Gambaran Determinan Kematian Ibu Di Kota Surabaya

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

GAMBARAN DETERMINAN KEMATIAN IBU DI KOTA SURABAYA

TAHUN 2015 - 2017

Hazar Rochmatin
Departemen Biostatistika dan Kependudukan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Jl. Mulyorejo Kampus C Unair Surabaya 60115
Alamat korespondensi: Hazar Rochmatin
Email: hazarfianqueen@yahoo.com

ABSTRACT
Maternal mortality rate is one of indicator in assessing the welfare of the community in a region. The high level
of Maternal Mortality Rate is a low level signals of public health. Data on maternal mortality in the city of
Surabaya shows a decrease in the last 6 years from 144.66 in 2012 to 79.40 in 2017. Although it has shown a
decline in progress, this figure still puts Surabaya as the second largest contributor to maternal deaths in East
Java in 2017. The study aims to describe the determinants of maternal mortality in Surabaya based on contextual,
intermediate and proxy determinants for 2015-2017. This research is descriptive by using secondary data in the
form of recapitulation of Maternal Verbal Autopsy (OVM) data on maternal deaths at Surabaya City Health Office
The results showed that based on education, the majority of mothers who died had secondary education of 52.29%
(57 people). Based on work, the majority of mothers have jobs as housewives of 68.81% (75 people). Based on the
age of the mother, the majority of deaths occurred in women aged 20-34 years with a percentage of 66.97% (73
people). According to parity, the majority of mothers who died occurred during pregnancy of the second child by
31.19% (34 people). Based on the period of death, the majority occurred in the puerperium with a percentage of
66.97% (70 people). According to the cause of single death, the majority of maternal deaths were caused by pre-
eclampsia/eclampsia with a percentage of 26.61% (29 people). This study recommends the need for early
recognition of mothers about antenatal care and danger during pregnancy, childbirth and the puerperium period
and increased alertness of health workers to complications of pregnancy, especially in mothers with a history of
disease.

Keywords: maternal mortality, contextual determinant, intermediate determinant, proximate determinant

ABSTRAK
Angka kematian ibu merupakan salah satu indikator dalam menilai kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah.
Tingginya AKI memberikan sinyal terhadap rendahnya kesehatan masyarakat. Data angka kematian ibu di Kota
Surabaya telah menunjukkan penurunan dalam 6 tahun terakhir dari 144,66 di tahun 2012 menjadi 79,40 di tahun
2017. Meskipun telah menunjukkan progres penurunan, angka tersebut masih menempatkan Kota Surabaya
sebagai penyumbang jumlah kematian ibu terbanyak kedua se Provinsi Jawa Timur di tahun 2017. Penelitian
bertujuan untuk menggambarkan determinan kematian ibu di Surabaya berdasarkan determinan kontekstual,
antara dan proksi tahun 2015-2017. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan data sekunder berupa
rekapitulasi data Otopsi Verbal Maternal (OVM) kematian ibu di Dinas Kesehatan Kota Surabaya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa berdasarkan pendidikan, mayoritas ibu yang meninggal memiliki pendidikan menengah
sebesar 52,29% (57 orang). Berdasarkan pekerjaan, mayoritas ibu memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga
sebesar 68,81% (75 orang). Berdasarkan umur ibu, mayoritas kematian terjadi pada ibu berusia 20-34 tahun dengan
persentase 66,97% (73 orang). Menurut paritas, mayoritas ibu yang meninggal terjadi saat kehamilan anak ke-2
sebesar 31,19% (34 orang). Berdasarkan masa kematian sebagian besar terjadi pada masa nifas dengan persentase
sebesar 66,97% (70 orang). Menurut penyebab kematian tunggal, mayoritas kematian ibu diakibatkan pre-
eklamsia/eklamsia dengan persentase sebesar 26,61% (29 orang). Penelitian ini merekomendasikan perlunya
pengenalan secara dini pada ibu tentang perawatan dan bahaya pada masa hamil, melahirkan dan masa nifas dan
peningkatan kewaspadaan tenaga kesehatan terhadap komplikasi kehamilan terutama pada ibu dengan riwayat
penyakit.

Kata kunci: kematian ibu, determinan kontekstual, determinan antara, determinan proksi

