Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 20

JIAFE (Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas Ekonomi) Vol. 4 No. 2, Des. 2018, Hal.

151-170
https://journal.unpak.ac.id/index.php/jiafe P-ISSN: 2502-3020, E-ISSN: 2502-4159

EVALUASI ATAS PENGENDALIAN INTERN PENATAUSAHAAN BARANG MILIK NEGARA


BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
(STUDI KASUS PADA INSPEKTORAT JENDERAL DEPDIKNAS)

Sujatmiko Wibowo
Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan
Email: sujatmiko.wibowo@unpak.ac.id

ARTICLE INFO ABSTRACT


Article History: Changes in the new paradigm for the management of
Received 12 August 2018 State-Owned Property along with the issuance of several
Revised 23 Sept. 2018 new regulations governing the management of State-Owned
Accepted 1 Oct. 2018 Property issues, has risen a new optimism in the
arrangement and management of State-Owned Property
JEL Classification that was more orderly, accountable, and transparent. As the
H83, M48 Accounting Unit for the Property User (UAKPB), the
Inspectorate General of the Ministry of National Education
Key Word: has the responsibility to administer State Property under its
Asset Management, control. This study aims to provide a brief overview how the
State-Owned Property, and administration of State-Owned Property at the Office of the
Government Accounting Inspectorate General of the Ministry of National Education.
System This study uses descriptive analysis methodology with data
collection techniques through literature studies and field
research. The results of the study indicate that
administration of State-Owned Property at the Office of the
Inspectorate General of the Ministry of National Education
has not been running well and has not been in accordance
with the applicable laws and regulations. Suggestions that
can be given are that the Office of the Inspectorate General
of the Ministry of National Education establishes the
organizational structure of agency accounting units, as well
as improving internal control and competency of human
resources in order to organize administration of State-Owned
Property in a transparent and accountable manner in
accordance with existing laws.

PENDAHULUAN Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar


Lahirnya Undang-Undang (UU) Nomor Akuntansi Pemerintahan serta Peraturan
17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Menteri Keuangan (PMK) Nomor
UU Nomor 1 tahun 2004 tentang 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi
Perbendaharaan Negara mengisyaratkan dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat
reformasi di bidang keuangan Negara. Disusul yang menjadi pedoman dalam penyusunan
oleh munculnya Peraturan Pemerintah (PP) laporan pertanggungjawaban pemerintah atas

151
Sujatmiko Wibowo: Evaluasi atas Pengendalian Intern…

pelaksanaan pengelolaan keuangan Negara. tahun ke tahun termasuk jumlah dan nilai
Pengelolaan keuangan negara bukan hanya pertambahannya. Informasi yang dihasilkan
berhubungan dengan pengelolaan kas namun dari penatausahaan BMN digunakan sebagai
juga meliputi pengelolaan Barang Milik Negara dasar dalam pengambilan keputusan dalam
(BMN), karena BMN merupakan aset negara perencanaan kebutuhan dan penganggaran,
yang perlu diperhitungkan dan dilaporkan di penggunaan, pengawasan, serta fungsi-fungsi
dalam neraca pemerintah. Tata cara lain dalam pengelolaan BMN. Penatausahaan
pengelolaan BMN telah diatur sejak dulu, BMN yang baik bukan hanya merupakan
namun hingga sekarang pelaksanaannya tanggung jawab Menteri Keuangan sebagai
dianggap belum seperti yang diharapkan. pengelola BMN yang dikuasakan kepada
Untuk itu pemerintah mengeluarkan beberapa Direktorat Pengelolaan Barang Milik/Kekayaan
peraturan baru yang mengatur masalah Negara, namun juga membutuhkan kesadaran
pengelolaan BMN. Peraturan-peraturan serta peran serta seluruh
tersebut diharapkan dapat membawa departemen/lembaga pemerintah baik di
perbaikan dalam pengelolaan BMN. pusat maupun di daerah sebagai pengguna
Menurut Pardiman (2009), Perubahan BMN.
paradigma baru pengelolaan Barang Milik Inspektorat Jenderal Pendidikan
Negara/aset negara yang ditandai dengan Nasional (Itjen Depdiknas) merupakan salah
dikeluarkannya PP Nomor 6 tahun 2006 yang satu unit utama Depdiknas yang mempunyai
merupakan peraturan turunan UU Nomor 1 fungsi dan tugas melaksanakan pengawasan
tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, kinerja, keuangan dan pengawasan di
telah memunculkan optimisme baru dalam lingkungan Departemen Pendidikan Nasional.
penataan dan pengelolaan aset negara yang Itjen Depdiknas sebagai unit eselon I
lebih tertib, akuntabel, dan transparan ke merupakan Pembantu Pengguna Barang dan
depannya. Pengelolaan aset negara yang juga sebagai Kuasa Pengguna Barang.
profesional dan modern dengan Berdasarkan temuan Tim Penertiban BMN
mengedepankan good governance di satu sisi BPKP tahun 2007, Penatausahaan Barang Milik
diharapkan akan mampu meningkatkan Negara pada Kantor Itjen Depdiknas masih
kepercayaan pengelolaan keuangan negara jauh dari cukup untuk dikategorikan tertib dan
dari masyarakat / stakeholder. akuntabel. Hal ini bisa dilihat dari kurang
Berdasarkan Prosedur Operasi Standar tertibnya pembukuan, inventarisasi, dan
(POS) Sistem Informasi Manajemen Biro pelaporan BMN yang ada pada Itjen
Keuangan Setjen Depdiknas Tahun 2008, Depdiknas.
Pengelolaan BMN meliputi perencanaan Dari temuan Tim Penertiban BMN BPKP
kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, tahun 2007, permasalahan yang dihadapi Itjen
penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan Depdiknas dalam mengelola barang milik
pemeliharaan, penilaian, penghapusan, negara adalah:
pemindahtanganan, penatausahaan, serta 1. Para penanggung jawab atau fungsi-fungsi
pembinaan, pengawasan, dan pengendalian. organisasi dalam pengelolaan dan
Penatausahaan merupakan urat nadi dari penatausahaan barang beserta stafnya
keseluruhan fungsi pengelolaan BMN karena tidak berjalan secara optimal;
melalui penatausahaan yang meliputi kegiatan 2. Kurangnya pengetahuan keterampilan
pembukuan, inventarisasi, serta pelaporan petugas pelaksana pengelola barang;
BMN yang melibatkan Sistem Akuntansi 3. Terdapatnya bagian-bagian tertentu yang
Barang Milik Negara (SABMN), akan kelebihan peralatan dan perlengkapan
didapatkan informasi yang memuat jumlah, sedangkan di bagian lain kekurangan;
nilai, jenis, serta kondisi seluruh BMN dari 4. Belum semua BMN diberi kode inventaris;

152
JIAFE (Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas Ekonomi) Vol. 4 No. 2, Des. 2018, Hal. 151-170
https://journal.unpak.ac.id/index.php/jiafe P-ISSN: 2502-3020, E-ISSN: 2502-4159

5. Terdapat BMN dengan kondisi rusak berat Inspektorat Jenderal Wilayah I Depdiknas pada
belum dihapuskan dari daftar inventaris. Kantor Itjen Depdiknas.
6. Terdapat perbedaan antara Laporan BMN TINJAUAN PUSTAKA
per 31 Desember 2007 dengan Hasil Pengertian Barang Milik Negara
Inventarisasi BPKP tahun 2007. UU Nomor 1 tahun 2004 tentang
Munculnya beberapa peraturan baru Perbendaharaan Negara mendefinisikan
yang terkait dengan masalah BMN membawa Barang Milik Negara (BMN) sebagai “semua
perubahan dalam pengelolaan BMN, termasuk barang yang dibeli atau diperoleh atas beban
penatausahaannya. Peraturan-peraturan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
tersebut adalah PP Nomor 24 tahun 2005, (APBN) atau berasal dari perolehan lainnya
PMK Nomor 59/PMK.06/2005, PMK Nomor yang sah”1. Definisi BMN tersebut juga
120/PMK.06/2007 dan PP Nomor 6 tahun dinyatakan dalam PMK Nomor
2006. Penelitian ini bertujuan untuk 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi
mengevaluasi apakah peraturan-peraturan dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat
tersebut sudah dapat diterapkan dengan baik dan PP Nomor 6 tahun 2006 tentang
dalam pelaksanaan penatausahaan BMN pada Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
Kantor Itjen Depdiknas. Menurut penjelasan atas PP Nomor 6
Penelitian ini dibatasi pada hal-hal yang tahun 2006, yang dimaksud barang dalam
terkait dengan penatausahaan BMN (aset pengertian di atas adalah benda berwujud
tetap dan persediaan) yang diterapkan pada yang dapat dinilai, dihitung, diukur, dan
Itjen Depdiknas pada Tahun Anggaran 2007 ditimbang, tidak termasuk uang dan surat
ditinjau kesesuaiannya dengan PMK Nomor berharga. Sedangkan barang yang berasal dari
59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi perolehan lainnya yang sah antara lain barang
dan Pelaporan Pemerintah Pusat (SAPPP), PP yang diperoleh dari hibah atau sumbangan,
Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar pelaksanaan perjanjian atau kontrak,
Akuntansi Pemerintah, PP Nomor 6 tahun ketentuan undang-undang, atau putusan
2006 tentang Pengelolaan Barang Milik pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
Negara/Daerah serta PMK Nomor hukum tetap.
120/PMK.06/2007 tentang Penatausahaan Menurut Siregar (2004), BMN adalah
BMN. Pembahasan dibatasi hanya meliputi bagian dari Kekayaan Negara atau Harta
struktur organisasi, tugas, dan fungsi yang Kekayaan Negara (HKN) yang terdiri dari
terkait dengan penatausahaan BMN, barang bergerak atau barang yang tidak
pengklasifikasian, kodefikasi, kapitalisasi, serta bergerak yang dimiliki, dikuasai oleh instansi
prosedur penatausahaan BMN. pemerintah, yang sebagian atau seluruhnya
Penelitian menggunakan metode yang dibeli atas beban Anggaran Pendapatan
kualitatif deskriptif, yaitu dengan melakukan dan Belanja Negara (APBN) serta dari
pemahaman dan pengevaluasian atau perolehan yang sah, tidak termasuk kekayaan
penilaian terhadap masalah-masalah yang negara yang dipisahkan (dikelola BUMN) dan
terjadi di lapangan. Selanjutnya, dalam kekayaan Pemerintah Daerah (Pemda).
pengumpulan data, menggunakan metode BMN yang dibahas dalam penelitian ini
wawancara, observasi lapangan dan studi merupakan BMN yang dikuasai oleh
kepustakaan. Disamping itu penelitian juga kementerian Negara/lembaga sebagai
mempelajari laporan audit eksternal oleh
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Badan
1
Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 1
tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,
(BPKP) dan audit internal oleh auditor
pasal 1 ayat 10.

