Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal Budidaya Perairan Januari 2015 Vol. 3 No.

1: 51-58

Penambahan Madu Dalam Pengenceran Sperma untuk Meningkatkan Motilitas, Fertilisasi dan
Daya Tetas Telur Ikan Mas (Cyprinus carpio L)

(Supplementation of Honey in Sperm Dilution to improve Spermatozoa Motility, Fertilization


and Egg Hatchability of Goldfish Cyprinus carpio L )

Sudirman Tumanung1, Hengky J. Sinjal 2, Juliaan Ch. Watung2

1) Mahasiswa Program Studi Budidaya Perairan FPIK UNSRAT Manado


Sudirman@yahoo.com
2) Staf pengajar pada Program Studi Budidaya Perairan FPIK UNSRAT Manado
Email : hengky_sinjal@yahoo.com

Abstrack

The research intended to determine the optimal concentration of honey addition in sperm
dilution to improve sperm motility, fertilization and eggs hatchability of goldfish (Cyprinus
carpio). Experimental design used was a Complete Randomized Design (CRD) with four
treatments each with three replications. The concentration of honey addition used for treatment
were A (0 ml of honey in 100 mL of physiological NaCl), B (0,2 mL of honey in 99.8 mL of
physiological NaCl), C (0.4 mL of honey in 99.6 ml of physiological NaCl), D (0.6 mL of honey
in 99.4 mL of physiological NaCl). Sperm dilution containers used was 12 plastic cups and the
container fertilization and hatching eggs container used was 12 brass plates. Spermatozoa
motility observation performed immediately after dilution process. Fertilization observation was
performed after 12 hours of fertilization process, and Egg Hatchability observation was
performed after 72 hours of fertilization. The observation results showed that the addition of
honey in sperm dilution contributed significant effect on spermatozoa motility, fertilization and
eggs hatchability of goldfish (Cyprinus carpio). This observation showed that the addition of 0.6
ml of honey in a sperm dilution was the best treatment indicated by the average percentage of
spermatozoa motility (80,00%), fertilization (84,00%) and eggs hatchability (82,33%).

Keywords: Honey, spermatozoa motility, fertilization, eggs hatchability, Cyprinus carpio L

PENDAHULUAN peka terhadap faktor lingkungan, sehingga


sangat berpengaruh terhadap perkembangan
Ikan mas yang termasuk famili daya tetas telur dan dapat mengakibatkan
Cyprinidae ini tergolong ikan yang populer produksi larva rendah (Anonim, 2010).
dan paling banyak dipelihara rakyat, serta Sejalan perkembangan teknologi diberbagai
mempunyai nilai ekonomis. Ikan mas sangat bidang termasuk perikanan, budidaya ikan

