Professional Documents
Culture Documents
1113 2705 1 PB
1113 2705 1 PB
151-170
https://journal.unpak.ac.id/index.php/jiafe P-ISSN: 2502-3020, E-ISSN: 2502-4159
Sujatmiko Wibowo
Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan
Email: sujatmiko.wibowo@unpak.ac.id
151
Sujatmiko Wibowo: Evaluasi atas Pengendalian Intern…
pelaksanaan pengelolaan keuangan Negara. tahun ke tahun termasuk jumlah dan nilai
Pengelolaan keuangan negara bukan hanya pertambahannya. Informasi yang dihasilkan
berhubungan dengan pengelolaan kas namun dari penatausahaan BMN digunakan sebagai
juga meliputi pengelolaan Barang Milik Negara dasar dalam pengambilan keputusan dalam
(BMN), karena BMN merupakan aset negara perencanaan kebutuhan dan penganggaran,
yang perlu diperhitungkan dan dilaporkan di penggunaan, pengawasan, serta fungsi-fungsi
dalam neraca pemerintah. Tata cara lain dalam pengelolaan BMN. Penatausahaan
pengelolaan BMN telah diatur sejak dulu, BMN yang baik bukan hanya merupakan
namun hingga sekarang pelaksanaannya tanggung jawab Menteri Keuangan sebagai
dianggap belum seperti yang diharapkan. pengelola BMN yang dikuasakan kepada
Untuk itu pemerintah mengeluarkan beberapa Direktorat Pengelolaan Barang Milik/Kekayaan
peraturan baru yang mengatur masalah Negara, namun juga membutuhkan kesadaran
pengelolaan BMN. Peraturan-peraturan serta peran serta seluruh
tersebut diharapkan dapat membawa departemen/lembaga pemerintah baik di
perbaikan dalam pengelolaan BMN. pusat maupun di daerah sebagai pengguna
Menurut Pardiman (2009), Perubahan BMN.
paradigma baru pengelolaan Barang Milik Inspektorat Jenderal Pendidikan
Negara/aset negara yang ditandai dengan Nasional (Itjen Depdiknas) merupakan salah
dikeluarkannya PP Nomor 6 tahun 2006 yang satu unit utama Depdiknas yang mempunyai
merupakan peraturan turunan UU Nomor 1 fungsi dan tugas melaksanakan pengawasan
tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, kinerja, keuangan dan pengawasan di
telah memunculkan optimisme baru dalam lingkungan Departemen Pendidikan Nasional.
penataan dan pengelolaan aset negara yang Itjen Depdiknas sebagai unit eselon I
lebih tertib, akuntabel, dan transparan ke merupakan Pembantu Pengguna Barang dan
depannya. Pengelolaan aset negara yang juga sebagai Kuasa Pengguna Barang.
profesional dan modern dengan Berdasarkan temuan Tim Penertiban BMN
mengedepankan good governance di satu sisi BPKP tahun 2007, Penatausahaan Barang Milik
diharapkan akan mampu meningkatkan Negara pada Kantor Itjen Depdiknas masih
kepercayaan pengelolaan keuangan negara jauh dari cukup untuk dikategorikan tertib dan
dari masyarakat / stakeholder. akuntabel. Hal ini bisa dilihat dari kurang
Berdasarkan Prosedur Operasi Standar tertibnya pembukuan, inventarisasi, dan
(POS) Sistem Informasi Manajemen Biro pelaporan BMN yang ada pada Itjen
Keuangan Setjen Depdiknas Tahun 2008, Depdiknas.
Pengelolaan BMN meliputi perencanaan Dari temuan Tim Penertiban BMN BPKP
kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, tahun 2007, permasalahan yang dihadapi Itjen
penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan Depdiknas dalam mengelola barang milik
pemeliharaan, penilaian, penghapusan, negara adalah:
pemindahtanganan, penatausahaan, serta 1. Para penanggung jawab atau fungsi-fungsi
pembinaan, pengawasan, dan pengendalian. organisasi dalam pengelolaan dan
Penatausahaan merupakan urat nadi dari penatausahaan barang beserta stafnya
keseluruhan fungsi pengelolaan BMN karena tidak berjalan secara optimal;
melalui penatausahaan yang meliputi kegiatan 2. Kurangnya pengetahuan keterampilan
pembukuan, inventarisasi, serta pelaporan petugas pelaksana pengelola barang;
BMN yang melibatkan Sistem Akuntansi 3. Terdapatnya bagian-bagian tertentu yang
Barang Milik Negara (SABMN), akan kelebihan peralatan dan perlengkapan
didapatkan informasi yang memuat jumlah, sedangkan di bagian lain kekurangan;
nilai, jenis, serta kondisi seluruh BMN dari 4. Belum semua BMN diberi kode inventaris;
152
JIAFE (Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas Ekonomi) Vol. 4 No. 2, Des. 2018, Hal. 151-170
https://journal.unpak.ac.id/index.php/jiafe P-ISSN: 2502-3020, E-ISSN: 2502-4159
5. Terdapat BMN dengan kondisi rusak berat Inspektorat Jenderal Wilayah I Depdiknas pada
belum dihapuskan dari daftar inventaris. Kantor Itjen Depdiknas.
