Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 5,No.

2, Juni 2015

GANGGUAN KESEHATAN MATA PADA PEKERJA DI BENGKEL


LAS LISTRIK DESA SEMPOLAN, KECAMATAN SILO,
KABUPATEN JEMBER

Yunita Satya Pratiwi* Wahyudi Widada* Zuhrotul Eka Yulis A.*


*Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember

ABSTRACT
This study was an observational study that aims to identify eye health
disorders on electric welding workers and related factors in Welding Power
Sempolan Village, District Silo, Jember, because there were 12 sites of electric
welding with 3 to 4 workers in each welding. Therefore there were 38 workers in
all weldings. Those workers were selected as the research samples. Research
instrument was questionnaire and observation sheet. The results showed that the
majority (47.4%) of respondents had a working life of 1 to 5 years, and 66% were
not disciplined in the use of personal protective equipment (PPE) welding glasses
correctly. Based of that, all workers had felt and experienced eye health problems
as a result of the activities of the welding process. Data analysis was logistic
regression showed that the use of factors of personal protective equipment (PPE)
electric welding goggles had had the most dominant relationship with the
incidence of eye health problems (pvalue = 0.008; α = 0.05) with an odds ratio
(OR) = 27 which means that the electric welding workers were undisciplined
wear personalprotective equipment (PPE) correctly had 27 times greater would
experience risk of eye health problems when compared to the discipline after the
controlled variable of working life. This research was conducted in an effort to
improve the health of the eye on the electric welding workers. Hopefully, this
study can be used as a basis to provide appropriate solutions to overcome the
problems of workplace accidents (eye health problems) on electric welding
workers.

Keywords: health, eye, electric welding


jalankan oleh sektor formal maupun
PENDAHULUAN
informal.
Undang-Undang RI No. 23 Menurut Prasetiyo (2011),
tahun 1992 tentang Kesehatan, pada tindakan tidak aman merupakan
pasal 23 menyatakan bahwa Kese- salah satu faktor penyumbang ter-
hatan kerja diselenggarakan untuk besar kecelakaan kerja, yang me-
mewujudkan produktivitas kerja rupakan cerminan dari perilaku
yang optimal. Kesehatan kerja meli- pekerja terhadap keselamatan kerja.
puti pelayanan kesehatan kerja, pen- Tindakan tidak aman ini dapat
cegahan penyakit akibat kerja dan dianggap sebagai hasil dari ke-
syarat kesehatan kerja. Setiap tempat salahan yang dilakukan baik oleh
kerja wajib menyelenggarakan kese- pekerja yang terlibat secara lang-
hatan kerja. Ketetapan ini harus di- sung maupun kesalahan yang
dilakukan oleh pihak manajemen.