51
Jurnal Budidaya Perairan Januari 2015 Vol. 3 No. 1: 51-58

pun sudah berkembang. Untuk penyediaan energi yang dibutuhkan oleh spermatozoa
benih ikan sekarang ini, tidak hanya secara (Rustidja, 2000). Menurut Effendy (1997),
alami melainkan dapat dilakukan secara kemampuan spermatozoa hidup secara
buatan. Namun kesulitan yang sering normal setelah keluar dari testis hanya
dihadapi dalam pemijahan buatan adalah berkisar antara 1–2 menit, selanjutnya
masih rendahnya fertilisasi sperma yang dikatakan oleh Woynarovich dan Horvath
akhirnya mengakibatkan rendahnya daya (1980) bahwa umur sperma ikan mas (C.
tetas telur sehingga produksi larva rendah carpio L.) di dalam air tawar hanya 30–60
(Nurman, 1998). detik.
Salah satu permasalahan fertilisasi Energi yang dibutuhkan oleh
pada budidaya ikan air tawar adalah spermatozoa disediakan oleh gula sederhana
rendahnya tingkat fertilisasi dari (monosakarida) seperti fruktosa dan glukosa
spermatozoa di dalam air. Hal ini (Teolihere, 1981). Penambahan fruktosa atau
mengakibatkan banyaknya sel telur yang glukosa dalam pengenceran berguna untuk
tidak terbuahi secara sempurna (Masrizal mendukung daya hidup spermatozoa pasca
dan Efrizal, 1997). Dalam satu siklus pengenceran, karena proses pembentukan
reproduksi ikan dapat dihasilkan sel telur Adenosin Trifosfat (ATP) dan Adenosin
sampai jutaan per ekor, tetapi yang terbuahi Difisfat (ADP) harus terus dilakukan agar
hanya mencapai 5% dari total. motilitas dapat terus berlangsung (Tolihere,
Rendahnya fertilisasi sperma dalam 1981). Gula sederhana (monosakarida) yang
pembenihan disebabkan oleh tingginya dibutuhkan oleh spermatozoa untuk menjaga
kosentrasi sperma. Menurut Tang dan kelangsungan hidupnya terkandung dalam
Affandi (1999), kosentrasi sperma yang madu (Mar’ati, 2007).
tinggi dapat menghambat aktivitas Melihat perlunya pengenceran sperma
spermatozoa, karena berkurangnya daya pada pembenihan ikan mas, maka penelitian
gerak sehingga spermatozoa sukar ini dilakukan untuk melihat kosentrasi
menemukan atau menembus mikrofil sel pengenceran yang tepat untuk mendapatkan
telur yang mengakibatkan rendahnya tingkat motilitas, fertilisasi dan daya tetas
fertilisasi sperma. Selanjutnya dijelaskan telur yang baik dengan mengunakan bahan
bahwa kosentrasi spermatozoa yang lebih pengencer madu dalam NaCl fisiologis 0,9
tinggi, kurang memberikan peluang kepada %.
spermatozoa untuk membuahi sel telur,
karena spermatozoa bersama-sama bersaing METODE PENELITIAN
memasuki mikrofil sel telur.
Dalam mengatasi hal seperti ini, maka Penelitian ini dilakukan di Balai
sperma yang akan digunakan akan Budidaya Air Tawar Tatelu (BBAT),
diencerkan. Bahan yang sering digunakan Kecamatan Dimembe, Kabupaten Minahasa,
untuk pengenceran sperma yaitu larutan Utara Provinsi Sulawesi Utara. Waktu
NaCl fisiologis, namun larutan pengencer pelaksanaan penelitian dari bulan April
NaCl fisiologis kurang mengandung sumber sampai Juni tahun 2014.

52
Jurnal Budidaya Perairan Januari 2015 Vol. 3 No. 1: 51-58

dilakukan dengan cara di striping. Telur-


Alat dan Bahan telur yang diovulasi kemudian ditampung di
Alat yang digunakan terdiri dari baskom yang steril.
loyang, mikroskop, kaca preparat, Untuk pengambilan sperma induk
timbangan, baskom, bulu ayam, spuit jantan ikan mas dengan cara di striping
berukuran 1 ml, gelas ukur 100 ml, pipet, sehingga akan mengeluarkan cairan
kertas pH, aerator, selang, batu aerasi. putih/sperma. Kemudian sperma segar
Bahan digunakan adalah hormon ditampung dalam baskom dan diamati secara
ovaprim, 1 ekor induk jantan ikan mas makroskopis dan mikroskopis yang meliputi
matang gonad dengan berat 0,8 kg yang warna, pH, volume sperma dan motilitas
berumur 8 bulan, induk betina ikan mas sperma segar.
matang gonad dengan berat 1,5 kg berumur a. Pengamatan motilitas spermatozoa
1,5 tahun, madu dan NaCl fisiologis 0,9%. Pengamatan motilitas spermatozoa
dengan cara sperma diambil 0,05 ml dari
Rancangan Percobaan setiap perlakuan dan diamati dibawah
Percobaan dirancang berdasarkan RAL mikroskop dengan pembesaran 400x. Proses
(Rancangan Acak Lengkap) dengan 4 fertilisasi dilakukan dengan mengambil telur
perlakuan yang masing-masing perlakuan dengan sendok dan dihitung masing-masing
diulang sebanyak 3 kali. Perlakuan yang perlakuan sebanyak 200 butir telur.
dicobakan adalah: Pembuahan dilakukan dengan
Perlakuan A = (0 m madu + 100 m NaCl mencampurkan sperma dan telur dalam
Fisiologis) baskom yang sudah berisi larutan pengencer,
Perlakuan B = (0,2 mL madu + 99,8 mL kemudian di aduk dengan bulu ayam kurang
NaCl Fisiologis) lebih 2 menit sampai tercampur merata.
Perlakuan C = (0,4 mL madu + 99,6 mL Setelah proses pembuahan dilakukan,
NaCl Fisiologis) selanjutnya sisa air pengenceran dibuang
Perlakuan D = (0,6 mL madu + 99,4 mL sampai tersisa telur saja, lalu telur-telur
NaCl Fisiologis) dimasukan kedalam loyang untuk dilakukan
pengamatan tingkat fertilisasi.
Cara Kerja Penelitian b. Pengamatan Tingkat Fertilisasi
Induk ikan yang digunakan adalah Pengamatan tingkat fertilisasi
induk yang sudah matang gonad di dilakukan setelah 12 jam. Penentuan tingkat
aklimatisasi di kolam selama satu minggu keberhasilan fertilisasi pada telur dilihat
dan diberi pakan dua kali sehari yaitu pagi pada perubahan warna telur dimana warna
dan sore. Setelah pemeliharaan dilakukan, telur yang dibuahi nampak terang dan terjadi
selanjutnya penimbangan berat ikan untuk perkembangan embrio, sedangkan telur yang
menentukan dosis hormon ovaprim. yang tidak dibuahi berwarna gelap dan tidak
akan digunakan. Penyuntikan dilakukan mengalami perkembangan pada 12 jam
secara intramuscular. Setelah 6 jam setelah pembuahan.
penyuntikan kemudian pengambilan telur c. Pengamatan Daya Tetas Telur