6. Terdapat perbedaan antara Laporan BMN TINJAUAN PUSTAKA
per 31 Desember 2007 dengan Hasil Pengertian Barang Milik Negara
Inventarisasi BPKP tahun 2007. UU Nomor 1 tahun 2004 tentang
Munculnya beberapa peraturan baru Perbendaharaan Negara mendefinisikan
yang terkait dengan masalah BMN membawa Barang Milik Negara (BMN) sebagai “semua
perubahan dalam pengelolaan BMN, termasuk barang yang dibeli atau diperoleh atas beban
penatausahaannya. Peraturan-peraturan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
tersebut adalah PP Nomor 24 tahun 2005, (APBN) atau berasal dari perolehan lainnya
PMK Nomor 59/PMK.06/2005, PMK Nomor yang sah”1. Definisi BMN tersebut juga
120/PMK.06/2007 dan PP Nomor 6 tahun dinyatakan dalam PMK Nomor
2006. Penelitian ini bertujuan untuk 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi
mengevaluasi apakah peraturan-peraturan dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat
tersebut sudah dapat diterapkan dengan baik dan PP Nomor 6 tahun 2006 tentang
dalam pelaksanaan penatausahaan BMN pada Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
Kantor Itjen Depdiknas. Menurut penjelasan atas PP Nomor 6
Penelitian ini dibatasi pada hal-hal yang tahun 2006, yang dimaksud barang dalam
terkait dengan penatausahaan BMN (aset pengertian di atas adalah benda berwujud
tetap dan persediaan) yang diterapkan pada yang dapat dinilai, dihitung, diukur, dan
Itjen Depdiknas pada Tahun Anggaran 2007 ditimbang, tidak termasuk uang dan surat
ditinjau kesesuaiannya dengan PMK Nomor berharga. Sedangkan barang yang berasal dari
59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi perolehan lainnya yang sah antara lain barang
dan Pelaporan Pemerintah Pusat (SAPPP), PP yang diperoleh dari hibah atau sumbangan,
Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar pelaksanaan perjanjian atau kontrak,
Akuntansi Pemerintah, PP Nomor 6 tahun ketentuan undang-undang, atau putusan
2006 tentang Pengelolaan Barang Milik pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
Negara/Daerah serta PMK Nomor hukum tetap.
120/PMK.06/2007 tentang Penatausahaan Menurut Siregar (2004), BMN adalah
BMN. Pembahasan dibatasi hanya meliputi bagian dari Kekayaan Negara atau Harta
struktur organisasi, tugas, dan fungsi yang Kekayaan Negara (HKN) yang terdiri dari
terkait dengan penatausahaan BMN, barang bergerak atau barang yang tidak
pengklasifikasian, kodefikasi, kapitalisasi, serta bergerak yang dimiliki, dikuasai oleh instansi
prosedur penatausahaan BMN. pemerintah, yang sebagian atau seluruhnya
Penelitian menggunakan metode yang dibeli atas beban Anggaran Pendapatan
kualitatif deskriptif, yaitu dengan melakukan dan Belanja Negara (APBN) serta dari
pemahaman dan pengevaluasian atau perolehan yang sah, tidak termasuk kekayaan
penilaian terhadap masalah-masalah yang negara yang dipisahkan (dikelola BUMN) dan
terjadi di lapangan. Selanjutnya, dalam kekayaan Pemerintah Daerah (Pemda).
pengumpulan data, menggunakan metode BMN yang dibahas dalam penelitian ini
wawancara, observasi lapangan dan studi merupakan BMN yang dikuasai oleh
kepustakaan. Disamping itu penelitian juga kementerian Negara/lembaga sebagai
mempelajari laporan audit eksternal oleh
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Badan
1
Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 1
tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,
(BPKP) dan audit internal oleh auditor
pasal 1 ayat 10.