153
Sujatmiko Wibowo: Evaluasi atas Pengendalian Intern…

pengguna barang beserta unit instansi di dalam rangka menambah nilai-nilai aset
bawahnya sebagai kuasa pengguna barang, tersebut.2 Masalah kapitalisasi aset tetap
tidak termasuk barang-barang yang dikuasai diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan
atau dimiliki oleh pemerintah daerah, Badan (KMK) Nomor 01/KM.12/2001 tentang
Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN dan Pedoman Kapitalisasi Barang Milik/Kekayaan
BUMD), serta bank pemerintah dan lembaga Negara dalam Sistem Akuntansi Pemerintah.
keuangan milik pemerintah. Barang-barang Menurut KMK Nomor 01/KM.12/2001,
yang dikuasai oleh pemerintah daerah, pengeluaran yang dikapitalisasi meliputi
BUMN/BUMD, serta bank pemerintah dan pengeluaran atas pengadaan tanah,
lembaga keuangan milik pemerintah pembelian peralatan dan atau mesin sampai
ditatausahakan sendiri oleh instansi yang siap pakai, pembuatan peralatan, mesin, dan
bersangkutan dengan pedoman tersendiri. bangunan, pembangunan gedung dan
bangunan, pembangunan
Pengelolaan Barang Milik Negara jalan/irigasi/jaringan, pembelian aset tetap
Menurut Siregar (2004), salah satu lainnya hingga siap pakai, serta
masalah utama pengelolaan BMN adalah pembangunan/pembuatan aset tetap lainnya.
ketidaktertiban dalam pengelolaan data Untuk menentukan suatu pengeluaran
barang. Ini menyebabkan pemerintah dikapitalisasi atau tidak, diperlukan batasan
kesulitan untuk mengetahui secara pasti BMN jumlah biaya kapitalisasi (capitalization
yang dikuasainya/dikelolanya, sehingga BMN thesholds). Berdasarkan ketentuan dalam KMK
yang dikelola pemerintah cenderung tidak Nomor 01/KM.12/2001, pengeluaran yang
optimal dalam penggunaannya, serta di sisi dikapitalisasi untuk persatuan peralatan dan
lain pemerintah akan mengalami kesulitan mesin adalah sama dengan atau lebih besar
untuk mengembangkan pemanfaatan BMN dari Rp300.000 sedangkan untuk gedung dan
pada masa yang akan datang. bangun an adalah sama dengan atau lebih
Pengelolaan BMN sebagaimana diatur besar dari Rp10.000.000. Kebijakan tersebut
dalam PP Nomor 6 Tahun 2006, dilaksanakan dikecualikan terhadap pengeluaran untuk
dengan memperhatikan asas-asas sebagai tanah, jalan/irigasi/jaringan, serta aset tetap
berikut: Asas Fungsional, Asas Kepastian lainnya yang berupa koleksi perpustakaan dan
Hukum, Asas Transparansi, Asas Efisiensi, Asas barang bercorak kesenian.
Akuntabilitas Publik, dan Asas Kepastian Nilai. Penerapan nilai satuan minimum
Sedangkan siklus pengelolaan BMN kapitalisasi dalam penatausahaan BMN
sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 6 mengakibatkan pembukuan dalam Buku
Tahun 2006 pasal 3 ayat (2) diantaranya Inventaris (BI) dibagi menjadi dua, yaitu:
adalah: perencanaan kebutuhan dan 1. BI Intrakomptabel, untuk mencatat barang
penganggaran, pengadaan, pemanfaatan, tidak bergerak dan barang bergerak yang
pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, memenuhi nilai satuan minimum
penghapusan, pemindahtanganan, kapitalisasi.
penatausahaan serta pembinaan pengawasan 2. BI Ekstrakomptabel, untuk mencatat aset
pengendalian. tetap yang tidak memenuhi nilai satuan
minimum kapitalisasi.
Kapitalisasi Barang Milik Negara Masalah kapitalisasi tidak dapat terlepas
Kapitalisasi adalah penentuan nilai dari pengakuan dan penilaian BMN yang
pembukuan terhadap semua pengeluaran diatur dalam PP Nomor 24 tahun 2005 tentang
untuk memperolah aset tetap hingga siap Standar Akuntansi Pemerintahan. Dalam PP
pakai, untuk meningkatkan kapasitas/efisiensi,
dan/atau memperpanjang umur teknisnya 2
Ibid, pasal 1 ayat 1.

154
JIAFE (Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas Ekonomi) Vol. 4 No. 2, Des. 2018, Hal. 151-170
https://journal.unpak.ac.id/index.php/jiafe P-ISSN: 2502-3020, E-ISSN: 2502-4159

tersebut, diatur juga masalah penyusutan aset lingkungan, pendidikan, dan sejarahnya tidak
tetap yang belum termuat dalam peraturan mungkin secara penuh dilambangkan dengan
sebelumnya. nilai uang berdasarkan harga pasar maupun
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi harga perolehannya. Biaya untuk perolehan,
Pemerintah (PSAP) Nomor 07 tahun 2005 tang konstruksi, peningkatan, dan rekonstruksi
disusun olek Komite Standar Akuntansi dibebankan sebagai belanja tahun terjadinya
Pemerintahan (KSAP), aset tetap diakui saat pengeluaran tersebut dan tidak dikapitalisasi
diterima atau diserahkan hak kepemilikkannya menjadi nilai barang atau penambah nilai
dan/atau saat penguasaannya berpindah dan barang. Apabila suatu aset bersejarah
dinilai berdasarkan biaya perolehan. Apabila digunakan dalam kegiatan operasional seperti
tidak memungkinkan, maka aset diukur untuk perkantoran misalnya, maka terhadap
sebesar nilai wajar pada saat aset tersebut aset tersebut diterapkan prinsip-prinsip yang
diperoleh. berlaku bagi aset tetap yang lain.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan (PSAP) Nomor 7 tahun 2005, Penatausahaan Barang Milik Negara
Pengeluaran untuk aset tetap yang terjadi Sebagai Pengguna dan Kuasa Pengguna
setelah perolehan awal yang dapat BMN, setiap departemen/lembaga beserta
memperpanjang masa manfaat atau instansi-instansi di bawahnya wajib mengelola
meningkatkan kapasitas dan standar kerja, BMN yang berada dalam penguasaaannya
ditambahkan atau dikapitalisasikan pada nilai dengan baik. Salah bentuknya adalah dengan
tercatat aset tersebut. melakukan penatausahaan BMN. Hal ini secara
Aset selain tanah dan konstruksi dalam jelas dinyatakan di dalam UU Nomor 1 tahun
pengerjaan dapat disusutkan sesuai dengan 2004 tentang Perbendaharan Negara pasal 44
sifat dan karakteristik aset tersebut. Metode yang menyatakan bahwa ”Pengguna barang
penyusutan yang dapat digunakan antara lain dan/atau kuasa pengguna barang wajib
metode garis lurus, metode saldo menurun mengelola dan menatausahakan Barang Milik
ganda, dan metode unit produksi. Kemudian Negara/Daerah yang berada dalam
untuk pengkuran selanjutnya, aset tetap penguasaannya dengan sebaik-baiknya.”3
disajikan berdasrkan biaya perolehan aset Selain itu, pasal 51 (2) menyatakan bahwa
tetap tersebut dikurangi dengan akumulasi “Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala satuan
penyusutan. kerja perangkat daerah selaku pengguna
Seperti halnya aset tetap, PSAP Nomor anggaran menyelenggarakan akuntansi atas
05 menjelaskan bahwa pengakuan persediaan transaksi keuangan, aset, utang, dan ekuitas
dilakukan saat persediaan tersebut diterima dana, termasuk transaksi pendapatan dan
atau hak kepemilikannya dan/atau hak belanja yang berada dalam tanggung
penguasaannya berpindah. Persediaan diukur jawabnya.”4 Tujuan dari penatausahaan BMN
sebesar biaya perolehan bila diperoleh dari antara lain : (a) tertib administrasi barang; (b)
pembelian, biaya standar bila diperoleh dari penghematan keuangan negara; (c)
donasi atau rampasan. Pada akhir periode mengetahui kuantitas dan nilai BMN; dan (d)
akuntansi, persediaan dicatat berdasarkan memudahkan penyelenggaraan pengelolaan
hasil inventarisasi fisik dan dinilai pada biaya BMN.
perolehan terakhir.
Berdasarkan Lampiran PMK Nomor
3
59/PMK.06/2005, barang bersejarah (heritage Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 1
assets) dibukukan dan disajikan dalam tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,
pasal 44.
kuantitasnya tanpa nilai karena nilai budaya, 4
Ibid, pasal 51 ayat 2.