53
Jurnal Budidaya Perairan Januari 2015 Vol. 3 No. 1: 51-58

Pengamatan tingkat penetasan telur Data fertilisasi (Fr) yang diambil yaitu
dilakukan setelah 72 jam dengan melihat menghitung jumlah telur yang dibuahi pada
banyaknya telur yang menetas. masing-masing perlakuan untuk menentukan
Pengambilan Data tingkat fertilisasi pada setiap perlakuan,
Data yang diambil yaitu dengan persamaan yang dilakukan adalah (Nurman,
pemeriksaan terhadap sperma, baik pada 1998) :
sperma segar maupun perlakuan. Jml. telur dibuahi
Fr (%) = x 100
Pemeriksaan sperma segar meliputi pH, Jml. telur sampel
volume, warna dan bau.
Presentase motilitas sperma didasarkan Dalam menentukan tingkat penetasan
pada kriteria Guest et al. dalam Nurman telur data yang diperlukan adalah banyaknya
(1998) : telur yang menetas pada masing-masing
perlakuan. Fertilisasi (Fr) dihitung
Tabel 1. Kriteria Guest tingkat pergerakan berdasarkan persamaan Efrizal dan Afriazi
sperma (motilitas sperma) (1998) :
Jml. telur menetas
Hr (%) = x 100
Jml. telur sampel
KRITERIA Nilai %
Analisis Data
Gerakan sangat progreasif, Penelitian ini memiliki 4 perlakuan
gelombang sangat besar dan dan masing-masing 3 ulangan. Karena
100 seluruh satuan percobaan dianggap homogen
cepat menunjukkan 100% sperma
motil maka rancangan yang digunakan yaitu RAL
Gerakan progresif yang gesit dan (Rancangan Acak Lengkap) menggunakan
segera membentuk gelombang 90 Analisis Ragam (ANOVA) yang dilanjutkan
dengan 90 % sperma motil dengan uji BNT 5% dan 1%.
Antara 50-80 % sperma bergerak
progresif dan menghasilkan 80 HASIL DAN PEMBAHASAN
gerakan masa
Gerakan melingkar, kurang dari Berdasarkan hasil pemeriksaan
50% bergerak darn tidak ada 70 makroskopis dan mikroskopis sperma segar
gelombang ikan mas tersebut layak digunakan untuk
perlakuan dimana volume sperma 2,5 ml,
Gerakan spermatozoa berputar
60 bau sperma khas sperma, pH 7, warna putih
ditempat
susu, motilitas 60%. Menurut Arifiantini
Gerakan spermatozoa motil atau
50 (2012), bahwa pH sperma umum berkisar
tidak bergerak
antara 7,5-8,5. Menurut Faqih (2011),
beberapa karakteristik semen ikan antara lain
berwarna putih susu, cukup kental, berbau