153
Sujatmiko Wibowo: Evaluasi atas Pengendalian Intern…
pengguna barang beserta unit instansi di dalam rangka menambah nilai-nilai aset
bawahnya sebagai kuasa pengguna barang, tersebut.2 Masalah kapitalisasi aset tetap
tidak termasuk barang-barang yang dikuasai diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan
atau dimiliki oleh pemerintah daerah, Badan (KMK) Nomor 01/KM.12/2001 tentang
Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN dan Pedoman Kapitalisasi Barang Milik/Kekayaan
BUMD), serta bank pemerintah dan lembaga Negara dalam Sistem Akuntansi Pemerintah.
keuangan milik pemerintah. Barang-barang Menurut KMK Nomor 01/KM.12/2001,
yang dikuasai oleh pemerintah daerah, pengeluaran yang dikapitalisasi meliputi
BUMN/BUMD, serta bank pemerintah dan pengeluaran atas pengadaan tanah,
lembaga keuangan milik pemerintah pembelian peralatan dan atau mesin sampai
ditatausahakan sendiri oleh instansi yang siap pakai, pembuatan peralatan, mesin, dan
bersangkutan dengan pedoman tersendiri. bangunan, pembangunan gedung dan
bangunan, pembangunan
Pengelolaan Barang Milik Negara jalan/irigasi/jaringan, pembelian aset tetap
Menurut Siregar (2004), salah satu lainnya hingga siap pakai, serta
masalah utama pengelolaan BMN adalah pembangunan/pembuatan aset tetap lainnya.
ketidaktertiban dalam pengelolaan data Untuk menentukan suatu pengeluaran
barang. Ini menyebabkan pemerintah dikapitalisasi atau tidak, diperlukan batasan
kesulitan untuk mengetahui secara pasti BMN jumlah biaya kapitalisasi (capitalization
yang dikuasainya/dikelolanya, sehingga BMN thesholds). Berdasarkan ketentuan dalam KMK
yang dikelola pemerintah cenderung tidak Nomor 01/KM.12/2001, pengeluaran yang
optimal dalam penggunaannya, serta di sisi dikapitalisasi untuk persatuan peralatan dan
lain pemerintah akan mengalami kesulitan mesin adalah sama dengan atau lebih besar
untuk mengembangkan pemanfaatan BMN dari Rp300.000 sedangkan untuk gedung dan
pada masa yang akan datang. bangun an adalah sama dengan atau lebih
Pengelolaan BMN sebagaimana diatur besar dari Rp10.000.000. Kebijakan tersebut
dalam PP Nomor 6 Tahun 2006, dilaksanakan dikecualikan terhadap pengeluaran untuk
dengan memperhatikan asas-asas sebagai tanah, jalan/irigasi/jaringan, serta aset tetap
berikut: Asas Fungsional, Asas Kepastian lainnya yang berupa koleksi perpustakaan dan
Hukum, Asas Transparansi, Asas Efisiensi, Asas barang bercorak kesenian.
Akuntabilitas Publik, dan Asas Kepastian Nilai. Penerapan nilai satuan minimum
Sedangkan siklus pengelolaan BMN kapitalisasi dalam penatausahaan BMN
sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 6 mengakibatkan pembukuan dalam Buku
Tahun 2006 pasal 3 ayat (2) diantaranya Inventaris (BI) dibagi menjadi dua, yaitu:
adalah: perencanaan kebutuhan dan 1. BI Intrakomptabel, untuk mencatat barang
penganggaran, pengadaan, pemanfaatan, tidak bergerak dan barang bergerak yang
pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, memenuhi nilai satuan minimum
penghapusan, pemindahtanganan, kapitalisasi.
penatausahaan serta pembinaan pengawasan 2. BI Ekstrakomptabel, untuk mencatat aset
pengendalian. tetap yang tidak memenuhi nilai satuan
minimum kapitalisasi.
Kapitalisasi Barang Milik Negara Masalah kapitalisasi tidak dapat terlepas
Kapitalisasi adalah penentuan nilai dari pengakuan dan penilaian BMN yang
pembukuan terhadap semua pengeluaran diatur dalam PP Nomor 24 tahun 2005 tentang
untuk memperolah aset tetap hingga siap Standar Akuntansi Pemerintahan. Dalam PP
pakai, untuk meningkatkan kapasitas/efisiensi,
dan/atau memperpanjang umur teknisnya 2
Ibid, pasal 1 ayat 1.
