………………………...7
D. Manfaat Penelitian…………………………………………………………….7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pertanian Organik……………………………………………………………..8
B. Pertanian Anorganik….………………………………………………………13
C. Perbedaan Pertanian Organik dan Anorganik.……………………………….14
D. Konsep Usahatani…………………………………………………………….17
E. Penelitian Terdahulu………………………………………………………….20
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian………………………………………………..20
B. Metode Penelitian……………………………………………………………20
C. Metode Pengambilan Sampel………………………………………………. 21
D. Metode Pengumpulan Data…………………………………………………..21
E. Variabel yang Diamati………………………………………………………..22
F. Analisis Data………………………………………………………………….24
G. Kerangka Pemikiran ……………………………………………………….. 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ……………………………………… 27

ii
B. Profil Perkumpulan Petani Organik (PPO) Nagari Sariak Alahan Tigo
Kecamatan Hiliran Gumanti Kabupaten Solok …………………………… 30
C. Identitas Responden ………………………………………………………. 33
D. Gambaran Umum Perbandingan Perbandingan Usahatani Padi Organik dan
Anorganik …………………………………………………………………. 36
E. Alasan Petani Memilih Usahatani ………………………………………… 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN …………………………………………………………… 67
B. SARAN …………………………………………………………………... 67
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….. 69
LAMPIRAN………………………………………………………………………. 71

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertanian dan Indonesia merupakan dua hal yang tidak bisa
dipisahkan. Luasnya lahan pertanian Indonesia yaitu 8.112.103,00 Ha untuk
lahan padi sawah, 11.876.881,00 Ha untuk lahan tegal/kebun/lahan kering,
5.272.895,00 Ha untuk ladang, dan masih ada 14.213.815,00 lahan yang
sementara tidak diusahakan (Badan Pusat Statistik 2013). Luasnya lahan ini
haruslah dikelola dengan baik supaya tetap bisa dirasakan manfaatnya untuk
masa depan. Praktik pertanian tentulah mempengaruhi bagaimana
keberlanjutan dari luasnya lahan tersebut. Apabila praktik pertanian dilakukan
tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan tentu saja
lingkungan akan menjadi dampak dari praktikum pertanian tersebut.
Sebaliknya, apabila praktik pertanian memperhatikan lingkungan, maka
lingkungan akan terjaga dan bisa dimanfaatkan untuk masa depan.
Jhingan (2002) dalam Wulandari (2011:4) Sektor pertanian dalam
pembangunan ekonomi daerah menjadi salah satu sektor yang penting sebagai
upaya mensejahterakan masyarakat. Sektor pertanian pada pembangunan
ekonomi berperan pada : (1) penyedia pangan untuk pemenuhan kebutuhan
yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk; (2)
meningkatkan permintaan produk industri, sehingga perlunya perluasan sektor
sekunder dan sektor tersier; (3) meningkatkan devisa untuk impor barang-
barang modal bagi pembangunan melalui ekspor hasil pertanian secara terus
menerus; (4) meningkatkan pendapatan desa untuk dimobilisasi pemerintah;
serta (5) memperbaiki kesejahteraan rakyat pedesaan.
Sutanto (2002) dalam Widiarta (2010:2). Salah satu praktik pertanian
yang memperhatikan lingkungan adalah praktik pertanian organik. Pertanian
organik dipahami sebagai suatu system produksi pertanaman yang berazaskan
daur ulang hara secara hayati Pertanian ini menekankan pada prakti-praktik
pengelolaan yang mengutamakan penggunaan input off-farm dan
memperhitungkan kondisi regional system yang disesuaikan secara lokal.
2

Pertanian organik merupakan salah satu metode produksi yang ramah


lingkingan, sehingga dapat menjamin keberlajuntan ekologi.
Pertanian organik sebenarnya sudah lama dikenal, sejak ilmu
bercocok tanam dikenal manusia, semuanya dilakukan secara tradisional dan
menggunakan bahan-bahan alamiah. Tetapi, seiring dengan berkembangnya
teknologi, praktik pertanian yang semulanya organik berubah demi menggenjot
produksi. Salah satu perubahan pertanian skala dunia yang bisa kita telusuri
adalah hadirnya “Revolusi Hijau” yang terjadi pada tahun 1960-an. Revolusi
Hijau adalah usaha pengembangan teknologi pertanian guna membangun
pertanian yang dilaksanakan dengan intensifikasi dan ekstensifikasi. Salah satu
cara dalam intensifikasi adalah pemakaian pupuk dan pestisida kimia.
Pemakaian pupuk dan pestisida yang tidak terkendali dapat merusak tanah
yang akhirnya dapat menurunkan produktivitas tanah. Kemudian sistem
pertanian organik sebagai upaya memperbaiki kerusakan yang diakibatkan oleh
Revolusi Hijau.
Pertanian organik modern diartikan sebagai sistem budidaya pertanian
yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan kimia
sintetis. Pengelolaan pertanian organik didasarkan pada kesehatan, ekologi,
keadilan, dan perlindungan. Prinsip kesehatan dalam pertanian organik adalah
kegiatan pertanian harus memperhatikan kelestarian dan peningkatan kesehatan
tanah, tanaman, hewan, bumi dan manusia sebagai satu kesahtuan karena
semua komponen tersbut saling berhubungan dan tidak terpisahkan. (Widiarta,
2010:3)
Perkembangan pertanian organik ini juga diikuti oleh gaya hidup
masyarakat yang peduli terhadap kesehatan. Produk pertanian yang berlabel
organik tentu saja akan jauh lebih sehat dibandingkan yang tidak berlabel
organik. Kondisi ini bisa diartikan sebagai sinyal dari pasar bahwa produk
organik telah memiliki pasar yang jelas. Namun kenyataannya Indonesia belum
mampu menjadi produsen utama produk organik dunia jika dibandingkan
dengan negara-negara lain yaitu: India, Amerika Serikat, dan Argentina
(Widiarta, 2010:4). Padahal Indonesia sebagai negara agraris yang memiliki
lahan pertanian yang luas tentulah memiliki potensi yang sangat besar untuk
3

berkembangn menjadi produsen organik skala internasional. Terlebih lagi


apabila kita melihat kenyataan bahwa produsen organik Indonesia yang telah
memiliki standar organik nasional maupun dunia masih relative sedikit.
Dalam penerapannya, pertanian organik banyak mengahdapi kendala
berupa keruahan (bulkiness) bahan, takarannya harus banyak, dan dapat
menghadapi persaingan dengan kepertingan lain untuk memperoleh sisa
tanaman dan limbah organik dalam jumlah yang cukup. Misalnya, limbah
panen digunakan untuk makanan ternak, jerami padi diminati pabrik kertas,
ampar tebu digunakan sendiri oleh pabrik gula sebagai bahan bakar, sampah
kota dan pemukiman digunakan untuk menimbun lahan yang rendah atau
cekungan untuk memperluas lahan yang dipersiapkan untuk bangunan terutama
di kota-kota besar (Sutanto, 2008:5)
Kardinan (2016:2) menjelaskan bahwa untuk mendorong
berkembangnya pertanian organik di Indonesia, pemerintah telah membuat
beberapa kebijakan, diantaranya dengan menerbitkan SNI (Standar Nasional
Indonesia) tentang Sistem Pertanian Organik yang merupakan acuan bagi
pelaku pertanian organik di Indonesia. Selain itu pemerintah juga telah
menerbitkan permentan No. 64/Permentan/) T.140/5/2013 tentang Sistem
Pertanian Organik. Demi kelancaran regulasi pertanian organik, telah dibentuk
pula OKPO (Otoritas Kompeten Pertanian Organik) yang terdiri dari eselon II
Lingkup Kementrian Pertanian, Kementrian Perdagangan, Kementrian
Kehutanan, Kementrian Kelautan dan Perikanan, Kementrian Perindustrian dan
BPOM yang bertugas untuk:
1. Menyusun dan merumuskan program pengembangan sistem pertanian
organik.
2. Memberikan masukan terhadap pengembangan kebijakan terkait
pengaturan, pembinaan dan pengawasan sistem pertanian organik.
3. Melakukan pengawasan kepada Lembaga Sertfikasi Organik (LSO) yang
beroperasi di Indonesia.
4. Melakukan koordinasi dengan Komite Akreditasi Nasional (KAN) dalam
melakukan pengawasan terhadap LSO yang beroperasi di Indonesia.
4

Kardinan (2016;3) juga menyebutkan hingga saat ini telah terbentuk


delapan lembaga sertifikasi organik di Indonesia yang terakriditasi KAN
(Lampiran 1). Satu-satunya LSO yang ada di luar Pulau Jawa adalah LSO
Sumatera Barat. LSO Sumatera Barat mencatat bahwa ada 24 kelompok tani
yang telah mendapatkan sertfikat organik (Lampiran 2). Kelompok Tani
tersebut memiliki bermacam-macam jenis komoditi seperti beras, jagung,
buncis, kacang tanah, salak pondoh dan beberapa komoditi lainnya. Salah satu
kelompok tani yang memiliki lahan yang paling luas adalah PPO Santiago
yaitu 27,50 Ha, dengan komoditi yang mereka usahakan yaitu beras, beras
merah dan beras hitam (Dinas Ketahanan Pangan, 2015).

B. Rumusan Masalah
Dalam kenyataannya kegiatan pertanian padi organik masih sulit
untuk diterapkan. Hal tersebut karena adanya beberapa kendala dalam
penerapannya seperti keinginan petani yang ingin praktis dalam mengolah
lahannya sehingga sulit untuk menyampaikan informasi mengenai pertanian
organik dan sulitnya memasarkan produk padi organik yang disebabkan karena
padi tersebut merupakan produk yang tidak umum (Wulandari, 2011:7).
Selain itu, kendala yang sering dijumpai dalam penerapan usahatani
padi organik adalah produksi padi yang dihasilkan masih dibawah hasil padi
anorganik, namun dibalik kendala terdapat beberapa kelebihan dalam
menerapkan usahatani padi organik, salah satunya yaitu harga beras organik
lebih mahal dari pada harga beras anorganik (Wulandari, 2011:7).
PPO Santiago atau Perkumpulan Petani Organik Santiago terletak
pada Kenagarian Sariak Alahan Tigo, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten
Solok. Nagari yang dikelilingi perbukitan dan terletak dilereng gunung ini
terhampar sawah yang sangat luas. Pertanian padi sawah memang sudah
menjadi mata pencaharian utama masyarakat Kenagarian Sariak Alahan Tigo.
Sampai pada tahun 2008, tokoh masyarakat bersama-sama mengajak petani-
petani beralih ke pertanian organik. Memang tidak mudah, tapi dengan
semangat dan usaha keras pada tahun 2013 PPO Santiago berhasil memperoleh
sertifikat organik dari LSO Sumatera Barat. (Lampiran 3). Dengan adanya
5

sertfikat, produk dari pertanian organik di PPO Santiago sudah diakui secara
nasional.
Kenagarian Sariak Alahan Tigo memiliki luas area 26.328 Ha dan
memiliki 18.453 jiwa penduduk, 4.131 jiwa diantaranya adalah jumlah kepala
keluarga yang berprofesi sebagai petani. Dari 4.131 jiwa tersebut, 3.748 jiwa
adalah petani padi. Kegiatan pertanian juga ditopang oleh kelompok tani yang
berjumlah 18 kelompok, diantara 18 kelompok tersebut hanya 9 kelompok
yang aktif yang ditandai dengan turin melaksanakan pertemuan bulanan. Dari 9
kelompok tersebut hanya satu kelompok yang berbasis pertanian organik yaitu
PPO (Pekumpulan Petani Organik) Santiago Nagari Sariak Alahan Tigo
(Laporan Tahunan UPT P3K Kecamatan Hiliran Gumanti, 2016)
Angka-angka perbadingan antara total petani, petani yang tergabung
kedalam kelompok dan petani yang melakukan pertanian organik yang sangat
sedikit membuktikan bahwa masih sedikit dari petani yang mau untuk
melakukan pertanian organik. Hal ini bisa dikarenakan beberapa hal. Menurut
Widiarta (2010;100) petani menganggap bertani organik itu lebih
membutuhkan ketelitian, harus menggunakan bibit varietas lokal yang masa
berbuahnya lebih lama dibandingkan varietas hibrida, sehingga panen akan
lebih lama dibandingkan bertani konvensional.
Hal ini akan mengarah bahwa adanya perbedaan antara usahatani padi
organik dan padi anorganik. Perbedaan bisa terjadi dalam usahatani seperti
kultur teknis, penggunaan tenaga kerja, pemeliharaan tanaman serta biaya-
biaya yang ada pada masing-masing usahatani. Apabila telah adanya perbedaan
biaya, tentulah ada perbedaan dari penerimaan, pendapatan dan keuntungan
usahatani. Terlebih lagi dari kenyataan yang kita temui bahwa harga dari
produk organik yang lebih mahal tentu akan memicu keinginan untuk
berusahatani organik. Tetapi kenyataannya masih sedikit petani yang memilih
untuk mengusakana padi organik dibandingkan padi anorganik. Untuk
membuktikan pemikiran yang timbul dengan melihat kenyataan, peneliti
merasa perlu melakukan penelitian ini. Selain membandingkan usahataninya,
peneliti juga akan melihat apa alasan petani memilih mengusahakan padi
6

organik dan apa pula alasan petani mengusahakan padi anorganik yang jelas-
jelas harga padi organik lebih mahal dibandingkan padi anorganik.
Dari uraian diatas, bisa dipetakan beberapa hal yang menjadi
pertanyaan penelitian, yaitu:
1. Bagaimana perbandingan usahatani padi organik dan padi anorganik di
Nagari Sariak Alahan Tigo?
2. Kenapa petani memilih untuk mengusahakan padi organik di Nagari
Sariak Alahan Tigo?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, maka peneliti merasa
tertarik dan perlu untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Perbandingan Usahatani Padi Organik dengan Padi Anorganik di
Kenagarian Sariak Alahan Tigo Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten
Solok”
Penelitian dengan judul ini penting dilakukan dengan melihat berbagai
pertimbangan diantaranya telah benyak penelitian mengenai perbandingan
usahatani padi organik dengan padi anorganik tetapi belum ada penelitian yang
membahas sampai ke penjelasan kenapa petani mau mengusahakan pertanian
padi organik itu sendiri. Beberapa kasus ditemukan bahwa petani memilih
mengusahakan untuk bertani organik dikarenakan kepuasan sendiri yang
mereka dapatkan, biaya lebih murah dan harga produk organik yang lebih
mahal (Oehafl, 1978:147). Hal ini membuat peneliti tertarik untuk menggali
lebih dalam mengenai alasan petani yang ada di Nagari Sariak Alahan Tigo
untuk mengusahakan pertanian padi organik.

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis perbandingan usahatani padi organik dan padi anorganik di
Nagari Sariak Alahan Tigo.
2. Mendeskripsikan alasan petani memilih mengusahakan padi organik di
Nagari Sariak Alahan Tigo.
7

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian yang telah dilakukan ini adalah:
1. Bagi penulis, untuk menambah pemahaman dan penerapan ilmu
pengetahuan khususnya di bidang usahatani dan pertanian organik.
2. Bagi akademisi, sebagai sumbangan ilmu pengentahuan mengenai
usahatani dan pertanian organik dan untuk dijadikan bahan referensi pada
penelitian selanjutnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pertanian Organik
1. Defenisi Pertanian Organik
Menurut Untung (1997) dalam Sudirja (2008 : 1) pertanian berkelanjutan
(sustainable agriculture) adalah pemanfaatan sumber daya yang dapat
diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui
(unrenewable resources) untuk proses produksi pertanian dengan menekan
dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Keberlanjutan yang
dimaksud meliputi : penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas produksi,
serta lingkungannya. Proses produksi pertanian yang berkelanjutan akan lebih
mengarah pada penggunaan produk hayati yang ramah terhadap lingkungan.
The Agricultural Research Service (USDA) dalam Jurnal Litbang
Pertanian (2007:126) mendefenisikan pertanian berkelanjutan sebagai pertanian
yang pada waktumendatang dapat bersaing, produktif, menguntungkan,
mengkonservasi sumber daya alam, melindungi lingkungan, serta menigkatkan
kesehatan, kualitas pangan, dan kesehatan. Di kalangan para pakar ilmu tanah atau
agronomi, istilah sistem pertanian berkelanjutan lebih dikenal dengan istilah
LEISA (Low External Input Sustainable Agriculture) atau LISA (Low Input
Sustainable Agriculture), yaitu sistem pertanian yang berupaya meminimalkan
penggunaan input (benih, pupuk kimia, pestisida, dan bahan bakar) dari luar
ekosistem, yang dalam jangka panjang dapat membahayakan kelangsungan hidup
sistem pertanian (Salikin, 2011:11).
Istilah pertanian organik dalam Bahasa Indonesia merupakan terjemahan
langsung dari organik agriculture dan organik farming yang ditemui dalam
literatur-literatur berbahasa inggris. Istilah pertanian organik mulai populer pada
tahun 1980-an. Beberapa kalangan kemudian mencoba mencari padanan katanya
atau mencoba mengadaptasikannya dengan bahasa lokal. Lalu, lahirlah istilah
pertanian alamiah, pertanian alami, pertanian selaras alam, dan sebagainya. Oleh
kebanyakan dari metode yang digunakan dalam bertani organik berasal dari
9

pengetahuan-pengetahuan lokal petani maka sering juga pertanian organik disebut


sebagai pertanian tradisional (Saragih, 2008:7).
Menurut Sugito dkk (1995) dalam Salikin (2003:54) menyatakan bahwa
secara teknis, sistem pertanian organik merupakan suatu sistem produksi pertanian
dimana bahan organik, baik makhluk hidup maupun yang sudah mati, menjadi
faktor penting dalam proses produksi usaha tani tanaman, perkebunan, peternakan,
perikanan, dan kehutanan. Penggunaan pupuk organik (alami atau buatan) dan
pupuk hayati serta pemberantas hama, penyakit, dan gulma secara biologis adalah
contoh-contoh aplikasi sistem pertanian organik.
Kardinan (2016:8) menjelaskan bahwa pertanian organik bertujuan untuk
menciptakan agroekosistem yang optimal dan lestari berkelanjutan baik secara
sosial, ekologi maupun ekonomi dan etika. Sistem pertanian organik dirancang
untuk:
1) Mengembangkan keanekaragaman hayati.
2) Meningkatkan aktivitas biologi tanah.
3) Menjaga kesuburan tanah dalam jangka panjang
4) Mendaur-ulang limbah asal tumbuhan dan hewan untuk mengembalikan
nutrisi ke dalam tanah sehingga meminimalkan penggunaan sumber daya
yang tidak dapat diperbaharui.
5) Mengandalkan sumber daya yang dapat diperbaharui pada sistem pertanian
yang dikelola secara local
6) Meningkatkan penggunaan tanah, air dan udara secara baik, serta
meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan dari kegiatan pertanian.

2. Prinsip-prinsip Pertanian Organik


Menurut IFOAM (Internasional Federation of Organik Agriculture
Movement) dalam Salikin (2011:7) adalah organisasi internasional yang didirikan
oleh para aktivis gerakan pertanian organik dari seluruh dunia menyatakan bahwa
ada empat prinsip pertanian organik yaitu :
10

1) Prinsip Kesehatan : Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan


kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia, dan bumi sebagai suatu kesatuan
dan tak terpisahkan.
2) Prinsip Ekologi : Pertanian organik harus didasarkan pada sistem dan siklus
ekologi kehidupan. Bekerja, meniru, dan berusaha memelihara sistem dan
siklus ekologi kehidupan.
3) Prinsip Keadilan : Pertanian organik harus membangun hubungan yang
mampu menjamin keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup
bersama.
4) Prinsip Perlindungan : Pertanian organik harus dikelola secara hati-hati dan
bertanggung jawab untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi
sekarang dan mendatang serta lingkungan hidup.
Pertanian organik merupakan suatu sistem menciptakan produktivitas
yang berkelanjutan. Prinsip pertanian yang tidak menggunakan atau membatasi
penggunaan pupuk anorganik serta harus mampu menyediakan hara bagi tanaman
dan mengendalikan serangan hama dengan cara lain di luar cara konvensional
yang biasa dilakukan. Organik merupakan istilah pelabelan yang menyatakan
bahwa suatu produk telah diproduksi sesuai dengan standar produksi organik dan
disertifikasi resmi. Penggunaan sarana produksi yang berasal dari produk
nonorganik diminimalkan. Sementara itu, penggunaan pupuk dan pestisida sintetis
tidak diperbolehkan sama sekali. Namun pratik pertanian organik tidak dapat
menjamin bahwa produk bebas sepenuhnya dari residu kimia. Hal ini disebabkan
oleh adanya polutan dari lingkungan seperti asap dari kendaraan bermotor, asap
dari pabrik, atau pulusi air yang disebabkan oleh logam dari limbah industri.
Namun, beberapa cara dapat dilakukan dengan menggunakan lahan yang jauh dari
pabrik atau kawan industri. Hal terpenting, pekerja, pengolah tanah, dan pedagang
produk organik harus patuh pada standar untuk menjaga integritas produk
pertanian organik (Priyanto, 2010:3).
11

3. Petani dan Pertanian Organik


Daripada mengejar keuntungan dan keunggulan lainnya yang ditawarkan
pertanian konvensional, beberapa petani tidak seperti kebanyakan petani yang
mengikuti trend tersebut. Beberapa dari petani tidak menerapkan pertanian
konvensional karena kekurangan akses untuk mendapatkan modal. Meningkatnya
angka penggunaan pupuk kimia, yang mengakibatkan petani yang tadinya
menerapkan pertanian konvensional menjadi pertanian organik atau pertanian
yang mengedepankan lingkungan (Oelhaf, 1978:147).
Untuk sebagian petani, mengusahakan pertanian organik adalah cara untuk
mempertahankan cara bertani yang alami dan ikut dalam memerangi jebakan dari
peradaban modern. Seperti mereka tidak menggunakan alat berat, mereka lebih
menggunakan mesin tradisional yang menggunakan ternak seperti kuda dan
kerbau. Menurut Wernick and Lockeretz (1977) dalam Oelhaf (1978:147) ada
juga petani yang tetap menerapkan pertanian organik dikarenakan mereka ingin
meningkatkan kesehatan kelurga mereka.
Selain mempertahankan cara yang alami, sebagian petani bertani organik
dikarenakan kepercayaan mereka bahwa alam, ternak dan tanaman adalah satu
kesatuan. Mereka menghargai alam dan menjaganya dengan cara bertani organik.
Produk organik yang mereka hasilkan juga menjadi produk yang premium di
pasaran (Oelhaf, 1978:147).
Berbeda dengan temuan yang lebih baru, Takada et al (2004:272)
menjelaskan bahwa petani di Jawa Tengah memilih untuk bertani organik
dikarenakan pertanian organik lebih menguntungkan dengan pendapatan yang
lebih tinggi. Sama halnya dengan hasil temuan dari Nugraheni (2013) mengatakan
bahwa petani memilih untuk bertani organi dikarenakan biaya produksi yang
rendah sehingga keuntungan lebih tinggi. Lebih luas lagi alasan diberikan oleh
temuan Ferto and Forgacs (2007:2) menemukan bahwa alasan petani memilih
pertanian organic dikarenakan beberapa alasan, apabila diurutkan dari alasan yang
paling kuat adalah adanya pasar untuk produk organic, tersedianya kontrak.
Sedangkan alasan lain seperti keberhasilan dan resiko kegagalan tidak terlalu kuat.
12

Selain itu, alasan-alasan seperti jenis usahatani, ketersediaan tenaga kerja, dan
skala usaha juga bukan merupakan alasan yang kuat juga. Ferto and Forgacs
(2007) menjelaskan bahwa keenam alasan yang mereka temukan dilapangan
adalah pada negara Hungaria yang baru menerapkan pertanian organik, yaitu:
1. Pasar yang tersedia untuk produk organik adalah adanya permintaan dan
penawaran untuk produk organik itu sendiri. Maka pada topik data ini
akan diamati permintaan dan penawaran dari produk organik itu sendiri.
2. Kontrak yang tersedia adalah adanya kerjasama dan perjanjian antara
petani dengan pedagang yang akan memasarkan produk organik.
3. Skema pengalaman negara lain adalah alasan petani memilih bertani
organik didorong oleh pengalaman negara lain yang sudah memulai
organik terlebih dahulu. Untuk topik data ini kurang relevan digunakan
karena penelitian hanya berskala kenagarian.
4. Ketersediaan tenaga kerja. Topik data ini bisa dikembangkan dengan
melihat bagaimana perbandingan tenaga kerja yang digunakan oleh petani
organik dan anorganik.
5. Skala usaha. Menurut Indra (2011:3) skala usaha bisa diartikan sebagai
luas lahan suatu usahatani. Hal ini bisa dilihat melalui apakah dengan
bertani organik luas lahan yang diusahakan bertambah atau tidak.
6. Keberhasilan berusahatani organik. Menurut Indra (2011:3) keberhasilan
berusahatani bisa dilihat dari peningkatan keuntungan, berarti apabila
keuntungan meningkat dengan mengusahakan padi organik berarti
usahatani bisa dikatakan berhasil.
Sedangkan temuan dari Farmia (2008) yang melakukan penelitian terkait
petani dan pertanian organik di bantul menjelaskan bahwa tingkat pendidikan
petani tidak berpengaruh secara siginifkan terhadap tinggi atau rendahnya petani
yang menerapkan pertanian organik.
13

