Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 13

OPTIMASI PEMBUATAN RESIN Ca-ALGINAT TERMODIFIKASI ETILEN

DIAMINA TETRAASETAT (EDTA) SEBAGAI ADSORBEN ION Cd(II)

Optimization of Resin Ca-Alginate With Ethylen Diamina Tetraacetic Acid


(Edta) As an Adsorbent Of Ions Cd (II)

Ayu Triastuti1,,2Sani Widyastuti Pratiwi, M.Si.,


1
Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih Bandung
2
Dosen Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih Bandung
Jl. Padasuka atas No.233, Padasuka, Kota Bandung 40192
Email:ayutriastuti111@yahoo.com

ABSTRACT
Has done research on the optimization of the making of a resin modified Ca-Alginat with EDTA
(Ethylendiaminenatetraaetat) as the adsroben metal ion Cd (II). Metal ion content in water tend to have
very low levels (trace metals), and thus required a specific technique to determine simply applied by
praconcentration. The technique requires praconcentration adsorbent. In this study used adsorbent resin in
the form of modified Ca-Alginat with EDTA. Modified Ca-Alginat with EDTA to enhance capabilities in
resin in metal ion for retention Cd (II). This study is a preliminary study to find out the optimum
characteristics of the manufacture of resin Ca-Alginat and know the ability of resin Ca-Alginat with
EDTA in a adsorption of Cd (II) Ions. Manufacture of resin performed with microencapsulation, a
solution of CaCl2 are added with EDTA, the addition of a Na-Alginat drop by drop microcapsules will
generate a drop, then dried microcapsules determined capacity retention with batch methods, that is 1
gram resin soaked with a solution of 1 mg/L, the filtrate is measured by Atomic Absorption
Spectorofotometer. Optimum resin obtained then characterization of Foutier Transform- Infrared (IR)
Spectrophotometry. The results showed changes IR the transmittance occurencegroup C = O, C-O-H and
C-O that occurs in resin after binding of ions Cd is at wave number 1436,97 cm-1 indicating the presence
of C-O-Cd bond.optimum Component in the manufacture of resin modified Ca-Alginat with EDTA that is
composition of CaCl2, 0.1 M ; 0,75 g of EDTA and Na alginat-1% with the retention capacity of 0.0985
mg/g.

Keywords :Resin, Ca-Alginat-EDTA, Microenkapsulasi, Praconcentration

PENDAHULUAN
Kadnium (Cd) adalah salah satu logam yang dikelompokan dalam jenis logam berat non-
esensial. Kadnium (Cd) menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 untuk pengolahan kualitas
air dan pengendalian pencemaran air dengan batas maksimum sebesar 0,01 ppm. Pencemaran oleh
kadnium (Cd) juga menimbulkan dampak negatif terhadap ekosistem dan kehidupan manusia. Logam
ini dalam sumber air cenderung terdapat dalam kadar yang sangat rendah (trace metals). Oleh karena itu
diperlukan adanya teknik tertentu dalam penentuan konsentrasi ion-ion logam tersebut yaitu dengan
prakonsentrasi (Muslimah dkk, 2015)
Prakonsentrasi adalah suatu metode pemekatan sampel berkadar rendah menjadi tinggi atau dengan
kata lain mempertinggi kepekaan analisis dalam pengukuran dengan Spektrofotometer Serapan Atom
(SSA) (Muslimah dkk, 2015).Teknik prakonsentrasi memberikan solusi terhadap keterbatasan kepekaan
alat instrument dalam penentuan logam berat pada konsentrasi yang sangat rendah. Tahapan
prakonsentrasi dengan teknik adsorpsi dipilih karena mudah dan sederhana dan tidak saja meningkatkan
konsentrasi analit tetapi juga dapat menghilangkan efek matriks yang dapat mengganggu proses analisis
(Kouster & Moulik, 2005). Material yang digunakan sebagai adsorben pada umumnya material yang
berpori. Oleh karena itu dalam penelitian ini digunakan metode adsorpsi dengan menggunakan material
berpori sebagai penyerap ion Cd. Adsorpsi logam dilakukan dengan menggunakan adsorben resin Ca-
alginat yang termodifikasi dengan EDTA.
Alginat merupakan salah satu jenis polimer alami yang diperoleh dari proses ekstraksi rumput
laut coklat. Gugus fungsi hidroksil pada residu meningkatkan afinitas terhadap berbagai macam ion
logam (Puji, 2016). Interaksi gugus karboksil pada alginate dengan kation multivalensi Ca 2+
memungkikan terjadi pembentukan gel. Kation selain Ca2+ tidak biasa digunakan dikarenakan kurang
stabil. Kalsium paling banyak digunakan karena beberapa alasan seperti membentuk gel yang stabil
dengan alginat, harganya murah, ketersediannya yang mudah didapatkan dan sifatnya yang non-toksik
(Mc.Hugh, 2008).Alginat ini sangat efektif untuk proses adsorpi logam melalui adanya coupling dengan
karbon nanotube, maupun yang dimodifikasi dengan agen pengkhelat (Juwita, 2016).
Etilen diamina tetraasetat (EDTA) adalah asam karboksilat poliamino, berwarna putih dan larut
pada air. Kemampuan EDTA membentuk senyawa kompleks dengan logam berat mendorong lahirnya
banyak penelitian seputar adsorpsi logam berat pada EDTA murni dan EDTA termodifikasi.EDTA
bersifat pengkhelat yang dapat mengikat logam berat, sehingga dapat berfungsi sebagai adsorben
terhadap logam berat dalam air limbah. Modifikasi kimia EDTA menjadi bentuk gel dapat meningkatkan
kemampuandan kapasitas penyerapan terhadap ion logam berat, karena bentuk gel mempunyai volume
pori yang lebih besar dibandingkan dengan bentuk serpihan. Agar penggunaan adsorben EDTA lebih
efektif maka perlu dilakukan modifikasi EDTA dengan penambahan alginat untuk meningkatkan
kemampuan dan kapasitas penyerapan terhadap ion logam (Khopkar, 1990).
Pada penelitian sebelumnya mengenai resin Ca-alginat-EDTA sebagai adsorben dalam menyerap
logam Pb telah dilakukan oleh Juwita (2016) dan memberikan penyerapan yang cukup baik dengan
persen penyerapan sebesar 45,69% dan kapasitas retensi sebesar 0,6546 mg/g. Berdasarkan latar belakang
tersebut maka dilakukan penelitian lebih lanjut untuk pengaplikasianya terhadap berbagai logam berat
yang kadarnya sangat rendah (trace metals). Pada penelitian ini dilakukan pembuatan resin berbasis
alginat yang dimodifikasi dengan EDTA (Ethylendiamintetraaetat). Dalam tahapana ini akan dipelajari
penentuan komposisi konsentrasi CaCl2, berat EDTA dan konsentrasi Na-algiant optimum
dalampembuatan resin Ca-alginat-EDTA yang optimum serta penentuan kapasitas retensi terhadap ion
Cd. Analisa resin Ca-alginat yang termodifikasi EDTA dianalisis Fourier Transform-IR(FT-IR) untuk
mengetahui gugus fungsi resin sebelum dan sesudah dikonatakan dengan Ion Cd(II). Sementara
pengukuran ion Cd(II) dideteksi menggunakan spektrofotometer serapan atom (SSA).Berdasarkan uraian
diatas, dilakukan penelitian untuk mengetahui kemampuan resin Ca-alginat EDTA dalam mengadsorpsi
Ion Cd, karakterisasi Ca-alginat EDTA optimum dan kapasitas retensi resin terhadap Ion Cd. Metode ini
diharapkan dapat digunakan sebagai metode baru ,penggunaan resin Ca-Alginat termodifikasi EDTA
sebagai adsorben Ion Cd, dimana resin ini yang selanjutnya berguna untuk tahapan prakosentrasi Ion Cd
dan memberikan manfaat untuk menanggulangi keterbatasan yang dimiliki oleh instrument analisis.
METODOLOGI

Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, batang pengaduk,beaker glass 50ml dan 100 ml,
botol film 100cc, bulp, buret 10 ml, FT-IR, kertas saring, labu ukur 100 ml, magnetik stirrer, neraca
analitik, oven, pipet tetes, pipet ukur 5 ml dan 10 ml, spatula,spektrofotometer serapan atom, statif.

Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, Aquadest, CaCl2, EDTA, Na-alginat, HNO3,
Sampel larutan terkontrol yang mengandung Cd1 ppm, Standar Cd .

Prosedur Kerja

Pembuatan Mikrokapsul Ca-alginat-EDTA


Pengaruh Konsentrasi CaCl2

50 mL larutan CaCl2 dengan variasi konsentrasi 0,05 M; 0,1 M; 1 M; 1,5 M; dan 2 M dimasukkan
kedalam masing masing beaker glass 100 mL, kemudian ditambahkan 1 gr EDTA dan di aduk dengan
magnetic strirrer. Ditambahkan Na-alginat 1% setes demi setetes dengan buret sambil diaduk dengan
magnetic stirrer hingga terbentuk mikrokapsul Ca-alginat-EDTA, diatur laju alir pada buret serta
kecepatan putar dari magnetik stirrer, kemudian butiran-butiran mikrokapsul Ca-Alginat-EDTA
dikeringkan pada suhu ruang ± 24 jam. 1 g resin Ca-alginat-EDTA direndam dalam 10 mL larutan Cd 1
ppm selama ± 24 jam lalu disaring, diukur absorbansi filtrat dengan menggunakan spektrofotometer
serapan atom . Dari hasil pengukuran akan didapatkan konsentrasi CaCl2 yang optimum dalam menyerap
ion logam Cd.

Pengaruh Berat EDTA


50 mL larutan CaCl2 konsentrasi optimum dimasukkan kedalam masing-masing beaker glass 100
mL kemudian ditambahkan EDTA dengan variasi beratEDTA 0,50 gr; 0,75 gr; 1 gr; 2 gr dan 2,5 gr dan di
aduk dengan magnetic strirrer. Ditambahkan Na-alginat 1% settees demi setetes dengan buret sambil
diaduk dengan magnetic stirrer hingga terbentuk mikrokapsul Ca-alginat-EDTA, diatur laju alir pada
buret serta kecepatan putar dari magnetik stirrer, kemudian butiran-butiran mikrokapsul Ca-alginat-EDTA
dikeringkan pada suhu ruang ± 24 jam. 1 g resin Ca-alginat-EDTA direndam dalam 10 mL larutan Cd 1
ppm selama ± 24 jam lalu disaring Kemudian diukur absorbansi filtrat dengan menggunakan
spektrofotometer serapan atom. Dari hasil pengukuran akan didapatkan berat EDTA yang optimum dalam
menyerap ion logam Cd.

