Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 27

STRATEGI PENGEMBANGAN KUALITAS PELAYANAN MELALUI

METODE IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS


(Studi Empiris pada Pelanggan PT. Kimia Farma Apotek Unit Bisnis Yogyakarta)

1 STRATEGI PENGEMBANGAN KUALITAS


PELAYANAN MELALUI METODE
IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS
(Studi Empiris pada Pelanggan PT. Kimia
Farma Apotek Unit Bisnis Yogyakarta)
Obe Tridasuki Ponangsera
Universitas Diponegoro

ABSTRACT
Modern drugstore franchise network that recently entered the Indonesian market retail
pharmacy industry is bringing new concepts in retailing of pharmaceutical products. This
makes the competition in the pharmaceutical world especially the drugstore increasingly
competitive. One effort to increase the competitive advantage of the pharmaceutical
products retailers is through quality of service strategy. This study was conducted to
develop a strategy based on the quality of service at PT. Kimia Farma Pharmacy business
unit Yogyakarta.
Key success factors of the quality of service based strategy are developed from the
policies in PT. Kimia Farma Pharmacy business unit Yogyakarta related with the quality of
service that includes speed of service, range of products, hospitality services, and
professionalism of the officers. Data about the performance and the customer expectations
regarding speed of service, range of products, hospitality services, and professionalism of
officers were obtained through interviews with 291 customers who arrived at the Kimia
Farma pharmacy Yogyakarta business unit during the study period. The data were then
analyzed using Importance Performance Analysis.
The result of the Importance Performance Analysis shows that speed of service variable
indicator which is non-stop service, located in keep up the good work quadrant, service
time warranty of non dispensing drugs and dispensing drugs are in possible overkill
quadrant, the availability of service delivery is at the low priority quadrant. The range of
products variable indicator, namely the completeness of imported drugs in the low priority
quadrant while the other four indicators, namely the completeness of the local production,
the authenticity of drugs guarantee, OTC drugs completeness, and completeness of generic
and patent drugs quadrant are keep up the good work; variables hospitality services,
namely officer responsiveness indicators in quadrant concentration here, the ability to sell,
said hello tenderness, and thank you in keep up the good work quadrant; greeting in the low
priority quadrant, and customer orientation in possible overkill quadrant; salesperson

Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 22 No. 2 Des. 2013 1


STRATEGI PENGEMBANGAN KUALITAS PELAYANAN MELALUI
METODE IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS
(Studi Empiris pada Pelanggan PT. Kimia Farma Apotek Unit Bisnis Yogyakarta)

professionalism variable shows two indicators that are in keep up the good work quadrant
which are the pharmaceutical field experience and pharmacy management capabilities and
one indicator in low priority quadrant which is product knowledge.

Key Words:
speed of service, range of products, hospitality services, salesperson professionalism

PENDAHULUAN Dengan basis keuntungan (margin)


Dalam tahun 2011 total penjualan sekitar 20% sampai 35%, pertumbuhan pasar
produk farmasi di Indonesia merupakan yang sekitar 15% sampai 20% per tahun, dan daya
terbesar di Asia Tenggara, yaitu mencapai 37% beli pasar mencapai sekitar US$ 1.5 milyar
atau jika digabung dengan Thailand dan Filipina pada 1996, bisnis ritel farmasi jelas sangatlah
menguasai 80% dari pasar industri farmasi. atraktif. Namun demikian, krisis yang terjadi
Bisnis farmasi di Indonesia rata-rata tumbuh telah menjadikannya lebih beresiko, khususnya
sebesar 14% sampai 16% per tahun dan berhasil bagi para (calon) pendatang baru atau pemain
membukukan omzet Rp 37,53 Triliun pada tahun baru yang tak memiliki dukungan finansial yang
2010 dan Rp 42 Triliun pada tahun 2011. kuat. Krisis ini telah mengubah dinamika industri
Tingginya pertumbuhan industri farmasi didalam ini menuju kompetisi yang saling mematikan
negeri tidak lepas dari meningkatnya kinerja dan secara ketat melibatkan modal besar
group perusahaan farmasi yang terus melakukan (capital extensive), namun sementara itu, daya
ekspansi dengan mengeluarkan investasi yang beli pasar secara signifikan merosot tajam.
sangat besar untuk meningkatkan kapasitas Hasilnya sungguh nyata, para pemain yang
produksi dan juga banyak mengeluarkan produk- kurang (tidak) profesional dan/atau tidak memiliki
produk baru dukungan finansial yang kuat terpaksa harus
Terdapat 199 produsen (pabrik) farmasi meninggalkan gelanggang.
resmi di Indonesia pada tahun 2010, yang 35 Industri layanan kesehatan sedikitnya
di antaranya merupakan perusahaan-perusahaan memiliki lima jenis entitas bisnis yang terkait,
PMA (Penanaman Modal Asing) yang menguasai yaitu rumah sakit yang dapat dibagi menurut
sekitar 29.5% pangsa pasar produk farmasi di tipenya, klinik, praktek dokter pribadi, apotek
Indonesia, 4 perusahaan BUMN dengan pangsa dan laboratorium. Provider layanan yang cukup
pasar 7.0% dan sisanya PMDN (Penanaman berperan dalam pelayanan kesehatan adalah
Modal Dalam Negeri) menguasai 63.5%. Hal Rumah Sakit dan Apotek. Apotek merupakan
ini terjadi sebagai wujud keseriusan pemerintah salah satu mata rantai dalam industri layanan
Indonesia untuk mengembangkan industri ini kesehatan yang menurut Peraturan Pemerintah
di tanah air sekaligus menjamin peran serta Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009
bangsa Indonesia sendiri untuk berkarya di tentang Pekerjaan Kefarmasian adalah sarana
dalamnya. Diperkirakan perusahaan-perusahaan pelayanan tempat dilakukan praktek kefarmasian
yang masuk dalam kelompok 10 Besar (Top oleh apoteker sehingga setiap apoteker wajib
10) menguasai tidak lebih dari 40% total bertanggung jawab atas semua kegiatan yang
penjualan di pasar. berhubungan dengan apotek, baik secara ilmu

2 Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 22 No. 2 Des. 2013


STRATEGI PENGEMBANGAN KUALITAS PELAYANAN MELALUI
METODE IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS
(Studi Empiris pada Pelanggan PT. Kimia Farma Apotek Unit Bisnis Yogyakarta)