155
Sujatmiko Wibowo: Evaluasi atas Pengendalian Intern…

Yang dimaksud dengan penatausahaan UAPPB-W dan UAKPB yang langsung


BMN adalah: “rangkaian kegiatan yang berada di bawahnya. Penanggungjawabnya
meliputi pembukuan, inventarisasi, dan adalah pejabat eselon I.
pelaporan barang milik negara/daerah sesuai 4. Unit Akuntansi Pengguna Barang (UAPB),
dengan ketentuan yang berlaku.”5 Dan yang adalah unit akuntansi BMN pada tingkat
dimaksud dengan inventarisasi adalah kementrian negara/lembaga (pengguna
“kegiatan untuk melakukan pendataan, barang) yang melakukan kegiatan
pencatatan, dan pelaporan hasil pendataan penggabungan laporan BMN dari UAPPB-
BMN.”6 Pembukuan dan pelaporan BMN E1. Penanggungjawabnya adalah
disebut juga akuntansi BMN, dan menteri/pimpinan lembaga.
pelaksanaannya dilakukan menggunakan Menurut PP 6 tahun 2006,
suatu sistem yang disebut Sistem Akuntansi Penatausahaan BMN berkaitan erat dengan
Barang Milik Negara (SABMN). dokumen sumber, catatan, dan laporan.
Dokumen sumber adalah setiap dokumen
Organisasi dan Dokumentasi dalam yang berasal dari transaksi BMN yang sumber
Penatausahaan BMN dananya berasal dari APBN atau perolehan
Sebelum menelaah proses lain yang sah. Yang termasuk dokumen
penatausahaan BMN, kita terlebih dahulu sumber adalah:
perlu memahami organisasi-organisasi yang 1. Saldo awal, yaitu merupakan catatan
bertanggungjawab untuk melaksanakan dan/atau laporan BMN periode seblumnya.
penatausahaan BMN tersebut. Menurut PMK 2. Perolehan; pengembangan, dan
Nomor 59/PMK.06/2005, organisasi penghapusan melalui: Berita Acara Serah
penatausahaan atau unit akuntansi BMN Terima (BAST) Barang; bukti kepemilikan
terdiri dari: barang; Surat Perintah Membayar (SPM),
1. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D);
(UAKPB), adalah satuan kerja/kuasa faktur pembelian; kuitansi; surat keputusan
pengguna barang yang memiliki wewenang penghapusan; surat keputusan pengadilan;
mengurus dan/atau menggunakan BMN serta dokumen lain yang sah.
serta menguasai anggaran sesuai dengan Berdasarkan dokumen sumber, data
ketentuan yang berlaku. Penanggung jawab transaksi dibukukan dan diolah dalam SABMN.
UAKPB adalah kepala kantor/kepala satuan Transaksi yang berkaitan dengan BMN terdiri
kerja. dari:
2. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang 1. Perolehan, meliputi pembelian, transfer
Wilayah (UAPPB-W), adalah unit akuntansi masuk, hibah, rampasan, penyelesaian
BMN pada tingkat kantor wilayah yang pembangunan, pembatalan penghapusan,
melakukan kegiatan penggabungan laporan dan reklasifikasi masuk.
BMN dari UAKPB. Penanggungjawabnya 2. Perubahan, meliputi pengurangan,
adalah kepala kantor wilayah. pengembangan, perubahan kondisi, koreksi
3. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang perubahan nilai dan kuantitas.
Eselon I (UAPPB-E1), adalah unit akuntansi 3. Penghapusan, meliputi penghapusan,
BMN pada tingkat eselon I yang melakukan transfer keluar, hibah, reklasifikasi keluar,
kegiatan penggabungan laporan BMN dari dan koreksi pencatatan.
Sedangkan menurut PMK Nomor
5
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 59/PMK.06/2005, formulir atau catatan yang
6 tahun 2006 tentang Pengeloalan Barang Milik digunakan untuk menatausahakan BMN
Negara/Daerah, pasal 1 ayat 20. antara lain:
6
Ibid, Pasal 1 ayat 20.

156
JIAFE (Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas Ekonomi) Vol. 4 No. 2, Des. 2018, Hal. 151-170
https://journal.unpak.ac.id/index.php/jiafe P-ISSN: 2502-3020, E-ISSN: 2502-4159

1. Buku Inventaris (BI) Intrakomptabel, yaitu berada dalam ruangan, seperti sepeda,
buku yang digunakan untuk mencatat gerobak dorong, pompa air di halaman
barang inventaris (aset tetap) milik negara kantor, hydrant di luar gedung, tiang
pada tingkat UAKPB yang memenuhi bendera di halaman gedung, dan
kriteria kapitalisasi, disusun dalam sebagainya.
klasifikasi sub-sub kelompok barang. 8. Laporan Kondisi Barang (LKB), yaitu daftar
2. Buku Inventaris (BI) Ekstrakomptabel, yaitu untuk mencatat kondisi barang, apakah
buku yang digunakan untuk mencatat dalam keadaan baik, rusak ringan, atau
barang inventaris milik negara pada tingkat rusak berat.
UAKPB yang tidak memenuhi kriteria 9. Laporan Barang Milik Negara, yaitu laporan
kapitalisasi, disusun dalam klasifikasi sub- yang menyajikan posisi BMN pada awal dan
sub kelompok barang. akhir suatu periode serta mutasi BMN yang
3. Buku Barang Bersejarah, yaitu buku yang terjadi selama periode tersebut. Ada dua
digunakan untuk mencatat BMN pada macam laporan BMN, yaitu laporan BMN
UAKPB yang memenuhi kriteria aset semesteran dan laporan BMN tahunan.
bersejarah (herritage aset), disusun dalam
klasifikasi sub-sub kelompok barang. Prosedur Penatausahaan BMN
4. Buku Persediaan, yaitu buku yang 1. Inventarisasi BMN
digunakan untuk mencatat semua barang Menurut PP 6 tahun 2006, inventarisasi
persediaan yang masih tersimpan dalam adalah kegiatan mendata, mencatat, dan
gudang persediaan yang menjadi tanggung melaporkan hasil pendataan BMN yang
jawab bendahara atau kepala gudang. Buku bertujuan untuk membandingkan catatan
persediaan dibuat dalam bentuk kartu dengan jumlah, nilai, kondisi, dan keberadaan
untuk setiap jenis barang dan dikelola oleh seluruh BMN yang dikuasai oleh UAKPB.
petugas yang menangani persediaan. Inventarisasi dapat dilakukan secara rutin
5. Kartu Inventaris Barang (KIB), yaitu kartu maupun sewaktu-waktu apabila diperlukan
yang digunakan untuk mencatat secara dengan membentuk tim inventarisasi. Masalah
lengkap identitas barang inventaris milik inventarisasi diatur dalam PP Nomor 6 tahun
negara pada tingkat UAKPB yang memiliki 2006 dan untuk pelaksanaan teknisnya
kekhususan dan tidak dapat dicatat dalam mengacu pada Keputusan Kepala Badan
Daftar Inventaris Ruangan (DIR), yang Administrasi Keuangan Negara (BAKUN) No.
karena sifatnya memerlukan penanganan KEP-11/AK/2003 tentang Pedoman Teknis
khusus. Ada beberapa KIB, antara lain: (1) Akuntansi Barang Milik Negara pada
KIB tanah; (2) KIB bangunan gedung; (3) KIB Kementerian Negara/Lembaga.
alat angkutan bermotor; (4) KIB alat Menurut PP Nomor 6 tahun 2006,
persenjataan. inventarisasi terhadap BMN yang berupa
6. Daftar Inventaris Ruangan (DIR), yaitu persediaan dan konstruksi dalam pengerjaan
daftar yang digunakan untuk mencatat dilakukan oleh pengguna barang setiap tahun.
semua barang inventaris yang berada Sedangkan untuk BMN selain itu, inventaris asi
dalam satu ruangan. DIR ditandatangani dilakukan minimal sekalidalam lima tahun.
oleh penanggung jawab ruangan dan Kemudian, laporan hasil inventarisasi wajib
penanggung jawab UAKPB. dilaporkan kepada pengelola barang selambat-
7. Daftar Inventaris Lainnya (DIL), yaitu daftar lambatnya tiga bulan setelah selesainya
yang digunakan untuk mencatat barang inventarisasi.
inventaris yang tidak dapat dicatat dalam Inventarisasi yang diatur dalam
DIR atau KIB yang karena tidak tetap Keputusan Kepala BAKUN Nomor KEP-