B. Pertanian Anorganik
Sistem pertanian anorganik atau konvensional terbukti mampu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara global, khususnya di bidang
pertanian. Salah satu contoh di Indonesia adalah mampu berswasembada pangan
(terutama beras) sejak tahun 1983. Tetapi sistem pertanian konvensional tersebut
tidak terlepas dari resiko dampak negatif yang ditimbulkan, meningkatnya
kebutuhan pangan yang sering dengan laju pertambahan penduduk, menuntut
peningkatan terhadap penggunaan bahan kimia seperti pupuk dan pestisida
(Wulandari, 2011:18).
Menurut Winangun (2005) dalam Wulandari (2011:18) beberapa dampak
negatif yang ditimbulkan dari sistem pertanian konvensional yaitu:
a. Pencemaran air tanah dan air permukaan oleh bahan kimia pertanian dan
sedimen.
b. Ancaman bahaya bagi kesehatan manusia dan hewan, baik karena pesitisida
maupun bahan aditif pakan
c. Pengaruh negatif senyawa kimia pertanian tersebut pada mutu dan kesehatan
makanan.
d. Penurunan keanekaragaman hayati termasuk sumber genetic flora dan fauna
yang merupakan modal utama pertanian berkelanjutan (sustainable
agriculture)
e. Peningkatan daya ketahanan organisme pengganggu terhadap pestisida
f. Penurunan daya produktivitas lahan karena erosi, pemadatan lahan, dan
berkurangnya bahan organik
g. Munculnya resiko kesehatan dan keamanan manusia pelaku pertanian.
14

C. Perbedaan Pertanian Organik dan Anorganik


1. Sistem
Tabel 1. Perbedaan Sistem Pertanian Organik dan Anorganik Berdasarkan
Aspek Input-Output Produksi
No Uraian Sistem Pertanian Organik Sistem Pertanian Anorganik
1. Lahan  Olah Tanah Minimum Olah Tanah Intensif (OTI)
(OTM)
 Olah Tanah Bermulsa
(OTB)
 Olah Tanah Konversi
(OTK)
 Tanpa Olah Tanah (TOT)
2. Benih Varietas Lokal Varietas Unggul
3. Pupuk  Pupuk Kandang  Urea
 Pupuk Hijau  TSP
 Bokashi  KCl
 NPK
 ZPT
4. Pestisida  Pestisida alami  Insektisida
 Pengendalian hama terpadu  Herbisida
5. Manajemen  Orientasi jangka panjang  Orientasi jangka pendek
 Orientasi ekonomi dan  Orientasi produk
ekologi  Orientasi industrial
 Manajemen global dan
indigenous local
Sumber: Andoko (2002) dalam Wulandari (2011:19)
Tabel diatas menjelaskan, terdapat perbedaan antara pertanian organik
dan pertanian anorganik yang ditinjau berdasarkan aspek input-output produksi.
15

2. Perbedaan Usahatani
Menurut Andoko (2002) dalam Wulandari (2011:20), terdapat beberapa
perbedaan yang harus diperhatikan dalam menanam padi organik yaitu, penyiapan
lahan, pemberian pupuk, dan pengendalian organisme pengganggu. Pada tahap
persiapan lahan, sebaiknya tanah dan air digunakan untuk pertanian organik harus
terbebas dari pestisidadan kandungan berbahaya kimia lainnya. pada tahap ini,
petani melakukan pengolahan sawah dengan cara membajak menggunakan traktor
dan kerbau. Setelah itu, pemberian pupuk kandang usahatani padi organik dapat
dilakukan dengan cara ditebarkan merata keseluruh permukaan lahan.
Pada usahatani padi organik, pupuk yang digunakan seluruhnya berupa
pupuk organik seperti pupuk kandang dan bokashi sebanyak 2 ton/ha. Sedangkan
pada usahatani padi anorganik, pupuk yang digunakan adalah pupuk kimia seperti
urea, TSP, KCl. Pada pertanian padi organik, dosis pemupukan dengan pupuk
kimia semakin meningkat dari tahu ke tahun, sedangkan pada pertanian padi
organik, dosis pemupukan cendrung menurun. (Wulandari, 2011:22)
Selain itu, perbedaan usahatani padi organik dan padi anorganik juga
dapat dilihat dari segi biaya yang dikeluarkan. Secara ekonomis, usahatani padi
organik lebih menguntungkan dibandingkan usahatani padi anorganik. Hal ini
terjadi karena biaya yang dikeluarkan pada usahatani padi organik lebih kecil dari
pada usahatani padi anorganik. Secara rinci perbandingan biaya operasional
usahatani padi secara organik dan anorganik dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Andoko (2002) dalam Wulandari (2011:21) menunjukkan bahwa biaya
usahatani padi organik lebih rendah dibandinglan biaya usahatani padi organik.
Proporsi biaya tertinggi pada usahatani padi organik adalah biaya pemanenan
dengan presentase sebesar 26,31 persen, sedangkan proporsi biaya tertinggi pada
usahatani padi organik adalah biaya pembelian pupuk pembelian pupuk urea, KCl,
dan TSP dengan presentase sebesar 36,16 persen.
16

Tabel 2. Sturktur Biaya Operasional Usahatani Padi Organik dan Anorganik


Budidaya (Rp/ha)
Uraian
Organik (%) Anorganik (%)
Benih 30 Kg 150.000 5,9 150.000 3,53
Pupuk dasar:
 Pupuk
kandang/kompos 5 ton 750.000 25,46 0 0,00
Pupuk susulan:
 Urea 500 Kg 0 0,00 600.000 14,12
 KCl 250 Kg 0 0,00 432.500 10,18
 TSP 250 Kg 0 0,00 500.000 11,77
 Pupuk
kandang/kompos 200
Kg 150.000 5,09 0 0,00
 Pupuk organik cair 50.000 1,69 0 0 ,00
Pestisida
 Pestisida organik 50.000 1,69 0 0,00
 Pestisida kimia 0 0,00 750.000 17,65
Tenaga kerja
 Pengolahan lahan
(borongan)
 Penyulaman 250.000 8,48 250.000 5,88
(borongan) 250.000 8,48 250.000 5,88
 Penyulaman 5 HKP 50.000 1,69 50.000 1,17
 Pengolahan tanah
ringan 10 HKP 100.000 3,39 100.000 2,35
 Penyiangan 25 HKP 250.000 8,48 250.000 5,88
 Pemupukan 20.000 0,68 40.000 0,94
 Penyemprotan 10 HKP 100.000 3,39 100.000 2,35
 Pemanenan (borongan) 775.000 26,31 775.000 18,24
100,0 100,0
Jumlah 2.945.000 0 4.247.500 0
Sumber: Andoko (2002) dalam Wulandari (2011:21)
Perbedaan lain antara usahatani padi organik dan usahatani padi
anorganik terletak pada pengendalian organisme penganggu dan pembersihan
gulma. Pada usahatani padi organik, pengendalian organisme pengganggu dan
17

pembersihan gulma menggunakan pestisida alami, sedangkan pembersihan gulma


dilakukan dengan cara mencabut gulma secara manual oleh tenaga kerja.

D. Usaha Tani
1. Konsep Usahatani
Definisi usahatani ialah setiap organisasi dari alam, tenaga kerja dan
modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Pelaksanaan
organisasi itu sendiri diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang–orang.
Dari batasan tersebut dapat diketahui bahwa usahatani terdiri atas manusia petani
beserta keluarganya, tanah beserta beserta fasilitas yang ada diatasnya seperti
bangunan–bangunan atau saluran air serta tanaman ataupun hewan ternak
(Soeharjo dan Patong, 1973:10).
Menurut Soekartawi (1986:5) menyatakan bahwa ilmu usahatani pada
dasarnya memperhatikan cara–cara petani memperoleh dan memadukan sumber
daya yang ada seperti lahan, tenaga kerja, modal, waktu dan pengelolaan
(manajemen) yang terbatas ketersediaannya untuk mencapai tujuannya. Sedangkan
Suratiyah (2011:8) mendefinisikan usahatani sebagai ilmu yang mempelajari
bagaimana seorang mengusahakan serta mengkoordinir faktor– faktor produksi
berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat
yang sebaik–baiknya. Pengertian lain bahwa ilmu usahatani merupakan ilmu yang
di dalamnya mempelajari bagaimana seseorang dapat mengalokasikan sumberdaya
yang dimilikinya secara efektif dan efisien agar mencapai tujuan dan memperoleh
keuntungan yang tinggi.
Kegiatan usahatani dipengaruhi oleh beberapa faktor–faktor yang bekerja
dalam usahatani. Faktor–faktor tersebut menurut Suratiyah (2011:15) ialah factor
alam, tenaga kerja dan modal. Faktor alam dalam usahatani dapat dibedakan
menjadi dua yaitu faktor tanah dan lingkungan alam sekitar. Faktor tanah yang
berpengaruh misalnya ialah jenis tanah, sturktur tanah dan kesuburan tanah yang
digunakan untuk usahatani. Tanah pun memiliki sifat yang tidak dapat dipindah–
pindahkan, hanya bisa dipindah tangankan dan bersifat tetap. Sehingga
18

berdasarkan hal tersebut maka tanah dapat pula dianggap sebagai salah satu factor
produksi usahatani meskipun di bagian lain juga dapat berfungsi sebagai factor
atau unsur pokok dari modal. Faktor alam sekitar yang dapat mempengaruhi
kegiatan usahatani yaitu iklim yang berkaitan dengan ketersediaan air, suhu udara,
musim hujan atau kemarau dan lain sebagainya. Maka dapat dikatakan bahwa
usaha pertanian adalah salah satu usaha yang sangat peka dengan keadaan alam.
Faktor lainnya yang penting ialah tenaga kerja dalam usahatani. Tenaga
kerja tersebut dapat dibedakan menjadi dua yaitu tenaga kerja keluarga dan tenaga
kerja luar keluarga. Hal ini berkaitan dngan peranan tenaga kerja keluarga yang
sangat menentukan biaya, jika kegiatan usahatani masih dapat dikerjakan oleh
tenaga kerja dalam keluarga sendiri maka petani tidak perlu untuk mengupah
tenaga kerja dari luar keluarga. Sehingga terjadi penghematan pada biaya tenaga.
kerja. Penggunaan tenaga kerja luar keluarga sangat tergantung pada luas
usahatani, pendapatan keluarag petani (termasuk dari luar usahatani) dan jumlah
tenaga kerja dalam keluarga. Semakin luas usahatani, semakin besar pendapatan
semakin besar pula kemampuan petani untuk membayar tanaga kerja luar.
Modal dalam usahatani merupakan faktor bahkan syarat mutlak untuk
menjalankan usahatani. Suratiyah (2011:35) menyatakan bahwa tanah dan alam
sekitarnya merupakan faktor produksi asli, sedangkan modal serta peralatan
merupakan substitusi faktor produksi tanah dan tenaga kerja. Dengan modal dan
peralatan, faktor produksi tanah dan tenaga kerja dapat memberikan manfaat yang
lebih baik bagi manusia dan juga dapat dihemat. Dilihat dari sisi ekonomi
perusahaan modal merupakan barang ekonomi yang dapat digunakan untuk
memproduksi kembali atau modal adalah barang ekonomi yang dapat digunakan
pula untuk mempertahankan atau meningkatkan pendapatan.
Kegiatan usahatani dapat berjalan jika di dalamnya terdapat manajemen
yang baik dari adanya peran petani itu sendiri sehingga petani dapat dikatakan
sebagai manajer. Petani dengan kreativitas yang tinggi akan lebih mampu
mengelola usahataninya dengan baik yang pada akhirnya dapat menentukan
jumlah produksi dan keberhasilan suatu usahatani. Petani sebagai manajer harus
19

benar–benar mengetahui dan dapat memecahkan masalah yang ada dalam


usahataninya sehingga seorang petani harus mampu mengambil keputusan untuk
bertindak dalam mengatasi permasalahan.

2. Penerimaan Usahatani
Penerimaan adalah hasil kali dari jumlah produksi total dengan harga
satuan yang berlaku (Suratiyah, 2011:64) penerimaan bisa dilihat dengan
persamaan berikut:
TRi = Yi x Pyi
Dimana : TRi = Total penerimaan (Rp/Kg/MT)
Yi = jumlah produksi padi (Kg/MT)
Pyi = harga jual padi (Rp/Kg)

3. Pengeluaran Usahatani
Pengeluaran usahatani secara umum meliputi pengeluaran dibayarkan dan
pengeluaran yang diperhitungkan. Perhitungan kedua biaya tersebut harus
dipisahkan dalam perhitungannya hal ini akan berkaitan dengan kegiatan produksi
pada waktu saat dan produksi yang akan datang. Pengeluaran tunai atau biaya
tunai usahatani merupakan sejumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian
barang dan jasa bagi usahatani baik secara tunai ataupun kredit, sedangkan
pengeluaran tidak tunai atau biaya diperhitungkan ialah pengeluaran berupa nilai
barang dan jasa untuk keperluan usahatani yang dibayar dengan benda, seperti
halnya jika usahatani menggunakan mesin–mesin maka nilai penyusutan dari
mesin tersebut harus dimasukan kedalam biaya pengeluaran tidak tunai dan
digunakan untuk menghitung pendapatan kerja petani jika bunga modal dan nilai
tenaga kerja keluarga diperhitungkan.

4. Pendapatan Usahatani
Kegiatan usahatani sebagai satu kegiatan untuk memperoleh produksi di
lahan pertanian, akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang
20

diperoleh. Selisih keduanya merupakan pendapatan dari kegiatan usahatani


(Suratiyah, 2011:64). Pendapatan usahatani bisa dilihat dari persamaan berikut:
Pd = TR – Bt
Dimana : Pd = pendapatan usahatani (Rp/Ha/MT)
TR = total penerimaan (Rp/Ha/MT)
Bt = biaya yang dibayarkan (Rp/Ha/MT)

5. Keuntungan Usahatani
Keuntungan usahatani merupakan selisih antara pendapatan dengan biaya
total atau biaya yang dibayarkan ditambah dengan biaya yang diperhitungkan.
Keuntungan ini bisa dilihat melalui persamaan berikut:
K = (Yi.Pyi) – BT
Dimana : K = Keuntungan usahatani (Rp)
Yi = jumlah produksi padi (Kg/MT)
Pyi = harga jual padi (Rp/Kg)
BT = biaya total (Rp/Ha/MT)

E. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang akan saya lakukan ini memiliki persamaan dan perbedaan
dengan penelitian terdahulu yaitu Analisis perbandingan Pendapatan Usahatani
Padi Organik dengan Padi Anorganik (Kasus: Kelurahan Sindang Barang dan Situ
Gede, Kecamatan Bogor) oleh Wulandari (2011). Beliau menemukan bahwa
pendapatan atas biaya tunai dan biaya total per hektar dan per kg output per musim
tanam yang diterima usahatani padi organik lebih besar dibandingkan usahatani
padi organik. Dilihat dari nilai R-C usahatani padi organik lebih besar
dibandingkan anorganik. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
yaitu topik penelitian yang membahas mengenai perbandingan usahatani padi
organik dan anorganik. Sedangkan perbedaan nya yaitu, selain lokasi penelitian
perbedaan juga terletak pada tujuan penelitian, penelitian terdahulu tidak
membahas alasan kenapa petani memilih untuk bertani organik.
21

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Widiarta (2010) dengan judul


Analisis Keberlanjutan Praktik Pertanian Organik di Kalangan Petani (Studi
Kasus: Desa Ketapang, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, Propinsi Jawa
Tengah). Penelitian ini membahas mengenai bagaimana pengaruh pertanian
organik terhadap keberlanjutan ekonomi petani dan membahas mengenai
kompleksitas pertanian organik dibandingkan pertanian anorganik menurut petani.
Peneliti menemukan bahwa pertanian organik berpengaruh secara signifikan
terhadap keberlanjutan ekonomi petani, dan petani beranggapan bahwa pertanian
organik lebih rumit atau komplesk dibandingkan dengan pertanian anorganik.
Adapun persamaan penelitian ini dengan penelitian Widiarta (2011) adalah
membandingkan petani organik dengan petani anorganik atau konvensional dan
memberikan interpretasi dari pendapat petani,dan alat analisis juga menggunakan
perhitungan pendapatan dan keuntungan petani organik dan anorganik. Sedangkan
perbedaannya adalah penelitian Widiarta (2011) adalah selain wilayah penelitian,
Widiarta (2011) lebih memberatkan kepada pembahasan pengaruh pertanian
organik terhadap keberlanjutan ekonomi petani yang melaksanakan pertanian
organik dengan cara membandingkan pendapatan dan keuntungan petani organik
sebelum dan sesudah mengusahakan padi organik.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Afikri (2014) dengan judul
Pengaruh Pengembangan Program Pertanian Padi Organik Pada Kelompok Tani
Lurah Sepakat Nagari Simarasok Terhadap Pendapatan Petani memfokuskan pada
bagaimana program pengaruh pertanian organik mempengaruhi pendapatan
anggota kelompok tani yang diteliti. Persamaan dengan penelitian yang saya
lakukan adalah analisis data yaitu penelitian Afikri (2014) juga membandingkan
pendapatan usahatani padi organik dan padi konvensional atau anorganik.
Sedangkan perbedaannya adalah lokasi penelitian serta kedalaman pembahasan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Nagari Sariak Alahan Tigo Kecamatan
Hiliran Gumanti Kabupaten Solok Sumatera Barat. Pemilihan Nagari Sariak
Alahan Tigo dilakukan secara sengaja (purposive) atas pertimbangan bahwa
Nagari Sariak Alahan Tigo merupakan Nagari yang memiliki pertanian organik
terluas di Propinsi Sumatera Barat yaitu 27,50 Ha (Dinas Ketahanan Pangan
Sumbar, 2015). Selain merupakan lahan paling luas, perbedaan jumlah petani
organik dan anorganik di Nagari Sariak Alahan Tigo sangat jauh dan juga produk
pertanian organik yang salah satunya beras sudah pernah menyuplai produsen
ekspor padi organik Indonesia yaitu Javara1. Penelitian ini dilaksanakan pada
tanggal 22 Maret sampai dengan 22 Mei 2017.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Metode deskriptif merupakan penelitian yang digunakan untuk menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum atau general (Sugiyono, 2011).
Metode deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan
metode survey. Metode survey adalah penyelidikan yang diadakan untuk
memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-
keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari
suatu kelompok ataupun suatu daerah (Nazir, 2005).

C. Metode Pengambilan Sampel


Dalam penelitian ini, populasi adalah semua petani yang melakukan
usahatani padi organik dan usahatani padi anorganik di Nagari Sariak Alahan

1
hasil wawancara peneliti dengan salah satu pengurus PPO Santiago 29 Desember 2016
pukul 16.15 WIB.
21

Tigo. Menurut Sugiyono (2008) populasi merupakan wilayah generalisasi yang


terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
Populasi dari sampel ini adalah petani padi organik dan petani padi
anorganik. Untuk sampel dari populasi petani padi organik ditentukan secara
simple random sampling yaitu metode sampel acak sederhana. Kemudian untuk
populasi petani padi anorganik ditentukan secara Purposive Sampling. Menurut
Sugiyono (2011) Purposive Sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang
dilakukan dengan pertimbangan tertentu. Adapun pertimbangan dalam
pengambilan sampel ini adalah petani anorganik yang dekat dengan petani organik
sehingga mudah untuk mengamatinya. Jumlah petani sampel yang diambil dari
masing-masing populasi adalah sebanyak 30 orang. Semakin banyak sampel dari
populasi maka akan semakin baik, akan tetapi ada jumlah batas minimal yaitu 30
sampel (Sugiyono, 2011). Jadi total sampel pada penelitian ini adalah 60 sampel.
D. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpul dalam penelitian ini terdiri dari dua data, yaitu data
primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer dari informan kunci dan responden terpilih sampel melalui
wawancara langsung dengan menggunakan daftar isian (kuisioner) dan
pengamatan langsung di lapangan. Informan kunci penelitian ini adalah penyuluh
di Kecamatan Hiliran Gumanti, Ketua dan pengurus PPO Santiago Nagari Sariak
Alahan Tigo. Menurut Nazir (2009), wawancara adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, bertatap muka antara
penanya atau pewawancara dengan penjawab atau respondes dengan
menggunakan alat yang dinamakan panduan wawancara.
22

2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari lembaga dan instansi terkait dengan seperti
Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Hiliran Gumanti, Badan Pusat Statistik
Sumatera Barat, dan studi kepustakaan.

E. Variabel yang Diamati


Variabel-variabel yang diamati pada penelitian ini menggunakan acuan
dari penelitian-penelitian terdahulu dan juga berdasarkan latar belakang, pokok
pemasalahan serta tujuan yang ingin dicapai.
1. Untuk tujuan penelitian pertama, yaitu menganlisis perbandingan usahatani
padi organik dan anorganik. Untuk menganalisis perbandingan penerimaan,
pendapatan dan keuntungan usahatani padi organik dan padi anorganik
variabel yang akan diamati adalah:
a. Kultur teknis usahatani padi organik dan padi anorganik.
b. Luas lahan petani dengan satuan Ha.
c. Jumlah produksi usahatani per musim tanam, yaitu hasil yang diperoleh
dari usahatani padi pada satu kali periode tanam, dihitung dengan satuan
Kg/Ha/MT.
d. Harga gabah,merupakan besarnya nilai hasil panen yang diukur kedalam
Rp/Kg. harga yang digunakan adalah harga gabah yang berlaku di lahan
saat penelitian berlangsung.
e. Biaya, merupakan besarnya nilai yang dikorbankan untuk memperoleh
faktor produksi yang digunakan dalam berusahatani. Biaya dalam
usahatani dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
a) Biaya yang dibayarkan, meliputi:
i. Biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) merupakan besarnya
nilai upah yang dibayarkan untuk memperoleh faktor produksi tenaga
kerja, dinyatakan dalam Rp/HK
ii. Biaya pupuk merupakan besarnya nilai yang dikorbankan untuk
memperoleh pupuk, besarnya dinyatakan dalam Rp/Kg.
23

iii. Biaya obat-obatan merupakan besarnya nilai yang dibayarkan untuk


memperoleh obat-obatan yang dinyatakan dalam Rp/Kg.
iv. Pajak bumi dan bangunan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
memenuhi kewajiban petani pada negara dihitung dalam Rp/MT
v. Biaya panen merupakan biaya yang harus dikeluarkan pada saat
panen yang terdiri dari viaya tenaga kerja panen Rp/HK
vi. Biaya benih jika benih dibeli yang dihitung dalam Rp/Kg.
vii. Biaya sewa lahan dihitung sebagai biaya dibayarkan jika petani
menyewa lahan orang lain, dihitung dalam Rp/Kg
b) Biaya yang diperhitungkan dalam satuan Rp/MT, meliputi:
i. Biaya penyusutan alat dihitung dalam satuan Rp/MT
ii. Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) merupakan biaya yang
timbul akibat dilibatkan anggota keluarga dalam berusahatani yang
dihitung dalam satuan Rp/HK.
iii. Biaya benih merupakan biaya yang timbul akibat menggunakan
benih yang berasal dari hasil panen musim tanam sebelumnya dalam
satuan Rp/Kg.
iv. Biaya pupuk kompos adalah biaya yang timbul apabila pupuk
kompos diproduksi sendiri dalam satuan Rp/Kg
v. Biaya obat-obatan organik adalah biaya yang timbul apabila obat-
obatan organik di produksi sendiri dalam satuan Rp/Kg.
vi. Bunga modal merupakan modal yang diinvesitasikan dalam tanaman
tersebut mulai dari awal proses sampai akhir yang dihitung dalam
Rp/MT.
vii. Jika lahan milik petani sendiri maka biaya sewa lahan diperhitungkan
dalam Rp/MT.
2. Untuk tujuan kedua, mendeskripsikan alasan petani kenapa memilih untuk
mengusahakan pertanian padi organik dan alasan petani bertahan untuk
mengusahakan pertanian anorganik.
24

F. Analisis Data
Untuk mencapai tujuan penelitian ini, analisis yang digunakan adalah
deskriptif kuantitatif untuk tujuan satu dan dua, deskriptif kualitatif untuk tujuan
ketiga.
1. Untuk tujuan pertama yaitu, analisis usahatani yang terdiri dari penerimaan,
pendapatan, dan kentungan. Sebelum menghitung penerimaan, pedapatan dan
keuntungan perlu untuk menentukan biaya-biaya. Adapun jenis biaya pada
usahatani adalah biaya yang dibayarkan dan biaya yang diperhitungkan. Biaya
yang dibayarkan seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.
Kemudian untuk biaya yang diperhitungkan, akan digunakan rumus untuk
mencari biaya penyusutan yaitu (Suratiyah, 2006:38):

Biaya penyusutan

Kemudian untuk menghitung bunga modal dihitung berdasarkan tingkat suku


bunga yang berlaku di daerah penelitian. Rumus yang dihitung untuk
menghitung bunga modal adalah (Ariska, 2016:30):
Bunga Modal: BT x i : 12 bulan x MT
Dimana : BT = Biaya Total yang didapat dari Biaya yang dibayarkan
+ biaya diperhitungkan (diluar bunga modal)
i = tingkat suku bunga
MT = Musim Tanam
Analsis Pendapatan usahatani adalah selisih antara total penerimaan usahatani
dengan total pengeluaran usahatani yang merupakan nilai semua input yang
dikeluarkan dalam proses produksi (Soekartawai, 1986). Persamaan
penerimaan usahatani dinyatakan dalam rumus (Soekartawi, 2006:54):
TRi = Yi x Pyi
Dimana : TRi = Total penerimaan (Rp/Kg/MT)
Yi = jumlah produksi padi (Kg/MT)
Pyi = harga jual padi (Rp/Kg)
25

Kemudian persamaan untuk mengukur pendapatan dinyatakan dalam rumus


(Soekartawi, 1995, 58):
Pd = TR – Bt
Dimana : Pd = pendapatan usahatani (Rp/Ha/MT)
TR = total penerimaan (Rp/Ha/MT)
Bt = biaya yang dibayarkan (Rp/Ha/MT)
Selanjutnya keuntungan atau pendapatan bersih adalah selisih antara
penerimaan dengan biaya total (termasuk biaya yang diperhitungkan)
didapatkan melalaui persamaan rumus (Soekartawi, 1995, 58):
K = (Yi.Pyi) – BT
Dimana : K = Keuntungan usahatani (Rp)
Yi = jumlah produksi padi (Kg/MT)
Pyi = harga jual (Rp/Kg)
BT = biaya total (Rp/Ha/MT)
2. Untuk tujuan kedua yaitu mendeskripsikan kenapa petani organik memilih
pertanian organik dan kenapa petani anorganik tidak memilih pertanian
organik melalui memberikan pertanyaan terkait kepada petani responden
organik . Kemudian berikut tahapan analisis data yang akan dilakukan:
Menurut Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2009), data kualitatif
akan diolah melalui tiga tahap analisis, yaitu:
a. Reduksi data yaitu merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan
pada hal-hal penting sesuai dengan kebutuhan penelitian.
b. Penyajian data yaitu menyajikan data dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
c. Penarikan kesimpulan yang mengahasilkan temuan baru atas obyek
penelitian.
26

G. Kerangka Pemikiran

Usahatani padi
Usahatani Padi Organik
Anorganik

Biaya Usahatani Biaya Usahatani

Pendapatan Pendapatan

Adanya perbedaan biaya


dan pendapatan atau
sebaliknya tidak ada
Mendeskripsikan alasan
perbedaan biaya dan
petani kenapa
pendapatan antara petani
mengusahakan pertanian
padi organik dan
organik di Nagari Sariak
anorganik
Alahan Tigo.