Received: 31 Oktober 2018 Published: 31 Desember 2018

178
Rochmatin, Gambaran Determinan Kematian Ibu di Kota… 179

PENDAHULUAN kedua di kawasan Asia Tenggara setelah Laos


dengan AKI 357 per 100.000. Jika
Kesehatan adalah investasi terbesar dalam
dibandingkan dengan Malaysia dan Singapura,
kehidupan manusia, setiap negara berlomba-
angka tersebut masih sangat tinggi. Pada tahun
lomba untuk meningkatkan pelayanan
2015 Malaysia memiliki angka kematian ibu
kesehatan bagi seluruh individu di negaranya
melahirkan sebesar 24 per 100.000 sementara
agar dapat terpenuhinya standar kesehatan
Singapura hanya 7 per 100.000 kelahiran hidup
minimal yang telah ditetapkan. Dalam
(BPS, 2015).
perkembangannya, guna mewujudkan
Berdasarkan laporan World Bank tahun
masyarakat yang sehat perlu memperhatikan
2017, terdapat empat ibu di Indonesia yang
kesehatan terutama terhadap ibu. Isu krusial
meninggal akibat kehamilan, persalinan dan
terhadap kesehatan ibu tidak hanya dapat
nifas. Dengan kata lain ada satu ibu di Indonesia
digunakan untuk menentukan pembangunan
yang meninggal setiap enam jam. Hasil sensus
kesehatan suatu negara, tetapi dapat digunakan
kependudukan tahun 2010 menunjukkan bahwa
untuk investasi bagi peningkatan kualitas
sumbangan terbesar terhadap kematian
sumber daya manusia di masa mendatang
maternal yakni 90% terjadi pada masa
(Syafrudin & Hamidah, 2009). Ibu memiliki
persalinan yang terjadi pada saat dan segera
peran penting terhadap perkembangan anak,
pasca persalinan. Jika diurut berdasarkan
dimulai dari fase kandungan hingga fase
Penyebab langsung AKI, 28% akibat
melahirkan, sehingga upaya peningkatan
perdarahan, 24% eklampsia, dan 11% karena
penyelenggaraaan kesehatan ibu perlu
infeksi. Sedangkan Penyebab tidak langsung
mendapatkan prioritas dan perhatian khusus
terhadap jumlah AKI Indonesia 37%
(Kemenkes RI, 2014).
disebabkan Kurang Energi Kronis pada
Angka Kematian Ibu menjadi bagian dari
kehamilan, serta 40% karena anemia pada
beberapa indikator yang dapat menggambarkan
kehamilan (Depkes RI, 2009).
sinyal kesejahteraan dari sebuah negara.
Sejak Tahun 1996, Indonesia telah
Peningkatan jumlah kematian ibu dari masa ke
melakukan upaya-upaya strategis guna
masa seringkali menjadi indikator penilaian
menurunkan jumlah AKI Indonesia dengan
untuk melihat hasil dari program kesehatan
Program Gerakan Sayang Ibu (GSI) dengan
terhadap upaya perbaikan derajat kesehatan
pendekatan perlindungan terhadap Ibu dan
masyarakat. AKI yang tinggi dapat
Anak dengan melibatkan seluruh perangkat
menggambarkan derajat hidup sehat
pemerintahan serta perangkat-perangkat
masyarakat dibawah entry level sehingga
kesehatan hingga ketingkat RT, hingga
memiliki potensi penyebab mundurnya
pemerintah merumuskan kebijakan MPS
kehidupan rumah tangga secara nasional dari
(Making Pregnancy Safer) sebagai program
sisi sosio kultural dan ekonomi. (Kemenkes RI,
unggulan, namun usaha tersebut belum dapat
2014).
mengatasi Jumlah AKI bahkan mengalami
Selang waktu antara tahun 1990 sampai
peningkatan di tahun 2012 yang semula
dengan tahun 2015 turunnya jumlah AKI
228/100.000 kelahiran hidup menjadi
menjadi tujuan ke-5 pembangunan MDGs.
359/100.000 kelahiran hidup. Kemudian di
World Health Organizazion (WHO)
tahun yang sama pemerintah mencanangkan
menetapkan Sustainable Development Goals
program Expanding Maternal and Neonatal
(SDGs), dengan target penurunan jumlah AKI
Survival (EMAS) sebagai strategi untuk
global sampai dengan tahun 2030 di bawah
menekan AKI dengan fokus sasaran pada
70/100.000 kelahiran hidup (WHO, 2015).
provinsi yang memiliki jumlah AKI terbesar di
Menurut Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia antara lain Jatim, Jateng, Jabar,
Indonesia dalam program SDGs dijelaskan
Banten, Sulsel dan Sumut. Pemilihan keenam
bahwa salah satu target sistem kesehatan
Provinsi tersebut dikarenakan 52,6% terhadap
nasional adalah mengurangi angka kematian ibu
jumlah AKI di Indonesia berasal dari keenam
hingga di bawah 70 per 100.000 kelahiran
provinsi tersebut. Diharapkan dengan
(Kemenkes RI, 2015). Berdasarkan hasil Survei
penurunan jumlah AKI pada provinsi-provinsi
Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015, AKI
tersebut akan signifikan mempengaruhi jumlah
Indonesia sebesar 305/100.000 kelahiran hidup.
penurun AKI di Indonesia (Kemenkes RI,
Angka tersebut menempatkan indonesia
2015).
sebagai negara dengan angka kematian tertinggi
180 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 7, No. 2 Desember 2018: 179–187