154
JIAFE (Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas Ekonomi) Vol. 4 No. 2, Des. 2018, Hal. 151-170
https://journal.unpak.ac.id/index.php/jiafe P-ISSN: 2502-3020, E-ISSN: 2502-4159
tersebut, diatur juga masalah penyusutan aset lingkungan, pendidikan, dan sejarahnya tidak
tetap yang belum termuat dalam peraturan mungkin secara penuh dilambangkan dengan
sebelumnya. nilai uang berdasarkan harga pasar maupun
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi harga perolehannya. Biaya untuk perolehan,
Pemerintah (PSAP) Nomor 07 tahun 2005 tang konstruksi, peningkatan, dan rekonstruksi
disusun olek Komite Standar Akuntansi dibebankan sebagai belanja tahun terjadinya
Pemerintahan (KSAP), aset tetap diakui saat pengeluaran tersebut dan tidak dikapitalisasi
diterima atau diserahkan hak kepemilikkannya menjadi nilai barang atau penambah nilai
dan/atau saat penguasaannya berpindah dan barang. Apabila suatu aset bersejarah
dinilai berdasarkan biaya perolehan. Apabila digunakan dalam kegiatan operasional seperti
tidak memungkinkan, maka aset diukur untuk perkantoran misalnya, maka terhadap
sebesar nilai wajar pada saat aset tersebut aset tersebut diterapkan prinsip-prinsip yang
diperoleh. berlaku bagi aset tetap yang lain.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan (PSAP) Nomor 7 tahun 2005, Penatausahaan Barang Milik Negara
Pengeluaran untuk aset tetap yang terjadi Sebagai Pengguna dan Kuasa Pengguna
setelah perolehan awal yang dapat BMN, setiap departemen/lembaga beserta
memperpanjang masa manfaat atau instansi-instansi di bawahnya wajib mengelola
meningkatkan kapasitas dan standar kerja, BMN yang berada dalam penguasaaannya
ditambahkan atau dikapitalisasikan pada nilai dengan baik. Salah bentuknya adalah dengan
tercatat aset tersebut. melakukan penatausahaan BMN. Hal ini secara
Aset selain tanah dan konstruksi dalam jelas dinyatakan di dalam UU Nomor 1 tahun
pengerjaan dapat disusutkan sesuai dengan 2004 tentang Perbendaharan Negara pasal 44
sifat dan karakteristik aset tersebut. Metode yang menyatakan bahwa ”Pengguna barang
penyusutan yang dapat digunakan antara lain dan/atau kuasa pengguna barang wajib
metode garis lurus, metode saldo menurun mengelola dan menatausahakan Barang Milik
ganda, dan metode unit produksi. Kemudian Negara/Daerah yang berada dalam
untuk pengkuran selanjutnya, aset tetap penguasaannya dengan sebaik-baiknya.”3
disajikan berdasrkan biaya perolehan aset Selain itu, pasal 51 (2) menyatakan bahwa
tetap tersebut dikurangi dengan akumulasi “Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala satuan
penyusutan. kerja perangkat daerah selaku pengguna
Seperti halnya aset tetap, PSAP Nomor anggaran menyelenggarakan akuntansi atas
05 menjelaskan bahwa pengakuan persediaan transaksi keuangan, aset, utang, dan ekuitas
dilakukan saat persediaan tersebut diterima dana, termasuk transaksi pendapatan dan
atau hak kepemilikannya dan/atau hak belanja yang berada dalam tanggung
penguasaannya berpindah. Persediaan diukur jawabnya.”4 Tujuan dari penatausahaan BMN
sebesar biaya perolehan bila diperoleh dari antara lain : (a) tertib administrasi barang; (b)
pembelian, biaya standar bila diperoleh dari penghematan keuangan negara; (c)
donasi atau rampasan. Pada akhir periode mengetahui kuantitas dan nilai BMN; dan (d)
akuntansi, persediaan dicatat berdasarkan memudahkan penyelenggaraan pengelolaan
hasil inventarisasi fisik dan dinilai pada biaya BMN.
perolehan terakhir.
Berdasarkan Lampiran PMK Nomor
3
59/PMK.06/2005, barang bersejarah (heritage Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 1
assets) dibukukan dan disajikan dalam tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,
pasal 44.
kuantitasnya tanpa nilai karena nilai budaya, 4
Ibid, pasal 51 ayat 2.