kefarmasiannya maupun secara manajerial. sekaligus yaitu manager, retailer dan professional
Sebagaimana halnya dengan rumah sakit, di bidang kefarmasian. Keadaan sekarang yang
apotek pun tersegmen dalam cara yang dengan mudahnya pasien mendapatkan
berbeda-beda berdasarkan kepemilikannya ada informasi tentang obat dan atau gejala penyakit,
yang perseorangan dan ada yang dimiliki secara membuat pasien sekarang lebih kritis dan
grup atau jaringan. menginginkan pelayanan yang baik. Hal ini lah
Apotek dalam menjalankan tugasnya yang membuat persaingan di dunia farmasi
sebagai sarana distribusi mempunyai fungsi khususnya perapotekan semakin kompetitif di
yang bersifat dwifungsi yaitu fungsi ekonomi tunjukkan dengan bermunculnya apotek-apotek
dan sosial. Fungsi ekonomi menuntut agar baru.
apotek memperoleh laba untuk menjaga Pada tahun 2012 tercatat jumlah apotek
kelangsungan usaha sedangkan fungsi sosial yang tersebar di seluruh Indonesia tercatat
adalah untuk pemerataan distribusi dan sebagai sejumlah 10.784 apotek, sedangkan untuk di
salah satu tempat pelayanan informasi obat wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta sejumlah
kepada masyarakat. Orientasi pelayanan 877 apotek.
kefarmasian di apotek saat ini telah bergeser, Apotek menawarkan jenis produk atau
semula hanya berorientasi pada pelayanan jasa dengan harga yang relative sama pula
produk (product-oriented) menjadi pelayanan dan jam operasional yang sama. Atas dasar
yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas itu, maka untuk dapat membedakan apotek yang
hidup pasien (patient-oriented). satu dengan apotek yang lain, maka perlu
PT. Kimia Farma Apotek yang diterapkannya strategi yang berorientasi pada
merupakan anak perusahan PT. Kimia Farma pelayanan (dikembangkan dari Ellis dan Kelly,
(Persero) Tbk. yang bergerak di bidang retail 1993). Pelayanan didesain untuk meningkatkan
farmasi dengan jumlah apotek mencapai 412 nilai tambah dari produk itu sendiri dibandingkan
apotek yang tersebar di seluruh Indonesia, yang hanya menjual produk tersebut sendiri. Hal ini
saat ini sedang melakukan transformasi penting untuk meminimalkan ketidakpuasan
organisasi dengan mengubah visi dari sebelum yang muncul dari pelanggan yang dapat
transformasi “Menjadi Perusahan Jaringan berakibat hilangnya atau berpindahnya pelanggan
Layanan Farmasi yang Terkemuka di Indonesia” ke apotek lain, sehingga berpengaruh pada
menjadi visi setelah transformasi yaitu “Menjadi kinerja apotek.
Perusahaan Jaringan Layanan Kesehatan yang Menurut Porter, jika perusahaan ingin
Terkemuka dan Mampu Memberikan Solusi meningkatkan usahanya dalam persaingan yang
Kesehatan Masyarakat di Indonesia” dengan semakin ketat, perusahaan harus memilih prinsip
visi baru ini diharapakan dapat memenuhi berbinis, yaitu produk dengan harga yang tinggi
kebutuhan masyarakat dalam layanan kesehatan atau produk dengan biaya rendah, bukan
dengan memberikan layanan prima (service keduanya. Berdasarkan perinsip tersebut, Porter
excellence) dalam satu tempat atau dikenal menyatakan ada 3 (tiga) perinsip generik
dengan istilah “One Stop Healthcare Solution” strategi, yaitu : strategi diferensiasi
dan mampu Sustainable Competitive Advantage. (differentiation), kepemimpinan biaya
Apotek Kimia Farma dipimpin oleh menyeluruh (overall cost leadership) dan focus
seorang apoteker yang berperan sebagai Store (focus). PT. Kimia Farma Apotek dalam
manager yang dituntut mengusai tiga peran melaksanakan bisnisnya menggunakan strategi

Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 22 No. 2 Des. 2013 3


STRATEGI PENGEMBANGAN KUALITAS PELAYANAN MELALUI
METODE IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS
(Studi Empiris pada Pelanggan PT. Kimia Farma Apotek Unit Bisnis Yogyakarta)

diferensiasi yaitu dengan meningkatkan layanan adalah “Bagaimana mengembangkan strategi


di apotek dengan drug advisory maupun dengan berbasis kualitas pelayanan di PT. Kimia Farma
layanan kesehatan lain sehingga menjadi one- Apotek unit bisnis Yogyakarta?”
stop healthcare solution dengan menerapkan
Good Pharmacy Practice (GPP) yaitu standar TELAAH PUSTAKA DAN IDENTIFIKASI
pelayanan kefarmasian. KEBIJAKAN PERUSAHAAN
Untuk menerobos kerasnya iklim Strategi Bisnis
kompetisi di antara para pemain besar, adalah Strategi merupakan alat untuk
cukup bijaksana untuk memperkuat setiap aspek mencapai tujuan dan dalam perkembangannya
faktor-faktor penentu keberhasilan (Critical konsep mengenai strategi terus berkembang.
Success Factors, CSF) dalam industri ini. Hal ini dapat ditujukkan oleh adanya perbedaan
Jaminan terhadap upaya terus-menerus untuk konsep mengenai strategi selama 30 tahun
memperbaiki kekuatan dan mengeliminasi terakhir. Menurut Porter strategi adalah suatu
kelemahan agar dapat memanfaatkan peluang alat yang sangat penting untuk mencapai
dan menghindari ancaman sungguh keunggulan bersaing. Senada dengan itu, Hamel
membutuhkan perhatian yang lebih selama krisis dan Pharalad mengatakan strategi merupakan
ini. Saat ini, untuk mencapai Good Pharmacy tindakan yang bersifat incremental (senantiasa
Practice (GPP) mengenai standar pelayanan meningkat) dan terus-menerus, dilakukan
kefarmasian, Apotek Kimia Farma berusaha berdasarkan sudut pandang tentang apa yang
menawarkan value kualitas pelayanan kepada diharapkan oleh pelanggan di masa depan
pelanggannya yang mencakup kecepatan (Rangkuti, 2008).
pelayanan, kelengkapan per produk, dan Perencanaan strategis hampir selalu
keramahan pelayanan atau dikenal dengan slogan dimulai dari apa yang dapat terjadi, bukan dimulai
atau motto “Cepat, Lengkap dan Ramah” dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan
Selain temuan fenomena gap, penelitian inovasi pasar baru dan perubahan pola
ini menarik untuk diteliti karena masih adanya konsumen memerlukan inti (core competencies).
research gap yang berkaitan dengan kualitas Perusahaan perlu mencari kompetisi inti dalam
pelayanan. Selnes (1993) dan Sivadas (2000), bisnis yang dilakukan. Perencanaan strategis
menyatakan kualitas pelayanan mempengaruhi memberikan kerangka kerja bagi kegiatan
kepuasan, namun Hellier (2002) mengemukakan perusahaan yang dapat meningkatkan
bahwa kualitas layanan memiliki sedikit pengaruh ketanggapan dan berfungsinya perusahaan.
terhadap kepuasan pelanggan. Selnes (1993) Perencanaan strategis membantu manajer
mengemukakan Kualitas pelayanan mengembangkan konsep yang jelas mengenai
mempengaruhi kepuasan dan kepuasan perusahaan. Selain itu, perencanaan strategis
mempengaruhi loyalitas dan keinginan untuk memungkinkan perusahaan mempersiapkan diri
tidak berpindah merek. Namun Griffin (1995) menghadapi lingkungan kegiatan yang cepat
dalam Koskela (2002) menyatakan bahwa berubah. Keunggulan penting lainnya dari
kepuasan pelanggan tidak cukup, antara 55 – perencanaan strategis adalah membantu para
85 % pelanggan yang berpindah adalah manajer melihat adanya peluang yang
pelanggan yang puas. mengandung resiko dan peluang yang aman
Berdasarkan uraian di atas maka dan memilih antara salah satu peluang-peluang
masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini yang ada. Perencanaan strategis juga