Upaya menurunkan AKI melalui program Surabaya dalam 5 tahun terakhir, namun hal
EMAS adalah dengan meningkatkan kualitas tersebut masih menempatkan kota Surabaya di
pelayanan di Minimal 150 Rumah sakit dan 300 peringkat kedua sebagai penyumbang AKI
Puskemas/balkesmas. Terutama pada Jatim pada 2017 (Dinkes Kota Surabaya, 2017).
pelayanan kedaruratan (emergency) Obstetri Secara teori, terdapat tiga faktor yang
dan pelayanan bayi baru lahir serta membangun berpengaruh atas terjadinya kematian maternal
sistem rujukan yang efektif dan efisien antar (McCarthy & Deborah, 1992). Pertama, adalah
fasilitas kesehatan (rumah sakit dan determinan proksi/dekat yaitu faktor kehamilan
puskesmas). Setiap orang khususnya ibu wajib itu sendiri dan komplikasi obstetri saat hamil,
mendapatkan akses terhadap pelayanan bersalin maupun masa nifas. Kedua, determinan
kesehatan yang baik, terutama terhadap antara/intermediate yang memiliki keterkaitan
pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan dengan status kesehatan, yakni kesehatan ibu itu
pelayanan kehamilan, persalinan dan nifas. sendiri, status reproduksi, pelayanan kesehatan
Pemeritah bertanggung jawab terhadap seluruh dan perilaku penggunaan fasilitas kesehatan.
instrumen yang dibutuhkan agar setiap ibu Ketiga, determinan kontekstual/jauh yaitu
dapat mengakses pelayanan kesehatan tersebut faktor lingkungan (sosiokultural) dan ekonomi,
dan masyarakat memiliki tangung jawab untuk dimana menempatkan wanita sebagai
mengetahui secara baik atas setiap akses masyarakat kelas dua, kedudukan dan kasta
pelayanan kesehatan terutama untuk ibu, mulai sebuah keluarga dalam masyarakat yang tentu
dari kehamilan, persalinan, setelah persalinan berpengaruh pada aspek pendidikan, ekonomi,
(nifas), rujukan dan perawatan khusus ketika keterjangkauan serta kebijakan yang tidak
terjadi komplikasi, dan keluarga berencana berpihak pada kesehatan ibu. Untuk itu peneliti
(Kemenkes RI, 2015). akan menganalisis determinan kematian ibu
Provinsi Jawa Timur pada tahun 2011 yang menyebabkan AKI di kota Surabaya
hingga 2015 berdasarkan LKI (Laporan masih tinggi. Hasil penelitian ini dapat
Kematian Ibu) Jawa Timur mengalami dijadikan bahan dalam penentuan arah
kecenderungan penurunan jumlah AKI. 104,3 kebijakan program kesehatan maternal di Kota
per 100.000 kelahiran hidup di tahun 2011, Surabaya.
97,43 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
2012, 97,39 per 100.000 kelahiran hidup di
tahun 2013, 93,53 kematian ibu per 100.000 METODE PENELITIAN
kelahiran hidup tahun 2014, dan 89,6 per Jenis penelitian ini adalah penelitian non
100.000 kelahiran hidup di tahun 2015. Pada reaktif (non reactive research) yang
tahun 2016 jumlah AKI Jawa Timur meningkat menggunakan data sekunder. Penelitian non
yang semula 89,6 menjadi 91 per 100.000 reaktif disebut juga dengan penelitian
kelahiran hidup. Walaupun capaian di tahun unobstrusive. Pada penelitian unobstrusive,
tersebut telah mencapai rencana strategis subjek yang diteliti tidak sadar bahwa mereka
Provinsi Jawa Timur, hal itu tetap diupayakan merupakan bagian dari penelitian sehingga
turun (Dinkes Provinsi Jawa Timur, 2017). tidak terdapat reaksi dari subjek penelitian.
Salah satu penyumbang AKI terbesar Penelitian dilaksanakan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur adalah Kota Surabaya. Kota Surabaya pada 11 Agustus-14 September
Pencapaian tersebut antara lain 119,15/100.000 2018.
kelahiran hidup di tahun 2013 atau setara Populasi yang menjadi objek penelitian
dengan 49 jiwa, 90,19/100.000 kelahiran hidup adalah ibu yang meninggal diakibatkan proses
di tahun 2014 atau setara dengan 39 jiwa, kehamilan, persalinan dan nifas periode 2015-
kemudian tahun 2015 dengan kematian ibu 2017. Sampel dalam penelitian ini adalah semua
87,35 per 100.000 kelahiran hidup atau ibu yang mengalami kematian maternal selama
sejumlah 38 jiwa, di tahun 2016 AKI kota tahun 2015-2017 sejumlah 109 orang.
Surabaya di angka 85,72/100.000 kelahiran Variabel yang digunakan dalam penelitian
hidup atau setara dengan 37 jiwa. Kemudian meliputi pendidikan, pekerjaan, umur ibu,
tahun 2017 dengan AKI 79,40 per 100.000 jumlah kelahiran/paritas, masa kematian dan
kelahiran hidup atau sejumlah 34 jiwa kematian penyebab kematian.
ibu. Penelitian ini menggunakan data sekunder
Jika dilihat dari data diatas, terjadi berupa rekapitulasi data Otopsi Verbal Maternal
penurunan jumlah kematian ibu di Kota (OVM) kematian ibu yang ada di Dinas
Rochmatin, Gambaran Determinan Kematian Ibu di Kota… 181

Kesehatan Kota Surabaya dari tahun 2015- berprofesi sebagai ibu rumah tangga dengan
2017. Data tersebut berasal dari 63 wilayah persentase sebesar 68,81% (75 orang)
kerja puskesmas di Surabaya. Dianalisis secara sedangkan kematian paling sedikit terjadi pada
deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel ibu yang berprofesi wiraswasta dengan
distribusi frekuensi/grafik/diagram dari persentase 2,75% (3 orang).
masing-masing variabel. Pada tabel 1 juga dapat dilihat bahwa tren
kematian ibu tertinggi berdasarkan pendidikan
dan pekerjaan pada periode 2015-2017 tidak
HASIL PENELITIAN mengalami perubahan. Ibu yang mempunyai
Gambaran Kematian Ibu pendidikan menengah dan ibu yang memiliki
pekerjaan sebagai ibu rumah tangga
Hasil penelitian tentang jumlah kematian
mendominasi sebagai penyumbang terbesar
ibu Kota Surabaya tahun 2015-2017 dapat
kematian ibu selama tiga tahun tersebut.
dilihat dari gambar 1.
Gambaran Determinan Antara
39
38 Hasil penelitian menurut determinan antara
Kematian Ibu (jiwa)