137
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 5,No. 2, Juni 2015

Suatu tindakan tidak aman yang mik ditempat kerja termasuk pengen-
merupakan pelanggaran dari pera- dalian paparan radiasi. Selama proses
turan atau standar yang dilakukan pengelasan listrik akan timbul caha-
oleh pekerja bisa secara sadar ya dan sinar yang dapat mem-
maupun tidak sadar, memungkinkan bahayakan pekerja las listrik. Cahaya
sebagai penyebab terjadinya suatu dan sinar tersebut meliputi cahaya
kecelakaan. yang dapat dilihat oleh mata yang
Konstruksi las banyak se-kali disebut cahaya tampak, sinar
digunakan, pelaksanaan pekerja-an ultraviolet dan inframerah (Wiryo-
las listrik makin besar se-hingga sumarto & Okumura, 2000). Sinar
kecelakaan-kecelakaan yang berhu- ultraviolet dan inframerah merupa-
bungan dengan pengelasan menjadi kan bahaya radiasi yang termasuk
makin banyak. Kecelakaan umumnya dalam faktor fisik. Sinar ultraviolet
disebabkan kurang kehati-hatian dan sinar inframerah dapat menye-
pada pengerjaan las, Pemakaian Alat babkan katarak (Suma’mur, 1995)
Pelindung (APD) yang kurang benar Hasil observasi lapangan
dan pengaturan lingkungan yang dengan pekerja pengelasan listrik in-
tidak tepat untuk menghindari kece- formal di Daerah Sempolan Keca-
lakaan tersebut perlu penguasaan matan Silo terdapat 12 tempat las
tertentu dan mengetahui tindakan- listrik dengan pekerja disetiap
tindakan yang menyebabkan faktor- pengelasan 3 sampai 4 tenaga kerja
faktor kecelakaan kerja (Anggoro & las listrik, Selama kurun waktu tiga
Dewi, 1999). bulan terkahir terjadi kurang lebih 9
Pengaruh sinar infra merah kecelakaan kerja yaitu kerusakan
terhadap mata sama dengan pe- mata yang disebabkan percikan api
ngaruh panas, yaitu akan terjadi dan juga sinar yang sangat tajam
pembengkakan pada kelopak mata, sehingga pekerja mengalami keru-
terjadinya peyakit kornea, presbiopia sakan pada mata. Hasil observasi
yang terlalu dini dan kerabunan ditemuka, kecelakaan kerja tersebut
(Nurdin, 1999). Penyakit mata akibat terjadi dikarenakan berbagai faktor
radiasi yang dihasilkan pada pekerja antara lain karena kurang sadarnya
pengelasan antara absorpsi energi dalam penggunaaan Alat Pelindung
dan efek biologi ada periode laten Diri (APD) kacamata saat melakukan
yang bervariasi tergantung dari pengelasan listrik.
panjang gelombang sinar dan Pengendalian bahaya dengan
intensitas terkenanya, serta menggunakan Alat Pelindung Diri
tergantung dari jaringan yang (APD) kacamata tidak akan
terkena. Kerentanan jaringan juga maksimal jika pekerjanya sendiri
bervariasi tergantung dari kemam- tidak menggunakan walaupun dari
puan reparasi jaringan tersebut. Pada pihak perusahaan telah menyediakan.
cedera radiasi juga terjadi efek
kumulasi bila radiasi berulang. METODE PENELITIAN
Dalam upaya meningkat-kan Penelitian ini adalah pene-
produktivitas kerja dan me-nurunkan litian survey yang bertujuan menge-
penyakit akibat kerja perlu tahui gangguan kesehatan mata dan
pertimbangan prinsip-prinsip ergono- faktor-faktor yang berhubungan pada

138
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 5,No. 2, Juni 2015

pekerja las listrik di Desa Sempolan, HASIL PENELITIAN


Kecamatan Silo Kabupaten Jember.
Masa Kerja
Penelitian ini dilakukan di Desa
Sempolan, Kecamatan Silo, Kabu- Masa kerja merupakan
paten Jember bulan Maret-Juni 2014. faktor penting yang menentukan
Populasinya adalah seluruh pekerja kejadian gangguan kesehatan mata
las listrik yang tersebar di 12 bengkel pada pekerja las listrik. Paparan yang
las yang berjumlah 38 orang. Vari- terus menerus dalam jangka waktu
abel dependennya adalah gangguan lama akan memberikan efek yang
kesehatan mata pada pekerja las berbeda jika paparan yang terjadi
listrik, sedangkan variabel indepen- dalam jangka pendek. Berikut adalah
dennya adalah pemakaian alat masa kerja pekerja las listrik di Desa
pelindung diri dan masa kerja. Uji Sempolan, Kecamatan Silo,
statistic yang digunakan untuk Kabupaten Jember
analisis ini adalah regresi logistic
ganda dengan α= 0,05.