Gambar 1. Skema kerangka pemikiran penelitian.

Nagari Sariak Alahan Tigo memiliki kelompok tani padi organik yang
paling luas di Sumatera Barat yaitu Perkumpulan Petani Organik atau PPO
Santiago. PPO Santiago memilikianggota 51 orang. Berarti ada 51 orang yang
mengusahakan pertanian padi organik. Angka ini sangat jauh apabila dibandingkan
dengan total petani yang ada Nagari Sariak Alahan Tigo. Dalam penelitian ini,
peneliti akan membandingkan usahatani padi organik dan anorganik di Nagari
Sariak Alahan Tigo. Apakah ada perbedaan biaya dan pendapatan antara usahatani
padi organi dan usahatani padi anorganik. Kemudian peneliti akan
mendeskripsikan alasan petani padi organik mengusahakan pertanian organik.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian


1. Kondisi Geografis

Nagari Sariak Alahan Tigo merupakan salah satu dari tiga nagari yang
ada di Kecamatan Hiliran Gumanti Kabupaten Solok. Secara geografis Nagari
Sariak Alahan Tigo berbatasan dengan Kecamatan Tigo Lurah di bagian Utara,
Kecamatan Pantai Cermin di bagian Selatan, Nagari Talang Babungo di Bagian
Barat, dan nagari Sungai Abu di bagian Timur. Nagari Sariak Alahan tigo terdiri
dari delapan jorong yaitu, Jorong Sariak Ateh, Jorong Sariak Bawah, Jorong Pinti
Kayu, Jorong Talaok, Jorong Sungai Pangalek, Jorong Sianggai-anggai, Jorong
Taratak Teleng, Jorong Lurah Gadang.
Nagari Sariak Alahan Tigo terletak pada ketinggian antara 650-1450
mdpl, memiliki suhu rata-rata 15-24ºC dengan curah hujan 4500 mm/tahun.
Nagari Sariak Alahan Tigo memiliki kondisi topografi yang beragam. Kondisi
topografi yang beragam ini bisa dilihat dari tabel berikut:

Tabel 3. Ketinggian Nagari Sariak Alahan Tigo dari permukaan laut


No Ketinggian Jorong
1. 650-900 mdpl Lurah Gadang, Sariak Bawah, Talaok, Sariak
Ateh, Sungai Pangalek
2. 900-1450 mdpl Sianggai-anggai, Pinti Kayu, Taratak Teleng
Sumber: diolah dari monografi Nagari Sariak Alahan Tigo, 2014
Kondisi tipografi yang beragam ini mempengaruhi kehidupan sosial
ekonomi masyarakat termasuk ketersediaan lahan di Nagari Sariak Alahan Tigo.
Penggunaan lahan di Nagari Sariak Alahan Tigo didominasi oleh areal pertanian,
perumahan dan sarana prasarana, perkebunan, hutan dan bentuk lainnya. Nagari
Sariak Alahan Tigo memiliki topografi dengan kemiringan antara 5-40%. Terdiri
dari wilayah pegunungan, dataran tinggi, dataran rendah, yang memiliki
morfologi yang relative berbukit dan begelombang dengan keadaan masih asri
khas pedesaan dengan sungai yang mengalir.
28

Luas areal mencapai 10.200 Ha yang didominasi oleh lahan pertanian,


pemukiman dan masih memiliki lahan tidur. Berikut dijelaskan data penggunaan
lahan Nagari Sariak Alahan Tigo dalam tabel:

Tabel 4. Data Penggunaan Lahan di Nagari Sariak Alahan Tigo tahun 2006-2010
Luas Lahan
No Jenis 2006 2007 2008 2009 2010
1 Pemukiman 170 172 175 178 180
2 Pertanian 1.136 1.145 1.145 1.350 1.453
3 Perkebunan 1.497 1.510 1.550 1.700 1.825
4 Peternakan 62 62 62 64 645
5 Perikanan 58 58 58 58 58
6 Lahan Tidur 2.036 2.025 2.022 2.020 2.018
7 Hutan 5.241 5.228 5.188 4.830 4.602
Sumber: Ekspos Walinagari Sariak Alahan Tigo, 2011
Tabel 4 menunjukkan bahwa penggunaan lahan yang paling luas di
tempati oleh pertanian, yaitu lahan basah atau lahan padi sawah. Disusul oleh
perkebunan yang disini ialah perkebunan yang dimiliki rakyat seperti karet dan
kapulaga. Kemudian Nagari Sariak Alahan Tigo masih memiliki hutan dan lahan
tidur yang luas. Keadaan yang masih baik ini yang dimanfaatkan oleh petani
yang sadar akan bahaya pupuk dan obat kimia yang kemudian menggalakkan
pertanian padi organik yaitu PPO Santiago atau Perkumpulan Petani Organik
Sariak Alahan Tigo.

2. Kondisi Demografis
Jumlah penduduk di Nagari Sariak Alahan Tigo adalah 6.389 jiwa
dengan kepadatan penduduk 66,37 jiwa/km2. Jumlah penduduk perempuan
adalah 3.188 jiwa dan 3.201 untuk jumlah penduduk laki-laki. Apabila dilihat
dari jumlah kepala keluarga Nagari Sariak Alahan Tigo memiliki 1.658 KK
dengan 1.438 diantaranya KK laki-laki dan 220 diantaranya KK perempuan.
Jorong yang memiliki penduduk paling banyak adalah Jorong Taratak Teleng
yaitu terdiri dari 1.263 jiwa. Untuk lebih jelas akan dijelaskan pada tabel berikut:
29

Tabel 5. Jumlah Penduduk Nagari Sariak Alahan Tigo Tahun 2017


No Jorong Laki-laki Perempuan Total (Jiwa)
(Jiwa) (Jiwa)
1. Sariak Ateh 321 297 618
2. Sariak Bawah 306 312 618
3. Sianggai-anggai 554 546 1100
4. Talaok 595 625 1220
5. Sungai Pangalek 325 322 647
6. Lurah Gadang 178 173 351
7. Taratak Teleng 621 642 1263
8. Pinti Kayu 301 271 572
Jumlah 3201 3188 6389
Sumber: Data Kependudukan Nagari Sariak Alahan Tigo 2017

3. Sarana dan Prasarana Nagari Sariak Alahan Tigo

Secara umum sarana dan prasarana yang tersedia di Nagari Sariak


Alahan Tigo cukup memadai, tersedianya fasilitas dibidang pemerintahan,
pendidikan, keagamaan, kesehatan, pertanian, perekonomian, olahraga, dan
organisasi kemasyarakatan. Ketersediaan sarana dan prasarana ini akan sangat
membantu masyarakat untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.

Tabel 6. Sarana dan Prasarana di Nagari Sariak Alahan Tigo


No Sarana dan Prasarana Keterangan
1. Bidang Pemerintaha:
a. Kantor Walinagari a. 1 unit
2. Bidang Pendidikan
a. TK a. 8 unit
b. SD b. 8 unit
c. SLTP c. 2 unit
d. MTsS d. 3 unit
e. SLTA e. 1 unit
3. Bidang Agama
a. Masjid a. 11 unit
b. Musholla b. 18 unit
4. Bidang Kesehatan
a. Puskesmas Pembantu (Pustu) a. 6 unit
b. Posyandu b. 12 unit
c. Bidan c. 7 orang
30

Lanjutan Tabel 6. Sarana dan Prasarana di Nagari Sariak Alahan Tigo


5. Bidang Olah Raga
a. Lapangan Bola Kaki a. 5 unit
b. Lapangan Bola Takraw b. 8 unit
c. Lapangan Bola Voli c. 15 unit
6. Bidang Pertanian dan Perekonomian
a. Kelompok Tani a. 14 kelompok
b. Gapoktan b. 1 kelompok
c. LKMA c. 1 unit
d. Pasar nagari d. 2 unit
7. Organisasi Kemasyarakatan
a. KAN (Kerapatan Adat Nagari) a. Ada
b. Bundo Kanduang b. Ada
c. LPMN (Lembaga Pemberdayaan c. Ada
Masyarakat Nagari) d. Ada
d. PKK Nagari e. Ada
e. MUN (Majelis Ulama Nagari) f. Ada
f. Karang Taruna g. Ada
g. Posdaya Nagari h. Ada
h. Kelompok Siaga Bencana i. Ada
i. Pemuda Nagari j. Ada
Sumber: diolah dari monografi Nagari Sariak Alahan Tigo 2014

B. Profil Perkumpulan Petani Organik (PPO Santiago) Nagari Sariak


Alahan Tigo Kecamatan Hiliram Gumanti Kabupaten Solok.
1. Sejarah Pendirian PPO Santiago
Perkumpulan Petani Organik (PPO Santiago) Nagari Sariak Alahan
Tigo Kecamatan Hiliran Gumanti Kabupaten Solok berdiri pada Tahun 2008. PPO
Santiago ini dibentuk dengan latar belakang ingin meningkatkan kesejahteraan
anggota PPO Santiago yang berawal dari Kelompok Belajar Pertanian atau
Sekolah Lapang Pertanian Organik. Pada awal berdiri kelompok ini mendapatkan
bantuan Program Sekolah Lapang Padi Tanam Sabatang (PTS) Organik dari Dinas
Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Sumatera Barat sebanyak
satu paket kegitan, yang dikelola oleh kelompok dan dipandu oleh Penyuluh
Pertanian lapangan (PPL), Penyuluh PHP dan Petani Pakar Sumatera Barat, dalam
perkembangannya PPO Santiago mengembangkan usaha pertanian budidaya padi
31

organik dan peningkatan pengolahan hasil dengan mengelola organisasi petani


serta melalui sarana belajar dengan sekolah lapang.
PPO Santiago ini lahir dikarenakan jauhnya Nagari Sariak Alahan
Tigo dari daerah kecamatan sehingga membutuhkan biaya yang cukup banyak
untuk pembelian pupuk kimia dan obat-obatan. Selain itu, muncul kesadaran
tentang bahaya menggunakan pupuk kimia dan obat-obatan kimia.
Anggota PPO Santiago berasal dari unsur petani yang telah melakukan
budidaya secara organik. Anggota kelompok yang berasal dari berbagai unsur
diharapkan bisa mendukung agar PPO Santiago bisa berkembang dan maju
sehingga diharapkan bisa memberi sumbangsih bagi dunia pertanian organik
khususnya di Kabupaten Solok dan sekitarnya. Pada tahun 2009 PPO Santiago
mendapat bantuan dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Propinsi Sumatera Barat berupa Demplot Pengembangan Padi Tanam Sabatang
seluas 5 Ha, yang dilaksanakan oleh Kelompok Tani Tuah Sepakat. Kemudian
dilanjutkan dengan program field day PTS padi hitam organik oleh kelompok tani
Muda Bergensi seluas 1,2 Ha pada tahun 2010. Melalui kegiatan fiel day tersebut
di beberapa kawasan sehingga terbentuklah kawasan-kawasan untuk pembangunan
kawasan pertanian budidaya secara organik. Untuk pengembangan ilmu dan
teknologi PPO Santiago mengadakan pertemuan rutin yang dilakukan pada
minggu keempat setiap bulan.
2. Struktur Organisasi PPO
Struktur organisasi merupakan kerangka dasar hubungan satuan-satuan
organisasi dimana didalamnya terdapat orang-orang yang memiliki tugas dan
wewenang sesuai dengan jabatannya dalam struktur organisasi tersebut sehingga
merupakan satu kesatuan yang utuh untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam
suatu kelompok harus memiliki struktur yang jelas dan masing-masing bekerja
sesuai tugas, tanggung jawab dan wewenang sehingga kelompok tersebut berjalan
dengan baik. Struktur organisasi PPO Santiago dapat dilihat pada tabel berikut:
32

Tabel 7. Struktur Organisasi PPO Santiago


No Jabatan Instansi Alamat
1. Pembina Disperta Sumatera Barat Bandar Buat
Padang
Disperta Kabupaten Solok Kayu Aro
Petugas PHP BPTPH
SUMBAR
2. Penanggung Jawab Marsilan (Petani Terampil) Kasang Kab.
Pariaman
Nofrianto (Petani Terampil) Sariak Alahan
Tigo
3. Penasehat Rahmul Ihsan Sariak Alahan
Tigo
4. Ketua Hesriyeldi Sariak Alahan
Tigo
5. Sekretaris Harpendra Sariak Alahan
Tigo
6. Bendahara Novia Indra Sariak Alahan
Tigo
7. Seksi Dokumentasi Harpendra Sariak Alahan
Tigo
8. Lembaga Armiya Sariak Alahan
Keuangan Mikro Mira Yuspita Tigo
Santiago Hasni Gusmira
9. LPR Santiago Jainir Sariak Alahan
Zulma Hendri Tigo
10. P4S Santiago Armiya Sariak Alahan
Tigo
Sumber: Perkumpulan Petani Organik Sariak Alahan Tigo, 2016

3. Peran PPO Santiago dalam Kelompok Tani Padi Organik

PPO Santiago merupakan sebuah wadah yang berperan sebagai


fasilitator dalam transfer konsep pertanian alami dalam penerapan budidaya secara
organik yang memakai kearifan lokal yang bersumber dari lingkungan sekitar
lahan petani itu sendiri yang pada akhirnya menjadikan petani terbebas dari
ketergantungan dalam berproduksi yang berkelanjutan dan terdokumentasi. PPO
Santiago merupakan wadah belajar bagi petani untuk pertanian padi organik,
proses belajar ini diadakan pada minggu keempat setiap bulannya.
33

Selain sebagai wadah belajar, peran penting PPO Santigo adalah untuk
pemasaran dari produk yang dihasilkan oleh petani yang tergabung dalam anggota
PPO Santiago yang untuk sekarang produknya adalah beras organik. PPO Santiago
menerima dalam bentuk gabah yang nantinya akan di packaging dalam kemasan
yang menarik. PPO Santiago sudah mampu menembus pasar nasional melalui
salah satu NGO yaitu Javara. Javara membeli produk yang dihasilkan PPO
Santiago yang kemudian di repackaging dan tetap menampilkan label dari PPO
Santiago.
Meskipun pasar yang sangat menjanjikan PPO Santiago tetap
memegang nilai-nilai bahwa hasil padi organik yang sehat itu haruslah dinikmati
oleh petani dan keluarganya sendiri terlebih dahulu. Oleh karena itu, PPO Santiago
hanya akan membeli setengah dari hasil panen petani anggota kelompok. Sisanya
haruslah mereka konsumsi sendiri. Hal ini sangat ditekankan oleh ketua kelompok
nya mengingat selama ini petani hanya memakan padi yang masih menggunakan
bahan kimia dalam budidayanya.
Sayangnya pada masa penelitian, sertfikasi dari PPO Santiago sendiri
telah habis masa berlakunya (Lampiran 3) namun berkat tekad dan kegigihan
masing-masing anggota dan pengurus PPO Santiago sedang mengusulkan
perpanjangan sertfikasi guna kelanjutan dari kelompok tani tersebut.
Sebagai salah satu kelompok tani yang selalu bergerak maju, PPO
Santiago akan menambah anggota mereka dan menambah jenis produk mereka
untuk kepengurusan selanjutnya. Adapun produk yang akan mereka hasilkan
selanjutnya adalah rempah-rempah atau bumbu-bumbu organik.

C. Identitas Responden
Petani yang dijadikan responden dalam penelitian ini berjumlah 60 orang
petani yang terdiri dari 30 orang petani padi organik yaitu anggota kelompok
petani organik dan 30 orang petani padi anorganik. Berdasarkan data primer
(Lampiran 5 dan 6) yang diperoleh melalui wawancara dan penyebaran kuisioner
34

kepada petani padi organik, identitas responden yaitu umur, pendidikan terakhir,
luas lahan dan status kepemilikan lahan akan dijelaskan sebagai berikut
1. Umur
Umur petani padi organik dan anorganik yang menjadi responden pada
penelitian ini berkisar antara 26 sampai dengan 71 tahun. Rata-rata usia petani
padi organik adalah 42 tahun, sedangkan rata-rata umur petani padi anorganik
adalah 47 tahun. Rata-rata kelompok umur petani padi organik yang paling banyak
adalah 26-33 tahun yaitu sebanyak 9 orang atau sebesar 30%. Sedangkan pada
responden petani padi anorganik yang paling banyak adalah kelompok umur 34-41
yaitu sebanyak 8 orang atau sebesar 27%. Secara rinci kelompok umur responden
petani organik dan anorganik dapat dilihat pada tabel 8 berikut.

Tabel 8. Kelompok Umur Responden Petani Padi Organik PPO Santiago dan
Petani Padi Anorganik di nagari Sariak Alagan Tigo
Petani Padi Organik Petani padi Anorganik
No Umur
Jumlah (orang) % Jumlah (orang) %
1. 26-33 9 30,0 2 6,0
2. 34-41 7 23,0 8 27,0
3. 42-49 5 17,0 7 23,5
4. 50-57 5 17,0 7 23,5
5. 58-65 3 10,0 5 17,0
6. 66-73 1 3,0 1 3,0
Jumlah 30 100 30 100

2. Tingkat Pendidikan
Pendidikan yang ditempuh oleh petani padi organik dan petani padi
anorganik terdiri dari pendidikan formal dan non formal. Tingkat pendidikan
formal yang ditempuh oleh petani organi dan anorganik adalah mulai dari SD
sampai dengan Perguruan Tinggi. Pendidikan terakhir petani padi organik dan
anorganik sebagian besar adalah SD masing-masing sebanyak 14 dan 13 orang
35

atau 47 persen dan 43 persen. Selanjutnya SLTP masing-masing sebanyak 6 orang


dan 11 orang atau 20 persen dan 37 persen. Kemudian SLTA masing-masing
sebanyak 9 orang dan 6 orang atau 30 persen dan 20 persen. Terakhir pendidikan
PT salah seorang responden petani padi organik sebanyak 1 orang atau 3%. Secara
rinci penggolongan responden berdasakan tingkat pendidikan dapat dilihat pada
tabel 9.
Tabel 9. Penggolongan Responden Petani Organik PPO Santiago dan Petani Padi
Anorganik Nagari Sariak Alahan Tigo
Tingkat Petani Padi Organik Petani padi Anorganik
No
Pendidikan Jumlah (orang) % Jumlah (orang) %
1. SD 14 47,0 13 43,0
2. SMP 6 20,0 11 37,0
3. SLTA 9 30,0 6 20,0
4. PT 1 3,0 0 0,0
Jumlah 30 100 30 100

3. Luas Lahan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan bahwa luas lahan
yang diusahakan rata-rata petani padi organik adalah 0,39 Ha (Lampiran 5),
sedangkanluas lahan padi rata-rata yang diusahakan oleh petani padi anorganik
adalah 1,06 Ha (Lampiran 6). Luas lahan ini adalah komponen yang sangat
penting dalam perhitungan usahatani. Untuk padi organik, luas lahan petani
responden bisa diketahui dengan pasti karena sudah ada data penunjang yang
didapatkan dari kelompok tani PPO Santiago. Sedangkan untuk petani padi
anorganik supaya data lebih akurat, sebelumnya peneliti menanyakan kepada PPL
yang ada di Nagari Sariak Alahan Tigo bagaimana teknis menghitung luas lahan
pada pengamatan PPL sebelumnya, ternyata di luas lahan bisa diukur dengan
perbandingan penggunaan lahan. Biasanya penggunaan lahan di Nagari Sariak
Alahan Tigo bagi petani padi anorganik adalah 30kg bibit/hektar.
36

Tabel 10. Penggolongan Responden Petani Organik PPO Santiago dan Petani
Anorganik di Nagari Sariak Alahan Tigo
Luas Petani Padi Organik Petani padi Anorganik
No
Lahan (Ha) Jumlah (orang) % Jumlah (orang) %
1. <0,25 4 13,0 0 0,0
2. 0,25-0,5 21 70,0 5 17,0
3. 0,6-1 5 17,0 12 40,0
4. 1,1-1,5 0 0,0 13 43,0
Jumlah 30 100 30 100

4. Status Kepemilikan Lahan


Status penguasaan lahan petani padi organik dan petani padi anorganik di
lokasi penelitian semuanya adalah milik pribadi. Masing-masing sebesar 100
persen. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 6.

D. Gambaran Umum Perbandingan Usahatani Padi Organik dan


Anorganik
1. Budidaya Padi Organik di Nagari Sariak Alahan Tigo
Nagari Sariak Alahan Tigo memiliki masyarakat yang mayoritasmata
pencariannya adalah bertani. Budidaya pertanian yang paling banyak dilakukan
adalah budidaya padi. Teknik budidaya padi anorganik dan organik tentulah
memiliki perbedaan masing-masingnya. Kalau pada budidaya padi anorganik cara
budidaya yang sudah turun-temurun dan dilakukan sesuai yang diketahui oleh
petaninya. Sedangkan petani padi organik yang tergabung ke dalam Perkumpulan
Padi Organik (PPO Santiago diatur oleh Standar Operasional Prosedur (SOP)
yang telah disepakati. SOP ini bertujuan untuk keseragaman dan lebih mudahnya
anggota kelompok dalam menjalan budidaya yang sesuai dengan standar yang
diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Organik Sumatera Barat. Kegiatan budidaya
yang dilakukan oleh petani organik pada PPO Santiago adalah sebagai berikut:
37

i. Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi budidaya padi organik pada PPO Santiago adalah
lahan yang produktif dan telah disterilkan. Disterilakan artinya pada 2 tahun (4
kali musim tanam) terakhir lahan ini tidak lagi tercampur dengan pupuk kimia
anorganik. Umumnya pada PPO Santiago lahan anggota kelompok tani ini
terletak pada satu hamparan, sehingga sangat kecil kemungkinan akan
terkontaminasi oleh pupuk kimia anorganik dari usahatani padi anorganik. Tetapi
ada juga usahatani padi anorganik pada hamparan tersebut. Untuk pembatas
digunakan enceng gondok untuk menetralisirkan kandungan zat kimia yang
masuk kedalam sawah.
Selain dibatasi oleh enceng gondok, sebagai penanda lahan padi
organik petani juga menanami tanaman sejenis tanaman piladang disekitar lahan
organik mereka.

