Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

PENGARUH FOOD MASSAGE TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA

LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI KASIH SURAKARTA

Dwi Ariani, Suryanti


Poltekkes Kemenkes Surakarta Jurusan Keperawatan

Abstract
Background: Sleep disorders the elderly in the Panti wredha Dharma Bhakti Kasih
Surakarta can result in impaired immune function, decrease respiratory muscle
capacity, disruption of metabolic system, disruption of central nervous system
regulation and psychological condition of patients impacting on long treatment period.
Foot Massage is one of the complementary therapies that is considered safe and easy to
administer and has the effect of improving circulation, removing the rest of the
metabolism, increasing the range of motion of the joints, reducing the pain, relaxing
muscles and providing comfort to the patient. The purpose of this study is to identify
differences inthe effect of sleep quality score on control and treatment groups.
Methods: This quasi experimental study used a control group and a treatment group
where each group performed a pretest and posttest assessment. The sample size was 40
patients. Sleep quality instrument used Richard Campbell Sleep Questionnaire (RCSQ).
Data were analyzed by paired t test and unpaired t test. Results: The results showed
that there was no significant difference in sleep quality. while in the treatment group,
showed that there was a significant difference on sleep quality The difference of sleep
quality score in control group and treatment group was significantly. Conclusion:
Therefore, it can be concluded that sleep quality scores in the intervention group were
higher than in the control group, thus foot massage is suggested to be used as evidence-
based in hospitals as one of the complementary therapies that can be used as self-care
interventions to help overcome patients with critical sleepdisorder.

Keywords: Foot massage, Sleep disorder, Elderly

PENDAHULUAN Word Health Organization (WHO)


Lanjut usia adalah kelanjutan dari mengatakan populasi lansia yang berusia
usia dewasa yang merupakan proses alami diatas 60 tahun diperkirakan menjadi dua
yang sudah ditentukan oleh Tuhan Yang kali lipat dari 11% pada tahun 2000 dan
Maha Esa (Nugroho, 2008). Akibatnya akan bertambah menjadi 22% tahun 2050.
jumlah lanjut usia semakin bertambah dan Pada tahun 2000 penduduk lansia
cenderung lebih cepat dan pesat populasinya berjumlah 605 juta jiwa dan
(Nugroho, 2006). Sistem tubuh pada akan bertambah menjadi 2 miliar pada
lanjut usia akan mengalami penurunan tahun 2050 (WHO, 2012). Berdasarkan
diberbagai aspek baik biologis, fisiologis, hasil Susenas tahun 2013, jumlah lansia di
psikososial, maupun spiritual yang Indonesia telah mencapai 20,40 juta orang
merupakan suatu proses penuaan (Stanley atau sekitar 8,05% dari total penduduk
& Beare, 2006). Indonesia. Jumlah penduduk di Indonesia

87
88 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 8, No 1, Mei 2019, hlm 01-129