157
Sujatmiko Wibowo: Evaluasi atas Pengendalian Intern…

11/AK/2003 dilaksanakan dalam tiga tahap, d. Meminta pengesahan penanggung


yaitu: jawab UAKPB atas laporan BMN.
a. Persiapan, meliputi pembentukan tim e. Menyampaikan data transaksi BMN
inventarisasi, pembagian tugas, dan kepada unit akuntansi keuangan.
penyusunan jadwal. f. Menyampaikan laporan BMN beserta
b. Pelaksanaan, meliputi penghitungan ADK kepada unit akuntansi barang di
jumlah, penentuan kondisi, pencatatan dan atasnya.
pembuatan laporan hasil inventarisasi, g. Mengarsipkan laporan BMN secara
serta pembuatan daftar barang yang tidak tertib.
ditemukan, belum dicatat, dan rusak berat. 2. Proses akhir periode akuntansi, yang
c. Tindaklanjut, meliputi penelusuran barang meliputi:
yang tidak ditemukan, pencatatan hasil a. Menginstruksikan kepada setiap
inventarisasi ke dalam SABMN, serta penanggung jawab ruangan untuk
pengusulan penghapusan untuk barang melakukan pengecekan ulang kondisi
yang rusak berat. barang yang berada di ruangan masing-
Salah satu hal yang didata dalam masing.
pelaksanaan inventarisasi adalah kondisi b. Mencatat perubahan kondisi barang
barang. Berdasarkan kondisinya, BMN yang telah disahkan oleh penanggung
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu baik, rusak jawab ruangan.
ringan, dan rusak berat. Penentuan kondisi c. Membuat Laporan Kondisi Barang (LKB).
barang dilakukan dengan mengacu pada KMK d. Meminta pengesahan penanggung
Nomor 01/KM.12/2001. jawab unit akuntansi barang tersebut
atas LKB yang dibuat.
2. Pembukuan dan Pelaporan BMN e. Membuat laporan BMN tahunan
Kegiatan lain dalam penatausahaan BMN berdasarkan saldo BI intrakomptabel, BI
adalah pembukuan dan pelaporan, atau ekstrakomptabel, dan buku barang
disebut juga akuntansi BMN. Pembukuan dan bersejarah.
pelaporan BMN yang berupa aset tetap f. Meminta persetujuan penanggung
dilakukan secara terkomputerisasi melalui jawab UAKPB atas laporan BMN.
Sistem Akuntansi Barang Milik Neg\ara g. Menyampaikan laporan BMN tahunan
(SABMN). Hal ini diatur dalam PMK Nomor dan LKB beserta ADK ke unit akuntansi
59/PMK.06/2005 dan kebijakan akuntansinya BMN di atasnya.
diatur dalam PP Nomor 24 tahun 2005. h. Mengarsipkan BI intrakomptabel, BI
Sebagai Unit Akuntansi Kuasa Pengguna ekstrakomptabel, buku barang
Barang (UAKPB), Inspektorat Jenderal bersejarah, salinan LKB, dan salinan
Depdiknas mempunyai tugas sebagai berikut: laporan BMN secara tertib.
1. Proses bulanan dan semesteran, terdiri dari: i. Melakukan proses backup data dan
a. Membukukan data transaksi BMN ke tutup tahun.
dalam (BI) intrakomptabel, BI
ekstrakomptabel, buku barang Pengendalian Internal
bersejarah, dan buku persediaan 1. Unsur Pengendalian Internal
berdasarkan dokumen sumber. Sawyer dalam Panggabean (2014)
b. Membuat dan/atau memutakhirkan KIB, mengidentifikasi Sistem Pengendalian Internal
DIR, dan DIL. terdiri dari lima unsur yang saling berkaitan,
c. Membuat laporan BMN pada akhir yaitu (1) lingkungan pengendalian (control
semester. environment); (2) penaksiran risiko (risk
assesment); (3) aktivitas pengendalian (control

158
JIAFE (Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas Ekonomi) Vol. 4 No. 2, Des. 2018, Hal. 151-170
https://journal.unpak.ac.id/index.php/jiafe P-ISSN: 2502-3020, E-ISSN: 2502-4159

activities); (4) informasi dan komunikasi Aktivitas pengendalian membantu


(information and communication); dan (5) meyakinkan bahwa tindakan yang
pemantauan (monitoring). Kelima unsur diperlukan telah diambil dalam
tersebut bersumber dari cara manajemen atau menghadapi risiko sehingga tujuan entitas
pimpinan menyelenggarakan tugasnya dan dapat tercapai.
oleh karena itu komponen tersebut menyatu d. Informasi dan Komunikasi (Information and
dan terjalin dalam proses manajemen. Communication)
Menurut Committee of Sponsoring Informasi yang bersangkutan harus
Organizations of the Treadway Commission diidentifikasi, tergambar dan terkomunikasi
(COSO, 1992), pengendalian internal adalah dalam sebuah form dan timeframe yang
proses, karena hal tersebut menembus memungkinkan orang-orang menjalankan
kegiatan operasional organisasi dan tanggungjawabnya.
merupakan bagian integral dari kegiatan e. Pemantauan (Monitoring).
manajemen dasar. Pengendalian internal Sistem pengendalian internal perlu diawasi
hanya dapat menyediakan keyakinan secara berkesinambungan dari waktu ke
memadai, bukan keinginan mutlak. Sejalan waktu untuk menentukan kualitas kinerja
dengan COSO, pengendalian internal dalam pengendalian internal sehingga dapat
lingkungan Depdiknas diatur dalam UU Nomor ditentukan apakah operasi pengendalian
1 tahun 2004 tentang perbendaharaan negara memerlukan modifikasi atau perbaikan.
yang dijabarkan lebih lanjut dalam PP Nomor Penyimpangan yang terjadi dilaporkan
60 tahun 2008 tentang sistem pengendalian kepada Direksi dan tembusannya
internal pemerintah (SPIP), terdiri atas lima disampaikan kepada Komite Audit.
komponen yang saling terkait, yaitu:
a. Lingkungan Pengendalian (Control 2. Pengendalian Internal BMN
Environment) Murtanto (2005) menyatakan bahwa
Manajemen puncak dalam suatu organisasi pengendalian internal secara luas didefinisikan
bertanggungjawab untuk menyatakan secara luas sebagai proses yang dipengaruhi
dengan jelas nilai-nilai integritas dan oleh dewan komisaris suatu entitas,
kegiatan tidak etis yang tidak dapat manajemen dan personel lain dirancang untuk
ditoleransi. memberi keyakinan yang memadai berkaitan
b. Penilaian Risiko (Risk Assessment). dengan pencapaian tujuan.
Seluruh organisasi menghadapi berbagai Menurut Biro Keuangan Setjen Depdiknas
macam risiko dari luar dan dalam yang (2008), dalam penyelenggaraan pelaporan
harus diidentifikasi, dianalisis dan keuangan pengendalian internal memegang
dieliminasi. Penilaian risiko adalah proses peranan penting agar dalam pelaksanaan
mengidentifikasi suatu risiko, menganalisis anggaran dapat efisien dan efektif serta
risiko, mengestimasi signifikansi risiko, akuntabel. Demikian juga untuk BMN yang
menilai kemungkinan terjadinya risiko, dan merupakan kekayaan Negara sehingga dapat
mengembangkan tindakan khusus yang diselamatkan dari penggunanaan yang tidak
diperlukan untuk mengurangi risiko semestinya dan informasi tentang BMN
tersebut ke tingkat yang dapat diterima. tersebut dapat dilaporkan dengan transparan
c. Aktivitas Pengendalian (Control Activities) serta akurat sesuai prinsip Standar Akuntansi
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan Pemerintahan.
dan prosedur yang telah ditetapkan yang Berdasarkan Prosedur Operasi Standar
dapat membantu meyakinkan manajemen (POS) Sistem Informasi Manajemen Biro
bahwa arahannya telah dijalankan. Keuangan Setjen Depdiknas Tahun 2008,