54
Jurnal Budidaya Perairan Januari 2015 Vol. 3 No. 1: 51-58

khas dan rata-rata motiltas sperma kontrol Motilitas spermatozoa pada Tabel 2
sebesar 60%. menunjukkan terjadi kenaikan motilitas
seiring dengan penambahan madu dalam
a. Motilitas Spermatozoa NaCl fisiologis sampai 80% pada perlakuan
Hasil perhitungan motilitas D. Kemudian tingkat motilitas terendah pada
spermatozoa dari setiap perlakuan dan perlakuan A tanpa penambahan madu yaitu
ulangan dapat dilihat pada Tabel berikiut : 56,67%. Ini berarti dengan penambahan
madu yang lebih tinggi memberikan
Tabel 2. Motilitas spermatozoa ikan mas (C. pengaruh yang nyata terhadap motilitas.
carpio) Menurut Soeparna (1980), pergerakan
P E R L A K U A N (%) spermatozoa memerlukan energi seperti
Ulangan
A B C D halnya pada sel-sel hidup lainnya. Energi
1 60 50 70 90 yang dibutuhkan oleh spermatozoa diperoleh
2 50 60 60 70 gula sederhana seperti fruktosa dan glukosa
(Tang dan Affandi, 2004). Menurut
3 60 70 60 80
Soehartojo (1995), bahan utama yang
Ʃ 170 180 190 240
dipakai spermatozoa sebagai sumber energi
Rataan 56,67 60,00 63,33 80
dari luar testis adalah fruktosa yang diubah
menjadi asam laktat dan energi dengan
Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai enzim fruktolisin. Faktor kedua diduga
persentase rataan motilitas spermatozoa terjadinya peningkatan waktu motilitas dan
menujukan bahwa nilai presentase motilitas spermatozoa tersebut adalah bahwa fruktosa
tertinggi adalah pada perlakuan D yaitu dapat meningkatkan aktifitas protein yang
(80,00%), kemudian disusul perlakuan C terdapat pada ekor spermatozoa. Beberapa
(63,33%), perlakuan B (60,00%), dan terahir ahli mengatakan bahwa bagian tengah ekor
perlakuan A (56,67%). spermatozoa disusun oleh mikrotubulus
Berdasarkan hasil analisis ragam yang mengandung substansi fiber yang
bahwa perbedaan perlakuan memberikan disusun oleh protein dinein. Menurut
pengaruh yang nyata terhadap perbedaan Zaneveld (1978) dalam Purwaningsih
presentase motilitas spermatozoa ikan mas (2000), protein dinein ini penting karena
uji. Untuk mengetahui perbedaan tiap mempunyai aktivitas ATP-ase. ATP-ase
perlakuan maka dilakukan uji Beda Nyata akan lancar dan menyebabkan peningkatan
Terkecil (BNT) 5% dan 1%. Hasil uji BNT motilitas spermatozoa. Hal sama yang
menujukan perlakuan B dan C tidak berbeda dikatakana Soehartojo (1995), bahwa diluar
nyata dengan perlakuan A perlakuan D testis sel spermatozoa mampu memakai
sangat berbeda nyata dengan perlakuan A, sumber energi dari luar untuk melanjutkan
perlakuan C tidak berbeda nyata dengan hidupnya.
perlakuan B perlakuan D berbeda nyata Persentase motilitas rendah
dengan perlakuan C dan B. disebabkan karena padatnya spermatozoa
dalam cairan sperma. Menurut Syandri