Table 1. Distribusi Frekuensi Masa Kerja Pekerja Las Listrik di Desa Sempolan,
Kecamatan Silo, Kabupaten Jember.
Masa Kerja Frek Persentase (%)
Kurang dari 6 bulan 2 5,3
6 Bln – 1 tahun 5 13,1
1 tahun – 5 tahun 18 47,4
Lebih dari 5 tahun 13 34,2
Total 38 100
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan mempunyai banyak risiko terjadi
bahwa masa kerja yang terbanyak gangguan kesehatan bahkan dapat
(47,4%) pada pekerja las listrik menimbulkan kematian. Mulai dari
adalah 1 – 5 tahun. Dan bahkan yang terpaparnya mata oleh sinar las
mempunyai masa kerja lebih dari 5 listrik yang mengandung infra merah
tahun sebanyak 13 (34,2) responden. maupun ultra violet sampai dengan
kejadian tersengat listrik. Berikut
Pemakaian Alat Pelindung Diri
adalah pemakaian alat pelindung diri
(APD)
(APD) kacamata las oleh pekerja las
Alat pelindung diri (APD) listrik di Desa Sempolan, Kecamatan
merupakan salah satu syarat mutlak Silo, Kabupaten Jember.
yang harus dikenakan bagi setiap
pekerja yang bekerja pada area-area
yang penuh risiko. Pekerjaan
mengelas merupakan pekerjaan yang

139
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 5,No. 2, Juni 2015

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) pada Pekerja
Las Listrik di Desa Sempolan, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember.
Masa Kerja Frek Persentase (%)
Disiplin 5 13%
Cukup Disiplin 8 21%
Tidak Disiplin 25 66%
Total 38 100

Melihat tabel 2 menunjukkan bahwa Pemakaian Alat Pelindung Diri


pekerja las listrik di Desa Sempolan, dengan Kejadian Gannguan
Kecamatan Silo, Kabupaten Jember Kesehatan Mata
sebagian besar tidak disiplin dalam
a. Tidak Disiplin dalam Pemakaian
memakai alat pelindung diri kaca-
Alat Pelindung Diri (APD)
mata las dengan benar. Bahkan yang
b. Cukup Disiplin dalam Pemakaian
tercatat disiplin dalam memakai alat
Alat Pelindung Diri (APD)
pelindung diri (APD) kacamata las
hanya 5 responden
Tabel 3. Distribusi Gangguan Kesehatan Mata Pada Responden yang Tidak
Disiplin dalam Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Kaca Mata di
Desa Sempolan, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember
No Gangguan Kesehatan Mata Frek %
1 Penglihatan kabur 12 48
2 Mata merah 25 100
3 Mata terasa gatal 23 92
4 Mata terasa pedih 25 100
5 Mata bengkak 15 60
6 Sakit kepala di daerah atas mata 18 72
7 Mata seperti kemasukan pasir/kelilipan 21 84
8 Mata terasa berair 25 100
9 Mata terasa sakit 24 96
10 Katarak 3 12
11 Pernah terpercik api las listrik 7 28
Total 25

Berdasarkan tabel 3 dapat 60% pernah mengalami mata


dijelaskan bahwa dari 25 pekerja las bengkak, 72% pernah mengalami
listrik yang tidak disiplin dalam sakit kepala di atas mata,60% pernah
pemakaian alat pelindung diri (APD) mengalami mata bengkak, 72%
saat melakukan pengelasan yang pernah mengalami sakit kepala di
mengalami penglihatan kabur se- atas mata, 84% pernah mengalami
banyak 48%, mata merah 100%, mata seperti kemasukan pasir/
mata terasa gatal sebanyak 92%, kelilipan, 100% mengalami mata
mata terasa pedih sebanyak 100%, terasa berair, 96% mata terasa sakit,

140
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 5,No. 2, Juni 2015

sebanyak 12% mengalami katarak, listrik.