159
Sujatmiko Wibowo: Evaluasi atas Pengendalian Intern…

Pengendalian internal dalam pengelolaan Penelitian ini menggunakan metode


BMN di lingkungan Depdiknas, diantaranya penelitian kualitatif deskriptif, yang
adalah: merupakan jenis penelitian dimana data yang
a. Penyusunan laporan keuangan dilakukan dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan
dengan berpedoman pada prinsip: bukan angka-angka, dan semua data yang
ketaatan, konsistensi, kemampubandingan, dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci
materialitas, obyektif dan kelengkapan. terhadap apa yang sudah diteliti (Moleong,
b. Terdapat pemisahan tugas dan fungsi yang 2010).
jelas antara operator computer, petugas Pendekatan kualitatif deskriptif dalam
verifikasi dan petugas administrasi. penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan dan melakukan analisis
terhadap realita dari pelaksanaan
penatausahaan BMN di lingkungan Itjen
Akuntansi Pemerintahan Depdiknas. Selain itu juga untuk memberikan
Menurut Mursyidi (2009), akuntansi saran dan masukan terkait penatausahaan
pemerintahan merupakan mekanisme BMN ke depan.
akuntansi yang memproses transaksi
keuangan yang berkaitan dengan pengelolaan Metode Pendekatan Penelitian
keuangan negara baik tingkat pusat maupun Pendekatan yang digunakan dalam
tingkat daerah. penelitian ini adalah menggunakan
Hasanah (2016) menyatakan bahwa pendekatan studi kasus. Studi kasus
akuntansi pemerintahan suatu aktivitas merupakan salah satu strategi dan metode
pemberian jasa untuk menyediakan informasi analisis data kualitatif yang menekankan pada
keuangan pemerintah berdasarkan proses kasus-kasus yang terjadi pada obyek analisis
pencatatan, pengklasifikasian, pengikhtisaran, (Bungin, 2007). Tujuan studi kasus adalah
suatu transaksi keuangan pemerintah serta untuk melakukan penyelidikan secara
pentafsiran atas informasi keuangan. mendalam mengenai subyek tertentu untuk
Pelaksanaan akuntansi pemerintahan memberikan gambaran yang lengkap
merupakan perwujudan dari UU Nomor 1 mengenai subyek tertentu (Indriantoro, 2002).
Tahun 2004 dimana semua penyelenggaraan Peneliti mengamati langsung dan berada
akuntansi atas transaksi keuangan, aset, di dalam lingkungan obyek penelitian bersama
utang, dan ekuitas dana, termasuk transaksi informan di dalamnya sehingga gambaran
pendapatan dan belanja. Dalam penyusunan lengkap yang dibutuhkan dalam penelitian ini
laporan keuangan pemerintah menggunakan dapat diperoleh dari sumber yang dapat
Standar Akuntansi Pemerintahan. dipertanggungjawabkan.
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah No. Obyek Penelitian
71 Tahun 2010 sebagai pengganti Peraturan Obyek penelitian studi kasus ini adalah
Pemerintah No. 24 Tahun 2005. SAP Inspektorat Jenderal Depertemen Pendidikan
dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Nasional (Itjen Depdiknas) yang merupakan
Akuntansi Pemerintahan (PSAP), dilengkapi salah satu unit Eselon I di lingkungan
dengan Pengantar Standar Akuntansi Kementerian Pendidikan Nasional.
Pemerintahan dan disusun mengacu kepada
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah suatu rancangan
METODE PENELITIAN yang menggambarkan bagaimana penelitian
Jenis Penelitian itu dilakukan guna mendapatkan apa yang

160
JIAFE (Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas Ekonomi) Vol. 4 No. 2, Des. 2018, Hal. 151-170
https://journal.unpak.ac.id/index.php/jiafe P-ISSN: 2502-3020, E-ISSN: 2502-4159

menjadi tujuan dari penelitian. Desain sedang berlangsung (Widyantoro, 2009


penelitian merupakan kaitan logis antara data dalam Harwida, 2014). Peneliti
empiris dengan pertanyaan awal penelitian, melakukan observasi /pengamatan
terutama konklusi-konklusinya (Yin, 2009). lapangan pada obyek penelitian yaitu
Desain penelitian yang digunakan dalam pada Itjen Depdiknas.
penelitian ini bersifat penjelasan (explanatory 2. Wawancara, yaitu wawancara yang
research). bertujuan mencatat opini, perasaan,
emosi, dan hal lain yang berkaitan dengan
Jenis dan Sumber Data individu yang yang ada dalam organisasi
Dalam penelitian ini jenis dan sumber data (Chariri, 2009). Jenis wawancara yang
yang digunakan adalah: digunakan adalah wawancara bertahap
atau wawancara tidak terstruktur. Selain
itu, jenis wawancara yang digunakan
1. Data primer adalah wawancara terbuka (open
Data primer yang digunakan peneliti antara interview) yaitu suatu bentuk wawancara
lain: laporan keuangan semesteran dan yang menghendaki jawaban yang luas
tahunan serta catatan hasil wawancara dan dari informan dan tidak terbatas
hasil observasi ke lapangan secara langsung (Koentjaningrat, 2011 dalam Qolbi, 2012).
dalam bentuk catatan tentang situasi dan Kriteria informan dari penelitian ini
kejadian. Kriteria informan dari penelitian adalah Pejabat dan Pengelola BMN Itjen
ini adalah pejabat dan pengelola BMN Itjen Depdiknas yang telah bertugas selama
Depdiknas yang telah bertugas selama lebih dari 2 tahun.
lebih dari 2 tahun.
2. Data sekunder Prosedur Pengumpulan data
Data ini digunakan untuk pelengkap data Prosedur pengumpulan data dalam
primer yang diperoleh baik dari dokumen, penelitian ini adalah sebagai berikut:
catatan transkrip, internet dan sebagainya. 1. Survei pendahuluan. Yaitu untuk menggali
Data sekunder tersebut antara lain berupa: informasi melalui observasi pada obyek
Undang-Undang dan Peraturan terkait yang yang akan diteliti untuk memperoleh
berhubungan dengan pengelolaan BMN gambaran tentang obyek penelitian. Survai
dan penatausahaan BMN di Indonesia, ini dilakukan pada awal Semester II Tahun
struktur organisasi Kerja Itjen Depdiknas, 2007 atau sekitar bulan Juli 2007.
laporan hasil audit dari internal maupun 2. Survei kepustakaan. Yaitu mengumpulkan
eksternal, serta dokumen-dokumen lain dan mempelajari data yang diperoleh dari
yang mendukung baik dari internal ataupun buku-buku, jurnal atau artikel ilmiah
dokumen yang berasal dari sumber maupun aturan perundang-undangan yang
eksternal. disesuaikan dengan teori-teori pendukung.
3. Pengumpulan data lapangan. Yaitu dengan
Metode Pengumpulan data melakukan observasi, wawancara dan
Metode pengumpulan data dalam dokumen yang didapat. Dalam melakukan
penelitian kualitatif ini adalah sebagai berikut: observasi, peneliti melakukan wawancara
1. Pengamatan/observasi lapangan yang secara mendalam kepada pengelola BMN
bertujuan untuk mengamati dan dan pejabat yang bertanggungjawab atas
mencatat gejala-gejala yang tampak pada pengelolaan BMN untuk memperoleh
obyek penelitian pada saat keadaan atau informasi yang terkait dengan tujuan
situasi yang alami atau yang sebenarnya penelitian. Dimana wawancara dilakukan

161
Sujatmiko Wibowo: Evaluasi atas Pengendalian Intern…

datang dan pergi guna mendapatkan waktu penatausahaan BMN pada kuasa pengguna
yang lebih lama, agar peneliti bisa barang/satuan kerja.
menyimpulkan dan menulis hasil Inspektorat Jenderal Depdiknas
wawancara tersebut (Bungin, 2007). merupakan salah satu unit utama/eselon I di
Pengumpulan data lapangan dilakukan lingkungan Depdiknas, yang terbentuk
pada awal tahun 2008 sampai dengan akhir berdasarkan Peraturan Mendiknas Nomor 12
bulan Juni tahun 2008. tahun 2005 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Inspektorat Jenderal Depdiknas. Berdasarkan
Teknis Analisis Data Permendiknas tersebut, Inspektorat Jenderal
Pada tahap awal, penelitian ini mempunyai tugas melakukan pengawasan
mengumpulkan data dari beberapa sumber fungsional, sedangkan fungsinya adalah
terkait. Data yang berhasil diperoleh sebagai: Perumusan kebijakan, Pelaksanaan
kemudian dilakukan telaah dokumen secara Pengawasan Fungsional, Pelaksanaan
cermat dan diproses dengan memperdalam Fasilitasi, Pelaksanaan Urusan Administrasi,
informasi atau data dari informan yang dan Pengamanan Kebijakan Menteri.
kompeten, baik yang diperoleh dari hasil Itjen Depdiknas dipimpin oleh seorang
wawancara maupun survey langsung lapangan Inspektur Jenderal. Dalam menjalankan tugas
serta dokumen yang mendukung penelitian. dan fungsinya, Itjen berada di bawah dan
Dari penggabungan hasil wawancara maupun bertanggungjawab langsung kepada Menteri
data yang terkumpul tersebut, kemudian Pendidikan Nasional, serta membawahi unit-
direviu kembali apabila terdapat data yang unit eselon II, yakni 1 Sekretariat Inspektorat
penting atau relevan dengan penelitian maka Jenderal dan 4 Inspektorat.
dibuat cacatan kecil /notulensi. Sesuai dengan struktur organisasi
Tahapan analisis data kualitatif (Seiddel akuntansi BMN, Itjen memegang dua peran,
1998 dalam Moleong 2010), prosesnya yaitu sebagai Unit Akuntansi Pembantu
berjalan sebagai berikut: Pengguna Barang Eselon I (UAPPB-E1)
1. Mencatat yang menghasilkan catatan sekaligus sebagai Unit Akuntansi Kuasa
lapangan, dengan hal itu diberi kode agar Pengguna Barang (UAKPB). Peran UAKPB
sumber datanya tetap dapat ditelusuri. dipegang oleh Bagian Umum dengan Kepala
2. Mengumpulkan, memilah-milah, Bagian Umum sebagai penanggungjawabnya.
mengklasifikasikan, mensintesiskan, Bagian Umum sebagai UAKPB
membuat ikhtisar, dan membuat bertanggungjawab atas BMN yang dikuasai
indeksnya. oleh Itjen Depdiknas dari awal perolehan,
3. Berpikir, dengan jalan membuat agar penatausahaan sampai dengan
kategori data itu mempunyai makna, pertanggungjawabannya.
mencari dan menemukan pola dan Sedangkan peran UAPPB-E1 dipegang
hubungan-hubungan, dan membuat oleh Bagian Umum dan Sekretaris Itjen
temuan-temuan umum. Depdiknas sebagai Penangungjawab.
Sekretariat Itjen bertanggungjawab atas BMN
PEMBAHASAN yang dikuasai Itjen Depdiknas secara
Obyek Penelitian keseluruhan.
Organisasi penatausahaan BMN
Departemen Pendidikan Nasional dapat Evaluasi atas Struktur Organisasi, Tugas dan
dibedakan menjadi tiga, yaitu unit Fungsi
penatausahaan BMN pada pengelola Berkaitan dengan penatausahaan BMN,
barang/departemen, unit penatausahaan Itjen Depdiknas memegang peran sebagai Unit
BMN pada pengguna barang/eselon I, dan unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Eselon