38
37 37 memperlihatkan bahwa mayoritas kematian ibu
36 di kota Surabaya tahun 2015-2017 dialami oleh
35 ibu berusia 20-34 tahun dengan persentase
34 34 66,97% (73 orang) dan yang paling sedikit
33 terjadi pada ibu usia <20 tahun sebesar 6,42%
32 (7 orang). Berdasarkan paritas, mayoritas
2015 2016 2017 kematian ibu terjadi saat ibu hamil anak ke-2
Tahun dengan persentase sebesar 31,19% (34 orang)
sedangkan paling sedikit terjadi pada ibu
Gambar 1. Jumlah Kematian Ibu Kota dengan paritas ≥4 dengan persentase sebesar
Surabaya 2015-2017. 13,76% (15 orang).
Tren kematian ibu berdasarkan umur ibu
Gambar 1 menunjukkan bahwa jumlah tidak menunjukkan perubahan pada tahun 2015-
kematian ibu mengalami penurunan dalam tiga 2017. Ibu yang berusia 20-34 tahun
tahun terakhir. Jumlah tersebut secara tidak mendominasi sebagai penyumbang terbesar
langsung juga menurunkan angka kematian ibu kematian selama 3 tahun berturut-turut.
(AKI) Kota Surabaya. Berdasarkan jumlah Berbeda jika dilihat dari jumlah paritas yang
kematian tersebut akan peneliti gambarkan menunjukkan perubahan dimana pada tahun
faktor yang mempengaruhinya dari 3 2015 mayoritas kematian terjadi pada ibu saat
determinan, antara lain: determinan kontekstual hamil anak ke-1, sementara tahun 2016
meliputi pendidikan dan pekerjaan ibu, mayoritas terjadi pada ibu saat hamil anak ke-3
determinan antara meliputi umur ibu dan dan tahun 2017 terbanyak pada paritas ke-2.
jumlah kelahiran serta determinan proksi
meliputi masa kematian dan penyebab Gambaran Determinan Proksi
kematian. Gambaran tersebut terangkum pada
tabel 1. Hasil penelitian menurut determinan proksi
memperlihatkan bahwa mayoritas kematian ibu
Gambaran Determinan Kontektual di Kota Surabaya tahun 2015-2017 terjadi pada
masa nifas dengan persentase sebesar 66,97%
Hasil penelitian menurut determinan (70 orang) sedangkan yang paling sedikit terjadi
kontekstual/jauh kematian ibu di Surabaya pada masa bersalin sebesar 16,51% (18 orang).
periode 2015-2017, seperti terlihat di tabel 1 Berdasarkan penyebab kematian, mayoritas
menunjukkan bahwa mayoritas kematian ibu kematian ibu dikarenakan penyebab lain-lain
terjadi pada ibu dengan pendidikan menengah dengan persentase sebesar 31,19% (36 orang),
(SMA) dengan persentase sebesar 52,29% (57 namun jika diruntut dari penyebab tunggal di
orang), sedangkan paling sedikit adalah ibu tabel 1 dapat dilihat bahwa pre
yang mempunyai pendidikan tinggi (D3/S1/S2) eklamsia/eklamsia adalah penyebab terbanyak
dengan persentase 16,51% (18 orang). Menurut kematian ibu dengan persentase sebesar 26,61%
variabel pekerjaan, mayoritas kematian ibu (29 orang).
182 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 7, No. 2 Desember 2018: 179–187

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Determinan Kematian Ibu


2015 2016 2017 Total
Determinan Variabel
Frek % Frek % Frek % Frek %
Kontekstual Pendidikan:
Rendah (SD-SMP) 10 26,32 13 35,14 11 32,35 34 31,19
Menengah (SMA) 20 52,63 19 51,35 18 52,94 57 52,29
Tinggi (D3/S1/S2) 8 21,05 5 13,51 5 14,71 18 16,51
Pekerjaan:
IRT 28 73,68 25 67,57 22 64,71 75 68,81
Swasta 10 26,32 11 29,73 10 29,41 31 28,44
Wiraswasta 0 0 1 2,70 2 5,88 3 2,75
Antara Umur Ibu:
< 20 tahun 4 10,53 1 2,70 2 5,88 7 6,42
20-34 tahun 25 65,79 27 72,97 21 61,76 73 66,97
≥ 35 tahun 9 23,68 9 24,32 11 32,35 29 26,61
Paritas:
1 13 34,21 6 16,22 11 32,35 30 27,52
2 8 21,05 11 29,73 15 44,12 34 31,19
3 10 26,32 16 43,24 4 11,76 30 27,52
≥4 7 18,42 4 10,81 4 11,76 15 13,76
Proksi Masa Kematian:
Hamil 10 26,32 6 16,22 5 14,71 21 19,27
Bersalin 4 10,53 7 18,92 7 20,59 18 16,51
Nifas 24 63,16 24 64,86 22 64,71 70 64,22
Penyebab Kematian:
Pre-eklamsia/ Eklamsia 7 18,42 14 37,84 8 23,53 29 26,61
Haemoragie Post
Partum 13 34,21 7 18,92 3 8,82 23 21,10
Jantung
Hepatitis 3 7,89 1 2,70 6 17,65 10 9,17
TB Paru 1 2,63 0 0 0 0 1 0,92
HIV 1 2,63 5 13,51 1 2,94 7 6,42
Lain-lain * 2 5,26 1 2,70 0 0 3 2,75
11 28,95 9 24,32 16 47,06 36 33,03
Keterangan : * Diabetes mellitus, DBD, asma, sepsis, lupus, efek obat anastesi, SLE, aspirasi, acute fatty liver,
ITP, Idiopatik Thrombositopenia, ginjal, urosepsis, kanker paru, severe pneumonia, sindroma pulih
imun, encephalitis, septik syok, suspect CVA bleeding, hepatosplenomegali, hipertiroid, Death on
Arrival (DoA) dan penyebab lain yang tidak diketahui.