dan 28% pernah terpercik api las

Tabel 4. Distribusi Gangguan Kesehatan Mata pada Responden yang Cukup


Disiplin dalam Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Kaca Mata di
Desa Sempolan, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember
No Gangguan Kesehatan Mata Frek %
1 Penglihatan kabur 2 25
2 Mata merah 6 75
3 Mata terasa gatal 6 75
4 Mata terasa pedih 7 87.5
5 Mata bengkak 2 25
6 Sakit kepala di daerah atas mata 2 25
7 Mata seperti kemasukan pasir/kelilipan 4 50
8 Mata terasa berair 7 87.5
9 Mata terasa sakit 7 87.5
10 Katarak 0 0
11 Pernah terpercik api las listrik 3 37.5
Total 8

Berdasarkan tabel 4 di atas dapat bengkak, 25% pernah mengalami


dijelaskan bahwa dari 8 pekerja las sakit kepala di atas mata, 50%
listrik yang cukup disiplin dalam pernah mengalami mata seperti
pemakaian alat pelindung diri (APD) kemasukan pasir/kelilipan, 87.5%
saat melakukan pengelasan yang mengalami mata terasa berair, 87.5%
mengalami penglihatan kabur mata terasa sakit, dan 37.5% pernah
sebanyak 25%, mata merah 75%, terpercik api las listrik. Disiplin
mata terasa gatal sebanyak 75%, dalam Pemakaian Alat Pelindung
mata terasa pedih sebanyak 87.5%, Diri (APD)
25% pernah mengalami mata

141
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 5,No. 2, Juni 2015

Tabel 5. Distribusi Gangguan Kesehatan Mata pada Responden yang Disiplin


dalam Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Kaca Mata di Desa
Sempolan, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember

No Gangguan Kesehatan Mata Frek %


1 Penglihatan kabur 0 0
2 Mata merah 0 0
3 Mata terasa gatal 0 0
4 Mata terasa pedih 3 60
5 Mata bengkak 0 0
6 Sakit kepala di daerah atas mata 2 40
7 Mata seperti kemasukan pasir/kelilipan 3 60
8 Mata terasa berair 2 40
9 Mata terasa sakit 1 20
10 Katarak 0 0
11 Pernah terpercik api las listrik 0 0
Total 5

Berdasarkan tabel 5 dapat sakit. Jika melihat fakta, dari 38


dijelaskan bahwa dari 5 pekerja las responden pekerja las listrik secara
listrik yang disiplin dalam keseluruhan (100%nya) pernah
pemakaian alat pelindung diri (APD) mengalami gangguan kesehatan
tidak ada yang mengalami mata akibat proses pengelasan atau
penglihatan kabur, mata merah, mata bahkan dampak efek jangka panjang
terasa gatal, mata bengkak, katarak, dari terpaparnya mata dengan sinar
maupun terpercik api las listrik. infra merah atau ultraviolet dari
Namun ada yang mengalami mata proses pengelasan.Namun begitu,
terasa pedih sebanyak 60%, kedisiplinan pekerja las dalam
merasakan sakit kepala di daerah memakai alat pelindung diri
atas mata sebanyak 40%, mata mempunyai dampak terjadinya
seperti kemasukan pasir/kelilipan, sering tidaknya mengalami gang-
mata terasa berair, dan mata terasa guan kesehatan mata.

142
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 5,No. 2, Juni 2015

Hubungan Pemakaian Alat Pelindung


Diri dengan Kejadian Gangguan
Kesehatan Mata

Tabel 6. Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Kacamata Las dengan
Kejadian Gangguan Kesehatan Mata pada Pekerja Las Listrik di Desa
Sempolan, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember

Pemakaian APD Gangguan Kesehatan Mata


kacamata pada Pekerja Las Total P value
pekerja las pernah Sering
Disiplin 4 1 5
80.0% 20.0% 100.0%
Cukup disiplin 2 6 8
0,000
25.0% 75.0% 100.0%
Tidak disiplin 1 24 25
4.0% 96.0% 100.0%
7 31 38
Total
18.4% 81.6% 100.0%