Gambar 2. Lahan Organik yang dibatas dengan tanaman.

ii. Pembuatan Pupuk Kompos


Salah satu yang membedakan antara usahatani padi organik dan padi
anorganik adalah penggunaan pupuk. Usahatani padi organik tentu saja
menggunakan pupuk organik. Petani PPO Santiago memperoleh pupuk organik
38

yaitu pupuk kompos yang terbuat dari campuran kotoran kandangan dan
pembusukan jerami sisa panen sebelumnya. Untuk takaran pupuk sebenarnya
tidak diatur secara pasti oleh kelompok. Sesuai dengan alasan terbentuk nya PPO
Santiago yaitu untuk meringankan biaya, pupuk organik pun akan digunakan
sesuai dengan ketersediaan oleh petani itu sendiri. Ada yang menggunakan
pupuk kompos yang didapatkan dari ternak mereka sendiri. Ada juga yang
membeli pupuk kandang sebagai bahan dasar pupuk kompos dari peternak lain.
Teknisnya petani yang selesai panen akan membersihkan lahannya dan
mulai merencanakan untuk musim tanam selanjutnya. Sisa jerami panen
sebelumnya akan diangkut dan dibusukkan didalam onggokan yang juga telah
diisi dengan kotongan ternak. Sementara lahan diolah dan disiapkan untuk
penanaman selanjutnya.
iii. Pengolahan Lahan
Sebelum dilakukan pengolahan lahan, dilakukan permbesihan saluran
pengairan dan perbaikan pematang sawah. Jerami sisa panen sebelumnya di
bersihkan dan disimpan separuhnya untuk pembuatan pupuk untuk musim tanam
selanjutnya dan separuhnya lagi dibenamkan untuk menyuburkan sawah.
Selanjutnya dilakukan pengolahan lahan dengan cara pembajakan menggunakan
hand tractor atau hewan ternak ataupun cangkul untuk penggemburan tanah.
Proses ini bertujuan untuk membolak-balikkan tanah yang ada di sawah untuk
meratakan dan melunakkan agar lebih mudah di olah. Kemudian hari berikutnya
sawah yang telah di gemburkan tadi di aliri air untuk lebih sempurna. Hari ke-3
sawah kemudian dibajak lagi untuk melunakkan tanah dengan sempurna.
Kemudian baru ditebarkan pupuk yaitu campuran antara kotoran ternak dengan
jerami yang telah membusuk tadi. Pada lokasi penelitian, sebagian petani organik
hanya menebar pupuk pada saat pengolahan lahan sebagian lagi ada yang kembali
menebar pupuk pada saat usia padi 40-45 hari.
iv. Pembibitan/Persemaian
Pembibitan adalah proses menyediakan bibit bermutu dengan tujuan
mampu berproduksi sesuai dengan baik. Bibit yang digunakan dalam budidaya
39

padi organik PPO Santiago adalah penyisihan dari panen sebelumnya. Bibit ini
telah lulus uji sertfikasi oleh LSO Sumatera Barat yang kemudian pada musim
tanam selanjutnya kembali digunakan bibit hasil panen sebelumnya. Adapun
musim tanam saat dilakukan penelitian adalah misum tanam antara November-
Februari 2017.
Langkah awalnya dimulai dengan melakukan perendaman benih
terlebih dahulu dalam air garam agar dapat dilakukan penyeleksian benih. Agar
didapatkan benih dengan kualitas yang baik, setelah itu barulah benih ditaburkan
pada persemaian basah yang petakannya terletak di pintu air lahan sawah.
v. Penanaman
Setelah bibit yang ditanam berumur kurang lebih 20 hari dan siap
untuk dipidahkah ke lahan yang telah disiapkan masuklah ke proses selanjutnya
yaitu penanaman. Bibit yang ditanam adalah bibit yang memenuhi syarat dan
memenuhi syarat seperti tidak busuk dan memiliki panjang lebih kurang 20-25 cm.
Selanjutnya bibit ditanam dengan jarak tanam 25 x 25 cm dengan 4 bibit pada
masing-masing lubang.
vi. Pemupukan
Budidaya padi organik tentulah menggunakan pupuk organik. Pupuk
organik yang digunakan adalah pupuk kompos atau pupuk kandang bisa berbentuk
cairan ataupun berbentuk padat. Selain itu juga digunakan abu kayu sebagai pupuk
pada usahatani padi organik. Abu kayu ini di aplikasikan pada saat pengolahan
tanah. Pada usahatani padi organik PPO Santiago pupuk yang digunakan adalah
pupuk padat. Pupuk padat yang digunakan adalah pupuk organik yang terbuat dari
kotoran ternak, pembusukan tumbuhan hijau. Pupuk padat ini diaplikasikan
dengan cara ditebar ke lahan padi sawah.
Untuk waktu pemupukan padi organik dilakukan sebanyak 2 kali
dalam satu kali musim tanam. Pemupukan pertama dilakukan pada saat
pengolahan lahan yaitu pupuk dasar pada lahan. Kemudian pemupukan selanjutnya
dilakukan pada saat padi berusia 20-25 setelah dipindahkan, dan pemupukan
40

terakhir pada saat usia tanaman 40-45 hari. Tetapi rata-rata petani responden hanya
memupuk satu kali yaitu pada proses pengolahan lahan.
vii. Pemeliharaan (Penyiangan dan Pengairan)
Penyiangan adalah kegiatan membersihkan padi dari tanaman pengganggu
atau gulma. Penyiangan ini berguna untuk menghindari terjadinya kompetisi
perebutan zat makanan dan air mineral oleh tumbuhan utama dengan gulma. Oleh
karena itu harus dilakukan pemusnahan supaya gulma bisa dikendalikan dan tidak
mengganggu tanaman utama. Caranya adalah dengan menyiangi tanaman gulma
tersebut. Umunya, kegiatan penyiangain ini dilakukan 2 kali pada setiap musim
tanam. Namun anggota PPO Santiago melakukan penyiangan tergantung gulma
yang ada pada lahan saat musim tanam yang bersangkutan. Selain disiangi gulma
yang mengganggu biasanya juga disemprotkan obat-obatan yang terbuat dari
campuran ari kelapa, ragi dan air pembusukan kulit coklat.
Pengairan adalah pemberian air sesuai kebutuhan tanaman pada daerah
parakaran sesuai dengan jumlah, cara dan waktu yang tepat sehingga pertumbuhan
dan produksi tanaman optimal. Pada saat pengolahan tanah, air harus tergenang
dengan kedalaman 5-7 cm dan pintu air masuk dan keluar tertutup. Saat
penanaman, kondisi air dalam keadaan lembab, dan air hanya terdapat di parit di
sekeliling petakan sawah. Kondisi ini dipertahakan sampai usia tanaman memasuki
20-25 hari. Pada saat usia tanaman mencapi maksimum tinggi air harus melebihi 5
cm hingga 2 minggu sebelum panen. Lalu ketika akan panen air dibiarkan kering
guna memudahkan dalam proses panen. Pengairan pada budidaya padi organic di
PPO Santiago berasal dari pegunungan yang tidak tercemar oleh zat-zat kimia dari
budidaya tanaman lainnya.
viii. Pembuatan Pestisida dan Obat Organik
Dalam pemeliharaan akan ditemui hama yang akan mengganggu tanaman.
Dalam mengusahakan padi organik tentu saja harus menggunakan pestisida yang
juga terbuat dari bahan-bahan yang bebas zat kimia. Selain pestisida yang terbuat
dari bahan organik, pengaplikasin pestisida sendiri juga diatur, yaitu konsep yang
digunakan adalah pengendalian bukan pemberantasan, jadi semua serangga yang
41

mengganggu tidak lah harus dibasmi semua tetapi diperhatikan apakah


keberadaannya serangga sudah mengganggu atau belum, apabila sudah
mengganggu barulah dilakukan penyemprotan.
Sebagaia bahan dasar pembuatan pestisida organik, yang digunakan oleh
anggota PPO Santiago adalah campuran dari ekstrak daun daun yaitu daun
sungkai, daun surian, daun sicerek,daun sirsak, daun jangau, kunyit bolai dan
bawang putih. Campuran ini dibusukkan yang kemudian diperas airnya. Ramuan
ini berfungsi untuk mengendalikan serangga-serangga dan ulat yang mengganggu
tanaman. Pembuatan ini hanya membutuhkan waktu 3 hari saja, dimuali dari
mempersiapkan bahan-bahan yang bisa didapatkan di sekitar lingkungan sampai
siap menjadi larutan untuk di semprot kan ke tanaman.
ix. Pengendalian OPT
Untuk pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) haruslah
dilakukan dengan mempertimbangkan unsur organiknya. Sangat tidak
diperbolehkan menggunakan pestisida kimia. Maka untuk pengendalian OPT ini
dilakukan dengan menggunakan pestisidah organic yang terbuat dari pembusukan
titonia, bawang putih, dan kotoran kambing. Pengendalian OPT pun digunakan
apabila diperlukan, sepertu jumlah walang sangit lebih dari 2 ekor/ batang, maka
perlu dilakukan pengendalian. Jenis hama yang dominan pada areal sawah yaitu:
keong mas, wereng, tikus dan babi. Untuk pengendalian padi organik umumnya
melakukan pengamatan dulu apabila populasi hama melebihi batas aman maka
akan dilakukan penyemprotan dengan pestisida nabati atau organik.
x. Pemanenan dan Pascapanen
Padi yang akan dipanen ditandai dengan menguning secara merata dan
berisi masing-masing bulirnya. Biasanya anggota PPO Santiago bisa melakukan
musim tanam sebanyak 2 kali dalam satu tahun. Cara pemanenan dilakukan
dengan alat yang sederhana. Hampir sama dengan padi anorganik yaitu dengan
menggunakan alat seperti sabit atau parang. Adapun caranya yaitu memotong
batang padi dengan bulir yang siap panen kemudian memukul batang padi ke bayu
sehingga gabah berjatuhan. Setelah itu dilakukan proses penganginan yaitu
42

memisahakan gabah dengan sisa-sisa panen yang tidak diperlukan. Setelah proses
ini selesai, maka gabah dimasukkan kedalam karung dan disimpan.
Supaya gabah menjadi beras, gabah atau padi tadi harus dijemur terlebih
dahulu supaya kandungan air padi menjadi lebih sedikit, biasangan penjemuran
padi dilakukan antara 1-2 hari tergantung keadaan cuaca pada lokasi tersebut.
Setelah di jemur dan gabah kering kembali dimasukkan kedalam karung untuk
dapat diangkut ke mesin penggilingan padi atau heler. Untuk padi organik
memiliki mesin penggilingan khusus yang dimiliki kelompok sedangkan padi
anorganik melakukan penggilingan di jasa penggilingan yang dimiliki warga.
Untuk lebih jelasnya mengenai bagaimana perbandingan pelaksanaan
Pertanian Organik di PPO Santiago dengan SOP Organik akan dijelaskan pada
tabel berikut:
Tabel 11. Perbandingan Pelaksanaan Pertanian Organik di PPO Santiago dengan
SOP Organik.
Keterangan Menurut SOP Organik Penerapan di Lapangan sesuai/tidak
1. Pemilihan Lokasi
Batasan Ada Batasan dengan lahan ada pembatas yaitu sesuai
Lahan konvensional tanaman piladang
Penetralisir ada kolam ada kolam enceng sesuai
Air penyaring/kolam filtrasi gondok sebagai filtrasi
Umur Lahan Ada sejarah lahan 3 tahun lahan telah melakukan sesuai
berorganik budidaya organik sejak
2008
2. Pengolahan Lahan
Awal Pembersihan lahan, pembersihan lahan dari sesuai
Pengolahan perbaikan pematang sawah jerami dan perbaikan
Lahan pematang
penggenangan penggenangan air selama penggenangan sawah tidak sesuai
sawah 10-15 hari hanya 3-4 hari
3. benih
kualitas benih benih organik benih hasil panen sesuai
sebelumnya
4. Persemaian
seleksi benih Penyeleksian benih dengan perendaman dengan air sesuai
air garam garam
43

lokasi lokasi persemaian di pintu petakan persemaian di sesuai


persemaian air sawah pintu air sawah
umur semai 10-15 hari 20 - 25 hari tidak sesuai
5. Penanaman
Jarak Tanam jarak tanam 25 x25 cm tanaman ditanam dengan sesuai
jarak tanam 25 x 25 cm
Pupuk yang pupuk kompos dan pupuk kompos dan pupuk sesuai
Digunakan organik cair organik cair.
Pemupukan dilakukann
di awal pengolahan
lahan dan setelah padi
berumur 45 hari

pengenangan ketinggian genangan 5-7 kedalaman genangan 5-7 sesuai


air cm cm
8. penyiangan
cara penyiangan dilakukan penyiangan dilakukan sesuai
penyiangan setelah 14 hari, tergantung tergantung pertumbuhan
pertubuhan gulma gulma
9. pengedalian OPT
Pengendalian Penggenangan , perangkap perangkap, tidak sesuai
HPT dan pembuatan parit penggenangan dan
disemprot obat organik
10. Panen
Umur panen panen jika padi telah panen padi setelah sesuai
padi menguning menguning
cara panen di potong, dirontokkan dan panen di potong dengan sesuai
dibersihkan sabit, dirontokkan dan
penganginan
11. Pasca Panen
Penjemuran dijemur selama 10 -14 jam 1 -2 hari tergantung sesuai
dan di bolak balik sampai keadaan cuaca pada saat
kering musm panen
penggilingan penggilingan di RMU Penggilingan di RMU Sesuai
Organik Organik PPO Santiago

Berdasarkan tabel diatas budidaya padi organik yang dilakukan petani


pada PPO Santiago sebagian besar sudah sesaui dengan SOP yang ditetapkan.
Namun pada lokasi penelitian pada musim tanam November – Februari 2017
masih ada ketidaksesuain yang diterapkan petani dengan SOP yang berlaku.
44

Seperti lamanya penggenangan air pada lahan setelah di olah, menurut SOP
seharusnya waktu penggenangan air adalah 10-15 hari tetapi ternyata dalam
waktu 3-4 hari saja tanah sudah lunak dan sudah siap ditanami. Kemudian
ketidaksesuain pada umur bibi dipindahkan dari tempat persemaian yang
seharusnya dipindahkan pada umur 10-15 hari sedangkan di lapangan ditemukan
bahwa petani memindahkan pada umur 20-25 hari dengan alasan supaya bibit
yang dipidahkan lebih rentan dan OPT dan sinar matahari di lahan yang
sebenarnya. Selanjutnya perbedaannya yaitu pada pengendalian OPT, pada SOP
hanya ada penggenangan, perangkap dan pembuatan parit, tetapi dilapangan
ditemui bahwa petani juga menyemprot dengan obat organik beberapa kali dalam
musim tanam.

2. Budidaya Padi Anorganik di Nagari Sariak Alahan Tigo


i. Pemilihan Lokasi
Pada budidaya padi anorganik lahan yang dipilih adalah lahan yang
telah digunakan sebelum-sebelumnya oleh petani karena usahatani yang telah
lama dijalankan. Umumnya lahan padi anorganik ini tidak digunakan untuk
budidaya tanaman lain seperti hortikultura.

ii. Pengolahan Lahan


Budidaya padi anorganik juga membutuhkan pengolahan dan
persiapan lahan. Hampir sama dengan organik, tetapi pada budidaya padi
anorganik di Nagari Sariak Alahan Tigo pengolahan lahan dilakukan dengan
membajak sawah dan menebarkan pupuk dasar seperti NPK hijau ke lahan sawah
nya.
iii. Pembibitan/Persemaian
Dalam pembibitan dan persemaian, benih yang digunakan adalah
benih sisa panen sebelumnya. Sebelum disemai benih dipilih dan kemudian
direndam dengan larutan garam obat kimia guna benih tahan terhadap serangan
hama. Kemudian benih disemai pada pintu air sawah selama 30-35 hari.
45

iv. Penanaman
Pada padi anorganik tanaman padi yang disemai akan dipindahkan
setelah umur 30-35 hari dengan jarak tanam yang sama dengan padi organik yaitu
25 x 25 cm tetapi dalam satu lubang lebih banyak bibit padi nya yaitu 5-8 bibit.
v. Pemupukan
Pada usahatani padi anorganik pemupukan dilakukan sebanyak 3 kali
yaitu pada proses pengolahan lahan, pada usia padi 40 hari setelah dipindahkan
dan usia padi 100 hari setelah dipindahkan.
vi. Pemeliharaan (Penyiangan dan Pengairan)
Penyiangan adalah kegiatan membersihkan padi dari tanaman pengganggu
atau gulma. Penyiangan ini berguna untuk menghindari terjadinya kompetisi
perebutan zat makanan dan air mineral oleh tumbuhan utama dengan gulma. Oleh
karena itu harus dilakukan pemusnahan supaya gulma bisa dikendalikan dan tidak
mengganggu tanaman utama. Apabila gulma tersebut banyak dan tidak bisa diatasi
dengan pencabutan maka gulma akan disemprot dengan herbsida.
Pengairan adalah pemberian air sesuai kebutuhan tanaman pada daerah
parakaran sesuai dengan jumlah, cara dan waktu yang tepat sehingga pertumbuhan
dan produksi tanaman optimal. Pada saat pengolahan tanah, air harus tergenang
dengan kedalaman 5-7 cm dan pintu air masuk dan keluar tertutup. Hal ini
dipertahankan sampai padi mengeluarkan bulir, pada saat mendekati masa panen
maka air akan dikurangi bahkan dikeringkan sehingga memudahkan untuk panen.
vii. Pengendalian OPT
Pada usahatani padi anorganik penyemprotan rutin dilakukan sebanyak 2
kali selama 1 kali musim tanama, yaitu pada hari ke-10 setelah pemupukan atau
masing-masing pada usia padi ke 50 hari dan 110 hari. Hal ini dikarenakan setelah
pemberian pupuk padi akan sangat subur dan mengundangan datangnya hama.
Oleh karena itu padi disemprot setelah pemberian pupuk.
viii. Pemanenan dan Pascapanen
Padi yang akan dipanen ditandai dengan menguning secara merata dan
berisi masing-masing bulirnya. Biasanya petani padi anorganik melakukan 2-3 kali
46

musim tanam dalam setahu. Cara pemanenan dilakukan dengan alat yang
sederhana. Hampir sama dengan padi organik yaitu dengan menggunakan alat
seperti sabit atau parang. Adapun caranya yaitu memotong batang padi dengan
bulir yang siap panen kemudian memukul batang padi ke bayu sehingga gabah
berjatuhan. Setelah itu dilakukan proses penganginan yaitu memisahakan gabah
dengan sisa-sisa panen yang tidak diperlukan. Setelah proses ini selesai, maka
gabah dimasukkan kedalam karung dan disimpan.
Supaya gabah menjadi beras, gabah atau padi tadi harus dijemur
terlebih dahulu supaya kandungan air padi menjadi lebih sedikit, biasangan
penjemuran padi dilakukan antara 1-2 hari tergantung keadaan cuaca pada lokasi
tersebut. Setelah di jemur dan gabah kering kembali dimasukkan kedalam karung
untuk dapat diangkut ke mesin penggilingan padi atau heler.
Untuk lebih jelas berikut dijelaskan perbandingan budidaya usahatani
padi organik dan anorganik dalam tabel berikut.
Tabel 12. Perbandingan Budidaya Padi Organik dengan Anorganik di Nagari
Sariak Alahan Tigo.
Kegiatan Budidaya Organik Anorganik
Pemilihan lokasi Dilakukan pemilihan Lokasi yang dipilih
lokasi yang sesuai adalah lokasi yang telah
dengan ketentuan digunakan sebelum-
organik. sebelumnya.
Pembuatan Pupuk Kompos Dilakukan pembuatan Tidak dilakukan
pupuk kompos pembuatan pupuk
kompos
Pengolahan Lahan Diolah dengan Diolah dengan
membajak kemudian membajak dan ditebar
ditebar pupuk kompos pupuk NPK hijau
Pembibitan/Persemaian benih diseleksi dengan Benih direndam dalam
perendaman air garam laruta obat-obat kimia
dan disemai sampai usia dan disemai sampai usia
20-25 hari 30-35 hari
47

Penanaman Ditanam dengan jarak Ditanam dengan jarak


tanam 25x25 cm dengan tanam 25x25 cm dengan
4 bibit masing-masing 5-8 bibit masing-masing
lubang tanam. lubang tanam.
Pemupukan Pemupukan dilakukan Pemupukan dilakukan 3
sekali pada awal atau ke kali pada saat awal, usia
dua kali pada usia 45 20-25 hari, dan 40-45
hari. hari
Pemeliharaan (penyiangan dan Sama Sama
pengairan)
Pembuatan Pestisida dan Obat Dilakukan pembuatan Tidak dilakukan
Organik pestisida dan obat
organik
Pengendalian OPT Dikendalikan dengan Disemprot dengan
cara mengamati jumlah pestisida kimia secara
serangga, apabila rutin 10 hari setelah
mengganggu makan pemberian pupuk.
akan disemprot.
Pemanenan dan Pascapanen sama sama

3. Penggunaan Sarana Produksi


a. Benih
Dalam budidaya padi organik dan budidaya padi anorganik benih yang
digunakan adalah benih padi yang didapatkan dari sisa panen sebelumnya. Untuk
padi organik benih awal yang sudah melalui proses sertfikasi sehingga aman
untuk dikatakan organik. Adapun rata-rata penggunaan benih (Lampiran 5) untuk
padi organik yaitu sebesar 21 Kg/Ha. Kemudian untuk petani padi anorganik
rata-rata penggunaah benih adalah 32 Kg/Ha. Penggunaan benih padi anorganik
lebih banyak dibandingkan organik. Hal ini dikarenakan jumlah bibit yang
dimasukan ke dalam lubang tanam yang lebih banyak untuk anorganik.
Berdasarkan hasil wawancara dengan PPL Nagari Sariak Alahan Tigo, memang
48

petani padi biasa atau petani padi anorganik kira kira memakai benih sebanyak
30 -35 Kg/Ha. Pernyataan ini sesuai dengan temuan yang dilakukan di lapangan.
Adapun benih yang digunakan oleh petani anorganik adalah benih cisokan.
Hasil pengamatan di lapangan ini, berbeda dengan yang diperoleh oleh
Afrikri (2013) yang mengatakan bahwa Kelompok Tani Organik Lurah Sepakat
menggunakan benih yang lebih banyak dibandingkan petani padi konvensional
atau anorganik di sana. Hal ini disebabkan karena kebiasaan petani yang juga
untuk mengantisipasi kegagalan dalam satu rumpun. Berbeda dengan anggota
kelompok tani PPO Santiago yang sebelumnya telah mencoba praktik padi jajar
legowo dan padi tanam sabatang. Sehingga kebiasaan tersebut juga terbawa saat
melakukan praktik padi organik yang hanya menanam 4 bibit perumpun.
b. Penggunaan Tenaga Kerja
Pada usahatani padi sawah tenaga kerja dapat dibedakan menjadi dua
yaitu Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) dan Tenaga Kerja Luar Keluarga
(TKLK). Penggunaan TKDK pada usahatani akan dihitung sebagai biaya yang
diperhitungkan, karena TKDK ini tidak dikeluarkan biaya nya secara langsung.
Kemudian TKLK akan dihitungsebagai biaya yang dibayarkan. Penggunaan
tenaga kerja padi organik dan padi anorganik akan berbeda dikarenakan
perbedaan kegiatan yang dilakukan, seperti adanya pembuatan pupuk kompos,
pembuatan pestisida nabati dan perontok gulma.
Apabila kita lihat dari kegiatan dalam usahataninya, usahatani padi
organik akan memerlukan tenaga kerja lebih banyak. Hal ini dikarenakan
usahatani padi organik lebih banyak mengerjakan kegiatan usahatani sendiri.
Penggunaan tenaga kerja yang lebih banyak ini ditemukan di lapangan oleh
Afikri (2013) pada usahatani padi organik di Kelompok Lurah Sepakat, dimana
usahatani padi organik memerlukan 157 HKP total tenaga kerja sedangkan
usahatani padi anorganik hanya memerlukan 82 HKP. Adapun penggunaan
tenaga kerja pada usahatani padi organik dengan usahatani padi anorganik dapat
dilihat berdasarkan tabel berikut:
49

Tabel 13. Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Padi Organik di PPO Santiago
dan Petani Padi Anorganik di Nagari Sariak Alahan Tigo.
No Kegiatan Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja (HKP/Ha)
Petani Padi Organik Petani padi Anorganik
TKDK TKLK TKDK TKLK
Persiapan dan Pengolahan
1. lahan 23 5 21 8
2. Pembuatan Pupuk 9 - - -
3. Persemaian 7 - 2 -
4. Penanaman 17 5 4 12
5. Pemupukan 11 - 3 4
Pemeliharaan (Penyiangan
6. dan Pengairan) 27 - 11 -
7. Pembuatan Pestisida Organik 11 - - -
Perndungan
Tanaman/Pengendalian OPT 8 - 2 4
8. Pemanenan 6 20 8 22
9. Pasca Panen 5 - 2 -
Total 127 30 50 50

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa tenaga kerja yang


dibutuhkan oleh usahatani padi organik lebih banyak dibandingkan anorganik. Hal
ini sejalan dengan yang ditemukan oleh Afikri (2013). Total TKDK yang
dibutuhkan oleh petani organik adalah 127 HKP/Ha (Lampiran 8) sedangkan
TKDK yang dibutuhkan oleh petani anorganik (Lampiran 13) adalah 50 HKP/Ha.
Perbedaan ini disebabkan oleh jenis kegiatan budidaya yang berbeda antara
usahatani padi organik dengan usahatani padi anorganik. Kegiatan budidaya yang
jelas membedakan adalah pembuatan pupuk kompos dan pembuatan pestisida
organik.
Pembuatan pupuk kompos disini dilakukan oleh petani sendiri sehingga
dihitung dalam Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK). Biasanya anggota
kelompok tani PPO Santiago setelah panen membersihkan lahannya dan
mengangkut jerami yang kemudian diletakkan ke onggokan yang nantinya juga
diisi pupuk kandang. Sementara lahan dibersihkan dan diolah, petani
membusukkan jerami dan pupuk kandang yang telah mereka dapatkan. Dalam satu
50

hari, dalam waktu pengolahan lahan biasanya petani membutuhkan waktu sekitar 2
jam/hari untuk menyiapkan pupuk olahan mereka sendiri. Sampai tibanya lahan
siap untuk ditebari pupuk. Penebaran pupuk ini dilakukan ketika lahan sudah
selesai dibajak dan telah diairi dengan cukup. Barulah lahan siap untuk di tanam.
Sebagian petani tidak mengulang pemupukan, dikarenakan keterbatasan pupuk
kandang. Berbeda dengan petani anorganik yang pemupukan bisa di lakukan
sebanyak 3 kali termasuk pupuk dasar saat pengolahan. Selain TKDK juga
dibutuhkan Tenaga Kerja Luar Keluarga atau TKLK adapun kebutuhan petani padi
anorganik untuk TKLK adalah 30 HKP/Ha sedangkan petani padi anorganik
membutuhkan 50 HKP/Ha.
Untuk penanaman dan pemanenan petani di Nagari Sariak Alahan Tigo
masih memakai sistem julo-julo atau yang pada bahasa daerah disebut lambi hari
dimana dalam pengerjaan sawah-sawah dilakukan secara bersama-sama dan
bergiliran. Pada waktu penelitian dilaksanakan lambi hari memakai sistem upah
dengan uang bukan upah dengan gabah. Upah yang berlaku saat penelitian
berlangsung adalah Rp. 60.000,-/HK.
c. Pupuk dan Obat-Obatan
Pada usahatani padi organik, pupuk yang digunaka oleh petani adalah
pupuk kandang. Pupuk kandang adalah pupuk yang didapatkan dari kotoran ternak
yang kemudian didiamkan. Pada usahatani padi organik di lokasi penelitian rata-
rata penggunaan pupuk kandang adalah 39karung/Ha satu karung berisi 30 Kg
pupuk, maka sama dengan 1.170Kg/Ha. Tetapi menurut hasil wawancara dengan
petani ahli dan pengurus kelompok PPO Santiago tidak ada batasan minimal
dalam pemberian pupuk, dikarenakan terkadang petani hanya mendapatkan pupuk
dari hasil ternak mereka sendiri. Jadi berapapun kotoran ternak yang mereka miliki
sebanyak itu lah yang akan mereka masukkan kedalam lahan mereka. Pemberian
pupuk ini, biasanya dilakukan pada saat pengolahan lahan dan kadang diulang lagi
pada saat padi berusian 45 hari, kadang tidak diulang sama sekali.
Sedangkan untuk budidaya padi anorganik, ada beberapa macam pupuk
kimia yang dibutuhkan diantaranya NPK, Urea, Phonska, dan KCL yang masing-
51

masing 94Kg/Ha, 93Kg/Ha, 94Kg/Ha dan 61Kg/Ha. Pupuk ini didapatkan dari
pusat Kecamatan Hiliran Gumanti yang jaraknya lebih kurang 40km dari Nagari
Sanriak Alahan Tigo. Sebagian petani tidakBerikut untuk lebih jelas disajikan
dalam tabel 14.