4 Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 22 No. 2 Des. 2013


STRATEGI PENGEMBANGAN KUALITAS PELAYANAN MELALUI
METODE IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS
(Studi Empiris pada Pelanggan PT. Kimia Farma Apotek Unit Bisnis Yogyakarta)

mengurangi kemungkinan kesalahan dan kejutan antara harapan awal sebelum


yang tidak menyenangkan, karena penelitian pembelian (atau norma kerja lainnya)
yang seksama telah dilakukan terhadap sasaran, dan kinerja aktual produk yang
tujuan, dan strategis. dipersepsikan setelah pemakaian atau
konsumsi produk bersangkutan.
Kepuasan Pelanggan 5. Wilkie (1994) mendefinisikan
Kepuasan pelanggan merupakan suatu kepuasan pelanggan sebagai
konsep sentral dalam teori dan praktek tanggapan emosional pada evaluasi
pemasaran. Untuk dapat memahami konsep terhadap pengalaman konsumsi suatu
mengenai kepuasan pelanggan perlu diketahui produk atau jasa.
terlebih dahulu definisi mengenai kepuasan 6. Kotler (2000) menegaskan kepuasan
pelanggan. Terdapat berbagai definisi mengenai pelanggan sebagai tingkat perasaan
kepuasan pelanggan seperti yang disampaikan seseorang setelah membandingkan
beberapa ahli berikut ini: kinerja (atau hasil) yang ia rasakan
1. Westbrook dan Reilly (1983) dibandingkan dengan harapannya.
menyatakan bahwa kepuasan
pelanggan adalah respon emosional Nilai yang Dirasakan Pelanggan (Customer
terhadap pengalaman-pengalaman Perceived Value)
berkaitan dengan produk dan jasa Nilai pelanggan memiliki peran penting
tertentu yang dibeli (seperti perilaku dalam memprediksi perilaku pembelian dan
berbelanja dan perilaku pembeli). untuk mencapai daya saing yang berkelanjutan
Respon emosional dipicu oleh proses (Dodds, Monroe & Grewal, 1991; Parasuraman,
evaluasi kognitif yang membandingkan Zeithaml & Berry, 1985; Zeitaml, 1988). Woodruff
persepsi atau keyakinan terhadap (1997) mengembangkan konsep nilai pelanggan
objek, tindakan atau kondisi tertentu dan menggambarkannya sebagai suatu sumber
dengan nilai-nilai atau kebutuhan, daya saing.
keinginan, dan hasrat individual. Nilai bagi pelanggan bisa berarti harga
2. Day (1984) mendefinisikan kepuasan yang murah, sesuatu yang diinginkan oleh
pelanggan sebagai penilaian evaluatif konsumen pada produk, kualitas yang didapat
purnabeli menyangkut pilihan dengan membayarkan sejumlah harga tertentu,
pembelian. atau bisa juga diartikan sebagai sesuatu yang
3. Cadotte et al (1987) didapatkan untuk sesuatu yang diberikan.
mengkonseptualisasikan kepuasan Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
pelanggan sebagai perasaan yang persepsi nilai pelanggan merupakan keseluruhan
timbul sebagai hasil evaluasi terhadap penilaian pelanggan berdasarkan persepsi
pengalaman pemakaian produk atau mereka terhadap manfaat yang diterima dari
jasa. suatu produk atas apa yang telah mereka berikan
4. Tse & Wilton (1988) mendefinisikan atau korbankan untuk mendapatkan produk itu
kepuasan/ketidakpuasan pelanggan (Zeithaml, 1988).
sebagai respon pelanggan terhadap
evaluasi ketidaksesuaian Kualitas Pelayanan
(disconfirmation) yang dipersepsikan Salah satu cara agar penjualan jasa

Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 22 No. 2 Des. 2013 5


STRATEGI PENGEMBANGAN KUALITAS PELAYANAN MELALUI
METODE IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS
(Studi Empiris pada Pelanggan PT. Kimia Farma Apotek Unit Bisnis Yogyakarta)

suatu perusahaan lebih unggul dibandingkan Hal tersebut sejalan dengan yang
para pesaingnya adalah dengan memberikan dikemukakan Kasmir (Harbani, 2007) bahwa
pelayanan yang berkualitas dan bermutu, yang pelayanan yang baik adalah kemampuan
memenuhi tingkat kepentingan konsumen. seseorang dalam memberikan pelayanan yang
Tingkat kualitas pelayanan harus dipandang dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan
melalui sudut pandang penilaian pelanggan, dengan standar yang ditentukan. Menurut
karena itu dalam merumuskan strategi dan Feigenbaum kualitas adalah kepuasan pelanggan
program pelayanan perusahaan harus sepenuhnya (full costumer satisfaction). Suatu
berorientasi pada kepentingan pelanggan dengan produk dikatakan berkualitas jika dapat
memperhatikan komponen kualitas pelayanan memberikan kepuasan sepenuhnya kepada
(Rangkuti, 2002). konsumen, yaitu sesuai dengan apa yang
Kata kualitas memiliki banyak definisi diharapkan konsumen terhadap suatu produk.
yang berbeda dan bervariasi, mulai dari definisi Waykof (dalam Purnama, 2006),
yang konvensional hingga yang strategis. Definisi menyebutkan kualitas layanan sebagai tingkat
konvensional dari kualitas biasanya kesempurnaan yang diharapkan dan
menggambarkan karakteristik langsung dari pengendalian atas kesempurnaan tersebut untuk
suatu produk, seperti : performance (kinerja), memenuhi keinginan konsumen. Sedangkan
reability (keandalan), ease of use (mudah dalam menurut Parasuraman et al. (Purnama, 2006),
penggunaan), esthetics (estetika), dsb. kualitas layanan merupakan perbandingan
Sedangkan dalam definisi startegis dinyatakan antara layanan yang dirasakan (persepsi)
bahwa kualitas adalah sesuatu yang mampu konsumen dengan kualitas layanan yang
memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan diharapkan konsumen. Jika kualitas layanan yang
(meeting the need of costumers) (Sinambela, dirasakan sama atau melebihi kualitas layanan
2010). yang diharapkan maka layanan dikatakan
berkualitas dan memuaskan.

Gambar 1
Critical Success Factor Kualitas Pelayanan

6 Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 22 No. 2 Des. 2013


STRATEGI PENGEMBANGAN KUALITAS PELAYANAN MELALUI
METODE IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS
(Studi Empiris pada Pelanggan PT. Kimia Farma Apotek Unit Bisnis Yogyakarta)

METODE PENELITIAN 1. Responden adalah konsumen atau


Populasi pelanggan apotek Kimia Farma di
Populasi dalam penelitian ini adalah Yogyakarta.
semua pelanggan yang datang di apotek Kimia 2. Responden datang berkunjung di gerai
Farma unit bisnis Yogyakarta selama periode apotek Kimia Farma di Yogyakarta
penelitian. selama periode penelitian