Berdasarkan tabel 6 menunjukkan menunjukkan terdapat hubungan


bahwa dari 25 orang yang tidak yang signifikan antara pemakaian
disiplin dalam memakai alat alat pelindung diri (APD) dengan
pelindung diri (APD) kacamata las kejadian gangguan kesehatan mata
listrik dengan benar, 96%nya sering pada pekerja las listrik (pvalue=
mengalami gangguan kesehatan 0,000; α= 0,05)
mata. Hasil uji statistic chi-square

143
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 5,No. 2, Juni 2015

Hubungan Masa Kerja dengan


Kejadian Gangguan Kesehatan Mata

Tabel 7. Hubungan Masa Kerja dengan Kejadian Gangguan Kesehatan Mata


pada Pekerja Las Listrik di Desa Sempolan, Kecamatan Silo,
Kabupaten Jember

Gangguan Kesehatan Mata


Masa Kerja Pekerja Las Total pvalue
Pernah sering
2 5 7
6 bln - 1 thn
28.6% 71.4% 100%
3 15 18
1 thn-5 thn 0,742
16.7% 83.3% 100%
2 11 13
> 5 thn
15.4% 84.6% 100%
7 31 38
Total
18.4% 81.6% 100%

Berdasarkan tabel 7 mata terjadi secara merata berturut-


menunjukkan bahwa masa kerja turut dari yang masa kerjanya 6 bln –
tidak menentukan sering terjadinya 1 tahun sebanyak 71,4%, masa kerja
gangguan kesehatan mata pada 1 th s.d. 5 th sebanyak 83,3%, dan
pekerja las listrik. Kenyataan ini masa kerja lebih dari 5 tahun
terbukti dari hasil penelitian sebanyak 84,6%. Hasil ini juga
menunjukkan, bahwa masa kerja 6 diperkuat dari hasil uji statistic chi-
bln s.d. 1 tahun, 1 thn – 5 thn, atau square menunjukkan bahwa tidak
masa kerja yang lebih dari 5 tahun ada hubungan antara masa kerja
tidak menunjukan perbedaan dengan kejadian gangguan kesehatan
proporsi yang signifikan. Baik masa mata pada pekerja las listrik di Desa
kerja yang baru maupun dalam Sempolan, Kecamatan Silo,
katagori yang lama, keseringan Kabupaten Jember (pvalue= 0,742;
munculnya gangguan kesehatan α= 0,05).

144
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 5,No. 2, Juni 2015

Hubungan Faktor Pemakaian


APD dan Masa Kerja dengan
Kejadian Gangguan Kesehatan
Mata pada Pekerja Las Listrik

Tabel 8. Faktor Pemakaian APD dan Masa Kerja dengan Kejadian Gangguan
Kesehatan Mata pada Pekerja Las Listrik di Desa Sempolan, Kecamatan
Silo, Kabupaten Jember

B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)


APD 3.283 1.238 7.035 1 .008 26.654
Masa kerja 1.906 1.164 2.682 1 .101 6.729
Constant -9.376 4.372 4.598 1 .032 .000

Berdasarkan tabel 8 menun- terkena paparan, maka akan semakin


jukkan bahwa pemakaian alat berisiko mengalami gangguan
pelindung diri (APD) kacamata las kesehatan.
mempunyai hubungan yang paling Masa kerja merupakan
dominan dengan kejadian gangguan kondisi yang akan mempengaruhi
kesehatan mata pada pekerja las lamanya keterpaparan mata pekerja
listrik di Desa Sempolan, Kecamatan las dengan sinar maupun asap yang
Silo, Kabupaten Jember (pvalue= ditimbulkan oleh pekerjaan las
0.008; α= 0.05; OR=26.654). listrik. Semakin lama masa kerja
Berdasarkan nilai Odds Ratio (OR) pekerja las listrik dalam menekuni
tersebut, sehingga dapat disimpulkan pekerjaannya, maka secara otomatis
bahwa pekerja las listrik yang tidak pajanan sinar maupun asap yang
disiplin memakai alat pelindung diri dihasilkan las listrik terhadap mata
(APD) kacamata las listrik akan juga semakin membahayakan.
mempunyai risiko 27 kali lebih besar Masa kerja juga dapat
mengalami gangguan kesehatan memberikan dampak positif bagi
matabila dibandingkan dengan yang pekerja dalam memahami bahaya
disiplin memakai APD setelah yang ditimbulkan akibat pekerjaan
dikontrol variabel masa kerja. yang dilakukannya. Pengalaman
negatif selama bekerja dapat
PEMBAHASAN membuat individu berhati-hati jika
Masa Kerja melakukan pelanggaran berulang.