Pengaruh Konsentrasi Na-Alginat


50 mL larutan CaCl2 konsentrasi optimum dimasukkan kedalam masing masing beaker glass 100
mL, kemudian ditambahkan EDTA dengan berat optimum di aduk dengan magnetic strirrer. Kemudian
ditambahkan Na-alginat dengan variasi konsentrasi Na-alginat 0,5%; 1 %, 1,5%; 2%, dan 3 % setetes
demi setetes dengan buret sambil diaduk dengan magnetic stirrer hingga terbentuk mikrokapsul Ca-
alginat-EDTA. Diatur laju alir pada buret serta kecepatan putar dari magnetik stirrer, kemudian butiran-
butiran mikrokapsul Ca-Alginat-EDTA dikeringkan pada suhu ruang ± 24 jam. 1 g resin Ca-alginat-
EDTA direndam dalam 10 mL larutan Cd 1 ppm selama ± 24 jam lalu disaring kemudian diukur
absorbansi filtrat dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom, dari hasil pengukuran akan
didapatkan berat EDTA yang optimum dalam menyerap ion logam Cd.

Kapasitas Retensi Ca-alginat-EDTA


Sebanyak 1 gr resin Ca-alginat-EDTA direndam dalam 10 mL larutan Cd dengan variasi
konsentrasi 0,5; 0,75;1; 3; 5; 7; 10; 12; 15 dan 20 mg/L selama ± 24 jam, filtrat yang diperoleh diukur
absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom. Dari hasil pengukuran didapatkan
kapasitas retensi resin terhadap ion Cd.

Karakterisai Gugus Fungsi Mikrokapsul (Wathoniyyah. 2016 )


Resin yang telah dibuat pada keadaan bebas air yakni dioven ± 2 jam pada suhu 40ºC, sedikit
resin yang telah diserbukkan dicampur dengan KBr pada kuvet , sampel didapatkan menggunakan alat
press pembuat pellet hingga bentuknya seperti membrane yang sangat tipis. Dimasukan sampel KBr yang
telah dicampur dengan set cetakan pellet. Kemudian diukur dengan spektrofotometer FT-IR hingga
memunculkan harga bilangan gelombang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kurva Kalibrasi
Kurva kalibrasi dibuat untuk mencari daerah linearitas suatu pengukuran antara konsentrasi analit
dalam sampel dengan daerah ukur yang diberikan. Linearitas dievaluasi dari grafik yaitu dengan
memplotkan absorbansi sebagai fungsi dari konsentrasi analit yang biasa digunakan disebut kurva
kalibrasi.berdasarkan hasil pengukuran dapat dilihat pada gambar 1 diperoleh persamaan garis regeresi
y= 0,2459x-0,004 dengan R2 = 0,9965

Pembuatan Mikrokapsul Ca-alginat-EDTA


Penelitian sebelumnya pernah dilakukan untuk mencari kation-kation divalent yang mampu
berikatan stabil dengan alginat. Kation-kation tersebut antara lain Ba2+, Ca2+ da Sr2+. Dari hasil penelitian
ini diperoleh bahwa Ca2+ memiliki tingkat kestabilan yang cukup baik bila dipasangkan dengan alginat
sedangkan untuk Ba2+ dan Sr2+ mengalami penurunan tingkat kestabilan ketika dipasangkan dengan
alginat (Timothy dkk., 2016).
Senyawa alginat memilki struktur kopolimer yang terdiri dari monomer asam D-Mannuronat (M)
dan asam L-Guluronat (G) yang dapat membentuk gel dengan adanya ion kalsium.(Joudra & Mijangos,
2003). Gugus karboksil berfungsi sebagai situs aktif alginate untuk mengikat ion logam berat.Interaksi
ion logam dengan gugus COO- dari alginat terjadi pada inter dan intra molekul. Disamping interaksi ion
logam dengan gugus COO- dari alginat, gugus OH dari polimer juga ikut (Rientha dkk., 2017).
Alginat juga berpotensi menyumbang 10 ligan oksigen dari kedua rantai yang paralel yaitu masing-
masing dari OH atom C2 dan C3, ikatan O yang menghubungkan 1-4 dan sebuah gugus karboksil serta
cincin O dari residu tetangga.
Alginat yang tidak larut menunjukan reaksi seperti resin penukar ion. Kemampuan dari ion-ion
logam divalent berikatan dengan alginat tergantug pada jumlah relative dari unit asam D-mannuronat dan
L-guluronat dalam alginat. Pembentukan gel alginat terjadi karena adanya pertukaran ion Na 2+ dengan
kation divalent, sehingga dari yang bersifat larut dalam air menjadi tidak larut dalam air (Wathoniyyah,
2016 ).
EDTA bersifat pengkhelat yang dapat mengikat logam berat sehingga dapat berfungsi sebagai
adsorben terhadap logam berat.Modifikasi EDTA menjadi bentuk gel dengan Ca-alginat dapat
meningkatkan kemampuan dan kapasitas jerapnya terhadap ion logam berat. Hal ini disebabkan karena
bentuk gel mempunyai volume pori yang lebih besar dibandingkan dengan bentuk serpihan. Dimana
dalam tahap ini mikroenkapsulasi digunakan untuk memperbaiki bentuk EDTA berupa serpihan menjadi
butiran yang mempunyai bentuk dan ukuran yang seragam sehingga dapat digunakan sebagai resin dalam
menyerap ion logam Cd.