Gambaran Determinan Proksi kematian ibu dengan persentase sebesar 26,61%


(29 orang).
Hasil penelitian menurut determinan proksi
Pada tabel 1 juga terlihat bahwa tren
memperlihatkan bahwa mayoritas kematian ibu
kematian ibu tertinggi menurut masa kematian
di Kota Surabaya tahun 2015-2017 terjadi pada
tidak terdapat perubahan, kematian ibu pada
masa nifas dengan persentase sebesar 66,97%
masa nifas sebagai penyumbang terbesar
(70 orang) sedangkan yang paling sedikit terjadi
kematian selama periode 2015-2017. Tren
pada masa bersalin sebesar 16,51% (18 orang).
menurut penyebab kematian terdapat perubahan
Berdasarkan penyebab kematian, mayoritas
jumlah persentase terbanyak pada ketiga tahun
kematian ibu dikarenakan penyebab lain-lain
tersebut. Pada tahun 2015 mayoritas kematian
dengan persentase sebesar 31,19% (36 orang),
disebabkan karena Haemoragie Post Partum
namun jika diruntut dari penyebab tunggal di
(HPP), tahun 2016 berubah dengan jumlah
tabel 1 dapat dilihat bahwa pre
kematian terbanyak disebabkan pre-
eklamsia/eklamsia adalah penyebab terbanyak
eklamsia/eklamsia sedangkan pada tahun 2017
Rochmatin, Gambaran Determinan Kematian Ibu di Kota… 183

berubah lagi dimana penyebab terbanyak pengetahuan seseorang tentang kesehatan


disebabkan oleh lain-lain. reproduksi maka akan semakin faham mengenai
bagaimana cara mempersiapkan kehamilan,
perawatan selama kehamilan, persiapan
PEMBAHASAN persalinan dan masa nifas serta bagaimana
Determinan Kontekstual Kematian Ibu penanganan jika terjadi situasi gawat darurat.
Berdasarkan variabel pekerjaan, mayoritas
Jumlah kematian ibu terbanyak adalah ibu
ibu memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah
dengan latar belakang pendidikan SMA
tangga (IRT). Tren kematian ibu tertinggi juga
sedangkan yang paling sedikit adalah ibu
tidak mengalami perubahan yang didominasi
dengan pendidikan tinggi. Tren kematian
oleh ibu rumah tangga. Hasil ini sejalan dengan
berdasarkan pendidikan ibu juga tidak
penelitian yang dilakukan di Kabupaten
mengalami perubahan dari tahun 2015-2017
Banyumas tentang faktor-faktor yang
yang tetap didominasi oleh ibu yang berlatar
mempengaruhi kematian ibu yang menyatakan
belakang pendidikan menengah. Hasil tersebut
bahwa pekerjaan berhubungan dengan
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan secara
kematian ibu dimana mayoritas kematian ibu
tidak langsung berhubungan dengan kematian
adalah ibu rumah tangga (Sumarni, 2014).
ibu. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang
Sejalan dengan hal tersebut, penelitian yang di
dilakukan di di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
lakukan di Kota Surabaya tentang pengaruh
Manado tentang gambaran kematian maternal
latar belakang sosial ekonomi dan antenatal
tahun 2013-2015 yang menunjukkan bahwa
care pada kematian ibu yang menyatakan
kematian ibu paling tinggi terjadi pada wanita
bahwa ibu yang tidak bekerja memiliki risiko
dengan tingkat pendidikan SMA, yaitu sebesar
sebesar 4,4 kali lebih besar terjadi kematian ibu
78,57% (2013), 42,86% (2014) dan 69,23%
daripada ibu yang bekerja (Taguchi et.al.,
(2015) (Lumbanraja, 2015). Penelitian di
2003).
Kabupaten Sidoarjo juga menemukan bahwa
Menurut Dwidjayannti (1999) Ibu rumah
kematian ibu mayoritas terjadi pada pendidikan
tangga adalah wanita yang banyak
SMA (Rahmawati, 2014). Hasil penelitian di
menghabiskan waktunya dirumah dan
Sub-Saharan Afrika tentang analisis determinan
mempersembahkan waktunya untuk merawat
kematian ibu menyatakan bahwa tingkat
dan mengurus anak anaknya menurut pola yang
pendidikan wanita merupakan prediktor
diberikan masyarakat umum. Hal ini
moderat dalam kematian ibu sehingga investasi
memungkinkan bahwa pada ibu rumah tangga
strategis untuk meningkatkan kualitas hidup
disibukkan pada urusan domestik rumah tangga
melalui pendidikan wanita akan memiliki
yang mengakibatkan ibu kurang mendapatkan
dampak besar pada penurunan kematian ibu
informasi terkait kesehatan selama hamil,
(Buor & Bream, 2004).
melahirkan dan masa nifas.
Menurut UU RI No. 23 Tahun 2003 tingkat
Status ibu rumah tangga juga berkaitan
pendidikan seseorang dapat mendukung atau
dengan keadaan ekonomi keluarga. Ibu yang
mempengaruhi tingkat pengetahuan yaitu
berprofesi sebagai ibu rumah tangga secara
semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi
ekonomi sangat tergantung pada pendapatan
pengetahuan seseorang karena pendidikan yang
suaminya dan tidak mempunyai pendapatan
tinggi mempermudah ibu menerima informasi
lebih yang bisa digunakan untuk memperoleh
baru sehingga tidak akan acuh terhadap
kebutuhan selama hamil, melahirkan dan masa
informasi kesehatan. Menurut Notoatmodjo
nifas. Pekerjaan dapat mempengaruhi besarnya
(2003) salah satu faktor yang mempengaruhi
pendapatan. Pendapatan dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang adalah tingkat
pola pengeluaran rumah tangga. Pendapatan
pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu
yang rendah umumnya akan membelanjakan
kebutuhan dasar manusia yang sangat
pendapatannya hanya untuk kepentigan
diperlukan untuk pengembangan diri. Semakin
konsumsi makanan, sehingga porsi untuk
tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan
lainnya terabaikan termasuk pengeluaran untuk
semakin mudah untuk menerima serta
kesehatan. Jika pengeluaran kesehatan kurang,
mengembangkan pengetahuan. Semakin tinggi
maka alokasi dana untuk pelayanan dan
pengetahuan seseorang, maka akan semakin
perawatan maternal pun tidak tercukupi
mudah untuk menerima informasi termasuk
sehingga kesehatan ibu pada saat hamil,
tentang kesehatan reproduksi. Semakin banyak
melahirkan dan nifas tidak dapat dilaksanakan.
184 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 7, No. 2 Desember 2018: 179–187