162
JIAFE (Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas Ekonomi) Vol. 4 No. 2, Des. 2018, Hal. 151-170
https://journal.unpak.ac.id/index.php/jiafe P-ISSN: 2502-3020, E-ISSN: 2502-4159

I (UAPPB-E1) sekaligus sebagai Unit Akuntansi


Kuasa Pengguna Barang (UAKPB). Hal ini Evaluasi atas Pengklasifikasian, Kodefikasi,
sesuai dengan struktur organisasi akuntansi dan Kapitalisasi BMN
BMN yang diatur dalam PMK Nomor Pengklasifikasian BMN pada Itjen
59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi Depdiknas sudah sesuai dengan PP Nomor 24
dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat. tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Menurut PMK tersebut, organisasi Pemerintahan yang mengatur perlakuan
akuntansi BMN terdiri dari Unit Akuntansi akuntansi untuk BMN dengan
Pengguna Barang (UAPB), Unit Akuntansi membedakannya menjadi aset tetap dan
Pembantu Pengguna Barang Eselon I (UAPPB- persediaan. Menurut PP Nomor 24 tahun
E1), Unit Akuntansi Pembantu Pengguna 2005, aset pemerintah yang disajikan dalam
Barang Wilayah (UAPPB-W), dan Unit neraca terdiri dari aset tetap dan aset lancar.
Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB). Pemberian kodefisikasi BMN pada Itjen
Dalam hubungannya dengan Itjen Depdiknas, Depdiknas tidak sesuai dengan ketentuan yang
yang berperan sebagai UAPB adalah ditetapkan dalam KMK Nomor
Departemen Pendidikan Nasional, dalam hal 18/KMK.018/1999 dan PMK Nomor
ini adalah Sekretariat Jenderal Departemen 59/PMK.06/2005. Kode yang ada hanya
Pendidikan Nasional. Kemudian Sekretariat mencantumkan kode barang dan tidak
Itjen Depdiknas sebagai UAPPB-E1 dan Bagian mencantumkan kode lokasi. Disamping itu,
Umum sebagai UAKPB. belum semua BMN dibawah penguasaan Itjen
Penanggung jawab penatausahaan Depdiknas diberikan kodefikasi sesuai kode
BMN pada Itjen Depdiknas adalah Inspektur masing-masing barang.
Jenderal selaku pejabat eselon I. Hal ini sesuai Selain mengacu pada KMK Nomor
dengan ketentuan yang diatur dalam UU 01/KM.12/2001, masalah kapitalisasi BMN
Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan juga berpedoman pada PP Nomor 24 tahun
Negara, yang pada pasal 42(3) dinyatakan 2005. PP ini mengatur perlakuan akuntansi
bahwa kepala kantor dalam lingkungan bagi BMN yang meliputi aset tetap dan
kementerian negara/lembaga adalah Kuasa persediaan, mulai dari pengakuan awal saat
Pengguna Barang dalam lingkungan kantor perolehan, pengukuran dan penilaiannya,
yang bersangkutan. Kemudian pasal 44 pengeluaran setelah perolehan (subsequent
menyatakan bahwa Pengguna Barang expenditure), hingga penyusutan untuk aset
dan/atau Kuasa Pengguna Barang wajib tetap. Pada Itjen Depdiknas, BMN berupa aset
mengelola dan menatausahakan BMN/daerah tetap serta persediaan diakui dan mulai
yang berada dalam penguasaannya dengan dibukukan ketika BMN yang bersangkutan
sebaik-baiknya. diterima beserta bukti kepemilikannya seperti
Sebagai UAPPB-E1, Itjen berkewajiban Berita Acara Serah Terima (BAST) barang,
untuk melaporkan BMN yang dikuasai dan kuitansi, faktur pembelian, dan sebagainya.
digunakan dalam operasionalnya. Disamping Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan dalam
itu Itjen Depdiknas juga berperan sebagai PP Nomor 24 tahun 2005 bahwa pengakuan
UAKPB yang bertugas melakukan pelaporan aset tetap akan sangat andal bila aset tetap
BMN di tingkat satker. Namun kedua peran telah diterima atau diserahkan hak
tersebut hanya dikerjakan oleh Subbagian Tata kepemilikannya dan atau pada saat
Usaha Bagian Umum, dan hanya dibedakan penguasaannya berpindah. Demikian juga
oleh penanggungjawabnya saja. untuk persediaan pada Itjen Depdiknas diakui
pada saat diterima atau hak kepemilikannya
dan/atau kepenguasaannya berpindah.

163
Sujatmiko Wibowo: Evaluasi atas Pengendalian Intern…

PMK Penatausahaa Hasil Evaluasi


Evaluasi Penatausahaan BMN berdasarkan No.59/PMK.06/200 n BMN Itjen
5 tentang SAPKP Depdiknas
PMK Nomor 59/PMK.06/2005 UAPPB-E1 Itjen Penatausahaa
Menurut PMK Nomor 59/PMK.06/2005, menyusun Lap BMN Depdiknas n BMN Itjen
penatausahaan BMN dilaksanakan dengan Eselon I sudah Depdiknas
aplikasi SABMN dengan tujuan untuk Lap BMN Eselon I menyusun Lap sudah sesuai
menghasilkan informasi yang diperlukan disampaikan ke BMN Eselon I ketentuan
UAPB Setiap dan yang berlaku
sebagai alat pertanggungjawaban atas semester menyampaik
pelaksanaan APBN serta an ke UAPB
pengelolaan/pengendalian BMN yang dikuasai Setiap
oleh suatu unit akuntansi barang. semester
Pasal 21 ayat 1 & 2
Penatausahaan BMN pada Kantor Itjen
Prosedur Itjen Penatausahaa
Depdiknas belum seluruhnya sesuai dengan pencatatan SABMN Depdiknas n BMN Itjen
PMK Nomor 59/PMK.06/2005, diantaranya dilaksanakan sesuai belum Depdiknas
adalah seperti pada Tabel 1. prosedur melaksanakan belum sesuai
. Laporan BMN dibuat pencatatan ketentuan
sesuai format dan SABMN sesuai yang berlaku
bentuk baku yang prosedur dan
Table 1. Perbandingan antara PMK Nomor ditentukan belum
59/PMK.06/2007 dengan Penatausahaan menyusun
BMN Itjen Depdiknas Laporan BMN
PMK Penatausahaa Hasil Evaluasi sesuai format
No.59/PMK.06/200 n BMN Itjen dan bentuk
5 tentang SAPKP Depdiknas baku
Pasal 16 ayat 1 Sumber: diolah dari berbagai sumber
Setiap UAPKB Itjen Penatausahaa
melaksanakan Depdiknas n BMN Itjen Evaluasi Penatausahaan BMN berdasarkan
proses akuntansi sudah Depdiknas
PMK Nomor 120/PMK.06/2007
atas dok. Sumber melaksanakan sudah sesuai
dalam rangka proses ketentuan Menurut PMK Nomor 120/PMK.06/2007,
menghasilkan data akuntansi dan yang berlaku penatausahaan BMN meliputi pembukuan,
transaksi BMN dan menghasilkan inventarisasi dan Pelaporan BMN. Dalam
Laporan BMN data transaksi penatausahaan BMN ini termasuk di dalamnya
dan laporan
BMN melaksanakan tugas dan fungi akuntansi BMN.
Pasal 16 ayat 2 Hasil penatausahaan BMN ini nantinya dapat
Data transaksi BMN Itjen Penatausahaa digunakan dalam rangka perencanaan
disampaikan UAKPA Depdiknas n BMN Itjen kebutuhan pengadaan dan pemeliharaan BMN
Setiap bulan dlm belum Depdiknas
Setiap tahun sebagai bahan penyusunan
bentuk ADK menyampaikan belum sesuai
data transaksi ketentuan rencana anggaran dan pengamanan
BMN ke UAKPA yang berlaku administrasi BMN.
Setiap bulan Penatausahaan BMN pada Kantor Itjen
Pasal 16 ayat 3 Depdiknas belum seluruhnya sesuai dengan
Data transaksi BMN Itjen Penatausahaa
PMK Nomor 120/PMK.06/2007, diantaranya
disampaikan UAPPB- Depdiknas n BMN Itjen
E1 setiap semester sudah Depdiknas adalah seperti pada Tabel 2.
menyampaikan sudah sesuai
data transaksi ketentuan Tabel 2. Perbandingan PMK Nomor
BMN ke yang berlaku 120/PMK.06/2007 dengan Penatausahaan
UAPPB-E1
Setiap Itjen Depdiknas
semester
Pasal 18 ayat 1 & 2

164
JIAFE (Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas Ekonomi) Vol. 4 No. 2, Des. 2018, Hal. 151-170
https://journal.unpak.ac.id/index.php/jiafe P-ISSN: 2502-3020, E-ISSN: 2502-4159