Sampel Metode Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini, peneliti tidak Untuk mengumpulkan data penelitian,
memiliki informasi mengenai besarnya populasi kuesioner dipilih sebagai metode pengumpulan
pelanggan apotek Kimia Farma unit bisnis data dalam penelitian ini. Kuesioner adalah
Yogyakarta sehingga penelitian tidak memiliki daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan
sampling frame untuk dapat menentukan jumlah sebelumnya yang akan dijawab oleh responden.
populasi dengan metode statistik (Ferdinand, Kuesioner dipilih karena merupakan suatu
2006). Oleh karena keterbatasan tersebut maka mekanisme pengumpulan data yang efisien
penentuan jumlah sampel penelitian dilakukan untuk mengetahui dengan tepat apa yang
dengan cara non probability samples atau non diperlukan dan bagaimana mengukur variabel
statistik. penelitian (Sekaran, 2006).
Tipe per tanyaan dalam kuesioner
Teknik Pengambilan Sampel adalah pertanyaan tertutup dimana responden
Teknik pengambilan sampel yang diminta untuk membuat pilihan diantara
digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan serangkaian alternatif yang diberikan oleh peneliti
metode purposive (purposive sampling). (Sekaran, 2006). Skala jawaban responden atas
Pusposive sampling adalah suatu metode untuk pertanyaan penelitian berada pada rentang 1
memilih sampel yang memiliki tujuan secara – 5 mulai dari Sangat Baik sampai Sangat Tidak
subjektif. Hal ini dilakukan karena peneliti telah Baik.
memahami bahwa kelompok sasaran tertentu
saja yang mampu memberikan informasi yang Analisis Data
dibutuhkan dalam penelitian ini karena kelompok Untuk dapat mencapai tujuan yang telah
sasaran tersebut memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam penelitian ini, maka digunakan
ditentukan oleh peneliti (Ferdinand, 2006). Impor tance Performance Analysis (IPA)
Adapun kriteria yang digunakan dalam (Supranto, 2001) atau analisis tingkat
penentuan sampel sebagai berikut : kepentingan dan kinerja kualitas pelayanan.

Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 22 No. 2 Des. 2013 7


STRATEGI PENGEMBANGAN KUALITAS PELAYANAN MELALUI
METODE IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS
(Studi Empiris pada Pelanggan PT. Kimia Farma Apotek Unit Bisnis Yogyakarta)

Tabel 1
Atribut Pengukuran Critical Success Factors

8 Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 22 No. 2 Des. 2013


STRATEGI PENGEMBANGAN KUALITAS PELAYANAN MELALUI
METODE IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS
(Studi Empiris pada Pelanggan PT. Kimia Farma Apotek Unit Bisnis Yogyakarta)

Perhitungan tingkat kepuasan masing atribut kualitas pelayanan yang ditinjau


pelanggan dapat dipergunakan dalam dari aspek kecepatan pelayanan, kelengkapan
menentukan prioritas peningkatan kinerja produk, dan keramahan pelayanan dalam
perusahaan atas atribut kualitas pelayanan yang diagram kartesius, dihitung dengan cara mencari
ditinjau dari tiga aspek yang meliputi kecepatan rata-rata dari jumlah skor rata-rata dari kinerja
pelayanan, kelengkapan produk, dan keramahan perusahaan dan tingkat kepentingan/harapan
pelayanan. Atribut-atribut yang mempengaruhi pelanggan terhadap tiap-tiap atribut kualitas
kualitas pelayanan tersebut dinyatakan dengan pelayanan yang ditinjau dari aspek kecepatan
rumus sebagai berikut : pelayanan, kelengkapan produk, dan keramahan
pelayanan dalam satu dimensi dan yang
dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :
= Skor rata-rata tingkat kinerja
= Skor rata-rata tingkat harapan
Dimana :
n = Sampel
K = Jumlah atau faktor yang digunakan untuk
Adapun kriteria hasil perhitungan nilai
mengukur aspek kecepatan pelayanan,
rata-rata tingkat pelaksanaan atau tingkat value/
kelengkapan produk, dan keramahan pelayanan
nilai atribut faktor kualitas pelayanan yang ditinjau
Setelah dilakukan penghitungan dari
dari aspek kecepatan pelayanan, kelengkapan
masing-masing atribut yang dilakukan dengan
produk, dan keramahan pelayanan adalah :
rumus diatas, selanjutnya akan diukur tingkat
Nilai >4,50 – 5,00 = Sangat Penting/Baik
kualitas pelayanan yang mencakup aspek
Nilai >3,60 – 4,50 = Penting/Baik kecepatan pelayanan, kelengkapan produk, dan
Nilai >2,70 – 3,60 = Cukup Penting/Baik keramahan pelayanan dengan dimasukkannya
Nilai >1,80 – 2,70 = Tidak Penting/Baik ke dalam masing-masing kuadran yang terdapat
Nilai 1,00 – 1,80 = Sangat Tidak Penting/Baik pada diagram kartesius yang ditunjukkan pada
Untuk mengetahui posisi masing- gambar 1 sebagai berikut:

Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 22 No. 2 Des. 2013 9


STRATEGI PENGEMBANGAN KUALITAS PELAYANAN MELALUI
METODE IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS
(Studi Empiris pada Pelanggan PT. Kimia Farma Apotek Unit Bisnis Yogyakarta)

Gambar 1
Diagram Kartesius

100-0
ANALISIS DATA = =20
5
Tingkat kepuasan pelanggan dapat
dilihat dari perbandingan nilai harapan pelanggan Kategorisasi
dan kinerja perusahaan. Untuk keperluan Nilai > 0,00 – 20,00 = Sangat Tidak
tersebut maka dilakukan pengkategorian Memuaskan
sebagai berikut: Nilai > 20,00 – 40,00 = Tidak
Kelas tertinggi = 100 Memuaskan
Kelas terendah = 0 Nilai > 40,00 – 60,00 = Cukup
Memuaskan
Lebar interval= = Nilai > 60,00 – 80,00 = Memuaskan
Nilai > 80,00 – 100,00 = Sangat
= Memuaskan

10 Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 22 No. 2 Des. 2013


STRATEGI PENGEMBANGAN KUALITAS PELAYANAN MELALUI
METODE IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS
(Studi Empiris pada Pelanggan PT. Kimia Farma Apotek Unit Bisnis Yogyakarta)

Tabel 1
Ringkasan Tingkat Kepuasan Pelanggan Atas Atribut Variabel Penelitian

Importance Performance Analysis (IPA)


Setelah mengetahui tingkat = 5-1 = 0,80
kepuasan pelanggan pada masing-masing 5
atribut maka langkah selanjutnya adalah Kategorisasi
mengukur tingkat kepentingan dari atribut-atribut Nilai >4,50 – 5,00 = Sangat Penting/Baik
tersebut sebagai key success faktor strategi
Nilai >3,60 – 4,50 = Penting/Baik
perusahaan. Untuk keperluan tersebut maka
Nilai >2,70 – 3,60 = Cukup Penting/Baik
dilakukan pengkategorian sebagai berikut :
Nilai >1,80 – 2,70 = Tidak Penting/Baik
Kelas tertinggi = 5
Nilai 1,00 – 1,80 = Sangat Tidak Penting/Baik
Kelas terendah =1
Perhitungan rata-rata skor harapan ()
dan skor pelaksanaan/kinerja () yang
Lebar interval = =
dilaksanakan oleh apotek Kimia Farma unit bisnis
Yogyakarta dapat dilihat dalam Tabel 2 berikut
= ini.

Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 22 No. 2 Des. 2013 11


STRATEGI PENGEMBANGAN KUALITAS PELAYANAN MELALUI
METODE IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS
(Studi Empiris pada Pelanggan PT. Kimia Farma Apotek Unit Bisnis Yogyakarta)

Tabel 2
Perhitungan Rata-Rata dari Rata-Rata Penilaian Harapan
dan Kinerja pada Berbagai Atribut Variabel Penelitian

Diagram Kartesius kartesius. Dari masing-masing kuadran yang


Setelah dilakukan perhitungan pada terdapat dalam diagram kartesius ini akan
masing-masing indikator variabel penelitian, diketahui sejauh mana tingkat kinerja kecepatan
langkah selanjutnya adalah menggambarkan pelayanan, kelengkapan produk, keramahan
letak tingkat kepuasan pelanggan dalam masing- pelayanan, dan profesionalisme tenaga penjual
masing kuadran yang terdapat pada diagram yang telah dijalankan oleh apotek Kimia Farma

12 Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 22 No. 2 Des. 2013


STRATEGI PENGEMBANGAN KUALITAS PELAYANAN MELALUI
METODE IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS
(Studi Empiris pada Pelanggan PT. Kimia Farma Apotek Unit Bisnis Yogyakarta)

unit bisnis Yogyakarta dan indikator mana yang Diagram kar tesius untuk variable
dianggap penting oleh pelanggan serta indikator Kualitas Pelayanan di PT. Kimia Farma Apotek
mana yang perlu diperbaiki oleh perusahaan unit bisnis Yogyakarta dengan empat variable,
di masa yang akan datang. yaitu: Kecepatan Pelayanan, Kelengkapan
Produk, Keramahan Pelayanan dan
Diagram Kartesius Variabel Kualitas Profesionalisme Tenaga Penjual tergambar
Pelayanan sebagai berikut :

Gambar 2
Diagram Kartesius Variabel Kualitas Pelayanan

Sumber: Data primer yang diolah, 2013

Memperhatikan diagram kartesius di masuk kedalam kategori tidak memuaskan


atas terlihat bahwa dari keempat variable yang adalah X12 atau Ketanggapan Petugas dan yang
digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan masuk kedalam kategori kurang memuaskan
di PT. Kimia Farma Apotek Unit Bisnis adalah X14 atau ucapan salam. Berdasarkan
Yogyakarta, adalah sebagai berikut : diagram diatas, maka yang menjadi prioritas
Kuadran A (Konsentrasi Disini) : Varibel dan konsentrasi perbaikan ada disisi keramahan
keramahan terdiri dari Kemampuan menjual terutama ketanggapan petugas dan ucapan
(X10), Orientasi Pelanggan (X11), Ketanggapan salam kepada pelanggan.
Petugas (X12), Kelembutan Tutur Sapa (X13), Kuadran B (Pertahankan) : Variable
Ucapan salam (X14) dan Ucapan Terima Kasih Profesionalisme Tenaga Penjual terdiri dari
(X15). Diantara beberapa indicator tersebut yang Product Knowledge (X16), Pengalaman Bidang

Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 22 No. 2 Des. 2013 13


STRATEGI PENGEMBANGAN KUALITAS PELAYANAN MELALUI
METODE IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS
(Studi Empiris pada Pelanggan PT. Kimia Farma Apotek Unit Bisnis Yogyakarta)

Farmasi (X17) dan Kemampuan Manajemen Jaminan Keaslian Obat (X7), Kelengkapan Obat
Apotek (X18), semua inidikator masuk kedalam Bebas (X8) dan Kelengkapan Obat Generik dan
kategori memuaskan, artinya profesionalisme Paten (X9). Pada variable ini yang masuk
petugas di Apotek Kimia Farma sudah memberikan kedalam kategori Kurang Memuaskan adalah
kepuasan kepada pelanggan, maka hal tersebut X6 atau Kelengkapan Obat Import.
perlu dipetahankan jika perlu ditingkatkan. Kuadran D (Berlebihan) : berdasarkan
Kuadran C (Prioritas Rendah) : didalam hasil penelitian ini, tidak ada kinerja dari Apotek
kuadaran ini terdapat dua varibel yaitu, variabel Kimia Farma yang masuk kedalam kuadaran D.
Kecepatan Pelayanan dengan indicator
Ketersediaan Pelayanan Delivery (X1), Layanan Diagram Kartesius Variabel Kecepatan
Non Stop (X2), Garansi Waktu Pelayanan Obat Pelayanan
Non Racik (X3) dan Garansi Waktu Pelayanan Setelah dilakukan perhitungan tingkat
Obat Racik (X4), akan tetapi untuk indicator kesesuaian terhadap harapan pelanggan dan
X1 atau Ketersediaan Pelayanan Delivery masuk kinerja perusahaan atas atribut variabel
kedalam kategori Tidak Memuaskan. Variabel kecepatan pelayanan maka nilai-nilai tersebut
kedua adalah Kelengkapan Produk, pada variable dapat dipetakan ke dalam Diagram Cartesius
ini terdapat indicator, yaitu Kelengkapan Produk berikut ini.
Lokal (X5), Kelengkapan Produk Import (X6),

Gambar 3
Diagram Kartesius Kecepatan Pelayanan

Sumber: Data primer yang diolah, 2013

14 Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 22 No. 2 Des. 2013


STRATEGI PENGEMBANGAN KUALITAS PELAYANAN MELALUI
METODE IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS
(Studi Empiris pada Pelanggan PT. Kimia Farma Apotek Unit Bisnis Yogyakarta)

Memperhatikan diagram kartesius di khusus dalam memberikan pelayanan kepada


atas terlihat bahwa dari keempat item yang pelanggan, sedangkan untuk X1 dengan jarak
digunakan untuk mengukur variabel kecepatan yang relative lebih jauh dari garis prioritas dan
pelayanan, terdapat satu indikator yang terletak garis kepuasaan, bukan menjadi focus utama
pada kuadran pertahankan, yaitu layanan non dari pelayanan PT. Kimia Farma Apotek Unit
stop (X2), satu indikator berada di kuadran Bisnis Yogyakarta akan tetapi bukan berarti
prioritas rendah yaitu indikator X1 tentang diabaikan, sebaiknya dibuatkan standar untuk
pelayanan delivery, sedangkan dua indikator pelayanan delivery.
lainnya yaitu garansi waktu pelayanan obat non
racik (X3) dan garansi waktu pelayanan obat Diagram Kartesius Variabel Kelengkapan
racik (X4) berada di kuadran berlebihan. Jika Produk
mengamati dari keempat titik indicator dengan Setelah dilakukan perhitungan tingkat
garis prioritas dan garis kepuasaan pelanggan, kesesuaian terhadap harapan pelanggan dan
maka diperoleh kesimpulan bahwa yang menjadi kinerja perusahaan atas atribut variabel
prioritas adalah X2, X3 dan X4 dikarenakan kelengkapan produk maka nilai-nilai tersebut
jaraknya yang dekat dengan garis prioritas dapat dipetakan ke dalam Diagram Cartesius
artinya indicator ini harus menjadi perhatian berikut ini.