Hal tersebut diperkuat dengan penelitian yang yang tidak memiliki riwayat penyakit (Jayanti,
dilakukan di Kabupaten Wakatobi tentang et al., 2016).
faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan Berdasarkan jumlah kelahiran, kematian
pelayanan kesehatan yang menyatakan bahwa terbanyak adalah pada ibu dengan jumlah
ada hubungan yang signifikan antara kelahiran ke-2, sedangkan yang paling sedikit
pendapatan dengan pemanfaatan pelayanan adalah pada ibu dengan jumlah kelahiran ke >
kesehatan (Widiani, et.al., 2015). 4. Jumlah kematian ibu berdasarkan paritas
tersebut tidak dominan di tahun 2015-2017,
Determinan Antara Kematian Ibu namun terjadi perubahan fluktuatif dimana pada
Berdasarkan umur ibu, jumlah kematian tahun 2015 adalah pada paritas pertama, tahun
terbanyak adalah ibu dengan rentang usia 20-34 2016 pada paritas ke-3 dan tahun 2017 pada
tahun. Hasil penelitian ini sesuai dengan kelahiran ke-2. Hasil penelitian ini sejalan
penelitian yang dilaksanakan secara agregat dengan penelitian yang dilakukan di Kabupaten
pada 38 negara yang menyebutkan bahwa Cilacap dan Pati tentang faktor risiko kematian
kelompok usia 20-34 tahun adalah usia ibu yang menyatakan bahwa tidak adanya
terbanyak pada kematian ibu (Blanc, et.al., korelasi antara paritas dengan resiko kematian
2013). ibu (Fibriana, 2007 dan Aeni, 2013).
Hasil temuan ini disebabkan karena Hasil tersebut tidak sejalan dengan teori 4T
perempuan paling banyak hamil dan melahirkan dalam kategori “terlalu banyak" yang
di usia 20-34 karena rentang usia tersebut menjelaskan bahwa jumlah kelahiran (terlalu
merupakan merupakan masa reproduksi sehat banyak > 3 anak) sebagai penyumbang
bagi seorang wanita. Reproduksi sehat adalah kematian ibu. Berdasarkan hal tersebut bisa
kurun waktu yang ideal bagi seorang ibu untuk dimungkinkan ada penyebab lain yang
hamil dan melahirkan yaitu antara usia 20 mempengaruhi kematian ibu selain jumlah
hingga 35 tahun. (BKKBN, 2008). Meskipun kelahiran namun belum diteliti yaitu jarak
berada dalam masa yang ideal, namun setiap kehamilan itu sendiri.
kehamilan memiliki resiko untuk terjadinya Kehamilan terlalu dekat dan kurang dari
komplikasi. Menurut Mardiani & Purnomo dua tahun memiliki resiko komplikasi yang
(2018), perempuan yang hamil mempunyai disebabkan oleh rahim dan kondisi kesehatan
risiko untuk mengalami komplikasi sedangkan ibu yang belum pulih dan sehat sepenuhnya
perempuan yang tidak hamil tidak mempunyai (Manuaba, 2008). Ibu harus mendapatkan
risiko tersebut. Kondisi tersebut dipertegas oleh waktu istirahat yang cukup minimal 2 tahun
Manuaba (2008) yang menyatakan bahwa untuk memulihkan kesehatan ibu sebelum ibu
sebagian besar komplikasi obstetri yang mengalami kehamilan yang berikutnya
berhubungan dengan kematian ibu tidak dapat (Wijono, 2008).
dicegah atau diramalkan.
Determinan Proksi/Dekat Kematian Ibu
Tingginya kematian ibu di Kota Surabaya
berdasarkan hasil studi menunjukkan kematian Mayoritas masa kematian ibu tidak
ibu banyak terjadi pada usia reproduksi, terdapat perubahan dari tahun 2015-2017 yang
berbeda dengan teori yang ada yaitu risiko yang didominasi pada masa nifas. Hasil ini sejalan
lebih tinggi terjadi pada usia terlalu muda dan dengan penelitian yang dilakukan di Ethiophia
tua. Hal ini dikarenakan adanya faktor lain tentang trend kematian maternal yang
yang mempengaruhi terjadinya kematian pada menyatakan bahwa mayoritas kematian terjadi
usia tersebut, seperti adanya riwayat yang pada masa nifas (post partum) (Tessema, et.al.,
dimiliki ibu. Hal ini sejalan dengan hasil 2017).
penelitian ini dimana riwayat penyakit ibu Tingginya kematian pada masa nifas ini
sebagai penyebab kematian tertinggi di Kota jika dikaitkan dengan hasil temuan pada
Surabaya. Studi ini didukung dengan studi penelitian ini tentang penyebab dua terbanyak
sebelumnya di Kota Surabaya tentang faktor di Surabaya selama tahun 2015-2017 adalah
yang mempengaruhi kematian ibu yang penyebab lain-lain dan pre eklamsia/eklamsia.
menemukan ibu yang memiliki riwayat Pada penyebab lain-lain berhubungan dengan
penyakit tertentu memiliki risiko 27,74 kali dengan riwayat penyakit ibu sehingga
lebih besar terjadi kematian ibu dibandingkan kewaspadaan pada masa kehamilan, persalinan
dan nifas perlu ditingkatkan baik pada ibu
Rochmatin, Gambaran Determinan Kematian Ibu di Kota… 185