Masa kerja merupakan faktor Tingkat Kedisplinan Pemakaian


penting yang menentukan kejadian APD
gangguan kesehatan mata pada
pekerja las listrik. Paparan yang terus Alat pelindung diri (APD)
menerus dalam jangka waktu lama merupakan salah satu syarat mutlak
akan memberikan efek dan dampak yang harus dikenakan bagi setiap
yang berbeda jika dibandingkan pekerja yang bekerja pada area-area
dengan paparan yang terjadi dalam yang penuh risiko. Pekerjaan
jangka pendek. Semakin lama mata mengelas merupakan pekerjaan yang

145
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 5,No. 2, Juni 2015

mempunyai banyak risiko terjadi kenyataannya, pekerja las listrik


gangguan kesehatan bahkan dapat yang mempunyai masa kerja lama
menimbulkan kematian. Mulai dari tidak serta-merta mengalami
terpaparnya mata oleh sinar las listrik gangguan kesehatan mata. Data ini
yang mengandung infra merah dapat dilihat pada table 5.6 di atas
maupun ultra violet sampai dengan menunjukkan bahwa masa kerja
kejadian tersengat listrik. Melihat tidak menentukan sering terjadinya
table 2 menunjukkan bahwa pekerja gangguan kesehatan mata pada
las listrik di Desa Sempolan, pekerja las listrik. Kenyataan ini
Kecamatan Silo, Kabupaten Jember terbukti dari hasil penelitian
sebagian besar tidak disiplin dalam menunjukkan, bahwa masa kerja 6
memakai alat pelindung diri bln s.d. 1 tahun, 1 thn – 5 thn, atau
kacamata las dengan benar. Bahkan masa kerja yang lebih dari 5 tahun
yang tercatat disiplin dalam memakai tidak menunjukan perbedaan
alat pelindung diri (APD) kacamata proporsi yang signifikan. Baik masa
las hanya 5 responden.Kejadian kerja yang baru maupun dalam
tingkat disiplin yang rendah pada katagori yang lama, keseringan
pekerja las lsitrik dalam memakai munculnya gangguan kesehatan mata
alat pelindung diri dapar dipengaruhi terjadi secara merata berturut-turut
banyak hal, antara lain tingkat dari yang masa kerjanya 6 bln – 1
pendidikan yang rendah, tingkat tahun sebanyak 71,4%, masa kerja 1
pengetahuan yang rendah, bahkan th s.d. 5 th sebanyak 83,3%, dan
dapat disebabkan oleh karena tidak masa kerja lebih dari 5 tahun
tersedianya alat pelindung yang sebanyak 84,6%. Hasil ini juga
seharusnya.Tingkat pendidikan yang diperkuat dari hasil uji statistic chi-
rendah dan didukung dengan tingkat square menunjukkan bahwa tidak
pengetahuan yang rendah pula dapat ada hubungan antara masa kerja
menyebabkan pekerja las listrik dengan kejadian gangguan kesehatan
merasa tidak perlu memakai mata pada pekerja las listrik di Desa
APD.Hal itu dapat dibuktikan dari Sempolan, Kecamatan Silo,
hasil Kabupaten Jember (pvalue= 0,742;
α= 0,05).
Hubungan Masa Kerja dengan
Kejadian Gangguan Kesehatan Hubungan Kedisiplinan
Mata Pemakaian APD dengan Kejadian
Las listrik merupakan kegiatan yang Gangguan Kesehatan Mata
menghasilkan pancaran sinar las Gangguan kesehatan mata yang
listrik. Sebagai pekerja las listrik, terjadi pada pekerja las listrik di
Pancaran sinar las listrik menjadi Desa Sempolan Kecamatan Silo
bagian yang tidak terpisahkan. sebagaian terjadi pada saat proses
Pancaran sinar las listrik merupakan pengelasan berlangsung. Gangguan
unsure fisik yang dapat kesehatan mata yang terjadi antara
menyebabkan trauma pada mata. lain penglihatan kabur, mata merah,
Semakin lama terpapar sinar las mata terasa gatal, mata terasa pedih,
listrik, mata akan berpotensi mata bengkak, mata sakit, mata
mengalami gangguan. Namun