diperkirakan akan terus bertambah aman, efektif, dan tanpa efek samping
menjadi sekitar 450.000 jiwa per tahun. seperti terapi komplementer yang
Dengan demikian, jumlah termasuk terapi pengobatan alamiah.
penduduk lansia di Indonesia padatahun Menurut National Institute of
2025 akan bertambah sekitar 34,22 juta Health (NIH), terapi komplementer
jiwa (BPS, 2013). Semakin bertambahnya dikategorikan menjadi 5 yaitu : (1)
umur manusia, akan terjadi proses Biological based practice : Herbal,
penuaan dengan diikuti berbagai vitamin dan suplemen lain, (2)Mind-body
permasalahan kesehatan terutama secara techniques : Meditasi, (3) Manipulative
degeneratif yang berdampak pada and body-based practice : Pijat (massage),
perubahan-perubahan pada diri manusia refleksi (4) Energy therapies : Terapi
baik dari perubahan fisik, kognitif, medan magnet, (5) Ancient medical
perasaan, sosial, dan seksual(Azizah, systems : Obat tradisional chinese,
2011). Perubahan-perubahan tersebut ayurvedic, akupuntur (Suardi, 2011). .
dapat menimbulkan berbagai macam Terapi pijat (massage) merupakan
gangguan, salah satunya adalah gangguan tindakan manipulasi otot-otot dan jaringan
sulit tidur (insomnia). Lansia yang berusia dalam tubuh dengan tekanan, menggosok,
diatas 65 tahun yang tinggal di rumah dan vibrasi atau getaran dengan
mengalami gangguan tidur sebesar 50% menggunakan sentuhan tangan, jari-jari
dan lansia yang tinggal di fasilitas tangan, sikut, kaki, dan alat-alat manual
perawatan jangka panjang sebesar 66%. atau elektrik untuk memperbaiki kondisi
Lansia mengalami penurunan kesehatan (Nurgiwiati, 2015).
efektifitas tidur pada malam hari sebesar Menurut penelitian yang dilakukan
70-80% dibanding dengan usia muda, Aziz (2014), yaitu penelitian untuk
dimana 1 dari 4 lansia yang berusia 60 mencari pengaruh terapi pijat (massage)
tahun atau lebih mengalami gangguan terhadap tingkat insomnia pada lansia,
tidur (Adiyati, 2010). Menurut Widya dari penelitian tersebut didapatkan ada
(2010), insomnia merupakan suatu pengaruh yang signifikan antara terapi
keadaan dimana seseorang sulit untuk pijat (massage) terhadap tingkat insomnia
tidur atau tidak dapat tidur dengan pada lansia.
nyenyak. Berdasarkan hasil survey
Penanganan insomnia dapat pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti
dilakukan secara farmakologis dan non pada bulan Januari di Panti Wreda
farmakologis. Penanganan secara Dharma Bakti Kasih Surakarta bahwa
farmakologis seperti obat-obatan hipnotik jumlah lansia yang tinggal saat ini
sedatif seperti Zolpidem, Tradozon, berjumlah 58 Lansia. Hasil wawancara
Lorazepam, Fenobarbital, Diazepam, yang dilakukan peneliti di Panti Wreda
Klonazepam, dan Amitripilin yang akan Dharma Bakti Kasih Surakarta terhadap
memiliki efek samping seperti gangguan 58 lansia didapatkan 25 lansia yang
koordinasi berfikir, gangguan fungsi mengalami gangguan tidur.
mental, amnesia anterograd, Gangguan tidur yang dialami oleh
ketergantungan, dan bersifat racun (Wiria, para lansia tersebut seperti kesulitan untuk
2008). Sedangkan penanganan non tidur, sering terbangun pada malam hari,
farmakologis termasuk penanganan yang dan kesulitan untuk tidur kembali. Upaya
Dwi Ariani, Pengaruh Food Massage Terhadap Kualitas 89

yang dilakukan oleh petugas kesehatan HASIL PENELITIAN


tersebut dalam menangani gangguan tidur Distribusi Kualitas Tidur Sebelum
adalah dengan pemberian obat tidur atau dan sesudah dilakukan Perendaman Kaki
terapi farmakologis, sedangkan pemberian Pada Kelompok Kontrol di Panti Wredha
terapi farmakologis dalam waktu lama Dharma Bakti Kasih Surakarta
dapat memberikan efek yang tidak baik
bagi kesehatan lansia yaitu seperti Tabel 1. Distribusi Kualitas Tidur
gangguan koordinasi berpikir, gangguan Sebelum dilakukan Perendaman Kaki
fungsi mental, amnesia anterograd, Pada Kelompok kontrol di Panti Wredha
ketergantungan dan bersifat racun. Dharma Bakti Kasih Surakarta.
Petugas kesehatan tersebut belum pernah Frequency Percent Valid Cumulativ
Percent e Percent
memberikan pengobatan secara non Valid Buruk 20 100.0 100.0 100.0
farmakologis seperti masase kaki. Dari 20 responden sebelum
Berdasarkan latar belakang diatas, masase dilakukan rendam, kaki mengalami
dapat menurunkan insomnia pada lansia, kualitas tidur buruk sebanyak 20
maka peneliti tertarik untuk melakukan responden.
penelitian tentang : Pengaruh Foot
Massage kaki terhadap kualitas tidur Tabel 2. Distribusi Kualitas Tidur
pada lansia di Panti Wredha Dharma Bakti Sesudah dilakukan Perendaman Kaki Pada
Kasih Surakarta . Kelompok kontrol di Panti Wredha
Dharma Bakti Kasih Surakarta.
METODE PENELITIAN Frequency Percent Valid Cumulative
Penelitian ini dilaksanakan di Panti Percent Percent
Wredha Dharma Bhakti Kasih Surakarta Baik 6 30.0 30.0 30.0
Valid Buruk 14 70.0 70.0 100.0
pada bulan Mei – Juli 2018. Responden Total 20 100.0 100.0
diminta ntk berpartisipasi dalam penelitian Dari 20 responden setelah
ini serta bersedia menandatangani diberikan tindakan remdam kaki
Informmed consent. Responden merpakan mengalami peningkatan kualitas tidur,
Lansia dengan Total Sample. Kemdian dari 20 responden yang mengalami
dilakkan ramdomisasi sederhana dibagi 2 kualitas tidur buruk menajadi 6 yang
kelompok masing-masing terpilih 20 mengalami kualitas tidur baik dan 14
responden. Pada kelompok satu mengalami kualitas tidur buruk.
(intervensi) diberi tindakan dengan Foot
Massage (pemijatan) pada kaki dengan Tabel 3. Pengaruh Perendaman Kaki terhadap
rendam air hangat pada kaki sedangkan Kualitas tidur lansia di Panti Wredha Dharma
kelompok satunya (kontrol) diberi Bakti Kasih Surakarta
tindakan remdam kaki dengan air hangat. Potest_Kontrol -
Pretest_Kontrol
Selama penelitian berlangsung responden
Z -2.214b
tidak ada yang droup out, sehingga semua Asymp. Sig. (2-tailed) .027
responden dapat mengikuti penelitian a. Wilcoxon Signed Ranks Test
sampai akhir. b. Based on positive ranks.
90 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 8, No 1, Mei 2019, hlm 01-129