maupun petugas kesehatan. Kasus eklamsia ringan sepanjang kehamilan, namun pada akhir
juga merupakan penyebab obstetri terbanyak kehamilan berisiko terjadinya kejang yang
sehingga peningkatan kewaspadaan juga perlu dikenal dengan eklampsia. Jika eklampsia tidak
dilakukan dengan menekankan pada ibu untuk ditangani secara cepat dan tepat, akan terjadi
melakukan perawatan antenatal care secara kegagalan jantung, kegagalan ginjal dan
terpadu sehingga adanya komplikasi dapat perdarahan otak yang berakhir dengan kematian
segera terdeteksi dan segera ditangani. Hal maternal. Bahaya lain yang diakibatkan
tersebut dipertegas dengan hasil penelitian eklamsia terutama pada janin adalah gangguan
tentang kematian ibu karena pre pertumbuhan, bayi lahir kecil atau kematian
eklamsia/eklamsia yang menyatakan bahwa janin. Oleh karena itu kejadian pre-eklamsia
eklampsia meningkatkan risiko kematian dan eklampsia semampu mungkin dapat
maternal pada negara-negara berkembang. dihindari melalui perawatan antenatal care
Tingginya mortalitas maternal terjadi terutama terpadu sehingga ibu dengan riwayat hipertensi
pada pasien yang mengalami kejang berkali- maupun pre-eklamsia dapat segera terdeteksi
kali di luar rumah sakit dan mereka yang tidak dan mendapatkan penanganan yang tepat
melakukan perawatan prenatal (Ghulmiyyah & selama kehamilan, melahirkan hingga masa
Sibai, 2012). nifas.
Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kota
Surabaya didapatkan bahwa capaian cakupan
kunjungan nifas tahun 2015 adalah 93,80% SIMPULAN DAN SARAN
sementara cakupan linakes adalah 96,92%. Simpulan
Hasil ini menunjukkan adanya perbedaan di
Jumlah kematian ibu di Kota Surabaya
kedua cakupan tersebut. Menurut Kemenkes RI
telah mengalami penurunan dalam tiga tahun
(2015) menyatakan bahwa jika capaian
terakhir (2015-2017), pada tahun 2015
pelayanan masa nifas berbeda dengan capaian
sebanyak 38 orang, tahun 2016 sebanyak 37 dan
persalinan oleh tenaga kesehatan,
di tahun 2017 sebanyak 34 orang. Kematian
dimungkinkan akan terjadinya komplikasi
maternal terbanyak di Surabaya tahun 2015-
persalinan di masa nifas atau dengan kata lain
2017 berdasarkan determinan kontekstual/jauh
pelayanan kesehatan maternal di masa nifas
adalah ibu yang memiliki pendidikan SMA dan
tidak sepenuhnya terkontrol oleh tenaga
ibu yang berprosesi sebagai ibu rumah tangga.
kesehatan. Sehingga bisa ditarik benang merah
Berdasarkan determinan antara adalah ibu yang
bahwa semakin lebar perbedaan antara cakupan
berusia 20-34 tahun dan terjadi pada paritas ke-
persalinan dan cakupan kunjungan nifas, maka
2. Berdasarkan determinan proksi/dekat
resiko terhadap terjadinya kematian maternal
sebagian besar terjadi pada masa nifas dengan
juga semakin besar.
penyebab kematian adalah pre- eklamsia/
Penyebab kematian ibu terbanyak selama
eklamsia.
tahun 2015-2017 adalah pre-
eklamsia/eklamsia. Hasil ini sejalan dengan Saran
penelitian di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado tentang gambaran kematian maternal Dinas Kesehatan Kota Surabaya dapat
tahun 2013-2015 yang menemukan bahwa pre meningkatkan upaya promotif dan preventif
eklamsi/eklamsia merupakan penyebab pada ibu tentang reproduksi dan kesehatan
tertinggi kematian ibu (Rahmawati, 2014). Hal maternal khususnya yang memiliki pendidikan
tersebut juga dipertegas oleh penelitian yang menengah ke bawah melalui edukasi cara
dilakukan di Sidoarjo tentang analisis mempersiapkan diri sebelum hamil dan
determinan kematian maternal pada masa nifas perawatan selama kehamilan serta menekankan
yang menyatakan bahwa ibu yang mengalami bahwa ibu hamil perlu memeriksakan
pre-eklamsia/eklamsia mempunyai risiko 20,98 kehamilannya minimal 4 kali selama kehamilan
kali lebih besar terjadi kematian maternal pada pada tenaga kesehatan. Selain itu, upaya
masa nifas dibandingkan ibu yang tidak preventif juga lebih diarahkan pada kelompok
mengalami pre-eklamsia/eklamsia. usia 20-34 tahun dengan memberikan
Menurut Winkjosastro (2005) pre- pemahaman pada ibu tentang tanda dan bahaya
eklampsia dan eklampsia berisiko terhadap dini masalah dan komplikasi selama hamil,
kesehatan ibu dan janin melalui plasenta. persalinan dan nifas. Kewaspadaan tenaga
Beberapa kasus pre-eklampsia pada awalnya kesehatan terhadap komplikasi kehamilan perlu
186 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 7, No. 2 Desember 2018: 179–187