155
Sujatmiko Wibowo: Evaluasi atas Pengendalian Intern…
156
JIAFE (Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas Ekonomi) Vol. 4 No. 2, Des. 2018, Hal. 151-170
https://journal.unpak.ac.id/index.php/jiafe P-ISSN: 2502-3020, E-ISSN: 2502-4159
1. Buku Inventaris (BI) Intrakomptabel, yaitu berada dalam ruangan, seperti sepeda,
buku yang digunakan untuk mencatat gerobak dorong, pompa air di halaman
barang inventaris (aset tetap) milik negara kantor, hydrant di luar gedung, tiang
pada tingkat UAKPB yang memenuhi bendera di halaman gedung, dan
kriteria kapitalisasi, disusun dalam sebagainya.
klasifikasi sub-sub kelompok barang. 8. Laporan Kondisi Barang (LKB), yaitu daftar
2. Buku Inventaris (BI) Ekstrakomptabel, yaitu untuk mencatat kondisi barang, apakah
buku yang digunakan untuk mencatat dalam keadaan baik, rusak ringan, atau
barang inventaris milik negara pada tingkat rusak berat.
UAKPB yang tidak memenuhi kriteria 9. Laporan Barang Milik Negara, yaitu laporan
kapitalisasi, disusun dalam klasifikasi sub- yang menyajikan posisi BMN pada awal dan
sub kelompok barang. akhir suatu periode serta mutasi BMN yang
3. Buku Barang Bersejarah, yaitu buku yang terjadi selama periode tersebut. Ada dua
digunakan untuk mencatat BMN pada macam laporan BMN, yaitu laporan BMN
UAKPB yang memenuhi kriteria aset semesteran dan laporan BMN tahunan.
bersejarah (herritage aset), disusun dalam
klasifikasi sub-sub kelompok barang. Prosedur Penatausahaan BMN
4. Buku Persediaan, yaitu buku yang 1. Inventarisasi BMN
digunakan untuk mencatat semua barang Menurut PP 6 tahun 2006, inventarisasi
persediaan yang masih tersimpan dalam adalah kegiatan mendata, mencatat, dan
gudang persediaan yang menjadi tanggung melaporkan hasil pendataan BMN yang
jawab bendahara atau kepala gudang. Buku bertujuan untuk membandingkan catatan
persediaan dibuat dalam bentuk kartu dengan jumlah, nilai, kondisi, dan keberadaan
untuk setiap jenis barang dan dikelola oleh seluruh BMN yang dikuasai oleh UAKPB.
petugas yang menangani persediaan. Inventarisasi dapat dilakukan secara rutin
5. Kartu Inventaris Barang (KIB), yaitu kartu maupun sewaktu-waktu apabila diperlukan
yang digunakan untuk mencatat secara dengan membentuk tim inventarisasi. Masalah
lengkap identitas barang inventaris milik inventarisasi diatur dalam PP Nomor 6 tahun
negara pada tingkat UAKPB yang memiliki 2006 dan untuk pelaksanaan teknisnya
kekhususan dan tidak dapat dicatat dalam mengacu pada Keputusan Kepala Badan
Daftar Inventaris Ruangan (DIR), yang Administrasi Keuangan Negara (BAKUN) No.
karena sifatnya memerlukan penanganan KEP-11/AK/2003 tentang Pedoman Teknis
khusus. Ada beberapa KIB, antara lain: (1) Akuntansi Barang Milik Negara pada
KIB tanah; (2) KIB bangunan gedung; (3) KIB Kementerian Negara/Lembaga.
alat angkutan bermotor; (4) KIB alat Menurut PP Nomor 6 tahun 2006,
persenjataan. inventarisasi terhadap BMN yang berupa
6. Daftar Inventaris Ruangan (DIR), yaitu persediaan dan konstruksi dalam pengerjaan
daftar yang digunakan untuk mencatat dilakukan oleh pengguna barang setiap tahun.
semua barang inventaris yang berada Sedangkan untuk BMN selain itu, inventaris asi
dalam satu ruangan. DIR ditandatangani dilakukan minimal sekalidalam lima tahun.
oleh penanggung jawab ruangan dan Kemudian, laporan hasil inventarisasi wajib
penanggung jawab UAKPB. dilaporkan kepada pengelola barang selambat-
7. Daftar Inventaris Lainnya (DIL), yaitu daftar lambatnya tiga bulan setelah selesainya
yang digunakan untuk mencatat barang inventarisasi.
inventaris yang tidak dapat dicatat dalam Inventarisasi yang diatur dalam
DIR atau KIB yang karena tidak tetap Keputusan Kepala BAKUN Nomor KEP-
157
Sujatmiko Wibowo: Evaluasi atas Pengendalian Intern…
158
JIAFE (Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas Ekonomi) Vol. 4 No. 2, Des. 2018, Hal. 151-170
https://journal.unpak.ac.id/index.php/jiafe P-ISSN: 2502-3020, E-ISSN: 2502-4159
159
Sujatmiko Wibowo: Evaluasi atas Pengendalian Intern…
160
JIAFE (Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas Ekonomi) Vol. 4 No. 2, Des. 2018, Hal. 151-170
https://journal.unpak.ac.id/index.php/jiafe P-ISSN: 2502-3020, E-ISSN: 2502-4159
161
Sujatmiko Wibowo: Evaluasi atas Pengendalian Intern…
datang dan pergi guna mendapatkan waktu penatausahaan BMN pada kuasa pengguna
yang lebih lama, agar peneliti bisa barang/satuan kerja.