55
Jurnal Budidaya Perairan Januari 2015 Vol. 3 No. 1: 51-58

(1993), semakin banyak volume semen perlakuan B, dan perlakuan D tidak berbeda
maka konsentrasi spermatozoa semakin nyata dengan perlakuan B dan C.
sedikit. Sebaliknya jika cairan sperma Tingkat fertilisasi nampaknya
sedikit maka terjadi kepadatan spermatozoa. mengikuti apa yang terjadi pada tingkat
Dengan demikian rendahnya motilitas kualitas sperma, dimana motilitas yang
spermatozoa pada perlakuan A dan B, tinggi memberikan fertilisasi yang tinggi
disebabkan masih kurangnya sumber energi pula begitu juga sebaliknya. Menurut Tang
yang menyebabkan motilitas sperma masih dan Affandi (1999), konsentrasi spermatozoa
kurang. yang tinggi dapat menghambat aktifitas
spermatozoa karena berkurangnya daya
b. Fertilisasi gerak sehingga spermatozoa sukar
Hasil perhitungan presentase fertilisasi menemukan atau menembus mikrofil sel
dari setiap perlakuan dan ulangan dapat telur yang mengakibatkan rendahnya
dilihat pada Tabel 4 fertilisasi spermatozoa. Kualitas semen
seperti cairan plasma semen akan
Tabel 4. Hasil rataan fertilisasi ikan mas mempengaruhi motilitas spermatozoa.
(C. carpio) Nurman (1998). Perlakuan A (tanpa larutan
P E R L A K U A N (%) pengencer) mengalami fertilisasi terendah
Ulangan
A B C D (70,50%) diduga dengan NaCl fisiologi saja
1 69 76 82,5 85 tidak memberikan sumber energi untuk
2 64,5 80,5 77,5 83 proses feritilisasi, Menurut Soehartojo
3 78 69 83,5 84 (1995), bahan utama yang dipakai
Ʃ 211,5 225,5 243,5 252 spermatozoa sebagai sumber energi dari
Rataan 70,50 75,17 81,17 84,00 luar testis adalah fruktosa yang diubah
menjadi asam laktat dan energi dengan
Tabel di atas menunjukkan bahwa enzim fruktolisin. Pendapat lain yaitu
rata-rata fertilisasi tertinggi terdapat pada Affandi dan Tang (2002) yang menyatakan
perlakuan D (84,00%) dan terendah bahwa larutan elektrolit dalam bentuk gula
perlakuan A (70,50). seperti fruktosa atau glukosa dapat
Hasil analisis ragam menujukan bahwa digunakan sebagai pengencer sperma.
perbedaan perlakuan memberikan pengaruh Tingginya konsentrasi spermatozoa dalam
yang nyata terhadap perbedaan presentase proses pembuahan dapat mengakibatkan
fertilisasi ikan mas uji. timbulnya persaingan antara spermatozoa
Untuk melihat perbedaan dari setiap untuk memasuki mikrofil sel telur. Dengan
perlakuan yang dicobakan maka dilakukan adanya persaingan ini spermatozoa gagal
uji BNT 5% dan 1%. Hasil uji BNT memasuki lubang mikrofil sel telur.
menujukan perlakuan B tidak berbeda nyata Disamping itu konsentrasi potasium yang
dengan perlakuan A sedangkan perlakuan C tinggi dapat mengurangi lama pergerakan
dan D berbeda nyata dengan perlakuan A, dari spermatozoa sehingga gagal mencapai
perlakuan C tidak berbeda nyata dengan
56
Jurnal Budidaya Perairan Januari 2015 Vol. 3 No. 1: 51-58

mikrofil yang mengakibatkan rendahnya Hasil yang diperoleh pada penetasan


fertilisasi (Affandi dan Tang 2002). jika dilihat dari data persentase fertilisasi
ikan mas dengan persentase daya tetas telur
c. Daya Tetas Telur ternyata dengan adanya persentase fertilisasi
Hasil perhitungan presentase yang tinggi akan diikuti oleh penetasan yang
penetasan telur dari setiap perlakuan dan tinggi pula, dengan demikian tingkat
ulangan dapat dilihat pada tabel 6 penetasan telur dari masing-masing
Hasil perhitungan rata-rata persentase perlakuan mengikuti tingkat fertilisasi.
daya tetas telur dalam ulangan dan perlakuan Menurut Masrizal dan Efrizal (1997),
yang tertinggi pada perlakuan D yaitu bahwa faktor internal yang akan
(82,33%) kemudian disusul perlakuan C mempengaruhi tingkat penetasan telur
(77,67%), perlakuan B (72,00%), dan adalah perkembangan embrio yang
terendah perlakuan A (66,67%). terhambat akibat sperma yang kurang motil
sedangkan menurut Syandri (1993), faktor
Tabel 6. Hasil rataan daya tetas telur ikan internal yang berpengaruh terhadap daya
mas (Cyrpinus carpio) tetas telur adalah perkembangan embrio
P E R L A K U A N (%) yang terhambat karena kualitas spermatozoa
Ulangan A B C D dan telur kurang baik.
1 66 73 79 84
2 60 79 74 81 KESIMPULAN
3 74 64 80 82
1. Penambahan madu pada media
Ʃ 200 216 233 247 pengencer NaCl fisiologis berpengaruh
Rataan 66,67 72,00 77,67 82,33 terhadap presentase motilitas sperma,
fertilisasi dan daya tetas telur ikan mas
Hasil analisis ragam menujukan (Cyprinus carpio L).
2. Dari hasil penelitian yang diperoleh
perbedaan perlakuan memberikan pengaruh
bahwa perlakuan D memiliki tingkat
yang nyata terhadap presentase daya tetas motilitas sperma 80,00%, fertilisasi
telur ikan mas uji. Untuk mengetahui 84,00% dan daya tetas 82,33% pada
perbedaan setiap perlakuan maka dilakukan pengenceran 0,6 ml madu + 99,4 ml
uji Beda Nyata Terkecil (BNT) 5% dan 1 % NaCl fisiologis memiliki nilai terbaik.
. Hasil uji BNT menujukan perlakuan B
tidak berbeda nyata dengan perlakuan A, DAFTAR PUSTAKA
perlakuan C berbeda nyata dengan perlakuan
A dan perlakuan D sangat berbeda nyata Arifiantini RI. 2012. Teknik Koleksi dan
dengan perlakuan A, perlakuan C tidak Evaluasi Semen Pada Hewan. Bogor.
berbeda nyata dengan perlakuan B, IPB press.
perlakuan D berbeda nyata dengan perlakuan Anonim. 2010. Penuntun Laboratorium
B, sedangkan perlakuan D tidak berbeda WHO untuk Pemeriksaan Semen dan
nyata dengan perlakuan C. Interaksi Semen Getah Serviks. Balai
Penerbit FKUI, Jakarta.
57
Jurnal Budidaya Perairan Januari 2015 Vol. 3 No. 1: 51-58