ditingkatkan, terutama pada ibu dengan riwayat (Studi Kasus di Kota Surabaya). Jurnal
penyakit dengan memperhatikan catatan Wiyata, [e-journal] 3 (1): pp. 46–53.
kesehatan ibu selama kehamilan sesuai dengan Kemenkes RI., 2014. Situasi Kesehatan Ibu.
standar WHO agar komplikasi pada kehamilan Infodatin. Jakarta: Kementerian Kesehatan
dan persalinan dapat segera terdeteksi dan dapat Republik Indonesia.
dilakukan penanganan secara cepat dan tepat. Kemenkes RI. 2015. Profil Kesehatan
Indonesia 2014. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Aeni, N. 2013. Faktor Risiko Kematian Ibu. Indonesia Nomor 1
Jurnal Kesmas Kesehatan Masyarakat HK.02.02/Menkes/52/2015 tentang
Nasional, [e-journal] 7 (10): pp. 453–459. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
BPS. 2015. Profil Penduduk Indonesia Hasil Tahun 2015-2019. Jakarta: Kementerian
SUPAS 2015. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Kesehatan Republik Indonesia.
Blanc, A.K., Winfrey, W., Ross J. 2013. New Lumbanraja, M.S., Tendean, H.M., Loho, M.
Finding for Maternal Mortality Age 2015. Gambaran Kematian Maternal di
Patterns: Aggregated Result for 38 RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
Countries. PLOS ONE. [e-journal] 8 (4): pp. Jurnal e-Clinic (eCl), [e-journal] 4 (2): pp.
23–5. 1–5.
BKKBN. 2008. Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Mardiani, I., Purnomo, N. 2018. Fertilitas dan
BKKBN. Mortalitas. Jakarta: Ristekdikti.
Buor, D., Bream, K., 2004. An Analysis of the Manuaba, C. 2008. Gawat Darurat Obstetri
Determinants of Maternal Mortality in Sub- Ginekologi dan Obstetri Ginekologi Sosial
Saharan Africa. Journal of Women's Health, untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC.
[e-journal] 13 (8): pp. 926 – 937. McCarthy, J., Deborah, M. 1992. A Framework
Depkes RI. 2009. Pedoman Pemantauan for Analyzing the Determinants of Maternal
Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak Mortality. Study in Family Planning, [e-
(PWS-KIA). Jakarta: Departemen journal] 23 (1): pp. 23–33.
Kesehatan. Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan dan
Dinkes Kota Surabaya. 2016. Buku Profil Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Kesehatan Kota Surabaya Tahun 2015. Rahmawati, P., Martini, S., Wahyuni, C.U.
Surabaya: Dinas Kesehatan Kota Surabaya. 2014. Analisis Determinan Kematian
Dinkes Kota Surabaya. 2017. Buku Profil Maternal Pada Masa Nifas di Kabupaten
Kesehatan Kota Surabaya Tahun 2017. Sidoarjo Tahun 2012. Jurnal Berkala
Surabaya: Dinas Kesehatan Kota Surabaya. Epidemiologi, [e-journal] 2 (1): pp. 105–
Dinkes Provinsi Jawa Timur. 2017. Profil 117.
Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun Sumarni. 2014. Faktor-Faktor yang
2016. Surabaya: Dinas Kesehatan Provinsi Mempengaruhi Kematian Ibu di Kabupaten
Jawa Timur. Banyumas Jawa Tengah Periode Tahun
Dwijayannti, J., 1999. Perbedaan Motif Antara 2009–2011. Jurnal Ilmiah Kebidanan, [e-
Ibu Rumah Tangga Yang Bekerja Dan Yang journal] 5 (1): pp. 52–62.
Tidak Bekerja dalam Mengikuti Sekolah Syafrudin dan Hamidah. 2009. Kebidanan
Pengembangan Pribadi Dari Jhon Robert Komunitas. Jakarta: EGC.
Power. Media Psikologi Indonesia, 14 (55): Taguchi, N., Kawabata, M., Maekawa, M.,
pp. 252–258. Maruo, T., Aditiawarman, Dewata, L., 2003.
Fibriana, A.I. 2007. Faktor – faktor Risiko yang Influence of Sosio Economic Background
Mempengaruhi Kematian Maternal (Studi and Antenatal Care Programmes on
Kasus Di Kabupaten Cilacap). Artikel Maternal Mortality in Surabaya Indonesia.
Publikasi. Universitas Diponegoro. Tropical Medicine and International Health
Ghulmiyyah, L., Sibai, B. 2012. Maternal Journal, [e-journal] 8 (9): pp. 847–852.
Mortality from Preeclamsia/Eclampsia. Tessema, G.A., Caroline, O.L., Yohannes,
Semin Perinatol Elsevier Inc, [e-journal] 36 A.M., Awoke, M., Sintayehu, A.W., Abiye,
(1): pp. 56–59. H., Azmeraw, T.A., Yihunie, L., Berihun,
Jayanti, K.D., Basuki, H., Wibowo, A. 2016. M.Z., Amare, D. 2017. Trends and Causes
Faktor yang Memengaruhi Kematian Ibu of Maternal Mortality in Ethiopia during
Rochmatin, Gambaran Determinan Kematian Ibu di Kota… 187

1990-2013: Findings from the Global WHO. 2015. Trends in Maternal Mortality:
Burden of Diseases Study 2013. BMC 1990 to 2015. Geneva: World Health
Public Health, [e-journal] 17 (160): pp. 1–8. Organizazion.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Wijono, D. 2008. Manajemen Kesehatan Ibu
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan dan Anak. Surabaya: Duta Prima Airlangga.
Nasional. Jakarta: Kementerian Pendidikan Winkjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan.
dan Kebudayaan Republik Indonesia. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

You might also like