menyimpulkan dan menulis hasil Inspektorat Jenderal Depdiknas
wawancara tersebut (Bungin, 2007). merupakan salah satu unit utama/eselon I di
Pengumpulan data lapangan dilakukan lingkungan Depdiknas, yang terbentuk
pada awal tahun 2008 sampai dengan akhir berdasarkan Peraturan Mendiknas Nomor 12
bulan Juni tahun 2008. tahun 2005 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Inspektorat Jenderal Depdiknas. Berdasarkan
Teknis Analisis Data Permendiknas tersebut, Inspektorat Jenderal
Pada tahap awal, penelitian ini mempunyai tugas melakukan pengawasan
mengumpulkan data dari beberapa sumber fungsional, sedangkan fungsinya adalah
terkait. Data yang berhasil diperoleh sebagai: Perumusan kebijakan, Pelaksanaan
kemudian dilakukan telaah dokumen secara Pengawasan Fungsional, Pelaksanaan
cermat dan diproses dengan memperdalam Fasilitasi, Pelaksanaan Urusan Administrasi,
informasi atau data dari informan yang dan Pengamanan Kebijakan Menteri.
kompeten, baik yang diperoleh dari hasil Itjen Depdiknas dipimpin oleh seorang
wawancara maupun survey langsung lapangan Inspektur Jenderal. Dalam menjalankan tugas
serta dokumen yang mendukung penelitian. dan fungsinya, Itjen berada di bawah dan
Dari penggabungan hasil wawancara maupun bertanggungjawab langsung kepada Menteri
data yang terkumpul tersebut, kemudian Pendidikan Nasional, serta membawahi unit-
direviu kembali apabila terdapat data yang unit eselon II, yakni 1 Sekretariat Inspektorat
penting atau relevan dengan penelitian maka Jenderal dan 4 Inspektorat.
dibuat cacatan kecil /notulensi. Sesuai dengan struktur organisasi
Tahapan analisis data kualitatif (Seiddel akuntansi BMN, Itjen memegang dua peran,
1998 dalam Moleong 2010), prosesnya yaitu sebagai Unit Akuntansi Pembantu
berjalan sebagai berikut: Pengguna Barang Eselon I (UAPPB-E1)
1. Mencatat yang menghasilkan catatan sekaligus sebagai Unit Akuntansi Kuasa
lapangan, dengan hal itu diberi kode agar Pengguna Barang (UAKPB). Peran UAKPB
sumber datanya tetap dapat ditelusuri. dipegang oleh Bagian Umum dengan Kepala
2. Mengumpulkan, memilah-milah, Bagian Umum sebagai penanggungjawabnya.
mengklasifikasikan, mensintesiskan, Bagian Umum sebagai UAKPB
membuat ikhtisar, dan membuat bertanggungjawab atas BMN yang dikuasai
indeksnya. oleh Itjen Depdiknas dari awal perolehan,
3. Berpikir, dengan jalan membuat agar penatausahaan sampai dengan
kategori data itu mempunyai makna, pertanggungjawabannya.
mencari dan menemukan pola dan Sedangkan peran UAPPB-E1 dipegang
hubungan-hubungan, dan membuat oleh Bagian Umum dan Sekretaris Itjen
temuan-temuan umum. Depdiknas sebagai Penangungjawab.
Sekretariat Itjen bertanggungjawab atas BMN
PEMBAHASAN yang dikuasai Itjen Depdiknas secara
Obyek Penelitian keseluruhan.