Tidak ada pengaruh perendaman Tabel 6. Pengaruh Pemijatan dan


Kaki terhadap kualitas tidur pada lansia di Perendaman Kaki terhadap Kualitas tidur
Panti Wredha Dharma Bakti Kasih lansia di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih
Surakarta di tunjukkan oleh angka 0,027 > Surakarta.
0,005 yang artinya tidak signifikan. Postest_Intervensi -
Pretest_Intervensi
Distribusi Kualitas Tidur Sebelum
Z -3.225b
dan sesudah dilakukan Pemijatan dan
Asymp. Sig. (2- .001
Perendaman Kaki Pada Kelompok tailed)
Intervensi di Panti Wredha Dharma Bakti Ada pengaruh foot massage
Kasih Surakarta (pemijatan) dan perendaman Kaki
terhadap kualitas tidur lansia di Panti
Tabel. 4. Distribusi Kualitas Tidur
Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta di
Sebelum dilakukan Pemijatan dan
Perendaman Kaki Pada Kelompok tunjukkan oleh angka 0,001 < 0,005 yang
Intervensi. artinya signifikan.
Frequency Percent
Valid Cumulative Hasil uji Wilcocxon terhadap
Percent Percent kualitas tidur pada pada Kelompok
Valid Buruk 20 100.0 100.0 100.0 Intervensi dan Kelompok Kontrol pada
Dari 20 responden (100%) Lansia di Panti Wredha Dharma Bakti
sebelum diberikan tindakan Foot Massage Kasih Surakarta.
Semua mengalami kualitas tidur yang
buruk. Tabel 7. Pengaruh foot massage dan
perendaman kaki terhadap kualitas tidur
Tabel 5. Distribusi Kualitas Tidur Setelah Pada Kelompok Intervensi dan kelompok
dilakukan Pemijatan dan Perendaman Kaki kontrol di Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih
Pada Kelompok Intervensi. Surakarta
Valid Cumulative
Freq Percent
Percent Percent Kualitas Tidur
Baik 9 45.0 45.0 45.0 Mann-Whitney U 93.500
Valid Buruk 11 55.0 55.0 100.0 Wilcoxon W 303.500
Total 20 100.0 100.0 Z -2.933
Dari 20 responden (100%) setelah Asymp. Sig. (2-tailed) .003
Exact Sig. [2*(1-tailed .003b
diberikan tindakan Foot Massage
Sig.)]
mengalami peningkatan kualitas tidur dari
Berdasarkan Tabel 7 diperoleh
20 responden (100%) yang mengalami
data hasil uji Wilcocxon dengan
kualitas tidur buruk menjadi 9 (45%) yang
probabilitas 0,003 dengan kriteria P <
mengalami kalitas tidur baik dan 11 (55%)
0,05, sehingga terjadi perubahan kualitas
mengalami kualitas tidur buruk.
tidur pada Lansia ditunjukkan oleh angka
0.003 < 0,05 yang artinya Ha diterima dan
Ho ditolak.
Dwi Ariani, Pengaruh Food Massage Terhadap Kualitas 91