Tabel 14. Perbandingan Jumlah dan Biaya Pupuk Usahatani Padi Organik di PPO
Santiago dan Padi Anorganik di Nagari Sariak Alaham Tigo (Rp/Ha/MT)

No Nama Pupuk Penggunaan/Kg/Ha Biaya (Rp/Ha)


Organik Konvensional Organik Konvensional
Pupuk
1. Kompos 1.170 - 553.947 -
2. NPK - 94 - 113.207
3. Urea - 93 - 233.289
4. Phonska - 94 - 331.289
5. KCL - 61 - 400.628
Total 553.947 1.078.616

Untuk obat-obatan yang digunakan oleh petani organik tentu saja


adalah obat yang terbuat dari bahan organik. Obat organik ini bisa dibuat sendiri
oleh petani padi organik. Obat-obat ini bertujuan untuk mengendalikan Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT) yaitu hama dan gulma. Untuk hama yang berupa
serangga seperti ulat, wereng, walang dan serangga kecil lainnya, petani padi
organik membuat obat-obat yang terdiri dari daun-daun, kunyit dan bawang putih
(Lampiran 11). Obat-obatan ini biasanya digunakan dengan melihat kebutuhan
petani. Biasanya obat-obatan ini mulai dibuat saat usia padi di lahan sudah
melebihi 20 hari dan akan digunakan saat diperlukan dengan cara disemprot.
Selain obat untuk hama, obat untuk gulma juga bisa dibuat oleh petani, yang
dibuat dari air kelapa, ragi dan air kulit coklat. Selain serangga dan gulma, OPT
lainnya yaitu hewan pengerat seperti tikus dan babi biasanya dikendalikan dengan
perangkap. Menurut petani dan key informan hama yang sulit dikendalikan adalah
babi yang kadang menurunkan hasil produksi.
52

Sedangkan untuk petani padi anorganik, OPT biasanya dibasmi


dengan penggunaan obat-obatan kimia botolan ada ada di pasaran. Petani padi
anorganik di Nagari Sariak Alahan Tigo biasa menggunakan pestisida Alika dan
Chor herbisida. Biasanya, penyemprotan dilakukan setelah 10 hari pemberian
pupuk. Karena tanaman akan sangat subur setelah pemberian pupuk, sehingga
banyak hama yang dating mengganggu tanaman.

4. Analisis Struktur Biaya


Analisis struktur biaya dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui adanya perbedaan biaya pada usahatani padi organik dengan usahatani
padi anorganik.
Tabel 15. Daftar Struktur Biaya Usahatani padi Organik di PPO Santiago dan
Usahatani Padi Anorganik di Nagari Sariak Alahan Tigo.
Biaya yang Dibayarkan
No Organik Anorganik
Sarana Produksi
1. Sarana Produksi - Pupuk Kimia : NPK, Urea,
- pupuk kompos Phonska, KCL
- Obat-obatan kimia
2. Upah TKLK Upah TKLK
- Pengolahan lahan - pengolahan lahan
- Penanaman - penanaman
- Pemanenan - pemupukan
- perlindungan tanaman
- pemanenan

3. Pajak Lahan Milik Pribadi Pajak Lahan Milik Pribadi


Biaya yang Diperhitungkan
Sarana Produksi
1. - bibit padi Sarana Produksi
- biaya obat tanaman - bibit padi
Upah TKDK Upah TKDK
- Pengolahan lahan - pengolahan lahan
- Pembuatan pupuk - penanaman
- Persemaian - pemupukan
- Penanaman - pemanenan
- Pemupukan - pasca panen
- Pembuatan obat-obat organik
2. - Perlindungan tanaman
53

- Pemanenan
- Pasca panen
3. Biaya Penyusutan Alat Biaya Penyusutan Alat
4. Bunga Modal Bunga Modal
5. Biaya Sewa Lahan Biaya Sewa Lahan
Analisis struktur biaya dilakukan dengan membandingkan komposisi
komponen-komponen biaya dalam usahatani padi organik dan anorganik
diakumulasikan menjadi total biaya. Perbedaan struktur biaya pada usahatani padi
organik dan anorganik dapat dilihat dari komponen biaya yang dibayarkan dan
biaya yang diperhitungkan. Biaya yang dibayarkan ini adalah biaya yang
dibayarkan petani secara tunai untuk memenuhi kebutuhan usahataninya. Pada
biaya yang dibayarkan usahatani padi organik untuk sarana produksi hanya
mengeluarkan biaya untuk mendapatkan pupuk kandang, sedangkan petani padi
anorganik memerlukan biaya selain untuk pengadaan pupuk juga memerlukan
untuk pembelian obat-obatan seperti pestisida dan herbisida.

Tabel 16. Perbandingan Biaya Usahatani Padi Organik PPO Santiago dengan
Usahatani Padi Anorganik di Nagari Sariak Alahan Tigo.
No Variabel Organik Anorganik
Biaya Dibayarkan (Rp/Ha)
1. Pupuk kandang 553.947 -
2. Pupuk kimia - 1.078.616
3. Biaya Obat - 44.965
4. TKLK 1.773.684 2.990.566
5. Pajak lahan milik pribadi 2.292 6.380
Total 2.333.663 4.018.597
Biaya Diperhitungkan (Rp/Ha)
1. Benih 133.991 160.377
2. Biaya obat 71.053 -
3. TKDK 7.721.053 2.979.245
5. Biaya Penyusutan 123.236 44.965
6. Bunga Modal 653.138 462.286
7. Sewa Lahan 502.632 531.667
Total 9.205.103 4.148.447
Total Biaya 11.538.766 8.167.044
54

Berdasaran tabel diatas, dapat kita lihat bahwa perbedaan antara usahatani
padi organik dan anorganik terletak pada item pengadaan sarana produksi. yaitu
benih dan pupuk, serta tenaga kerja yang digunakan, baik tenaga kerja dalam
keluarga maupun tenaga kerja luar keluarga. Pada usahatani organik biaya bisa
ditekan dengan harga pupuk yang lebih murah danpenggunaan tenaga kerja luar
keluarga lebih sedikit. Sedangkan pada usahatani anorganik biaya pupuk mahal
ditambah dengan penggunaan tenaga kerla luar keluarga lebih banyak. Kemudian
untuk lebih jelas akan dibahas struktur biaya dengan memisahakan antara biaya
yang dibayarkan dengan biaya yang diperhitungkan.
a. Biaya dibayarkan.
Sebelumnya telah dijelaskan variabel-variabel apa saja yang termasuk
ke dalam biaya yang dibayarkan yaitu pengadaan pupuk, upah tenaga kerja, dan
pajak lahan. Terhitung berdasarkan tabel sebelumnya bahwa biaya yang
dibayarkan pada usahatani padi organik adalah sebesar Rp. 2.333.663,-/Ha
sedangkan untuk padi anorganik adalah sebesar Rp. 4.018.597,-/Ha (Lampiran 15
dan 16). Sedangkan apabila kita lihat ditingkat petani rata-rata biaya yang di
bayarkan ditingkat petani adalah Rp. 886.792/petani untuk padi anorganik adalah
Rp. 4.259.713/petani. perbedaan ini diakibat oleh beberapa item yang berikut
akan dijelaskan lebih rinci.
 Pupuk
Pada penelitian ini biaya pupuk dihitung berdasarkan harga pupuk
pada daerah penelitian dikalikan dengan kebutuhan pupuk pada satu kali musim
tanam kemudian dihitung berdasarkan kebutuhan masing-masing petani sesuai
dengan luas lahan yang mereka miliki. Perbedaan jenis pupuk juga akan
memberikan perbedaan kepada biaya pupuk. Pupuk yang digunakan pada
usahatani padi organik hanyak pupuk kandang dengan rata-rata biaya per Ha
yaitu Rp. 553.947,-. Pupuk ini didapatkan dengan membeli ke petani-petani lain
yang memiliki ternak.
55

Sedangkan pada usahatani padi anorganik di Nagari Sariak Alahan


Tigo pupuk yang dibutuhkan yaitu pupuk NPK, Urea, KCL dan pupuk Phonska.
Masing-masing kebutuhannya beragam. Selain pupuk kimia, pestisida kimia atau
obat-obatan kimia juga dibutuhkan dalam usahatani padi anorganik, adapun
biaya yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pupuk dan obat-obatan
adalah Rp. 1.078.616,-. Untuk akses mendapatkan pupuk kimia dan obat-obatan,
petani padi anorganik di Nagari Sariak Alahan Tigo membeli ke daerah pusat
Kecamatan Hiliran Gumanti.
 Obat-obatan
Pada usahatani padi organik tidak dikeluarkan biaya dibayarkan untuk
obat-obatan. Karena mereka menciptakan sendiri obat-obatan yang akan
digunakan pada usahataninya. Sedangkan pada usahatani padi anorganik
dikeluarkan biaya dibayarkan untuk pembelian obat-obatan, adapun biaya yang
dikeluarkan adalah Rp. 44.965,- untuk pembelian obat-obatan.
 Pajak Lahan
Pajak lahan adalah suatu hal yang wajib setiap anggota warga negara,
untuk petani yang memiliki lahan. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
penelitian sebelumnya dan informan kunci pajak lahan di Nagari Sariak Alahan
Tigo adalah Rp. 6.000,-/tahun. Rata-rata petani melakukan musim tanam 2-3 kali
dalam satu tahun, sehingga pajak lahan hanya berkisar Rp. 2.292/MT.

b. Biaya Diperhitungkan
Biaya yang diperhitungkan terdiri dari biaya benih, upah Tenaga
Kerja Dalam Keluarga (TKDK) biaya penyusutan alat, dan bunga modal dan
biaya obat-obatan untuk pertanian organik serta sewa lahan. Seperti yang sudah
dijelaskan di tabel sebelumnya biaya diperhitungkan yang ditimbulkan usahatani
padi organik adalah sebesar Rp. 9.205.103,-/Ha sedangkan untuk usahatani padi
anorganik adalah sebesar Rp. 4.148.447,-/Ha dengan rincian biaya yang di
perhitungkan adalah benih, upah Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) biaya
penyusutan alat, sewa lahah dan bunga modal.
56

Untuk usahatani padi organik terhitung bahwa biaya yang


diperhitungkan lebih besar dibandingkan biaya yang diperhitungkan pada
usahatani padi anorganik. Perbedaan ini disebabkan oleh jauhnya perbedaan
antara penggunaan tenaga kerja dalam keluarga. Hal inimembuktikan bahwa
pengerjaan usahatani padi organik lebih sulit dibandingkan usahatani padi
anorganik.
 Biaya Benih
Pada ussahatani padi organik maupun usahatni konvensional biaya
benih termasuk ke dalam biaya dioerhitungkan karena petani tidak membeli
benih melainkan petani di lokasi penelitian hanya menggunakan benih yang
disisihkan dari sisa panen sebelumnya. Adapun perbedaan jumlah benih yang
digunakan dikarenakan jumlah bibit yang ditanam masing-masing lubang tanam.
Adapun biaya benih yang dibutuhkan untuk usahatani padi organik adalah
Rp. 133.991,- dan usahatani padi anorganik adalah Rp. 160.377,- selain jumlah
bibit yang digunakan masing-masing lubang tanam, perbedaan juga diakibatkan
oleh luasnya rata-rata lahan usahatani padi anorganik dibandingkan usahatani
padi organik.
 Upah TKDK
Tenaga kerja dalam keluarga merupakan salah satu komponen biaya
untuk dipehitungkan. Biaya ini dihitung berdasarkan nilai-rata-rata biaya tenaga
kerja dengan upah perharinya yaitu Rp. 60.0000,-. Biaya diperhitungkan untuk
TKDK untuk usahatani organik sebesar Rp. 7.721.053,- sedangkan untuk
usahatani padi anorganik sebesar Rp. 2.979.245,-.
Seperti yang telah dijelaskan pada biaya yang diperhitungkan
sebelumnya, perbedaan antara penggunaan tenaga kerja dalam keluarga ini
disebabkan oleh pengerjaan usahatani padi organik dituntut untuk mengerjakan
sendiri. seperti pembuatan pupuk kompos, pembuatan obat-obatan serta
penyiangan yang lebih memakan waktu. Apabila di usahatani padi anorganik kita
cukup dengan menyemprot pestisida kimia, untuk petani padi organik kita harus
melihat dulu kondisi hama dan membuatkan pestisidanya dari bahan-bahan yang
57

ada di sekitar petani. Dari hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan bahwa
pengerja usahatani padi organik memang lebih sulit dibandingkan usahatani padi
anorganik.
 Biaya Penyusutan Alat
Biaya penyusutan alat dihitung dari umur ekonomis barang, dalam hal
ini umur ekonomis barang berkisar antara 2-5 tahun. Untuk alat-alat yang
digunakan berupa cangkul, sprayer. Untuk musim tanam ini petani anorganik
tidak ada yang menggunakan sprayer sendiri, melainkan mengupah, sehingga
pada data tidak ada penyusutan untuk sprayer. Adapun rata-rata biaya
penyusutan untuk petani padi organik adalah Rp. 123.236,- sedangkan untuk
petani anorganik adalah Rp. 44.956,-
 Bunga Modal
Perhitungan bunga modal berdasarkan suku bunga modal pinjaman
yang berlaku di daerah penelitian yaitu sebesar 12% per tahun atas biaya yang
dibayarkan dan diperhitungkan. Maka untuk satu kali musim tanam bunga modal
sebesar 6% karena hanya 2 kali musim taman dalam setahun. Nilai bunga modal
yang diperoleh untuk usahatani padi organik sebesar Rp. 653.138,- sedangkan
untuk pertanian anorganik adalah sebesar Rp. 462.286,-
 Sewa Lahan
Sewa lahan termasuk biaya yang diperhitungkan, dikarenakan semua
petani baik organik meupun anorganik memiliki lahan secara pribadi. Biaya
lahan sawah yang berlaku di lokasi penelitian adalah RP. 1.000.000/Ha. Maka
sewa lahan yang dipehitungkan pada usahatani padi organik adalah Rp. 502.732,-
sedangkan untuk anorganik adalah Rp. 531.667,-.

c. Biaya Total
Biaya total didapatkan dari penjumlahan antara biaya yang dibayarkan
dengan biaya diperhitungkan, yang kemudian disajikan dalam tabel berikut:
58

Tabel 17. Biaya Total Usahatani Padi Organik PPO Santiago dan Usahatani
Anorganik di Nagari Sariak Alahan Tigo.
Biaya Rp/Ha/MT
Variabel
Organik Anorganik
Total biaya dibayarkan 2.333.663 4.018.597
Total biaya diperhitungkan 9.205.103 4.148.447
Biaya Total 11.528.766 8.167.044

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa secara keseluruhan biaya


total rata-rata per hektar per musim tanam untuk usahatani padi organik PPO
Santiago adalah sebesar Rp. 11.528.766 ,-/Ha/MT sedangkan untuk usahatani
padi anorganik adalah sebesar Rp. 8.167.044,-/Ha/MT
Jika dilihat masing-masing biaya, petani organik membutuhkan lebih
sedikit biaya yang dibayarkan dalam berusahatani. Hal ini disebabkan oleh tidak
adanya penggunaan pupuk dan obat-obatan yang dibeli. Sesuai dengan salah satu
tujuan PPO Santiago dengan adanya usahatani padi organik ini bisa menekan
biaya yang dikeluarkan petani usahataninya.

d. Jumlah Produksi
Musim Tanam yang diamati adalah pada November-Februari 2017.
Proses usahatani yang dilakukan oleh petani akan menghasilkan produksi berupa
produk yaitu padi. Namun jumlah produksi ini tentulah berbeda-beda karena
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti penggunaan benih, pupuk yang
digunakan, perawata dan lain-lain. Selain faktor produksi iklim dan cuaca juga
berpengaruh dalam jumlah output yang dihasilkan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di lokasi penelitian yaitu
Nagari Sariak Alahan Tigo, jumlah produksi yang dihasilkan oleh pertanian padi
organik belum mampu melebihi jumlah produksi padi anorganik. Adapun rata-rata
59

produksi yang dihasilkan oleh padi organik adalah 3.522 Kg/Ha sedangkan untuk
padi anorganik adalah sebesar 2,317 Kg/Ha.
Untuk produksi kedua usahatani, didapatkan informasi bahwa produksi
mengalami penurunan, yang disebabkan oleh hama babi yang menyerang lahan
usahatani mereka. Namun tetap usahatani padi organik lebih unggul dibandingkan
usahatani padi anorganik. Menurut ketua PPO Santiago, biasanya petani padi
organik mampu menghasilkan 3.600/ha dalam setiap musim panen, tetapi
dikarenakan adanya serangan hama babi sehingga panen berkurang. Berdasarkan
hasil wawancara dengan PPL untuk Nagari Sariak Alahan Tigo, rata-rata produksi
petani padi anorganik adalah sebesar 2500 Kg/ha. Sedangkan hasil panen pada
musim tanam Februari – November 2017 hanyalah 2.317 Kg/Ha, disini didapatkan
bahwa Nagari Sariak Alahan Tigo mengalami penurunan. Hal ini bisa disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu hama dan penyakit tanaman. Ternyata memang, haisl
panen yang menurun disebabkan oleh adanya gangguan hama babi pada periode
musim tanam Februari – November 2017. Berikut data produksi dijelaskan dalam
bentuk grafik.

Produksi
4000
3500
3000
2500
2000
Produksi
1500
1000
500
0
Organik Anorgani Selisih

Gambar 3. Jumlah dan Selisih Produksi Padi Organik dan Anorganik.


60

e. Harga Padi
Harga padi yang dipakai dalam analisis ini adalah harga padi yang
berlaku pada saat panen di daerah penelitian. Harga padi usahatani organik dan
anorganik tentu berbeda, karena produk organik lebih sehat dan lebih mahal.
Adapun harga padi organik adalah sebesar Rp. 6.500,-/Kg sedangkan harga padi
anorganik adalah Rp. 5.000,-/Kg.

f. Penerimaan
Penerimaan pada usahatani padi adalah nilai uang yang diterima petani
dari hasil penjualan padi. Penerimaan dihitung berdasarkan harga padi yang
berlaku dikalikan dengan jumlah produksi padi per hektar dalam satu kali musim
tanam. Rata-rata penerimaan padi organik per hektar adalah Rp. 22.892.544,-/Ha
sedangkan untuk padi anorganik adalah Rp. 6.871.069 ,-. Perbedaan ini
disebabkan oleh harga dan jumlah panen yang lebih tinggi untuk padi organik
dibandingkan dengan anorganik.

g. Pendapatan Usahatani
Dalam usahatani padi, pendapatan merupakan penerimaan dikurangi
dengan semua biaya yang dibayarkan selama proses produksi. rata-rata pendapatan
per hektar petani organik adalah sebesar Rp. 20.558.881,- sedangkan anorganik
adalah Rp. 5.081.112 ,- perbedaan ini disebabkan oleh biaya yang dibayarkan
usahatani padi organik lebih rendah dibandingkan biaya usatani padi anorganik.

h. Keuntungan Usahatani
Setelah mengetahui pendapatan, selanjutnya bisa dilihat keuntungan
yang didapatkan oleh petani pada masing-masing usahatani. Keuntungan ini
didapatkan dari penerimaan dikurangan biaya total atau pendapatan dikurangan
biaya yang diperhitungkan. Pada usahatani padi organik keuntungannya cukup
tinggi dibandingkan usahatani padi anorganik yaitu Rp. 11.353.778/Ha sedangkan
61

usahatani padi anorganik hanya mendapatkan keuntungan sebesar Rp.


1.062.515/Ha.
Untuk lebih rinci mengenai perbandingan usahatani padi organik
dengan padi anorganik, berikut akan dijelaskan dalam bentuk tabel usahatani:

Tabel 18. Perbandingan Usahatani Padi Organik dan Padi Anorganik


Usahatani
No Variabel Organik Anorganik
1. Total Biaya Dibayarkan Rp. 2.333.663/Ha Rp. 4.018.597/Ha
2. Total Biaya Diperhitungkan Rp. 9.205.103/Ha Rp. 4.148.447/Ha
3. Total Biaya Rp. 11.528.766/Ha Rp. 8.167.044/Ha
4. Produksi 3.522 Kg/Ha 2.317 Kg/Ha
Harga Gabah Rp. 6.500/Kg Rp. 5.000/Kg
5. Penerimaan Rp. 22.892.544/Ha Rp. 6.871.069/Ha
6. Pendapatan Rp. 20.558.881 Rp. 5.081.112
7. Keuntungan Rp. 11.353.778/Ha Rp. 1.062.515/Ha

Dari tabel diatas ada beberapa perbedaan yang sangat mencolok dari
masing-masing usahatani tani. Perbedaan tersebut yaitu biaya diperhitungkan,
produksi dan penerimaan. Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa hal yang
berbeda dari usahatani padi organik dan anorganik. Perbedaan yang sangat jelas
dimulai dari kultur teknis. Sebenarnya apabila kita pahami ulang, kultur teknis
adalah hal yang dilkukan petani dalam segala kegiatan usahatani nya. Lahan untuk
masing-masing usahatani sama-sama dibajak sama diolah. Tetapi ada beberapa
perbedaan seperti, untuk padi organik mereka harus menyiapkan pupuk terlebih
dahulu. Sedangkan petani padi anorganik mereka cukup membeli pupuk yang
telah jadi dan menebarkan ke lahan, tetau saja pekerjaannya akan lebih mudah dan
tidak memakan waktu. Hal ini lah yang menyebabkan biaya diperhitungkan petani
padi organik lebih tinggi, karena banyak menggunakan tenaga kerja dalam
62

keluarga pada kegiatan kultur teknis. Selain itu pada pengadaan saprodi petani
padi organik mengambil banyak sumber daya atau bahan bahan yang tersedia di
alam. Sedangkan padi anorganik cukup membeli dan mendapatkannya dengan
pengorbanan yaitu pembelian dengan uang yang akan menjadi biaya yang
dibayarkan.
Perbedaan setelahnya yaitu produksi. Pada awal usahatani, hasil
produksi padi organik menurun drastis. Tetapi sesuai dengan teori bahwa lama-
kelamaan produksi padi organik akan meningkat dengan sendirinya karena lahan
yang telah subur. Mengingat bahwa usahatani padi organik di Nagari Sariak
Alahan Tigo dengan binaan PPO Santiago telah berumur kurang lebih 9 tahun ini
telah memiliki lahan yang subur dan baik, sehingga hasil produksi mereka telah
jauh melampaui usahatani anorganik, yaitu 3.522 Kg/Ha. Variabel produksi ini
juga mengakibatkan penerimaan yang diterima petani padi organik lebih tinggi.
Selain produksi yang tinggi penerimaan yang tinggi juga dipengaruhi harga yang
berbeda.
Dengan peoduksi yang tinggi dan harga yang lebih tinggi ini
meyakinkan kita bahwa usahatani padi organik lebih menguntungkan secara
ekonomi. Tetapi masih sangat banyak petani yang tidak sadar akan menfaat ini.
Maka akan dijelaskan juga kenapa petani padi organik memilih usahatani padi
organik dan kenapa petani anorganik tidak memilih mengusahakan padi organik.
Untuk penjelasannya, dijelaskan pada sub bab selanjutnya.