Pengaruh Konsentrasi CaCl2


Pengaruh konsentrasi CaCl2 sebagai komponen resin Ca-Alginat termodifikasi EDTA untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap retensi mikrokapsul Ca-Alginat termodifikasi EDTA.Pengaruh
konsentrasi CaCl2 sebagai komponen penyusun resin Ca-alginat termodifikasi EDTA untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap retensi mikrokapsul Ca-alginat termodifikasi terhadap retensi ion logam Cd. Kation
multivalensi Ca2+ dari CaCl2 mampu menginduksi pembentukan gel pada alginat melalui karakteristik
pengikatan ion yang spesifik pada alginat. Sifat pengikatan ion bersifat selektif, khususnya terhadap
beberapa ion logam alkali tanah (misalnya pengikatan ion Ca2+ relative lebih kuat dibanding Mg2+)
(Isnanto dkk., 2014).Kation multivalensi yang paling banyak digunakan sebagai bahan penginduksi
pembentukan gel alginat adalah Ca2+(Broderick & Blewitt, 2006). Pembentukan gel alginat terjadi karena
adanya pertukaran ion Na2+ dengan kation divalent Ca2+, sehingga dari yang bersifat larut dalam air
menjadi tidak larut dalam air (Wathoniyyah. 2016 ).
Jumlah ion Ca2+ yang dibutuhkan untuk membentuk gel alginat dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti kandungan guluronat dalam alginat, adanya senyawa pengkhelat dan pH (Marrs & Titoria, 2004).
Konsentrasi ion Ca2+ yang tinggi akan mennghasilkan gel yang tidak stabil .Ketidakstbailan ini
menyebabkan pengkerutan. Dan kenaikan sineresis yang cukup nyata ( Isnanto dkk., 2016).,terjadinya
sineresis dan pengkerutan mempengaruhi luas permukaan adsorben dalam mengadsorpsi adsorbat.Luas
permukaan ini akan mempengaruhi kecepatan dan besar kecilnya adsorpsi.Dari hasil gambar 2 dapat
diketahui penyerapan optimum mikrokapsul termodifikasi EDTA berada pada konsentrasi CaCl 2 0,1 M
dengan persen penyerapan 34,96 %.

Pengaruh Penambahan Berat EDTA (Etilendiamina tetraasetat)


Penambahan komponen mikrokapsul berupa EDTA (ethylenediaminena tetra asetat) sebagai
salah satu komponen tambahan mikrokapsul termodifikasi untuk mengetahui efek retensi terhdap ion
logam Cd.Kemampuan EDTA membentuk senyawa kompleks dengan logam berat menjadikan EDTA
menjadi salah satu komponen tambahan mikrokapsul termodifikasi. EDTA bersifat pengkhelat yang dapat
mengikat logam berat, sehingga berfungsi sebagai adsorben logam berat. Modifikasi kimia EDTA
menjadi bentuk gel dengan alginat dapat meningkatkan kemampuan dan kapasitas jerapnya terhadap ion
logam Cd. Hal ini karena bentuk gel mempunyai volume pori yang lebah besar dibandingkan dengan
bentuk serpihan. Dimana volume pori yang lebih besar dapat meningkatkan penyerapan terhadap ion
logam berat Cd. Penggunaan adsroben EDTA yang dimodifikasi dengan alginat akan lebih efektif untuk
meningkatkan kemampuan dan kapasitas jerapnya terhadap ion logam Cd.
Dari gambar 3. dapat dilihat persen penyerapan mikrokapsul pada berat EDTA 0,5 g berada pada
12,62%, pada berat EDTA 0,75 g, penyerapan mikrokapsul meningkat hingga 23,37% . Pada berat
EDTA 1 g; 2 g; dan 2,5 g mengalami penurunan dengan persen penyerapan masing-masing adalah
22,43%; 20,54% ; 21,16 %. retensi ion logam Cd meningkat pada berat EDTA 0,75 g dan mulai
mengalami penurunan pada berat EDTA diatas 0,75 g. Penurunan persen penyerapan Ion Cd pada
penambahan EDTA 1 g; 2g; dan 2,5 g menjadikan situs aktif yang pada mikrokapsul gel alginat jenuh,
sehingga menurunkan kemampuan situs aktif dalam mengikat ion logam (Wang dkk., 2019).Pada gambar
4.4 dapat diketahui penyerapan optimum mikrokapsul termodifikasi EDTA berada pada berat EDTA 0,75
dengan penyerapan sebesar 23,37%.