146
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 5,No. 2, Juni 2015

berair, sakit kepala diatas mata, dan terlihat jelas bahwa semakin disiplin
mata terasa seperti kelilipan. pekerja memakai APD semakin
Kejadian gangguan kesehatan mata rendah pula prevalensi gangguan
pada pekerja las listrik paling banyak kesehatan mata. Uji statistic
terjadi pada pekerja yang tidak membuktikan jika pemakaian alat
disiplin dalam memakai APD disaat pelindung diri (APD) kacamata las
proses pengelasan. Pemakaian alat mempunyai hubungan yang paling
pelindung diri kacamata yang tidak dominan dengan kejadian gangguan
disiplin dapat menyebabkan mata kesehatan mata pada pekerja las
mengalami trauma fisik yang berupa listrik di Desa Sempolan, Kecamatan
sinar infra merah yang dihasilkan Silo, Kabupaten Jember (pvalue=
oleh pancaran sinar las listrik. Selain 0.008; α= 0.05; OR=26.654).
itu, mata juga mengalami trauma Berdasarkan nilai Odds Ratio (OR)
fisik berupa asap yang dihasilkan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
oleh proses pengelasan. Tingginya pekerja las listrik yang tidak disiplin
kasus gangguan kesehatan pada memakai alat pelindung diri (APD)
pekerja las listrik yang tidak disiplin kacamata las listrik akan mempunyai
dapat dilihat pada hasil penelitian risiko 27 kali lebih besar mengalami
yang menunjukkan dari 25 pekerja gangguan kesehatan mata bila
las listrik yang tidak disiplin dalam dibandingkan dengan yang disiplin
pemakaian alat pelindung diri (APD) memakai APD setelah dikontrol
saat melakukan pengelasan yang variabel masa kerja.
mengalami penglihatan kabur
sebanyak 48%, mata merah 100%, KESIMPULAN
mata terasa gatal sebanyak 92%, 1. Secara keseluruhan pekerja las
mata terasa pedih sebanyak 100%, listrik pernah mengalami
60% pernah mengalami mata gangguan kesehatan mata pada
bengkak, 72% pernah mengalami saat setelah proses pengelasan.
sakit kepala di atas mata, 60% Namun, semakin tidak disiplin
pernah mengalami mata bengkak, semakin sering mengalami
72% pernah mengalami sakit kepala gangguan kesehatan mata
di atas mata, 84% pernah mengalami 2. Sebagian besar pekerja las listrik
mata seperti kemasukan tidak disiplin menggunakan alat
pasir/kelilipan, 100% mengalami pelindung diri (APD)
mata terasa berair, 96% mata terasa 3. Masa kerja pekerja las listrik
sakit, sebanyak 12% mengalami menekuni sebagai pekerja las
katarak, dan 28% pernah terpercik listrik adalah antara 1 s.d. 5 tahun,
api las listrik. Hasil tersebut dapat bahkan lebih dari 5 tahun.
disimpulkan jika dari 25 pekerja las 4. Ada hubungan antara pemakaian
listrik yang tidak disiplin, 24 pekerja alat pelindung diri (APD)
pernah mengalami gangguan kacamata las listrik dengan
kesehatan mata.Hasil penelitian pun kejadian gangguan kesehatan
juga menunjukkan adanya perbedaan mata pada pekerja las listrik di
kejadian gangguan kesehatan mata Desa Sempolan, Kecamatan Silo,
antara pekerja yang disiplin dengan Kabupaten Jember.
yang tidak. Melihat hasil penelitian