PMK Penatausaha Hasil Evaluasi PMK Penatausaha Hasil Evaluasi


No.120/PMK.06/20 an BMN Itjen No.120/PMK.06/20 an BMN Itjen
07 tentang Depdiknas 07 tentang Depdiknas
Penatausahaan Penatausahaan
BMN BMN
Pembukuan BMN disampaikan sudah Depdiknas
Pasal 8 s.d. pasal UAPPB-E1 setiap menyampaika sudah sesuai
13 Itjen semester n data
Penatausahaan Depdiknas Penatausaha transaksi ketentuan
BMN melakukan: sudah an BMN Itjen BMN ke yang berlaku
 pembukuan, melaksanaka Depdiknas UAPPB-E1
 menyimpan n sudah sesuai Setiap
dokumen, pembukuan, semester
menyimpan
ketentuan
 membuat daftar Pasal 18 ayat 1 & 2 Itjen Penatausaha
barang kuasa dokumen, yang berlaku. UAPPB-E1 Depdiknas an BMN Itjen
pengguna (DBKP) membuat menyusun Lap BMN sudah
DBKP, Eselon I menyusun Depdiknas
 melakukan
pendaftaran dan melakukan Lap BMN Eselon I Lap BMN sudah sesuai
pencatatan BMN pendaftaran disampaikan ke Eselon I dan ketentuan
ke dalam DBKP dan UAPB Setiap menyampaik yang berlaku
 melaporkan DBKP pencatataan semester an ke UAPB
kepada Pengelola BMN ke Setiap
Barang (UAPB) dalam DBKP semester
Pasal 14 ayat 1 dan Pasal 21 ayat 1 & 2 Itjen Penatausaha
Dalam melaporkan Prosedur Depdiknas
Penatausaha an BMN Itjen
penatausahaan DBKP kepada pencatatan SABMN belum
UAPB. an BMN Itjen dilaksanakan sesuai melaksanaka Depdiknas
BMN dibuat
penggolongan dan Depdiknas prosedur n pencatatan belum sesuai
kodefikasi untuk belum sesuai Laporan BMN SABMN ketentuan
Setiap BMN Itjen dibuat sesuai sesuai yang berlaku
Depdiknas ketentuan format dan bentuk prosedur dan
belum yang berlaku baku yang belum
melakukan ditentukan menyusun
penggolonga Laporan BMN
n dan sesuai format
kodefikasi dan bentuk
untuk Setiap baku
BMN Pelaporan BMN
Inventarisasi BMN Pasal 19 dan Pasal
Pasal 16 ayat 1,3,5 21 Itjen
Pengguna Barang Itjen UAKPB menyusun Depdiknas Penatausaha
melakukan Depdiknas Penatausaha laporan semesteran sebagai an BMN Itjen
inventarisasi sudah an BMN Itjen dan tahunan serta UAKPB dan Depdiknas
sekurang- melakukan Depdiknas menyampaikan UPPB-E1 sudah sesuai
kurangnya setiap 5 inventarisasi sudah sesuai kepada UPPB-E1. sudah
tahun sekali dan Setiap 5 UPPB-E1 menyusun menyusun
ketentuan
ketentuan yang berlaku
melaporkan kepada tahun, sudah laporan barang dan
Pengelola Barang melaporkan yang berlaku pengguna eselon I melaporkan
dan mencatat hasil kepada semesteran dan laporan
inventarisasi ke Pengelola tahunan barang
dalam DBKP Barang dan pengguna
sudah dicatat Setiap
ke dalam semester dan
DBKP tahunan
Pasal 16 ayat 3 Itjen Penatausaha Sumber: diolah dari berbagai sumber
Data transaksi BMN Depdiknas an BMN Itjen

165
Sujatmiko Wibowo: Evaluasi atas Pengendalian Intern…

Evaluasi Penatausahaan BMN berdasarkan Pengendalian internal BMN merupakan


Hasil Inventarisasi BPKP salah satu kebijakan Departemen Pendidikan
Itjen Depdiknas dalam kuran waktu Nasional yang dituangkan di dalam Prosedur
kurang dari lima tahun telah melaksanakan Operasi Standar (POS) Sistem Informasi
dua kali inventarisasi. Inventarisasi pertama Depdiknas Tahun 2008. Hasil laporan
dilaksanakan pada tahun 2005 dengan tujuan inventarisasi BMN oleh BPKP dan dari hasil
untuk mendapatkan saldo awal tahun 2006. wawancara dengan pejabat dan pengelola
Sedangkan inventarisasi kedua dilaksanakan BMN pada Itjen Depdiknas, ditemukan adanya
tahun 2008 dengan tujuan menginventarisir pelaksanaan pengendalian internal atas
pengadaan/perolehan aset tetap pada tahun penatausahaan BMN yang belum dilaksanakan
2006 dan 2007 yang dilaksanakan oleh BPKP. sebagaimana Tabel 4. berikut:
Hasil inventarisasi atas BMN Itjen Depdiknas
ditemukan adanya selisih nilai sebesar Tabel 4. Evaluasi pengendalian internal BMN
Rp4.165.364.712 dengan Laporan BMN Itjen pada Itjen Depdiknas
Depdiknas per 31 Desember 2017, Urain POS Sistem Penatausahaan Hasil Evaluasi
sebagaimana Tabel 3. berikut: Infomasi BMN Itjen Penatausahaa
Depdiknas Depdiknas n BMN
Tabel 3. Perbandingan Inventarisasi BMN Penyusunan
oleh BPKP dengan Laporan BMN Itjen TA Laporan Lap. BMN sudah Sudah sesuai
2007 Ketaataan dilaksanakan POS
Jenis Hasil Laporan Hasil sesuai
BMN Inventarisasi BMN Itjen Evaluasi Perundang-
BPKP Depdiknas Lap BMN undangan yang
(Vol / Nilai (Vol/Nilai Rp) Itjen berlaku.
Rp) Sudah sesuai
Tanah 12.578 m2 / 12.578 m2 / Sudah Konsistensi Lap BMN sudah POS
105.311.116 105.311.116 sesuai dilaksanakan
Inventarisa secara
si BPKP berkesinambung
an Sudah sesuai
Peralata 5.763 unit / 6.004 unit / Tidak Kemampubanding POS
n dan 27.968.646.3 33.244.166.6 sesuai an Lap BMN sudah
Mesin 30 22 Inventarisa menggunakan
si BPKP klasifikasi dan
Gedung 20 unit / 20 unit / Tidak perbandingan Sudah sesuai
dan 20.548.112.1 19.437.956.5 sesuai POS
Banguna 50 70 Inventarisa Material Lap. BMN sudah
n si BPKP melaporkan dan
Jalan, 1 unit / 1 1 unit 1 Sudah mengungkapkan
Irigasi sesuai nilai secara
dan Inventarisa material Belum sesuai
Jaringan si BPKP POS
Obyektif Lap. BMN belum
Aset 1 unit / 1 unit / Sudah sesuai dengan
Tetap 850.000 850.000 sesuai keadaan yang
Lainnya Inventarisa sebenarnya Belum sesuai
si BPKP POS
Kelengkapan Lap. BMN belum
Sumber: diolah dari berbagai sumber mencakup dan
melampirkan
Evaluasi atas Pengendalian Internal semua transaksi
Pemisahan tugas Pelaksanaan Belum sesuai
Penatausahaan BMN operator, tugas operator, POS
verifikator dan verifikator dan

166
JIAFE (Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas Ekonomi) Vol. 4 No. 2, Des. 2018, Hal. 151-170
https://journal.unpak.ac.id/index.php/jiafe P-ISSN: 2502-3020, E-ISSN: 2502-4159

Urain POS Sistem Penatausahaan Hasil Evaluasi 1. Penatausahaan BMN pada Kantor Itjen
Infomasi BMN Itjen Penatausahaa Depdiknas belum seluruhnya sesuai dengan
Depdiknas Depdiknas n BMN
validator validator
peraturan perundangan yang berlaku.
dipegang Diantaranya adalah sebagai berikut:
rangkap oleh a. Belum dibentuk struktur organisasi,
satu orang pembagian tugas dan fungsi yang terkait
Dokumen Sumber Dokumen Sudah sesuai dengan penatausahaan BMN yang
sumber yang POS
digunakan adalah
diantaranya terditi dari Unit Akuntansi
dokumen sah Kuasa Pengguna Barang (UAKPB) dan
Pelaporan BMN Pelaporan BMN Sudah sesuai Unit Akuntansi Pembantu Pengguna
dilaksanakan POS Barang Eselon I (UAPPB-E1).
secara berkala
b. Pemisahan tugas dan fungsi antara
dan berjenjang
dengan mengacu UAKPB dan UAPPB-E1 hanya dibedakan
peraturan pada siapa yang bertanggungjawab,
perundangan sementara Sub bagian Tata Usaha
Verifikasi Dokumen Belum sesuai Bagian Umum berperan sebagai UAKPB
terhadap sumber telah POS
sekaligus UAPPB-E1 dalam menyiapkan
dokumen sumber dilakukan
dan Register verifikasi, namun laporan semester/tahunan.
Transaksi Harian belum semua c. Fungsi operator, verifikator dan
(RTH) RTH dilakukan validator belum dipisahkan secara jelas.
verifikasi dengan Hal ini terlihat dari belum adanya Surat
dokumen sumber
Rekonsiliasi Sudah dilakukan Belum sesuai
Keputusan Kepala satker yang mengatur
Internal setiap rekonsiliasi POS fungsi-fungsi tersebut.
bulan dengan SAK internal dengan d. Dalam pembukuan Barang Milik Negara
SAK, namun (BMN), Kantor Itjen Depdiknas
hanya Setiap
mengklasifikasikan BMN yang
semester
Rekonsiliasi Sudah dilakukan Sudah sesuai dikuasainya ke dalam golongan, bidang
Eksternal dengan rekonsiliasi POS kelompok, subkelompok sesuai dengan
Kantor Pelayanan eksternal dengan PMK Nomor 120/PMK.06/2007. Namun
Kekayaan Negara KPKNL Setiap belum semua barang berupa aset tetap
dan Lelang semester
(KPKNL) Setiap
diberi label kode registrasi untuk
semester membedakan barang yang satu dengan
Inventarisasi Sudah dilakukan Sudah sesuai yang lainnya dan pemberian label kode
inventarisasi POS registrasi yang ada belum sesuai.
BMN selama 2 e. Kapitalisasi yang berhubungan dengan
kali dalam
periode 5 tahun
pengakuan dan pengukuran BMN pada
Sumber: diolah dari berbagai sumber Kantor Itjen Depdiknas dilakukan
dengan mengacu pada PMK Nomor
PENUTUP 120/PMK.06/2007, yaitu transaksi atas
SIMPULAN aset tetap dan persediaan diakui ketika
Hasil evaluasi atas penerapan dokumen sumber diterima oleh petugas
penatausahaan Barang Milik Negara (BMN) akuntansi barang. Aset tetap dan
terhadap Standar Akuntansi Pemerintah pada persediaan yang diperoleh dari
Kantor Itjen Depdiknas Tahun Anggaran 2008, pembelian diukur pada nilai
penulis dapat mengambil simpulan sebagai perolehannya, sedangkan yang
berikut :