Pengaruh Konsentrasi Na-alginat


Pengaruh konsentrasi Na-Alginat sebagai komponen penyusun mikrokapsul Ca-Alginat
termodifikasi EDTA untuk mengetahui efek retensi terhadap ion logam Cd.
Dari gambar 4 dapat dilihat persen penyerapan mikrokapsul pada konsentrasi Na-alginat pada
konsentrai 0,5% berada pada 7,76%, pada konsentrasi 1,0% penyerapan mikrokapsul meningkat hingga
30,37% dan menurun 22,59% pada konsentrasi 1,5%, dan kembali meningkat menjadi 26,48% pada
konsentrasi 3% mengalami penurunan kembali menjadi 17,08%. Dari hasil gambar 5 dapat diketahui
penyerapan optimum mikrokapsul Ca-alginat termodifikasi EDTA berada pada konsentrasi Na-alginat 1%
dengan persen penyerapan sebesar 30,37%.
Resin yang terbentuk pada konsentrasi Na-alginat 0,5% memiliki bentuk yang tidak cukup baik,
berbentuk berupa lembaran tipis bukan berbentuk mikrokapsul. Hal ini disebabkan karena konsentrasi
Na-alginat yang kecil sehingga tidak terbentuk resin yang baik. Sedangkan pada Na-alginat dengan
konsentrasi 1,5% dan 2% resin yang terbentuk cukup baik namun memiliki ukuran yang cukup besar, hal
ini berpengaruh pada luas daerah kontak antara resin dan sampel. Pada konsentrasi Na-alginat 2,5% resin
yang terbentuk memiliki bentuk yang tidak cukup baik, berbentuk elips bukan berbentuk mikrokapsul
dengan ukuran yang cukup besar, hal ini berpengaruh pada luas kontak antara resin dan sampel. Pada
Na-alginat dengan konsentrasi 1% memiliki ukuran yang baik, luas interaksi resin dan sampel cukup luas,
sehingga kemampuan retensi resin meningkat.

Pengikatan Ca-alginat EDTA Terhadap Ion Logam Cd


Pembentukan khelat kompleks antara resin Ca-alginat-EDTA dengan ion logam Cd terjadi karena
penyumbangan suatu pasangan elekrtron dari dua gugus amina dan empat gugus karboksilat dari senyawa
etilen diaminen tetraasetat (Ahmad, 2015). Ikatan yang terbentuk antara mikrokapsul Ca-alginat-EDTA
dengan ion logam Cd merupakan ikatan Van Der Walls dalam hal ini logam diikat melalui pembentukan
ikatan lemah dengan gugus O pada pasangan elektron bebasnya pada senyawa pembentuk alginat
(Ahmad, 2015). Sehingga O yang memiliki elektron pasangan bebas mampu mengikat ion logam Cd pada
gugus O yang tidak terikat pada Ca dan EDTA dalam pembentukan gel. Pembentukan senyawa kompleks
terjadi pada ion logam Cd. Logam tersebut memiliki orbital kosong yang akan diisi oleh elektron bebas
dari atom O2 pada gugus OH dari gugus alginat yang dapat menyumbangkan sepasang elektron bebas
pada ion logam, dimana diketahui EDTA berperan sebagai ligan yang dapat menyumbangkan sepasang
elekron bebas pada ion logam, sedangkan ion logam Cd berperan sebagai atom pusat dalam pembentukan
senyawa kompleks (gambar 5).
Pengikatan secara lemah antara logam Cd dan Ca-alginat-EDTA inilah digunakan sebagai adsorben
ion logam Cd. Adsorpsi logam juga terjadi karena interaksi ion logam yang bermuatan negatif pada
permukaan dinding sel atau dalam polimer-polimer ekstraseluler, seperti protein dan polisakarida sebagai
sumber gugus fungsi dan berperan penting dalam mengikat ion logam. Proses penyerapan ini berlangsung
cepat dan terjadi pada sel hidup maupun sel yang telah mati (Voleskey, 2000). Selain itu adsorpsi juga
terjadi karena adanya persitiwa pertukaran ion dimana ion monovalent dan divalent seperti Na+, Mg2+,
Ca2+, K+ pada dinding sel digantikan oleh ion-ion logam berat (Ahmad, 2015).

Kapasitas Retensi
Kapasitas retensi adalah kemampuan resin mikrokpsul Ca-alginat termodifikasi EDTA
meretensi ion logam, semakin banyak ion logam Cd yang diserap oleh resin maka semakin besar
kapasitas retensinya. Pengukuran kapasitas retensi dilakukan dengan metode batch, yaitu dengan
merendam 1 gr resin dengan berbagai variasi konsentrasi ion logam Cd, dengan konsentrasi 0,5 mg/L
sampai 20 mg/L perendaman dilakukan selama 24 jam.
Dari gambar 6 dapat dilihat diperoleh nilai dari kapasitas retensi mikrokapsul Ca-Alginat EDTA
yang semakin tinggi sebanding dengan tingginya konsentrasi standar ion logam Cd yang
digunakan.Isoterm Langumuir menjelaskan bahwa permukaan adsorben terdapat sejumlah tertentu situs
aktif yang sebanding dengan luas permukaan adsorben. Pada setiap situs aktif satu molekul yang dapat
diserap, sehingga dengan memperbesar konsentrasi adsorbet yaitu ion logam Cd2+ yang berinteraksi
dengan adsorben yang beratnya tetap akan menghasilkan serapan ion logam Cd2+ yang meningkat secara
linear sampai maksimum pada konsentrasi tertentu situs aktif telah jenuh dengan adsorbat. Penyerapan
secara kimia terjadi karena adanya interaksi ikatan antara situs aktif (bermuatan negatif) yang terdapat
pada resin Ca-alginat-EDTA (Wang dkk., 2019).
Dari hasil adsorpsi logam Cd2+perolehan kapsitas restensi dari resin Ca-Alginat termodifikasi
EDTA terhadap ion logam Cd dengan menggunakan perpotongan garis dari dua kurva, yang mana titik
temunya merupakan kapasitas retensi dari resin Ca-Alginat termodifikasi EDTA. Dari gambar 4.6 dapat
diperoleh dua kurva dengan persamaan garis yaitu y1= 0.002x + 0.0019 dan y2= 0.0017x +
0.0164.Dimana perpotongan dari kedua garis tersebut merupakan kapasitas retensi dari Ca-Alginat
termodifikasi EDTA yaitu (Perhitungan dapat dilihat Lampiran 8). Itu menunjukan bahwa setiap 1 gram
resin Ca-Alginat termodifikasi EDTA dapat meretensi 0.0985 mg/g ion logam Cd.