E. Alasan Petani Memilih Usahatani Organik


Pada penelitian ini, penulis mencoba menemukan alasan petani dalam
memilih usahatani. Maksudnya adalah apa yang menjadi pertimbangan bagi petani
dalam memilih apakah akan melakukan usahatani organik atau anorganik. Alasan-
alasan petani berdasarkan penelitian terdahulu dikumpulkan untuk menjadi acuan
pada penelitian ini, seperti adanya keinginan dan kesadaran petani, adanya
kepuasan pada diri petani, produksi yang lebih tinggi, biaya yang lebih rendah,
63

serta ketersediaan pasar. Peneliti juga tidak menutup adanya pernyataan baru yang
muncul dari petani responden.
Budidaya padi secara organik di Nagari Sariak Alahan Tigo telah
dimulai sejak tahun 2008, yang bermula dari gagasan beberapa orang petani untuk
memulai bertani bantuak saisuak yang kemudian meminta bantuan kepada
dinasdinas terkait untuk memberikan pelatihan dan sekolah lapang kepada petani.
Awalnya ketertarikan ini mungkin muncul dengan adanya pemberian insentif
kepada semua petani organik sebesar Rp. 300,-/kg panen mereka. Tetapi hal ini
tidak berlenjut dikarenakan sudah putus bantuan dari dinas. Kemudian pada tahun
2013 PPO Santiago berhasil mendapatkan sertifkat padi organik dari LSO
Sumatera Barat. Menurut salah seorang key informan hal ini menambah semangat
petani sebagai anggota kelompok yang sudah mendapatkan sertifikat.
Melihat dari kenyataan di lapangan dengan melakukan wawancara
yang mendalam dengan petani ada beberapa hal menarik yang ditemukan
mengenai alasan petani memilih untuk mengusahakan budidaya padi organik
dibandingkan tetap mengusahakan padi anorganik dengan kenyataan usahatani
padi anorganik telah berlangsung sejak dulu yang sudah menjadi kebiaasaan
petani. Biasanya dalam usahatani padi anorganik diperlukan biaya untuk
pembelian pupuk dan obat-obatan kimia untuk menjalankan usahatani padi
anorganik. Kemudian dikenalkan usahatani padi organik yang pupuk dan obat-
obatan didapatkan sendiri oleh petani dengan cara mengolahnya sendiri. pada
awalnya ini lah yang menjadi alasan petani untuk berpindah dari usahatani padi
anorganik menjadi usahatani padi organik. Tetapi tidak cukup sampai disitu, lahan
yang sebelum nya sudah terbiasa dengan pupuk, pada awal masa perpindahan
terjadi penurunan hasil panen yang tentu akan mengkhawatirkan petani. Kelompok
tetap meyakinkan petani bahwa untuk musim tanam selanjuthya hasil tanam akan
menjadi lebih baik.
Setelah dua tahun menjalankan usahatani padi organik, kelompok juga
berhasil menjalin kerjasama dengan salah satu NGO yaitu Javara untuk
memasarkan beras organik PPO Santiago ke tingkat nasional. Hal ini menjadi
64

penyemangat bagi petani untuk terus melakukan budidaya secara organik. Tetapi
kelompok menetapkan, yang bisa di jual ke kelompok hanyalah 50% dari hasil
panen anggota, sisa nya harus mereka konsumsi sendiri. PPO Santiago memiliki
tujuan, produk organik yang dihasilkan harus di konsumsi sendiri terlebih dahulu
oleh anggota kelompok. Supaya produk eksklusif juga dirasakan oleh petani yang
telah melakukan budidaya.
Melalui beberapa anggota kelompok yang telah memahami mengenai
usahatani padi organik, PPO Santiago tetap mengajak petani lain untuk tergabung.
Melalui anggota keluarga yang ada di PPO Santiago untuk menambah anggota
lainnya tergabung. Ajakan antar petani ini memang membuat petani lain ikut
tertarik untuk tergabung, jadi memang tidak semua anggota PPO Santiago
langsung tergabung dalam satu waktu. Butuh waktu untuk meyakinkan anggota
kelompok yang sekarang untuk mau bergabung mengusahakan padi organik di
PPO Santiago.
Apabila kita lihat dari tinjauan pustaka ada beberapa alasan yang
ditemukan oleh penulis mengenai alasan petani mengusahakan usahatani padi
organik. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani, berikut akan dicoba
disajikan dalam bentuk diagram berikut:

•tidak ada lagi biaya


kepuasan •petani mengajak
pupuk kimia petani lain
•memiliki sertifkat
•tidak ada lagi biaya
•hasil panen yang
obat-obatan
lebih banyak

biaya ajakan

Gambar 4. Diagram Alasan Petani Memilih Usahatani Padi Organik.


65

Diagram diatas menjelaskan alur alasan petani untuk memilih


mengusahakan usahatani padi organik yang awalnya dikarenakan sedkitnya biaya
yang dibayarkan secara tunai yang harus dikeluarkan petani setiap musim tanam.
Tidak adalagi biaya pupuk kimia, tidak ada lagi biaya obat-obatan kimia.
Selanjuthya kepuasaan yang dirasakan petani terlihat dari PPO Santiago yang telah
memiliki sertifikat dan masing-masing petani memiliki nomor registrasi organik.
Selain itu hasil panen yang juga meningkat menjadi alasan petani untuk memilih
usahatani padi organik. Kemudian beberapa petani yang nomor registrasi di akhir
adalah hasil dari ajakan petani yang telah lebih dahulu mengusahakan padi
organik.
Penjelasan petani organik juga dirangkum dalam bentuk angka yaitu
60% petani memilih usahatani padi organi dikarenakan biaya yang lebih rendah,
20% memilih karena kepuasaan dan 12% memilih karena ajak teman atau saudara,
dan 7% sisanya dikarenakan oleh lain hal seperti pasar dan harga yang lebih tinggi.
(Lampiran 17)
Selain alasan petani organik, alasan petani padi anorganik juga akan
dideskripsikan. Petani padi anorganik telah menjadi mayoritas penduduk di Nagari
Sariak Alahan Tigo. Kebiaasan bertani mereka telah turun-temurun sejak dahulu.
Masuk nya pertanian organik seharusnya bukan menjadi hal baru bagi mereka.
Karena pertanian organik ini disebut batani mode saisuak yang artinya bertani
seperti sedia kala sebelum dikenalnya pupuk kimia. Tetapi karena sudah
terbiasanya menggunakan pupuk kimia sehingga sangat sulit untuk mengubah
kebiasaan tersebut. Terbukti dari sedikitnya jumlah petani organik di bandingkan
jumlah petani anorganik. Hal ini tentulah dilatarbelakangi oleh beberapa hal.
Penulis menemukan beberapa hal yang menjadi alasan bagi petani anorganik yang
tidak mau berpindah ke pertanian organik. Seperti lebih sulitnya berusahatani
organik dibandingkan anorganik. Hal ini dipahami bahwa, kebanyakan petani
anorganik menjadikan usahatani padi sebagai pekerjaan sampingan, biasanya
pekerjaan utamanya seperti berdagang, PNS dan lain-lain. Sehingga mereka tidak
memiliki cukup waktu untuk mengurusi usahatani mereka.
66

Selain lebih sulit petani anorganik ini, menganggap bahwa usahatani


organik ini produksi nya lebih sedikit. Memang bahwa usahatani padi organik
pada awal usahatani akan menghasilkan produksi yang sedikiti. Tetapi ketika
lahan sudah menapai suburnya maka hasil produksi akan meningkat. Dalam kurun
waktu 2 tahun produksi akan menurun tetapi setelahnya produksi akan meningkat
kembali. Nah dalam menunggu untuk waktu dua tahun ini kebanyakan petani tidak
mau mengambil resiko untuk beralih usahatani.
Penulis berhasil menemukan beberapa alasan-alasan petani yang
dominan pada usahatani padi anorganik tidak memilih usahatani padi organik yaitu
(Lampiran 17) 47% memiliki alasan bahwa produksi pada usahatani padi organik
itu lebih sedikit sehingga mereka tidak mau mengambil resiko. Kemudian 37%
memilih bahwa pengerjaannya lebih sulit karena mereka sudah terbiasa
menggunakan pupuk dan pestisida yang telah jadi tanpa harus meracik nya sendiri
terlebih dahulu. Sisanya 17% memilih karena tidak ada ajakan dan mereka tidak
terlalu paham dengan apa itu pertanian organik.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian analisis perbandingan usahatani padi
organik dan padi anorganik di Nagari Sariak Alahan Tigo Kecamatan Hiliran
Gumanti Kabupaten Agam, yaitu:
1. Untuk tujuan pertama didapatkan kesimpulan bahwa biaya yang
dibayarkan petani organik lebih kecil dibandingkan petani anorganik.
Dengan biaya total yaitu usahatani organik Rp 11.528.766/Ha dan
anorganik Rp. 8.167.044/Ha. Perbedaan ini dikarenakan biaya yang
diperhitungkan pada usahatani organik lebih tinggi dibandingkan
anorganik yang disebabkan oleh penggunaan tenaga kerja dalam keluarga
yang lebih banyak. Untuk produksi masing-masing ialah 3.522 Kg/Ha
untuk organik dan 2.317 Kg/Ha untuk anorganik. Kemudian untuk
pedapatan, pendapatan petani organik lebih tinggi yaitu Rp. 20.558.881/Ha
dan anorganik yaitu Rp. 2.722.622/Ha.
2. Untuk tujuan kedua didapatkan kesimpulan bahwa petani memilih untuk
bertani organik dengan alasan rendahnya biaya, adanya kepuasaan petani
dan ajakan oleh masing-masing petani. sedangkan untuk petani anorganik
alasan tidak beralih ke usahatani padi organik. Petani padi organik memilih
usahatani padi organik dikarenakan sedikit biaya (60%), kepuasaan (20%)
dan ajakan oleh petani lainnya (13%) serta adanya pasar (7%). Petani
anorganik tidak beralih usahatani organik dikarenakan produksi yang lebih
sedikit (47%) pengerjaan lebih sulit (37%) serta kurangnya ajakan (17%).
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian perbandingan usahatani padi organik
dengan padi anorganik di Nagari Sariak Alahan Tigo, maka saran yang dapat
diberikan adalah:
1. Usahatani padi organik prospektif untuk dikembangkan dan diterapkan karena
meningkatkan pendapatan dan menurunkan biaya.
68

2. Bagi petani, alangkah baiknya memulai untuk mengembangkan usahatani padi


secara organik, karena lebih menguntungkan secara ekonomis.
3. Bagi akademisi, perlu adanya penelitian lanjutan mengenai analisis kendala
pengembangan usahatani padi organik di Nagari Sariak Alahan Tigo,
mengingat bagusnya prospek usahatani padi organik dan sedikitnya yang mau
mengusahakan.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2013. Sumatra Barat Dalam Angka. Badan Pusat Statistik
Provinsi Sumatra Barat.

Farmia, Asih. 2008. Development of Organic Farming in a Rural Area, Bantul


Regency, Yogyakarta Special Region Province, Indonesia. Journal of
Developments in Sustainable Agriculture 3: 135-148. Yogyakarta.

Ferto, I dan Forgacs, C. 2007. The Choice Between Conventional and Organic
Farming, a Hungarian Example. Agroinform Publishing House. Budapest.

IFOAM. 2006. Organic Agriculture Worldwide Directory of IFOAM Member


Organizations and Associates. Jerman: IFOAM.

Indriana, Hana. 2010. Kelembagaan Berkelanjutan dalam Pertanian Organik.


[Tesis]. Bogor: Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat,
Institut Pertanian Bogor.

Kardinan, 2016. Sistem Pertanian Organik. Multimedia Press. Malang.

Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor.

Oelhaf, Robert C. 1978. Organic Agriculture. Halsted Press Book. New York.

Reijntjes, Haverkort, dan Bayer. 2006. Pertanian Masa Depan, Pengantar untuk
Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah. Kanisius. Yogyakarta.

Rosenow, Soltysiak, dan Verschuur. 1996. Organic Farming, Sustainable Agriculture


Put Into Practice. Jerman: IFOAM.

Saragih, S.E. 2008. Pertanian Organik Solusi Hidup Harmoni dan Berkelanjutan.
Jakarta : Penebar Swadaya

Salikin KA. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Kanisius, Yogyakarta.


70

Soekartawi. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil.
UI-Press, Jakarta.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.


Bandung

Suratiyah, Ken. 2009. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sutanto, Rachman. 2002. Penerapan Pertanian Organik, Pemasyarakatan dan


Pengembangannya. Kanisius. Yogyakarta.

Takada, Naoya et al. 2004. Organic Farming Movement in Central Java. Japanese
Society for Tropical Agriculture 48(4). Japan.

Widiarta, A. 2010. Analisis Keberlanjutan Praktik Pertanian Organik di Kalangan


Petani (Kasus: Desa Ketapang, Kecamatan Susukan, Kabupatem Semarang,
Propinsi Jawa Tengah [Skripsi]. Departemen Agribisnis. Institut Pertanian
Bogor.

Wulandari, I. 2011. Analisis perbandingan Pendapatan Usahatani Padi Organik


dengan Padi Anorganik (Kasus: Kelurahan Sindang Barang dan Situ Gede,
Kecamatan Bogor). [Skripsi]. Departemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor.
71

LAMPIRAN 1. Daftar LSO yang ada di Indonesia.


No. Kode LSO Nama Lembaga Sertifikasi Organik
1. LSO-001-IDN Sucofindo (Jakarta)
2. LSO-002-IDN Mutu Agung Lestari (Jakarta)
3. LSO-003-IDN INOFICE – Indonesia Organic Farming
Certfication (Bogor)
4. LSO-004-IDN LSO Sumatera Barat
5. LSO-005-IDN Lembaga Sertifikasi Organik Seloliman
(Mojokerto)
6. LSO-006-IDN Biocert (Bogor)
7. LSO-007-IDN Persada (Yogyakarta)
8. LSO-008-IDN Sustainable Development Services (Jember)
Sumber: Kardinan (2016)
LAMPIRAN 2. DAFTAR KELOMPOK TANI TERSERTIFKASI DARI LSO
Masa
Berlaku Rencana Rencana Rencana
No Penerima Penanggun Ruang Tgl No. Re-
No. HP Alamat Jenis Komoditi
. Sertifikat gjawab Lingkup Sertifikat Sertifikat Survailen Survailen sertifika
Sertifikat 1 2 si

Beras, buncis, bawang daun, Reg


0852744
Usaha Muda Jrg. Pauh Nag. Kamang Padi. wortel, bawang merah, 30 Okt 001/LSO- 30 Okt Juni
25831
1. Organik Yozelendra Mudiak Palawija kentang,cabe, 2013 SB/2013 2016 Minggu Minggu 2016
Kec. Kamang Magek kacang duduk, kacang ke-1 Juni ke-1 April
Kab. Agam & Sayur tanah,kedelai, jagung 2014 2015

Reg
0821715
Nag. Sarik Alahan Tigo Beras putih, beras merah, beras 15 Des 006/LSO- 15 Des Minggu Minggu Agustus
39039
2. PPO Santiago Hesriyeldi Kec. Hiliran Padi hitam 2013 SB/2013 2016 ke-4 Mei ke-3 April 2016
Gumanti Kab. Solok 2014 2015

Buncis, Wortel, Tomat, Terung, Reg


0813748
Kebun Organik Jrg. Kapalo Koto Nag. Sayuran, Arcis, Kacang kecipir, Bawang 3 Nov 011/LSO- 2 Nov
15969
3. Gupisa Deswanto Koto Laweh Palawija daun, 2014 SB/2014 2017 Juli 2017
Sawi manis, Sawi pahit, Sawi Minggu Minggu
Kec. X Koto Kab. Tanah bola, Selada, Jagung, Cabe, Cabe ke-1 April ke-1 April
Datar dan Buah Rawit, 2015 2016
Jagung, Ubi Jalar, Papino, Kubis,
Brokoli

Padi, Beras, buncis, kacang tanah, Reg


0813634
Sunting Mas Sayuran labu siam, kol bulat, terung, 3 Nov 012/LSO- 2 Nov
66347
4. Organik I. Rajo Tuo Jrg. Pasanehan Nag. Lasi dan cabe rawit, 2014 SB/2014 2017 Minggu Minggu Juli 2017
Kec. Canduang Kab. cabe, kacang panjang, brokoli, ke-2 April ke-2 April
Agam Palawija jagung, ubi jalar, kangkung, 2015 2016
wortel, bawang merah, bawang
daun, kacang duduk, selada

Salak Pondoh 0812660 Jrg. Simpang Nag. Buah 5 Des Reg 4 Des Minggu Minggu Agustus
5. Organik Lima Nasril 78017 Ampang Pulai Segar Salak Pondoh 2013 024/LSO- 2016 ke-3 Juni ke-3 Mei 2016

72
Duri SB/2013 2014 2015
Kec. Koto XI Tarusan
Kab. Pesisir Selatan

Reg
0821706
Kelompok Tani Dewi Jrg. Kapalo Bukik Nag. Padi, Beras, buncis, cabe merah, cabe 5 Des 025/LSO- 4 Des Agustus
56702
6. Sehati Karlina Batu Payuang Sayur, rawit, terung, kacang panjang, 2013 SB/2013 2016 Minggu Minggu 2016
Palawija bawang merah, bawang daun, ke-3 Juni ke-2 Mei
Kec.Lareh Sago Halaban dan kacang tanah, jagung, serai 2014 2015
Biofarma
Kab. Limapuluh Kota ka

Reg
0853630
Kelompok Tani Jrg. Lubuak Simato Nag. 23 Des 026/LSO- 22 Des Agustus
18436
7. Tigo Alua Saiyo Hendri Sungai Antuan Padi Beras 2013 SB/2013 2016 Minggu Minggu 2016
Kec. Mungka Kab. ke-1 Juni ke-2 Mei
Limapuluh Kota 2014 2015

Reg
0853759
Kelompok Tani Jrg. Pauh Nag. Kamang Padi dan Beras, buncis, cabe, wortel, 23 Des 027/LSO- 22 Des Agustus
55774
8. Harapan Baru Ristayati Mudiak Sayur kentang, terung, tomat 2013 SB/2013 2016 Minggu Minggu 2016
Kec. Kamang Magek ke-1 Juni ke-1 April
Kab. Agam 2014 2015

Reg
0813632
Kelompok Tani Nag. Simarasok Kec. 2 Okt 002/LSO- 1 Okt Minggu Minggu Juni
58416
9. Lurah Sepakat Mayornis Baso Padi Beras putih, beras merah 2014 SB/2014 2017 ke-2 April ke-2 April 2017
Kab. Agam 2015 2016

Reg
0813639
Kelompok Tani Korong Kampung Kangkung, bayam, terung, 28 Nov 032/LSO- 27 Nov
09785
10. Sahabat Tani Ridwan Jambak Nag. Sunur Sayuran kacang panjang, mentimun 2014 SB/2014 2017 Minggu Minggu Juli 2017
Kec. Nan Sabaris Kab. ke-1 Mei ke-1 Mei
Pdg Pariaman 2015 2016

Reg
0852649
Alnajmi M. Jrg. Linjung Koto Tinggi Padi dan Beras, bawang merah, bawang 28 Nov 031/LSO- 27 Nov Minggu Minggu
54655
11. Alnajmi Organik Gafar Nag. Koto Gaek Sayuran daun, cabe keriting, cabe rawit 2014 SB/2014 2017 ke-2 April ke-2 April Juli 2017
Guguk Kec. Gunung 2015 2016

73
Talang Kab. Solok

Reg
0813655
Kelompok Tani Korong Surau Duku Nag. 28 Nov 029/LSO- 27 Nov
31610
12. Angkasa Syafi'i Tapakis Padi Beras 2014 SB/2014 2017 Minggu Minggu Juli 2017
Kec. Ulakan Tapakis ke-1 Mei ke-1 Mei
Kab. Pdg Pariaman 2015 2016

Reg
0852085
Kelompok Tani Desa Suka Makmur Kec. 28 Nov 028/LSO- 27 Nov
72693
13. Handayani Sunoto BTS Ulu Padi Beras 2014 SB/2014 2017 Minggu Minggu Juli 2017
Kab. Musi Rawas Prov. ke-1 April ke-1 April
Sumsel 2015 2016

Reg
0823885 Minggu
Kelompok Tani Kel. Koto Panjang Kec. 28 Nov 030/LSO- 27 Nov Minggu
17198 ke-3 Mei
14. Lembuti II Edi Busti Pdg Panjang Timur Padi Beras 2014 SB/2014 2017 ke-3 Mei Juli 2017
2016
Kota Padang Panjang 2015

Kelompok Tani Reg


0852645
Tanjung Jrg. Dahlia Nag. Lubuk 28 Nov 033/LSO- 27 Nov
99180
15 Mutiara Fahmi Jantan Padi Beras 2014 SB/2014 2017 Minggu Minggu Juli 2017
Kec. Lintau Buo Kab. ke-4 April ke-4 April
Tanah Datar 2015 2016

Reg
0812667
Ana Nag. Pangian Kec. 28 Nov 034/LSO- 27 Nov Minggu Minggu
39170
16. Organik Mandiri Nilmayanti Lintau Buo Padi Beras 2014 SB/2014 2017 ke-3 April ke-3 April Juli 2017
Kab. Tanah Datar 2015 2016

Brokoli, buncis, cabe, tomat, Reg


0813634
E. St. Nag. Aie Angek Kec. X selada, kubis bunga, kubis 2 Okt 009/LSO- 1 Okt Juni
10158
17. IPO Aie Angek Pamenan Koto Sayuran merah, 2014 SB/2014 2017 2017
caisin, pak coy, sawi, terung, Minggu Minggu
bayam, kecipir, arcis, peria, ke-3 April ke-3 April
Kab. Tanah Datar kacang pagar, 2015 2016
kailan, labu siam, bawang daun,
bawang merah, wortel.