PEMBAHASAN arthritis. Kecenderungan untuk tidur siang


Kualitas Tidur sebelum dan kelihatannya meningkat secara progresif
sesudah dilakukan perendaman kaki pada dengan bertambahnya usia. Peningkatan
kelompok kontrol di Panti Wredha waktu tidur di siang hari dapat terjadi
Dharma Bakti Kasih Surakarta. Dari hasil karena seringnya terbangun pada malam
penelitian didapatkan bahwa 20 orang hari (Potter & Perry, 2005)
(100%) dari total responden mengalami Kualitas Tidur sebelum dan
kualitas tidur buruk sebelum melakukan sesudah dilakukan pemijatan ( Foot
terapi perendaman dengan air hangat pada Massage) dan perendaman kaki pada
kaki, dan 6 orang (30%) diantaranya kelompok Intervensi di Panti Wredha
sudah memiliki kualitas tidur baik setelah Dharma Bakti Kasih Surakarta.
melakukan terapi air hangat, dan 14 Hasil penelitian menunjukkan
orang(70%) masih memiliki kualitas tidur bahwa pemijatan kaki mempengaruhi
buruk. Gangguan tidur merupakan kualitas tidur pada lansia. Dari hasil
keadaan terputusnya tidur yang mana pola penelitian didapatkan bahwa 20 orang
tidur-bangun berubah dari pola (100%) dari total responden mengalami
kebiasaannya, hal ini menyebabkan kualitas tidur buruk. Penyebab responden
penurunan kuantitas dan kualitas tidur. masih memiliki kualitas tidur buruk yaitu
Gangguan tidur yang dialami oleh cemas, masih memiliki durasi tidur <5
respoden antara lain bangun tidur ditengah jam, latensi tidur yang lama, gangguan
malam atau bangun terlalu cepat, pergi ke tidur, sering menguap atau mengantuk.
kamar mandi dimalam hari, dan merasa Latensi tidur adalah durasi mulai dari
pegal-pegal. berangkat tidur sampai tertidur.
Berdasarkan hasil analisa menurut Seseorang dengan kualitas tidur
Wilcoxon Signed Rank test bahwa yang baik menghabiskan ≤ 15 menit sejak
pengaruh perendaman kaki terhadap orang tersebut dapat memasuki tahap tidur
kualitas tidur pada Lansia Di Panti selanjutnya secara lengkap dan cepat.
Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta Setelah dilalukan pemijatan pada kaki, 9
ditunjukkan oleh angka angka 0,027 > orang (45%) diantaranya sudah memiliki
0,005 yang artinya tidak signifikan. kualitas tidur baik dan 11 orang (55%)
Penelitian ini menandakan bahwa tidak masih memiliki kualitas tidur buruk.
adanya pengaruh terapi perendaman Penelitian ini menandakan bahwa ada
dengan air hangat terhadap kualitas tidur pengaruh terapi pemijatan terhadap
pada lansia, karena jumlah lansia yang kualitas tidur pada lansia, karena jumlah
mengalami kualitas tidur buruk sudah lansia yang mengalami kualitas tidur
berkurang, tetapi jika kita lihat Kualitas buruk sudah berkurang.
tidur lansia didapatkan dari kualitas tidur Kualitas tidur lansia didapatkan
subyektif, latensi tidur, durasi tidur, dari kualitas tidur subyektif, latensi tidur,
efisiensi kebiasaan tidur, gangguan tidur durasi tidur, efisiensi kebiasaan tidur,
dan penggunaan obat tidur. Keluhan gangguan tidur, penggunaan obat tidur,
mengenai kesulitan tidur pada waktu gangguan aktivitas di siang hari
malam hari seringkali terjadi diantara usia menunjukkan perubahanan yang
lanjut, biasanya akibat keberadaan signifikan. Berdasarkan hasil analisa
penyakit kronik yang lain misalnya menurut Wilcoxon Signed Rank test
92 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 8, No 1, Mei 2019, hlm 01-129