Karakteriasi FT-IR

Analis menggunakan FT-IR ( Spektrosokopi infra-red) berfungsi untuk mengetahui perubahan


atau pergeseran vibrasi gugus fungsi dalam suatu senyawa yang diidentifikasi. Analisa FT-IR dalam
penelitian ini, dimaksudkan untuk mengetahui perubahan gugus fungsi serta adanya ikatan-ikatan pada
mikrokapsul Ca-alginat termodifikasi EDTA sebelum dikontakan dengan Cd(II) dan setelah dikontakan
dengan Cd(II).Karakterisasi ini dilakukan agar diperoleh informasi tentang perkiraan gugus apa yang
bertanggung jawab dalam pengikatan ion logam Cd . Analisis data dilakukan dengan cara
membandingkan serapan IR pada mikrokapsul Ca-algint-EDTA sebelum dan sesudah dikontakan dengan
ion logam Cd(II) sehingga diperoleh serapan khusus
Dari hasil karakterisasi resin Ca-Alginat-EDTA dengan FT-IR, diperoleh spektra (Gambar
7a)diantaranya serapan pada bilangan panjang gelombang 3489,23 cm-1 dan 3412,08 cm-1 yang
menunjukan uluran dari gugus O-H stretching yang bersatu dengan serapan ulur dari C-H pada bilangan
gelombang 3080,32 cm-1; 3007,02 cm-1. Serapan yang kuat pada bilangan panjang gelombang 1625,99
cm-1menunjukan adanya uluran C=O karboksilat (COO-) dari alginat dan EDTA. Pita serapan pada daerah
1406,11 cm-1; 1371,39 cm-1 menunjukan adanya tekukan C-O-H dalam bidang, pada bilangan
gelombang 1205,51 cm-1yang menunujukan adanya serapan ulur dari C-O (eter) dari struktur alginat ,
bilangan 1091,71 cm-1; 1033,85 cm-1menunjukan gugus fungsi C-N diamin dari EDTA (Muslimah dkk,
2015). dan serapan bilangan gelombang 956,69 cm-1; 918,12 cm-1; 858,32 cm-1; 798,53 cm-1; 692,44 cm-1
dan 626,87 cm-1 menunjukan adanya serapan ulur gugus C-H bending (Wathoniyyah, 2016)

Pada (Gambar 7b ) merupakan spektra IR mikrokapsul Ca-Alginat-EDTA setelah dikontakan