Gambar 4
Diagram Kartesius Pemosisian Kelengkapan Produk

Sumber: Data primer yang diolah, 2013

Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 22 No. 2 Des. 2013 15


STRATEGI PENGEMBANGAN KUALITAS PELAYANAN MELALUI
METODE IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS
(Studi Empiris pada Pelanggan PT. Kimia Farma Apotek Unit Bisnis Yogyakarta)

Memperhatikan diagram kartesius di langsung kepada kepuasaan pelanggan,


atas terlihat bahwa dari kelima indikator yang sedangkan untuk X6 tidak menjadi prioritas utama
digunakan untuk mengukur variabel kelengkapan untuk memberikan pelayanan kepada
produk, terdapat satu indikator yang terletak pelanggan, dikarenakan pengadaan obat import
pada kuadran prioritas rendah yaitu kelengkapan tidak semudah dengan obat local dan obat-
obat import (X6), sedangkan keempat indikator obat tersebut belum tentu terdaftar di BPOM
lainnya berada di kuadran pertahankan, yaitu RI, sehingga tidak dapat beredar di Indonesia.
kelengkapan produksi lokal (X5), jaminan
keaslian obat (X7), kelengkapan obat bebas Diagram Kartesius Variabel Keramahan
(X8), dan kelengkapan obat generik dan paten Pelayanan
(X9). Jika mengamati antara jarak titik indicator Setelah dilakukan perhitungan tingkat
dengan garis prioritas dan garis kepuasaan yang kesesuaian terhadap harapan pelanggan dan
berada dekat adalah indicator X5, X7, X8 dan kinerja perusahaan atas atribut variabel
X9 artinya indicator ini harus menjadi prioritas keramahan pelayanan maka nilai-nilai tersebut
utama dalam memberikan pelayanan kepada dapat dipetakan ke dalam Diagram Cartesius
pelanggan karena akan memberikan dampak berikut ini.

Gambar 5
Diagram Kartesius Pemosisian Keramahan Pelayanan

Sumber: Data primer yang diolah, 2013

16 Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 22 No. 2 Des. 2013


STRATEGI PENGEMBANGAN KUALITAS PELAYANAN MELALUI
METODE IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS
(Studi Empiris pada Pelanggan PT. Kimia Farma Apotek Unit Bisnis Yogyakarta)

Memperhatikan diagram kartesius di guna memberikan nilai tambah pelayanan dan


atas terlihat bahwa dari keenam item yang X12 yang berada pada kuadaran konsentrasi
digunakan untuk mengukur variabel keramahan disini walaupun jarak dengan garis prioritas dan
pelayanan, terdapat satu indikator yang berada garis kepuasaan cukup jauh, akan tetapi hal
pada kuadran konsentrasi di sini yaitu ini perlu menjadi perhatian utama dari PT. Kimia
ketanggapan petugas (X12), tiga indikator di Farma Apotek Unit Bisnis Yogyakar ta agar
kuadran pertahankan yaitu kemampuan menjual menjadi lebih baik, dikarenakan bisnis retail
(X10), kelembutan tutur sapa (X13), dan ucapan adalah selain menjual produk maka menjual
terima kasih (X15), satu indikator berada di jasa dan pelayanan kepada pelanggan, sehingga
kuadran prioritas rendah yaitu ucapan salam pelanggan merasa terpuaskan.
(X14), dan satu indikator berada di kuadran
berlebihan yaitu orientasi pelanggan (X11). Jika Diagram Kartesius Variabel
mengamati titik dari indicator tersebut yang Profesionalisme Tenaga Penjual
mempunyai jarak terdekat dengan garis prioritas Setelah dilakukan perhitungan tingkat
dan garis kepuasaan adalah X10, X13 dan X15 kesesuaian terhadap harapan pelanggan dan
yang artinya indicator tersebut harus menjadi kinerja perusahaan atas atribut variabel
focus utama dari pelayanan yang diberikan, profesionalisme tenaga penjual maka nilai-nilai
sedangkan X14 berada di kuadran prioritas tersebut dapat dipetakan ke dalam Diagram
rendah, akan tetapi perlu untuk diperhatikan Cartesius berikut ini.

Gambar 6
Diagram Kartesius Pemosisian Profesionalisme Tenaga Penjual

Sumber: Data primer yang diolah, 2013

Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 22 No. 2 Des. 2013 17


STRATEGI PENGEMBANGAN KUALITAS PELAYANAN MELALUI
METODE IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS
(Studi Empiris pada Pelanggan PT. Kimia Farma Apotek Unit Bisnis Yogyakarta)

Memperhatikan diagram kartesius di penelitian ini digunakan untuk melihat


atas terlihat bahwa dari ketiga indikator yang kesimbangan antara tingkat kepentingan dan
digunakan untuk mengukur variabel kinerja sehingga bisa diketahui kepuasannya,
profesionalisme tenaga penjual, terdapat dua semakin dekat garis kepentingan dengan garis
indikator yang berada pada kuadran pertahankan kinerja maka semakin mendekati tingkat
yaitu pengalaman bidang farmasi (X17) dan kepuasan pelanggan, letak titik yang mendekati
kemampuan manajemen apotek (X18) serta satu pusat grafik menunjukan nilai semakin rendah
indikator berada pada kuadran prioritas rendah dan sebaliknya semakin jauh dari pusat grafik
yaitu product knowledge (X16). Jika mengamati nilai semakin tinggi, untuk menginteprestasikan
diagram diatas antara titik-titik indicator tersebut grafik radar perlu diperhatikan sumbu-sumbu
yang dekat dengan garis prioritas adalah X16 indikator, juga bentuk grafik secara keseluruhan.
artinya manajemen perlu melakukan pelatihan Seberapa besarnya data berfluktuasi dapat
kepada tenaga penjual secara berkala guna dilihat dengan mengamati apakah sepiral
meningkatkan product knowledge, sehingga berbentuk halus (smooth) atau memiliki duri
kebutuhan pasien akan informasi obat dapat (spike) yang menunjukan variabilitas.
terlayani. Sedangkan untuk X17 dan X18 harus
diper tahankan kemampuannya untuk tetap Diagram Radar Variabel Kualitas Pelayanan
memberikan kepuasaan kepada pelanggan. Diagram ini bertujuan untuk mengetahui
setiap kinerja dari masing-masing atribut dengan
Diagram Radar harapan yang diterima oleh pelanggan, sehingga
Radar chart / diagram radar adalah langkah yang akan diambil oleh perusahaan
sebuah metode yang dapat digunakan untuk lebih tepat sasaran untuk meningkatkan kualitas
menunjukan keseimbangan. Maka dalam pelayanan kepada pelanggan.

Gambar 7
Diagram Radar Variabel Kualitas Pelayanan

18 Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 22 No. 2 Des. 2013


STRATEGI PENGEMBANGAN KUALITAS PELAYANAN MELALUI
METODE IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS
(Studi Empiris pada Pelanggan PT. Kimia Farma Apotek Unit Bisnis Yogyakarta)

Berdasarkan tingkat kepuasan keramahan petugas, kecepatan layanan,


(keseimbangan) dapat dilihat dengan mengamati kelengkapan produk dan profesionalisme
jarak kedua garis kepentingan dan kinerja, jika petugas.
terletak pada satu titik maka dikatakan puas,
tetapi jika letak titik kepentingan diatas titik Diagram Radar Indikator Kualitas
kinerja semakin jauh jaraknya maka semakin Pelayanan
tidak puas.Yang perlu dicermati dalam hal ini Diagram radar ini ber tujuan untuk
adalah letak-letak titik yang memiliki jarak terjauh memudahkan menyusun strategi pelayanan
dari titik kinerja. Berdasarkan gambar diatas dengan cara membandingkan dari masing-
tidak ada satu atribut yang mempunyai titik masing indicator antara kinerja perusahaan
bersingungan antara kinerja dengan harapan. dengan harapan pelanggan.
Jarak terjauh secara berurutan sebagai berikut:
Gambar 8
Gambar Radar Indikator Kualitas Pelayanan