Organisasi penatausahaan BMN
Departemen Pendidikan Nasional dapat Evaluasi atas Struktur Organisasi, Tugas dan
dibedakan menjadi tiga, yaitu unit Fungsi
penatausahaan BMN pada pengelola Berkaitan dengan penatausahaan BMN,
barang/departemen, unit penatausahaan Itjen Depdiknas memegang peran sebagai Unit
BMN pada pengguna barang/eselon I, dan unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Eselon
162
JIAFE (Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas Ekonomi) Vol. 4 No. 2, Des. 2018, Hal. 151-170
https://journal.unpak.ac.id/index.php/jiafe P-ISSN: 2502-3020, E-ISSN: 2502-4159
163
Sujatmiko Wibowo: Evaluasi atas Pengendalian Intern…
164
JIAFE (Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas Ekonomi) Vol. 4 No. 2, Des. 2018, Hal. 151-170
https://journal.unpak.ac.id/index.php/jiafe P-ISSN: 2502-3020, E-ISSN: 2502-4159
165
Sujatmiko Wibowo: Evaluasi atas Pengendalian Intern…
166
JIAFE (Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas Ekonomi) Vol. 4 No. 2, Des. 2018, Hal. 151-170
https://journal.unpak.ac.id/index.php/jiafe P-ISSN: 2502-3020, E-ISSN: 2502-4159
Urain POS Sistem Penatausahaan Hasil Evaluasi 1. Penatausahaan BMN pada Kantor Itjen
Infomasi BMN Itjen Penatausahaa Depdiknas belum seluruhnya sesuai dengan
Depdiknas Depdiknas n BMN
validator validator
peraturan perundangan yang berlaku.
dipegang Diantaranya adalah sebagai berikut:
rangkap oleh a. Belum dibentuk struktur organisasi,
satu orang pembagian tugas dan fungsi yang terkait
Dokumen Sumber Dokumen Sudah sesuai dengan penatausahaan BMN yang
sumber yang POS
digunakan adalah
diantaranya terditi dari Unit Akuntansi
dokumen sah Kuasa Pengguna Barang (UAKPB) dan
Pelaporan BMN Pelaporan BMN Sudah sesuai Unit Akuntansi Pembantu Pengguna
dilaksanakan POS Barang Eselon I (UAPPB-E1).
secara berkala
b. Pemisahan tugas dan fungsi antara
dan berjenjang
dengan mengacu UAKPB dan UAPPB-E1 hanya dibedakan
peraturan pada siapa yang bertanggungjawab,
perundangan sementara Sub bagian Tata Usaha
Verifikasi Dokumen Belum sesuai Bagian Umum berperan sebagai UAKPB
terhadap sumber telah POS
sekaligus UAPPB-E1 dalam menyiapkan
dokumen sumber dilakukan
dan Register verifikasi, namun laporan semester/tahunan.
Transaksi Harian belum semua c. Fungsi operator, verifikator dan
(RTH) RTH dilakukan validator belum dipisahkan secara jelas.
verifikasi dengan Hal ini terlihat dari belum adanya Surat
dokumen sumber
Rekonsiliasi Sudah dilakukan Belum sesuai
Keputusan Kepala satker yang mengatur
Internal setiap rekonsiliasi POS fungsi-fungsi tersebut.
bulan dengan SAK internal dengan d. Dalam pembukuan Barang Milik Negara
SAK, namun (BMN), Kantor Itjen Depdiknas
hanya Setiap
mengklasifikasikan BMN yang
semester
Rekonsiliasi Sudah dilakukan Sudah sesuai dikuasainya ke dalam golongan, bidang
Eksternal dengan rekonsiliasi POS kelompok, subkelompok sesuai dengan
Kantor Pelayanan eksternal dengan PMK Nomor 120/PMK.06/2007. Namun
Kekayaan Negara KPKNL Setiap belum semua barang berupa aset tetap
dan Lelang semester
(KPKNL) Setiap
diberi label kode registrasi untuk
semester membedakan barang yang satu dengan
Inventarisasi Sudah dilakukan Sudah sesuai yang lainnya dan pemberian label kode
inventarisasi POS registrasi yang ada belum sesuai.
BMN selama 2 e. Kapitalisasi yang berhubungan dengan
kali dalam
periode 5 tahun
pengakuan dan pengukuran BMN pada
Sumber: diolah dari berbagai sumber Kantor Itjen Depdiknas dilakukan
dengan mengacu pada PMK Nomor
PENUTUP 120/PMK.06/2007, yaitu transaksi atas
SIMPULAN aset tetap dan persediaan diakui ketika
Hasil evaluasi atas penerapan dokumen sumber diterima oleh petugas
penatausahaan Barang Milik Negara (BMN) akuntansi barang. Aset tetap dan
terhadap Standar Akuntansi Pemerintah pada persediaan yang diperoleh dari
Kantor Itjen Depdiknas Tahun Anggaran 2008, pembelian diukur pada nilai
penulis dapat mengambil simpulan sebagai perolehannya, sedangkan yang
berikut :
167
Sujatmiko Wibowo: Evaluasi atas Pengendalian Intern…
diperoleh dari hibah diukur pada nilai semester, sehingga neraca aset tetap
yang ditentukan oleh pemberi hibah. pada Sistem Akuntansi Keuangan
f. Pengeluaran setelah perolehan aset Pengguna Anggaran (SAKPA) belum
tetap yang menambah masa manfaat menggambarkan keadaan yang
atau membawa manfaat ekonomi di sebenarnya.