74
Reg
0813634
Kelompok Tani Munir St. Korong Pasa Karambia 3 Maret 035/LSO- 2 Maret Minggu Minggu Novemb
17356
18. Budi Saiyo Rajo Lelo Nag. Guguk Padi Beras 2015 SB/2015 2018 ke-1 April ke-1 April er 2017
Kec. 2x11 Kayu Tanam 2016 2017
Kab. Pdg Pariaman

Reg
0852747
Kelompok Tani Soni Korong Kabun Nag. 10 April 036/LSO- 9 April Minggu Minggu Desemb
13975
19. Pelita Gunung Tanjung Sungai Buluh Padi Beras 2015 SB/2015 2018 ke-1 April ke-1 April er 2017
Kec. Batang Anai Kab. 2016 2017
Pdg Pariaman

5 Reg 4
0823892
Kelompok Tani Korong Rimbo Karanggo Buah Oktober 037/LSO- Oktober Minggu Minggu Juni
55212
20. Tuah Sakato Jusman Nag. Sintuk Segar Pisang 2015 SB/2015 2018 ke-3 Mei ke-3 Mei 2018
Kec. Sintuk Toboh 2016 2017
Gadang
Kab. Padang Pariaman

Beras, kacang tanah, bawang 5 Reg 4


Kelompok Tani 0853638 Jorong Pakan Sinayan Padi, daun, buncis, cabe, cabe rawit, Oktober 038/LSO- Oktober Minggu Minggu Juni
21. Tunas Muda Reulina 95295 Nag. Bukik Sikumpa palawija, terung 2015 SB/2015 2018 ke-2 Mei ke-2 Mei 2018
sayuran 2016 2017
Kec. Lareh Sago Halaban segar
Kab. Limapuluh Kota

5 Reg 4
Kelompok Tani 0813781 Jorong Biaro Nag. Biaro Jeruk, buncis, wortel, kubis, Oktober 039/LSO- Oktober Minggu Minggu Juni
22. Ikhlas Edison 47786 Gadang Buah dan bawang daun 2015 SB/2015 2018 ke-3 April ke-3 April 2018
Kec. Ampek Angkek sayuran 2016 2017
Kab. Agam segar

Jorong Kampung 5 Reg 4


Kelompok Tani Ahmad 0812664 Tangah Nag. Talang Oktober 040/LSO- Oktober Minggu Minggu Juni
23. Kampung Duo Yezidra 55312 Maur Padi Beras 2015 SB/2015 2018 ke-2 Mei ke-2 Mei 2018
Kec. Mungka Kab. 2016 2017
Sakato (KDS) Limapuluh Kota

24. Kelompok Tani Yonedi 0852631 Korong Talang Jala Nag. Padi Beras 5 Reg 4 Minggu Minggu Juni

75
Hidayah 62366/ Sungai Buluh Oktober 041/LSO- Oktober ke-3 Mei ke-3 Mei 2018
2015 SB/2015 2018 2016 2017
0822845 Kec. Batang Anai Kab.
99166 Pdg. Pariaman

76
LAMPIRAN 3. Sertifikat Organik PPO Santiago

77
LAMPIRAN 4. DAFTAR PETANI PPO SANTIAGO
Luas Lahan Organic Perkiraan produksi Hasil
Luas
Tgl terakhir (ha) (kg) Pemeriksaan
Lokasi lahan Kode Tanggal Persetujuan Alasan untuk
Kode Petani Nama Petani Thn Kontrak penggunaan
(alamat) Konvens Inspektor pemeriksaan Internal sertifikasi
bahan kimia Sawah Kering Sawah L.kering
ional
Internal
I /I/1a/-HY Hesriyeldi Simp.Jln.Baru 2010 2007 0,25 - 800 HPD 10 Maret 2016 Disetujui Organik Pemasaran

I /I/1b/-HY Hesriyeldi Simp.Jln.Baru 2010 2007 0,10 - 400 - HPD 10 Maret 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I /I/1c/-HY Hesriyeldi Simp.Jln.Baru 2010 2008 0,75 - - HPD 10 Maret 2016 Disetujui Organik kantor PPO dan
lahan studi
I /I/1d/-HY Hesriyeldi Simp.Jln.Baru 2010 2010 0,06 - - HPD 10 Maret 2016 Disetujui Organik Rumah Kompos/
Gudang
I /I/1e/-HY Hesriyeldi Simp.Jln.Baru 2012 2012 0,25 - - HPD 10 Maret 2016 Disetujui Organik RMU Organik
I/I/4a/-HN Hasnedi Simp.Jln.Baru 2010 2008 0,20 - 600 HPD 10 Maret 2016 Disetujui Organik Pemasaran

I/I/6a/-DS Darlis Simp.Jln.Baru 2010 2008 0,25 - 900 HPD 10 Maret 2016 Disetujui Organik Pemasaran
10 Maret 2016
I/I/1a/-JH Jamhur Simp.Jln.Baru 2012 2009 0,25 - 480 HPD 10 Maret 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/I/1b/-JH Jamhur Simp.Jln.Baru 2012 2009 0,25 - 320 HPD 10 Maret 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/I/1e/-JH Jamhur Simp.Jln.Baru 2012 2009 0,25 - 400 HPD 10 Maret 2016 Disetujui Organik Pemasaran
10 Maret 2016

I/I/2a/-IY Isra Yati Simp.Jln.Baru 2010 2008 0,12 - 300 HPD 10 Maret 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/I/2d/-IY Isra Yati Simp.Jln.Baru 2010 2010 0,25 - 700 HPD 10 Maret 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/I/3/SW Syafwardi Simp.Jln.Baru 2011 2009 0,20 - 400 HPD 10 Maret 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/I/4/EY Ewi yanhasni Simp.Jln.Baru 2012 2009 0,12 - 250 HPD 10 Maret 2016 Disetujui Organik Pemasaran

78
I/I/1/-JN Jainir Sarik Ateh 2010 2008 0,25 - 1.250 HPD 10 Maret 2016 Disetujui Organik Pemasaran

Luas Lahan Organic Luas Perkiraan produksi


Tgl terakhir Hasil
Lokasi (ha) lahan (kg) Kode Tanggal Persetujuan Alasan untuk
Kode Petani Nama Petani Thn Kontrak penggunaan Pemeriksaan
(alamat) Konvens Inspektor pemeriksaan Internal sertifikasi
bahan kimia Sawah Kering Sawah L.kering Internal
ional

I/II/3a/-HPD Harpendra Teratak Teleng 2010 2008 0,32 - 1.200 EY 7 Mei 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/II/3f/-HPD Harpendra Teratak Teleng 2010 2008 0,25 - 1.000 EY 7 Mei 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/II/4/-NHS Nurhasni Teratak Teleng 2012 2010 0,20 - 800 EY 7 Mei 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/II/6/-MMA Memiarti Teratak teleng 2012 2010 0,15 - 500 EY 7 Mei 2016 Disetujui Organik Pemasaran

I/II/1/SD SulaimanDarani Teratak Betung 2013 Tidak pernah 1,00 - 2.700 EY 7 Mei 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/II/2/BT Bustami Teratak Betung 2013 Tidak pernah 0,25 - 900 EY 7 Mei 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/II/3/ZK Zulkar Nain Teratak Betung 2013 Tidak pernah 0,25 - 700 EY 7 Mei 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/II/4/AR Ali Rusdi Teratak Betung 2013 Tidak pernah 0,25 - 1000 EY 7 Mei 2016 Disetujui Organik Pemasaran

79
Luas Lahan Organic Luas Perkiraan produksi
Tgl terakhir Hasil
Lokasi (ha) lahan (kg) Kode Tanggal Persetujuan Alasan untuk
Kode Petani Nama Petani Thn Kontrak penggunaan Pemeriksaan
(alamat) Konvens Inspektor pemeriksaan Internal sertifikasi
bahan kimia Sawah Kering Sawah L.kering Internal
ional

I/III/1a/-ZF Zul Farman Pinti Kayu 2012 2012 0,25 - 800 SI 19 Maret 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/III/1d/-ZF Zul Farman Tidak Pernah 2013 2010 0,75 - SI 19 Maret 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/III/7/AW Afli Warni Pinti Kayu 2012 2010 0,50 - 1.500 SI 19 Maret 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/III/15a/-BR Bakri Pinti Kayu 2012 2011 0,25 - 800 SI 19 Maret 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/III/15d/-BR Bakri Pinti Kayu 2013 2012 0,75 - 2.200 SI 19 Maret 2016 Disetujui Transisi Pemasaran
I/III/16/-BN Bahru Nain Pinti Kayu 2012 Tidak Pernah 0,25 - SI 19 Maret 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/III/24/MD Midusni Pinti Kayu 2012 Tidak Pernah 0,75 - SI 19 Maret 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/III/47/EYA Elva Yuni Asri Pinti Kayu 2012 Tidak Pernah 0,25 - SI 19 Maret 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/III/51/JM Jusmaniar Pinti Kayu 2012 Tidak Pernah O,35 - SI 19 Maret 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/III/52/WT Warnatis Pinti Kayu 2013 Tidak Pernah 1,00 - SI 19 Maret 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/III/53/EW Elma Wirda Pinti Kayu 2013 Tidak Pernah 0,50 - SI 19 Maret 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/III/54/DN Darnis Pinti Kayu 2013 Tidak Pernah 0,25 - SI 19 Maret 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/III/48/MW MIswarti Pinti Kayu 2013 Tidak Pernah 0,50 - SI 19 Maret 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/III/56/RB Rabiah Pinti Kayu 2013 Tidak Pernah 0,50 - SI 19 Maret 2016 Disetujui Organik Pemasaran

80
Luas Lahan Organic Luas Perkiraan produksi
Tgl terakhir Hasil
Lokasi (ha) lahan (kg) Kode Tanggal Persetujuan Alasan untuk
Kode Petani Nama Petani Thn Kontrak penggunaan Pemeriksaan
(alamat) Konvens Inspektor pemeriksaan Internal sertifikasi
bahan kimia Sawah Kering Sawah L.kering Internal
ional

I/IV/1a/-SN Syarifah Neli Sianggai-anggai 2010 2008 0,25 - 700 NL 5 Mei 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/IV/2a/-LN Liswarni Sianggai-anggai 2012 2010 0,50 - 1000 NL 5 Mei 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/IV/3a/-NJ Nurjani Sianggai-anggai 2012 2010 0,25 - 700 NL 5 Mei 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/IV/4a/-ZF Zikra Fauza Sianggai-anggai 2010 2008 0,25 - 820 NL 5 Mei 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/IV/5a/-MN Masnidar Sianggai-anggai 2010 2008 0,50 - 1.100 NL 5 Mei 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/IV/6a/-RI Rahmul Ihsan Sianggai-anggai 2010 2008 0,75 - 1.900 NL 5 Mei 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/IV/7a/-JU Jui’is Rj. Malano Sianggai-anggai 2012 2008 0,03 - 200 NL 5 Mei 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/IV/8a/-EK Elma Katrina Sianggai-anggai 2012 2010 0,25 - 800 NL 5 Mei 2016 Disetujui Organik Pemasaran

I/IV/1a/-HA Hafizal Arsal Sianggai-anggai 2012 2010 0,25 - 700 HPD 8 Mei 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/IV/2a/-PSR Pasril Sianggai-anggai 2012 2010 0,25 - 700 HPD 8 Mei 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/IV/3a/-BLK Bulkia Sianggai-anggai 2012 2010 0,25 - 600 HPD 8 Mei 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/IV/4a/-SSN Samsinur Sianggai-anggai 2012 2010 0,25 - 600 HPD 8 Mei 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/IV/5a/-LW Lismawarti Sianggai-anggai 2012 2010 0,25 - 600 HPD 8 Mei 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/IV/6a/-MZ Masriza Sianggai-anggai 2012 2010 0,25 - 700 HPD 8 Mei 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/IV/7a/-BN Briahrun Na’in Sianggai-anggai 2012 2010 0,15 - 250 HPD 8 Mei 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/IV/8a/-SRP Syafrizal.P Sianggai-anggai 2012 2010 0,25 - 600 HPD 8 Mei 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/IV/9a/-SS Samsijar Sianggai-anggai 2012 2010 0,25 - 700 HPD 8 Mei 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/IV/10a/-SRZ Safrizal Sianggai-anggai 2012 2010 0,50 - 1,000 HPD 8 Mei 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/IV/11a/-YWT Yalwitra Sianggai-anggai 2012 2010 0,25 - 700 HPD 8 Mei 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/IV/12a/-DFZ Desfaizal Sianggai-anggai 2012 2010 0,50 - 1.000 HPD 8 Mei 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/IV/13a/-AKJ Alkamrijal Sianggai-anggai 2012 2010 0,50 - 1.000 HPD 8 Mei 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/IV/14a/-AR Amra Sianggai-anggai 2012 2010 0,25 - 700 HPD 8 Mei 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/IV/15a/-SW Syafwan Sianggai-Anggai 2012 2010 0,27 - 800 HPD 8 Mei 2016 Disetujui Organik Pemasaran

81
Luas Lahan Organic Luas Perkiraan produksi
Tgl terakhir Hasil
Lokasi (ha) lahan (kg) Kode Tanggal Persetujuan Alasan untuk
Kode Petani Nama Petani Thn Kontrak penggunaan Pemeriksaan
(alamat) Konvens Inspektor pemeriksaan Internal sertifikasi
bahan kimia Sawah Kering Sawah L.kering Internal
ional

I/V/1a/-ZM Zulmahendri Sungai Pangalek 2010 2008 0,25 - 1.000 SI 2 Mei 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/V/2a/-SD Suardi Sungai Pangalek 2010 2008 0,50 - 1.800 SI 2 Mei 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/V/3a/-NA Nurhamida Sungai Pangalek 2012 2009 0,50 - 1.900 SI 2 Mei 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/V/4a/-NR Nasril Sungai Pangalek 2012 2008 0,25 - 1.000 SI 2 Mei 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/V/5a/-SR Samsuir Sungai Pangalek 2012 2009 0,25 - 900 SI 2 Mei 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/V/5b/-SR Samsuir Sungai Pangalek 2012 2009 0,50 - 1.600 SI 2 Mei 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/V/6/-ZP Zulfadri Sungai Pangalek 2012 2010 0,50 - 1.700 SI 2 Mei 2016 Disetujui Organik Pemasaran
I/V/7/-MS Mukhlis Sungai Pangalek 2012 2008 0,50 - 1.600 SI 2 Mei 2016 Disetujui Organik Pemasaran

82
LAMPIRAN 5. Identitas Responden Petani Padi Organik PPO Santiago dan Petani Padi Anorganik Nagari Sariak Alahan Tigo

Sampel Pendidikan UMUR Luas Lahan Status Sampel Pendidikan umur Luas Lahan Status
organik Terakhir Kepemilikan anorganik Terakhir Kepemilikan
Lahan Lahan
1 SD 55 0.25 milik sendiri 1 SMP 45 0.3 Milik Sendiri
2 SD 56 0.25 milik sendiri 2 SD 50 1 Milik Sendiri
3 SMA 27 0.25 milik sendiri 3 SD 53 1 Milik Sendiri
4 SMA 33 0.75 milik sendiri 4 SD 62 0.3 Milik Sendiri
5 SD 34 0.37 milik sendiri 5 SD 63 1.5 Milik Sendiri
6 SMA 53 0.2 milik sendiri 6 SD 43 1 Milik Sendiri
7 SMP 32 0.12 milik sendiri 7 SD 45 1 Milik Sendiri
8 SMA 63 0.25 milik sendiri 8 SMA 35 1 Milik Sendiri
9 SMA 36 0.32 milik sendiri 9 SMA 37 1 Milik Sendiri
10 SMA 45 0.2 milik sendiri 10 SMP 36 1 Milik Sendiri
11 SMA 33 0.15 milik sendiri 11 STM 39 1 Milik Sendiri
12 SD 43 1 milik sendiri 12 SMP 41 1 Milik Sendiri
13 PT 33 0.25 milik sendiri 13 SD 55 0.5 Milik Sendiri
14 SMP 37 0.25 milik sendiri 14 SMP 30 0.5 Milik Sendiri
15 SD 52 0.5 milik sendiri 15 SMP 36 1 Milik Sendiri
16 SD 61 0.25 milik sendiri 16 SMP 51 1.5 Milik Sendiri
17 SD 71 0.25 milik sendiri 17 SMA 38 1.5 Milik Sendiri
18 SMP 33 0.75 milik sendiri 18 MA 60 1.1 Milik Sendiri
19 SD 26 0.25 milik sendiri 19 SMP 45 1 Milik Sendiri
20 SD 52 0.35 milik sendiri 20 SD 56 1.2 Milik Sendiri
21 SD 47 1 milik sendiri 21 SD 60 1.3 Milik Sendiri
22 SMA 37 0.25 milik sendiri 22 SMP 49 1.2 Milik Sendiri
23 SMP 26 0.25 milik sendiri 23 SMP 55 1.5 Milik Sendiri
24 SD 37 0.5 milik sendiri 24 SD 56 1.5 Milik Sendiri

83
25 SD 35 0.25 milik sendiri 25 SD 48 1.2 Milik Sendiri
26 SD 43 1 milik sendiri 26 SMP 41 1.5 Milik Sendiri
27 SD 37 0.25 milik sendiri 27 SMP 45 1 Milik Sendiri
28 SMP 27 0.25 milik sendiri 28 SD 50 1.5 Milik Sendiri
29 SMA 33 0.25 milik sendiri 29 SMA 33 1.3 Milik Sendiri
30 SMP 63 0.5 milik sendiri 30 SD 67 0.5 Milik Sendiri
Rata-rata 42 0.382 Rata-rata 47.47 1.06

84
LAMPIRAN 6. Pemakaian Benih oleh Petani PPO Santiago dan Petani Anorganik Musim Tanam November – Februari 2017

sampel benih yang harga/kg total biaya SAMPEL benih yang harga/kg total biaya benih
organik dibutuhkan/kg organik dibutuhkan/kg

1 4 6,500 26,000 1 10 5,000 50,000


2 4 6,500 26,000 2 30 5,000 150,000
3 4 6,500 26,000 3 30 5,000 150,000
4 20 6,500 130,000 4 10 5,000 50,000
5 8 6,500 52,000 5 50 5,000 250,000
6 4 6,500 26,000 6 30 5,000 150,000
7 2 6,500 13,000 7 30 5,000 150,000
8 4 6,500 26,000 8 30 5,000 150,000
9 8 6,500 52,000 9 30 5,000 150,000
10 4 6,500 26,000 10 30 5,000 150,000
11 2 6,500 13,000 11 30 5,000 150,000
12 15 6,500 97,500 12 30 5,000 150,000
13 4 6,500 26,000 13 20 5,000 100,000
14 4 6,500 26,000 14 20 5,000 100,000
15 12 6,500 78,000 15 30 5,000 150,000
16 4 6,500 26,000 16 50 5,000 250,000
17 4 6,500 26,000 17 50 5,000 250,000
18 20 6,500 130,000 18 30 5,000 150,000
19 4 6,500 26,000 19 30 5,000 150,000
20 8 6,500 52,000 20 40 5,000 200,000
21 24 6,500 156,000 21 40 5,000 200,000

85
22 4 6,500 26,000 22 40 5,000 200,000
23 4 6,500 26,000 23 50 5,000 250,000
24 12 6,500 78,000 24 50 5,000 250,000
25 4 6,500 26,000 25 40 5,000 200,000
26 24 6,500 156,000 26 50 5,000 250,000
27 4 6,500 26,000 27 30 5,000 150,000
28 4 6,500 26,000 28 50 5,000 250,000
29 4 6,500 26,000 29 40 5,000 200,000
30 12 6,500 78,000 30 20 5,000 100,000
jumlah 235 195,000 1,527,500 jumlah 1020 150,000 5,100,000
rata-rata 7.833333 6,500 50,917 rata-rata 34 5,000 170,000
rata-rata/ha 21 17,105 133,991 rata-rata/ha 32.07547 4716.981132 160377.3585

86
LAMPIRAN 7. Rincian Pemakaian Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) Petani Padi Organik PPO Santiago Musim Tanam
November – Februari 2017
sampel

Lahan (HK)
TKDK Persiapan

Kompos
Pembuatan Pupuk

Persemaian (HK)

Penanaman (HK)

Pemupukan (HK)

Pengairan
(Penyiangan dan
Pemeliharaan
Organik
Pestisida dan Obat
Pembuatan
Tanaman (HK)
Perlindungan
Panen (HK)

Pasca Panen (HK)

Total

biaya/HK

Total Biaya TKDK


1 6 2 2 6 4 6 3 3 2 2 36 60,000 2,160,000
2 6 2 2 6 4 6 3 3 2 2 36 60,000 2,160,000
3 6 2 2 6 4 6 3 3 2 2 36 60,000 2,160,000
4 10 4 4 8 5 18 5 4 3 2 63 60,000 3,780,000
5 18 3 4 6 4 10 4 3 2 2 56 60,000 3,360,000
6 3 3 3 4 4 8 4 3 2 2 36 60,000 2,160,000
7 3 2 2 4 4 6 3 3 2 2 31 60,000 1,860,000
8 4 2 2 6 4 8 3 3 2 2 36 60,000 2,160,000
9 8 4 2 6 4 8 5 3 2 2 44 60,000 2,640,000
10 6 2 2 4 4 8 3 3 2 2 36 60,000 2,160,000
11 4 2 2 4 4 6 3 3 2 2 32 60,000 1,920,000
12 12 8 4 10 4 6 9 3 2 2 60 60,000 3,600,000
13 8 2 2 6 4 16 3 3 2 2 48 60,000 2,880,000
14 8 2 2 6 4 6 3 3 2 2 38 60,000 2,280,000
15 12 4 6 8 5 6 5 4 3 2 55 60,000 3,300,000
16 5 4 2 6 4 8 5 3 2 2 41 60,000 2,460,000

87
17 8 2 2 6 4 8 3 3 2 2 40 60,000 2,400,000
18 10 2 4 8 4 8 3 3 2 2 46 60,000 2,760,000
19 8 2 2 8 4 8 3 3 2 2 42 60,000 2,520,000
20 6 4 3 8 4 8 5 3 2 2 45 60,000 2,700,000
21 15 8 4 10 8 16 9 5 4 2 81 60,000 4,860,000
22 14 2 2 6 4 10 3 3 2 2 48 60,000 2,880,000
23 10 2 2 6 4 16 3 3 2 2 50 60,000 3,000,000
24 14 4 6 8 4 8 5 3 2 2 56 60,000 3,360,000
25 8 5 2 6 4 16 6 3 2 2 54 60,000 3,240,000
26 10 10 6 10 8 18 11 5 5 2 85 60,000 5,100,000
27 14 2 2 6 4 16 3 3 2 2 54 60,000 3,240,000
28 10 3 2 6 4 16 4 3 2 2 52 60,000 3,120,000
29 8 2 2 6 4 16 3 3 6 2 52 60,000 3,120,000
30 10 8 8 10 6 18 9 3 4 2 78 60,000 4,680,000
juml
ah 264 104 90 200 132 314 134 96 73 60 1,467 1,800,000 88,020,000
rata-
rata 9 3 3 7 4 10 4 3 2 2 49 60,000 2,934,000
rata-
rata
/ha 23.16 9.12 7.89 17.54 11.58 27.54 11.75 8.42 6.40 5.26 128.68 157,894.74 7,721,052.63

88
LAMPIRAN 8. Rincian Pemakaian Pemakaian Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) Petani Anorganik Musim Tanam
November – Februari 2017
sampel
Lahan
Persiapan
TKDK

n
Persemaia

n
Penanama

n
pengairan)
Pemupuka
an dan
(penyiang
aan
Pemelihar

ian OPT
Pengendal

Panen

Panen
Pasca

an TKDK
pengguna
total

Biaya/HK

TKDK
Biaya
Total
1 10 1 2 4 6 2 8 2 35 60000 2100000
2 20 2 5 10 2 10 2 51 60000 3060000
3 22 2 5 10 2 10 2 53 60000 3180000
4 12 1 2 4 6 2 8 2 37 60000 2220000
5 30 3 6 16 2 8 3 68 60000 4080000
6 20 2 6 10 2 10 2 52 60000 3120000
7 20 2 6 10 2 8 2 50 60000 3000000
8 20 2 8 10 2 8 2 52 60000 3120000
9 20 2 6 10 2 8 1 49 60000 2940000
10 20 2 8 10 2 8 1 51 60000 3060000
11 20 2 6 10 2 8 2 50 60000 3000000
12 20 2 6 10 2 8 2 50 60000 3000000
13 10 1 3 2 8 2 8 1 35 60000 2100000
14 10 1 3 2 8 2 8 1 35 60000 2100000
15 22 2 3 10 2 8 2 49 60000 2940000
16 30 3 6 12 2 8 2 63 60000 3780000
17 30 3 6 12 2 8 3 64 60000 3840000
18 20 2 6 12 2 8 2 52 60000 3120000
19 20 2 4 10 2 8 1 47 60000 2820000
20 25 2 4 14 2 8 1 56 60000 3360000

89
21 25 2 2 16 2 8 2 57 60000 3420000
22 25 2 2 18 2 8 2 59 60000 3540000
23 30 3 4 20 2 8 2 69 60000 4140000
24 30 3 4 20 2 8 3 70 60000 4200000
25 24 2 3 10 2 8 2 51 60000 3060000
26 30 2 5 16 2 8 2 65 60000 3900000
27 20 2 3 14 2 8 2 51 60000 3060000
28 30 2 4 16 2 8 3 65 60000 3900000
29 24 2 3 12 2 8 2 53 60000 3180000
30 16 1 2 2 8 2 8 1 40 60000 2400000
jumlah 655.00 60.00 133.00 14.00 354.00 60.00 246.00 57.00 1,579.00 1,800,000.00 94,740,000.00
rata-
21.83 2.00 4.43 2.80 11.80 2.00 8.20 1.90 52.63 60,000.00 3,158,000.00
rata
rata-
rata 21 2 4 3 11 2 8 2 50 56,604 2,979,245
per/Ha

90
LAMPIRAN 9. Rincian Biaya Penyusutan Petani Padi Organik dan Petani Padi Anorganik MusimTanam November –Februari
2017

penyusut

penyusut

penyusut

penyusut
an sabit
cangkul

cangkul
sprayer

sprayer
sampel

sampel
Rp/MT

Rp/MT

Rp/MT

Rp/MT
biaya

biaya

biaya

biaya
sabit

total

total

total

total
an

an

an
1 10,800 2,700 45,000 58,500 1 10,800 2,700 45,000 58,500
2 10,800 2,700 45,000 58,500 2 10,800 2,700 45,000 58,500
3 10,800 2,700 - 13,500 3 10,800 2,700 - 13,500
4 10,800 - 90,000 100,800 4 10,800 2,700 90,000 103,500
5 10,800 2,700 22,500 36,000 5 10,800 2,700 22,500 36,000
6 5,400 - 90,000 95,400 6 10,800 2,700 90,000 103,500
7 5,400 2,700 - 8,100 7 10,800 4,900 - 15,700
8 10,800 2,700 - 13,500 8 10,800 2,700 - 13,500
9 10,800 2,700 22,500 36,000 9 10,800 2,700 22,500 36,000
10 10,800 - 22,500 33,300 10 5,400 4,900 22,500 32,800
11 10,800 2,700 22,500 36,000 11 10,800 2,700 22,500 36,000
12 10,800 - 45,000 55,800 12 10,800 - 45,000 55,800
13 10,800 2,700 22,500 36,000 13 10,800 2,700 22,500 36,000
14 10,800 - 45,000 55,800 14 10,800 2,700 45,000 58,500
15 10,800 2,700 - 13,500 15 10,800 2,700 - 13,500
16 10,800 2,700 22,500 36,000 16 10,800 2,700 22,500 36,000
17 10,800 - - 10,800 17 5,400 4,900 - 10,300
18 10,800 2,700 22,500 36,000 18 10,800 2,700 22,500 36,000
19 10,800 2,700 22,500 36,000 19 10,800 2,700 22,500 36,000

91
20 10,800 - 90,000 100,800 20 10,800 2,700 90,000 103,500
21 10,800 2,700 22,500 36,000 21 10,800 2,700 22,500 36,000
22 10,800 2,700 90,000 103,500 22 10,800 2,700 90,000 103,500
23 10,800 - 22,500 33,300 23 10,800 4,900 22,500 38,200
24 10,800 2,700 - 13,500 24 5,400 2,700 - 8,100
25 10,800 - 90,000 100,800 25 10,800 2,700 90,000 103,500
26 10,800 2,700 - 13,500 26 10,800 2,700 - 13,500
27 10,800 2,700 45,000 58,500 27 10,800 2,700 45,000 58,500
28 10,800 2,700 45,000 58,500 28 10,800 2,700 45,000 58,500
29 10,800 2,700 45,000 58,500 29 10,800 2,700 45,000 58,500
30 10,800 2,700 45,000 58,500 30 10,800 2,700 45,000 58,500
31 313,200 56,700 1,035,000 1,404,900 31 307,800 87,100 1,035,000 1,429,900
32 10,440 1,890 34,500 46,830 32 10,260 2,903 34,500 47,663
rata- rata-
27,473.68 4,973.68 90,789.47 123,236.84 9,679 2,739 32,547 44,965
rata/ha rata/ha