dengan Cd2+, menunjukan sebagian besar mengalami perubahan setelah dikontakan dengan Cd2+.Pita
serapan pada daerah 3429,43 cm-1 menunjukan uluran dari dari gugus O-H stretching yang bersatu
dengan serapan ulur C-H pada bilangan gelombang 2924,09 cm-1 dan 2854,65 cm-1 .Serapan pada gugus
C=O mengalami perubahan yang semula serapanya kuat sebelum mengadsorpsi ion Logam Cd2+menjadi
serapan yang medium setelah mengadsorpsi ion logam Cd2+ yakni pada panjang gelombang 1724,36cm-1 ;
1606.70 cm-1 hal ini dapat dijadikan bukti keikutsertaan gugus C=O dalam pengikatan ion logam Cd,
Serapan 1436,97 cm-1menunjukan adanya ikatan C-O-Cd , pita serapan gugus C-O yang lemah pada
daerah serapan 1436,97 cm-1;I mengindikasikan terjadinya ikatan kompleks ion logam Cd2+ terjadi pada
gugus C-O (Lotf, 2012) pada bilangan gelombang 1091,71 cm-1; 1033,85 cm-1 menunjukan adanya
serapan ulur dari C-N amina dari EDTA, tidak munculnya pita serapan yang menunjukan gugus Cd-N
mengindikasikan bahwa interaksi antara ion Cd dengan gugus amina N dari EDTA adalah interaksi fisik
dan diduga kemungkinan yang berinteraksi hanya sedikir. Adanya interaksi fisik ini tidak menyebabkan
perubahan kimia maupun structural pada resin meskipun berinteraksi dengan ion logam. Adsorpsi ion
logam dapat melalui interaksi dengan gugus-gugus fungsi pada EDTA yaitu COO- da ion pair electron
dari N,disamping itu adsorpsi juga dapat melalui pori resin (Sriatun dkk, 2018), dan serapan bilangan
grlombang 792,74 cm-1 menunjukan adanya ulur gugus C-H. intensitas serapan pada Ca-alginat-EDTA
mengalami perubahan setelah mengadsorpsi Cd2+ (Panggabean & Bohari, 2015).
Pada spectrum FT-IR resin Ca-alginat EDTA yang telah dikontakan dengan larutan logam Cd2+
terdapat perbedaan profil spectrum ataupun pergeseran bilangan gelombang pada C=O, C-O-H dan C-O
setelah dikontakkan mengalami penurunan hal ini memungkinkan bahwa gugus-gugus tersebut berperan
dalam proses adsorpsi ion logam Cd2+, sehingga hanya tersisa sedikit gugus yang bebas yang mampu
menyerap sinar inframerah (Agustina, 2012).Namun perlu deprotonasi kelompok karboksilat di pada ion
logam dan koordinasi unit karboksilat yang dihasilkan ke pusat-pusat logam.
Koordinasi ligan dapat diketahui hanya dengan penyelidikan spektral dan structural, tiap senyawa
organik mempunyai absorbs yang unik sehingga daerah tersebut sering juga disebut sebagai daerah sidik
jari (fingerprint region). Daerah finger print ini untuk setiap senyawa tidak akan ada yang sama sehingga
merupakan identitas dari suatu senyawa (Supratman,2010).
Kemampuan ion logam membentuk kompleks tergantung pada kemampuan untuk mempolarisasi
yaitu perbandingan muatan/jari-jari ion logam tersebut serta sifat kebasaan ligan.Suatu kation dengan
daya mempolariasai tinggi “disenangi” oleh ligan sebagai pusat muatan positif dengan kerapatan yang
tinggi, sehingga mendapatkan interaksi yang kuat (Supratman, 2010)
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakuakan disimpulkan bahwa :
1. EDTA dapat membentuk mikrokapsul Ca-Alginat-EDTA dengan mereaksikan larutan Na-Alginat
dengan EDTA dalam larutan CaCl2 yang mengahasilkan penyerapan yang cukup baik terhadap Ion
logam Cd, terbukti dari perubahan transmitan yang terjadi pada resin setelah mengikat Ion Cd.
2. Karakterisasi retensi mikrokapsul Ca-Alginat-EDTA terhadap ion logam Cd, menunjukan bahwa ion
logam Cd dapat teretensi secra optimum pada konsentrasi CaCl2 0.1 M, berat EDTA 0,75 gram,
konsentrasi Na-Alginat 1% dengan kapasitas retensi sebesar 0.0985 mg/g.
Saran
1. Dilakukan pengaplikasian resin sebagai pengisi kolom untuk tahapan prakonsentrasi.
2. Dilakukan optimasi prakonsentrasi seperti konsentrasi optimum eluen, volume optimum eluen dan
volume logam.
3. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya dilakukan pengujian kinerja analitisnya dan pengaplikasianya
terhadap sampel alam secara langsung.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad M., 2015. “ Pembuatan Dan Optimasi Resin Ca-alginat Termodifikasi EDTA
(ethylendiaminatetraasetat) Sebagai bahan Pengisi Kolom Dalam Tahapan Prakonsentrasi ion
Logam Fe dengan Metode Off-line” Skripsi, FMIPA. Univesitas Mulawarman. Samarinda
Agustina M.M .2012. Studi Ekstraksi Alginate Biomassa Rumput Laut Coklat (Sargassum
Crassifolium) Sebagai Adsorben Dalam Biorpsi Ion Logam Cadnium (II). Skiripsi Sarjana.
.FMIPA.Univesitas Indonesia, Depok

Broderick, P.C., & Blewitt, P. 2006. The Life span-Human Devlepment for Hepling professioals, 2nd
Edition. Cambrudge. Perfect Publisher Ltd.

Draget, K.I., Smidsord, O., dan Skjak-Braek, G 2005., Alginates from algae, University of Seine and
Technology Sem Sailand Publisher, Sen Sailand.

Hardjono, 1989.“Diklat Kuliah Operasi Teknik Kimia II” Fakultas Teknik Jurusan Teknik
Kimia.UGM.Yogyakarta

Isnanto.J., Koestoasri T., dan Suyanto. 2014. Pelet Tanin-Alginat Sebagao Adsorben Ion Pb2+.
UNESA Journal of Chemistry.

Jodra, Y and Mijangos, F. 2003. Cooperative Biosorption of Copper on Calcium Alginate Enclosing
Iminodiacetic Type Resin. Environ. Sci. Technol. 37. Pp.4362-4367

Juwita R.S., 2016 “Pemanfaatan Resin Ca-alginat Termodifikasi dengan Etilena Diaminena Tetraasetat
(EDTA) dalam Tahapan Prakonsentrasi Ion Pb (II) berbasis Metode Kolom” Skripsi. FMIPA.
Univesitas Mulawarman. Samarinda.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik.. Universitas Indonesia-Press. Jakarta.

Koester, C.J., and A.Moulik. 2005. Trends in Enviromental Analysis. Analyst, 126,933-937.