masa depan dikapitalisasi dan
ditambahkan pada nilai aset tetap yang SARAN
bersangkutan. Memperhatikan kondisi penatausahaan
g. Inventarisasi terhadap aset tetap sudah BMN pada Kantor Itjen Depdiknas tersebut,
dilakukan selama dua kali selama peneliti menyarankan agar segera dibentuk
periode tahun 2006 sampai dengan organisasi pengelola unit akuntansi pada
tahun 2008 dengan dibantu oleh Tim UAKPB dan UAPPB-E1 sehingga pembagian
Penertiban BMN Badan Pengawas wewenang, tugas dan tanggung jawab terkait
Keuangan dan Pembangunan (BPKP), penatausahaan BMN menjadi lebih jelas.
dan dijumpai selisih antara aset tetap Disamping itu, kompetensi sumber daya
yang ada dan yang tercatat di dalam manusia dan pengendalian internal di dalam
aplikasi SABMN. Namun selisih tersebut penatausahaan BMN agar lebih ditingkatkan
sudah disesuaikan sesuai rekomendasi sehingga BMN dapat dikelola dan
Tim Penertiban BMN BPKP. Selisih yang ditatausahakan dengan lebih transparan dan
terjadi disebabkan petugas aplikasi BMN akuntabel.
hanya terdiri dari 1 orang, sehingga KETERBATASAN PENELITIAN
tidak ada yang mengevaluasi dan Penelitian ini hanya menggunakan data
mengecek ulang penginputan BMN ke laporan BMN dan Laporan Hasil Inventarisasi
dalam aplikasi SABMN. BPKP pada periode akuntansi per 31
2. Pengendalian internal di dalam Desember 2007 dan hanya dilakukan pada
penatausahaan BMN Kantor Itjen Kantor Itjen Depdiknas yang merupakan salah
Depdiknas belum berjalan dengan baik. satu satuan kerja di lingkungan Departemen
Diantaranya adalah sebagai berikut: Pendidikan Nasional sehingga belum dapat
a. Penyusunan laporan BMN belum memberikan gambaran kondisi penatausahaan
obyektif dan lengkap. Hal ini bisa dilihat BMN yang terjadi pada Departemen
dari belum semua laporan dibuat sesuai Pendidikan Nasional secara menyeluruh.
ketentuan perundang-undangan yang
berlaku dan belum semua transaksi REFERENSI
dicatat ke dalam aplikasi SABMN. Bungin, B. (2007). Penelitian Kualitatif
b. Belum dilakukan pemisahan tugas (Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,
antara operator computer, verifikator, dan Ilmu Sosial Lainnya). Jakarta: PT
dan validator. Kencana Prenada Media Group.
c. Belum dilakukan verifikasi dokumen Chariri, A. (2009). Landasan Filsafat dan
sumber dengan Register Transaksi Metode Penelitian Kualitatif, Paper
Harian (RTH), sehingga terdapat disajikan pada Workshop Metodologi
perbedaan antara dokumen sumber dan Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif,
RTH yang mengakibatkan terdapat Laboratorium Pengembangan Akuntansi
selisih/perbedaan antara laporan BMN (LPA). Semarang: Fakultas Ekonomi
dengan realisasi perolehan aset. Universitas Diponegoro.
d. Belum dilaksanakan rekonsiliasi internal Committee of Sponsoring Organizations of the
secara berkala (triwulan). Rekonsiliasi Treadway Commission (COSO). (1992).
internal hanya dilakukan Setiap
168
JIAFE (Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas Ekonomi) Vol. 4 No. 2, Des. 2018, Hal. 151-170
https://journal.unpak.ac.id/index.php/jiafe P-ISSN: 2502-3020, E-ISSN: 2502-4159
169
Sujatmiko Wibowo: Evaluasi atas Pengendalian Intern…
Tahun 2008 tentang Sistem Akuntansi Yin, Robert K. (2009). Case Study Research:
dan Pelaporan Keuangan di Lingkungan Design and Methods (4th Ed.),
Departemen Pendidikan Nasional Thousand Oaks, Sage, CA.
Siregar, D. (2004). Manajemen Aset. Jakarta:
PT Kresna Prima Persada.
170