Affandi, Tang. 2002. Fisiologi Hewan Air. Purwaningsh E. 2000. Pengaruh Pemberian
Pekan baru. Universitas Riau Press. Ekstrak Juice Buah Oyong Muda
Effrizal, Afriazi. 1998. Pengaruh Tanpa Biji (Luffa acutangula R)
Penyuntikan Ovaprim Terhadap Secara In Vitro Terhadap Kualitas
Kualitas Telur Ikan Lele Lokal Spermatozoa. Jurnal Kedokteran
(Clarias batrachus). Fishieries Journal, YARSI 8 ; 70-74.
GARING Vol. 7. No. 2 Journal Rustidja. 2000. Pemisahan Spermatozoa x
Fakultas Perikanan Universitas Bung dan y Ikan Mas (Cyprinus Carpio).
Hatta. Padang Universitas Brawijaya. Malang
Effendy MI. 1997. Biologi Perikanan. Hatta. Padang
Yayasan Nusatama. Bogor. Soehartojo H. 1995. Ilmu Kemajiran Pada
Ternak. Airlangga University Press.
Faqih AR. 2011. Penurunan Motilitas dan Surabaya.
Daya Fertilitas Sperma Ikan Lele Syandri H. 1993. Berbagai Dosis Ekstrak
Dumbo. J. Exp. Life Sci. 1 (2) : 56- Hipofisasi Dan Pengaruhnya
110. Terhadap Mani Dan Daya Tetas
Mar’ati K. 2007. Pengaruh Dosis dan Lama Telur Ikan Mas (Cyprinus carpio. L).
Penyimpanan Pengencer Susu Skim Jurnal terubuk. XIX. No. 55 Fakultas
Pengencer Terhadap Kualitas Semen Peikanan Universitas Bung Hatta.
Ikan Mas ( caprinus caprio) [Skripsi]. Padang.
Fakultas Sains dan Teknologi, Islam Soeparna. 1980. Pengantar Spermatologi,
Negeri Universitas Malang, Malang, Masalah Khusus. Fakultas Perikanan.
41 hlm. IPB. Bogor.
Masrizal, Efrizal. 1997. Pengaruh Rasio Tang MU, Affandi R. 2004. Biologi
Pengenceran Mani terhadap Fertlisasi Reproduksi Ikan. Uni Press. Riau.
Sperma dan Daya Tetas Telur Ikan hal. 20-34
Mas (Cyprinus carpio L). Fisheries Tang UM, Affandi R. 1999. Biologi
Journal Garing 6: 1-9. Reproduksi Ikan. IPB Bogor
Nurman. 1998. Pengaruh Penyuntikan Toelihere. MR. 1981. Inseminasi Buatan
Ovaprim Terhadap Kualitas Pada Ternak. Angkasa, Bandung,
Spermatozoa Ikan Lele Dumbo 290 hlm. Bogor.
(Clarias Gariephynus. B). Fisheries Woynarovich E, Horvarth, L. 1980. The
Jurnal, GARING Vol. 7. No. 2 Jurnal Artificial Propagation of Warm-
Fakultas Perikanan Universitas Bung Water Fin Fish. A Manual for
Hatta. Padang. 2: 3-42. Extention. FA0 Fish. Tech. Pap., No.
201. 183 p.

58

You might also like