Berdasarkan grafik radar diatas dapat Apotek Kimia Farma unit bisnis Yogyakarta
dintreprestasikan dengan cara, mengamati gris belum memberikan layanan ini secara
kinerja terlebih dahulu, kemudian kepentingan tertera hanya untuk beberapa pelanggan
dan secara keseluruhan / keseimbangan antara saja dan belum dibuatnya standarisasi
kinerja dan kepentingan. Berdasarkan garis mengenai kebijakan layanan delivey.
kinerja dari Apotek Kimia Farma sudah hampir 2. Kelengkapan Obat Import (X6), memang
semua indicator mendekati garis harapan dari tidak semua obat import atau pun local
pelanggan, ada empat indicator yang masih disediakan oleh Apotek Kimia Farma unit
jauh dari harapan pelanggan, antara lain : bisnis Yogyakarta. Obat-obat yang menjadi
1. Ketersedian Pelayanan Delivery (X1), stock kami adalah memang obat-obat yang

Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 22 No. 2 Des. 2013 19


STRATEGI PENGEMBANGAN KUALITAS PELAYANAN MELALUI
METODE IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS
(Studi Empiris pada Pelanggan PT. Kimia Farma Apotek Unit Bisnis Yogyakarta)

bisa digunakan atau bisa laku di wilayah yaitu ketersediaan pelayanan delivery
Yogyakarta dan sekitarnya. Akan tetapi (X1).
tidak menutup kemungkinan obat-obat 2. Hasil analisis Importance Performance
import tersebut kami sediakan. Analysis pada variabel kelengkapan
3. Ketanggapan Petugas (X12), indicator ini produk menunjukkan bahwa dari kelima
menunjukkan betapa tidak pedulinya atau indikator yang digunakan untuk
kurang peka dari karyawan apotek kimia mengukur variabel kelengkapan produk,
farma apotek. Indicator ini pun masuk terdapat satu indikator yang terletak
kedlaam kuadran A (Konsentrasi disini) pada kuadran prioritas rendah yaitu
ar tinya dalam menentukan strategi kelengkapan obat impor t (X6)
pelayanan untuk indicator keramahan adalah sedangkan keempat indikator lainnya
Ketanggapan Petugas agar dapat mengubah berada di kuadran pertahankan, yaitu
dan memperbaiki pola pikir dan sikap dari kelengkapan produksi lokal (X5),
petugas kepada pasien. jaminan keaslian obat (X7),
4. Ucapan Salam (X14), indicator ini masuk kelengkapan obat bebas (X8), dan
kedalam kategori atribut Keramahan kelengkapan obat generik dan paten
Pelayanan. Pada indicator ini pelanggan (X9).
merasa kurang memuaskan dikarenakan 3. Hasil analisis Importance Performance
tidak adanya ucapan salam yang diberikan Analysis pada variabel keramahan
saat pelanggan datang ke apotek. Didalam pelayanan menunjukkan bahwa dari
penerpaan dilapangan, pelatihan SDM untuk keenam indikator yang digunakan
mengubah kebiasaan dari orientasi apotek untuk mengukur variabel keramahan
lama yatu “product oriented” menjadi pelayanan, terdapat satu indikator yang
“patient oriented” akan tetapi pelatihan berada pada kuadran konsentrasi di
yang berikan belum memberikan hasil yang sini yaitu ketanggapan petugas (X12),
maksimal. tiga indikator di kuadran pertahankan
yaitu kemampuan menjual (X10),
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI MANAJERIAL kelembutan tutur sapa (X13), dan
ucapan terima kasih (X15), satu
Kesimpulan Penelitian indikator berada di kuadran prioritas
rendah yaitu ucapan salam (X14), dan
1. Hasil analisis Importance Performance
satu indikator berada di kuadran
Analysis pada variabel kecepatan
berlebihan yaitu orientasi pelanggan
layanan menunjukkan bahwa dari
(X11)..
keempat indikator yang digunakan untuk
mengukur variabel kecepatan 4. Hasil analisis Importance Performance
pelayanan, terdapat satu indikator yang Analysis pada variabel profesionalisme
terletak pada kuadran pertahankan, tenaga penjual menunjukkan bahwa
yaitu layanan non stop (X2), dua dari ketiga item yang digunakan untuk
indikator berada di kuadran berlebih, mengukur variabel profesionalisme
yaitu garansi waktu pelayanan obat tenaga penjual, terdapat dua indikator
non racik (X3) dan garansi waktu yang berada pada kuadran
pelayanan obat racik (X4), dan satu pertahankan yaitu pengalaman bidang
indikator pada kuadran prioritas rendah, farmasi (X17) dan kemampuan

20 Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 22 No. 2 Des. 2013


STRATEGI PENGEMBANGAN KUALITAS PELAYANAN MELALUI
METODE IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS
(Studi Empiris pada Pelanggan PT. Kimia Farma Apotek Unit Bisnis Yogyakarta)

manajemen apotek (X18) serta satu indikator-indikator yang berada pada kuadran
indikator berada pada kuadran prioritas konsentrasi disini (kuadran A) dan kuadaran
rendah yaitu product knowledge (X16). prioritas rendah (kuadaran C) sehingga implikasi
manajerial akan diprioritaskan pada indikator-
Implikasi Manajerial indikator tersebut dan merupakan suatu strategi
Hasil analisis Important Performance pengembangan kualitas pelayanan kepada
Analysis dapat diketahui bahwa masih terdapat pelanggan, adalah sebagai berikut :

Tabel 3
Implikasi Manajerial untuk Kecepatan Pelayanan

Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 22 No. 2 Des. 2013 21


STRATEGI PENGEMBANGAN KUALITAS PELAYANAN MELALUI
METODE IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS
(Studi Empiris pada Pelanggan PT. Kimia Farma Apotek Unit Bisnis Yogyakarta)

Tabel 4
Implikasi Manajerial untuk Kelengkapan Produk

22 Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 22 No. 2 Des. 2013


STRATEGI PENGEMBANGAN KUALITAS PELAYANAN MELALUI
METODE IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS
(Studi Empiris pada Pelanggan PT. Kimia Farma Apotek Unit Bisnis Yogyakarta)

Tabel 5
Implikasi Manajerial untuk Keramahan Pelayanan

Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 22 No. 2 Des. 2013 23


STRATEGI PENGEMBANGAN KUALITAS PELAYANAN MELALUI
METODE IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS
(Studi Empiris pada Pelanggan PT. Kimia Farma Apotek Unit Bisnis Yogyakarta)

Tabel 6
Implikasi Manajerial untuk Strategi Profesionalisme Tenaga Penjual

Keterbatasan Penelitian Agenda Penelitian Mendatang


Penelitian ini merupakan studi empiris Penelitian ini masih terbuka untuk
pada pelanggan apotek Kimia Farma unit dikembangkan dan diterapkan pada perusahaan
bisnis Yogyakarta sehingga hasil penelitian lain yang memiliki karakteristik berbeda dengan
ini tidak dapat diberlakukan pada obyek menggunakan indikator-indikator dari kebijakan
penelitian lain. perusahaan yang diteliti.