147
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 5,No. 2, Juni 2015

5. Tidak ada hubungan antara masa Proses Pengelasan di


kerja dengan kejadian gangguan Laboratorium Proses
kesehatan mata pada pekerja las Produksi FTI-UAJ. Jurnal
listrik di Desa Sempolan, Teknologi Industri
Kecamatan Silo, Kabupaten Universitas Atmajaya
Jember. Bandung.

SARAN Anoraga, P. (2006). Psikologi Kerja.


Jakarta: PT Rineka Cipta
1. Bagi Pekerja Las Listrik
Bahayanya sinar las listrik dalam Bintoro, A. (1999). Dasar-dasar
menimbulkan gangguan kesehatan Pekerja Las. Yogyakarta:
mata, diharapkan pekerja las Kanisius
listrik lebih disiplin dalam
menggunakan APD setiap Budiono, A.M. (2003). Bunga
melakukan pengelasan Rampai Hiperkes dan
2. Bagi Pihak yang Punya Usaha Las Keselamatan Kerja.
Menyediakan APD yang Semarang: CV Nugraha
memenuhi standar proses Sentosa.
pengelasan. Dan menasehati
setiap pekerja yang tidak mau Direktorat Hilir Bidang Pemasaran
menggunakan APD secara benar dan Niaga (2002). Buku
3. Bagi Petugas Kesehatan Panduan Kesematan,
Memberikan pendidikan kese- Kesehatan Kerja dan
hatan secara rutin 6 bulan sekali. Lingkungan Kerja. Jakarta:
Selain itu, petugas kesehatan Pertamina.
harus selalu memantau dan
mengevaluasi keselamatan dan Ilyas, S. (2004). Ilmu Perawatan
kesehatan kerja setiap 6 bulan Mata. Jakarta: Sagung Seto
sekali di bengkel-bengkel las.
Nurdin, A (1999). Peralatan Las
DAFTAR PUSTAKA Busur Manual. Bandung:
Akadi, M. (2000). Dasar-dasar Angkasa
Proteksi Radiasi. Jakarta:
Prasetiyo (2011). Faktor-faktor yang
Rineka Cipta
Mempengaruhi Perilaku
Anastasia, M. (2001) Sikap Remaja Selamat dalam Bekerja.
terhadap Penyalahgunaan Semarang: FKM Undip
Zat ditinjau dari Self Efficacy
Ramli, S. (2010). Sistem Manajemen
dan Pengetahuan tentang
Keselamatan dan Kesehatan
Risiko Penyalahgunaan Zat.
Kerja OHSAS 18001. Jakarta:
Skripsi. Semarang:
Dian Rakyat.
Universitas Katholik
Sugijapranata. Robbins, S. (2007). Prinsip-Prinsip
Perilaku Organisasi. Jakarta:
Anggoro, P. & Dewi (1999).
Erlangga
Keselamatan Kerja pada

148
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 5,No. 2, Juni 2015

Suharno (2008). Prinsip-prinsip


Teknologi dan Metalurgi
Pengelasan Logam.
Surakarta: UNS Press

Suma’mur (1995). Higiene


Perusahaan dan Kesehatan
Kerja. Jakarta: Haji
Masagung

Suratman, M. (2001). Teknik


Mengelas Asetelin, Brazing,
dan Las Busur Listrik.
Bandung: Pustaka

Undang-Undang RI No. 23 tahun


1992 tentang Kesehatan

Wiryosumarto, H. & Okumura, T.


(2000). Teknologi Pengelasan
Logam. Jakarta: Pradnya
Paramita.

149

You might also like