Marrs. W.M.,and Titoria P., 2004. Third Generation Gels.Dalam Gums Stabiliser for the Food Industry
12. Edited by PA Williams and GO Philips. UK:The Royal Society of Chemistry.

Mc.Hugh, D.J., 2008.A guide to seaweed industry, Food and Agric.ORG.of the UN. Rome.

Muslimah., Destiarti.L., Zaharah. T.A., 2015. Prekonsentrasi Timbal (II) pada Air Sungai Kapuas
Menggunakan Kitosan Terimobilisasi Ditizon. Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura.

Panggabean, A.S. and Bohari, Y. 2015 “ Determination Of Cr(Iv) By Using Chitosan -1.5-
Diphenylcarbazide Resin Modified At The Preconcentration System With Column
Method”.Departemen Of Chemistry. Faculty Of Mathematic And Natural Science ,.Mulawarman
University. Samarinda, Indonesia

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.82 Tahun 2001, Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air, Pemerintah Republik Indonesia, Jakarta.

Puji. I.L. 2016. Modifikasi Kulit Mangium Sebagai Biosorben Ion Logam Berat Cu(II) dengan
Metode Kontinu . Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Rientha.S., Panggabean.A.S., dan Yusuf.B. 2017. Analisis Ion Cd(II) Menggunakan Resin Termodifikasi
Abu Kulit Singkong-Ca-Alginat Sebagai Bahan Pengisis Kolom dalam Tahapan Prakonsentrasi.
FMIPA, Universitas Mulawarman. Prosiding Seminar Nasional Kimia.

Singh, R.P., V. Gupta and P.Kumari. 2011. Purification and partial characterization of an extracellular
alginate lyase from Aspergillus oryaze isolated from brown seaweed. Journal Phycology

Sriatun, Oktaffi A.M, Adi D. 2018. Modifikasi Zeolit Alam dengan Ligan EDTA untuk Adsorpsi Logam
Pb dan Cd. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi. http://ejournal.undip.ac.id/index.php/ksa. diakses 29
september 2018 22:53

Supratman, U. 2010. Elusidadi Struktur Senyawa Organik. Univeritas Padjajaran Bandung

Timothy. W.Y., Elif.F., Ucok., Kendra.A.T., David.J.Mc., and David A.S., 2016. Microencapsulation in
Alginate and Chitosan Microgels to Enhance Viability of Bifidobacterium longum for oral Delivery.
Departement of Food Science, University of Massachusetts, MA, USA.Presented at frontiers in
Microbiology.

Wang. M., Wang. Z., Zhou. X., and Li.S., 2019. Efficient Removal of Heavy Metal Ions in Wastewater by
Using a Novel Alginate-EDTA Hybrid Aerogel.Appl,Sci,9,547

Wathoniyyah. M., 2016. Pembuatan dan Karakterisasi Komposit Sodium Alginat-Karaginan dengan
Crosslinker CaCl2 dan Plasticizer Gliserol sebagai Material Drug Release. Skripsi. Program Studi
Kimia. Departemen Kimia. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Airlangga.
0.3

0.2

Absorban
0.1 y = 0.2459x - 0.004
R² = 0.9965
0
0 0.5 1 1.5
-0.1
Konsentrasi (mg/L)

Gambar 1. Kurva Kalibrasi Ion Logam Cd

Penyarpan Resin (%) 40


30
20
10
0
0 1 2 3
Konsentrasi CaCl2 (M)

Gambar 2. Grafik Penyerapan ion Logam Cd(II)


oleh Adsorben Resin Ca-Alginat
Termodifikasi EDTA pada Berbagai
Konsentrasi CaCl2 dengan
Konsentrasi Awal Larutan Cd 1 mg/L
dan Waktu Interkasi 24 jam.

30
Penyerapan (%)

25
20
15
10
5
0
0 1 2 3
Massa EDTA (g)
Gambar 3. Grafik Penyerapan Ion Logam Cd(II)
Oleh Adsorben Resin Ca-Alginat
Termodifikasi EDTA Pada
Berbagai Berat EDTA Dengan
Konsentrasi Awal Larutan Cd(II) 1
mg/L, dan Waktu Interaksi 24 Jam.
40

Penyerapan (%)
30
20
10
0
0 1 2 3 4
Konsentrasi Na-alginat (%)

Gambar 4. Grafik penyerapan ion logam Cd(II)


oleh adsorben resin Ca-Aglinat
Termodifikasi EDTApada berbagai
konsentrasi Na-Alginat dengan
konsentrasi awal larutan Cd(II) 1
mg/L, dan waktu retensi 24 jam.

Gambar 5. Senyawa kompleks antara ion Cd


dengan resin Ca-alginat-EDTA

0.06
Kapasitas retensi

0.04
(mg/g)

0.02

0
0 10 20 30
Konsentrasi Cd (mg/L)

Gambar 6 Grafik Jumlah Cd(II) yang Teretensi


(mg/g) oleh Adsorben Resin Ca-
Alginat-EDTA Terhadap Berbagai
Konsentrasi Cd(II) 0,5 mg/L Sampai
20 mg/L yang diinteraksikan.
(a)

(b)

Gambar 7. (a)Resin ca-alginat-EDTA (b) Resin


setelah dikontakan dengan ion logam
Cd.

You might also like