167
Sujatmiko Wibowo: Evaluasi atas Pengendalian Intern…

diperoleh dari hibah diukur pada nilai semester, sehingga neraca aset tetap
yang ditentukan oleh pemberi hibah. pada Sistem Akuntansi Keuangan
f. Pengeluaran setelah perolehan aset Pengguna Anggaran (SAKPA) belum
tetap yang menambah masa manfaat menggambarkan keadaan yang
atau membawa manfaat ekonomi di sebenarnya.
masa depan dikapitalisasi dan
ditambahkan pada nilai aset tetap yang SARAN
bersangkutan. Memperhatikan kondisi penatausahaan
g. Inventarisasi terhadap aset tetap sudah BMN pada Kantor Itjen Depdiknas tersebut,
dilakukan selama dua kali selama peneliti menyarankan agar segera dibentuk
periode tahun 2006 sampai dengan organisasi pengelola unit akuntansi pada
tahun 2008 dengan dibantu oleh Tim UAKPB dan UAPPB-E1 sehingga pembagian
Penertiban BMN Badan Pengawas wewenang, tugas dan tanggung jawab terkait
Keuangan dan Pembangunan (BPKP), penatausahaan BMN menjadi lebih jelas.
dan dijumpai selisih antara aset tetap Disamping itu, kompetensi sumber daya
yang ada dan yang tercatat di dalam manusia dan pengendalian internal di dalam
aplikasi SABMN. Namun selisih tersebut penatausahaan BMN agar lebih ditingkatkan
sudah disesuaikan sesuai rekomendasi sehingga BMN dapat dikelola dan
Tim Penertiban BMN BPKP. Selisih yang ditatausahakan dengan lebih transparan dan
terjadi disebabkan petugas aplikasi BMN akuntabel.
hanya terdiri dari 1 orang, sehingga KETERBATASAN PENELITIAN
tidak ada yang mengevaluasi dan Penelitian ini hanya menggunakan data
mengecek ulang penginputan BMN ke laporan BMN dan Laporan Hasil Inventarisasi
dalam aplikasi SABMN. BPKP pada periode akuntansi per 31
2. Pengendalian internal di dalam Desember 2007 dan hanya dilakukan pada
penatausahaan BMN Kantor Itjen Kantor Itjen Depdiknas yang merupakan salah
Depdiknas belum berjalan dengan baik. satu satuan kerja di lingkungan Departemen
Diantaranya adalah sebagai berikut: Pendidikan Nasional sehingga belum dapat
a. Penyusunan laporan BMN belum memberikan gambaran kondisi penatausahaan
obyektif dan lengkap. Hal ini bisa dilihat BMN yang terjadi pada Departemen
dari belum semua laporan dibuat sesuai Pendidikan Nasional secara menyeluruh.
ketentuan perundang-undangan yang
berlaku dan belum semua transaksi REFERENSI
dicatat ke dalam aplikasi SABMN. Bungin, B. (2007). Penelitian Kualitatif
b. Belum dilakukan pemisahan tugas (Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,
antara operator computer, verifikator, dan Ilmu Sosial Lainnya). Jakarta: PT
dan validator. Kencana Prenada Media Group.
c. Belum dilakukan verifikasi dokumen Chariri, A. (2009). Landasan Filsafat dan
sumber dengan Register Transaksi Metode Penelitian Kualitatif, Paper
Harian (RTH), sehingga terdapat disajikan pada Workshop Metodologi
perbedaan antara dokumen sumber dan Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif,
RTH yang mengakibatkan terdapat Laboratorium Pengembangan Akuntansi
selisih/perbedaan antara laporan BMN (LPA). Semarang: Fakultas Ekonomi
dengan realisasi perolehan aset. Universitas Diponegoro.
d. Belum dilaksanakan rekonsiliasi internal Committee of Sponsoring Organizations of the
secara berkala (triwulan). Rekonsiliasi Treadway Commission (COSO). (1992).
internal hanya dilakukan Setiap

168
JIAFE (Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas Ekonomi) Vol. 4 No. 2, Des. 2018, Hal. 151-170
https://journal.unpak.ac.id/index.php/jiafe P-ISSN: 2502-3020, E-ISSN: 2502-4159

Internal Control Integrated Framework. Depdiknas, Biro Keuangan Setjen


Tersedia di www.coso.org Depdiknas, Jakarta
Hasanah, N. dan Fauzi, A. (2016). Akuntansi Republik Indonesia, 2008, Laporan Keuangan
Pemerintahan. Jakarta: In Media. Inspektorat Jenderal Depdiknas Tahun
Harwida, Gita A. (2014). Mengulik Peran 2008, Itjen Depdiknas, Jakarta
Auditor Internal Dalam Melakukan Republik Indonesia. (2007). Sistem
Deteksi Dan Pencegahan Fraud Di Pengendalian Manajemen. Jakarta:
Perguruan Tinggi. Jurnal Infestasi Vol. 11 Pusdiklatwas BPKP.
No. 1 Tahun 2015, E-ISSN 2460-8505, ___________________. (2003). Undang-
hlm. 56-72. Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Indriantoro, et al. (2002). Metodologi Keuangan Negara
Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan ___________________. (2004). Undang-
Manajemen. Edisi Pertama. Yogyakarta: Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
BPFE. Perbendaharaan Negara
Mursyidi. (2009). Akuntansi Pemerintahan di ___________________. (2004). Undang-
Indonesia. Bandung: PT Refika Aditama. Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Murtanto. (2005). Sistem Pengendalian Pemeriksaan Pengelolaan dan
Internal Untuk Bisnis. Jakarta: PT Hecca Pertanggungjawaban Keuangan Negara
Mitra Utama. ___________________. (2005). Peraturan
Moleong. Lexi J. (2004). Metodologi Penelitian Pemerintah Nomor 25 Tahun 2005
Kualitatif. Bandung: PT Remaja tentang Standar Akuntansi
Rosdakarya. Pemerintahan
Panggabean, M. (2014). Analisis Pengaruh ___________________. (2005). Peraturan
Sistem Pengendalian Internal Terhadap Menteri Keuangan Nomor
Pengawasan Internal dalam Perspektif 59/PMK.06/2005 tentang Sistem
Chaos Theory di Kementerian Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Pendidikan dan Kebudayaan, Disertasi. Pemerintah Pusat
Jakarta: Universitas Indonesia. ___________________. (2006). Peraturan
Pardiman dan Ula, Muh U. (2009). Penataan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006
Pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) tentang Pengelolaan Barang Milik
yang Tertib dan Akuntabel sesuai Negara/Daerah
Kaidah-Kaidah Good Governance, ___________________. (2008). Peraturan
Artikel Ditjen Kekayaan Negara. Jakarta: Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008
Kementerian Keuangan. Tersedia di: Tentang Sistem Pengendalian Internal
www.djkn.kemenkeu.go.id Pemerintah
Qolbi, N., et al. (2012). The Importance Of The ___________________. (2007). Peraturan
Government Procurement Officers’s Menteri Keuangan Nomor
Competence In Bangkalan Regency In 120/PMK.06/2007 tentang
Implementing The Procurement Penatausahaan Barang Milik Negara
Procedure In The Precidential Decree 54 ___________________. (2005). Peraturan
Of 2010; Proceeding pada A4FM Asia- Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12
America-Africa- Australia Public Finance Tahun 2005 tentang Struktur Organisasi
Management Conference. Surabaya: dan Tata Kerja Inspektorat Jenderal
UPN. Depdiknas
Republik Indonesia, 2008, Prosedur Operasi ___________________. (2008). Peraturan
Standar Sistem Informasi Manajemen Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16

169
Sujatmiko Wibowo: Evaluasi atas Pengendalian Intern…

Tahun 2008 tentang Sistem Akuntansi Yin, Robert K. (2009). Case Study Research:
dan Pelaporan Keuangan di Lingkungan Design and Methods (4th Ed.),
Departemen Pendidikan Nasional Thousand Oaks, Sage, CA.
Siregar, D. (2004). Manajemen Aset. Jakarta:
PT Kresna Prima Persada.

170

You might also like