24 Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 22 No. 2 Des. 2013


STRATEGI PENGEMBANGAN KUALITAS PELAYANAN MELALUI
METODE IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS
(Studi Empiris pada Pelanggan PT. Kimia Farma Apotek Unit Bisnis Yogyakarta)

DAFTAR PUSTAKA
Anderson, James C dan James A Narus, 1990, A Model of Distributor Firm and Manufacture
Firm Working Partnership, Journal of Marketing. Vol. 54, 42-58
Berry, L dan M Yadav, 1996, Capture and Communicate Value in The Pricing of Service, Management
Review, 41-51.
Bolton, Rn & JH Drew (1991), A Multistage Model of Consumers Assessments of Service
Quality and Value, Journal of Consumer Research, 17, 375-384.
Cadotte, ER., RB Woodruff dan RL Jenkins, 1987, Expectations and Norms in Model of Consumer
Satisfaction, Journal of Marketing Research, Vol. XXIV, p. 305-314.
Day, RL, 1984, Modeling Choice Among Alternative Responses to Disatisfaction, Advance in
Consumer Research, p. 498-499.
Dodds, William B, Kent B Monroe, dan Dhruv Grewal, 1991, Effects of Price, Brand, and Store
Information on Buyers’ Product Evaluation, Journal of Marketing Research, Vol. 28, p.
307-319.
Dougal, Gordon HG dan Levesque, 2000, Customer Satisfaction with Services : Putting Customer
Perceived Value into the Equation, Journal of Services Marketing, Vol. 14, MCB University
Press, Canada
Ferdinand, Augusty, 2006, Metode Penelitian Manajemen, Badan Penerbit Universitas Diponegoro,
Semarang.
Gasper, Vincent (1997), Manajemen Kualitas dalam Industri Jasa, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Gwinner, KP, DD Gremler dan MJ Bitner, 1998, Relational Benefit in Service Industries : The
Customer Perspective, Journal Academic Marketing Service, Vol. 26, p. 101-114.
Harbani, Pasolong (2007), Teori Administrasi Publik, Bandung: CV Alfabeta.
Hayzer, J and Render, B, 2004 “Operation Management”, 7th edition, Prentice Hall International,
Inc, New Jersey.
Hellier, Philip K; Geursen, Gus M; Carr, Rodney A; Rickard, John A (2003), “Customer Repurchase
Intention A General Structural Equation Model,” European Journal of Marketing, Vol.37,
No 11/12, pp.1762-1800
http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=HOT
Johnson,G., Scholes, K. (2003). “What is strategy”, available from http://www.tutor2u.net/business/
strategy/what_is_strategy.htm [retrieved April 12, 2004].
Koskela, Heikki (2002),”Customer Satisfaction and Loyalty in After Sales Service: Modes of
Care in Telecommunications Systems Delivery,” HUT Industrial Management and Work
and Organizational Psychology, Report No 21

Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 22 No. 2 Des. 2013 25


STRATEGI PENGEMBANGAN KUALITAS PELAYANAN MELALUI
METODE IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS
(Studi Empiris pada Pelanggan PT. Kimia Farma Apotek Unit Bisnis Yogyakarta)

Kotler, P, 2000, Marketing Management: The Millenium Edition, Upper Saddle River NJ: Prentice
Hall International Inc.
Lapierre, Jozee, 2000, Customer Customer Perceived Value in Industrial Contexts, Journal Of
Business & Industrial Marketing, Vol, 15, MCB University Press, Canada
Lukman, Sampara (2000), Manajemen Kualitas Pelayanan, Jakarta: STIA LAN Pres.
MacMillan, Ian C. dan Rita Gunther McGrath, 1997. Discovering New Points of Differentiation.
Harvard Business Review : 133 – 138
Mintzberg, Henry dan Quinn, James Brian (1996), The Strategy Process; Concept, Context,
Cases (3thEdition), Prentice - Hall International Editions.
Nath, D., and D. Sudharshan (1994). “Measuring Strategic Coherence Through Patterns of
Strategic Choices.” Strategic Management Journal 15,43-61.
Olson, Philip D., and Donald Bokor (1995). “Strategy Process-Content Interaction:Effects on
Growth Performance in Small Start-up Firms,”Journal of Small Business Management
33 (1), 34-44.
Parasuraman A, Zeithaml, Valerie A, Berry, Leonard L (1985), “A Conceptual Model of Service
Quality and its Implications for Future Research,” Journal of Marketing, Vol 49, pp.41-50
Pearce, JA dan RB Robinson (1985), Strategic and Implementation, Illinois: Richard Irwin
Porter, Michael (1980), Competitive Strategy: Techniques for Analyzing Industries and Competitors,
New York: The Free Press.
Purnama, Nursya’bani (2006), Manajemen Kualitas: Perspektif Global, Yogyakarta: Ekonisia.
Rakhmat (2009), Teori Administrasi dan Manajemen Publik, Jakarta: Pustaka Arif.
Rangkuti, Freddy, 2002, Measuring Consumer Satisfaction : Gaining Customer Relation Strategy,
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Ravald, Annika dan Christian Gronroos, 1996, “The Value Concept and Relationship Marketing”,
European Journal of Marketing, Vol. 30 No.2, p. 19-30.
Schuler, Randal S. dan Jackson, Susan E, 1996, Manajemen Sumber Daya Manusia Menghadapi
Abad ke 21, Jilid 2, Edisi Keenam, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Sekaran, Uma, 2006, Research Methods for Business, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Selnes, Fred (1993), “An Examination of the Effect of Product Performance on Brand Reputation,
Satisfaction and Loyalty,” European Journal of Marketing, Vol.27, No 9, pp.19-35
Singarimbun dan Effendy (1991), Metode Penelitian Survai, Jakarta: LP3ES.
Sivadas, Eugene; Baker-Prewitt, Jamie L,”An examination of the relationship between service
quality, customer satisfaction, and store loyalty”, International Journal of Retail &
Distribution Management, Volume 28 . Number 2 . 2000 . pp. 73-82

26 Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 22 No. 2 Des. 2013


STRATEGI PENGEMBANGAN KUALITAS PELAYANAN MELALUI
METODE IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS
(Studi Empiris pada Pelanggan PT. Kimia Farma Apotek Unit Bisnis Yogyakarta)

Steenkamp, J.B.E.M, R. Batra dan D.L. Alden (2002) “How Perceived Brand Globalness Creates
Brand Value”, Journal of International Business Studies, Vol. 34
Sweeney, Jillian C dan Geoffrey N Soutar, 2001, Consumer Perceived Value: The Development
of a Multiple Item Scale, Journal of Retailing, Vol. 77, p. 203-220.
Tjiptono, Fandy, 2006, Pemasaran Jasa, Bayumedia, Malang.
Tse David K dan P.C Wilton, 1988. “Model Consumer Satisfaction Formation : An Extention”,
Journal Marketing Reasearch, Vol.XXV
Westbrook, RA dan MD Reilly, 1983, Value-Percept Disparity: An Alternative to the Disconfirmation
of Expectations Theory of Consumer Satisfaction, MI : Association for Consumer
Research, p. 256-261.
Wilkie, WL, 1994, Consumer Behavior, New York: John Wiley and Sons.
Woodruff, Robert B, 1997, Customer Value : The Next Source for Competitive Advantage, Academy
of Marketing Science Journal, Vol. 25 No.2, p. 139-153.
Zeithaml, Valarie A, 1988, Consumer Perception of Price, Quality and Value : A means – End
Model and Synthesis of Evidence, Journal of Marketing, Vol. 52 No. 3, p. 2-22.
Zinkhan, George M, 2002, Relationship Marketing : Theory and Implementation, Journal of
Market – Focused Management, Vol. 5 No.2, p. 83-89.

Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 22 No. 2 Des. 2013 27

You might also like