92
LAMPIRAN 10. Rincian Biaya Obat Petani Padi Organik dan Petani Padi Anorganik Musim Tanam November – Februari 2017
organik
Sampel

n daun
pengadaa

n kunyit
pengadaa

putih
bawang

Total

anorganik
Sampel

botol
Banyak

(rupiah)
Harga

(rupiah)
Total
1 10000 5000 12000 27000 1 2 60000 120000
2 10000 5000 12000 27000 2 2 60000 120000
3 10000 5000 12000 27000 3 2 60000 120000
4 10000 5000 12000 27000 4 2 60000 120000
5 10000 5000 12000 27000 5 6 60000 360000
6 10000 5000 12000 27000 6 4 60000 240000
7 10000 5000 12000 27000 7 4 60000 240000
8 10000 5000 12000 27000 8 4 60000 240000
9 10000 5000 12000 27000 9 4 60000 240000
10 10000 5000 12000 27000 10 4 60000 240000
11 10000 5000 12000 27000 11 4 60000 240000
12 10000 5000 12000 27000 12 4 60000 240000
13 10000 5000 12000 27000 13 2 60000 120000
14 10000 5000 12000 27000 14 2 60000 120000
15 10000 5000 12000 27000 15 4 60000 240000
16 10000 5000 12000 27000 16 6 60000 360000
17 10000 5000 12000 27000 17 6 60000 360000
18 10000 5000 12000 27000 18 4 60000 240000
19 10000 5000 12000 27000 19 4 60000 240000
20 10000 5000 12000 27000 20 4 60000 240000

93
21 10000 5000 12000 27000 21 4 60000 240000
22 10000 5000 12000 27000 22 4 60000 240000
23 10000 5000 12000 27000 23 6 60000 360000
24 10000 5000 12000 27000 24 6 60000 360000
25 10000 5000 12000 27000 25 4 60000 240000
26 10000 5000 12000 27000 26 4 60000 240000
27 10000 5000 12000 27000 27 4 60000 240000
28 10000 5000 12000 27000 28 6 60000 360000
29 10000 5000 12000 27000 29 4 60000 240000
30 10000 5000 12000 27000 30 2 60000 120000
jumlah 150000 810000 JUMLAH 118 1800000 7080000
rata-rata 5000 27000 RATA- 4 60000 236000
RATA
rata- rata-
rata/ha 71,053 rata/ha 3.7 56603.8 222641.5

94
LAMPIRAN 11. Rincian Biaya Sewa Lahan Petani Padi Organik dan Padi Anorganik Nagari Sariak Alahan Tigo Musim Tanam
November – Februari 2017
SAMPEL

LAHAN
LUAS

BIAYA/HA

sewa/th
biaya

sewa/MT
biaya

SAMPEL

LAHAN
LUAS

BIAYA/HA

sewa/th
biaya

sewa/MT
biaya
1 0.25 1000000 250000 125000 1 0.3 1000000 300000 150000
2 0.25 1000000 250000 125000 2 1 1000000 1000000 500000
3 0.25 1000000 250000 125000 3 1 1000000 1000000 500000
4 0.75 1000000 750000 375000 4 0.3 1000000 300000 150000
5 0.37 1000000 370000 185000 5 1.5 1000000 1500000 750000
6 0.2 1000000 200000 100000 6 1 1000000 1000000 500000
7 0.12 1000000 120000 60000 7 1 1000000 1000000 500000
8 0.25 1000000 250000 125000 8 1 1000000 1000000 500000
9 0.32 1000000 320000 160000 9 1 1000000 1000000 500000
10 0.2 1000000 200000 100000 10 1 1000000 1000000 500000
11 0.15 1000000 150000 75000 11 1 1000000 1000000 500000
12 1 1000000 1000000 500000 12 1 1000000 1000000 500000
13 0.25 1000000 250000 125000 13 0.5 1000000 500000 250000
14 0.25 1000000 250000 125000 14 0.5 1000000 500000 250000
15 0.5 1000000 500000 250000 15 1 1000000 1000000 500000
16 0.25 1000000 250000 125000 16 1.5 1000000 1500000 750000
17 0.25 1000000 250000 125000 17 1.5 1000000 1500000 750000
18 0.75 1000000 750000 375000 18 1.1 1000000 1100000 550000
19 0.25 1000000 250000 125000 19 1 1000000 1000000 500000

95
20 0.35 1000000 350000 175000 20 1.2 1000000 1200000 600000
21 1 1000000 1000000 500000 21 1.3 1000000 1300000 650000
22 0.25 1000000 250000 125000 22 1.2 1000000 1200000 600000
23 0.25 1000000 250000 125000 23 1.5 1000000 1500000 750000
24 0.5 1000000 500000 250000 24 1.5 1000000 1500000 750000
25 0.25 1000000 250000 125000 25 1.2 1000000 1200000 600000
26 1 1000000 1000000 500000 26 1.5 1000000 1500000 750000
27 0.25 1000000 250000 125000 27 1 1000000 1000000 500000
28 0.25 1000000 250000 125000 28 1.5 1000000 1500000 750000
29 0.25 1000000 250000 125000 29 1.3 1000000 1300000 650000
30 0.5 1000000 500000 250000 30 0.5 1000000 500000 250000
Jumlah 11.46 30000000 11460000 5730000 Jumlah 31.9 30000000 31900000 15950000
Rata-Rata 0.382 1000000 382000 191000 Rata-Rata 1.1 1000000.0 1063333.3 531666.7

96
LAMPIRAN 12. Rincian Biaya Pupuk Petani Padi Organik PPO Santiago dan Petani Padi Anorganik Musim Tanam November
– Februari 2017

penggunaan
Pupuk dasar

Biaya/karun

pupuk Urea
pupuk NPK
Total biaya

biaya total
pupuk KCL
anorganik
(Karung)

phonska
susulan
organik
Sampel

Sampel
Pupuk

pupuk

pupuk
Total

g
1 4 3 7 15000 105000 1 24,000 75,000 140,000 65,000 304,000
2 4 3 7 15000 105000 2 120,000 375,000 350,000 325,000 1,170,000
3 4 3 7 15000 105000 3 120,000 250,000 280,000 325,000 975,000
4 6 8 14 15000 210000 4 24,000 75,000 140,000 65,000 304,000
5 4 8 12 15000 180000 5 180,000 375,000 350,000 650,000 1,555,000
6 6 0 6 15000 90000 6 120,000 200,000 350,000 325,000 995,000
7 8 0 8 15000 120000 7 120,000 200,000 350,000 325,000 995,000
8 8 5 13 15000 195000 8 120,000 200,000 350,000 325,000 995,000
9 6 5 11 15000 165000 9 120,000 200,000 350,000 325,000 995,000
10 6 5 11 15000 165000 10 120,000 200,000 350,000 325,000 995,000
11 6 8 14 15000 210000 11 120,000 200,000 350,000 325,000 995,000
12 12 0 12 15000 180000 12 120,000 200,000 350,000 325,000 995,000
13 8 0 8 15000 120000 13 36,000 125,000 350,000 195,000 706,000
14 6 5 11 15000 165000 14 36,000 125,000 350,000 195,000 706,000
15 6 15 21 15000 315000 15 120,000 250,000 350,000 325,000 1,045,000
16 6 10 16 15000 240000 16 180,000 375,000 350,000 650,000 1,555,000
17 6 5 11 15000 165000 17 180,000 375,000 525,000 650,000 1,730,000
18 8 0 8 15000 120000 18 120,000 250,000 525,000 650,000 1,545,000
19 10 8 18 15000 270000 19 120,000 250,000 350,000 325,000 1,045,000

97
20 8 8 16 15000 240000 20 120,000 250,000 525,000 650,000 1,545,000
21 12 0 12 15000 180000 21 120,000 250,000 350,000 650,000 1,370,000
22 18 10 28 15000 420000 22 120,000 250,000 525,000 650,000 1,545,000
23 15 0 15 15000 225000 23 180,000 375,000 350,000 650,000 1,555,000
24 10 8 18 15000 270000 24 180,000 375,000 175,000 650,000 1,380,000
25 12 10 22 15000 330000 25 120,000 250,000 350,000 650,000 1,370,000
26 20 10 30 15000 450000 26 180,000 375,000 350,000 650,000 1,555,000
27 10 5 15 15000 225000 27 120,000 250,000 350,000 325,000 1,045,000
28 10 5 15 15000 225000 28 180,000 375,000 350,000 650,000 1,555,000
29 10 5 15 15000 225000 29 120,000 250,000 525,000 325,000 1,220,000
30 20 0 20 15000 300000 30 60,000 125,000 175,000 195,000 555,000
450,00 6,315,00 JUMLA 10,535,00 12,740,00
jumlah 269 152 421 0 0 H 3,600,000 7,425,000 0 0 34,300,000
5.0
8.96666 666 RATA-
rata-rata 7 67 14.03333 15000 210500 RATA 120,000 247,500 351,167 424,667 1,143,333
rata- rata- 113,207.5 233,490.5 331,289.3 400,628.9 1,078,616.3
rata/ha 24 13 37 39,474 553,947 rata/ha 5 7 1 3 5

98
LAMPIRAN 13. Rincian Penggunaan TKLK oleh Petani Padi Organik dan Anorganik Nagari Sariak Alahan Tigo Musim
Tanam November – Februari2017

Penanaman (HK)

(penyiangan
Total Biaya TKLK
Persiapan lahan

Persiapan lahan

total biaya TKLK


Sampel organik

Tanaman (HK)

Pemeliharaan
Pengendalian
Perlindungan

Pasca Panen

Pemupukan
Penanaman
Persemaian
Panen (HK)

pengairan)
anorganik

Biaya/HK
biaya/HK

SAMPEL

Panen
Total

Total
(HK)

(HK)

OPT dan
1 1 1 10 12 60,000 720,000 1 8 0 6 0 0 15 29 60000 1740000
2 1 - 10 11 60,000 660,000 2 10 0 12 4 0 4 20 50 60000 3000000
3 1 1 5 7 60,000 420,000 3 10 0 12 4 0 4 20 50 60000 3000000
4 1 2 10 13 60,000 780,000 4 8 0 6 0 0 15 29 60000 1740000
5 1 1 5 7 60,000 420,000 5 8 0 16 6 0 6 25 61 60000 3660000
6 1 2 5 8 60,000 480,000 6 10 0 12 4 0 4 30 60 60000 3600000
7 1 1 8 10 60,000 600,000 7 8 0 12 4 0 4 30 58 60000 3480000
8 1 1 10 12 60,000 720,000 8 8 0 12 4 0 4 30 58 60000 3480000
9 1 4 10 15 60,000 900,000 9 8 0 14 4 0 4 20 50 60000 3000000
10 1 1 5 7 60,000 420,000 10 8 0 16 4 0 4 30 62 60000 3720000
11 - - 5 5 60,000 300,000 11 8 0 12 4 0 4 30 58 60000 3480000
12 4 3 15 22 60,000 1,320,000 12 8 0 12 4 0 4 30 58 60000 3480000
13 1 1 10 12 60,000 720,000 13 8 0 8 0 0 0 15 31 60000 1860000
14 1 1 5 7 60,000 420,000 14 8 0 8 0 0 0 15 31 60000 1860000
15 2 5 10 17 60,000 1,020,000 15 8 0 12 4 0 4 20 48 60000 2880000
16 6 1 10 17 60,000 1,020,000 16 8 0 14 6 0 6 25 59 60000 3540000
17 1 - 10 11 60,000 660,000 17 8 0 14 6 0 6 25 59 60000 3540000
18 3 2 5 10 60,000 600,000 18 8 0 14 4 0 4 30 60 60000 3600000

99
19 1 2 5 8 60,000 480,000 19 8 0 12 4 0 4 30 58 60000 3480000
20 3 5 5 13 60,000 780,000 20 8 0 18 4 0 4 30 64 60000 3840000
21 6 2 10 18 60,000 1,080,000 21 8 0 16 4 0 4 30 62 60000 3720000
22 1 1 5 7 60,000 420,000 22 8 0 18 4 0 4 30 64 60000 3840000
23 1 1 5 7 60,000 420,000 23 8 0 20 4 0 4 25 61 60000 3660000
24 2 1 10 13 60,000 780,000 24 8 0 20 6 0 6 25 65 60000 3900000
25 1 - 5 6 60,000 360,000 25 8 0 10 4 0 4 20 46 60000 2760000
26 2 1 10 13 60,000 780,000 26 8 0 16 6 0 6 20 56 60000 3360000
27 2 3 10 15 60,000 900,000 27 8 0 14 4 0 4 20 50 60000 3000000
28 2 3 5 10 60,000 600,000 28 8 0 16 6 0 6 25 61 60000 3660000
29 2 3 5 10 60,000 600,000 29 8 0 12 4 0 4 20 48 60000 2880000
30 2 2 10 14 60,000 840,000 30 8 0 8 4 0 4 15 39 60000 2340000
53 51 - 233 - 337 1,800,0 20,220,00 246 - 392 1 - 1 715 1,5 1,800, 95,100,0
JUMLAH

JUMLAH
00 0 1 1 85 000 00
6 6

2 2 8 11 60,000 674,000 8 - 13 4 - 4 24 53 60,000 3,170,00


RATA-RATA rata-rata/ha

RATA-RATA rata-rata/ha
0

4.6 4 - 20 - 30 157,895 1,773,684 8 - 12 4 - 4 22 50 56,604 2,990,56


5 6

100
LAMPIRAN 14. Biaya Pajak Lahan Petani Padi Organik dan Anorganik Musim Tanam November – Februari 2017

sampel Pajak Pajak Pajak Pajak Lahan Sampel Pajak Pajak Pajak Lahan
organik Lahan/ Lahan/Ha Lahan Per Per Ha/Mt anorganik Lahan/Tah Lahan/H Per Ha/Mt
Tahun Ha/Mt un a
1 12,000 3,000 1,500 1,500 1 12000 3600 1800
2 12,000 3,000 1,500 1,500 2 12000 12000 6000
3 12,000 3,000 1,500 1,500 3 12000 12000 6000
4 12,000 9,000 4,500 4,500 4 12000 3600 1800
5 12,000 4,440 2,220 2,220 5 12000 18000 9000
6 12,000 2,400 1,200 1,200 6 12000 12000 6000
7 12,000 1,440 720 720 7 12000 12000 6000
8 12,000 3,000 1,500 1,500 8 12000 12000 6000
9 12,000 3,840 1,920 1,920 9 12000 12000 6000
10 12,000 2,400 1,200 1,200 10 12000 12000 6000
11 12,000 1,800 900 900 11 12000 12000 6000
12 12,000 12,000 6,000 6,000 12 12000 12000 6000
13 12,000 3,000 1,500 1,500 13 12000 6000 3000
14 12,000 3,000 1,500 1,500 14 12000 6000 3000
15 12,000 6,000 3,000 3,000 15 12000 12000 6000
16 12,000 3,000 1,500 1,500 16 12000 18000 9000
17 12,000 3,000 1,500 1,500 17 12000 18000 9000
18 12,000 9,000 4,500 4,500 18 12000 13200 6600
19 12,000 3,000 1,500 1,500 19 12000 12000 6000
20 12,000 4,200 2,100 2,100 20 12000 14400 7200

101
21 12,000 12,000 6,000 6,000 21 12000 15600 7800
22 12,000 3,000 1,500 1,500 22 12000 14400 7200
23 12,000 3,000 1,500 1,500 23 12000 18000 9000
24 12,000 6,000 3,000 3,000 24 12000 18000 9000
25 12,000 3,000 1,500 1,500 25 12000 14400 7200
26 12,000 12,000 6,000 6,000 26 12000 18000 9000
27 12,000 3,000 1,500 1,500 27 12000 12000 6000
28 12,000 3,000 1,500 1,500 28 12000 18000 9000
29 12,000 3,000 1,500 1,500 29 12000 15600 7800
30 12,000 6,000 3,000 3,000 30 12000 6000 3000
jumlah 360,00 137,520 68,760 68,760 jumlah 360000 382800 191400
0
rata-rata 12,000 4,584 2,292 2,292 rata-rata 4584 6380

102
LAMPIRAN 15. Produksi, Penerimaan, Biaya Total Pendapatan Serta Keuntungan oleh Petani Padi Organik Musim Tanam
November – Februari 2017

sampel produksi harga penerimaan total biaya total biaya biaya total Pendapatan keuntungan
diperhitungkan di
bayarkan
1 900 6,500 5,850,000 2,396,500 826,500 3,416,380 5,023,500 2,433,620
2 900 6,500 5,850,000 2,396,500 766500 3,352,780 5,083,500 2,497,220
3 950 6,500 6,175,000 2,351,500 526500 3,050,680 5,648,500 3,124,320
4 2700 6,500 17,550,000 4,412,800 994500 5,731,738 16,555,500 11,818,262
5 1200 6,500 7,800,000 3,660,000 602220 4,517,953 7,197,780 3,282,047
6 500 6,500 3,250,000 2,408,400 571200 3,158,376 2,678,800 91,624
7 450 6,500 2,925,000 1,968,100 720720 2,850,149 2,204,280 74,851
8 850 6,500 5,525,000 2,351,500 916500 3,464,080 4,608,500 2,060,920
9 1000 6,500 6,500,000 2,915,000 1066920 4,220,835 5,433,080 2,279,165
10 600 6,500 3,900,000 2,346,300 586200 3,108,450 3,313,800 791,550
11 550 6,500 3,575,000 2,071,000 510900 2,736,814 3,064,100 838,186
12 3500 6,500 22,750,000 4,280,300 1506000 6,133,478 21,244,000 16,616,522
13 900 6,500 5,850,000 3,094,000 841500 4,171,630 5,008,500 1,678,370
14 900 6,500 5,850,000 2,513,800 586500 3,286,318 5,263,500 2,563,682
15 1800 6,500 11,700,000 3,668,500 1338000 5,306,890 10,362,000 6,393,110
16 800 6,500 5,200,000 2,674,000 1261500 4,171,630 3,938,500 1,028,370
17 1000 6,500 6,500,000 2,588,800 826500 3,620,218 5,673,500 2,879,782
18 2800 6,500 18,200,000 3,328,000 724500 4,295,650 17,475,500 13,904,350
19 900 6,500 5,850,000 2,734,000 751500 3,694,630 5,098,500 2,155,370
20 1100 6,500 7,150,000 3,054,800 1022100 4,321,514 6,127,900 2,828,486

103
21 3600 6,500 23,400,000 5,579,000 1266000 7,255,700 22,134,000 16,144,300
22 900 6,500 5,850,000 3,161,500 841500 4,243,180 5,008,500 1,606,820
23 900 6,500 5,850,000 3,211,300 646500 4,089,268 5,203,500 1,760,732
24 1800 6,500 11,700,000 3,728,500 1053000 5,068,390 10,647,000 6,631,610
25 900 6,500 5,850,000 3,518,800 691500 4,462,918 5,158,500 1,387,082
26 3600 6,500 23,400,000 5,796,500 1236000 7,454,450 22,164,000 15,945,550
27 900 6,500 5,850,000 3,476,500 1126500 4,879,180 4,723,500 970,820
28 900 6,500 5,850,000 3,356,500 826500 4,433,980 5,023,500 1,416,020
29 850 6,500 5,525,000 3,356,500 826500 4,433,980 4,698,500 1,091,020
30 1500 6,500 9,750,000 5,093,500 1143000 6,610,690 8,607,000 3,139,310
jumlah 40150 195,000 260,975,000 97,492,400 26603760 131,541,930 234,371,240 129,433,070
rata- 1338.333333 6,500 8,699,167 3,249,747 886792 4,384,731 7,812,375 4,314,436
rata
rata- 3,522 17,105 22,892,544 8,551,965 2,333,663 11,538,766 20,558,881 11,353,778
rata/ha

104
LAMPIRAN 16. Produksi, Penerimaan, Biaya Total Pendapatan Serta Keuntungan oleh Petani Padi Anorganik Musim Tanam
November – Februari 2017

SAMPEL Produksi HARGA PENERIMAAN total biaya biaya dibayarkan Biaya Total pendapatan keuntungan
diperhitungkan
1 1600 5,000 5,500,000 2,629,959 2,165,800 4,795,759 2,870,041 704,241
2 2500 5,000 10,000,000 4,245,171 4,176,000 8,421,171 5,754,829 1,578,829
3 2500 5,000 10,000,000 4,312,971 3,981,000 8,293,971 5,687,029 1,706,029
4 1500 5,000 5,000,000 2,804,859 2,165,800 4,970,659 2,195,141 29,341
5 3000 5,000 12,500,000 5,758,001 5,584,000 11,342,001 6,741,999 1,157,999
6 2500 5,000 10,000,000 4,353,171 4,121,000 8,474,171 5,646,829 1,525,829
7 2800 5,000 11,500,000 4,125,704 4,001,000 8,126,704 7,374,296 3,373,296
8 2500 5,000 10,000,000 4,250,571 4,001,000 8,251,571 5,749,429 1,748,429
9 2500 5,000 10,000,000 4,083,621 4,001,000 8,084,621 5,916,379 1,915,379
10 2800 5,000 11,500,000 4,207,430 4,001,000 8,208,430 7,292,570 3,291,570
11 2500 5,000 10,000,000 4,147,221 4,001,000 8,148,221 5,852,779 1,851,779
12 2500 5,000 10,000,000 4,168,208 4,001,000 8,169,208 5,831,792 1,830,792
13 1800 5,000 6,500,000 2,796,501 2,689,000 5,485,501 3,703,499 1,014,499
14 1800 5,000 6,500,000 2,820,351 2,689,000 5,509,351 3,679,649 990,649
15 2200 5,000 8,500,000 4,062,771 4,051,000 8,113,771 4,437,229 386,229
16 3000 5,000 12,500,000 5,425,601 5,344,000 10,769,601 7,074,399 1,730,399
17 3000 5,000 12,500,000 5,472,460 5,519,000 10,991,460 7,027,540 1,508,540
18 2000 5,000 7,500,000 4,367,657 4,671,600 9,039,257 3,132,343 (1,539,257)
19 2500 5,000 10,000,000 3,959,421 4,051,000 8,010,421 6,040,579 1,989,579
20 2500 5,000 10,000,000 4,806,843 4,792,200 9,599,043 5,193,157 400,957
21 2800 5,000 11,500,000 4,848,629 4,737,800 9,586,429 6,651,371 1,913,571

105
22 2200 5,000 8,500,000 5,012,043 5,032,200 10,044,243 3,487,957 (1,544,243)
23 3000 5,000 12,500,000 5,823,934 5,584,000 11,407,934 6,676,066 1,092,066
24 3000 5,000 12,500,000 5,859,527 5,649,000 11,508,527 6,640,473 991,473
25 2200 5,000 8,500,000 4,463,943 4,377,200 8,841,143 4,036,057 (341,143)
26 3000 5,000 12,500,000 5,518,151 5,164,000 10,682,151 6,981,849 1,817,849
27 2200 5,000 8,500,000 4,252,071 4,291,000 8,543,071 4,247,929 (43,071)
28 3000 5,000 12,500,000 5,591,051 5,584,000 11,175,051 6,908,949 1,324,949
29 2500 5,000 10,000,000 4,594,679 4,347,800 8,942,479 5,405,321 1,057,521
30 1800 5,000 6,500,000 3,158,091 3,018,000 6,176,091 3,341,909 323,909
jumlah 73700 150,000 293,500,000 131,920,613 127,791,400 259,712,013 161,579,389 33,787,987
rata-rata 2,457 5,000 9,783,333 4,397,354 4,259,713 8,657,067 5,385,980 1,126,266
rata- 2,317.61 4,716.98 9,229,559.75 4,148,447 4,018,597 8,167,044 5,081,112.86 1,062,515.41
rata/ha

106
107

Lampiran 17. Alasan Petani Memilih Usahatani.

jawaban jawaban
sampel

sampel

umur
biaya

aan
kepuas

ajakan

lain
lain-

sulit
lebih
jaan
penger

lain
lain-
produk
sedikit
si
1 1 1 45 1
2 1 2 50 1
3 1 3 53 1
4 1 4 62 1
5 1 5 63 1
6 1 6 43 1
7 1 7 45 1
8 1 8 35 1
9 1 9 37 1
10 1 10 36 1
11 1 11 39 1
12 1 12 41 1
13 1 13 55 1
14 1 14 30 1
15 1 15 36 1
16 1 16 51 1
17 1 17 38 1
18 1 18 60 1
19 1 19 45 1
20 1 20 56 1
21 1 21 60 1
22 1 22 49 1
23 1 23 55 1
24 1 24 56 1
25 1 25 48 1
26 1 26 41 1
27 1 27 45 1
28 1 28 50 1
29 1 29 33 1
30 1 30 67 1
rata-
total 18 6 4 2 rata 11 14 5
% 60 20 13.3 6.7 % 37 47 17
108

LAMPIRAN 18. DOKUMENTASI

Sekretariat PPO Santiago Lahan Siap Ditanami

Rice Milling Unit PPO Santiago Rice Milling Unit PPO Santiago

Lahan Siap Ditanamin dan Persemaian Petani PPO Santiago Selesai dari sawah
109

Wawancara dengan Pengurus PPO Wawancara dengan Petani Anggota PPO


Santiago

Wawancara dengan Petani Anggota PPO Wawancara dengan Petani Anorganik

Penulis bersama dengan responden petani


anorganik dengan latar rumah
penggilingan yang biasa digunakan untuk
menggiling gabah.

Wawancara dengan Petani Anorganik

You might also like