bahwa pengaruh pemijatan pada kaki Homayonfar (2014) massage pada kaki
terhadap kualitas tidur pada Lansia Di memberi manfaat mengurangi kecemasan,
Panti Wredha Dharma Bakti Kasih stress dan nyeri yang dirasakan oleh
Surakarta ditunjukkan oleh angka angka pasien, sekalipun massage yang diberikan
0,001 < 0,005 yang artinya signifikan. dalam waktu yang pendek dan hanya pada
Secara fisiologi didaerah kaki bagian kaki saja, dapat memberikan
terdapat banyak syaraf terutama di kulit manfaat hati menjadi lebih tenang, stress
yaitu flexus venosus dari rangkaian syaraf berkurang dan peningkatan pada tidur.
ini stimulasi diteruskan ke kornu posterior Dengan demikian intervensi foot massage
kemudian dilanjutkan ke medula spinalis, yang diberikan pada responden di Panti
dari sini diteruskan ke lamina I, II, III Wredha meliputi gerakan sentuhan,
Radiks Dorsalis, selanjutnya ke ventro pijatan serta mengurut kaki bagian bawah
basal talamus dan masuk ke batang otak secara sistemik dan ritmik akan
tepatnya di daerah rafe bagian bawah pons mengurangi ketegangan otot, menciptakan
dan medula disinilah terjadi efek soparifik suasana relaks yang pada akhirnya dapat
(ingin tidur). Banyak cara yang dapat memperbaiki kualitas tidur.
digunakan untuk menanggulangi masalah
tidur. Salah satunya adalah terapi relaksasi KESIMPULAN DAN SARAN
yang termasuk terapi nonfarmakologi. 1. Tingkat kualitas tidur lansia di
Salah satunya adalah terapi pemijatan atau Panti Wreda Dharma Bakti Kasih
terapi relaksasi. Surakarta sebelum dilakukan foot massage
Hal lain yang dapat mempengaruhi dan perendaman kaki dengan air hangat
hasil penelitian seperti kebiasaan semua mengalami kualitas tidur buruk,
mengkonsumsi kafein atau kebiasaan yaitu sejumlah 20 orang.
merokok. Berdasarkan hasil wawancara 2. Tingkat kualitas tidur lansia di
dengan seluruh responden didapatkan data Panti Wreda Dharma Bakti Kasih
bahwa responden tidak mempunyai Surakarta pada kelompok kontrol setelah
kebiasaan merokok ataupun dilakukan perendaman kaki dengan air
mengkonsumsi kafein. Beberapa manfaat hangat hasilnya ada peningkatan tetapi
foot massage menunjukkan bahwa foot tidak signifikan dengan nilai P= 0,27 (
massage merupakan elemen yang mudah >0.005), sedangkan pada kelompok
dan memiliki pengaruh besar. Menurut intervensi setelah dilakukan foot massage
Trisnowiyanto (2012) dengan dan perendaman kaki dengan air hangat,
memberikan massage pada area kaki dapat hasilnya mengalami peningkatan yang
memperlancar sistem peredaran darah, signifikan dengan niali P= 0.001 (<0.005).
karena pijatan memberikan efek 3. Terdapat pengaruh foot massage
kenyamanan, sedatif dan mampu dan rendam air hangat pada kaki terhadap
merangsang sistem syaraf dan peningkatan kualitas tidur.
meningkatkan aktifitas otot, sehingga Penelitian menunjukkan bahwa
pijatan pada kaki dapat mengendurkan pemberian masase dan rendam air hangat
otot-otot yang membuat pasien menjadi dapat menurunkan tingkat insomnia pada
relaks. lansia. Hasil penelitian ini dapat dijadikan
Menurut Oshvandi, Abdi, acuan lansia untuk dapat lakukan secara
Karampourian, Moghimbaghi, &
Dwi Ariani, Pengaruh Food Massage Terhadap Kualitas 93

mandiri ketika mereka mengalami


kesulitan tidur.
Pengurus panti hendaknya
menyediakan sarana dan prasarana yang
dapat mendukung upaya penurunan
tingkat insomnia pada lansia. Penurunan
tingkat insomnia lansia berarti bahwa
kualitas tidur lansia meningkat sehingga
kesehatan lansia lebih meningkat.
Penelitian selanjutnya dapat
menggunakan penelitian ini sebagai acuan
untuk melakukan penelitian lanjutan,
misalnya dengan menggunakan intervensi
lainnya atau mencari faktor-faktor apakah
yang berhubungan dengan penurunan
tingkat insomnia lansia.

DAFTAR RUJUKAN
Adiyati, S. (2010). Pengaruh Aromaterap
Terhadap Insomnia Pada Lansia
di PSTW Unit Budi Luhur
Kasongan Bantul Yogyakarta.
Jurnal Kebidanan. Vol. II. No. 02.
Amir, N. (2007). Ganguan Tidur Pada
Lansia, Diagnosis Dan
Penatalaknsanaan. Cermin Dunia
Kedokteran No. 15: 196-206.
Astuti, N. M. H. (2013). Penatalaksanaan
Insomnia Pada UsiaLanjut.
Bagian/SMF Psikiatri Fakutas
Kedokteran Universitas
Udayana/Rumah Sakit Pusat
Sanglah Depasar.
Aziz, M. T. (2014). Pengaruh Terapi Pijat
(Massage) Terhadap Tingkat
Insomnia Pada Lansia di Unit
Rehabilitasi Sosial Pucang Gading
Semarang.
Azizah, M. L. (2011). Keperawatan
Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha
Ilmu.

You might also like